Latar Belakang
Luka adalah rusak atau hilangnya jaringan tubuh yang terjadi karena adanya suatu
faktor yang mengganggu sistem perlindungan tubuh. Faktor tersebut seperti trauma,
perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan. Bentuk dari luka
berbeda tergantung penyebabnya, ada yang terbuka dan tertutup. Salah satu contoh luka
terbuka adalah insisi dimana terdapat robekan linier pada kulit dan jaringan di bawahnya.
Salah satu contoh luka tertutup adalah hematoma dimana pembuluh darah yang pecah
menyebabkan berkumpulnya darah di bawah kulit. 1 Luka memberikan angka morbiditas yang
cukup besar di seluruh dunia terutama luka kronis karena mengganggu fungsional jaringan
dan dilihat dari nilai estetikanya. Luka akut yang mengalami penyulit dalam proses
penyembuhannya dapat berprogresi menjadi luka kronis.
Pada diabetes melitus dapat terjadi luka kronis, sulit proses penyembuhannya, sering
berulang dan berakhir dengan amputasi. Penyebab kejadian tersebut tergolong multifaktor
yaitu kombinasi dari gangguan vaskular, peripheral neuropathy dan peningkatan faktor resiko
infeksi pada penderita. Menurut Gordois et al (2003), sekitar 75% penderita diabetes
memiliki masalah pada kaki dan 76% dari kasus tersebut disebabkan oleh gangguan
neurophaty. Komplikasi DM dapat berkembang menjadi gangren. Gangren adalah suatu
proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya jaringan mati atau nekrosis (Waspadji,
2006). Gangren diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitaman dan berbau busuk
akibat sumbatan yang terjadi pembuluh darah sedang atau besar di tungkai. Luka gangren
merupakan salah satu kornplikasi kronik DM yang paling ditakuti oleh setiap penderita DM
(Tjokroprawiro, 2007)
Madu merupakan cairan kental manis yang diproduksi oleh lebah madu yang berasal
dari nektar bunga. Madu mengandung fruktosa (38,5%), glukosa (31,0%), maltosa, sukrosa,
asam amino, vitamin (vitamin B6, vitamin C, thiamin, niasin, riboflavin, asam pantotenat),
mineral, enzim, air dan anti-oksidan (Anonim 1, 2007). Madu memiliki sifat antibakteri yang
membantu mengatasi infeksi pada luka dan aksi antiinflamasinya dapat mengurangi nyeri
serta meningkatkan sirkulasi yang berpengaruh pada proses penyembuhan. Madu juga
merangsang tumbuhnya jaringan baru, sehingga selain mempercepat penyembuhan juga
mengurangi timbulnya parut atau bekas luka pada kulit (Said Hamad, 2007).
Bahan nanopartikel banyak digunakan pada sistem penghantaran obat terbaru pada
berbagai bentuk sediaan kosmetik dan dermatologikal. Sifat pembawa bahan nanopartikel
mempunyai berbagai keuntungan seperti mencegah hidrasi kulit, meningkatkan efek absorpsi,
meningkatkan penetrasi zat aktif dan bersifat lepas terkendali. Kitosan merupakan
Rumusan Masalah
1. Apakah madu dapat diformulasikan dalam bentuk nanopartikel menggunakan kitosan