Modul Biokimia
Modul Biokimia
BIOKIMIA
MISSION
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt, karena dengan rahmat dan
hidayahNya kami dapat menyelesaikan penyusunan buku petunjuk praktikum Biokimia ini.
Praktikum Biokimia merupakan salah satu mata kuliah dasar yang diberikan
departemen Teknik Kimia FTUI pada semester genap. Buku petunjuk praktikum Biokimia
ini dibuat dengan maksud membantu mahasiswa agar lebih mudah mendalami materi
praktikum yang akan dilaksanakan.
Kemudian pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar - besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan buku ini.
Kami menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami dengan
senang hati menerima kritik dan saran yang membangun.
Akhimya kami mengharapkan semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembacanya.
Kenny Lischer
Desy Qoiriyani
Muhammad Firdaus S
Tim Penyusun :
1.
2.
3.
4.
5.
DAFTAR ISI
ASPEK KESELAMATAN
Untuk memperoleh hasil percobaan yang benar maka haruslah diketahui lebih dulu
cara-cara pokok dalam penggunaan alat-alat laboratorium.
I.
Pemanasan
Kebanyakan dari proses pemanasan dalam laboratorium dilakukan dengan
menggunakan alat pembakar gas, meski demikian untuk beberapa hal dipakai peralatan oven.
Pembakaran atau bunsen seperti tergambar di bawah ini pada umumnya memiliki sebuah
katup pengatur gas dan pengatur udara.
Untuk menyalakan bunsen, dilakukan tahap sebagai berikut :
- Katup udara dalam keadaan tertutup dan katup gas terbuka.
- Nyalakan dengan korek api, pada tahap ini akan dihasilkan nyala berwarna merah
yang tak terlalu panas.
Untuk mendapatkan nyala yang baik dan temperatur pembakaran yang lebih tinggi,
katup udara dibuka perlahan-lahan hingga didapat nyala biru.
Setelah selesai digunakan, matikan bunsen dengan cara menutup katup aliran gas.
Jika bunsen digunakan untuk memanaskan zat dalam tabung reaksi/beaker gelas, tata
caranya dapat dilihat dalam gambar di bawah ini :
Perhatikan mulut tabung jangan mengarah ke wajah atau kearah orang lain !
II.
Penyaringan
Penyaringan bertujuan untuk memisahkan suatu cairan dari bahan padat dengan cara
melewatkan cairan pada bahan penyaring, misalnya kertas saring. Tata cara penyaringan
adalah sebagai berikut :
- Lipat kertas saring seperti gambar di bawah ini :
(a)
(b)
Cara melipat kertas saring
(c)
(d)
Penyaringan
Pasanglah di atas corong, lalu basahi kertas saring tersebut dengan air suling dan
hindari adanya rongga udara dibalik kertas saring.
Perhatikan posisi tepi kertas saring harus 1/2 sampai 1 sentimeter dari tepi atas corong
dan jumlah endapan 2/3 dari ketinggian kertas saring (maksimum).
Pasang corong pada penyangga dan taruhlah wadah penampung di bawahnya.
6
IV.
Pencucian alat
Alat-alat yang digunakan dalam laboratorium kimia harus dalam keadaan bersih. Alat
yang bersih dapat diketahui bila permukaannya dibasahi maka akan terdapat suatu lapisan
cairan yang merata. Adanya lemak atau debu akan menyebabkan lapisan tersebut tidak
merata.
Pencucian/pembersihan alat dilakukan dengan cara pencucinya dengan ditergen dan bila
perlu digosok dengan sikat dan akhimya dibilas dengan air suling. Untuk mencuci alat-alat
yang sangat kotor digunakan larutan Kalium dikromat dalam asam sulfat. Cara membuat
larutan tersebut dapat ditanyakan pada asisten.
B. ISI
MODUL 1
REAKSI-REAKSI PADA HIDROKARBON
I.
Tujuan Percobaan
- Menguji kelarutan dan flammability hidrokarbon
- Mengetahui sifat-sifat kimia dan reaksi-reaksi pada hidrokarbon
II.
Teori
Banyaknya jenis senyawa organik tidak terlepas dari kemampuan atom karbon
untuk mengikat satu sama lain dan jumlah unsur-unsur yang mampu membentuk
ikatan dengan gugus karbon yang sudah ada. Untuk menyederhanakan masalah ini,
maka disepakati bahwa senyawa hidrokarbon adalah senyawa dengan ikatan hidrogen
dan karbon saja.
Hidrokarbon memiliki jumlah ikatan yang sangat banyak, tetapi dapat
dikelompokkan sesuai dengan ciri khas strukturnya. Dimana struktur-struktur ini juga
disesuaikan dengan kereaktifan kimia secara umum. Sehingga tiap kelompok dapat
dikelompokkan dari struktur maupun kereaktifannya. Pada percobaan ini, praktikan
akan mengujicobakan kereaktifan kimia dari hidrokarbon jenuh, tidak jenuh dan
aromatik.
Stuktur Hidrokarbon
Hidrokarbon dikatakan jenuh apabila jumlah hidrogen yang terikat pada
karbonnya sudah maksimal. Hal ini terjadi bila atom karbon terikat satu sama lain
dengan ikatan tunggal atau yang dikenal sebagai ikatan sigma (). Etana merupakan
contoh hidrokarbon jenuh berdasarkan kriteria ini.
Hidrokarbon tak jenuh memiliki jumlah hidrogen yang terikat lebih sedikit
daripada jumlah maksimal yang mampu diikatnya. Senyawa jenis dipastikan memiliki
ikatan rangkap sehingga jumlah total ikatan kovalen pada tiap atom karbon sebanyak
empat. Contoh senyawa jenis ini adalah etilen dan asetilen
10
H
C
Acethylene
Ethylene
Ikatan karbon rangkap pada etilen terdiri dari sebuah ikatan seperti yang
terdapat pada hidrokarbon jenuh dan sebuah ikatan jenis pi (). Keduanya bersamasama membentuk ikatan rangkap. Sedangkan acetilen memiliki ikatan rangkap tiga
yang terdiri dari satu ikatan dan dua ikatan .
Hidrokarbon aromatik memiliki ikatan yang unik antara karbonnya yang susah
untuk dideskripsikan. Pada benzene, salah satu jenis hidrokarbon aromatik, semua
ikatan karbon-karbonnya (6 ikatan) identik. Dua contoh jenis ikatan benzene, a dan b,
memiliki ikatan tunggal dan double yang bervariasi.
(a)
(b)
(c)
Kereaktifan Hidrokarbon
Ikatan pada hidrokarbon jenuh (alkana) sangat stabil sehingga sangat tidak
reaktif. Pada temperatur tinggi, hidrokarbon jenuh bereaksi dengan oksigen
(pembakaran). Pada reaksi tersebut, ikatan karbon-karbon diputus dan produknya
adalah karbondioksida dan air. Jika pembakarannya tidak efisien, maka yang
terbentuk adalah karbon monoksida atau bahkan karbon tunggal (soot). Tetapi secara
umum hidrokarbon jenuh terbakar dengan lebih efisien daripada jenis hidrokarbon
lainnya.
Ikatan karbon-hidrogen dari alkana dapat digantikan oleh halogen. Persamaan
reaksi yang umum dengan bromin adalah sebagai berikut :
11
heat
+ Br2
(2.1)
+ HBr
Br
Perhatikan bahwa HBr adalah produk dari reaksi tersebut. Untuk bereaksi dengan
halogen diperlukan heat ataupun energi yang ringan.
Ikatan pada hidrokarbon tak jenuh (alkena dan alkuna) bersifat reaktif dan
mempermudah terjadinya reaksi tambahan. Pada reaksi ini, sebuah molekul seperti
bromin membentuk dua ikatan tunggal karbon-bromin yang setara dengan energi
ikatan . Etilen bereaksi dengan bromin membentuk 1,2-dibromoetana.
