Anda di halaman 1dari 120

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Dalam suatu bangunan peran konstruksi sangatlah penting dalam

pembangunan, tanpa adanya konstruksi maka bangunan tersebut akan sulit untuk
terealisasikan.
Untuk itu dalam makalah ini penulis mengambil judul jenis-jenis konstruksi
bangunan dan spesifikasinya, agar pembaca tahu bagaimana cara membangun
dengan baik dan benar.

1.2 Rumusan Masalah


1.

Bagaimana struktur konstruksi yang benar?

2.

Apa saja yang harus diperhatikan saat membangun rumah?

3.

Apa yang dibutuhkan saat pembangunan rumah?

1.3 Tujuan Laporan


1.

Supaya mengetahui struktur konstruksi yang benar,efektif,dan efisien

2.

Agar mengetahui hal penting saat membangun rumah

3.

Agar tau apa yang dibutuhkan saat membangun rumah

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ATAP
2.1.1 Pengertian Atap
Atap adalah bagian dari suatu bangunan yang berfungsi sebagai penutup
seluruh ruangan yang ada dibawahnya terhadap pengaruh panas, hujan, angin,
debu atau untuk keperluan perlindungan. Adapun syarat syarat atap yang harus
di penuhi antara lain :
a) Konstruksi atap harus kuat menahan beratnya sendiri dan tahan terhadap
tekanan maupun tiupan angin.
b) Pemilihan bentuk atap yang akan dipakai hendaknya sedemikian rupa,
sehingga menambah keindahaan serta kenyamanaan bertempat tinggal bagi
penghuninya.
c) Agar rangka atap tidak mudah diserang oleh rayap atau bubuk, perlu diberi
lapisan pengawet.
d) Bahan penutup atap harus tahan terhadap pengaruh cuaca.
e) Kemiringan atau sudut lereng atap harus disesuaikan dengan jenis bahan
penutupnya maka kemiringannya dibuat lebih landai.
2.1.2. Macam Macam Atap
Ada beberapa macam atap antara lain, yaitu :
2.1.2.1. Atap Datar
Meskipun bentuk atap ini dikatakan atap datar, akan tetapi pada
permukaan atap selalu dibuat sedikit miring untuk menyalurkan air hujan ke
lubang talang. Bahan yang sesuai untuk atap ini biasanya digunakan campuran
beton bertulang. Agar dibawah atap ini tidak terlalu panas atau dingin maka perlu
dibuat ruang isolasi diatas langit-langit (plafon). Atap datar digunakan untuk
rumah mewah seperti rumah bertingkat.
2.1.2.2. Atap Sandar
Atap sandar biasanya disebut juga atap sengkuap atau atap temple. Pada
umumya atap ini terdiri dari sebuah bidang atap miring yang bagian tepi atasnya
bersandar atau menempel pada tembok bangunan induk ( tembok yang menjulang

tinggi ). Pada bentuk atap sandar menggunakan konstruksi setengah kuda kuda
untuk mendukung balok gording. Kemiringan atapnya dapat diambil 30 derajat
atau 40 derajat bila memakai bahan penutup dari genteng. Untuk bahan penutup
dari semen asbes gelombang dan seng gelombang kemiringan atapnya dapat
diambil 20 derajat atau 25 derajat, yang pada pemasangannya tidak memerlukan
reng.
2.1.2.3. Atap Pelana
Atap pelana sebagai penutup ruangan terdiri dari dua bidang atap miring
yang tepi atasnya bertemu pada satu garis lurus, dinamakan bubungan. Tepi
bawah bidang atap, dimana air itu meninggalkan atap dinamakan tepi teritis. Pada
tepi teritis ini dapat dipasang talang air. Bahan penutupnya banyak yang
menggunakan genteng biasa ( genteng kampung ) maupun seng gelombang.
Bentuk atap pelana digunakan untuk rumah rumah sederhana. Rumah dengan
atap ini banyak dijumpai di pedesaan seperti Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah dan
Jawa Barat.
2.1.2.4. Atap Tenda
Atap ini dinamakan atap tenda karena bentuknya menyerupai pasangan
tenda. Ukuran panjang dan lebar bangunan yang menggunakan atap ini adalah
sama, ini berarti terdiri dari empat bidang atap dan empat jurai dengan bentuk,
ukuran maupun lereng yang sama yang bertemu di satu titik tertinggi yaitu pada
tiang penggantung ( maklar ). Atap ini banyak digunakan untuk bangunan kantor,
pendopo, dan bangunan untuk tempat tinggal.
2.1.2.5. Atap Menara
Bentuk atap ini serupa dengan bentuk atap tenda yaitu mempunyai empat
bidang atap dengan sudut apitnya yang sama besar serta ujung ujung bagian
atasnya bertemu pada satu titik yang cukup tinggi. Atap menara mempunyai jurai
luar yang sama panjang dan ujung bagian atas bertemu pada satu titik yang berada
pada bagian ujung atas gantung atau maklar. Bentuk atap semacam ini banyak
digunakan untuk bangunan bangunan gereja.

Gambar 1 Atap Menara


2.1.2.6. Atap Joglo
Atap joglo merupakan atap jurai luar yang patah ke dalam seolah-olah
terdiri dari dua bagian yaitu bagian bawah yang mempunyai sudut lereng atap
lebih kecil atau landai dan bagian atas akan tampak bagian bagian bidang atap
yang berbentuk trapesium.

Gambar 2 Atap Joglo

2.1.3. Bahan Bahan Penutup Atap


Bahan penutup atap di bagi menjadi beberapa bagian, antara lain yaitu :
2.1.3.1.

Bahan Logam, contohnya :

Seng
Seng adalah salah satu sekian banyak bangunan yang sering digunakan
sebagai penutup atap. Ukuran seng datar yang digalvanisir ( disepuh ) berkisar 915
mm x 1830 mm dengan beberapa macam tebal yang kurang dari 1mm. ukuran tebal
yang kurang dari 1 mm dinyatakan dengan BWG. Ukuran seng gelombang biasa
yang digalvanisir berkisar 760 mm x 1830 mm dengan beberapa macam macam
tebal yang dinyatakan dengan BWG. Seng mempunyai lebar propil 76 mm, tinggi
propil 16 mm dan banyaknya gelombang ada 10. Jika seng terkena air hujan yang
banyak mengandung garam akan mudah berkarat, lagipula oleh jatuhnya air hujan
akan menimbulkan suara yang gaduh, serta tidak bersifat isolasi panas maupun
dingin artinya bila udara di luar panas / dingin maka dalam ruangan akan terasa
lebih panas / dingin. Kelebihannya bobotnya rendah, harganya murah,
pemasangannya mudah sekaligus dapat menghemat biaya.
2.1.3.2 Bahan Alam ( langsung ),contohnya:
Sirap
Bahan penutup atap sirap dibuat dengan cara membelah belah kayu yang
keras seperti kayu jati, belian, dan onglen menjadi lembaran lembaran yang
mempunyai ukuran tertentu.
Ukuran ukuran sirap ada beberapa macam seperti :
1. Ukuran besar : panjang 60 cm, lebar 8 - 9 cm dan tebalnya 4 - 5 mm
2. Ukuran kecil : panjang 40 cm, lebar 5 cm dan tebalnya 3 - 4 mm
Warna biasa sirap adalah coklat tua namun akan berubah menjadi cokelat
tua kehitam-hitaman. Kelebihan pengunaan bahan sirap adalah bahannya cukup
ringan dan bersifat isolisasi terhadap panas. Kelemahan penggunaan bahan ini
pemasangannya cukup sulit sehingga biaya yang akan digunakan akan bertambah
dan bila lembaran sirap belum cukup kering sudah di pasang akan membilut dan
berubah bentuk menjadi cekung.

2.1.3.3 Bahan Alam ( pengolahan),contohnya:


Genteng Biasa
Jenis bahan penutup atap genteng yang terbuat dari bahan dasar tanah liat
melalui proses percetakan dan pembakaran sampai sempurna. Hal ini disebabkan
karena bahan ini mempunyai daya tolak panas, dingin , tahan lama, tidak
memerlukan banyka perawatan serta harganya relative murah. Genteng ini banyak
digunakan pada bangunan bangunan yang ada di daerah tropis maupun daerah
yang berhawa lembab. Genteng biasa sering disebut sebagai genteng S karena
mempunyai penampang pelintang seperti huruf S. Genteng S mempunyai ukuran
sebagai berikut :
1.

Panjang

: 28 36 cm

2.

Lebar

: 20 25 cm

3.

Tebal

: 0,8 1 cm

4.

Dalam lengkungan

4 5 cm

2.2 DINDING

2.2.1

Pengertian Dinding
Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi
memisahkan / membentuk ruang. Ditinjau dari segi struktur dan konstruksi,
dinding ada yang berupa dinding partisi / pengisi (tidak menahan beban) dan ada
yang berupa dinding struktural (bearing wall). Dinding pengisi / partisi yang
sifatnya non struktural harus diperkuat dengan rangka (untuk kayu) dan kolom
praktis-sloof-ringbalk (untuk bata). Dinding dapat dibuat dari bermacam-macam
material sesuai kebutuhannya, antara lain :
a. Dinding batu buatan seperti batu bata dan batako
b. Dinding batu alam / batu kali
c. Dinding kayu: kayu log / batang, papan dan sirap
d. Dinding beton (struktural dinding geser, pengisi clayding wall / beton pra
cetak).

2.2.2

Macam-Macam Dinding

2.2.2.1 Dinding Bata


Dinding bata merah terbuat dari tanah liat / lempung yang dibakar. Untuk
dapat digunakan sebagai bahan bangunan yang aman maka pengolahannya harus
memenuhi standar peraturan bahan bangunan Indonesia NI-3 dan NI-10
(peraturan bata merah). Dinding dari pasangan bata dapat dibuat dengan ketebalan
1/2 batu (non struktural) dan min. 1 batu (struktural). Dinding pengisi dari
pasangan bata 1/2 batu harus diperkuat dengan kolom praktis, sloof / rollag, dan
ringbalk yang berfungsi untuk mengikat pasangan bata dan menahan atau bisa
dikatakan dapat menyalurkan beban struktural pada bangunan agar tidak
mengenai pasangan dinding bata tersebut. Pengerjaan dinding pasangan bata dan
plesterannya harus sesuai dengan syarat-syarat yang ada, baik dari campuran
plesterannya maupun teknik pengerjaannya.

Gambar 3 Dinding bata

2.2.2.2 Dinding Batako


Batako merupakan material untuk dinding yang terbuat dari batu buatan
atau cetak yang tidak dibakar. Terdiri dari campuran tras, kapur (5 : 1), kadang
kadang ditambah PC. Karena dimensinya lebih besar dari bata merah, penggunaan
batako pada bangunan bisa menghemat plesteran 75%, berat tembok 50% - beban
pondasi berkurang.Selain itu apabila dicetak dan diolah dengan kualitas yang
baik, dinding batako tidak memerlukan plesteran dan acian lagi untuk finishing.

Gambar 4 Dinding Batako

10

Gambar 5 Dinding Batako


Prinsip pengerjaan dinding batako hampir sama dengan dinding dari
pasangan bata, antara lain:
a) Batako harus disimpan dalam keadaan kering dan terlindung dari air hujan.
b) Pada saat pemasangan dinding, tidak perlu dibasahi terlebih dahulu dan tidak
boleh direndam dengan air.
c) Pemotongan batako menggunakan palu dan tatah, setelah itu dipatahkan pada
kayu/ batu yang lancip.
d) Pemasangan batako dimulai dari ujung-ujung, sudut pertemuan dan berakhir
di tengah tengah.

11

e) Dinding batako juga memerlukan penguat/ rangka pengkaku terdiri dari


kolom dan balok beton bertulang yang dicor dalam lubang-lubang batako.
Perkuatan dipasang pada sudut-sudut, pertemuan dan persilangan.
2.2.2.3 Dinding Kayu Log / Batang Tersusun
Kontruksi dinding seperti ini umumnya ditemui pada rumah-rumah
tradisional di eropa timur. Terdiri dari susunan batang kayu bulat atau balok.
Sistem konstruksi seperti ini tidak memerlukan rangka penguat / pengikat lagi
karena sudah merupakan dinding struktural.

Gambar 6 Dinding Kayu


2.2.2.4 Dinding Papan
Dinding papan biasanya digunakan pada bangunan konstruksi rangka
kayu. Papan digunakan untuk dinding eksterior maupun interior, dengan sistem
pemasangan horizontal dan vertikal. Konstruksi papan dipaku / diskrup pada
rangka kayu horizontal dan vertikal dengan jarak sekitar 1 meter (panjang papan
di pasaran 2 m, tebal / lebar beraneka ragam : 2 / 16, 2 / 20, 3 / 25, dll).
Pemasangan dinding papan harus memperhatikan sambungan / hubungan antar
papan (tanpa celah) agar air hujan tidak masuk. Selain itu juga harus

12

memperhatikan sifat kayu yang bisa mengalami muai dan susut.

Gambar 7 Dinding Papan

13

2.2.2.5 Dinding Sirap


Dinding sirap untuk bangunan kayu merupakan material yang paling baik
dalam penyesuaian terhadap susut dan muai. Selain itu juga memberikan
perlindungan yang baik terhadap iklim, tahan lama dan tidak membutuhkan
perawatan. Konstruksi dinding sirap dapat dipaku (paku kepala datar ukuran 1)
pada papan atau reng, dengan 2 4 lapis tergantung kualitas sirap. (panjang sirap
55 60 cm).

Gambar 8 Dinding Sirap


2.2.2.6 Dinding Batu Alam
Dinding batu alam biasanya terbuat dari batu kali utuh atau pecahan batu
cadas. Prinsip pemasangannya hampir sama dengan batu bata, dimana siar vertikal
harus dipasang selang-seling. Untuk menyatukan batu diberi adukan (campuran 1
kapur : 1 tras untuk bagian dinding dibawah permukaan tanah, dan PC : 1 kapur

14

: 6 pasir untuk bagian dinding di atas permukaan tanah). Dinding dari batu alam
umumnya memiliki ketebalan minimal 30 cm, sehingga cukup kuat tanpa kolom
praktis.

Gambar 9 Dinding Batu Alam

Mengenal Dinding Akustik

15

Gambar 10. Contoh Dinding Akustik


Dinding akustik merupakan salah satu hal yang diperlukan untuk meredam
suara selain penggunaan bahan peredam suara tentunya pada sebuah ruangan. Hal
ini bertujuan agar ruangan tersebut tidak terlalu berisik dengan suara bising dari
luar ruangan. Penggunaan karakteristik dinding akustik setelah menggunakan
peredam suara pada ruangan dilakukan demi kenyamanan penggunaan pemilik
ruangan tersebut.
Dinding akustik juga sering dikenal dengan panel pelapis dinding yang
sifatnya akustik. Dinding akustik juga perlu pengujian dengan alat alat penguji
khusus untuk dinding akustik itu sendiri demi jaminan sebuah dinding akustik
yang baik dan berkualitas. Penggunaan dinding akustik ini juga sangat berguna
dalam meredam nada rendah dalam / yang masuk ke dalam sebuah ruangan
walaupun ruangan tersebut sudah memakai peredam suara akan tetapi peredam
suara biasanya meredam suara nada tinggi namun kurang meredam untuk nada
rendah, untuk itulah diperlukan sebuah dinding akustik untuk melengkapi sebuah
peredam suara tersebut.
Perancangan dinding akustik pun harus lah dilakukan dengan tepat agar
frekuensi yang sedikit / kurang akan disebar dan frekuensi yang besar akan di
serap tentunya dengan perancangan dinding akustik yang tepat dan baik.
Dalam pemasangan sebuah dinding akustik di dalam sebuah ruangan pun
harus memperhatikan bahan bahan yang akan digunakan, maka itu sebelum
membeli dan sebelum memasang sebuah dinding akustik di ruangan anda,
sebaiknya anda mengetahui terlebih dahulu terbuat dari bahan apakah dinding

16

akustik yang akan di pasang tersebut sehingga anda tidak akan salah dalam
memilih bahannya.
Membuat sebuah dinding akustik di dalam ruangan sangat beragam tips
dan cara membuatnya, misalnya saja menempatkan / menggantung karpet yang
memiliki bahan tebal atau pun karpet wool pada dinding ruangan anda. Serta
selain itu, pembuatan dinding akustik juga dapat dilakukan dengan cara yang
sudah canggih yang tentu saja dengan menggunakan material serta perhitungan
yang khusus.
Pada saat anda ingin memasang panel / dinding akustik di dalam sebuah
ruangan, sebaiknya anda meletakkan panel sebar serta panel serap di bagian
bidang pantul yang paralel.
Bahan bahan dinding akustik yang berkualitas dapat anda peroleh dari
perusahaan yang bergerak di bidang material seperti PT. Duta Kencana Indah.
Berbagai macam dinding akustik dan juga material lainnya seperti dipa, rangka
hollow, partisi ruangan dan sebagainya yang dapat Anda sesuaikan dengan
kebutuhan dan keuangan Anda tersedia lengkap di sini.

2.3 KOLOM
2.3.1 Pengertian Kolom
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul
beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang
peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom
merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang
bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko,
1996). SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen struktur
bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan
bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil.
Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Bila

17

diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan sebuah
bangunan berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat
bangunan dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta
beban hembusan angin.
Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh.
Beban sebuah bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan beban
yang diterimanya ke kolom. Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan
ke permukaan tanah di bawahnya. Kesimpulannya, sebuah bangunan akan aman
dari kerusakan bila besar dan jenis pondasinya sesuai dengan perhitungan.
Namun, kondisi tanah pun harus benar-benar sudah mampu menerima beban dari
pondasi. Kolom menerima beban dan meneruskannya ke pondasi, karena itu
pondasinya juga harus kuat, terutama untuk konstruksi rumah bertingkat, harus
diperiksa kedalaman tanah kerasnya agar bila tanah ambles atau terjadi gempa
tidak mudah roboh. Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya
merupakan gabungan antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah
material yang tahan tarikan, sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan.
sloof dan balok bisa menahan gaya tekan dan gaya tarik pada bangunan.
2.3.2

Jenis-jenis Kolom
Menurut Wang (1986) dan Ferguson (1986) jenis-jenis kolom ada tiga:
1. Kolom ikat (tie column)
2. Kolom spiral (spiral column)
3. Kolom komposit (composite column)
Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan dipohusodo, 1994) ada
tiga jenis kolom beton bertulang yaitu :
a) Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan kolom
brton yang ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang, yang pada
jarak spasi tertentu diikat dengan pengikat sengkang ke arah lateral. Tulangan
ini berfungsi untuk memegang tulangan pokok memanjang agar tetap kokoh
pada tempatnya
b) Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang pertama
hanya saja sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah tulangan
spiral yang dililitkan keliling membentuk heliks menerus di sepanjang kolom.
Fungsi dari tulangan spiral adalah memberi kemampuan kolom untuk

18

menyerap deformasi cukup besar sebelum runtuh, sehingga mampu mencegah


terjadinya kehancuran seluruh struktur sebelum proses redistribusi momen
dan tegangan terwujud.
c) Struktur kolom komposit merupakan komponen struktur tekan yang diperkuat
pada arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa
diberi batang tulangan pokok memanjang.
Untuk kolom pada bangunan sederhana bentuk kolom ada dua jenis yaitu
kolom utama dan kolom praktis.
Kolom Utama
Kolom utama adalah kolom yang fungsi utamanya menyanggah beban
utama yang berada diatasnya. Untuk rumah tinggal disarankan jarak kolom utama
adalah 3.5 m, agar dimensi balok untuk menompang lantai tidak begitu besar, dan
apabila jarak antara kolom dibuat lebih dari 3.5 meter, maka struktur bangunan
harus dihitung. Sedangkan dimensi kolom utama untuk bangunan rumah tinggal
lantai 2 biasanya dipakai ukuran 20/20, dengan tulangan pokok 8d12mm, dan
begel d 8-10cm ( 8 d 12 maksudnya jumlah besi beton diameter 12mm 8 buah, 8
10 cm maksudnya begel diameter 8 dengan jarak 10 cm).
Kolom Praktis
Kolom praktis adalah kolom yang berfungsi membantu kolom utama dan
juga sebagai pengikat dinding agar dinding stabil, jarak kolom maksimum 3,5
meter, atau pada pertemuan pasangan bata (sudut-sudut).
Dimensi kolom praktis 15/15 dengan tulangan beton 4 d 10 begel di 820.Letak kolom dalam konstruksi. Kolom portal harus dibuat terus menerus dari
lantai bawah sampai lantai atas, artinya letak kolom-kolom portal tidak boleh
digeser pada tiap lantai, karena hal ini akan menghilangkan sifat kekakuan dari
struktur rangka portalnya. Jadi harus dihindarkan denah kolom portal yang tidak
sama untuk tiap-tiap lapis lantai. Ukuran kolom makin ke atas boleh makin kecil,
sesuai dengan beban bangunan yang didukungnya makin ke atas juga makin kecil.
Perubahan dimensi kolom harus dilakukan pada lapis lantai, agar pada suatu lajur
kolom mempunyai kekakuan yang sama. Prinsip penerusan gaya pada kolom
pondasi adalah balok portal merangkai kolom-kolom menjadi satu kesatuan.
Balok menerima seluruh beban dari plat lantai dan meneruskan ke kolom-kolom
pendukung. Hubungan balok dan kolom adalah jepit-jepit, yaitu suatu sistem

19

dukungan yang dapat menahan momen, gaya vertikal dan gaya horisontal. Untuk
menambah kekakuan balok, di bagian pangkal pada pertemuan dengan kolom,
boleh ditambah tebalnya.
Kolom untuk bangunan lantai 2
Yang perlu mendapatkan perhatian dalam menggambar penulangan kolom antara
lain:
1. Penyambungan kolom di atas balok atau sloof.
2. Seperempat tinggi kolom jarak sengkang lebih rapat dari pada bagian tengah
kolom.
3. Lebar kolom lebih dari 30 cm diberi tulangan tambahan di tengah-tengah
lebar.
4. Minimal tulangan pokok kolom menggunakan diameter 12 mm.
2.4 BALOK
Balok adalah bagian dari struktur bangunan yang berfungsi untuk
menompang lantai di atasnya. Agar dalam penggambaran konstruksi beton
bertulang untuk balok sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan perlu
memperhatikan ketentuan-ketentuan yang terkandung dalam konstruksi beton
bertulang. Menggambar penulangan balok agak sedikit berbeda dengan
menggambar penulangan pelat atap/lantai, karena dalam menggambar penulangan
balok, tulangannya harus dibuka satu persatu ( harus digambarkan bukaan
tulangan) agar kelihatan jelas susunan tulangan-tulangan yang digunakan dan
bentuknya. Tulangan yang dipilih luasnya harus desuai dengan luas tulangan yang
dibutuhkan serta memenuhi persyaratan konstruksi beton bertulang. Adapun
syarat-syarat konstruksi beton adalah sebagai berikut :
1. Setiap sudut balok harus ada 1 (satu) batang tulangan sepanjang balok.
2. Diameter tulangan pokok minimal 12 mm.Jarak pusat ke pusat (sumbu
ke sumbu) tulangan pokok maksimal 15 cm dan jarak bersih 3 cm pada
bagian-bagian yang memikul momen maksimal.
3. Hindarkan pemasangan tulangan dalam 2 (dua) lapis untuk tulangan
pokok.
4. Jika jarak tulangan atas dan tulangan bawah (tulangan pokok) dibagian
samping lebih dari 30 cm, harus dipasang tulangan ekstra (montage).

