Anda di halaman 1dari 28

6

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori
1. Penyuluhan Kesehatan
a. Pengertian Penyuluhan Kesehatan
Menurut Effendy (2001, p. 232), pengertian pendidikan
kesehatan identik dengan penyuluhan kesehatan, karena keduanya
berorientasi kepada perubahan perilaku yang diharapkan, yaitu
perilaku sehat, sehingga mempunyai kemampuan mengenal masalah
kesehatan dirinya, keluarga dan kelompoknya dalam meningkatkan
kesehatannya.
Menurut Anwaz dalam Effendy (2001, p. 232), penyuluhan
kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara
menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat
tidak saja sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa
melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.
Menurut Departemen Kesehatan dalam Effendy (2001,p.
233), penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan
kesempatan yang berlandaskan prinsipprinsip belajar untuk mencapai
suatu keadaan, di mana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat
secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya, dan

melakukan apa saja yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun


secara kelompok dan meminta pertolongan bila perlu.
b. Tujuan
Tujuan pendidikan yang paling pokok menurut Effendy
(2001, pp. 233-234) adalah:
1) Tercapainya

perubahan

perilaku

individu,

keluarga,

dan

masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan


lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal
2) Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, dan
kelompok dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat
baik fisik, mental, dan sosial sehingga dapat menurunkan angka
kesakitan dan kematian
3) Menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah
perilaku perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang
kesehatan
c. Sasaran
Sasaran penyuluhan kesehatan menurut mencakup individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat (Effendy, 2001, pp. 234-235).
d. Hasil yang diharapkan
Hasil yang diharapkan dalam penyuluhan kesehatan
masyarakat adalah terjadinya perubahan sikap dan perilaku dari
individu, keluarga, kelompok khusus, dan masyarakat untuk dapat

menanamkan prinsipprinsip hidup sehat dalam kehidupan seharihari


untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal (Effendy, 2001, p.
235).
e. Tempat Penyelenggaraan
Penyelenggaraan penyuluhan kesehatan menurut Effendy
(2001, p. 235) dapat dilakukan di berbagai tempat, di antaranya adalah:
1) Di dalam institusi pelayanan
Dapat dilakukan di rumah sakit, puskesmas, rumah
bersalin, klinik dan sebagainya, yang dapat diberikan secara
langsung kepada individu maupun kelompok mengenai penyakit,
perawatan, pencegahan penyakit dan sebagainya. Tetapi dapat juga
diberikan secara langsung misalnya melalui poster, gambar
gambar, pamflet dan sebagainya.
2) Di masyarakat
Penyuluhan kesehatan di masyarakat dapat dilakukan
melalui pendekatan edukatif terhadap keluarga dan masyarakat
binaan secara menyeluruh dan terorganisasi sesuai dengan masalah
kesehatan dan keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat.
Agar penyuluh kesehatan di masyarakat dapat mencapai
hasil yang diharapkan diperlukan perencanaan yang matang dan
terarah sesuai dengan tujuan program penyuluhan kesehatan
masyarakat
setempat.

berdasarkan

kebutuhan

kesehatan

masyarakat

Penyuluhan

kesehatan

masyarakat

di

masyarakat

biasanya berkaitan dengan pembinaan wilayah binaan Puskesmas


atau oleh karena kejadian luar biasa seperti wabah dan lain
sebagainya.
f. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penyuluhan menurut Effendy (2001, pp.
236-242) meliputi 3 aspek yaitu:
1) Sasaran penyuluhan kesehatan
Sasaran penyuluhan kesehatan menurut adalah individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat yang dijadikan subjek dan
objek perubahan perilaku, sehingga diharapkan dapat memahami,
menghayati dan mengaplikasikan caracara hidup sehat dalam
kehidupan sehariharinya.
Banyak faktor yang perlu diperhatikan terhadap sasaran
dalam keberhasilan penyuluhan kesehatan, diantaranya adalah:
a) Tingkat pendidikan
b) Tingkat sosial ekonomi
c) Adat istiadat
d) Kepercayaan masyarakat
e) Ketersediaan waktu dari masyarakat
2) Materi/pesan
Materi atau pesan yang akan disampaikan kepada
masyarakat hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan

10

dan

keperawatan

dari

individu,

keluarga,

kelompok,

dan

masyarakat. Sehingga materi yang disampaikan dapat dirasakan


langsung manfaatnya. Materi yang disampaikan sebaiknya:
a) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti masyarakat
dalam bahasa kesehariannya
b) Materi yang disampaikan tidak terlalu sulit untuk dimengerti
oleh sasaran
c) Dalam penyampaian materi sebaiknya menggunakan alat
peraga untuk mempermudah pemahaman dan untuk menarik
perhatian sasaran
d) Materi atau pesan yang disampaikan merupakan kebutuhan
sasaran dalam masalah dan keperawatan yang mereka hadapi.
3) Metode
Metode yang dipakai dalam penyuluhan kesehatan
hendaknya metode yang dapat mengembangkan komunikasi dua
arah antara yang memberikan penyuluhan terhadap sasaran,
sehingga diharapkan tingkat pemahaman sasaran terhadap pesan
yang disampaikan akan lebih jelas dan mudah dipahami,
diantaranya metode curah pendapat, diskusi, demonstrasi, simulasi,
bermain peran, dan sebagainya, yang akan dijelaskan sebagai
berikut.

11

Dari metode yang dapat dipergunakan dalam penyuluhan


kesehatan masyarakat, dapat dikelompokkan dalam dua macam
metode, yaitu:
a) Metode didaktik
Pada metode didaktik yang aktif adalah orang yang
melakukan penyuluhan kesehatan, sedangkan sasaran bersifat
pasif dan tidak diberikan kesempatan untuk ikut serta
mengemukakan pendapatnya atau mengajukan pertanyaan
pertanyaan apapun. Dan proses penyuluhan yang terjadi
bersifat satu arah (one way method).
Adapun yang termasuk dalam metode didaktik
adalah:
(1) Secara langsung melalui ceramah
Ceramah adalah suatu cara dalam menerangkan dan
menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan
kepada

sekelompok

sasaran

sehingga

informasi tentang kesehatan.


(2) Secara tidak langsung
(a) Poster
(b) Media cetak (majalah, buletin, surat kabar)
(c) Media elektronik (radio, televisi)

memperoleh

12

b) Metode sokratik
(1) Secara langsung
(a) Diskusi
Diskusi

kelompok

adalah

pembicaraan

yang

direncanakan dan telah dipersiapkan tentang suatu topik


pembicaraan di antara 1520 peserta (sasaran) dengan
seorang pemimpin diskusi yang telah ditunjuk.
(b) Curah pendapat
Curah pendapat adalah suatu bentuk pemecahan
masalah yang terpikirkan oleh masingmasing peserta,
dan evaluasi atas pendapatpendapat tadi dilakukan
kemudian.
(c) Demonstrasi
Demonstrasi adalah suatu cara untuk menunjukkan
pengertian, ide, dan prosedur tentang sesuatu hal yang
telah dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan
bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan, adegan
dengan

menggunakan

alat

peraga.

Metoda

ini

digunakan terhadap kelompok yang tidak terlalu besar


jumlahnya.
(d) Bermain peran (role playing)
Bermain peran adalah memerankan sebuah situasi
dalam kehidupan manusia dengan tanpa diadakan

13

latihan, dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk


dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok.
(e) Simposium
Simposium adalah serangkaian ceramah yang diberikan
oleh 2 sampai 5 orang dengan topik yang berlainan
tetapi saling berhubungan.
(f) Seminar
Seminar adalah suatu cara dimana sekelompok orang
berkumpul untuk membahas suatu masalah dibawah
bimbingan seorang ahli yang menguasai bidangnya.
(g) Studi kasus
Studi kasus adalah sekumpulan situasi masalah yang
sedetailnya,

yang

menganalisis

masalah

memungkinkan
itu.

kelompok

Permasalahan

tersebut

merupakan bagian dari kehidupan yang mengandung


diagnosis,

pengobatan

dan

perawatan.