H
C
Br2
Br
(colorless)
(red-brown)
Br
(2.2)
(colorless)
Reaksi tersebut dapat terjadi pada suhu ruang. Sebagai hasilnya, karakteristik
warna merah kecoklatan pada bromin menghilang. Perlu diperhatikan juga bahwa
tidak terbentuk HBr seperti pada reaksi substitusi hidrokarbon jenuh pada reaksi ini.
Acetilen yang memiliki dua ikatan juga mengalami reaksi lanjutan :
(colorless)
Br
2Br
(red-brown)
Br
Br
Br
(2.3)
(colorless)
Ikatan juga merupakan pusat serangan oleh oxidizing agents. Sebagai contoh,
larutan potasium permanganat yang netral bereaksi dengan alkena dan akuna sehingga
menghasilkan dialkohol. Secara visual, reaksi ini diikuti dengan hilangnya warna
ungu dari potasium permanganat dan terbentuknya warna coklat sebagai wujud dari
manganese dioxide. Percobaan untuk menguji reaksi tak jenuh disebut test Baeyer.
3 RHC
CHR
+ 2 KMnO4 + 4 H2O
(purple)
3R
OH
OH
(2.4)
12
CH2CH2CH3
CO2H
oxidazing
+ 2 CO2 + 3 H2O
agent
(2.5)
Benzoic Acid
+ Br2
III.
Fe
+ HBr
(2.6)
Prosedur
III.1 Alat
Tabung reaksi 10x 75 mm
Tabung reaksi 16 x 150 mm
Acetylene generator
Pipet tetes
Kaca arloji
Rak tabung reaksi
III.2 Bahan
Heptana
1-oktana
toluene
xylena
1-butanol
karbon tetraklorida
1% bromin dalam karbon tetraklorida
paku payung
1% larutan potasium permanganat
sample hidrokarbon yang tidak diketahui
kalsium karbida
kertas lakmus biru
13
CH3(CH2)5CH3
Heptane
CH2=CH(CH2)5CH3
1-Octane
Toluene
3.
A.
1.
Kelarutan Hidrokarbon.
Kocoklah secara perlahan 0.5 ml heptana dengan 5ml pelarut air dalam
tabung reaksi 16x150 mm untuk menguji kelarutannya. Catatlah hasil
pengamatan Anda.
Ulangi langkah 1dengan sampel 1-Oktana dan toluena, masing-masing
dengan takaran yang sama.
Ganti pelarut dengan 1-butanol dan ligroin (campuran alkana), ulangi
langkah 1 dan 2 di atas dengan takaran yang sama.
2.
3.
B. Flammability Hidrokarbon
Hati-hati : hidrokarbon sangat mudah terbakar, dan uapnya sangat ekplosif
di udara. Berhati-hatilah dengan apinya. Jangan menambah kuantitas dari
hidrokarbon selain daripada yang sudah ditentukan.
1.
2.
3.
4.
Teteskan 3 tetes dari salah satu jenis sampel hidrokarbon pada kaca
gelas, dengan menggunakan korek, nyalakanlah hidrokarbon tersebut.
Amati type dan warna nyalanya, karbon yang terdapat dalam nyala
tersebut dan jumlah residu yang tertinggal.
Ulangi langkah di atas untuk kedua sampel hidrokarbon lainnya.
Catat hasil pengamatan Anda.
14
C.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
D.
1.
2.
3.
4.
5.
E.
1.
2.
F.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
IV.
Potensi Bahaya
No.
1
2
3
4
5
Alat
Tabung Reaksi
Acetylene Generator
Pipet Tetes
Kaca Arloji
Rak Tabung Reaksi
No. Bahan
1
Heptana
1-oktana
Toluena
Xylena
1-butanol
Karbon Tetraklorida
Bromin
Potensi Bahaya
Pecah/meledak
Bocor/meledak
Pecah
Pecah/meledak
Patah
Potensi Bahaya
Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.
Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau
memasuki saluran pernapasan.
Sangat beracun bagi mahluk dalam air dengan dampak
jangka panjang.
Dapat menyebabkan rasa mengantuk dan pusing.
Mudah terbakar.
Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.
Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau
memasuki saluran pernapasan.
Mudah terbakar jika terkena panas atau api.
Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.
Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau
memasuki saluran pernapasan.
Sangat beracun bagi mahluk dalam air dengan dampak
jangka panjang.
Dapat menyebabkan rasa mengantuk dan pusing.
Mudah terbakar.
Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.
Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau
memasuki saluran pernapasan.
Sangat beracun bagi mahluk dalam air dengan dampak
jangka panjang.
Dapat menyebabkan rasa mengantuk dan pusing.
Mudah terbakar.
Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.
Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau
memasuki saluran pernapasan.
Sangat beracun bagi mahluk dalam air dengan dampak
jangka panjang.
Dapat menyebabkan rasa mengantuk dan pusing.
Mudah terbakar.
Iritasi bila terkena mata dan kulit
Bahaya bila tertelan dan terhirup
Oksidator yang kuat.
Mudah terbakar.
Korosif.
16
8
9
11
V.
Pertanyaan
Berikan produk hasil dari reaksi berikut ini :
a.
CH3CH2CH3
O2
heat
b.
CH3
heat
KMnO4
CH3
c.
CH2CH3
heat
KMnO4
d.
H3C
CH3
C
H3C
Br2
C
CH3
CCl4
e.
CH3C
CCH2CH3
Br2
CCl4
17
f.
CH3CH2CH2CH=CH2
KMnO4
g.
CH3
Br2
Fe
CH3
h.
CaC2 + H2O
VI.
Flammability Hidrokarbon
Data yang diambil
Hasil Pengamatan
3 tetes heptana + api
3 tetes 1-oktana + api
3 tetes toluena + api
D.
Hasil
Pengamatan
No.
1
2
3
E.
1
2
F.
No.
1
2
Waktu
Reaksi
Pengelompokkan Zat
Data yang diambil
Hasil
Pengamatan
No.
VII.
Hasil
Pengamatan
Waktu
Reaksi
-
Hasil
Pengamatan
Daftar Pustaka
Tim Penyusun, 2006. Buku Panduan Praktikum Kimia Organik. Departemen
Teknik Gas dan Petrokimia Universitas Indonesia. Depok.
Fessenden, Ralph J., and Fassenden, Joans S., 1982, Organic Chemistry, 2nd ed.,
Williard Grant Press/PWS Publisher, Masachusetts, USA.
19
MODUL 2
ANALISIS POLISAKARIDA ALAMI
I.
Tujuan Percobaan
-
II.
20
Jenis
Dihasilkan oleh
Fungsi
Jenis
glikosida
Glikogen
Pati
Sel hewan
Sel tumbuhan
Polisakarida penyimpan yang mungkin
terdeposit pada granula yang cukup
besar di dalam sel.
Selulosa
Sel tumbuhan
Polisakarida
struktural
yang
meliputi
sel
dinding tumbuhan
betaikatan Ikatan alpha-glikosida (glikogen lebih Ikatan
bercabang dibandingkan dengan pati)
glikosida
(tidak
mudah terpecah di
alam,
selulosa
bersifat
sangat
kuat
dan
merupakan
zat
yang tahan lama.