20

5. Tulangan ekstra (montage) untuk balok tinggi (untuk balok yang tingginya
90 cm atau lebih luasnya minimal 10 % luas tulangan pokok tarik yang
terbesar dengan diameter minimal 8 mm untuk baja lunak dan 6 mm untuk
baja keras.
6. Selimut beton (beton deking) pada balok minimal untuk kontruksi di
dalam : 2.0 cm, di luar : 2.5 cm, tidak kelihatan : 3.0 cm.
7. Apabila tegangan geser beton yang bekerja lebih kecil dari tegangan geser
beton yang diijinkan, jarak sengkang / beugel dapat diatur menurut
peraturan beton dengan jarak masimal selebar balok dalam segala hal tidak
boleh lebih dari 30 cm.
8. Jika tegangan geser beton yang bekerja lebih besar dari tegangan geser
beton yang diijinkan, maka untuk memikul / menahan tegangan yang
bekerja tersebut ada 2 (dua) cara:
a. Tegangan geser yang bekerja tersebut seluruhnya (100 %) dapat
ditahan / dipikul oleh sengkang-sengkang atau oleh tulangan serong /
miring sesuai dengan perhitungan yang berlaku.
b. Apabila tegangan geser yang bekerja tersebut ditahan / dipikul oleh
kombinasi dari sengkang-sengkang dan tulangan serong / miring
(sengkang-sengkang dipasang bersama-sama dengan tulangan serong /
miring atau dengan kata lain sengkang bekerjasama dengan tulangan
serong), maka 50 % dari tegangan yang bekerja tersebut harus dipikul /
ditahan oleh sengkang-sengkang dan sisinya ditahan / dipikul oleh
tulangan serong / miring.Tulangan tumpuan harus dipasang simetris
(tulangan tumpuan bawah harus dipasang minimal sama dengan
tulangan tumpuan atas).
2.5 . BETON
2.5.1 Pengertian Beton
Beton adalah campuran agregat halus dan agregat kasar sebagai bahan
pengisi. Ditambah semen dan air yang digunakan sebagai bahan pengikat dan atau
menggunakan bahan tambahan. Sekarang ini penggunaan beton banyak digunakan
untuk sebagai konstruksi, misalnya jalan, jembatan, lapangan terbang, waduk,
bendungan dan lainya.Dengan melakukan analisa bahan maka dalam hal
pembuatan beton harus lebih teliti dengan berbagai macam material-material yang

21

digunakan dalam pembuatan tersebut, dikrenakan apabila suatu material dalam


beton itu tidak bagus maka hasil dari beton tersebut tidak akan mencapai pada
hasil yang diinginkan.Sehingga dengan diadakannya analisa bahan terhadap
material yang akan digunakan untuk pembuatan beton maka hasil dapat diperoleh
dengan baik. (Wibawa, 2008).
2.5.2

Jenis-jenis Beton
Menurut Wibawa (2008), beton mempunyai macam-macam jenis:

a. Beton Ringan
Beton ringan adalah beton yang dibuat dengan beban dan kemampuan
penghantaran panas yang lebih kecil dengan berat jenis kurang dari 1800 kg/m3.
b. Beton masa
Beton masa adalah beton yang dituang dalam volume besar, yaitu
perbandingan antara volume dan luas permukaannya besar. Biasanya beton masa
dimensinya lebih dari 60 cm.
c. Ferrosemen
Ferrosemen adalah suatu bahan gabungan yang diperoleh dengan cara
memberikan suatu tulangan yang berupa anyaman kawat baja sebagai pemberi
kekuatan tarik dan daktilitas pada mortar semen.
d. Beton Serat (Fibre Concrete)
Beton serat adalah bahan komposit yang terdiri dari beton biasa dan
bahan lain yang berupa serat. Serat dalam beton ini berfungsi mencegah retakretak, sehingga menjadikan beton lebih daktail daripada beton biasa.
e. Beton Non Pasir
Beton non pasir adalah bentuk sederhana dari jenis beton ringan yang
diperoleh dengan cara menghilangkan bagian halus agregat pada pembuatan
beton. Tidak adanya agregat halus dalam campuran menghasilkan suatu sistem

22

berupa keseragaman

rongga yang terdistribusi di dalam massa beton, serta

berkurangnya berat jenis beton.


f. Beton siklop
Beton siklop adalah adalah beton normal / beton biasa, yang
menggunakan ukuran agregat yang relatif besar. Ukuran agregat kasar mencapai
20 cm, namun proporsi agregat yang lebih besar ini sebaiknya tidak lebih dari 20
persen agregat seluruhnya.
g. Beton hampa
Beton hampa adalah beton yang setelah diaduk dan dituang serta
dipadatkan sebagaimana beton biasa, air sisa reaksi disedot dengan cara khusus,
disebut vakum (vaccum method). Air yang tertinggal hanya air yang dipakai untuk
reaksi dengan semen sehingga beton yang diperoleh sangat kuat.
h. Beton Mortar
Beton mortar adalah adukan yang terdiri dari pasir, bahan perekst, dan air.
Menurut (Tjokrodimulyo, 1996)

membagi mortar berdasarakan jenis bahan

ikatnya menjadi empat jenis, yaitu :


1. Mortar lumpur
Mortar lumpur dibuat dari campuran pasir, tanah liat/lumpur dan air. Pasir,
tanah liat dan air tersebut dicampur sampai rata dan mempunyai kelecekan yang
cukup baik. Jumlah pasir harus diberikan secara tepat untuk memperoleh adukan
yang baik. Terlalu sedikit pasir menghasilkan mortar yang retak - retak setelah
mengeras sebagai akibat besarnya susutan pengeringan. Terlalu banyak pasir
menyebabkan adukan kurang dapatnmelekat. Mortar ini biasanya dipakai sebagai
bahan tembok atau bahan tungku api didesa.
2. Mortar kapur
Mortar kapur dibuat dari campuran pasir, kapur dan air. Kapur dan pasir
mula-mula dicampur dalam keadaan kering, kemudian ditambahkan air. Air
diberikan secukupnya agar diperoleh adukan yang cukup baik ( mempunyai

23

kelecakan baik ). Selama proses pengerasan kapur mengalami susutan, sehingga


jumlah pasir umumnya dipakai 2 atau 3 kali volume kapur. Mortar ini biasa
dipakai untuk pembuatan tembok bata.
3. Mortar Semen
Mortar semen dibuat dari campuran pasir, semen portland dan air dalam
perbandingan campuran yang tepat. Perbandingan antara volume semen dan
volume pasirberkisar antara 1 : 2 dan 1 : 6 atau lebih besar. Mortar ini
kekuatannya lebih besar daripada kedua mortar terdahulu, oleh karena itu biasa
dipakai untuk tembok, pilar, kolomatau bagian lain yang menahan beban. Karena
mortar ini rapat air maka juga dipakaiuntuk bagian luar dan yang berada dibawah
tanah. Pasir dan semen mula-mula dicampur secara kering sampai merata diatas
suatu tempat yang rata dan rapat air. Kemudian sebagian air yang diperlukan
ditambahkan kemudian diaduk lagi.
4. Mortar Khusus
Mortar khusus dibuat dengan menambahkan bahan khusus pada mortar
kapur dan mortar semen dengan tujuan tertentu. Mortar ringan diperoleh dengan
menambahkan asbestos fibers, jute fibers (serat rami), butir kayu, serbuk
gergajian kayu dan sebagainya. Mortar ini digunakan untuk bahan isolasi panas
atau peredam suara. Selain itu juga ada mortar tahan api, diperoleh dengan
menambahkan bubuk bata-api dengan aluminous cement, dengan perbandingan
satu aluminous cement dan dua bubuk bata-api. Mortar ini biasanya dipakai untuk
tungku api dan sebagainya.
2.5.3

Sifat-sifat Beton
Menurut Utomo (2008), beton memiliki sifat, antara lain :

a) Beton Segar
Hal-hal yang berkaitan dengan sifat-sifat beton segar :
1. Kemudahan pengerjaan
Sifat ini merupakan ukuran dari tingkat kemudahan adukan untuk diaduk,
diangkut, dituang dan dipadatkan.

24

Unsur-unsur yang mempengaruhi sifat kemudahan pengerjaan beton segar:


1) Jumlah air yang dipakai dalam campuran adukan beton.
2) Makin banyak air yang dipakai makin sudah beton segar dikerjakan.
3) Penambahan semen kedalam campuran karena pasti diikuti dengan
4)
5)
6)
7)

bertambahnya air campuran untuk memperoleh nilai fas tetap.


Gradasi campuran air pasir dan kerikil.
Pemakaian butir maksimum kecil yang dipakai.
Pemakaian butir-butir batuan yang bulat.
Cara pemadatan adukan beton menentukan sifat pekerjaan yang
berbeda.

2. Pemisahan Kerikil
Kecenderungan butir-butir kerikil untuk memisahkan diri dari
campuran adukan beton disebut segregation. Kecenderungan pemisahan kerikil
ini di perbesar dengan:
a.
b.
c.
d.

Campuran yang kurus (kurang semen)


Terlalu banyak air
Semakin besar butir kerikil
Semakin ksar permukaan kerikil

Pemisahan kerikil dari adukan beton eberakibat kurang baik terhadap


betonnya setelah mengeras. Untuk mengurangi kecenderungan pemisahan kerikil
tersebut maka diusahakan hal-hal sebagai berikut :
1. Air yang diberikan sedikit mungkin.
2. Adukan beton jangan dijatuhkan dengan ketinggian terlalu besar.
3. Cara pengangkutan, penuanagan maupun pemadatan harus mengikuti cara-cara
yang betul.

3. Pemisahan Air
Kecenderungan air campuran untuk naik keatas (memisahkan diri) pada
beton segar yang baru saja dipadatkan disebut bleeding. Pemisahan air dapat
dikurangi dengan cara-cara berikut:
a. Memberi lebih banyak semen
b. Menggunakan air sedikit mungkin
c. Menggunakan pasir lebih banyak.

25

b) Beton Keras
Sifat mekanis beton keras diklasifikasikan :
1. Sifat jangka pendek atau sesaat, yang terdiri dari :
a.

Kekuatan tekan
Kuat tekan beton dipengaruhi oleh:
1) Perbandingan air semen dan tingkat pemadatannya. Jenis semen dasar
kualitasnya (mempengaruhi kekuatan rata-rata dan kuat batas beton).
2) Jenis an lekak lekuk bidang permukaan agregat.
3) Umur (pada keadaan normal kekuatan bertambah sesuai dengan
umurnya).
4) Suhu (kecepatan pengerasan beton bertambah dengan bertambahnya
suhu).
5) Efisiensi dan perawatan.

b.

Kekuatan tarik
Kekuatan tarik beton berkisar seperdelapan belas kuat desak pada waktu
umurnya masih muda dan berkisar seperduapuluh sesudahnya. Kuat tarik
merupakan bagian penting didalam menahan retak-retak akibat perubahan
kadar air dan suhu.
c.

Kekuatan geser
Di dalam praktek, geser dalam beton selalu diikui oleh desak dan tarik
oleh lenturan dan bahkan didalam pengujian tidak mungkin menghilangkan
elemen lentur.

2. Sifat Jangka Panjang, yang terdiri dari:


a. Rangkak
Rangkak adalah penambahan terhadap waktu akibat beton yang
bekerja.
Faktor-faktor yang mempengaruhi rangkak adalah :
1.
2.

Kekuatan (rangkak dikurangi bila kenaikan kekuatan semakin besar)

Perbandinagan campuran (bila fas dan volume pasta semen berkurang, maka
rangkak berkurang).

3.

Semen

26

4.

Agregat (rangkak bertambha bil agregat makin halus).

5.

Perawatan.

6.

Umur (kecepaqtan rangkak berkurang sejalan dengan umur beton).


b. Susut
Susut adalah berkurangnya volume elemen beton jika terjadi kehilangan

uap air karena penguapan.


Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya susut adalah :
1.

Agregat (sebagai penahan susut pasta semen).

2.

Faktor air semen (semakin besar fas semakin besar pula efek susut).

3.

Ukuran elemen beton (kelajuan dan besarnya susut akan berkurang bila
volume elemen betonnya semakin besar).

2.5.4

4.

Kondisi lingkungan.

5.

Banyaknya penulangan.

6.

Bahan tambahan.

Kelebihan dan Kekurangan Beton


a. Kelebihan Beton
Kelebihan beton dibandingkan dengan bahan bangunan lain adalah:
1. Harga relatif murah karena menggunakan baha-bahan dasar dari bahan
lokal.
2. beton termasuk bahan haus dan tahan terhadap kebakaran, sehinnga
biaya. perawatan termasuk rendah.
3. beton termasuk bahan yang berkekuatan tinggi, serta mempunyai sifat
tahan terhadap pengkaratan/pembusukan oleh kondisi alam.
4. ukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan pasangan batu.
5. beton segar dapat dengan mudah diangkut maupun dicetak dalam
bentuk apapun dan ukuran seberapapun tergantung keiginan.
b. Kekurangan Beton
Kekurangan beton dibandingkan dengan bahan bangunan lain
adalah:

27

1. Beton mempunyai kuat tarik yang rendah sehingga mudah retak, oleh
karena itu diperlukan baja tulangan untuk menahannya.
2. beton segar mengerut saat pengeringan dan beton keras mengembang
jika basah sehingga dilatasi (construction joint) perlu diadakan pada
beton yang berdimensi besar untuk memberi tempat bagi

susut

pengerasan dan pengembangan beton.


3. beton dapat mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu,
sehingga perlu diatasi untuk mencegah terjadinya retak-retak akibat
perubahan suhu.
4. beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat
dimasuki air dan air yang membawa garam dapat merusak beton.
5. beton bersifat getas sehingga harus dihitung dan didetail secara
seksama agar setelah dikombinasikan dengan baja tulangan menjadi
bersifat detail.
2.5.5 Kuat Tekan Beton
Menurut SK SNI M - 14 -1989 - E kuat tekan beton adalah besarnya beban
per satuan luas yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani gaya
tekan tertentu, yang dihasilkan oleh mesin tekan.
Sedangkan menurut Mulyono (2006) mengemukakan bahwa kuat tekan
beton mengidentifikasikan mutu sebuah struktur di mana semakin tinggi tingkat
kekuatan struktur yang dikehendaki, maka semakin tinggi pula mutu beton yang
dihasilkan.
Nilai kuat tekan beton dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
f'c = P/A
Dimana :
fc = Kuat Tekan Beton (Mpa)
P = Beban runtuh/gaya tekan (KN)
A = Luas Penampang benda uji (cm2)
Kuat Tekan beton biasanya di uji pada hari-hari tertentu, selanjutnya

28

untuk menentukan kuat tekan dan umur beton digunakan rumus regresi sebagai
berikut:
Y = a + b * Ln.x
Dimana:
y = Kuat Tekan Beton (Mpa)
x = umur beton (Hari)
1. Faktor Air Semen (FAS)
Faktor Air Semen adalah perbandingan antara berat air dan berat
semendalam campuran adukan beton. Secara umum diketahui bahwa semakin
tingginilai FAS, maka semakin rendah mutu/kekuatan beton. Nilai FAS yang
rendah ditambah dengan kekuatan agregat yang baik dipercaya dapat
meningkatkan mutubeton. Tapi nilai FAS yang terlalu rendah dapat mengurangi
kemudahan pekerjaan pada beton itu sendiri.

Hubungan FAS dengan Kuat Tekan Beton


Teori Feret, 1896 (Neville,1975) mengemukakan suatu rumusan umum
hubungan matematis antara kuat tekan beton dengan volume Absolut semen,udara
dan air sebagai berikut :
s = K (c / c + e + a )2
Dimana :
S = Kuat tekan beton
K = Konstanta
c = Volume Absolut semen
e = Volume absolut air
a = Volume absolut udara

29

Teori Abrams, 1919 (Neville, 1975) mengemukakan teorinya yang terkenal


dengan nama Abrams law. Teori ini dijabarkan dalam bentuk matematis sebagai
berikut :
F c = (A / B 1,5) .w/c
Dimana :
fc = Kuat tekan beton (kg/cm2)
A = Konstanta empirik biasanyan diambil 984
B = Konstanta yang tergantung pada jenis semen dan biasa diambil 4
w/c = Faktor air semen
Dalam praktek untuk mengatasi kesulitan pekerjaan karena rendahnya
nilai FAS maka digunakan bahan tambah Admixture Concrete yang bersifat
menambah keenceran Plasticity Plasticilizer Admixture.
a) Faktor yang Mempengaruhi Kuat Tekan Beton
Menurut Utomo (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton
adalah:
1.

pengaruh cuaca buruk berupa pengembangan dan penyusutan yang


diakibatkan oleh petrgantian panas dan dingin.

2.

daya perusak kimiawi, seperti air laut (garam), asam sulfat, alkali,
limbah, dan lain-lain.

3.

daya tahan terhadap haus (abrasi) yang disebabkan oleh gesekan


orang berjalan kaki, lalu lintas, gerakan ombak, dan lain-lain

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton, menurut Bahsuan
(2009), yaitu :
1. Bahan-bahan penyusutan beton : air, semen, agregat, admixture,
bahan tambahan.
2. Metode pencampuran : penentuan proporsi bahan, pengadukan,
pengeceron, pemadatan
3.

Perawatan : Pembasahan/perendaman, suhu dan waktu.

30

4. Keadaan pada saat pengecoran dilaksanakan, yang terutama


dipengaruhi oleh lingkungan setempat.
b) Zat-zat yang dapat Mengurangi Kekuatan Tekan Beton
Ditinjau dari aksinya, zat-zat yang berpengaruh buruk tersebut pada beton
dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
1.

