Anda di halaman 1dari 3

Yuk, Main, Yuk!

“Ayo sana pergi bermain!” sergah Nani yang sedang sibuk memasak pada Fikri,
anaknya, yang asyik berusaha ‘membantu’ ibunya. Lain lagi Sitta yang jengkel pada
putranya. ” Anak itu maunya main melulu, nggak pernah mau belajar.”Bagaimana
sebaiknya orang tua menyikapi bermainnya anak-anak?

Dunia anak adalah bermain. Setiap orang tua tahu bermain itu penting bagi anak.
Tapi, orang tua juga tahu anak perlu belajar keterampilan sehari-hari lain agar kelak lebih
siap menghadapi kehidupan sekolah, bermasyarakat, dan bekerja. Maka, dikenal lah
waktu untuk bermain, waktu belajar, dan waktu membantu mengerjakan pekerjaan
rumah. Susahnya, anak biasanya lebih suka bermain daripada pekerjaan lain. Bagaimana
tidak, bermain itu menyenangkan, sih.

Pentingnya Bermain
Beda bermain dan bekerja adalah pada proses dan hasil. Dalam bekerja, yang
penting adalah hasil. Tujuan bekerja adalah mencapai hasil yang diinginkan. Sedangkan
dalam bermain, yang penting adalah proses. Jika hasil tidak tercapai tidak menjadi apa.
Dalam bermain ada pelaku, alat bermain, ada aturan main, pembagian peran,
proses bermain, dan konsekuensi. Dari unsur-unsur permainan tersebut banyak yang bisa
dipelajari anak. Anak membongkar mainan barunya atau mengeksplorasi halaman
rumahnya. Anak bermain peran sebagai seorang pemimpin pasukan pembela kebenaran
atau seorang ibu yang sibuk memasak dan mengurus anak. Anak mencoba membuat
istana pasir, membangun rumah dari kursi dan kain, menggambar sambil bercerita. Anak
memencet bel atau tombol TV berulang-ulang untuk melihat reaksinya. Saat curang
dalam permainan dengan teman sebayanya, anak langsung kena hukuman dan merasakan
akibat perbuatannya melanggar aturan main. Ketika bermain anak melompat, berguling,
berlari, dan jatuh. Anak juga merasakan berbagai macam perasaan. Senang, marah,
bangga, kecewa, puas. Banyak sekali yang dialami anak ketika bermain.
Begitu kuatnya peran bermain, sampai-sampai ada terapi bermain untuk
mengatasi masalah anak (bahkan orang dewasa disarankan meluangkan waktu untuk
bermain agar hidup lebih sehat).
Pakar psikologi anak Elizabeth Hurlock menerangkan bahwa yang dipengaruhi
oleh proses bermain antara lain perkembangan fisik, dorongan berkomunikasi. Bermain
bisa menjadi penyaluran energi dan emosi, kebutuhan dan keinginan, dan sumber belajar.
Bermain bisa merangsang kreativitas. Bermain membantu anak mengenali kemampuan
dan sifat dirinya, belajar bermasyarakat, dan mengembangkan ciri kepribadian yang
diinginkan. Bermain bahkan memperkenalkan standar moral, dan peran jenis.
Jadi mengapa membedakan antara bermain dengan kegiatan lainnya? Anda bisa
memperkenalkan bagaimana mengerjakan banyak hal melalui bermain. Dengan demikian
anak belajar hal yang berguna dan tetap merasa senang.

Apa yang Perlu Disediakan?


Banyak sekali jenis permainan yang bisa dilakukan anak. Tugas orang tua adalah
membuat bermain memungkinkan untuk dilakukan. Itu berarti orang tua perlu
menyediakan kesempatan, media, alat, teman bermain, dan bimbingan. Kesempatan bisa
berupa waktu. Tetapi yang lebih penting ialah bagaimana membuat anak menikmati
setiap proses kegiatan anak yang dilakukannya. Saat menyuapi bayi, tidak ada salahnya
memberinya sendok agar anak bisa meniru Anda menyendok dan merasakan sensasi
memasukkannya ke mulut. Berantakan memang. Tapi anak Anda bermain dan belajar.
Media bermain bisa berupa ruang khusus bermain, halaman rumah, bak mandi
anak, taman bermain, atau lapangan. Anak sendiri dapat dengan mudah menjadikan
semua tempat sebagai tempatnya bermain, jika diijinkan. Bermain juga bisa dilakukan
melalui media bacaan, menulis atau menggambar. Jika anak mengerjakan sendiri maka
ia bermain aktif. Jika Anda membacakannya cerita, maka anak bermain pasif. Keduanya
sama-sama menyenangkan.
Alat bermain pun bisa berbagai macam. Di mata anak segala benda bisa menjadi
mainan. Itu berarti Anda tidak perlu ngotot mencari mainan mahal. Gunakan yang ada di
sekitar anda. Ini pun memperkenalkan anak pada fungsi benda di sekitarnya. Yang perlu
Anda jaga adalah keamanan. Hindari bahan beracun, benda tajam dan berat, serta listrik.
Teman bermain perlu Anda perhatikan keberadaannya. Anak bisa bermain dengan
hampir siapa saja: orang dewasa, saudaranya yang lebih tua, teman sebaya, bahkan teman
khayalan. Keragaman teman bermain akan sangat membantu sosialisasinya, terutama
teman sebaya.
Bimbingan diperlukan agar anak dapat menjadikan pengalaman bermainnya
menjadi suatu pelajaran yang berguna dalam kehidupan; Anda membimbing anak makan
dengan benar. Anda menjelaskan kenapa setiap orang harus mematuhi aturan main, jika
tidak maka ada hukumannya. Membimbing adalah mengarahkan, bukan membatasi.
Maka, alih-alih melarang anak memanjat pohon karena khawatir ia jatuh, ingatkanlah
agar berhati-hati karena jatuh itu sakit. Jika ingin membatasi karena alasan keamanan,
maka luangkanlah waktu untuk menerangkan dan menjawab pertanyaannya. Dengan cara
demikian anak melakukan eksplorasi, bersama Anda.

Permainan Macam Apa?


Pilihlah permainan yang memungkinkan anak melakukan beberapa atau salah satu
dari hal berikut ini:
1. Meniru
Meniru ayah, ibu, dokter, atau seorang membuat anak mengerti peran dan perasaan
orang. Ini sangat berguna
2. Bereksplorasi
3. Menguji
4. Membangun/menciptakan
5. Signifikansi bermain: penyesuaian pribadi dan sosial

Anda mungkin juga menyukai