Prosedur
III.1 Alat
Tabung reaksi
Rak Tabung Reaksi
Tusukan gigi (1 pack)
Pipet pasteur
Boiling water bath
21
III.2 Bahan
Saliva
1M glukosa
0,5% pati
Larutan Benedict
6M HCl
5M NaOH
Na2CO3
III.3 Prosedur Percobaan
Bagian I
1. Ambil saliva pada beaker yang telah disediakan.
2. Tandai 4 (empat) tabung reaksi, dengan label A, B, C, dan D,
3. Isi keempat tabung reaksi tersebut dengan komposisi masing-masing tabung
adalah sebagai berikut:
- Tabung A: 15 ml H2O + 30 tetes saliva
- Tabung B: 30 tetes saliva + 15 ml pati
- Tabung C: 15 ml H2O + 30 tetes pati
- Tabung D: 15 ml pati + amilase
4. Inkubasi keempat tabung tersebut pada suhu 37oC dalam jangka waktu 1 jam.
5. Tambahkan 20 tetes larutan Benedict (setelah 1 jam).
6. Panaskan selama 5 menit pada boiling water bath.
7. Observasi dan catat perubahan warna yang terjadi.
Bagian II
1. Tandai 4 (empat) tabung reaksi, dengan label E, F, G, dan H.
2. Isi keempat tabung dengan komposisi masing-masing tabung adalah sebagai
berikut:
- Tabung E: 15 ml H2O
- Tabung F: 15 ml larutan pati
- Tabung G: 1 tusukan gigi yang telah dipecah menjadi bagian-bagian yang
cukup kecil + 15 ml H2O
- Tabung H: 15 ml larutan glukosa
3. Panaskan keempat tabung tersebut dalam boiling water bath selama 15 menit
dan kemudian biarkan dingin
4. Tambahkan 20 tetes larutan Benedict pada semua tabung
5. Catat warnanya
6. Panaskan dalam boiling water bath selama 5 menit
7. Catat warnanya
Bagian III
1. Tandai 4 (empat) tabung reaksi, dengan label I, J, K, dan L.
2. Isi keempat tabung reaksi dengan komposisi sebagai berikut:
- Tabung I: 15 ml H2O + 10 ml 5N HCl
- Tabung J: 15 ml larutan pati + 10 ml 5N HCl (*)
- Tabung K: 1 tusukan gigi yang telah dipecah menjadi bagian-bagian kecil +
10 ml 5N HCl
- Tabung L: 15 ml larutan glukosa + 10 ml 5N HCl
3. Panaskan dalam boiling water bath selama 15 menit dan kemudian dinginkan
22
Potensi Bahaya
No.
1
2
3
4
5
Alat
Tabung Reaksi
Rak Tabung Reaksi
Tusukan Gigi
Pipet Pasteur
Boiling Water Bath
Potensi Bahaya
Pecah/meledak
Patah
Tertusuk
Pecah
Meledak/Terpapar tubuh
No. Bahan
1
Saliva
2
Larutan benedict
V.
Potensi Bahaya
Dapat menularkan penyakit.
Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.
Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau
memasuki saluran pernapasan.
Asam Klorida (HCl)
Sangat korosif dan toksik.
Dapat menyebabkan iritasi bila terkontak dengan mata
atau terhirup.
Natrium
Hidroksida Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.
(NaOH)
Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau
memasuki saluran pernapasan.
Sangat beracun bagi mahluk dalam air dengan dampak
jangka panjang.
Dapat menyebabkan rasa mengantuk dan pusing.
Mudah terbakar.
Natrium
Karbonat Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.
(Na2CO3)
Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau
memasuki saluran pernapasan.
Sangat beracun bagi mahluk dalam air dengan dampak
jangka panjang.
Dapat menyebabkan rasa mengantuk dan pusing.
Pertanyaan
1. Untuk masing-masing bagian dalam percobaan, tentukan dan terangkan,
manakah yang merupakan tabung kontrol negatif, tabung kontrol positif, dan
tabung uji!
2. Apakah kandungan dari larutan Benedict? Reaksi apakah yang terjadi di
dalamnya?
23
1
2
3
4
Hasil
Perubahan
Pengamatan
Warna
Bagian II
No.
1
2
Tabung E: 15 ml H2O
Tabung F: 15 ml larutan pati
Tabung G: 1 tusukan gigi yang telah
dipecah menjadi bagian-bagian yang
cukup kecil + 15 ml H2O
Tabung H: 15 ml larutan glukosa
3
4
Perubahan
warna
Perubahan
setelah
warna
ditambahkan
setelah
larutan
dipanaskan
benedict
Bagian III
No.
1
2
3
4
VII.
Perubahan
Warna
Daftar Pustaka
24
Ozoren, Nesrin. Ugur, Sibel. Aslan, Tolga. Seker, Tungcay. Atay, Cigdem.,2008. Cell
Biology Lab Manual. Departement of Molecular Biology and Genetics: Bogazici
University, Istanbul.
Winarno, F.G., 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Cet. ke-8. P. T. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
25
MODUL 3
EKSTRAKSI MINYAK DAN IDENTIFIKASI LIPID DAN ASAM LEMAK
I.
Tujuan Percobaan
Melakukan ekstraksi lipid dan melakukan analisa kelarutan dan kejenuhan lemak
Menentukan jumlah asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak goreng
II.
Pendahuluan
Trigliserida, salah satu jenis lipida, adalah ester dari gliserol alkohol dan asam
karboksilat rantai panjang.
O
H2C
O
HC
R'
O
H2C
R''
O
H2C
R
CH2OH
O
HC
R'
O
H2C
3 NaOH
CHOH
CH2OH
RCO2Na
+ R'CO2Na
R''CO2Na
R''
26
Ar
SO3-Na+
OSO3-Na+
Karena garam kalsium dari aryl sulfonate dan alyl sulfate terlarut dalam air,
deterjen bisa digunakan dalam air keras, sedangkan sabun akan membentuk
presipitant tidak terlarut.
Setiap tahunnya, orang Amerika menggunakan jutaan kilogram deterjen untuk
mencuci pakaian dan perlatan lainnya. Hampir setiap gram dari deterjen tersebut
mengalir ke danau maupun sungai. Kebanyakan produk laundry mengandung
phospate yang apabila sudah berada dalam perairan, akan menyuburkan pertumbuhan
algae. Phosphate bertindak sebagai pupuk bagi alga dalam bentuk seperti ketika
phosphate menyuburkan tanaman atau rumput di kebun. Alga mengonsumsi oksigen
yang terlarut dalam air dalam jumlah banyak. Konsentrasi dari oksigen terlarut yang
berkurang menyulitkan ikan-ikan atau hewan air lain, sehingga menganggu
keseimbangan ekosistem.
Pada percobaan ini, deterjen komersial diujicobakan untuk mengetahui
keberadaan kandungan phosphate di dalamnya. Dasar dari percobaan ini adalah reaksi
kimia antara anion phosphate anion molybdate dalam larutan asam.
12Mo7O246- + 7 PO43- + 72 H+ 7 PMo12O403- + 36 H2O
(3.1)
Prosedur
III.1 Alat
Tabung reaksi 16x150 mm
Tabung reaksi 10x75 mm
Peraltan refluks
Pipet tetes
Glass stirring rod
Gelas Beaker
III.2 Bahan
Minyak biji kapas
Heksana
Karbon tetraklorida
Larutan 5% bromin dalam karbon tetraklorida
27
etanol 95%
Larutan NaOH
Larutan HCl konsentrasi tinggi
Kalsium klorida 0.1M
Magnesium klorida 0.1M
Besi (III) klorida 0.1M
Larutan ammonium molybdate 0.2 M
Asam nitrat 6M
Kertas lakmus atau kertas penguji pH
Minyak mineral.
6.
Maka dapat dihitung nilai asam (acid value) dari minyak goreng dengan:
NILAI ASAM
BM KOH (56.11) * T * N
W
(3.2)
dengan:
IV.
Potensi Bahaya
No.
1
2
3
4
5
Alat
Tabung Reaksi
Peralatan refluks
Pipet Tetes
Glass stirring rod
Gelas Beaker
No. Bahan
1
Minyak biji kapas
2
Heksana
Karbon tertraklorida
NaOH
HCl
Kalsium klorida
Potensi Bahaya
Pecah/meledak
Pecah/meledak
Pecah
Pecah
Pecah
Potensi Bahaya
Dapat tertelan.
Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.
Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau
memasuki saluran pernapasan.
Sangat beracun bagi mahluk dalam air dengan dampak
jangka panjang.
Dapat menyebabkan rasa mengantuk dan pusing.
Mudah terbakar.
Iritasi bila terkena mata dan kulit
Bahaya bila tertelan dan terhirup
Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.
Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau
memasuki saluran pernapasan.
Sangat beracun bagi mahluk dalam air dengan dampak
jangka panjang.
Dapat menyebabkan rasa mengantuk dan pusing.
Mudah terbakar.
Sangat korosif dan toksik.
Dapat menyebabkan iritasi bila terkontak dengan mata
atau terhirup.
Dapat menyebabkan iritasi pada sistem pernapasan bila
terhirup.