Zat yang menggangu proses hidrasi semen.

2.

Zat yang melapisi agregat sehingga mnganggu terbentuknya lekatan


yang baik antara agregat dan pasta semen.

3.

butiran-butiran yang kurang tahn cuaca, yang bersifat lemah dan


menimbulkan reaksi kimia antar agregat dan pasta semen.
Zat-zat ini dapat berupa kandungan organik, lempung, atau

bahan-bahan halus lainnya, misalnya silt atau debu pecahan batu, garam,
shale lempung kayu, arang, pyrites (tanah tambang yang mengandung
belerang), dan lain-,lain.
Berikut ini berbagai macam zat yang dapat mengurangi kuat
tekan beton dan kadar konsentrasinya dalam campuran seperti yang
tercantum dalam tabel berikut.
Tabel Zat-zat yang dapat mengurangi kekuatan
Kandungan unsur kimiawi
Clorida, Cl :

Konsentrasi maksimum ppm


500 ppm

- beton pratekan

1.000 ppm

- beton bertulangan

1.000 ppm

Sulfat, SO4

600 ppm

Alkali, Na2O + 0,658 K2O)

5.0000 ppm

Total solids

53.100 ppm

31

c) Perbandingan Kuat Tekan Beton Silinder dan Kubus


Kuat beton yang diperoleh dari benda uji silinder berbeda dengan
kuat beton yang diperoleh dari benda uji kubus. Ada beberapa referensi
yang memberikan hubungan antara kuat tekan silinder dengan kuat tekan
kubus.
1.

Menurut A.M. Neville, Properties of Concrete, 3rd Edition, Pitman Publishing,


London, 1981.
Kuat

7,0

tekan

15,5

20,0

24,5

27,0

34,5

37,0

41,5

45,0

20,1

24,6

28,1

29,6

37,1

39,3

43,6

46,8

0,77

0,81

0,87

0,91

0,93

0,94

0,95

0,96

51,50

silinde
r
(MPa)
Kuat

9,2

tekan

53,65

kubus
(MPa)
Ratio

0,7

silinde

kubus

2.

Menurut ISO Standard 38931977 (E)


Kuat
tekan
silinder
(MPa)
Kuat
tekan
kubus

2,0 4,0 6,0 8,0

10,0 12,0 16,0 20,0 25,0 30,0 35,0 40, 45, 50,

2,5 5,0 7,5 10,0 12,5 15,0 20,0 25,0 30,0 35,0 40,0 45, 50, 55,

0,96

32

(MPa)
Ratio
silinder 0,8 0,8 0,8 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80 0,83 0,86 0,88 0,89 0,9 0,91
/ kubus
3.

Menurut BS.1881
Rasio kubus / silinder = 1,25 untuk semua kelas mutu. Di samping itu,
kadang-kadang dipakai juga benda uji silinder yang memiliki diameter yang
berbeda dengan standar, namun perbandingan antara diameter dengan tingginya
tetap diusahakan 1:2. Benda uji dengan diameter lebih kecil seringkali digunakan
untuk pengujian beton dengan kuat tekan yang sangat tinggi (di atas 50 MPa)
supaya kapasitas alat uji yang dibutuhkan tidak terlalu besar. Korelasi kuat tekan
untuk masing-masing dimensi benda uji dapat dilihat pada tabel di bawah ini (Ref
Concrete Manual, United States Bureau of Reclamation, 7th Edition, 1963).
Ukuran

silinder

50 x 100 75 x 150 150 x 300

(mm)
Kuat tekan relatif 1,09

1,06

1,00

C.494

(1995:254)

200 x 300 x 450 x 600 x 900 x


400
0,96

600
0,91

900 1200 1800


0,86 0,84 0,82

d) Bahan Tambahan
2 Bahan Tambah Kimia
Menurut

ASTM

dan

Pedoman

Beton

1989

SKBI.1.4.53.1989 (Ulasan Pedoman Beton 1989:29) dibedakan menjadi 7 tipe


bahan tambah yaitu:
1) water-reducing Admixtures
2) retarding Admixtures

33

3) accelerating Admixtures
4) water reducing and retarding Admixtures
5) water reducing and accelerating Admixtures
6) water reducing, high range Admixtures
7) water reducing, high range retarding Admixtures,
Bahan Tambah Mineral
1) Abu terbang batubara
2) Slag
3) Silika fume
4) Penghalus gradasi
Keuntungan penggunaan bahan tambah mineral :
1.

memperbaiki kinerja workability

2.

mengurangi panas hidrasi

3.

mengurangi biaya pengerjaan beton

4.

mempertinggi daya tahan terhadap serangan sulfat dan reaksi


alkali-silika, mempertinggi usia, kekuatan tekan, dan keawetan
beton

5.

mengurangi penyusutan dan mengurangi porositas dan daya


serap air dalam beton.

Bahan Tambah Lainnya

34

1.

air etraining

2.

beton tanpa slump

3.

polimer

4.

bahan pembantu untuk mengeraskan permukaan beton


(hardener concrete)

5.

bahan pembantu kedap air (water proofing)

6.

bahan tambah pemberi warna

7.

bahan tambah untuk memperkuat ikatan beton lama dengan


beton baru (bonding agent for concrete)

Alasan Penggunaan Bahan Tambahan


Memodifikasi beton segar, mortar dan grouting dengan cara:
1. menambah sifat kemudahan pengerjaan tanpa menambah atau
mengurangi kandungan air dengan sifat pengerjaan sama.
2. menghambat atau mempercepat waktu pengikatan awal dari
campuran beton.
3. mengurangi ataun mencegah perubahan volume.
4. mengurangi segregasi.
5. meningkatkan sifat penetrasi dan pemompaan beton segar.
6. mengurangi kehilangan nilai slump
Memodifikasi beton keras, mortar dan grouting dengan cara:
1.

mengurangi ekolusi panas selama pengerasan awal (beton muda).

35

2.

mempercepat laju pengembangan kekutan beton pada umur muda.

3.

menambah kekuatan beton (kuat tekan, kuat lentur atau kuat geser
dari beton).

4.

menambah sifat keawetan beton.

5.

mengurangi

kapilaritas

dari

air

dan

mengurangi

sifat

permeabilitas.
6.

menghasilkan struktur beton yang baik dan menambah kekuatan


ikatan beton bertulang.

7.

mencegah korosi yang terjadi pada baja.

8.

menghasilkan warana tertentu pada beton atau mortar.

Evaluasi Pekerjaan Beton


Kekuatan yang diproduksi dilapangan mempunyai kecenderungan
untuk bervariasi dari adukan ke adukan. Besarnya variasi tergantung pada
berbagai faktor, antara lain:
1.

variasi mutu bahan dari satu adukan ke adukan berikutnya.

2.

variasi cara adukan.

3.

stabilitas pekerja.
Menurut isi buku Perencanaan Campuran dan Pengendalian Mutu

Beton (1994), bahwa beton yang memenuhi syarat (mutunya tercapai) jika
memenuhi persyaratan berikut:
a. nilai rata-rata dari semua pasangan hasil uji (yang masing-masing
pasangan terdiri dari empat hasil uji kuat tekan beton) tidak kurang dari
(fc + 0,82 Sc).
b. Tidak satupun dari hasil uji tekan (rata-rata dari dua silinder) kurang dari
0,85 fc.
Jika salah satu dari dua persyaratan tersebut tidak terpenuhi, maka
selain memperbaiki adukan beton berikutnya harus diambil langkah-langkah
untuk meningkatkan kuat tekan rata-rata betonnya.

36

Sedangkan bila kedua persyaratan tidak terpenuhi, maka selian


memperbaiki adukan beton berikutnya harus pula diambil langkah-langkah
untuk memastikan bahwa daya dukung struktur beton yang sudah dibuat
masih tidak membahayakan terhadap beban yang akan ditahan.
Langkah-langkah itu antara lain:
a. Analisis ulang struktur berdasrakan kuat tekan beton sesungguhnya
(actual).
b. Uji yang merusak (non desructive test), misalnya dengan Schmidt
Rebound Hammer (Hamer test). Pull out test, Ultrasonic Pulse Velocity
test, atau Semy Destructive test, yaitu uji bior inti, dan sebagainya.
Metode Core Drill
Pemeriksaan Kuat Tekan dengan Cara Pengambilan Beton Inti

Gambar 11. Cara Pengambilan Beton


Metoda core drill adalah suatu metoda pengambilan sampel beton pada
suatu struktur bangunan. Sampel yang diambil (bentuk silinder) selanjutnya
dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pengujian seperti Kuat tekan, Karbonasi
dan Pullout test. Pengujian kuat tekan (ASTM C-39) dari sampel tersebut diatas

37

biasanya lebih dikenal dengan pengujian Beton Inti. Alat uji yang digunakan
adalah mesin tekan dengan kapasitas dari 2000 kN sampai dengan 3000 kN.
Uji core drill atau bor inti ialah cara uji beton keras dengan cara
mengambil contoh silinder beton dari daerah yang kuat tekannya diragukan.
Pengambilan contoh dilakukan dengan alat bor yang mata bornya berupa pipa
dari intan, sehingga diperoleh contoh beton berupa silinder.Silinder beton yang
diperoleh tergantung ukuran diameter mata-bornya, umumnya antara 50 mm
sampai 150 mm. Namun sebaiknya diameter silinder tidak kurang dari 3 kali
ukuran maksimum agregat betonnya.
Jika uji bor inti dipilih maka beberapa hal yang perlu diperhatikan (SK
SNI-61-1990-03):
1) Umur beton minimal 14 hari
2) Pengambilan contoh silinder beton dilakukan di daerah yang kuat
tekannya

diragukan, biasanya berdasarkan data hasil uji contoh beton

dari masing-masing bagian struktur. Dari satu daerah beton diambil satu
titik pengambilan contoh
3) Dari satu pengambilan contoh (daerah beton yang diragukan mutunya)
diambil 3 titik pengeboran. Pengeboran harus ditempat yang tidak
membahayakan struktur, misalnya jangan dekat sambungan tulangan,
momen maksimum, dan tulangan utama
4) Pengeboran harus tegak lurus dengan permukaan beton
5) Lubang bekas pengeboran harus segera diisi dengan beton yang mutunya
minimal sama.
Bila beton yang diambil berada dalam kondisi kering selama masa
layannya, benda uji silinder beton (hasil bor inti) harus diuji dalam kondisi kering.
Bila beton yang diambil berada dalam kondisi sangat basah selama masa
layannya, maka silinder harus direndam dahulu minimal 40 jam dan diuji dalam
kondisi basah.
Kuat tekan beton pada titik pengambilan contoh (daerah beton yang
diragukan) dapat dinyatakan tidak membahayakan jika kuat tekan 3 silinder beton
(minimum 3 silinder beton) yang diambil dari daerah beton tersebut memenuhi
2(dua) persyaratan sebagai berikt: (1) Kuat tekan rata-rata dari 3 silinder betonnya
tidak kurang dari 0,85 fc (2) Kuat tekan masing-masing silinder betonnya tidak
kurang dari 0,75 fc (Ronynedia, 2010).

38

Metode Hummer Test

Gambar 12. Metode Hummer


Menurut Kelana (2008) Hummer test yaitu suatu alat pemeriksaan mutu
beton tanpa merusak beton. Disamping itu dengan menggunakan metode ini akan
diperoleh cukup banyak data dalam waktu yang relatif singkat dengan biaya yang
murah.
Metode pengujian ini dilakukan dengan memberikan beban intact
(tumbukan) pada permukaan beton dengan menggunakan suatu massa yang
diaktifkan dengan menggunakan energi yang besarnya tertentu. Jarak pantulan
yang timbul dari massa tersebut pada saat terjadi tumbukan dengan permukaan
beton benda uji dapat memberikan indikasi kekerasan juga setelah dikalibrasi,
dapat memberikan pengujian ini adalah jenis "Hammer".
Alat ini sangat berguna untuk mengetahui keseragaman material beton
pada struktur. Karena kesederhanaannya, pengujian dengan menggunakan alat ini
sangat cepat, sehingga dapat mencakup area pengujian yang luas dalam waktu
yang singkat. Alat ini sangat peka terhadap variasi yang ada pada permukaan
beton, misalnya keberadaan partikel batu pada bagian-bagian tertentu dekat

39

permukaan.Oleh karena itu, diperlukan pengambilan beberapa kali pengukuran


disekitar setiap lokasi pengukuran, yang hasilnya kemudian dirata-ratakan British
Standards (BS) mengisyaratkan pengambilan antara 9 - 25 kali pengukuran untuk
setiap daerah pengujian seluas maksimum 300 mm2.
a)

Kelebihan dan kekurangan Hummer test, antara lain:


Kelebihan
1.

Murah

2.

Pengukuran bisa dilakukan dengan cepat

3.

Praktis (mudah digunakan).

4.

Tidak merusak

Kekurangan
1.

Hasil pengujian dipengaruhi oleh kerataan permukaan,


kelembaban beton, sifatsifat dan jenis agregat kasar, derajad
karbonisasi dan umur beton. Oleh karena itu perlu diingat
bahwa beton yang akan diuji haruslah dari jenis dan kondisi
yang sama.

2.

Sulit mengkalibrasi hasil pengujian.

3.

Tingkat keandalannya rendah.

4.

Hanya memberikan informasi mengenai karakteristik beton


pada permukaan kalibrasi.

Seperti yang disebutkan sebelumnya, banyak sekali variabel yang


berpengaruh terhadap hasil pengukuran dengan menggunakan peralatan hummer.
Oleh karena itu sangat sulit untuk mendapatkan diagram kalibrasi yang bersifat
umum yang dapat menghubungkan parameter tegangan beton sebagai fungsi dari
pada jumlah skala pemantulan hummer dan dapat diaplikasikan untuk
sembarang beton.
Jadi dengan kata lain diagram kalibrasi sebaiknya berbeda untuk setiap
jenis campuran beton yang berbeda. Oleh karena itu setiap jenis beton yang
berbeda, perlu diturunkan diagram kalibrasi tersebut perlu dilakukan pengujian
tekan sample hasil coring untuk setiap jenis beton yang berbeda dari struktur yang
sedang ditinjau.

40

Hasil uji coring tersebut kemudian dijadikan sebagai konstanta untuk


mengkalibrasikan bacaan yang didapat dari peralatan hummer tersebut. Perlu
diberi catatan disini bahwa penggunaan diagram kalibrasi yang dibuat oleh
produsen alat uji hummer sebagainya dihindarkan, karena diagram kalibrasi
tersebut diturunkan atas dasar pengujian beton dengan jenis dan ukuran
agregat tertentu, bentuk benda uji yang tertentu dan kondisii test yang tertentu.
b) Persiapan dan Tata Cara Pengujian Titik test untuk kolom diambil
sebanyak 5 (lima) titik, masing-masing titik test terdiri dari 8 (delapan)
titik tembak, untuk balok diambil sebanyak 3 (tiga) titik test, masingmasing titik terdiri dari 5 (lima) titik tembak sedang pelat lantai diambil
sebanyak 5 (lima) titik test masing-masing terdiri dari 5 (lima) titik
tembak.
Tata Cara Pengujian
1.

Sentuhan ujung plunger yang terdapat pada ujung alat hummer test
pada titik-titik yang akan ditembak dengan memegang hummer
sedemikian rupa dengan arah tegak lurus atau miring bidang
permukaan beton yang akan ditest.

2.

Plunger ditekan secara periahan-lahan pada titik tembak dengan


tetap menjaga kestabilan arah dari alat hummer. Pada saat ujung
plunger akan lenyap masuk kesarangnya akan terjadi tembakan oleh
plunger terhadap beton, dan tekan tombol yang terdapat dekat
pangkal hammer.

3.

Lakukan pengetesan terhadap masing-masing titik tembak yang telah


ditetapkan semula dengan cara yang sama.

4.

Tarik garis vertikal dari nilai pantul yang dibaca pada grafik 1 yaitu
hubungan antara nilai pantul dengan kekuatan tekan beton yang
terdapat pada alat hummer sehingga memotong kurva yang sesuai
dengan sudut tembak hummer.

5.

Besar kekuatan tekan beton yang ditest dapat dibaca pada sumbu
vertikal yaitu hasil perpotongan garis horizontal dengan sumbu
vertikal.

41

Penentuan jumlah pengujian yang dibutuhkan ditentukan oleh:


1. Tingkat akurasi yang ditentukan (hubungannya dengan statistik).
2. Tingkat kesulitan pengujian/pengambilan sample.
3. Biaya yang dibutuhkan.
4. Tingkat kerusakan.
Metode Hammer Test
1.

Pengujian jenis ini dilakukan pada pengujian-pengujian


setempat dan bersifat tidak merusak struktur. Dapat digunakan dengan
mudah (praktis), pengukuran dapat dilakukan dengan cepat dengan
memperoleh data yang cukup banyak dan biaya murah.

2.

Beton yang diuji haruslah dari jenis dan kondisi yang sama
karena hasil pengujian dipengaruhi oleh kerataan permukaan, kelembaman
beton, sifat dan jenis agregat kasar, drajad kombinasi dan umur beton.

3.

Tingkat keandalan rendah, sulit mengkalibrasi hasil pengujian


dan sifatnya hanya memberikan informasi mengenai karakteristik teton
pada permukaan
Schmidt Hammer adalah salah satu bentuk pengujian yang bersifat tidak

merusak (non destructive test) yang paling banyak digunakan. Pada umumnya
untuk menguji kekuatan elemen struktur yang terpasang atau beton pracetak
digunakan Schmidt Hammer jenis N. Namun jenis N tidak dapat digunakan pada
benda uji dengan ketebalan kurang dari 100 mm. Penelitian ini menggunakan
Schmidt Hammer jenis L yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kekuatan
beton yang terpasang pada suatu struktur atau suatu benda uji dengan ketebalan
kurang dari 100 mm. Nilai yang diperoleh secara langsung dari hasil Schmidt
Hammer

adalah

nilai

(Rebound

Number)

yang

merupakan

nilai

kekerasan dari permukaan beton yang diuji.


Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan korelasi antara nilai R dari
Schmidt Hammer dengan kuat tekan dari benda uji silinder dengan diameter 100
mm dan tinggi 200 mm yang terbuat dari beton ringan pada umur 28 hari. Untuk

42

mendapatkan kuat tekan yang berbeda-beda maka mix desain beton dibuat dengan
faktor air semen (Fas) yang berbedabeda. Hasil penelitian menunjukkan Nilai R
Schmidt Hammer dan kuat tekan bertambah seiring dengan berkurangnya Fas.
Korelasi nilai R Schmidt Hammer dan kuat tekan sangat baik sehingga Schmidt
Hammer jenis L dapat digunakan untuk menaksir kekuatan beton ringan .
Penelitian ini menguji korelasi antara nilai R Schmidt Hammer dengan
kuat tekan beton dari benda uji silinder yang berdiameter 100 mm dan tinggi 200
mm. Dari penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Nilai R Schmidt Hammer dan kuat tekan bertambah seiring dengan
berkurangnya Fas (faktor air semen).
2. Korelasi nilai R dan kuat tekan pada umur 28 hari sangat baik sehingga
Schmidt Hammer jenis L dapat digunakan untuk menaksir kekuatan
beton ringan yang berdimensi kurang dari 100 mm.
4

Pengujian Beton
1.

Uji Slump
Nilai dari slump adalah berupa rentang, yang besarannya adalah kisaran dari

batas maksimum dan minimumnya.