Dapat

disampaikan secara lisan maupun tertulis, drama, film,


dapat juga berupa rekaman.
(2) Secara tidak langsung
(a) Penyuluhan kesehatan melalui telepon
(b) Satelit komunikasi

14

g. Faktor faktor yang mempengaruhi penyuluhan


Faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu penyuluhan
kesehatan masyarakat menurut Effendy (2001, pp. 247-248), apakah
itu dari penyuluh, sasaran atau dalam proses penyuluhan itu sendiri.
1) Faktor penyuluh
a) Kurang persiapan
b) Kurang menguasai materi yang akan dijelaskan
c) Penampilan kurang meyakinkan sasaran
d) Bahasa yang digunakan kurang dapat dimengerti oleh sasaran
karena terlalu banyak menggunakan istilahistilah asing
e) Suara terlalu kecil dan kurang dapat didengar
f) Penyampaian materi penyuluhan terlalu monoton sehingga
membosankan.
2) Faktor sasaran
a) Tingkat pendidikan terlalu rendah sehingga sulit menerima
pesan yang disampaikan
b) Tingkat sosial ekonomi terlalu rendah sehingga tidak begitu
memperhatikan pesanpesan yang disampaikan, karena lebih
memikirkan kebutuhankebutuhan lain yang lebih mendesak
c) Kepercayaan dan adat kebiasaan yang telah tertanam sehingga
sulit

untuk

mengubah

misalnya,

makan

ikan

dapat

menimbulkan cacingan, makan telur dapat menimbulkan


cacingan

15

d) Kondisi lingkungan tempat tinggal sasaran yang tidak mungkin


terjadi perubahan perilaku. Misalnya masyarakat yang tinggal
di daerah tandus yang sulit air akan sangat sukar untuk
memberikan penyuluhan tentang hygiene dan sanitasi dan
perseorangan.
3) Faktor proses dalam penyuluhan
a) Waktu penyuluhan tidak sesuai dengan waktu yang diinginkan
sasaran
b) Tempat penyuluhan dilakukan dekat tempat keramaian
sehingga mengganggu proses penyuluhan kesehatan yang
dilakukan
c) Jumlah sasaran yang mendengarkan penyuluhan terlalu banyak
sehingga sulit untuk menarik perhatian dalam memberikan
penyuluhan
d) Alat peraga dalam memberikan penyuluhan kurang ditunjang
oleh alat peraga yang dapat mempermudah pemahaman sasaran
e) Metode

yang

dipergunakan

kurang

tepat

sehingga

membosankan sasaran untuk mendengarkan penyuluhan yang


disampaikan
f) Bahasa yang dipergunakan sulit dimengerti oleh sasaran,
karena tidak menggunakan bahasa keseharian sasaran.

16

2. Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia
yang sekedar menjawab pernyataan what, misalnya apa air, apa
manusia, apa alam dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007, p. 235).
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yaitu : penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2003, p. 136).
b. Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007,pp. 236-237) pengetahuan
mempunyai 6 tingkatan yaitu:
1) Tahu (know)
Yaitu kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya, termasuk di antaranya adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
2) Memahami (comprehention)
Yaitu suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar.

17

3) Menerapkan (application)
Yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
4) Analisis (analysis)
Yaitu kemampuan untuk menyebarkan materi suatu obyek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (synthesis)
Yaitu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagianbagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6) Evaluasi (evaluation)
Yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada, misalnya dapat membandingkan,
menanggapi pendapat dan menafsirkan sebab-sebab suatu kejadian.
c. Kaitan Pengetahuan dengan Proses Adopsi Perilaku
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku
yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974)
Notoatmodjo (2007, p. 235) mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang
tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:
1) Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu

18

2) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus


3) Evaluation (menimbangnimbang baik dan tidaknya stimulus
tersebut terhadap dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah
lebih baik lagi
4) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru
5) Adoption,

subjek

telah

berperilaku

baru

sesuai

dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.


Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers dalam
menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahaptahap di atas.
Apabila penerima perilaku baru atau adopsi perilaku melalui
proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang
positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting).
Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan
kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.
3. Remaja
a. Definisi Remaja
Remaja adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa,
di mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder,
tercapainya fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta
kognitif (Soetjiningsih, 2004, p. 2).
Remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak
dan masa dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan

19

seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun


yaitu menjelang masa dewasa muda. Remaja tidak mempunyai tempat
yang jelas, yaitu bahwa mereka tidak termasuk golongan anak-anak
tetapi tidak juga termasuk golongan orang dewasa (Soetjiningsih,
2004, p. 45).
b. Batasan Remaja
Batasan remaja menurut WHO dalam Soetjiningsih (2004. p.
2) adalah masa di mana:
1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tandatanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan
seksual.
2) Individu

mengalami

perkembangan

psikologik

dan

pola

identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.


3) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh
dengan keadaan yang relatif lebih mandiri.
c. Tahapan Masa Remaja
Menurut Soetjiningsih (2004, p. 134), dalam tumbuh
kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan
seksual, semua remaja akan melewati sebagai berikut:
1) Masa Pra Remaja
Masa pra remaja adalah suatu tahap untuk memasuki
tahap remaja yang sesungguhnya. Pada masa ini ada beberapa

20

indikator yang telah dapat ditentukan untuk menentukan indentitas


gender laki-laki atau perempuan.
Ciri-ciri perkembangan seksual pada masa ini antara
lain, perkembangan fisik yang masih tidak banyak berbeda dengan
sebelumnya. Pada masa ini juga mereka sudah mulai senang
mencari tahu informasi tentang seks dan mitos seks baik dari teman
sekolah, keluarga atau dari sumber lainnya (Soetjiningsih, 2004, p.
135).
2) Masa Remaja Awal
Merupakan tahap awal remaja sudah mulai tampak ada
perubahan fisik yaitu, fisik sudah mulai matang dan berkembang,
remaja sudah mulai mencoba melakukan onani karena telah sering
kali terangsang secara seksual akibat pematangan yang dialami.
Rangsangan

ini

diakibatkan

oleh

faktor

internal

yaitu

meningkatnya kadar testosteron pada laki-laki dan estrogen pada


perempuan.
Hampir sebagian besar dari laki-laki pada periode ini
tidak bisa menahan untuk tidak melakukan onani, sebab pada masa
ini mereka sering kali mengalami fantasi. Selain itu tidak jarang
dari mereka yang memilih untuk melakukan aktivitas non fisik
untuk melakukan fantasi atau menyalurkan perasaan cinta dengan
teman lawan jenisnya yaitu dengan bentuk hubungan telepon, surat

21

menyurat atau menggunakan sarana computer (Soetjiningsih, 2004,


p. 135).
3) Masa Remaja Menengah
Pada masa ini para remaja sudah mengalami pematangan
fisik secara penuh yaitu anak laki-laki sudah mengalami mimpi
basah sedangkan anak perempuan sudah mengalami haid
(Soetjiningsih, 2004, p. 135).
4) Remaja Akhir
Pada masa ini remaja sudah mengalami perkembangan
fisik secara penuh, sudah seperti orang dewasa, mereka telah
mempunyai perilaku seksual yang sudah jelas dan mereka sudah
mulai mengembangkannya dalam bentuk pacaran. Pada tahap ini
juga remaja telah mencapai kemampuan untuk mengembangkan
cita-citanya sesuai dengan pengalaman dan

pendidikannya

(Soetjiningsih, 2004, p. 135).


Tabel 2.1. Tahapan perkembangan remaja
Tahapan Remaja
Pra remaja
Remaja Awal
Remaja Menangah
Remaja Akhir

Umur (tahun)
Laki-laki
< 11
11-14
14-17
> 17

Umur (tahun)
perempuan
<9
9-13
13-16
> 16

Sumber : Dikutip dari PPFA, Adolescence Sexuality, 2001 dalam


Soetjiningsih (2004, p. 134)

22

d. Tugas Perkembangan Remaja


Havigrust dalam Ali (2009, p. 9) mendefinisikan tugas
perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar satu
periode tertentu dari kehidupan individu dan jika berhasil akan
menimbulkan fase bahagia dan membawa keberhasilan dalam
melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi kalau gagal akan
menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi
tugas-tugas berikutnya.
Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya
meningkatkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha
untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa.
Adapun tugas-tugas perkembangan remaja menurut Hurlock (Ali,
2009, p. 9) adalah:
1) Mampu menerima keadaan fisiknya;
2) Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa;
3) Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang
berlainan jenis;
4) Mencapai kemandirian emosional;
5) Mencapai kemandirian ekonomi;
6) Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat
diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat;
7) Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan
orang tua;