Dapat menyebabkan iritasi pada sistem pencernaan
ringan bila tertelan.
29
10
11
V.
VI.
Ekstraksi Minyak
No.
Data yang diambil
1 0,5 ml minyak biji kapas + air
2 0,5 ml minyak biji kapas + etanol
3 0,5 ml minyak biji kapas + heksana
Kelarutan
30
Identifikasi Lipid
No.
Jumlah
Tetesan
Hasil
5% bromin
Pengamatan
dalam
karbon
tetraklorida
1
2
3
Volume
titran
31
MODUL 4
EKSTRAKSI DNA DARI KACANG HIJAU
I.
II.
Tujuan Percobaan
Mengisolasi DNA (Deoxyribo Nucleic Acid) dari kacang hijau (bovine spleen)
Teori
DNA (Deoxyribo Nuceic Acid)
DNA adalah akronim dari Deoxyribo Nucleic Acid yang bila diterjemahkan
kedalam bahasa Indonesia berarti Asam Deoksiribo Nukleat. DNA merupakan
senyawa kimia yang terdapat di dalam inti sel yang sangat berperan pada proses
sintesis protein untuk pembentukan enzim, dan protein lain.
Pada tahun 1953, Francis H.C Crick dan James D. Watson, berdasarkan analisis
foto difraksi sinar X, menggambarkan struktur DNA sebagai tangga tali terpilin dan
disebut Double Helix (heliks ganda). Ibu tangganya terdiri atas rentetan rantai
gugus gula deoksiribosa dan gugus fosfat, sedangkan anak tangganya terdiri atas basa
nitrogen, yaitu Purin terdiri atas Adenin(A) dan Guanin (G); serta Pirimidin terdiri
atas Sitosin (S) dan Timin (T).
Basa-basa nitrogen yang menyusun anak tangga tersebut dihubungkan oleh ikatan
hidrogen yang sifat ikatannya lemah. Setiap anak tangga terdiri atas pasangan basa
nitrogen yang khas, yaitu Adenin (A) dengan Timin (T), Sitosin (S) dengan Guanin
(G). Atas penemuan mereka mengenai struktur model DNA tersebut, pada 1962,
Crick dan Watson menerima hadiah Nobel. Crick dan Watson menyimpulkan bahwa
tatanan nukleotida merupakan perangkat kode instruksi pembangunan seluruh
organisme.
Fungsi DNA
DNA berfungsi menyampaikan informasi genetika dari induk ke generasi
berikutnya dan mengatur perkembangan metabolisme tubuh. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa DNA adalah gen itu sendiri. DNA dapat juga mengawasi aktivitasaktivitas sel dengan memerintahkan pembentukan semua macam protein (enzim) di
dalam sel. DNA berada di dalam inti sel dan pada umumnya pembentukan protein
terjadi pada ribosom, yaitu pada sitoplasma. Sehingga, informasi yang ada pada DNA
harus diterjemahkan dahulu oleh suatu senyawa tertentu dan dibawa oleh senyawa
tersebut dari inti ke sitoplasma. DNA akan membentuk senyawa lain dalam
menyampaikan informasi genetik yang akan memerintahkan sintesis protein.
Senyawasenyawa yang dibentuk oleh DNA, yaitu RNA duta, RNA transfer, dan RNA
ribosom.
Ektraksi DNA
Ekstraksi DNA adalah sebuah prosedur rutin yang dilakukan untuk mendapatkan dan
mengumpulkan DNA untuk molekuler subsekuen atau analisis forensik.
32
DNA diekstraksi dari sel-sel yang ada pada manusia untuk berbagai alasan. Dengan
sampel murni berupa DNA, anda dapa menguji bayi yang baru lahir untuk penyakit
genetik, menganalisis pembuktian forensik, atau mempelajari gen yang terlibat dala
kanker. Secara garis besar, tahapan untuk ekstraksi DNA adalah sebagai berikut:
1. Buka sel dengan cara dipecah/ cacah untuk menampakkan DNA
2. Hilangkan lemak membran dengan penambahan deterjen
3. Presipitasi DNA dengan alkohol. Adapun jenis alkohol yang digunakan adalah
etanol atau isopropanol (70-95%). Karena DNA tidak terlarut pada alkohol jenis
tersebut, DNA akan teragregasi secara bersama-sama, denga pemberian pellet saat
proses sentrifugasi. Tahapan ini juga berguna untuk menghilangkan garam yang
larut dalam alkohol (alcohol-soluble salt).
III.
Prosedur
III.1 Alat
Blender
Saringan
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi
Batang lidi/ kayu
Gelas beaker
Wadah
UV Spektroskopi
III.2 Bahan
Kacang hijau
Garam/ NaCl
Air dingin
Deterjen cair
Enzim (Dapat berupa pelunak daging (meat tenderizer), jus nanas, atau
larutan pembersih lensa kontak)
Alkohol 70-95% (Etanol atau Isopropanol)
DNA Standar
III.3 Prosedur Percobaan
Secara garis besar, tahapan untuk ekstraksi DNA adalah sebagai berikut:
1. Buka sel dengan cara dipecah/ cacah untuk menampakkan DNA
2. Hilangkan lemak membran dengan penambahan deterjen
3. Presipitasi DNA dengan alkohol. Adapun jenis alkohol yang digunakan adalah
etanol atau isopropanol (70-95%). Karena DNA tidak terlarut pada alkohol
jenis tersebut, DNA akan teragregasi secara bersama-sama, denga pemberian
pellet saat proses sentrifugasi. Tahapan ini juga berguna untuk menghilangkan
garam yang larut dalam alkohol (alcohol-soluble salt).
Adapun proses detail untuk percoban ini adalah sebagai berikut:
1. Siapkan alat dan bahan yang telah ditentukan sebelumnya
2. Masukkan cup kacang hijau (100 ml) dalam blender
33
3. Masukkan sejumput garam (kurang dari 1/8 sendok teh, kurang dari 1 ml)
dalam blender
4. Masukkan air dingin sebanyak 2 (dua) kali lebih banyak dari jumlah kacang
hijau yang sebelumnya sudah dimasukkan dalam blender (kira-kira 1 cup, 200
ml)
5. Blender kesemuanya dengan kecepatan tinggi selama 15 detik
19. Jika anda ingin menyimpan dan meneliti DNA tersebut, anda dapat
memindahkannya ke dalam wadah berukuran kecil yang berisi alkohol.
20. Analisis DNA menggunakan kurva standar dari DNA standar.
IV.
Potensi Bahaya
No.
1
2
3
4
Alat
Blender
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi
Batang lidi/kayu
Potensi Bahaya
Meledak/terbakar
Meledak/pecah
Patah
Tertusuk
35
5
6
Gelas Beaker
UV Spektroskopi
Pecah
Meledak/terbakar
No. Bahan
Potensi Bahaya
1
Kacang hijau Dapat tertelan/tersedak.
2
Garam/NaCl Dapat menyebabkan iritasi pada sistem pernapasan bila
terhirup.
Dapat menyebabkan iritasi pada sistem pencernaan
ringan bila tertelan.
Dapat menyebabkan iritasi kulit ringan.
Dapat menyebabkan iritasi bila terkena mata.
3
Deterjen cair Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.
Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau
memasuki saluran pernapasan.
Sangat beracun bagi mahluk dalam air dengan dampak
jangka panjang.
Dapat menyebabkan rasa mengantuk dan pusing.
4
Alkohol
Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.
Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau
memasuki saluran pernapasan.
Sangat beracun bagi mahluk dalam air dengan dampak
jangka panjang.
Dapat menyebabkan rasa mengantuk dan pusing.
Mudah terbakar.
V.
Pertanyaan
1. Mengapa kacang hijau digunakan dalam percobaan ini? Apakah kacang hijau
merupakan sumber DNA terbaik? Jelaskan alasan anda!
2. Apakah fungsi dan tujuan penambahan garam dan deterjen pada percobaan
ini?
3. Mengapa air dingin lebih baik dibandingkan dengan air hangat dalam
mengekstraksi DNA? Jelaskan!