2. Bobot Isi Agregat
a.

Bobot isi Agregat Kasar (Gembur)


Berat isi dalam keadaan seimbang adalah berat isi yang ditentukan

menurut pasal 8.2. tentang pengukuran berat isi dalam keadaan seimbang, dicapai
oleh beton ringan struktural setelah disimpan dalam ruangan dengan kelembaban
relatif 50 % 5 % dan temperatur 23 o C 2o C selama jangka waktu yang cukup
sampai berat konstan tercapai (SNI 03-3402-1994).
Berat isi kering oven adalah berat seperti yang ditentukan dalam pasal 8.3.
tentang pengukuran berat isi kering oven, dicapai oleh beton ringan struktural
setelah dimasukkan dalam oven pengering pada 110 o C 5o C selama periode
waktu cukup sampai berat konstan tercapai (SNI 3402:2008). Berat isi kering
oven berat seperti yang ditentukan dalam pasal 8.3. tentang pengukuran berat isi
kering oven, dicapai oleh beton ringan struktural setelah dimasukkan dalam oven

43

pengering pada 110o C 5o C selama periode waktu cukup sampai berat konstan
tercapai (SNI 03-3402-1994).
Berat isi teoritis beton adalah biasanya ditentukan di laboratorium, nilainya
diasumsikan tetap untuk semua campuran yang dibuat dengan komposisi dan
bahan yang identik. Hal ini diperhitungkan dengan cara berat total material dalam
campuran (kg) dibagi dengan total volume absolut (m3). Berat isi teoritis beton
(kg/m3) dihitung pada keadaan bebas udara (SNI 1973:2008).
Rumus bobot isi gembur:
Berat isi rata-rata = berat isi uji 1 + berat isi uji 2 berat isi uji 3

Berat isi gembur

Berat agregat gembur


Vol. Bejana silinder kosong

gram
cm3

b. Bobot isi Agregat Kasar (Padat)


Berat isi dalam keadaan seimbang adalah berat isi yang ditentukan
menurut pasal 8.2. tentang pengukuran berat isi dalam keadaan seimbang, dicapai
oleh beton ringan struktural setelah disimpan dalam ruangan dengan kelembaban
relatif 50 % 5 % dan temperatur 23 o C 2o C selama jangka waktu yang cukup
sampai berat konstan tercapai (SNI 03-3402-1994).
Berat isi kering oven adalah berat seperti yang ditentukan dalam pasal 8.3.
tentang pengukuran berat isi kering oven, dicapai oleh beton ringan struktural
setelah dimasukkan dalam oven pengering pada 110 o C 5o C selama periode
waktu cukup sampai berat konstan tercapai (SNI 3402:2008). Berat isi kering
oven berat seperti yang ditentukan dalam pasal 8.3. tentang pengukuran berat isi
kering oven, dicapai oleh beton ringan struktural setelah dimasukkan dalam oven
pengering pada 110o C 5o C selama periode waktu cukup sampai berat konstan
tercapai (SNI 03-3402-1994).
Berat isi teoritis beton adalah biasanya ditentukan di laboratorium, nilainya
diasumsikan tetap untuk semua campuran yang dibuat dengan komposisi dan
bahan yang identik. Hal ini diperhitungkan dengan cara berat total material dalam

44

campuran (kg) dibagi dengan total volume absolut (m3). Berat isi teoritis beton
(kg/m3) dihitung pada keadaan bebas udara (SNI 1973:2008).
Rumus bobot isi padat :
Berat isi rata-rata

Berat isi padat

= berat isi uji 1 + berat isi uji 2 berat isi uji 3


Berat agregat padat
Vol. Bejana silinder kosong

gram
}
cm3

CARA MENETUKAN MUTU BETON


Pada tahun 1950-an, beton dikategorikan mempunyai mutu tinggi jika
kekuatan tekannya 30 MPa. Tahun 1960- 1970an, kriterianya naik menjadi 40
MPa.Saat ini beton dikatakan sebagai beton mutu tinggi jika kekuatan tekannya
diatas 50 MPa dan diatas 80 MPa adalah beton mutu sangat tinggi ( Suparno,
1998). Banyak parameter ang mempengaruhi kekuatan tekan beton, diantaranya
adalah kualitas bahan bahan penyusunnya, rasio air semen yang rendah dan
kepadatan yang tinggi pula. Beton segar yang dihasilkan dengan memperhatikan
parameter tersebut biasanya sangat kaku, sehingga sulit dibentuk atau dikerjakan
terutama pada pengerjaan pemadatan. Dengan semakin banyaknya pabrikan yang
menghasilkan bahan admixture sebagai bahan pengencer dari beton yang berefek
mencairkan beton tanpa menambah campuran air dalam beton, maka hal ini tidak
menjadi masalah ( M.S. Besari, 2003).
Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menghasilkan sebuah
beton yang bermutu tinggi, yaitu :
1. Faktor Air Semen
Semakin besar nilai FAS, semakin rendah mutu kekuatan beton. Dengan
demikian, untuk menghasilkan sebuah beton yang bermutu tinggi FAS dalam
beton haruslah rendah. Umumnya nilai FAS minimum untuk beton normal sekitar
0.4 dan nilai maksimum 0.65. Tujuan pengurangan FAS ini adalah untuk
mengurangi hingga seminimal mungkin porositas beton yang dibuat sehingga

45

akan dihasilkan beton mutu tinggi. Pada beton mutu tinggi atau sangat tinggi, FAS
dapat diartikan sebagai water to cementious, yaitu berat air terhadap berat total
semen dan aditif cementiuos yang ditambahkanoada campuran beton mutu tinggi (
Supartono, 1998).

2. Kualitas Agregat Halus ( Pasir)


Bentuk agregat halus akan mempengaruhi kualitas mutu beton yang
dibuat. Agregat berbentuk bulat mempunyai rongga udara minimum 33% lebih
kecil dari rongga udara yang dipunyai oleh agregat berbentuk, beton yang
dihasilkan akan mempunyai rongga udara yang lebih sedikit. Tekstur permukaamn
agregat halus yang bertekstur halus akan lebih sedikit membutuhkan air
dibandingkan dengan agregat dengan permukaan kasar. Dengan semakin
sedikitnya air yang dibutuhkan kemungkinan menghasilkan beton yang bermutu
tinggi lebih besar menggunakan agergat kasar.
Modulus halus butir ( finnes modulus) atau yang biasa disingkat MHB
ialah sesuatu indeks yang dipakai untuk mengukur kehalusan atau kekasaran bitur
butir agergat. MHB didefinisikan sebagai jumlah persen kumulatif dari butir
agregat yang tertinggal ( retained) diatas satu set ayakan ( 38.9, 9.6, 4.8, 2.4, 1.2,
0.6, 0.3, dan 0.15 MM), kemudian nilai tersebut dibagi 100 ( Abrams, 1918 ).
Semakin besar nilai MHB suatu agregat, semakin besar butiran agregat.
Umumnya agregat halus mempunyai MHB sekitar 1.50 3.8. Hasil penelitian
menunjukan bahwa nilai MHB 1,5.
Gradasi yang baik dan teratur ( contionus) dari agregat halus besar
kemungkinan akan menghasilkan beton yang mempunyai kekuatan tinggi
dibandingkan dengan agregat yang bergradasi gap atau seragam. Gradasi yang
baik adalah gradasi yang memenuhi syarat zona tertentu dan agregat halus tidak
boleh mengandung bagian yang lolos pada satu set ayakan lebih besar dari 45%
dan tertanam pada ayakan berikutnya.

46

Kebersihan agregat juga akan sangat mempengaruhi dari mutu beton yang
akan dibuat terutama dari zat zat yang dapat merusak baik pada saat beton muda
maupun beton yang sudah mengeras.

3. Kualitas Agregat Kasar


Kekuatan agregat bervariasi dalam batas yang besar. Butir butir agregat
dapat bersifat kurang kuat karena dua hal. Pertama, karena terdiri dari partikel
yang kuat tetapi tidak baik dalam hal pengikatan ( interlocking ). Kedua, porositas
yang besar akan mempengaruhi keuletan atau ketahanan terhadap beban kejut.
Dalam pemilihan agregat kasar, porosiyas yang rendah merupakan faktor yang
sangat menentukan untuk menghasilkan suatu adukan beton yang seragam, dakam
artian mempunyai keteraturan dan keseragaman yang baik pada mutu maupun
parameter yang lain dibutuhkan. Akan sangat baik jika akan digunakan
membentuk beton mutu tinggi daya serap air sebesar tidak lebih dari 1%. Karena
hal ini akan sangat berhubungan dengan pengendalian kandungan air pada
campuran beton, yang dapat mengakibatkan ketidakteraturan atau deviasi yang
sangat besar pada mutu yang akan dihasilkan.
Bentuk fisik dari agregat kasar yang bersudut titik agregat ini mempunyai
sudut sudut yang tampak jelas yang terbentuk di tempat tempat perpotongan
bidang bidang dengan permukaan kasar. Rongga udara pada agregat ini
bewrkisar antara 38% - 40%, dengan demikian membutuhkan lebih banyak lagi
pasta semen agar mudah dikerjakan untuk mengurangi rongga ini dikombinasikan
dengan butiran agregat halus yang berbentuk bulat. Beton yang dihasilkan dengan
menggunakan agregat ini cocok untuk struktur yang menekankan pada kekuatan
atau untuk beton mutu tinggi karena ikatan antara agregat baik yang kuat.
Ukuran butir maksimum agregat juga akan mempengaruhi mutu beton
ysng akan dibuat. Hasil penelitian Larrard (1990) menebutkan bahwa butiran

47

maksimum yang memberikan bukti nyata untu membuat beton mutu tinggi tidak
boleh lebih dari 15mm.
Namun demikian pemakaian butiran agregat sampai dengan 25mm masih
memungkinkan diperolehnya beton mutu tinggi dalam proses produksinya.
Gradasi yang baik dan teratur(continous)dari agregat kasar besar
kemungkinan akan menghasilkan beton yang mempunyai kekuatan tinggi
dibandingkan dengan agregat yang bergradasi gap atau seragam. Gradasi yang
baik adalah gradasi yang memenuhi syarat zona tertentu dan agregat halus tidak
boleh mengandung bagian yang lolos pada satu set ayakan lebih besar dari 45%
dan tertahan pada ayakan berikutnya. Kebersihan agregat juga akan sangat
mempengaruhi daru mutu beton yang akan dibuat terutama dari zat-zat yang dapat
merusak baik pada saat beton muda maupun beton sudah mengeras.
4. Bahan Tambah
Bahan tambah yang digunakan dalam beton dapat dibedakan menjadi dua
yaitu :
1) Bahan tambah yang bersifat kimiawi ( chemical admixture ) .
2) Bahan tambah admixture ditambahkan saat pengadukan dan atau saat
pelaksanaan pengecoran ( plecing ).
3) Bahan tambah yang bersifat mineral ( additive).
Bahan tambah additive ditambahkan saat pengadukan dilaksanakan. Bahan
tambah tambah additive merupakan bahan tambah yang lebih banyak digunakan
untuk penyemenan jadi bahan tambah additive lebih banyak digunakan untuk
perbaikan kinerja kekuatannya.
Bahan tambah kimia yang banyak yang digunakan untuk memperbaiki
kinerja beton mutu tinggi umumnya yang bersifat yang memperbaiki kelecakan.
Bahan tambah ini dikelompokkan kedalam high range water reducing

48

admixtures.Water reducing admixture adalah bahan tambah yang mengurangi air


pecampur yang diperlukan untuk dihasilkan beton dengan konsistensi tertentu.
Water Reducing admixture digunakan antara lain untuk dengan tidak
mengurangi kadar semen dengan nilai slump untuk memproduksi beton dengan
nilai perbandingan atau faktor air semen ( WCR ) yang rendah. Penggunaan bahan
tanbah mineral ( additive) untuk membentuk neton mutu tinggi pada saat ini sudah
merupakan bagian yang mutlak. Bahan tambah digunakan dan populer adalah abu
terbang yang merupakan hasil residu pebangkit tenaga listrik tenaga uap yang
menggunakan batu bara jenis antrasit atau bitumen. Karena sifatnya yang
mengandung pozollan maka bahan ini sangat baik jika digunakan untuk
membentuk beton mutu tinggi.
Pozollan adalah bahan yang mempunyai kandungan utama silica dan
alumina dan didapat dari sumber alam maupun buatan. Seperti dijelaskan di atas,
bagian interface merupakan bagian yang terlemah dari beton. Penambahan abu
terbang yang mengandung CSH maka akan memberikan beberapa keuntungan :
1. Mengurangi keberadaan unsure kalsium sampai dengan hidroksida didalam
beton yang merupakan bagian yang lemah beton, serta menggantikannya
setelah bereaksi dengan SiO2 menjadi kalsium sampai dengan silikat sampai
dengan hidrat ( CSH Gel) yang selanjutnya akan memberikan penu\ingkatan
kekuatan beton.
2. Pozollan yang berbutir halus akan mengisi pori pori sehingga porositasnya
menjadi rendah.
3. Pengurangan kalsium sampai dengan hidroksida oleh SiO2 akan mengurangi
sensitifitas

terhadap

ketahanan

sulfat,

yang

juga

didukung

oleh

meningkatnya kerapatan beton yang pada akhirnya akan meningkatnya


kekedapan terhadap air.
Pozzofume atau super fly ash dapat pula digunakan sebagai bahan tambah
alternative selain abu terbang.

49

5. Kontrol Kualitas
Untuk dapat menghasilkan beton yang bermutu tinggi faktor control
terhadap kualitas proses produksi beton pada saat pengambilan sample pengujian
maupun proses penakaran sampai perawatan mutlak menjadi perhatian penting.
Pengawasan dan pengendalian yang tepat dari keseluruhan prosedur dari
pelaksanaan yang didukung oleh kordinasi operasional akan lebih meningkatkan
kualitas mutu beton yang dihasilkan.

2.6 LANTAI
2.6.1 Pengertian Lantai
Lantai merupakan penutup permukaan tanah dalam ruangan dan
sekitarnya. Lantai juga bagian bangunan yang digunakan untuk pijakan kaki.
Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi bangunan, bahan
lantai juga mengalami kemajuan yang pesat. Berbagai macam produk lantai mulai
bermuncul mulai dari bentuk yang sederhana sampai yang kompleks, selain itu
dari segi harga juga beragam, dari yang murah sampai yang mahal.
2.6.2 Fungsi Lantai
Lantai memiliki berbagai berfungsi mulai sebagai fungsi utamanya yaitu
ebagai alas pijakan kaki sehingga memberikan kenyamanan ketika berjalan di
atasnya, sampai dengan memberi nilai estetika suatu ruang dalam bangunan
sehingga dapat menambah nilai jual bangunan tersebut.
2.6.3 Jenis-Jenis Bahan Lantai Alami
1. Lantai Batu Candi
Ciri-ciri : warna gelap
Bahan : batu alam

50

Ukuran : 20x20 cm, 15x30 cm, 20x40 cm, 30x30 cm


Kelebihan :
Kekurangan :
Aplikasi : lantai eksterior, lantai kamar mandi
Perawatan : disiram dan disikat

Gambar 13. Lantai Batu Candi


2. Lantai Batu Sikat
Ciri-ciri

: memiliki tekstur bermotif

Bahan

: campuran semen, pasir dan batu sikat

Ukuran

: bervariasi

Kelebihan

: memiliki banyak motif dan menarik

51

Kekurangan

: memerlukan perawatan ekstra

Aplikasi

: taman dan carport

Perawatan

:di coating (pemberian pelapisan saat pemasangan) untuk


menghindari jamur dan lumut

Gambar 14. Batun Sikat


3. Lantai Andesit
Ciri-ciri

: warna abu-abu, tekstur kasar dan halus

Bahan

: batu alam

Ukuran

: 15x30 m, 20x20 cm, 30x30 cm

Kelebihan : bernilai estetika tinggi, indah dan alami


kekurangan : mudah berlumut dan berjamur
Aplikasi

: lantai eksterior

Perawatan : tiga tahun sekali dilakukan coating agar warna tetap terjaga dan
mengkilap

52

Gambar 15. Batu Andesit


4. Lantai Batu Lempeng
Ciri-ciri

: tekstur kasar, bentuk ada yang beraturan dan tidak beraturan,


warna hitam dan abu-abu

Bahan

: batu alam

Ukuran

: sangat bervariasi

Kelebihan : bernilai estetika tinggi, indah dan alami


kekurangan : mudah berlumut dan berjamur
Aplikasi

: lantai teras dan carport

Perawatan : disikat agar kotoran tidak menempel

53

Gambar 16. Batu Lempeng

2.6.4 Jenis-Jenis Bahan Lantai Buatan


1. Lantai Tegel
Ciri-ciri

: warna abu-abu dan tekstur kasar

Bahan

: campuran semen dan pasir

Ukuran

: 30 x 30 cm, 40 x 40 cm, dan 20 x 20 cm

Warna & motif

: abu-abu, kuning, merah, biru, dan lain-lain

Kelebihan

: harga murah, pemasangan mudah

Kelemahan

: jika terkena asam/cuka akan membekas bernoda yang


sulit untuk dibersihkan

Aplikasi

: lantai ruangan

Perawatan

: disapu dan dipel

54

Gambar 17. Lantai Tegel

2. Lantai Teraso
Ciri-ciri

: tekstur kasar, warna putih, kuning, hijau, dan lain-lain

Bahan

: campuran

semen dan pasir, bagian atasnya dilapisi

dengan bahan keras, kombinasi campuran antara kulit kerang laut dengan
pecahan marmer
Ukuran

: 20 x 20 cm, 30 x 30 cm

Kelebihan

: memiliki motof yang beragam

Kelemahan

: mudah berlumut jika sering terkena air.

Aplikasi

: lantai eksterior

Perawatan

: diberihkan dan di jaga agar tidak lembab

55

Gambar 18. Lantai Teraso


3. Lantai Keramik
Ciri-ciri

: permukaan halus, warna dan motif sangat bervariasi

Bahan

: tanah liat yang di olah

Ukuran

: 15 x 20 cm, 20 x 20 cm, 30 x 20 cm, 40 x 40 cm, 50 x50


cm, dan lain-lain

Kelebihan

: perawatan mudah, tidak mudah tergores, mudah dibersihkan,


tahan lama, tidak tembus air

Kekurangan : mudah berlumut untuk lantai yang basah khususnya nat antara
keramik
Aplikasi

: lantai ruangan interior dan eksterior

Perawatan : disapu dan dipel dengan cairan pembersih keramik

56

Gambar 19. Lantai Keramik


4. Lantai Marmer
Ciri- ciri

: warna putih agak kekuningan

Bahan

: batu marmer

Ukuran

: 5 x 20 cm,10 x 20 cm,15 x 30 cm, 20 x 20 cm, 50 x 50cm

Kelebihan

: mudah & mewah, tahan api, mampu menahan beban berat

Kelemahan

: jika terkena cairan akan meresap dan tidak mudah


hilang/bias berlumut, mahal

Aplikasi
Perawatan

: lantai ruangan, kamar mandi kering dan tangga


: usahakan agar selalu kering, noda dibersihkan dengan
air hangat

57

Gambar 20. Lantai Marmer


5. Lantai Granit
Ciri-ciri

: terdapat bintik-bintik putih, warna & motif tersedia dalam


berbagai variasi

Bahan

: Batu Granit

Ukuran

: 30 x 30 cm, 40 x 40 cm, 60 x 60 cm

Kelebihan :

indah

&

menarik,

tahan

api, kuat

terhadap

getaran,

keras, mampu menahan beban yang berat


Kelemahan : jika terkena cairan berwarna akan meresesap tidak akan hilang,
harga relatif mahal
Aplikasi

: lantai ruangan, stepnosing, lantai dapur, kamar mandi, dan teras

Perawatan : dibersihkan, gunakan pemutih untuk menghilangkan noda

58

Gambar 21. Lantai Granit

6. Lantai Kayu dan Olahan (parket)


Bahan

: kayu

Jenis

: lantai kayu alami, misal : balok/papan

Kelemahan : mudah terbakar, tergores, dapat menyusut dan memuai terhadap


cuaca, harga relatif mahal, pemasangan khusus
Kelebihan : berkesan alami dan hangat, bernilai estetika tinggi
Aplikasi : lantai interior
Perawatan : pelapisan sebelum pemasangan, Jika terkena tumpahan noda
segera dilap

59

Gambar 22. Lantai Kayu dan Olahan


7. Lantai Paving
Ciri-ciri

: permukaan kasar dan bentuk bervariasi

Bahan

: semen dan pasir

Ukuran

: bervariasi sesuai pola (tebal sekitar 6-8 cm)

Kelebihan : pemasangan mudah dan murah


Kelemahan : mudah berlumut, tidak mampu menahan beban berat
Aplikasi

: lantai taman (outdoor)

Perawatan: dibersihan dan usahakan agar tidak lembab karena bisa berlumut

60

Gambar 23. Lantai Paving


8. Lantai Vinyl
Ciri-ciri

: bermotif anyaman, coklat

Bahan

: material buatan

Kelebihan : tahan lama, mudah dibersihkan, tahan air


Kelemahan : bernilai estetika tinggi
Aplikasi : lantai ruangan
Perawatan : Cukup dibersihkan menggunakan pembersih khusus vinyl

61

Gambar 24. Lantai Vinyl


9. Lantai Teracota
Ciri-ciri

: tekstur halus tapi tidak licin

Bahan

: tanah liat

Ukuran

: bervariasi

Kelebihan : bernilai estetika tinggi, tahan lama dan kuat


Kelemahan : relatif mahal, relatif berat, pemasangan yang khusus
Aplikasi

: lantai eksterior dan stepnosing

Perawatan: disikat dan dibersihkan.