23

8) Mengembangkan perilaku tanggung jawab social yang diperlukan


untuk memasuki dunia dewasa;
9) Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan;
10) Memahami

dan

mempersiapkan

berbagai

tanggung

jawab

kehidupan keluarga.
Sedangkan menurut Zulkifli dalam Ali (2009, p. 10) tentang
tugas perkembangan masa remaja adalah:
1) Bergaul dengan teman sebaya dari kedua jenis kelamin
2) Mencapai peranan sosial sebagai pria atau wanita
3) Menerima keadaan fisik sendiri
4) Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan
5) Memilih pasangan dan mempersiapkan diri untuk berkeluarga
e. Pubertas
1) Pengertian
Pubertas adalah suatu tahap dalam kehidupan remaja
yang lebih dilandasi oleh perubahan fisik yang kemudian dikaitkan
dengan perkembangan kebutuhan psikologisnya. Pubertas terletak
di antara tahap-tahap perkembangan psikologis di atas tetapi
rentang usia biologisnya lebih jelas.
Menurut Monks (2002, p. 263) istilah pubertas datang
dari kata puber (yaitu pubescent). Kata lain pubescere berarti
mendapatkan pubes atau rambut kemaluan, yaitu suatu tanda
kelamin sekunder yang menunjukkan perkembangan seksual. Bila

24

selanjutnya dipakai istilah puber, maka yang dimaksudkan adalah


remaja sekitar masa pemasakan seksual.
Menurut Monks (2002, p. 263) pada umumnya masa
pubertas terjadi antara 12-16 tahun pada anak laki-laki dan 11-15
tahun pada anak perempuan. Jadi pemasakan seksual mudah terjadi
sebelum masa remaja, namun manifestasi dari aspek-aspek yang
lain baru jelas nampak pada usia antara 13-14 tahun.
Menurut Soetjiningsih (2004, pp. 67-73) pubertas dibagi
menjadi 2, yaitu pubertas prekok dan pubertas terlambat.
a) Pubertas prekok
Bila tanda-tanda pubertas ditemukan sebelum umur 8
tahun pada perempuan dan sebelum umur 9 tahun pada lakilaki.
Pubertas prekok dapat diklasifikasikan berdasarkan
aktifitas dari aksis neuroendokringonud. Pada anak perempuan
tanda fisik yang khas adalah adanya telarche atau pembesaran
payudara dan adanya pubarche atau pertumbuhan rambut pubis
serta terjadinya menstruasi. Pada anak laki-laki pubertas
ditandai dengan membesarnya volume testis, diikuti dengan
pertumbuhan rambut pubis dan bertambah panjangnya ukuran
penis.
Pada anak-anak dengan pubertas prekok kadar
hormon FSH dan LH meningkat sesuai masa pubertas. Untuk

25

mengetahui lokasi kerusakan hipotalamus atau di hipofise


dengan tes stimulasi dari GnRH.
(1) Klasifikasi pubertas prekok berdasarkan penyebab
(a) Pubertas prekok tergantung gonadotropin
(GDPP)
Disebabkan karena terangsangnya secara lebih awal
aksis hipotalamus-hipofise yang normal, selain itu
penyebab GDPP bisa berupa trauma kepala, tumor otak,
hidrosepalus.
(b) Pubertas prekok tidak tergantung gonadotropin (GIPP)
GIPP sering disebut juga pubertas perifer, dimana GIPP
ini disebabkan oleh tidak normalnya produksi hormon
seks steroid dan tidak ada aktifasi dari aksis
hipotalamus-hipofise.
(2) Penanganan pubertas prekok
Tipe GDPP adalah GnRH agonis akan menyebabkan
menurunnya kadar FSH dan LH serta rendahnya kadar seks
steroid.

Sedangkan

medroxyprogesteron

pada

GIPP

dapat

diberikan

asetat

(Depo

provera),

dapat

mencegah menstruasinya dan gangguan psikologisnya.


Dosis yang direkomendasikan 54 mg/bulan, intramuscular.