4. Bagaimanakah sel dinding dari sel tumbuhan dapat dicacah/ pecah?
5. Jenis enzim apakah yang ditemukan di dalam pelunak daging/ jus nanas/
larutan pembersih lensa kontak?
6. Apakah yang dapat anda lakukan untuk meningkatkan hasil DNA dalam
percobaan ini?
7. Mengapa DNA menggumpal secara bersama-sama? Jelaskan!
8. Bagaimana anda dapat mengkonfirmasi bahwa gumpalan putih berserabut
yang menempel pada lidi/ batang kayu tersebut adalah DNA?
9. Apakah mungkin bahwa gumpalan putih berserabut tersebut adalah campuran
DNA dan RNA?
10. Berapa lama daya tahan DNA? Akankah kuantitas DNA menurun dan
menghilang? Jelaskan!
11. Dapatkah anda mengekstrak DNA manusia menggunakan prosedur percobaan
ini?
12. Dapatkah anda menggunakan mikroskop untuk melihat DNA yang anda
ekstrak dalam percobaan ini?
VI.
No.
1
2
VII.
Absorbansi
DNA Standar
DNA kacang hijau
Daftar Pustaka
Genetic Science Learning Center Team, 2008. How to Extract DNA from Anything
Living
(http://learn.genetics.utah.edu/content/labs/extraction/howto/DNA_Extraction.pdf).
Genetic Science Learning Center, Utah.
K. Murray, Robert, dkk. 2003. Biokimia Harper. Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Ozoren, Nesrin. Ugur, Sibel. Aslan, Tolga. Seker, Tungcay. Atay, Cigdem.,2008. Cell
Biology Lab Manual. Departement of Molecular Biology and Genetics: Bogazici
University, Istanbul.
37
MODUL 5
EKSTRAKSI DAN KUANTIFIKASI PROTEIN DARI SUMBER MAKANAN
I.
Tujuan:
Menentukan konsentrasi protein dari suatu sample yang tidak diketahui
II.
Teori
Protein adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang
merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama
lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen,
nitrogen dan kadang sulfur serta fosfor. Protein merupakan salah satu bio-makromolekul
yang penting perananya dalam makhluk hidup. Setiap sel dalam tubuh kita mengandung
protein, termasuk kulit, tulang, otot, kuku, rambut, air liur, darah, hormon, dan enzim.
Fungsi dari protein itu sendiri secara garis besar dapat dibagi ke dalam dua kelompok
besar, yaitu sebagai bahan struktural dan sebagai mesin yang bekerja pada tingkat
molekular. Beberapa protein struktural, fibrous protein, berfungsi sebagai pelindung,
sebagai contoh a dan b-keratin yang terdapat pada kulit, rambut, dan kuku. Sedangkan
protein struktural lain ada juga yang berfungsi sebagai perekat, seperti kolagen. Protein
dapat memerankan fungsi sebagai bahan struktural karena seperti halnya polimer lain,
protein memiliki rantai yang panjang dan juga dapat mengalami cross-linking dan lainlain. Selain itu protein juga dapat berperan sebagai biokatalis untuk reaksi-reaksi kimia
dalam sistem makhluk hidup. Makromolekul ini mengendalikan jalur dan waktu
metabolisme yang kompleks untuk menjaga kelangsungan hidup suatu organisma. Suatu
sistem metabolisme akan terganggu apabila biokatalis yang berperan di dalamnya
mengalami kerusakan.
38
(terminasi) atau faktor pembebas, yaitu protein R1, R2, dan S, yang kemudian turut
menyebabkan (1) penguraian hidrolitik polipeptida dari ujung tRNA terakhir dan
melepaskannya dalam bebtuk bebas, (2) pelepasan tRNA terakhir yang sekarang
kosong dari tempat P, dan (3) dissosiasi ribosom 70S menjadi subunit 30S dan 50S
nya siap untuk memulai rantai polipeptida yang baru.
Tahap 5 : pelipatan dan pengolahan
Untuk memperoleh bentuk aktifnya secara biologis, polipeptida harus
mengalami pelipatan menjadi konfirmasi tiga dimensi yang benar. Sebelum dan
sesudah pelipatan, polipeptida baru dapat mengalami pengolahan oleh kerja enzimatik
untuk melepaskan asam amino penginisiasi, dan mengikat gugus fosfat, metil,
karboksil atau gugus lain pada residu asam amino tertentu, atau untuk mengikat gugus
39
2. Struktur protein
Suatu asam amino- terdiri atas:
1. Atom C . Disebut karena bersebelahan
dengan gugus karboksil (asam).
2. Atom H yang terikat pada atom C .
3. Gugus karboksil yang terikat pada atom C .
4. Gugus amino yang terikat pada atom C .
5. Gugus R yang juga terikat pada atom C .
Ada 4 tingkat struktur protein yaitu struktur primer, struktur sekunder, struktur
tersier dan struktur kuartener.
a. Struktur primer
Struktur primer adalah urutan asam-asam
amino yang membentuk rantai polipeptida.
Struktur primer protein bisa ditentukan dengan
beberapa metode: (1) hidrolisis protein dengan
asam kuat (misalnya, 6N HCl) dan kemudian
komposisi asam amino ditentukan dengan instrumen amino acid analyzer, (2)
analisis sekuens dari ujung-N dengan menggunakan degradasi Edman, (3)
kombinasi dari digesti dengan tripsin dan spektrometri massa, dan (4) penentuan
massa molekular dengan spektrometri massa.
b. Struktur sekunder
Struktur sekunder protein bersifat reguler, pola lipatan berulang dari rangka
protein. Pada struktur sekunder, protein sudah mengalami interaksi intermolekul,
melalui rantai samping asam amino. Analisa defraksi sinar-X merupakan cara
yang baik untuk mempelajari struktur sekunder protein serabut.
Kekuatan yang menstabilkan struktur protein
Beberapa interaksi nonkovalen yang
secara individual lemah, namun secara numerik cukup kuat menstabilkan
40
dimana kekuatan yang menarik bekerja maksimal dan kekuatan yang menolak
minimal disebut jarak kontak van der Walls.
Ikatan yang membentuk struktur ini, didominasi oleh ikatan hidrogen antar
rantai samping yang membentuk pola tertentu bergantung pada orientasi ikatan
hidrogennya. Dua pola terbanyak adalah alpha helix dan beta sheet . b-sheet itu
sendiri ada yang paralel dan juga ada yang anti-paralel, bergantung pada orientasi
kedua rantai polipeptida yang membentuk struktur sekunder tersebut. Struktur
sekunder bisa ditentukan dengan menggunakan spektroskopi circular dichroism
(CD) dan Fourier Transform Infra Red (FTIR). Spektrum CD dari puntiran-alfa
menunjukkan dua absorbans negatif pada 208 dan 220 nm dan lempeng-beta
menunjukkan satu puncak negatif sekitar 210-216 nm. Estimasi dari komposisi
struktur sekunder dari protein bisa dikalkulasi dari spektrum CD. Pada spektrum
FTIR, pita amida-I dari puntiran-alfa berbeda dibandingkan dengan pita amida-I
dari lempeng-beta. Jadi, komposisi struktur sekunder dari protein juga bisa
diestimasi dari spektrum inframerah.
c. Struktur tersier
Struktur tersier terbentuk karena terjadinya perlipatan (folding) rantai -helix,
konformasi , maupun gulungan rambang suatu polipeptida, membentuk globular,
yang struktur tiga dimensiny lebih rumit daripada protein tersebut. Interaksi intra
molekuler seperti ikatan hidrogen, ikatan ion, van der Waals, hidropobik turut
menentukan orientasi struktur 3 dimensi dari protein. Beberapa protein telah dapat
ditentukan struktur tersiernya, misalnya hemoglobin, mioglobin, lisozim,
ribonulease dan kimo tripsinogen. Sebagai contoh, struktur tersier enzim sering
padat, berbentuk globuler.