62

Gambar 25. Lantai Teracota


10. Lantai Plester
Ciri-ciri

: Halus dan diberi lapisan aci di atasnya

Bahan

: campuran semen dan pasir perbandingan 1:5

Aplikasi

: teras dan selasar

Perawatan : disapu dan dibersihkan

Gambar 26. Lantai Plester

63

11. Nosing Tile


Ciri-ciri

: bentuk hampir setengha lingkaran dengan motif dan warna yang


bervariasi

Ukuran

: panjangnya sekitar 10 cm

Aplikasi

: untuk tepi tangga, lantai, dan teras (saat ada perbedaan


ketinggian)

Gambar 27. Nosing Tile

2.7 PINTU
2.7.1 Pengertian Pintu
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian pintu adalah tempat
untuk masuk dan keluar. Ini berarti bahwa pintu adalah suatu benda penghubung
untuk melakukan aktivitas memasuki sesuatu atau keluar dari sesuatu tempat. Jika
dikaitkan dengan rumah tinggal maka pengertian pintu adalah tempat untuk
keluar-masuk pada tempat tinggal manusia.

64

2.7.2 Fungsi Pintu


Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa pengertian pintu adalah tempat
untuk masuk dan keluar dari suatu tempat atau bangunan maka fungsi dan
keberadaannya sangat diperlukan sebagai media penghubung (antara). Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa fungsi pintu pada dasarnya adalah sebagai
penghubung antar-ruang yang saling terpisahkan secara permanen.
Selain fungsi di atas, pintu juga berfungsi sebagai penjaga privasi serta
keamanan sebuah rumah. Pintu kamar misalnya, berguna untuk menjaga privasi
dan keamanan penghuni kamar tersebut.
2.7.3 Jenis Pintu Berdasarkan Fungsi Ruang
Berdasarkan fungsi ruang, jenis pintu dapat dibagi menjadi beberapa
kategori,antara lain:
1) Pintu gerbang
2) Pintu utama rumah
3) Pintu kamar
4) Pintu ruang lain dalam rumah (ruang makan, dapur, ruang keluarga, dll)
5) Pintu kamar mandi (wc)
6) Pintu belakang atau pintu samping
7) Pintu garasi dan
8) Pintu bangunan komersial (toko, kantor, dll).
2.7.4 Persyaratan Pintu
Persyaratan sebuah pintu meliputi ukuran pintu yang memadai sesuai
fungsi, kekokohan, penggunaan bahan material yang cocok untuk pintu pada

65

masing-masing ruang, dan desain yang indah, sesuai, dan selaras dengan desain
bangunan atau ruang tempat pintu tersebut dipergunakan.

2.8 PONDASI
2.8.1 Pengertian Pondasi
Pondasi adalah bagian bangunan yang menghubungkan bangunan
dengan tanah. Pondasi berfungsi untuk meneruskan beban-beban dari semua
unsur bangunan yang dipikulkan kepadanya ke tanah. Pondasi harus
diperhitungkan sedemikian rupa agar dapat menjamin kestabilan bangunan
terhadap :
A. Beban bangunan
B. Berat sendiri
C. Beban berguna
D. Gaya-gaya luar :
Angin
Gempa bumi
Beban termis
Beban dinamis
Penurunan pondasi
2.8.2 Bahan Pondasi
A. Bata
1) Kurang ideal, sebab bahan lunak dan berporeus.
2) Digunakan untuk pembebanan yang ringan atau bangunan
sementara.
3) Sebaiknya tidak pada lapisan tanah yang berair.
B. Batu kali
1) Cukup baik, asalkan susunan batu harus tersusun dengan
benar dan kompak. Perbandingan spesi 1 PC : 4 PS.
2) Untuk pondasi bangunan permanent berlantai 1/2/3.

66

3) Kekokohan landasan dapat agak lunak hingga sedang,


tergantung besarnya beban bangunan.
C. Beton (tidak bertulang)
1) Cukup baik, asal dibuat dengan perbandingan semen yang
2)
3)
4)
5)

sesuai.
Beton blok : 1PC : 4/5 PS di press dalam cetakan
Beton : 1 PC : 3 PS : 5/7 kerikil
Hanya dapat menahan beban tekan.
Kekokohan landasan dapat lunak hinnga sedang, tergantung
besarnya beban bangunan.

D.

Beton bertulang
1) Sangat ideal digunakan karena bahan yang padat, kompak
dan kedap air.
2) Dapat diperhitungkan untuk menahan beban tarik.
3) Perlu perhatian dalam pembuatannya dan kualitas
betonnya.(perlu lantai kerja untuk peletakan tulangan besi)
perbandingannya 1 PC : 3 PS : 5 KR.

Dalam pembuatan pondasi, ada beberapa aspek yang harus dilakukan


antara lain :
i. Pemeriksaan Tanah
1. Pemerikasaan tanah diperlukan untuk menentukan
jenis, ukuran dan daya dukung fondasi.
2. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi:
3. Pemeriksaan jenis tanah
4. Pemeriksaan daya dukung/ tegangan dukung tanah
5. Pemeriksaan keadaan air tanah
ii. Pemeriksaan jenis tanah
1. Pemeriksaan jenis tanah dilakukan untuk
mengetahui kondisi tanah secara visual, dan
mengetahui nilai indek propertis tanah (g, f, c).
2. Pemeriksaan kondisi tanah secara visual, dapat
dilakukan dengan menggali tanah pada kedalaman
tertentu,

kemudian

melihat

kondisi

tanah.

Sedangkan pemeriksaan indek propertis tanah


dilakukan

dengan

pengujian

di

laboratorium,

terhadap sampel tanah yang diambil dari lokasi


proyek.

67

iii. Pemeriksaan daya dukung tanah


1. Pemeriksaan daya dukung tanah dapat dilakukan
-

dengan 2 cara:
Analisis hasil pengujian laboratorium
1. Melakukan analisis dengan pendekatan empiris
terhadap data-data indek propertis tanah yang

diperoleh dari pengujian di laboratorium.


Pemeriksaan langsung di lapangan
1. Dengan menggunakan alat yang dibawa kelapangan
(sondir atau SPT). Dari data yang diperoleh,
dilakukan analisis untuk diketahui daya dukung
tanah.
ii. Pemeriksaan Air Tanah
1. Pemeriksaan kedalaman air tanah dapat dilakukan
dengan pengeboran atau dapat dilihat dari sumur
terdekat dari dilokasi proyek.
Air tanah, mempengaruhi daya dukung tanah, dan
mempengaruhi pemilihan bahan untuk fondasi (air
yang mangandung asam harus menggunakan semen
khusus)

2.8.3

Jenis Pondasi
Terdiri Dari 2 Jenis yaitu :

1. Pondasi Dangkal (Shallow foundations) . Pondasi dangkal (kadang-kadang


disebut

pondasi

menyebar)

termasuk dudukan umpak

(pondasi

terisolasi), pondasi memanjang, pondasi tapak dan pondasi raft.


2. Pondasi Dalam (Deep foundations ). Pondasi dalam termasuk tiang
pancang, bor pile , dinding diafragma dan caissons.

A. Pondasi Dangkal
Pondasi dangkal biasanya dibuat

dekat dengan permukaan tanah,

umumnya kedalaman pondasi didirikan kurang 1/3 dari lebar pondasi sampai

68

dengan kedalaman kurang dari3 m. Kedalaman pondasi dangkal ini bukan aturan
yang baku, tetapi merupakan sebagai pedoman. Pada dasarnya,
permukaan pembebanan

atau

kondisi

permukaan

lainnya

akan

mempengaruhi kapasitas daya dukung pondasi dangkal. Pondasi dangkal


biasanya digunakan ketika tanah permukaan yang cukup kuat dan kaku untuk
mendukung beban yang dikenakan dimana jenis struktur yang didukungnya tidak
terlalu berat dan juga tidak terlalu tinggi, pondasi dangkal umumnya tidak cocok
dalam tanah kompresif yang lemah atau sangat buruk, seperti tanah urug dengan
kepadatan yang buruk , pondasi dangkal juga tidak cocok untuk jenis tanah
gambut, lapisan tanah muda dan jenis tanah deposito aluvial, dll.
Jenis Jenis Pondasi Dangkal
1. Pad foundations (Pondasi Tapak)

Gambar 28. Pondasi Tapak


Pondasi tapak (pad foundation) digunakan untuk mendukung beban titik
individual seperti

kolom struktural. Pondasi pad ini dapat dibuat dalam

bentuk bukatan (melingkar), persegi atau rectangular. Jenis pondasi ini biasanya
terdiri

dari lapisan beton

bertulang

dengan

ketebalan

yang seragam,

tetapi pondasi pad dapat juga dibuat dalam bentuk bertingkat atau haunched jika
pondasi

ini

dibutuhkan

untuk

menyebarkan

beban

dari

kolom

berat. Pondasi tapak disamping diterapkan dalam pondasi dangkal dapat juga
digunakan untuk pondasi dalam.
2. Pondasi Jalur atau pondasi memanjang (Strip foundations)

69

Gambar 29. Pondasi Jalur Memanjang


Pondasi jalur/ pondasi memanjang (kadang disebut juga pondasi menerus)
adalah jenis pondasi yang digunakan untuk mendukung beban memanjang atau
beban garis, baik untuk mendukung beban

dinding atau beban kolom

dimana penempatan kolom dalam jarak yang dekat dan fungsional kolom tidak
terlalu mendukung beban berat sehingga pondasi tapak tidak terlalu dibutuhkan.
Pondasi jalur/ pondasi memanjang biasanya dapat dibuat dalam bentuk
memanjang dengan potongan persegi ataupun trapesium. Bisanya digunakan
untuk pondasi dinding maupun kolom praktis. Bahan untuk pondasi ini dapat
menggunakan pasangan patu pecah, batu kali, cor beton tanpa tulangan dan dapat
juga menggunakan pasangan batu bata dengan catatan tidak mendukung beban
struktural.
Pondasi Setempat
Kadang kadang sering dijumpai pada lapisan tanah keras. Letaknya pada
kedalaman lebih dari 1.50 cm dari permukaan tanah setempat. Bila digunakan
pondasi menerus akan sangat mahal dan tidak efisien. Untuk mengatsinya dapat
digunakan pondasi yang dibuat dibawah kolom kolom pendukung bangunan
disebut pondasi setempat. Jadi yang merupakan pondasi utma pendukung
bangunan adalah pondasi setempat. Semua beban bangunan yang diterima kolom
kolom pendukung langsung dilimpahkan padanya. Pondasi setempat dapat
dibuat bentuk :
1) Pondasi pilar dibuat dari pasangan batu kali berbentuk kerucut
terpancung

70

2) Pondasi sumuran dibuat dengan cara menggali tanah berbentuk


bulat sampai kedalaman tanah keras, kemudian diisi adukan
beton tanpa tulangan dan batu batu besar
3) Pondasi telapak, dibuat dari konstruksi beton bertulang
berbentuk plat persegi atau di sebut voetplat
Pondasi Titik

Gambar 30. Pondasi Titik


1) Beban total dialihkan ke kolom
2) Syarat syarat penggunaan :
a. Beban cukup ringan dan masih dapat dipikul oleh tanah sesuai
dengan kemampuan daya dukungnya
b. Biasanya pada bangunan sementara atau bangunan permanent
hingga bertingkat satu atau bangunan yang didirikan didaerah
berair / rawa rawa dan berkondisi daya dukung yang tidak merata
3) Bahan :
a. Batu kali
b. Beton
c. Pondasi sumur
d. Paku bumi

Pondasi Jalur

71

Gambar 31. Pondasi Jalur


1) Beban total dianggap dipikul secara merata pada jalur pondasi.
2) Digunakan untuk mendapatkan bidang luas pondasi yang lebih besar dari
pondasi titik.
3) Tanah galian tidak banyak, karena lapisan tanah cukup dangkal.
4) Bahan :
a. Batu bata
b. Batu kali
c. Beton tidak bertulang
d. Beton bertulang
Pondasi Pelat penuh ( beton bertulang)
1) Beban total disalurkan keseluruh luas dasar bangunan.
2) Digunakan apabila :
a. kekokohan landasan yang rendah, sehingga pondasi jalur menjadi
kurang ekonomis/terlalu lebar.
b. Jarak bentang kolom tidak lebih dari 8.00 M.
c. Lokasi sering banjir.
Pondasi Tikar (Raft foundations)
Pondasi tikar/ pondasi raft

digunakan untuk menyebarkan beban dari

struktur atas area yang luas, biasanya dibuat untuk seluruh area struktur. Pondasi
raft digunakan ketika beban kolom atau beban struktural lainnya berdekatan
dan pondasi pad saling berinteraksi.

72

Gambar 32. Pondasi Tikar


Pondasi raft biasanya terdiri dari pelat beton bertulang yang membentang
pada luasan yang ditentukan . Pondasi raft memiliki keunggulan mengurangi
penurunan setempat dimana plat beton akan mengimbangi gerakan diferensial
antara posisi beban. Pondasi raft sering dipergunakan pada tanah lunak atau
longgar dengan kapasitas daya tahan

rendah karena pondasi radft

dapat

menyebarkan beban di area yang lebih besar.


Pondasi Staal
Pondasi staal dipergunakan di atas tanah kuat/baik yang letaknya tidak
dalam. Pada umumnya dari permukaan tanah sedalam 50 cm, terdapat
tanah yang disebut tahan humus, yaitu lapisan tanah yang mengandung
campuran bekas cabang-cabang kayu kecil-kecil, sampah, dan sebagainya.
Diatas tanah semacam ini tidak dapat diletakkan pondasi karena ada
kemungkinan pondasi akan turun akibat menjadi padatnya tanah humus
yang diakibatkan muatan diatas tanah tersebut. Penurunan pondasi yang
merata tidak menimbulkan kesulitan, karena apabila konstruksi bangunan
gedung diatas pondasi dapat turun secara merata pula. Tetapi apabila
penurunan pondasi tidak dapat merata, maka kerusakan-kerusakan akibat
penurunan

ini

tidak

dapat

dihindarkan.

Kerusakan-kerusakan

tersebut

misalnya berupa :

a. pecah/retaknya tembok-tembok.
b. pintu/jendela tidak dapat dibuka.
c. atap berubah bentuk.
d. dan lain-lain kerusakan.
Oleh karena itu lapisan tanah humus harus digali dan dibuang ke tempat
lain.Perletakan dasar pondasi staal ditetapkan lebih dalam dari lapisan tanah
humus (30 a 50 cm atau, lebih dalam) agar diperoleh kepastian tanah yang
cukup kuat dan memenuhi syarat. Sehingga kedalaman rata-rata dari
pondasi staal berkisar antara 80 a 100 cm dari permukaan tanah.

73

Dasar

perhitungan

pondasi

staal

adalah

perlebaran/perluasan

dasar

pondasi terhadap tebal tembok dengan maksud agar supaya ada pembagian
yang lebih merata dari gaya -gaya yang ditimbulkan muatan diatasnya pada
tanah di tempat pondasi diletakkan pada tiap satuan luas dalam kg/cm2.
Oleh karena itu pondasi staal merupakan pondasi ringan, artinya hanya
mendukung muatan konstruksi bangunan gedung yang kurang berat, maka
perlebaran/perluasan dasar pondasi dapat ditetapkan 2 a 3 x tebal
tembok. Walaupun demikian dalam menentukan ukuran luas dasar pondasi
harus diperhitungkan muatan dari bangunan diatasnya Pondasi staal dapat dibuat
dari pasangan batu merah, pasangan batu kali/alam dan beton tidak
bertulang/bertulang atau gabungan.
B. Pondasi Dalam
Pondasi dalam adalah pondasi yang didirikan permukaan tanah dengan
kedalam tertentu dimana daya dukung dasar pondasi dipengaruhi oleh beban
struktural dan kondisi permukaan tanah, pondasi dalam biasanya dipasang pada
kedalaman lebih dari

3 m di bawah elevasi permukaan tanah. Pondasi

dalam dapat dijumpai dalam bentuk pondasi tiang pancang, dinding pancang dan
caissons atau pondasi kompensasi . Pondasi dalam dapat digunakan untuk
mentransfer beban ke lapisan yang lebih dalam untuk mencapai kedalam
yang tertentu sampai didapat jenis tanah yang mendukung daya beban strutur
bangunan sehingga jenis tanah yang tidak cocok di dekat permukaan tanah dapat
dihindari.

Jenis jenis Pondasi Dalam :


1. Pondasi Pile

74

Gambar 33. Pondasi Pile


Pondasi

pile

merupakan

jenis

pondasi

yang

dibuat

dalam

berbentuk ramping yang ditujukan untuk mengirimkan beban melalui jenis


lapisan tanah dengan jenis daya dukung rendah hingga tercapai jenis tanah yang
lebih dalam atau lapisan batuan yang memiliki kapasitas daya dukung
yang tinggi. Pondasi pile digunakan ketika dengan pertimbangan nilai ekonomi,
konstruksi atau tanah yang diinginkan untuk mengirimkan beban diluar jangkauan
praktis dibandingkan menggunakan jenis pondasi dangkal. Selain mendukung
struktur, pondasi pile juga digunakan untuk menahan beban struktur melawan
gaya angkat dan juga membantu struktur dalam melawan kekuatan gaya lateral
dan gaya guling.
Pondasi pile dapat dijumpai dalam berbagai jenis misalnya v pile
dan beton pancang dimana . Secara struktural pondasi pile sebelum bebab dari
kolom diteruskan terhadap pile, maka diatas pile sendiri dibuat konstruksi
penghubung yang biasanya disebut dengan pile cap.
2. Pondasi Piers (dinding diafragma)
Pondasi piers adalah pondasi untuk meneruskan beban berat struktural
yang dibuat dengan cara melakukan penggalian dalam, kemudian struktur
pondasi pier dipasangkan kedalam galian tersebut.Satu keuntungan pondasi pier
adalah bahwa pondasi jenis ini lebih murah dibandingkan dengan membangun
pondasi dengan jenis pondasi menerus, hanya kerugian yang dialami adalah jika
lempengan pondasi yang sudah dibuat mengalami kekurangan ukuran maka
kekuatan jenis pondasi tidak menjadi normal. Pondasi pier standar dapat dibuat

75

dari beton bertulang pre cast. Karena itu, aturan perencanaan pondasi pier
terhadap

balok

beton

diafragman

ketinggian pondasi yang direncanakan.

adalah

mengikuti

setiap

ukuran

Pondasi pier dapat divisualisasikan

sebagai bentuk tabel , struktur adalah sistem kolom vertikal yang terbuat dari
beton bertulang ditempatkan di bawah bangunan yang ditanamkan dibawah tanah
yang sudah digali. Lempengan beton diafragma

ini mentransfer beban

bangunan terhadap tanah. Balok dibangun di atas dinding diafragma vertikal


(pondasi pier) yang menahan dinding rumah atau struktur. Banyak rumah
didukung sepenuhnya dengan jenis pondasi ini, dimana beton yang dipasang juga
berguna sebagai dinding pada ruang bawah tanah, dimana ruang tersebut
digunakan sebagai gudang penyimpanan atau taman. Beton pondasi pier biasanya
dibuat dalam bentuk pre cast dalam berbagai ukuran dan bentuk, dimana sering
dijumpai dalam bentuk persegi memanjang dengan ketinggian sesuai dengan
ukuran kedalaman yang diperlukan. Tapi beton dapat juga dibuat dalam bentuk
bulatan. Setelah beton bertulang cukup kering kemudian di masukkan ke
dalam tanah yang sudah digali

dan disusun secara bersambungan. Setelah

tersusun dengan baik kemudian baru dilanjutkan dengan konstruksi diatasnya.


3. Pondasi Caissons (Bor Pile)
Pondasi Caissons (Bor Pile) adalah bentuk pondasi dalam yang dibangun
di dalam permukaan tanah, pondasi di tempatkan sampai ke dalaman yang
dibutuhkan dengan cara membuat lobang dengan sistim pengeboran

atau

pengerukan tanah. Setelah kedalaman sudah didapatkan kemudian pondasi pile


dilakukan dengan pengecoran beton bertulang terhadap lobang yang sudah di bor.
Sisitim pengeboran dapat dialakukan dalam berbagai jenis baik sistim maual
maupun sistim hidrolik. Besar diameter dan kedalaman galian dan juga sistim
penulangan beton bertulang didesain berdasarkan daya dukung tanah dan beban
yang akan dipikul. Fungsional pondasi ini juga hampir sama pondasi pile yang
mana juga ditujukan untuk menahan beban struktur melawan gaya angkat dan
juga membantu struktur dalam melawan kekuatan gaya lateral dan gaya guling.