26

b) Pubertas terlambat
Pada perempuan didefinisikan tidak membesarnya payudara
sampai umur 13 tahun atau tidak adanya menstruasi sampai
umur 15 tahun. Pada laki-laki didefinisikan bila panjang testis
tidak mencapai 2,5 cm atau volume testis tidak mencapai 4 ml
sampai umur 14 tahun.
(1) Klasifikasi pubertas terlambat berdasarkan penyebab
(a) Hipergonadotropic hipogonadism
Kadar gonadotropic (FSH dan LH) meningkat namun
kadar hormon sel steroid seperti testosteron dan
estrogen tetap rendah, hal ini menandakan kerusakan
tidak pada aksis hipotalamus-hipofise.
(b) Hipogonadotropic hipogonadism.
Pertumbuhan normal selama fase anak tetapi sedikit
terjadi peningkatan pertumbuhan selama pubertas.
(2) Penyebab pubertas terlambat
Pengobatan

yang

digunakan

tergantung

penyebabnya dan yang sering digunakan adalah seks steroid


dosis rendah ditingkatkan secara bertahap di mana pada
laki-laki digunakan testosteron enante intramuscular dan
pada

perempuan

medroxyprogesteron.

digunakan

estrogen

dan

27

Dengan menggunakan seks steroid dosis rendah


yang ditingkatkan secara bertahap akan terangsang secara
alamiah dengan efek samping yang minimal pada
pertumbuhan.
2)

Perubahan Fisik Masa Pubertas


Menurut Hurlock (2007, p.188) selama pertumbuhan
pesat masa puber, terjadi empat perubahan fisik penting di mana
tubuh anak dewasa: perubuhan ukuran tubuh, perubahan proporsi
tubuh, perkembangan ciriciri seks primer, dan perkembangan ciri
ciri seks sekunder. Adapun perubahan fisik masa pubertas pada
remaja putri meliputi:
a) Perubahan ukuran tubuh
Perubahan fisik utama pada masa puber adalah
perubahan ukuran tubuh dalam tinggi dan berat badan. Di antara
anakanak perempuan, ratarata peningkatan per tahun dalam
tahun sebelum haid adalah 3 inci, tetapi peningkatan itu bisa
juga terjadi dari 56 inci. Dua tahun sebelum haid peningkatan
rata rata adalah 2,5 inci. Jadi peningkatan keseluruhan selama
dua tahun sebelum haid adalah 5,5 inci. Setelah haid, tingkat
pertumbuhan menurun sampai kirakira 1 inci per tahun dan
berhenti sekitar delapan belas tahun (Hurlock, 2007, p. 188).

28

b) Perubahan proporsi tubuh


Menurut Hurlock (2007, p. 188) perubahan fisik
pokok yang kedua adalah perubahan proporsi tubuh, antara lain:
(1) Badan yang kurus dan panjang mulai melebar di bagian
pinggul dan bahu. Pinggul anak yang lambat matang
cenderung lebih lebar daripada anak yang cepat matang.
(2) Tungkai kaki lebih panjang daripada badan. Pada anak yang
lambat matang tungkai kaki lebih panjang dan ramping,
sedangkan pada anak yang cepat matang tungkai kaki
cenderung pendek dan besar.
(3) Pola yang sama terjadi pada pertumbuhan lengan, yang
pertumbuhannya mendahului pertumbuhan pesat badan,
sehingga tampaknya terlalu panjang. Lengan anak yang
cepat matang cenderung lebih pendek daripada anak yang
lambat matang.
c) Perkembangan ciriciri seks primer
Menurut Heffner (2008, p. 34), semua organ
reproduksi wanita tumbuh selama masa puber, meskipun dalam
tingkat kecepatan yang berbeda. Adapun perkembangan ciriciri
seks primer yang terjadi pada remaja putri antara lain:
(1) Berat uterus pada anak usia sebelas atau dua belas tahun
berkisar 5,3 gram, sedangkan pada anak usia enam belas
tahun berkisar 4,3 gram

29

(2) Ovarium mulai memproduksi:


(a) Hormon

progesteron,

untuk

mematangkan

dan

mempersiapkan sel telur sehingga siap untuk dibuahi


(b) Hormon estrogen, mempengaruhi pertumbuhan sifatsifat kewanitaan pada tubuh seseorang (payudara
membesar,

pinggul

membesar,

suara

halus

dan

mengatur daur siklus haid)


(c) Sel telur sudah terkandung dalam jumlah banyak di
dalam indung telur tetapi baru dimatangkan satu persatu
sejak masuk usia remaja
Petunjuk pertama bahwa mekanisme reproduksi anak
perempuan menjadi matang adalah datangnya haid. Ini adalah
permulaan dari serangkaian pengeluaran darah, lendir, dan
jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala, yang akan
terjadi kirakira setiap dua puluh delapan hari sampai mencapai
menopause, pada akhir empat puluhan atau awal lima puluhan
tahun (Hurlock, 2007, p. 189).
d) Perkembangan ciriciri seks sekunder
Menurut Hurlock (2007, p. 190), perubahan fisik ke
empat adalah perkembangan ciriciri kelamin sekunder.
Perkembangan seks sekunder membedakan pria dari wanita dan
membuat anggota seks tertentu tertarik pada organ jenis kelamin
yang lain. Ciri ini tidak berhubungan dengan reproduksi

30

meskipun secara tidak langsung ada juga hubungannya, yaitu


karena pria tertarik pada wanita dan begitu pula sebaliknya.
Inilah

sebabnya

mengapa

ciri

ini

disebut

sekunder,

dibandingkan organorgan seks primer yang langsung


berhubungan dengan reproduksi. Adapun perkembangan ciri
ciri seks sekunder pada remaja putri menurut Hurlock (2007, p.
190) yaitu:
(1) Pinggul
Pinggul menjadi bertambah lebar dan bulat sebagai akibat
membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak
bawah kulit.
(2) Payudara
Segera setelah pinggul mulai membesar, payudara juga
berkembang. Putting susu membesar dan menonjol, dan
dengan berkembangnya kelenjar susu, payudara menjadi
lebih besar dan lebih bulat.
(3) Rambut
Pertumbuhan rambut pada perempuan terbatas pada kepala,
ketiak, dan kemaluan, sedangkan pada laki-laki masih
terdapat pertumbuhan kumis, janggut, rambut pada kaki,
terkadang lengan dan dada (Monks, 2002, p. 268).
Rambut kemaluan pada perempuan merupakan gambar segi
tiga dengan basis ke atas, pada laki-laki gambar segi tiga

31

dengan ujung ke atas di bawah pusat (Monks, 2002, p.


268).
(4) Kulit
Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat dan
lubang poripori bertambah besar.
(5) Kelenjar
Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif.
Sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat.
Kelenjar keringat di ketiak mengeluarkan banyak keringat
dan baunya menusuk sebelum dan selama masa haid.
(6) Otot
Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada
pertengahan dan menjelang akhir masa puber, sehingga
memberikan bentuk pada bahu, lengan dan tungkai kaki.
(7) Suara
Suara menjadi lebih penuh dan semakin merdu. Suara serak
dan suara yang pecah jarang terjadi pada anak perempuan.

32

B. Kerangka Teori

Promosi Kesehatan

Komunikasi
(Penyuluhan)

Pemberdayaan
Masyarakat

Training

Predisposing Factors

Enabling Factors

Reinforcing Factors

Ketersediaan sumbersumber/fasilitas
kesehatan

Sikap dan perilaku


petugas serta peraturan
UU

Sikap

Kepercayaan
Pengetahuan
Tradisi/nilai

Perilaku
Keterangan

:
: Tidak diteliti
: Diteliti

Gambar 2.1. Kerangka Teori


Sumber: Notoadmodjo, (2003)

33

C. Kerangka Konsep
Sebelum penyuluhan
Pengetahuan
tentang
perubahan
fisik
masa
pubertas pada remaja putri
Setelah penyuluhan

Gambar 2.2. Kerangka konsep

D. Hipotesis
Ada perbedaan yang bermakna pada tingkat pengetahuan tentang
perubahan fisik masa pubertas pada remaja putri di SMP Negeri 37 Semarang
sebelum dan sesudah penyuluhan.

Anda mungkin juga menyukai