42
d. Struktur kuartener
Beberapa protein tersusun atas lebih dari satu rantai polipeptida. Struktur
kuartener menggambarkan subunit-subunit yang berbeda dipak bersama-sama
membentuk struktur protein. Beberapa molekul protein dapat berinteraksi secara
fisik tanpa ikatan kovalen membentuk oligomer yang stabil (misalnya dimer,
trimer, atau kuartomer) dan membentuk struktur kuartener. Kemantapan struktur
kuartener suatu protein oligomer disebabkan oleh interaksi dan ikatan nonkovalen yang lemah antara masing-masing sub bagiannya. Kemampuan untuk
berhimpun diri daripada beberapa sub bagian ini merupakan ciri struktur
kuartener suatu protein oligomer. Sebagian besar protein oligomer mengalami
disidiasi pada pH tinggi atau rendah, juga bila ditempatkan dalam larutan urea
atau garam berkonsentrasi tinggi. Dalam proses denaturasi ini, protein oligomer
mengalami dua proses bertingkat, yaitu :
1. Disosiasirantai polipeptida yang satu dengan yang lainnya
2. Merenggangnya satuan rantai polipeptida
Struktur kuartener yang terkenal adalah enzim Rubisco dan insulin. Sebagai
contoh adalah molekul hemoglobin manusia yang tersusun atas 4 subunit, yang
akan berdisosiasi pada proses pengenceran. Masing-masing sub bagian terdiri atas
dua rantai polipeptida, dan .
43
44
d. Reaksi Biuret
Beberapa reaksi uji terhadap protein, tes biuret merupakan salah satu cara untuk
mengidentifikasi adanya protein, dalam larutan basa biuret memberikan warna violet
dengan CuSO4 karena akan terbentuk kompleks Cu2+ dengan gugus CO dan gugus
NH dari rantai peptida dalam suasana basa. Pengendapan dengan logam diketahui
bahwa protein mempunyai daya untuk menawarkan racun. Salting out, apabila
terdapat garam-garam anorganik alam presentase tinggi dalam larutan protein, maka
kelarutan
protein
akan
berkurang,
sehingga
mengakibatkan
pengendapan.
Pengendapan dengan alkohol, penambahan pelarut organik seperti aseton atau alkohol
akan menurunkan kelarutan protein pada kedudukan dan distribusi dari gugus hidrofil
polar dan hidrofob polar di dalam molekul hingga menghasilkan protein yang dipol
(Tim Dosen Kimia, 2011).
Pengembangan dari metode biuret adalah metode lowry. Metode lowry
merupakan teknik uji biokimia untuk mengetahui kadar total protein di dalam suatu
larutan. Total konsentrasi protein diperlihatkan melalui proporsi perubahan warna
larutan sampel dibandingkan dengan konsentrasi protein, yang dapat dihitung dengan
menggunakan teknik colorimetric. Nama Lowry sendiri diambil dari nama seorang
biochemist bernama Oliver H. Lowry yang mengembangkan reagen pada tahun 1940.
Dalam metode ini terlibat 2 reaksi. Awalnya, kompleks Cu(II)-protein akan
terbentuk sebagaimana metode biuret, yang dalam suasana alkalis Cu(II) akan
tereduksi menjadi Cu(I). Ion Cu+ kemudian akan mereduksi reagen Folin-Ciocalteu,
kompleks
phosphomolibdat-phosphotungstat
(phosphomolybdotungstate),
III.
Prosedur
III.1 Alat
Spektrofotometer
Gelas beaker
Tabung reaksi
Pipet
Mikropipet
III.2 Bahan
Tahu
Tempe
Susu
Na2CO3
N NaOH
NaK Tartrate
H2O
CuSO4.5 H2O
Folin-Phenol 2 N
III.3 Prosedur Percobaan
1. Siapkan bahan-bahan berikut:
A. 2% Na2CO3 dalam 0.1 N NaOH
B. 1% NaK Tartrate dalam H2O
C. 0.5% CuSO4.5 H2O dalam H2O
D. 48 mL of A, 1 mL of B, 1 mL C
E. Phenol Reagent : 1 bagian Folin-Phenol [2 N] : 1 bagian air BSA
Standard - 1 mg/ mL
2. Siapkan sampel (tempe, tahu, susu) dengan 4 konsentrasi berbeda
3. Tambahkan 2 mL larutan D pada setiap tabung
4. Inkubasikan selama 10 menit pada suhu ruang.
5. Tambahkan 0.2 mL larutan phenol reagent pada setiap tabung.
46
Potensi Bahaya
Alat
Spektrofotometer
Gelas Beaker
Tabung reaksi
Pipet dan mikropipet
Potensi Bahaya
Meledak/terbakar
Pecah
Meledak/pecah
Meledak/pecah
No. Bahan
1
Natrium
(Na2CO3)
V.
Potensi Bahaya
karbonat Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.
Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau
memasuki saluran pernapasan.
Sangat beracun bagi mahluk dalam air dengan dampak
jangka panjang.
Dapat menyebabkan rasa mengantuk dan pusing.
Natrium
Hidroksida Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.
(NaOH)
Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau
memasuki saluran pernapasan.
Sangat beracun bagi mahluk dalam air dengan dampak
jangka panjang.
Dapat menyebabkan rasa mengantuk dan pusing.
Mudah terbakar.
NaK Tartrate
Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.
Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau
memasuki saluran pernapasan.
Dapat menyebabkan iritasi pada mata dan kulit.
CuSO4.5 H2O
Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.
Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau
memasuki saluran pernapasan.
Dapat menyebabkan iritasi pada mata dan kulit.
Folin-Phenol
Dapat menyebabkan gangguan fatal pada kulit jika
terpapar.
Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau
memasuki saluran pernapasan.
Dapat menyebabkan iritasi fatal pada mata dan kulit.
Pertanyaan
1. Jelaskan Prinsip kerja dari metode Lowry dalam menentukan konsentrasi protein
47
Absorbansi
tidak
48
MODUL 6
PERHITUNGAN MIKROSKOPIS
I.
Tujuan Percobaan
Untuk menghitung spesimen dengan menggunakan mikroskop
II.
Teori
Prosedur
III.1 Alat
Mikroskop cahaya
Hemocytometer
Slide mikroskop
Coverslip
Pipet
III.2 Bahan
Rambut
Dedaunan
Safranin stain
Methylene blue
Etanol
Isopropanol (to clean objective lenses)
III.3 Prosedur Percobaan
50
Potensi Bahaya
Alat
Mikroskop cahaya
Hemocytometer
Slide mikroskop
Pipet
Potensi Bahaya
Meledak/terbakar
Pecah/patah
Meledak/terbakar
Meledak/pecah
No. Bahan
1
Safranin stain
Potensi Bahaya
Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.
Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau
memasuki saluran pernapasan.
Dapat menyebabkan iritasi pada mata, hati, dan ginjal.
Mudah terbakar dalam bentuk cair dan uap.
Methylene blue Dapat menyebabkan gangguan pada kulit dan mata jika
terpapar.
Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau
memasuki saluran pernapasan.
Mudah terbakar.
Etanol
Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.
Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau
memasuki saluran pernapasan.
Sangat beracun bagi mahluk dalam air dengan dampak
jangka panjang.
Dapat menyebabkan rasa mengantuk dan pusing.
Mudah terbakar.
51
V.
Isopropanol
Pertanyaan
1. Apa perbedaan dari mikroskop dengan area terang dan gelap? Apa tipe
mikroskop yang baik digunakan untuk melihat sampel?
2. Apa bagian sel yang dipengaruhi oleh safranin dan methylene blue?
3. Berapa diameter dari daun dan sel epitel?
VI.
Format Laporan dan Pengumpulan
Perhitungan Diameter Rambut
No.
Data yang diambil
1
Rambut pada perbesaran lensa objektif 10 x
2
Rambut pada perbesaran lensa objektif 40 x
Diameter
Daftar Pustaka
Ozoren, Nesrin. Ugur, Sibel. Aslan, Tolga. Seker, Tungcay. Atay, Cigdem. Cell
Biology Lab Manual. 2008. Departement of Molecular Biology and Genetics:
Bogazici University.
52
MODUL 7
KLOROFIL DAN KAROTENOID
I.
II.