76

4. Pondasi Tiang Pancang

Gambar 34. Pondasi Tiang Pancang.


Pondasi tiang pancang adalah suatu konstruksi pondasi yang mampu
menahan gaya orthogonal ke sumbu tiang dengan jalan menyerap lenturan.
Pondasi tiang pancang dibuat menjadi satu kesatuan yang monolit dengan
menyatukan pangkal tiang pancang yang terdapat di bawah konstruksi dengan
tumpuan pondasi. Pelaksanaan pekerjaan pemancangan menggunakan diesel
hammer. Sistem kerja diesel Hammer adalah dengan pemukulan sehingga dapat
menimbulkan suara keras dan getaran pada daerah sekitar. Itulah sebabnya cara
pemancangan pondasi ini menjadi permasalahan tersendiri pada lingkungan
sekitar. Permasalahan lain adalah cara membawa diesel hammer kelokasi
pemancangan harus menggunakan truk tronton yang memiliki crane. Crane
berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan. Namun saat ini sudah ada alat
pancang yang menggunakan system hidraulik hammer dengan berat 3 7 ton.
Pekerjaan pemukulan tiang pancang dihentikan dan dianggap telah mencapai
tanah keras jika pada 10 kali pukulan terakhir, tiang pancang masuk ke tanah tidak
lebih dari 2 cm.

77

Berikut ini cara sederhana untuk menghitung kebutuhan pondasi tiang


pancang dan penampang tiang pancang yang akan digunakan :
Misalnya didapat brosure produk tiang pancang segitiga ukuran 25/25. Jika daya
dukung setiap tiangnya mencapai 2 ton maka berapakah jumlah tiang dalam setiap
kolomnya?
Adapun tahap perhitungannya adalah sebagai berikut:
1) Denah bangunan dibagi-bagi di antara kolom-kolom untuk mengetahui
berat yang harus dipikul setiap pondasi. Dapat juga semua luas denah
bangunan dijumlahkan kemudian dibagi ke dalam beberapa titik
pondasi dalam setiap kolomnya. Cara kedua ini memiliki kelemahan
karena beban di pinggir kolom tentu saja berbeda dengan beban di
tengah.
2) Selanjutnya total volume beton dikalikan dengan berat jenis beton,
volume lantai dikalikan berat jenis lantai, demikian seterusnya untuk
tembok, kayu, genteng, dan sebagainya. Hasilnya dijumlahkan
sehingga diperoleh berat = X ton.
3) Selain itu juga dihitung jumlah beban hidup untuk jenis bangunan
tersebut. Misalnya beban rumah tinggal 200 Kg/m2. Sehingga
diperoleh 200 kg dikalikan dengan seluruh luas lantai, misalnya Y ton.
4) Jumlah semua beban tersebut yaitu : X ton + Y ton. Misalnya, hasil
penjumlahannya 48 ton. Dengan demikian kebutuhan tiang pancang
adalah 48 ton : 25 ton atau sekitar dua buah tiang pancang pada satu
titik kolom. Jadi jumlah tiang pancang untuk bangunan tersebut adalah
hasil perkalian antara jumlah kolom dengan dua titik pancang.

78

5) Hasil tersebut hanya untuk sebuah tiang pancang yang ukurannya 6


meter setiap batangnya. Bila kedalaman tanah keras adalah 9 meter,
maka diperlukan dua buah tiang pancang per titiknya.
6) Hitungan sederhana tersebut mengabaikan daya dukung tanah hasil
laboratorium dan daya lekat tanah si sepanjang tiang pancang. Bila hal
tersebut dihitung, jumlah tiang pancang tentu akan berkurang. Bahkan
cara perhitungannya tidak sesederhana hitungan di atas.
1. Ukuran Tiang Pancang
Berbagai ukuran tiang pancang yang ada pada intinya dapat dibagi dua, yaitu :
MINIPILE dan MAXIPILE.
a. Minipile (Ukuran Kecil)
Tiang pancang berukuran kecil ini digunakan untuk bangunan-bangunan
bertingkat rendah dan tanah relative baik. Ukuran dan kekuatan yang ditawarkan
adalah:
1) Berbentuk penampang segitiga dengan ukuran 28 dan 32.
2) Berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 20x20 dan 25x25.
a. Tiang pancang berbentuk penampang segitiga berukuran 28
mampu menopang beban 25 30 ton . Tiang pancang berbentuk
penampang segitiga berukuran 32 mampu menopang beban 35
40 ton. Tiang pancang berbentuk bujur sangkar berukuran 20x20
mampu menopang tekanan 30 35 ton. Tiang pancang berbentuk
bujur sangkar berukuran 25 x 25 mampu menopang tekanan 40
50 ton.
b. Maxipile (Ukuran Besar)
Tiang pancang ini berbentuk bulat (spun pile) atau kotak (square pile). Tiang
pancang ini digunkan untuk menopang beban yang besar pada bangunan

79

bertingkat tinggi. Bahkan untuk ukuran 50x50 dapat menopang beban sampai 500
ton.
2. Kelebihan dan Kekurangan
a. Kelebihan
Karena dibuat dengan system pabrikasi, maka mutu beton terjamin. Bisa
mencapai daya dukung tanah yang paling keras. Daya dukung tidak hanya
dari ujung tiang, tetapi juga lekatan pada sekeliling tiang. Pada
penggunaan tiang kelompok atau grup (satu beban tiang ditahan oleh dua
atau lebih tiang), daya dukungnya sangat kuat. Harga relative murah bila
dibanding pondasi sumuran.
b. Kekurangan
Untuk daerah proyek yang masuk gang kecil, sulit dikerjakan karena
factor angkutan.Sistem ini baru ada di daerah kota dan sekitarnya.Untuk
daerah dan penggunaan volumenya sedikit, harganya jauh lebih mahal.
Proses pemancangan menimbulkan getaran dan kebisingan.
3. Keuntungan dan Kerugian menurut teknik pemasangan
a. Pondasi tiang pancang pabrikan.
Keuntungan:
1. Karena tiang dibuat di pabrik dan pemeriksaan kwalitas sangat ketat,
hasilnya lebih dapat diandalkan.
2. Pelaksanaan pemancangan relative cepat, terutama untuk tiang baja.
Walaupun lapisan antara cukup keras, lapisan tersebut masih dapat
ditembus sehingga pemancangan ke lapisan tanah keras masih dapat
dilakukan.
3. Persediaannya culup banyak di pabrik sehingga mudah diperoleh, kecuali
jika diperlukan tiang dengan ukuran khusus.
4. Untuk pekerjaan pemancangan yang kecil, biayanya tetap rendah.

80

5. Daya dukungnya dapat diperkirakan berdasar rumus tiang pancang


sehingga pekerjaankonstruksinya mudah diawasi.
6. Cara pemukulan sangat cocok untuk mempertahankan daya dukung beban
vertical.
Kerugian :
1. Karena pekerjaan pemasangannya menimbulkan getaran dan kegaduhan
maka pada daerah yang berpenduduk padat akan menimbulkan masalah di
sekitarnya.
2. Untuk tiang yang panjang, diperlukan persiapan penyambungan dengan
menggunakan pengelasan (untuk tiang pancang beton yang bagian atas
atau bawahnya berkepala baja). Bila pekerjaan penyambungan tidak baik,
akibatnya sangat merugikan.
3. Bila pekerjaan pemancangan tidak dilaksanakan dengan baik, kepala tiang
cepat hancur. Sebaiknya pada saat dipukul dengan palu besi, kepala tiang
dilapisi denga kayu.
4. Bila pemancangan tidak dapat dihentikan pada kedalaman yang telah
ditentukan, diperlukan perbaikan khusus.
5. Karena tempat penampungan di lapangan dalam banyak hal mutlak
diperlukan maka harus disediakan tempat yang cukup luas.
6. Tiang-tiang beton berdiameter besar sangat berat, sehingga sulit diangkut
atau dipasang. Karena itu diperlukan mesinpemancang yang besar.
7. Untuk tiang-tiang pipa baja, diperlukan tiang yang tahan korosi.
b. Pondasi Tiang yang Dicor di Tempat
Keuntungan:

81

1. Karena pada saat melaksanakan pekerjaan hanya terjadi getaran dan


keriuhan yang sangat kecil maka pondasi ini cocok untuk pekerjaan
pada daerah yang padat penduduknya.
2. Karena tanpa sambungan, dapat dibuat tiang yang lurus dengan
diameter besar dan lebih panjang.
3. Diameter tiang ini biasanya lebih besar daripada tiang pracetak atau
pabrikan.
4. Daya dukung sstiap tiang lebih besar sehingga beton tumpuan (Pile
cap) dapat dibuat lebih kecil.
5. Selain cara pemboran di dalam arah berlawanan dengan putaran jam,
tanah galian dapat diamati secara langsung dan sifat-sifat tanah pada
lapisan antara atau pada tanah pendukung pondasi dapat langsung
diketahui.
6. Pengaruh jelek terhadap bangunan di dekatnya cukup kecil.
Kerugian :
1. Dalam banyak hal, beton dari tubuh tiang diletakkan di bawah air dn
kualitas tiang yang sudah selesai lebih rendah dari tiang-tiang pracetak
atau pabrikan. Disamping itu, pemeriksaan kualitas hanya dapat
dilakukan secara tidak langsung.
2. Ketika beton dituangkan, dikawatirkan adukan beton akan bercampur
dengan reruntuhan tanah. Oleh karena itu, beton harus segera
dituangkan dengan seksama setelah penggalian tanah dilakukan.
3. Walaupun penetrasi sampai ke tanah pendukung pondasi dianggap
telah terpenuhi, terkadang tiang pendukung kurang sempurna karena
ada lumpur yang tertimbun di dasar.

82

4. Karena diameter tiang cukup besar dan memerlukan banyak beton,


maka untuk pekerjaan yang kecil dapat mengakibatkan biaya tinggi.
5. Karena pada cara pemasangan tiang yang diputar berlawanan arah
jarum jam menggunakan air maka lapangan akan menjadi kotor. Untuk
setiap cara perlu dipikirkan cara menangani tanah yang telah dibor atau
digali.

2.9 SAKLAR
2.9.1 Pengertian Saklar
Saklar adalah

sebuah

perangkat

yang

digunakan

untuk

memutuskan jaringan listrik, atau untuk menghubungkannya. Jadi saklar pada


dasarnya adalah alat penyambung atau pemutus aliran listrik. Selain untuk
jaringan listrik arus kuat, saklar berbentuk kecil juga dipakai untuk alat
komponen elektronika arus lemah.
Secara sederhana, saklar terdiri dari dua bilah logam yang menempel pada
suatu rangkaian, dan bisa terhubung atau terpisah sesuai dengan keadaan sambung
(on) atau putus (off) dalam rangkaian itu. Material kontak sambungan umumnya
dipilih agar supaya tahan terhadap korosi. Kalau logam yang dipakai terbuat dari
bahan oksida biasa, maka saklar akan sering tidak bekerja. Untuk mengurangi
efek korosi ini, paling tidak logam kontaknya harus disepuh dengan logam anti
korosi dan anti karat. Pada dasarnya saklar tombol bisa diaplikasikan
untuk sensormekanik, karena alat ini bisa dipakai pada mikrokontroller untuk
pengaturan rangkaian pengontrolan.

2.9.2

Macam-Macam Saklar
Berbagai macam saklar (zakelar, swtch) listrik dan elektronik yang umum

digunakan berikut simbolnya ditampilkan dalam daftar berikut. Secara mendasar


semua saklar melakukan kontak nyala | padam (on | off) dalam berbagai cara

83

berbeda, tapi tiap saklar melakukan tugas sama, yakni membuka dan menutup
sirkuit listrik.
Beberapa saklar yang melakukan kontak berbeda, dinamakan sesuai
dengan bentuk, fungsi, dan atau cara operasinya.Misal, tombol atau kancing-tekan
(push button) adalah saklar yang beroperasi dengan cara ditekan, dan bisa
melakukan dua fungsi berbeda, yakni menutup sirkuit bila ditekan, atau justeru
membuka sirkuit bila ditekan. Jika tekanan dilepaskan atau terjadi tekanan
berikutnya, maka akan menormalkan kembali tombol ke posisi semula dan sirkuit
kembali ke status semula.
SPST (Single-Pole Single-Throw) Switch

SPST Rocker Switch


Saklar sederhana dan paling umum digunakan, untuk mengubah status dari
padam (off) ke nyala (on), dimana bila ditekan ke satu arah, saklar memutus
sambungan sehingga sirkuit membuka, dan bila ditekan ke arah sebaliknya, saklar
mengubungkan sambungan sehingga sirkuit menutup.Banyak digunakan pada
berbagai perangkat listrik dan elektronik, terutama sebagai saklar daya (power
switch) atau saklar nyala | padam utama (main on | off switch). Contohnya adalah
seperti yang digunakan sebagai saklar catu daya (power supply) komputer., dan
juga tipe saklar yang digunakan di dinding rumah.

84

Gambar 35. SPST Rocker Switch

SPST Toggle Switch


Saklar SPST sederhana dan juga umum digunakan, untuk mengubah status
dari padam (off) ke nyala (on), dimana bila ditekan ke satu arah, saklar memutus
sambungan sehingga sirkuit membuka, dan bila ditekan ke arah sebaliknya, saklar
mengubungkan sambungan sehingga sirkuit menutup. Kelebihan saklar ini adalah
pengoperasiannya menggunakan tungkai (lever), sehingga bisa diperpanjang atau
diperjauh jarak jamahnya.

Gambar 36. Toggle Switch

SPST Key Switch


Saklar ini hadir dalam berbagai bentuk. Berfungsi untuk melakukan
pengamanan terbatas (limitedsecurity). Contohnya adalah seperti yang digunakan
sebagai saklar kunci kontak sepedamotor dan mobil.

85

Gambar 37. SPST Key Switch


SPST DIP (Dual In-Line Package) switch
Saklar ini umumnya digunakan pada PCB (printed circuit board) | papan
rangkaian tercetak elektronik, untuk meilih berbagai konfigurasi operasi.
Contohnya adalah seperti yang digunakan pada PCB komputer.
PTM (Push To Make) Switch | NOPB (Normaly-Open Push-Button)

Gambar 38. SPST DIP switc


PTM (push to make) switch | NOPB (normaly-open push-button) adalah
tombol menutup sirkuit bila ditekan. Contoh tombol PTM | NOPB adalah seperti
yang digunakan sebagai tombol klakson sepedamotor dan mobil.

PTB (Push To-Break) Switch) | NCPB (Normaly-Close Push-Button)


PTB (push to-break) switch) | NCPB (normaly-close push-button) adalah
tombol yang membuka sirkuit bila ditekan. Jika tekanan dilepaskan atau terjadi
tekanan berikutnya, maka akan menormalkan kembali tombol ke posisi semula
dan sirkuit kembali ke status semula. Contoh tombol PTB | NCPB adalah seperti
yang digunakan sebagai tombol penyala lampu penerangan-dalam pada pintu
kulkas dan pintu mobil, dimana lampu padam bila pintu ditutup dan sebaliknya
menyala bila pintu dibuka.

86

SPDT (Single-Pole Double-Throw) Switch | SPSS (Single-Pole Selector


Switch)

Saklar kutub-tunggal lemparan-ganda.Umumnya digunakan sebagai saklar


pemilih (selector) dua sirkuit, atau sebagai pengganti pasangan dua saklar SPST
untuk efisiensi. com = common | shared contact point, atau titik kontak umum |
bersama.
Contoh-contoh saklar SPDT adalah
1.
2.
3.
4.

SPDT Rocker Switch


SPDT Toggle Switch
SPDT Slide Switch
SPDT Micro Switch

SPDT Micro Switch


Saklar mikro bisa sangat kecil. Biasanya dipasang pada suatu lengan yang
ketika tertekan karena dipegang membuat klik saklar sehingga sirkuit menutup.
Saklar ini meski sangat kecil tapi sangat berguna dalam berbagai perangkat listrik
dan elektronik, antara lain sebagai saklar keselamatan (safety switch) yang
menghindarkan dan mencegah peguna dari sengatan listrik yang tak perlu terjadi
dan menahan arus listrik terus-menerus mengalir ketika tak diperlukan. Ketika
saklar mikro membuka dengan sendirinya sirkuit listrik pun terputus.Contoh
Gambar:

Gambar 39. SPDT Rocker Switch

Gambar 40. SPDT


Slide Switch

87

Gambar 41. SPDT Toogle Switch

DPST (Doube-Pole Single-Throw) Switch

Saklar kutub-ganda lemparan-tunggal. Digunakan untuk memutus atau


menghubungkan sambung dua jalur kelistrikan sekaligus. Biasanya satu kutub
untuk listrik positif dan satu kutub untuk listrik negatif.Contohnya adalah DPST
rocker switch.
DPDT (Double-Pole Double-Throw) Switch | DPSS (Double-Pole Selector
Switch)

Saklar kutub-ganda lemparan-ganda.Umumnya digunakan sebagai saklar


pemilih (selector) dua sirkuit, atau sebagai pengganti pasangan dua saklar SPDT
atau sebagai pengganti pasangan dua saklar DPST untuk efisiensi.

88

Gambar 42. Saklar Kutub Ganda

DPDT Slide Switch


Saklar geser kutub-ganda lemparan-ganda. Contoh saklar geser DPDT
adalah seperti yang digunakan sebagai saklar pemilih lampu belok (turn lampu,
sign lamp) sepedamotor.

Gambar 43. Saklar Geser

TPST (Triple-Pole Single-Throw) Switch


Saklar kutub-tiga lemparan-tunggal. Digunakan untuk memutus atau
menghubungkan sambung tiga jalur kelistrikan sekaligus.

89

Gambar 44. Saklar Kutub Tiga Lemparan Tunggal


MPST (Multi-Pole Single-Throw) Switch | Push-Button
Saklar | tombol kutub-rangkap. Digunakan untuk memutus atau
menghubungkan sambung beberapa jalur kelistrikan sekaligus.

Gambar 45. Saklar Tombol Kutub Rangka


A. KOMPONEN SAKLAR

90

Gambar 46. Komponen komponen Saklar

91

Gambar 47. Komponen- komponen Saklar


B. CARA PEMASANGAN SAKLAR
Pembahasan cara memasang saklar tangga (dapat juga di fungsikan
sebagai saklar lorong) dimulai erlebih dahulu mengenal tentang saklar tukar
(saklar 2 arah) atau SPDT switch singkatan dari Single Pole Double
Throw switch. Saklar ini digunakan untuk memindahkan / menukar nyala dari
lampu pertama ke lampu kedua. Berikut penjelasan gambar dari saklar tukar atau
ada juga yang menyebut saklar 2 arah.

Gambar 48. Saklar Dua Arah


Jika konektor C terhubung pada titik 1 maka lampu 1 akan menyala dan
lampu 2 akan mati dan sebaliknya jika konektor C terhubung pada titik 2 maka
lampu 2 akan menyala dan lampu 1 akan mati. Sebenarnya saklar tangga hanya
istilah karena berada disekitar tangga. Fungsi maupun cara kerjanya sama seperti
saklar lorong. Hanya karena digunakan pada lorong maka kemudian disebut saklar
lorong, bahkan ada juga yang menyebut saklar hotel.Dari istilah saklar tangga
maka fungsinya tentu saja digunakan untuk memberi penerangan lampu pada
daerah tangga tersebut. Penerangan pada tangga tersebut dapat menggunakan 1
buah lampu atau jika tangga tersebut lumayan panjang dapat menggunakan 2, 3,
atau beberapa lampu (sebut saja kelompok lampu). Fungsi dari saklar tangga
disamping untuk penerangan juga untuk menghemat pemakaian listrik karena kita
dapat menyalakan maupun mematikan lampu penerangan tangga tersebut dari

92

lantai bawah maupun lantai atas. Dari penjelasan tersebut maka saklar tangga
sebenarnya terdiri dari 2 buah saklar yang dipasang pada daerah tangga bawah
dan daerah tangga atas, sedangkan saklar yang digunakan adalah saklar tukar
(saklar 2 arah). Berikut penjelasan gambarnya.

Gambar 49. Saklar Tukar


Untuk kondisi lampu penerangan tangga dalam keadaan menyala maka
penjelasan mengenai koneksi dari kedua saklar tukar (saklar 2 arah) tersebut
terlihat seperti gambar dibawah ini.

Gambar 50. Saklar Tukar

93

atau seperti gambar dibawah ini.

Gambar 51. Saklar Tukar


Untuk kondisi lampu penerangan tangga dalam keadaan mati maka
penjelasan mengenai koneksi dari kedua saklar tukar (saklar 2 arah) tersebut
terlihat seperti gambar dibawah ini.

