BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Teori
1. Penyuluhan Kesehatan
a. Pengertian Penyuluhan Kesehatan
Menurut Effendy (2001, p. 232), pengertian pendidikan
kesehatan identik dengan penyuluhan kesehatan, karena keduanya
berorientasi kepada perubahan perilaku yang diharapkan, yaitu
perilaku sehat, sehingga mempunyai kemampuan mengenal masalah
kesehatan dirinya, keluarga dan kelompoknya dalam meningkatkan
kesehatannya.
Menurut Anwaz dalam Effendy (2001, p. 232), penyuluhan
kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara
menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat
tidak saja sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa
melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.
Menurut Departemen Kesehatan dalam Effendy (2001,p.
233), penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan
kesempatan yang berlandaskan prinsipprinsip belajar untuk mencapai
suatu keadaan, di mana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat
secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya, dan
perubahan
perilaku
individu,
keluarga,
dan
berdasarkan
kebutuhan
kesehatan
masyarakat
Penyuluhan
kesehatan
masyarakat
di
masyarakat
10
dan
keperawatan
dari
individu,
keluarga,
kelompok,
dan
11
sekelompok
sasaran
sehingga
memperoleh
12
b) Metode sokratik
(1) Secara langsung
(a) Diskusi
Diskusi
kelompok
adalah
pembicaraan
yang
menggunakan
alat
peraga.
Metoda
ini
13
yang
menganalisis
masalah
memungkinkan
itu.
kelompok
Permasalahan
tersebut
pengobatan
dan
perawatan.
Dapat
14
untuk
mengubah
misalnya,
makan
ikan
dapat
15
yang
dipergunakan
kurang
tepat
sehingga
16
2. Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia
yang sekedar menjawab pernyataan what, misalnya apa air, apa
manusia, apa alam dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007, p. 235).
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yaitu : penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2003, p. 136).
b. Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007,pp. 236-237) pengetahuan
mempunyai 6 tingkatan yaitu:
1) Tahu (know)
Yaitu kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya, termasuk di antaranya adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
2) Memahami (comprehention)
Yaitu suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar.
17
3) Menerapkan (application)
Yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
4) Analisis (analysis)
Yaitu kemampuan untuk menyebarkan materi suatu obyek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (synthesis)
Yaitu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagianbagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6) Evaluasi (evaluation)
Yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada, misalnya dapat membandingkan,
menanggapi pendapat dan menafsirkan sebab-sebab suatu kejadian.
c. Kaitan Pengetahuan dengan Proses Adopsi Perilaku
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku
yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974)
Notoatmodjo (2007, p. 235) mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang
tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:
1) Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu
18
subjek
telah
berperilaku
baru
sesuai
dengan
19
mengalami
perkembangan
psikologik
dan
pola
20
ini
diakibatkan
oleh
faktor
internal
yaitu
21
pendidikannya
Umur (tahun)
Laki-laki
< 11
11-14
14-17
> 17
Umur (tahun)
perempuan
<9
9-13
13-16
> 16
22
23
dan
mempersiapkan
berbagai
tanggung
jawab
kehidupan keluarga.
Sedangkan menurut Zulkifli dalam Ali (2009, p. 10) tentang
tugas perkembangan masa remaja adalah:
1) Bergaul dengan teman sebaya dari kedua jenis kelamin
2) Mencapai peranan sosial sebagai pria atau wanita
3) Menerima keadaan fisik sendiri
4) Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan
5) Memilih pasangan dan mempersiapkan diri untuk berkeluarga
e. Pubertas
1) Pengertian
Pubertas adalah suatu tahap dalam kehidupan remaja
yang lebih dilandasi oleh perubahan fisik yang kemudian dikaitkan
dengan perkembangan kebutuhan psikologisnya. Pubertas terletak
di antara tahap-tahap perkembangan psikologis di atas tetapi
rentang usia biologisnya lebih jelas.
Menurut Monks (2002, p. 263) istilah pubertas datang
dari kata puber (yaitu pubescent). Kata lain pubescere berarti
mendapatkan pubes atau rambut kemaluan, yaitu suatu tanda
kelamin sekunder yang menunjukkan perkembangan seksual. Bila
24
25
Sedangkan
medroxyprogesteron
pada
GIPP
dapat
diberikan
asetat
(Depo
provera),
dapat
26
b) Pubertas terlambat
Pada perempuan didefinisikan tidak membesarnya payudara
sampai umur 13 tahun atau tidak adanya menstruasi sampai
umur 15 tahun. Pada laki-laki didefinisikan bila panjang testis
tidak mencapai 2,5 cm atau volume testis tidak mencapai 4 ml
sampai umur 14 tahun.
(1) Klasifikasi pubertas terlambat berdasarkan penyebab
(a) Hipergonadotropic hipogonadism
Kadar gonadotropic (FSH dan LH) meningkat namun
kadar hormon sel steroid seperti testosteron dan
estrogen tetap rendah, hal ini menandakan kerusakan
tidak pada aksis hipotalamus-hipofise.
(b) Hipogonadotropic hipogonadism.
Pertumbuhan normal selama fase anak tetapi sedikit
terjadi peningkatan pertumbuhan selama pubertas.
(2) Penyebab pubertas terlambat
Pengobatan
yang
digunakan
tergantung
perempuan
medroxyprogesteron.
digunakan
estrogen
dan
27
28
29
progesteron,
untuk
mematangkan
dan
pinggul
membesar,
suara
halus
dan
30
sebabnya
mengapa
ciri
ini
disebut
sekunder,
31
32
B. Kerangka Teori
Promosi Kesehatan
Komunikasi
(Penyuluhan)
Pemberdayaan
Masyarakat
Training
Predisposing Factors
Enabling Factors
Reinforcing Factors
Ketersediaan sumbersumber/fasilitas
kesehatan
Sikap
Kepercayaan
Pengetahuan
Tradisi/nilai
Perilaku
Keterangan
:
: Tidak diteliti
: Diteliti
33
C. Kerangka Konsep
Sebelum penyuluhan
Pengetahuan
tentang
perubahan
fisik
masa
pubertas pada remaja putri
Setelah penyuluhan
D. Hipotesis
Ada perbedaan yang bermakna pada tingkat pengetahuan tentang
perubahan fisik masa pubertas pada remaja putri di SMP Negeri 37 Semarang
sebelum dan sesudah penyuluhan.