Tujuan Percobaan
Mengekstraksi klorofil dan karotenoid dari dedaunan
Menentukan kandungan klorofil dan karotenoid
Teori
Sumber energi yang paling utama dari semua sumber kehidupan di alam ini
adalah matahari. Energi yang terdapat dalam sinar matahari yang memasuki biosfer
dimanfaatkan oleh sebuah proses yang dinamakan fotosintesis, yang biasanya terjadi
pada tumbuh-tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri. Fotosintesis dapat juga
dikatakan sebagai proses physico-chemical, dimana organisme yang melakukan
fotosintesis menggunakan energi cahaya untuk mensintesis senyawa-senyawa organik.
Proses fotosintesis tergantung pada sebuah set molekul protein kompleks yang berlokasi
di dalam dan sekitar sebuah membran yang sangat terorganisir. Melalui serangkaian
reaksi transfer energi, mesin fotosintetik tersebut mengubah energi cahaya menjadi
sebuah bentuk stabil yang dapat bertahan selama ratusan juta tahun.
Pada tumbuh-tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri, proses fotosintesis
menghasilkan suatu pelepasan oksigen molekular dan penghilangan karbon dioksida dari
atmosfer, yang akan digunakan untuk mensitesa karbohidrat (fotosintesis oksigenik).
Sedangkan ada beberapa jenis bakteri yang menggunakan energi cahaya untuk membuat
senyawa organik tetapi tidak menghasilkan oksigen (fotosintesis anoksigenik).
Fotosintesis menyediakan energi dan mengurangi karbondioksida yang diperlukan untuk
kelangsungan semua kehidupan di muka bumi ini, juga oksigen molekular yang sangat
diperlukan untuk kehidupan organisme yang mengkonsumsi oksigen, termasuk manusia.
Juga bahan-bahan bakar yang dibakar untuk menyediakan energi bagi aktivitas
kehidupan manusia dihasilkan oleh organisme-organisme fotosintetik pada zaman
dahulu. Meskipun fotosintesis terjadi di dalam sel atau organela yang sesungguhnya
hanya berukuran beberapa mikron, tetapi proses ini dapat berdampak pada lapisan
atmosfer bumi dan iklim.
Pada tumbuhan-tumbuhan proses fotosintesis terjadi didalam kloroplast, dimana
organela-organela ditemukan di dalam sel. Kloroplast menyediakan energi dan karbon
tereduksi yang diperlukan untuk pertumbuhan tumbuhan dan perkembangannya,
sementara itu tumbuhan menyediakan CO2, air, nitrogen, senyawa organik, dan mineralmineral yang penting yang diperlukan kloroplast untuk biogenesis. Kebanyakan
kloroplast berada dalam sel daun yang spesial, dimana biasanya mengandung 50 atau
lebih kloroplast tiap sel.
Fotosintesis digerakkan terutama oleh cahaya tampak (panjang gelombang dari
400 sampai 700 nm) yang terabsorb oleh molekul pigmen (terutama klorofil a dan b, dan
karotenoid).
53
Struktur kimia dari molekul klorofil a dapat dilihat pada Gambar 4.1 Pada klorofil
b, CH3 pada cincin II digantikan oleh grup CHO. Tumbuhan akan kelihatan hijau
dikarenakan klorofil yang dimilikinya. Cahaya yang dikumpulkan oleh 200 300
molekul pigmen akan yang diikat oleh protein kompleks berada di dalam membran
fotosintetik.
Masing-masing klorofil ini memiliki kelebihan pada daya absorpsi terhadap
panjang gelombang tertentu seperti ditunjukkan pada Gambar 4.2.
Reaksi fotosintesis secara umum dibagi menjadi dua tahap, yaitu reaksi terang
dan reaksi gelap. Pada reaksi terang terjadi reaksi transfer elektron dan proton,
sedangkan pada reaksi gelap terjadi reaksi biosintesa karbohidrat dari CO2. Reaksi terang
menghasilkan sintesis ATP dan NADPH untuk membentuk senyawa organik pada reaksi
gelap.
54
Pada reaksi terang molekul air (H2O) terurai menjadi molekul oksigen (O2) dan
proton (H+). Dalam reaksi tersebut dihasilkan energi dalam bentuk ATP dan NADP+.
Kemudian, H+ yang dihasilkan dalam reaksi penguraian air tersebut ditangkap oleh
NADP+ sehingga terbentuk NADPH. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut:
12 H2O + ATP + 24 NADP+ 6 O2 + ATP + 24 NADPH
(2.1)
Reaksi terang tersebut terjadi di dalam grana. Sedangkan reaksi gelap yang
dikemukakan oleh Blackman terjadi pada stroma. Dalam reaksi gelap, ATP dan NADPH
yang terbentuk pada reaksi terang digunakan untuk pembentukan glukosa dari karbon
dioksida.
Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut :
6 CO2 + 18ATP + 12NADPH (CH2O)6 + 6 H2O
(2.2)
Jika kedua reaksi tersebut digabungkan, akan didapat persamaan reaksi umum
fotosintesis sebagai berikut :
6 CO2 + 12 H2O + energi cahaya C6H12O6 + 6 H2O + 6 O2
(2.3)
Jadi reaksi gelap hanya berlangsung jika tersedia energi kimia dan proton (H+)
yang dihasilkan oleh reaksi terang. Tanpa didahului reaksi terang, reaksi gelap tak akan
berlangsung.
III.
Prosedur
III.1 Alat
Sentrifuge
Tabung sentrifuge
Labu Erlenmeyer
Vortexer
Kuvet kaca
Spektrofotometer
Botol aquades
Oven pengering
III.2 Bahan
Daun-daunan dari tumbuhan hijau
Aquades
Larutan aseton 80%
III.3 Prosedur Percobaan
Persiapan Dedaunan
1.
2.
3.
4.
Ambil dedaunan dari pepohonan yang ada disekitar tempat tinggal Anda.
Keringkan dedaunan pada aliran udara panas 50oC (1-2 jam)
Tumbuk dengan mortar dedaunan kering tersebut hingga halus
Timbang berat sejumlah (sekitar 10 gram) bubuk dedaunan kering.
55
Pencucian Dedaunan
1. Larutkan dalam air suling secukupnya
2. Bagi sampel menjadi beberapa bagian sama rata untuk ditempatkan dalam tabung
sentrifuge.
3. Sentrifuge larutan tersebut dengan putaran 3300 g (6200 rpm) selama 10 menit
4. Pisahkan padatan bubuk dedaunan kering dari pelarutnya
Ekstraksi Dedaunan
1. Masukkan padatan bubuk dedaunan kering ke dalam tabung erlenmeyer lalu
larutkan dengan sejumlah volume larutan aseton 80% (rasio larutan aseton 80%
dengan sampel biasanya 1:1 atau 1:2)
2. Aduk secara merata dengan vorteks selama 30 detik (dilakukan tidak terus
menerus, tetapi setiap 5 detik)
3. Diamkan hingga 5 menit
4. Bagi sampel menjadi beberapa bagian sama rata untuk ditempatkan dalam tabung
sentrifuge.
5. Sentrifuge larutan yang terjadi (3300 g/10 menit)
6. Ambil supernatan dari hasil sentrifuge larutan di atas. Supernatan merupakan
larutan bagian atas di dalam tabung sentrifuge setelah sampel melalui proses
sentrifuge.
Pengukuran Chlorophyl a
1. Masukkan kuvet kaca yang berisi sampel ke dalam spektrofotometer.
2. Masukkan juga kuvet kaca yang berisi larutan aseton 80% sebagai pembanding
dalam waktu yang hampir bersamaan dengan masuknya kuvet yang berisi sampel
ke dalam spektrofotometer.
3. Ukur absorbansi supernatan tersebut pada panjang gelombang 663 nm
4. Hitung konsentrasi chlorophyll a dalam supernatant dengan rumusan berikut:
CChl a = (A663nm) / 0.8204
(4.1)
(4.2)
(4.4)
(4.5)
(4.6)
56
IV.
Potensi Bahaya
No.