Gambar 52. Saklar Tukar


atau seperti gambar dibawah ini.

Gambar 53. Saklar Tukar

94

(biru) Mengenai pengawatan kabel dari pemasangan saklar tangga pada


instalasi listrik terlihat seperti gambar dibawah ini.

Gambar 54. Pemasangan Saklar pada Instalasi Listrik


Dari gambar diatas masih disertakan jalur utama dari instalasi sampai pada
T-doos terakhir, tetapi apabila jalur utama yang melewati rangkaian saklar tangga
tidak di teruskan ke instalasi lainnya maka pengunaan kabel phasa (hitam) cukup
sampai saklar tukar 1 (SPDT switch 1), kemudian kabel netral cukup sampai
lampu, sedangkan kabel grounding (kuning) tidak digunakan.
C. JENIS PEMUTUS SIRKUIT
Banyak klasifikasi yang berbeda pemutus sirkuit dapat dibuat, berdasarkan
fitur mereka seperti kelas tegangan, tipe konstruksi, jenis menyela, dan fitur
struktural.
Pemutus sirkuit tegangan rendah
Tegangan rendah (kurang dari 1000 VAC) tipe umum dalam aplikasi
domestik, komersial dan industry, dan meliputi:
MCB (Miniature Circuit Breaker)-dinilai saat ini tidak karakteristik A.
lebih dari 100 lainnya biasanya tidak disesuaikan. Termal atau termal-magnetik
operasi. Pemutus digambarkan di atas adalah dalam kategori ini.
MCCB (Kasus Circuit Breaker Molded)-dinilai saat ini hingga 2500 A.
operasi termal atau termal-magnetik. Saat perjalanan dapat diatur di peringkat
yang lebih besar.

95

Pemutus sirkuit listrik tegangan rendah dapat dipasang dalam multitingkatan dalam tegangan rendah switchboards atau lemari switchgear.
Karakteristik pemutus sirkuit Tegangan Rendah diberikan oleh standar
internasional seperti IEC 947. Pemutus sirkuit ini sering dipasang dalam undianout kandang yang memungkinkan pemindahan dan pertukaran tanpa membongkar
switchgear.
Besar tegangan rendah kasus dicetak dan pemutus sirkuit listrik mungkin
memiliki operator motor listrik, yang memungkinkan mereka untuk menjadi
tersandung (dibuka) dan tertutup di bawah remote control. Ini mungkin
merupakan bagian dari suatu sistem saklar transfer otomatis untuk daya siaga.
Tegangan rendah pemutus arus yang juga dibuat untuk arus searah (DC)
aplikasi, misalnya DC disediakan untuk jalur kereta bawah tanah. Pemutus khusus
yang dibutuhkan untuk saat ini langsung karena busur tidak memiliki
kecenderungan alami untuk pergi keluar pada setiap siklus setengah untuk
alternating current. Sebuah sirkuit pemutus arus searah akan memiliki blow-out
kumparan yang menghasilkan medan magnet yang cepat membentang busur
ketika mengganggu arus searah.
Pemutus sirkuit kecil baik dipasang secara langsung pada peralatan, atau
diatur dalam sebuah panel pemutus.

Gambar 55. Komponen Pemutus Sirkuit

96

Panel depan dari 1250 Sebuah rangkaian pemutus udara yang diproduksi
oleh ABB. Ini pemutus sirkuit listrik tegangan rendah dapat ditarik dari
perumahan untuk servis. Karakteristik perjalanan yang dikonfigurasi melalui DIP
switch di panel depan.

Gambar 56. Pemutus Sirkuit


Para 10 ampere DIN rel-mount-magnetik termal pemutus sirkuit miniatur
adalah gaya yang paling umum di modern unit konsumen domestik dan komersial
papan distribusi listrik di seluruh Eropa. Desain mencakup komponen-komponen
berikut:
Aktuator tuas - digunakan untuk perjalanan dan reset secara manual
pemutus sirkuit. Juga menunjukkan status dari pemutus sirkuit (On atau Off /
tersandung). Kebanyakan pemutus dirancang sehingga mereka masih dapat
perjalanan bahkan jika tuas dipegang atau terkunci di posisi "on". Hal ini kadangkadang disebut sebagai "perjalanan gratis" atau "perjalanan positif" operasi.
1. Mekanisme aktuator - pasukan kontak bersama-sama atau terpisah.
2. Kontak - biarkan saat ini ketika menyentuh dan memecahkan arus ketika
bergerak terpisah.
3. Terminal Bimetal strip.

97

4. Kalibrasi sekrup-memungkinkan produsen untuk tepat menyesuaikan


perjalanan perangkat saat ini setelah perakitan.
5. Solenoida busur pembagi / pemadam.
Pemutus sirkuit magnetik
Pemutus sirkuit magnetik menggunakan solenoid (elektromagnet) yang
menarik meningkatkan kekuatan dengan saat ini. Desain tertentu memanfaatkan
kekuatan elektromagnetik selain yang dari solenoida. Kontak pemutus sirkuit
diadakan ditutup dengan gerendel. Seperti saat ini dalam meningkatkan solenoida
luar rating pemutus sirkuit, tarik solenoida yang melepaskan kait yang kemudian
memungkinkan untuk membuka kontak dengan tindakan musim semi. Beberapa
jenis pemutus magnetik menggabungkan fitur penundaan waktu hidrolik
menggunakan cairan kental. Inti adalah dikendalikan oleh pegas sampai saat ini
melebihi rating pemutus. Selama kelebihan beban, kecepatan gerak solenoida
dibatasi oleh fluida. Penundaan izin saat lonjakan luar biasa singkat berjalan saat
ini untuk motor mulai, energi peralatan, dll arus sirkuit pendek memberikan
kekuatan solenoida yang cukup untuk melepas kait terlepas dari posisi inti
sehingga melewati fitur penundaan. Ambient suhu mempengaruhi waktu tunda
tetapi tidak mempengaruhi nilai arus pemutus magnetik
Pemutus sirkuit magnetik Termal
Pemutus sirkuit magnetik termal, yang merupakan jenis yang ditemukan di
papan distribusi yang paling, menggabungkan kedua teknik dengan elektromagnet
menanggapi instan untuk lonjakan besar saat ini (sirkuit pendek) dan strip bimetal
menanggapi sedikit ekstrim tapi jangka panjang kondisi over-saat ini. Bagian
termal dari pemutus sirkuit menyediakan "waktu terbalik" fitur respon yang
memberikan respon yang lebih cepat atau lebih lambat untuk lebih besar atau
lebih

kecil

dari

arus

masing-masing.

Pemutus

trip

Umum

Tiga tiang umum perjalanan breaker untuk memasok perangkat tiga fase. Pemutus
ini memiliki 2 Peringkat A.
Ketika memasok sirkuit cabang dengan lebih dari satu konduktor hidup,
masing-masing konduktor hidup harus dilindungi oleh tiang pemutus. Untuk

98

memastikan bahwa semua konduktor hidup yang terputus ketika setiap perjalanan
tiang, sebuah "perjalanan bersama" pemutus harus digunakan. Ini baik mungkin
berisi dua atau tiga mekanisme tersandung dalam satu kasus, atau untuk pemutus
kecil, eksternal dapat mengikat kutub bersama melalui operasi mereka menangani.
Dua kutub pemutus trip umum adalah umum pada sistem 120/240 volt mana
beban 240 volt (termasuk peralatan utama atau papan distribusi lebih lanjut)
rentang dua kawat hidup. Tiga-kutub pemutus trip umum biasanya digunakan
untuk memasok listrik tiga fase listrik untuk motor besar atau papan distribusi
lebih lanjut.
Dua dan empat kutub pemutus digunakan ketika ada kebutuhan untuk
melepas kawat netral, untuk memastikan bahwa tidak ada arus dapat mengalir
kembali melalui kawat netral dari beban lain yang terhubung ke jaringan yang
sama ketika orang perlu menyentuh kabel untuk pemeliharaan. Pemutus sirkuit
terpisah tidak harus digunakan untuk memutuskan hidup dan netral, karena jika
netral akan terputus sementara konduktor hidup tetap terhubung, kondisi
berbahaya muncul: sirkuit akan muncul de-energi (peralatan tidak akan bekerja),
tapi kabel akan tetap hidup dan RCD tidak akan perjalanan jika seseorang
menyentuh kawat hidup (karena RCD perlu kekuatan untuk perjalanan). Ini
adalah mengapa hanya pemutus trip umum harus digunakan ketika beralih dari
kawat netral diperlukan
Pemutus sirkuit tegangan menengah
Pemutus sirkuit tegangan menengah peringkat antara 1 dan 72 kV dapat
dirakit menjadi logam tertutup switchgear up line untuk penggunaan dalam
ruangan, atau mungkin komponen individu dipasang di luar ruangan di sebuah
gardu. Udara-break pemutus sirkuit diganti unit minyak diisi untuk aplikasi
indoor, tetapi sekarang mereka digantikan oleh sirkuit pemutus vakum (sampai
sekitar 35 kV). Seperti pemutus sirkuit tegangan tinggi yang diuraikan di bawah
ini, ini juga dioperasikan oleh arus relay pelindung penginderaan dioperasikan
melalui transformator arus. Karakteristik pemutus MV diberikan oleh standar
internasional seperti IEC 62271. Pemutus sirkuit tegangan menengah hampir

99

selalu menggunakan sensor saat ini terpisah dan relay pelindung, bukan
mengandalkan built-in sensor arus termal atau magnet.
Pemutus sirkuit tegangan menengah dapat diklasifikasikan oleh media
yang digunakan untuk memadamkan busur.
Vakum pemutus sirkuit-Dengan dinilai saat ini hingga 3000 A, ini
mengganggu pemutus arus dengan menciptakan dan pemadaman busur dalam
wadah vakum. Ini umumnya diterapkan untuk tegangan sampai sekitar 35.000 V,
[7] yang sesuai kasar rentang tegangan menengah sistem tenaga. Vakum pemutus
sirkuit cenderung memiliki harapan hidup lagi antara perbaikan dibandingkan
udara pemutus sirkuit.
Pemutus sirkuit udara Nilai saat ini hingga 10.000 karakteristik A. Trip
sering sepenuhnya disesuaikan termasuk ambang dikonfigurasi dan penundaan
perjalanan. Biasanya dikontrol secara elektronik, meskipun beberapa model yang
dikendalikan mikroprosesor melalui unit perjalanan terpisahkan elektronik. Sering
digunakan untuk distribusi listrik utama di pabrik industri besar, dimana pemutus
tersebut diatur dalam menarik-out lampiran untuk kemudahan pemeliharaan.
Pemutus sirkuit SF6 memadamkan busur dalam ruang diisi dengan gas
belerang heksafluorida.
Tegangan menengah pemutus sirkuit dapat terhubung ke rangkaian dengan
koneksi kabur ke bar bus atau kawat, khususnya di switchyards luar ruangan.
Pemutus sirkuit tegangan menengah di saklar line-up yang sering dibangun
dengan menarik keluar konstruksi, memungkinkan pemutus yang akan dihapus
tanpa mengganggu koneksi sirkuit listrik, menggunakan mekanisme yang
dioperasikan motor atau tangan-menghidupkan untuk memisahkan pemutus dari
kandang.

100

Gambar 57. Pemutus Sirkuit

Pemutus sirkuit tegangan tinggi

Gambar 58. Pemutus Tegangan Tinggi


Rusia 110 kV minyak pemutus sirkuit 115 kV massa minyak pemutus
sirkuit 400 kV SF6 sirkuit pemutus tangki hidup.
Jaringan transmisi tenaga listrik dilindungi dan dikendalikan oleh pemutus
tegangan tinggi. Definisi tegangan tinggi bervariasi tetapi dalam daya kerja
transmisi biasanya dianggap 72,5 kV atau lebih tinggi, menurut definisi baru-baru
ini oleh International Electrotechnical Commission (IEC). Pemutus tegangan
tinggi hampir selalu solenoida yang dioperasikan, dengan arus relay pelindung
penginderaan dioperasikan melalui transformator arus. Di gardu skema relay
pelindung dapat menjadi kompleks, melindungi peralatan dan bus dari berbagai
jenis overload atau tanah / bumi kesalahan.
Pemutus tegangan tinggi secara luas diklasifikasikan oleh media yang
digunakan untuk memadamkan busur:
1) Massal minyak
2) Minimum minyak

101

3) Udara ledakan
4) Kekosongan
5) SF6
Beberapa produsen ABB, GE (General Electric), Tavrida listrik, Alstom,
Mitsubishi Electric, Pennsylvania Breaker, Siemens, Toshiba, Konar HVS,
BHEL, CGL, Square D (Schneider Electric).
Karena masalah lingkungan dan biaya lebih dari isolasi tumpahan minyak,
pemutus yang paling baru menggunakan gas SF6 untuk memadamkan busur.
Pemutus sirkuit dapat diklasifikasikan sebagai tangki hidup, dimana
kandang yang berisi mekanisme berada pada potensial melanggar garis, atau
tangki mati dengan kandang pada potensial bumi. Tegangan tinggi AC sirkuit
pemutus secara rutin tersedia dengan peringkat 765 kV sampai. Pemutus 1200kV
diluncurkan oleh Siemens pada bulan November 2011.
Pemutus sirkuit tegangan tinggi digunakan pada sistem transmisi dapat
diatur untuk memungkinkan tiang tunggal dari garis tiga fase perjalanan, bukan
tersandung semua tiga kutub; untuk beberapa kelas kesalahan ini meningkatkan
stabilitas sistem dan ketersediaan.
Pemutus sirkuit sulfur heksafluorida menggunakan kontak dikelilingi
dengan gas belerang heksafluorida untuk memadamkan busur. Mereka yang
paling sering digunakan untuk transmisi-tingkat tegangan dan dapat dimasukkan
ke kompak gas terisolasi switchgear. Dalam cuaca dingin, pemanasan tambahan
atau de-rating pemutus sirkuit mungkin karena pencairan gas SF6 diperlukan.

2.10

SLOOF

2.10.1 Pengertian Sloof


Sloof merupakan bagian dari elemen struktur bangunan yang berfungsi
sebagai pengikat elemen struktur lainnya yaitu kolom agar sistem struktur
bangunan pada bagian bawah tetap kaku. Selain berfungsi sebagai sistem struktur
balok sloof juga berfungsi untuk menahan beban dinding yang terdapat diatasnya
yang selanjutnya disalurkan merata ke pondasi. Balok sloof terbuat dari bahan
campuran beton 1Portland Cemen : 2 Pasir : 3 kerikil, dengan penambahan
tulangan tarik di dalamnya. Sloof dalam bangunan sederhana sebagaimana

102

komponen bangunan yang lainya, lazimnya terbuat dari beton bertulang dan
letaknya di atas fondasi, baik fondasi itu berupa pasangan batu kali atau fondasi
telapak (footplate). Ilustrasi sloof dalam sebuah rumah dapat dilihat pada posting
sebelumnya dengan judul Komponen Struktur Bangunan.

Gambar 59. Posisi Sloof Bangunan


2.10.2 Fungsi Sloof
Fungsi sloof dalam bangunan atau rumah adalah sebagai komponen yang
meratakan beban dimana dengan sloof tadi pelimpahan beban dari dinding
diatasnya sloof merata ke fondasi dan kemudian dilimpahkan ke tanah. Dengan
keadaan tanah yang heterogen (berbeda-beda jenis dan kekerasan tanah) berarti
reaksi tanah akibat beban fondasi tentu saja berbeda-beda, jika pada tanah tadi
terdapat bagian tanah yang lembek (tidak keras), maka dapat mengakibatkan
penurunan fondasi yang mana tentu saja dapat menyebabkan penurunanan
bangunan (konsekwensi yang terjadi akibat penurunan bangunan yang tidak
merata atau sebagian, dapat dilihat pada posting sebelumnya tentang fondasi).
Maka sloof ini sebagai perantara atau jembatan yang menghubungkan tanah keras

103

(tanah bagus untuk fondasi) dengan tanah yang lembek (tanah yang jelek untuk
fondasi). Dengan sloof ini maka diharapkan tidak terjadi penurunan sebagian
bangunan, karena tanah yang lembek tadi dapat dikatakan sudah tidak ada. Ibarat
ada sebuah cekungan atau sungai di jalan kemudian diatasnya cekungan atau
sungai dihubungkan dengan jembatan, maka dua jalan yang terputus cekungan
atau sungai dapat dihubungkan. Sehingga jika diatas jembatan tadi ditaruh beban,
maka beban tadi akan ditopang jembatan kemudian akan dilimpahkan pada pilarpilar jembatan.
Selain fungsi itu tadi, sloof juga menahan gaya lateral atau gaya horizontal
(misalnya gaya yang arahnya mendatar akibat gempa). Sehingga komponen
struktur yang diikat sloof tadi tetap diposisinya, dan bangunan tadi tidak berubah
bentuk atau bahkan rusak.
Beberapa Sloof Yang Sering Dibuat Akan Tetapi Belum Benar Dalam
Pembuatannya
1. Banyak sekali ditemukan pada bangunan atau rumah kuno, kebanyakannya
tidak menggunakan sloof. Sehingga didapati setelah fondasi langsung didirikan
dinding pasangan bata.
2. Tak jarang hanya mengunakan rolag (pasangan bata miring). Menurut buku
Pedoman Teknis Bangunan Tahan Gempa bahwa rolag bata ini tidak bisa menahan
gaya lateral dan meratakan beban kefondasi. Dengan kata lain rolag bata ini tidak
bisa berfungsi sebagai sloof atau jika berfungsi sebagai sloof, maka kinerjanya
tidak akan sebaik sloof dengan beton bertulang.
Dalam posting kali ini hanya disajikan definisi dan fungsi sloof, maka
pada posting selanjutnya akan kami sajikan detail konstruksi sloof, rencana kerja
dan syarat disertai gambar kesalahan dalam membuat sloof .
Papan Cor untuk Sloof
Papan Cor untuk Sloof digunakan saat kita akan membuat Sloof Pondasi
yang berfungsi sebagai pengikat bangunan dan pembagi rata beban bangunan
diatasnya. Pagi kemaren minggu 26 November 2011 saya dan saudara-saudara

104

kembali lagi ke lokasi dimana pondasi rumah sudah selesai dikerjakan sejak bulan
Juli 2011. Rencana hari itu adalah membersihkan lubang septic tank yang sudah
digali sejak akhir tahun 2010 dan sekelilingnya tanahnya longsor sehingga
membuat lubang calon septic tank terisi tanah kembali. Proses membersihkan
lubang ternyata tidak terlalu lama karena dikerjakan oleh 4 orang tenaga super,
dari pada pulang kepagian saya memutuskan untuk memanfaatkan papan kayu
mahoni yang ukurannya tidak terlalu lebar tetapi jumlahnya banyak untuk
membuat Papan Cor untuk Sloof.

Gambar 60. Papan Kayu

105

Papan Cor untuk Sloof yang saya butuhkan adalah ukuran tinggi minimal
20 cm karena ukuran Sloof yang saya buat berdasarkan Gambar Bestek adalah
berupa ukuran balok dengan lebar 15 cm dan tinggi 20 cm kalau panjangnya tentu
saja sepanjang pondasi yang sudah dibangun. Papan Cor untuk Sloof bisa
menggunakan kayu apa saja yang penting bentuk papannya lurus tidak bengkok
atau melengkung dari segi kualitas dinomor duakan yang penting bentuknya
sesuai syarat diatas.
Jenis kayu Papan Cor untuk Sloof yang biasa digunakan anatara lain papan
kayu kelapa, papan kayu randu, papan kayu kelas II dan sebagainya. Tetapi, jika
yang menggunakan adalah sebuah proyek besar mereka biasanya mempunyai
cetakan khusus atau menggunakan papan lapis sehingga hasil pengecoran sloof
akan maksimal bentuknya.
Jika kita membeli Papan Cor untuk Sloof ditoko bangunan atau di
panglong (tempat pusatnya penjualan kayu jadi) kita akan mendapatkan ukuran
yang sesuai yang kita butuhkan, sebagai contoh jika kita akan membuat Sloof
Pondasi dengan ukuran 15 cm x 20 cm maka kita bisa membeli Papan Cor untuk
Sloof dengan ukuran lebar 21-22 cm dan 16-17 cm, kalau panjangnya biasanya 4
meter.
Kayu mahoni yang panjangnya rata-rata 2 m tetapi lebar dan bentuk
pinggirannya tidak rata biasa juga disebut kayu palet (Kayu yang bentuknya tidak
persegi karena hasil sisaan gergajian atau pinggiran dari sebuah pohon besar), dari
pada tidak dimanfaatkan secara maksimal akhirnya saya punya ide untuk
menyambungkan papan papan tersebut sehingga menjadi Papan Cor untuk Sloof
yang saya butuhkan dikemudian hari.
Untuk melakukan penyambungan Papan Cor untuk Sloof tentunya ada
cara dan alat yang kita gunakan. Alat yang saya gunakan merakit Papan Cor untuk
Sloof antara lain :
1) Palu atau martil untuk memukul paku.

106

2) paku papan
3) Gergaji Potong
4) Meteran
Langkah yang harus dilakukan dalam penyambungan Papan Cor untuk
Sloof antara lain :
1) Langkah Pertama, mencari papan pertama yang kedua sisinya rata, sisi
rata yang pertama untuk menempelkan pada dasar pondasi dan sisi rata
yang kedua untuk tempelan sambungan papan kedua.
2) Langkah Kedua, mencari papan kedua yang mempunyai salah satu
sisinya rata untuk ditempelkan pada sisi rata papan pertama.
3) Langkah Ketiga, mebuat potongan papan selebar reng kira-kira 6-7 cm
dengan panjang 20 cm sebagai media penyatu antara papan pertama
dan papan kedua.
4) Langkah Keempat, pasangkan dan satukan papan yang sudah kita pilih
cari sisi yang paling rata terus posisi kedua papan dibalik dan
kemudian kita tempelin dengan reng (lihat langkah ketiga) yang sudah
kita siapkan kemudian kita paku.

107

Gambar 61. Dokumentasi Proses perakitan Papan Cor untuk Sloof

2.11 TANGGA
2.11.1 Pengertian Tangga
Tangga adalah sebuah konstruksi yang dirancang untuk menghubungi dua
tingkat vertikal yang memiliki jarak satu sama lain.
Jenis tangga berdasarkan sifat permanensinya :
Tangga dapat bersifat permanen maupun non permanen. Tangga permanen
biasanya digunakan untuk menghubungkan :
dua bidang horisontal pada bangunan
lantai bangunan yang berbeda

108

Tangga jenis ini terdiri dari anak-anak tangga yang memiliki tinggi yang
sama. Tangga dapat berbentuk lurus, huruf "L", huruf "U" , memutar atau
merupakan dari kombinasinya. Komponen-komponen dari tangga antara lain
adalah tinggi injakan(riser), lebar injakan/kedalaman (tread), bordes (landing),
nosing, pegangan tangan (handrail) dan bidang pengaman (balustrade). Contoh
dari penggunaan tangga ini misalnya seperti yang kita temui pada bangunan
rumah tinggal atau perkantoran, "tangga monyet", dsb. Tangga non permanen
biasanya digunakan untuk mencapai bidang horisontal yang lebih tinggi, dan
digunakan hanya pada waktu-waktu tertentu sehingga bisa dipindahkan /
disimpan. Contoh dari tangga jenis ini misalnya tangga lipat.
2.11.2 Konstruksi Tangga
Tangga merupakan suatu sambungan yang dapat dilalui antara tingkat
sebuah bangunan, dan dapat dibuat dari kayu, pasangan batu, baja, beton bertulan
dll. Statistik yang dikompilasi oleh Dewan Keamanan Nasional menunjukkan
bahwa tangga adalah penyebab jumlah terbesar kecelakaan di rumah, kecelakaan
ini dapat dikaitkan dengan berbagai faktor, yang tentu berada di luar kendali
mereka yang merancang dan membangun tangga. Namun, ada terlalu banyak
kecelakaan akibat kesalahan konstruksi langsung. Tukang kayu dapat memberikan
kontribusi berharga terhadap pencegahan kecelakaan jika ia berencana dan
melakukan pekerjaannya dengan baik.
Teknik Keselamatan Departemen Biro Jasa Pekerja Nasional Kompensasi
telah menyiapkan standar berikut sebagai saran untuk pembangun tangga untuk
membantu menghilangkan beberapa penyebab yang bertanggung jawab untuk
banyak kecelakaan.
1. Tangga harus bebas dari goncangan keras.
2. Dimensi bordes harus sama dengan atau lebih besar dari lebar tangga
antara

pegangan tangan dengan dinding.

109

3. Semua aantride dan optride dalam setiap anak tangga harus sama.
4. Semua tangga harus dilengkapi dengan substansial dan 36 inci pegangan
tangan di ketinggian dari pusat dari tapak yang permanen.
5. Semua pegangan tangan harus memiliki sudut bulat dan permukaan yang
halus dan bebas dari serpihan.
6. Sudut tangga dengan horisontal tidak boleh lebih dari lima puluh derajat
dan tidak kurang dari dua puluh derajat.
7. Anak tangga tidak boleh licin, dan tanpa ada baut, sekrup, atau paku yang
menonjol.

2.11.3 Konstruksi Tangga Berdasarkan Material


2.11.3.1 Konstruksi Tangga Kayu
Untuk bangunan sederhana dan semi permanen. Pertimbangan : material
kayu ringan, mudah didapat serta menambahkan segi estetika yang tinggi bila diisi
dengan variasi profil dan difinishing dengan rapi. Kelemahan : tidak dapat dilalui
oleh beban-beban yang berat, lebarnya terbatas, memiliki sifat lentur yang tinggi
serta konstruksi tangga kayu tidak cocok ditempatkan di ruang terbuka karena
kayu mudah lapuk jika terkena panas dan cahaya.
Kayu sebaiknya dipilih yang berkualitas bagus. Ukuran tebal adalah dari 3 - 4 cm,
ukuran lebar dari 26 - 30 cm, sedangkan ukuran panjang papan menyesuaikan
ukuran lebar tangga Anda. Umumnya konstruksi tangga baja memakai anak
tangga dari papan kayu utuh tanpa sambungan.
2.11.3.2. Konstruksi Tangga Baja

Biasanya digunakan pada bangunan yang sebagian besar komponenkomponen strukturnya terdiri dari material baja. Tangga ini digunakan pada
bangunan semi permanen seperti bangunan peruntukan bengkel, bangunan
gudang, dan lain-lain. Tangga ini kurang cocok untuk bangunan dekat pantai

110

karena pengaruh garam akan mempercepat proses karat begitupun bila


ditempatkan terbuka akan menambah biaya perawatan.
2.11.3.3. Konstruksi Tangga Beton
Sampai sekarang banyak digunakan pada bangunan bertingkat 2 (dua) atau
lebih dan bersifat permanent seperti peruntukan kantor, rumah tinggal, pertokoan.
Tangga dengan konstruksi cor beton mengekspose papan anak tangga hanya dari
satu sisi saja. Fungsinya hanya membungkus beton supaya secara estetika lebih
indah, baik dibungkus semua atau hanya bagian atas (bagian pijakan / steps) saja.
Adapun ukuran tebal papan kayu adalah dari 1.5 - 2.5 cm, ukuran lebar dari 26 30 cm, sedangkan ukuran panjang menyesuaikan ukuran lebar tangga Anda.
Tangga dengan konstruksi cor beton ini dapat memakai papan kayu baik dari
papan kayu utuh maupun papan kayu sambungan.
Tulangan/pembesian :
Ukuran penampang tulangan / pembesian didasari atas perhitungan /
perencanaan dan pada umumnya untuk konstruksi tangga beton bertulang
dipergunakan :
Untuk pelat tangga :
tulangan utama/pokok

: 8, 10, 12, D.12

tulangan pembagi

: 8, 10

Untuk balok :
tulangan utama

: D.13, D.16, D.19

beugel/sengkang

: 8, 10

Untuk anak tangga :


tulangan utama

: 10, 12, D.12

tulangan pembagi

: 8, 10

2.11.3.4. Konstruksi Tangga Batu/Bata

111

konstruksi ini mulai jarang digunakan karena sudah ketinggalan dalam


bentuk, kekuatan, efisiensi pembuatannya, dana sangat terbatas dalam
penempatannya.
2.11.3.5. Eskalator
Eskalator adalah salah satu transportasi vertikal berupa konveyor untuk
mengangkut orang, yang terdiri dari tangga terpisah yang dapat bergerak ke atas
dan ke bawah mengikuti jalur yang berupa rail atau rantai yang digerakkan oleh
motor. Karena digerakkan oleh motor listrik , tangga berjalan ini dirancang untuk
mengangkut orang dari bawah ke atas atau sebaliknya. Untuk jarak yang pendek
eskalator digunakan di seluruh dunia untuk mengangkut pejalan kaki yang mana
menggunakan elevator tidak praktis. Pemakaiannya terutama di daerah pusat
perbelanjaan, bandara, sistem transit, pusat konvensi, hotel dan fasilitas umum
lainnya.

2.11.4 Bagian-Bagian Tangga

112

Gambar 62

Bagian- Bagian Tangga

2.11.4.1 Ibu Tangga


Merupakan bagian tangga yang berfungsi mengikat anak tangga. Material
yang digunakan untuk membuat ibu tangga misalnya antara lain, beton bertulang,
kayu, baja, pelat baja, baja profil canal, juga besi.Kombinasi antara ibu tangga dan
anak tangga biasanya untuk bu tangga misalnya, beton bertulang di padukan
dengan anak tangga dari bahan papan kayu, bisa juga keduanya dari bahan baja,
untuk ibu tangga menggunakan profil kanal untuk menopang anak tangga yang
menggunakan pelat baja.
2.11.4.2 Anak Tangga

Merupakan elemen dari tangga yang perlu perhatian cukup penting. Karena
sering dilalui untuk naik turun pengguna, bahan permukaan anak tangga harus
benar-benar aman, nyaman agar terhindar dari kemungkinan kecelakaan seperti
terpeleset karna licin atau terlalu sempit. Anak tangga terdiri dari 2 bagian, yaitu
bagian horizontal (pijakan datar) dan vertical (pijakan untuk langkah naik).
Ukuran lebar anak tangga untuk hunian berkisar antara 20-33 cm. dan untuk
bagian vertical langkah atasnya berkisar antara 15-18 cm. untuk ukuran tangga
darurat biasanya bagian vertical mencapai 20 cm.

113

Ukuran lebar tangga juga penting diperhatikan, untuk panjang atau lebar tangga
pada hunian tempat tinggal adalah minimal 90 cm. sedangkan untuk tangga servis
biasanya lebih kecil, yaitu 75 cm.
2.11.4.3 Railing

Merupakan pegangan dari tangga. Material yang bisa digunakan


bermacam jenis nya. Misalnya menggunakan pegangan dari bahan kayu, besi
hollow bulat, baja, dll. Terkadang saya juga sering jumpai tangga yang tanpa
railing, dan ini penting untuk diperhatikan, misalnya menjaga anak-anak yang
ingin menaiki tangga, jangan sampai terjatuh karena tidak ada railingnya.
Ukuran pegangan railing tangga dengan ukuran diameter 3,8 cm merupakan
ukuran yang bisa mengakomodasi sebagian besar ukuran tangan manusia.
Untuk kenyamanan pegangan tangga, perlu diperhatikan juga jarak antara railing
pegangan tangga dengan jarak tembok, jarak 5 cm saya rasa sudah cukup.
2.11.4.4 Bordes

Bordes biasa juga disebut Landing. Merupakan bagian dari tangga sebagai
tempat beristirahat menuju arah tangga berikutnya. Bordes juga berfungsi sebagai
pengubah arah tangga. Umumnya, keberadaan bordes setelah anak tangga ke 15.
Kenyamanan bordes juga perlu diperhatikan, untuk lebarnya harus diusahakan
sama dengan lebar tangga.
2.11.4.5 Baluster
Merupakan penyangga pegangan tangga, biasanya bentuknya mengarah
vertical. Material baluster bisa terbuat dari kayu, besi, beton, juga baja. Terkadang
juga saya pernah melihat material baluster menggunakan kaca. Untuk keamanan
dan kenyamanan pengguna tangga, usahakan jarak antar baluster tidak terlalu
jauh, terutama untuk keamanan anak kecil.Untuk ukuran ketinggian baluster,
standarnya kurang lebih antara 90-100 cm.

114

2.11.5 Perhitungan Tangga


Rumus umum yang digunakan adalah :
- 1 aantrade ( mendatar ) + 2 optrade ( naik ) = 57 65 cm
- Artinya : Untuk mencari lebar mendatar
- 1 aantread + 2 optread = 57 65 cm
Contoh
Pertanyaan :
Suatu ruangan memiliki 2 lantai, ketinggian antara lantai 1 dan lantai 2 adalah 380
cm. hitunglah ukuran ukuran anak tangga dan luas ruangan yang di pakai untuk
keperluan rumah tangga ?
Jawaban :
Karena tinggi lantai = 380 cm, ukuran langkah naik diperkirakan dengan ukuran
paling mendekatinya yaitu 19 cm, sehingga banyaknya langkah naik menjadi n
380/19 = 20 kali.
Panjang langkah datar di hitung dengan ketentuan :
A + 2.O

= 57 65 cm.

A + 2.O

= 62 cm

A + 2x19

= 62 cm

Maka A

= 62 - 38 = 24 cm

Jadi panjang langkah datar ( antrede ) = 24 cm. jika tangga tersebut dibuat
tangga lurus maka panjang ruang yang di butuhkan untuk tangga yaitu : 19 x 24 =
456 cm, belum terhitung awal naik tangga dan akhir tangga.
Oleh karena itu lebih hemat bila menggunakan tangga bordes dengan dua lengan
maka :

Banyaknya langkah naik n (A)

= buah. x 380/19 =10n

langkah datar (O)

= 10 1 = 9 buah.

Panjang tangga seluruhnya menjadi 9 x 24

= 216 cm.

Panjang bordes = 80 cm, entrance tangga

= 74 cm.

Panjang ruangan untuk tangga menjadi kurang lebih 370 cm.

115

GAMBAR

2.12 PLAFON
Semua bahan untuk jenis plafon rumah merupakan bahanbahan yang baik
dan berkualitas. Tinggal anda saja yang menentukan bahan yang mana yang cocok
sesuai dengan desain interior plafon diinginkan.
Sebelum memilih model dan bahan dasar plafon rumah yang akan Anda
pakai dalam desain nantinya, ada baiknya Anda mempelajari keunggulan dan
kelemahan dari tiap jenis plafon tersebut.
2.12.1 Jenis- Jenis Plafon
2.12.1.1 Plafon Tripleks
Plafon berbahan tripleks merupakan jenis penutup plafon yang sering
dipakai. Ukuran tripleks dipasaran adalah 122 cm x 244 cm dengan ketebalan 3
mm, 4 mm dan 6 mm. Pemasangan plafon ini dapat dipasang lembaran tanpa
dipotong-potong maupun dapat dibagi menjadi empat bagian supaya lebih mudah

116

dalam penataan dan pemasangannya. Rangka plafon dapat menggunakan kasau


4/6 atau 5/7 dengan ukuran rangka kayu 60 cm x 60 cm.
Keunggulan jenis plafon tripleks proses pengerjaannya lebih mudah dan
dapat dilakukan oleh tukang kayu sehingga Anda tidak kesulitan dalam
pengerjaannya. Material tripleks mudah didapatkan di pasaran dengan harga yang
relatif murah dan bahan yang ringan memudahkan pengguna dalam perbaikan
apabila terjadi kerusakan untuk menggantinya.
Kelemahan bahan tripleks tidak tahan terhadap api sehingga mudah
terbakar dan apabila sering terkena air atau rembesan maka akan mudah rusak.
2.12.1.2

Plafon Eternit atau Asbes

Dalam pasaran ukuran plafon eternit adalah 1.00 m x 1.00 m dan 0.50 m x
1.00 m. Cara pemasangan pun sama dengan plafon tripleks. Anda dapat
menggunakan kasau 4/6 atau 5/7 dengan ukuran rangka kayu 60 cm x 60 cm
untuk rangka plafon.
Keunggulannya selain mudah didapat dipasaran, proses pengerjaan pun
mudah sehingga tidak menemui kendala. Bahannya yang ringan memudahkan
pengguna untuk dapat mengganti apabila terjadi kerusakan.
Kelemahan bahan dari eternit atau asbes tidak tahan terhadap goncangan
dan benturan sehingga harus berhati-hati dalam proses pemasangan plafon supaya
tidak patah atau retak.
2.12.1.3

Plafon Fiber

Saat ini plafon fiber sudah banyak digunakan. Dalam aplikasi untuk plafon
rumah menggunakan papan GRC (Glassfiber Reinforced Cement Board).
Harganya relatif murah dibandingkan dengan tripleks. GRC Board mempunyai
ukuran 60 cm x 120 cm dengan ketebalan standar 4 mm. Rangka plafon dapat
mengunakan kasau 4/6 atau 5/7 maupun besi hollow 40 mm x 40 mm.

117

Keunggulan plafon GRC tahan terhadap api dan air, lebih kuat, ringan dan
luwes. Proses pengerjaanya cukup mudah.
Kelemahan sama dengan plafon eternit atau asbes tak tahan benturan.
Material GRC di beberapa drah masih jarang di jumpai.
2.12.1.4 Plafon Gypsum
Plafon gypsum salah satu jenis plafon yang sudah banyak digunakan pula
untuk penutup plafon. Ukuran untuk plafon adalah 122 cm x 244 cm. Untuk
rangka seperti GRC Board anda dapat menggunakan kasau maupun besi hollow.
Keunggulan, pada saat terpasang plafon gypsum memiliki permukaan
yang terlihat tanpa sambungan sehingga banyak diminati masyarakat. Proses
pengerjaanya pun lebih cepat. Mudah diperoleh, diperbaiki serta diganti.
Kelemahan, tidak tahan terhadap air sehingga mudah rusak ketika terkena
air atau rembesan air. Tidak semua tukang dapat mengerjakannya, perlu keahlian
khusus.
2.12.1.5

Plafon Akustik

Plafon akustik solusi bagi Anda yang merencanakan sebuah ruangan yang
dapat meredam kebisingan. Karena plafon akustik merupakan plafon yang tahan
terhadap batas ambang kebisingan tertentu. Ukuran yang tersedia adalah 60 cm x
60 cm dan 60 cm x 120 cm. Plafon akustik dapat dipasang dengan rangka kayu
atau bahan metal pabrikan yang sudah jadi.
Keunggulan, dapat meredam suara sehingga untuk kebutuhan ruangan
tertentu banyak dipakai oleh masyarakat. Bobotnya relatif ringan sehingga mudah
untuk perbaikan atau diganti dan proses pengerjaannya cepat.
Kelemahan, tidak tahan air dan di daerah tertentu masih jarang dijumpai
serta harganya relatif lebih mahal.

118

Gambar 63. Plafon Akustik

2.13 KONSOL
konsol beton atau konsol kayu untuk rumah memiliki kelebihan dan
kekurangan sendiri-sendiri, tapi jika anda mempertimbangkan untuk hemat dan
murah maka pilihan anda haruslah jatu pada konsol beton. Fungsi dari konsol
rumah adalah menjaga dari tampiasan air hujan yang dipasang di atas pintu atau
jendela.
Konsol beton terbuat dari beton bertulang dengan tapal 10cm, Kelebihan
konsol beton dibanding konsol kayu adalah :

Pekerjaan lebih cepat, irit biaya.

Biaya lebih murah, karen kayu sekarang sangat mahal

Tampilan rumah akan terlihat kekar

Bebas rayap

Tahan api

119

Gambar 64. Konsol

Jadi jika anda mempertimbangkan untuk memilih konsol maka konsol


beton merupakan solusi murah dan tepat untuk rumah baru anda dengan banyak
kelebihannya. Konsol beton biasanya dipakai sebagai pada rumah model
minimalis agar lebih cocok terlihat cantik dan terlindung dari panas dan hujan.

BAB III

120

PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi

yang

ada

hubungannya

dengan

judul

makalah

ini.

Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan
penulisan makalah di kesempatan kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini
berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada
umumnya.

3.1 KESIMPULAN
Konstruksi bangunan mempunyai aspek yang sangat penting bagi
kekokohan suatu banguan. Dalam konstruksi suatu bangunan ada beberapa bagian
penyusun yang membentuk suatu bangunan antara lain Pondasi, Ploof, Balok anak
maupun induk, Kolom, Dinding, Atap, Konsol, Beton, dll
Bagian-bagian ini mempunyai peranan yang sangat penting bagi
konstruksi angunan tersebut. Jadi kesimpulannya konstruksi mempunyai peranan
yang sangat penting bagi keutuhan suatu bangunan

Daftar Rujukan

121

http://aryapersada.com/jenis-jenis-plafon-rumah-keunggulan-dankelemahannya.html

Anda mungkin juga menyukai