1
2
3
4
5
6
Alat
Sentrifuge
Labu Erlenmeyer
Vortexer
Kuvet kaca
Spektrofotometer
Oven pengering
Potensi Bahaya
Meledak/terbakar
Pecah/patah
Meledak/terbakar
Pecah
Meledak/terbakar
Meledak/terbakar
Pertanyaan
Pada panjang gelombang berapa klorofil diukur? Dimana letak klorofil di dalam sel?
Apakah kaitan antara klorofil a dengan proses fotosintesis?
Gambarkan struktur kimia dari klorofil b!
Apakah yang dimaksud dengan karotenoid? Apa fungsi karoten dalam kaitannya
dengan kesehatan mata?
VI.
No.
1
2
3
VII.
Daftar Pustaka
Absorbansi
Tim Penyusun, 2006. Buku Panduan Praktikum Kimia Organik. Departemen Teknik Gas dan
Petrokimia Universitas Indonesia. Depok.
57
MODUL 8
TEKNIK ASEPTIK DAN PEMBUATAN BIAKAN MURNI
I.
Tujuan
- Mempraktikkan teknik aseptik dan pembuatan biakan murni
II.
Teori
Teknik yang sama digunakan untuk inokulasi ke dalam cawan petri dan plate mikroskop,
kecuali bahwa tutup cawan dan plate tidak dibakar.
Pemahaman dan pengetahuan yang menyeluruh mengenai teknik aseptic dan prosedur
pemindahan biakan merupakan persyaratan awal untuk bekerja dengan kultur
mikrobiologi. Kita akan menghemat banyak waktu dan tenaga serta menghindari
kesalahan hasil jika aturan-aturan umum dicermati ketika bekerja dengan biakan.
1. Sterilkan selalu jarum inokulasi ose dengan pembakaran sebelum menggunakannya
dan memasukkannya ke bahan biakan.
58
2. Bekerja selalu dekat dengan api, bila perlu bibir tabung (bahan gelas) ditempelkan
pada api sebelum memasukkan jarum ose. Langkah ini akan merusakkan sel-sel
kontaminan yang mungkin tersimpan pada bibir tabung saat transfer biakan
sebelumnya atau oleh hal lain.
3. Menjaga semua bahan biakan agar tertutup dengan baik. Jangan meletakkan penutup
tabung atau cawan petri di atas meja, karena hal ini akan memungkinkan
kontaminasi pada biakan. Ketika mentransfer koloni dari cawan petri, gunakan tutup
cawan sebagai pelindung dengan sedikit mengangkatnya sehingga jarum ose dapat
dimasukkan, tetapi permukaan media masih terlindung dari kontaminan-kontaminan
yang mungkin jatuh ke atasnya.
4. Jangan membiarkan penutup tabung atau cawan petri menyentuh apapun kecuali
wadah biakannya masing-masing. Hal ini akan mencegah kontaminasi terhadap
penutup dan biakan.
5. Gunakan cara yang tepat pada saat membuka dan memasang penutup.
III.
Prosedur
III.1 Alat
Batang inokulasi (jarum ose)
Cawan petri
Tabung reaksi tertutup 18x150 mm
Laminar flow
Lampu spirtus
Inkubator pengocok (shaker)
Inkubator (oven) 37oC
Rak tabung reaksi
III.2 Bahan
2x5 mL media LB cair (Luria-Bertani: 10 g/L bacto-tryptone; 5 g/L yeastextract; 10 g/L NaCl)
5x10 mL LB-agar (tambahkan 15 g/L bacto-agar ke dalam LB cair)
Sampel: 5 mL biakan murni E. Coli dalam LB cair
Alkohol
Kertas tissue
III.3 Prosedur Percobaan
Catatan Pemimpin Praktikum
Sehari sebelum percobaan, 5 mL LB cair diinokulasi dengan kultur E.
Coli. Inkubasi disertai pengocokan E. coli pada 37oC, 150 rpm.
Seluruh pekerjaan di bawah ini dilakukan di dalam kamar steril (laminar
flow). Ingat!! Bersihkan dan sterilkan ruang laminar sebelum dan setelah bekerja
di dalamnya.
A. Transfer Biakan
Hari ke satu
1. Pegang batang inokulasi (ose) antara ibu jari dan jari telunjuk, tempelkan bagian
kawat ose pada api lampu spirtus, bakar seluruh kawat hingga merah dan berpijar.
59
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Hari ke dua
1. Setelah inkubasi satu malam, keluarkan tabung dari inkubator.
2. Amati tabung dan gambarkan kondisinya.
B. Streak Plate
Hari ke satu
1. Berikan label pada media LB dengan informasi nama, tanggal, nama media, dan
nama sumber biakan yang akan digunakan.
2. Gunakan LB di atas untuk:
a. Menumbuhkan biakan E. coli dengan kedua metoda streak (kuadran dan
kontinyu) masing-masing pada satu plate LB agar.
b. Satu dari masing-masing plate agar akan digunakan sebagai kontrol.
Berikan label pada masing-masing cawan petri.
Metode Quadrant Streak
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Ambil sedikit biakan inokulum pada kawat ose dengan cara yang sama
seperti percobaan bagian A (Transfer Biakan, tahap 1-4).
b. Sebarkan (oleskan melalui gerakan tunggal yang kontinyu (tidak terputus),
terus menerus dan dengan arah bolak-balik diseluruh permukaan agar
pada setengah area cawan.
c. Tanpa pembakaran dan tanpa mengeluarkan kawat ose, putar cawan 90o
dan lanjutkan prosedur streaking dengan cara yang sama seperti di atas
pada setengah area cawan berikutnya.
3. Siapkan inokulasi kontrol (Metode quadran streak) dimana plate agar digores
dengan hanya menggunakan kawat ose steril tanpa biakan. Cawan ini akan
menjadi indikator yang baik untuk teknik aseptik, karena apapun seharusnya tidak
tumbuh pada cawan ini.
4. Balikkan cawan untuk menghindari kondensasi air dari kultur bakteri yang telah
disebarkan di permukaan agar, letakkan cawan pada inkubator 37oC untuk
diinkubasi selama 24-28 jam.
Gambar quadrant streak dan continuous streak
Hari ke dua
1. Setelah inkubasi selama 24-28 jam, cawan dikeluarkan inkubator.
2. Amati cawan, amati dimana anda menemukan koloni yang terisolasi dengan baik
(koloni tunggal).
IV.
Potensi Bahaya
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
Alat
Batang inokulasi
Cawan petri
Tabung reaksi
Laminar flow
Lampu spirtus
Inkubator pengocok
Inkubator (oven)
Rak tabung reaksi
No. Bahan
Potensi Bahaya
Tertusuk
Pecah/patah
Pecah/patah
Meledak/terbakar
Meledak/terbakar/tumpah
Meledak/terbakar/konselet
Meledak/terbakar/konselet
Patah
Potensi Bahaya
61
1
2
V.
E. Coli
Transfer Biakan
Buatlah gambaran kondisi tabung yang mengandung LB cair steril + inokulum hidup E.
coli setelah diimkubasi 1 malam.
Gambar quadrant streak dan continuous streak
Buatlah gambaran kondisi cawan yang mengandung LB cair steril + inokulum
hidup E. coli setelah diimkubasi 1 malam untuk metode quadrant streak.
Buatlah gambaran kondisi tabung yang mengandung LB cair steril + inokulum
hidup E. coli setelah diimkubasi 1 malam untuk metode continous streak.
VI.
Daftar Pustaka
Azhar, M. 1996. Kloning dan Penentuan Urutan Nukleotida Mutan sal4-13,
Saccharomces cereviseae. Tesis Program Master. Jurusan Kimia. Program
Pascasarjana Institut Teknologi Bandung.
Becker, J.M., Caldwell, G.A., and Zachgo, E. A., 1996. Biotechnology: A
Laboratory Course. 2nd ed.USA: Academic Press.
Sambrook, J., Fritsch, E. F., and Maniatis, T. 1989. Molecular Cloning. A
Laboratory Manual. 2nd edition. Vol. 1-3. USA : Cold Spring Harbor
Laboratory.
62