Oleh:
Shelly Lavenia S.
G99141127
Mifta Wiraswesti
G99141133
Rizky Saraswati I.
G99141129
G99141134
Rizky Masah
G99141130
Muh. Luthfiyanto
G99141135
Muhammad Alfian
G99141131
Diah Nahdliana
G99141136
Pembimbing:
Dr. Reviono, dr., Sp.P (K)
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN PARU
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR.MOEWARDI
S U R AK AR TA
2014
BAB I
STATUS PENDERITA
A.
ANAMNESIS
1. Identitas Pasien
Nama Pasien
: Tn. K
Usia
: 62 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Status
: Menikah
Pekerjaan
: Kuli panggul
Agama
: Islam
Alamat
Tanggal Masuk
: 29 September 2014
Tanggal Pemeriksaan
: 29 September 2014
No. RM
: 01-26-23-96
2.
Keluhan Utama
Batuk
3.
4.
: (-)
Riwayat Hipertensi
: disangkal
: disangkal
Riwayat Alergi
: disangkal
Riwayat PenyakitJantung
: disangkal
Riwayat Mondok
asma,
lalu
6.
: disangkal
Riwayat Hipertensi
: disangkal
: disangkal
Riwayat DM
: disangkal
Riwayat Asma
: disangkal
: disangkal
: (+) 47 x 20 batang/hari =
940 batang (IB Berat)
7.
: disangkal
Riwayat Olahraga
: disangkal
B. PEMERIKSAAN FISIK
1.
Status Generalis
3.
Tanda Vital
T. darah
: 123/70 mmHg
Nadi
Respirasi
Suhu
SiO2
: 99 % dengan O2 ruang
Kulit
Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-), venectasi (-),
spidernaevi (-),hiperpigmentasi (-), hipopigmentasi (-).
4.
Kepala
Bentuk mesocephal, kedudukan kepala simetris, luka (-), rambut tidak
beruban semua, tidak mudah rontok, tidak mudah dicabut, atrofi otot
(+)
5.
Mata
Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya langsung dan
tak langsung (+/+), pupil isokor, oedem palpebra (-/-), sekret (-/-).
6.
Hidung
Nafas cuping hidung (-/-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-).
7.
Telinga
Deformitas (-/-),darah (-/-), sekret (-/-).
8.
Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-),lidah simetris, lidah tremor
(-), tonsil T1-T1, faring hiperemis (-),stomatitis (-), mukosa pucat (-),
gusi berdarah (-), papil lidah atrofi (-).
9.
Leher
Simetris, trakea ditengah, JVP tidak meningkat,limfonodi tidak
membesar, nyeri tekan (-), benjolan (-), kaku (-).
10. Thoraks
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
b. Paru (anterior)
Inspeksi statis
Palpasi
Perkusi
: sonor/sonor
Auskultasi
Inspeksi statis
Palpasi
Perkusi
: sonor/sonor.
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
12. Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
: tympani.
Palpasi
13. Ekstremitas
Oedem _
C.
Akral dingin
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
: 12,2 gr/dl
(13,5-17,5)
Hematokrit
: 37 %
(33-45)
Antal Eritrosit
: 4,14 x 103/uL
(4,5-5,9)
Antal Leukosit
: 7,3 x 103/uL
(4,5-11,0)
Antal Trombosit
: 253 x 103/uL
(150-450)
GDS
: 85 mg/dL
(60-140)
SGOT
: 15 u/l
(<35)
SGPT
: 14 u/l
(<45)
Ureum
: 32 mg/dL
(<50)
Creatinin
: 0.7 mg/dL
(0,8-1,3)
Bilirubin total
: 0,5
KIMIA KLINIK
Bilirubin direk
Bilirubin indirek
ELEKTROLIT
Natrium darah
: 136 mmol/L
(136-145)
Kalium darah
: 4,4 mmol/L
(3,7-5,4)
Chlorida darah
: 1.06 mmol/L
(1,17-1,29)
SEROLOGI HEPATITIS
HbSAg
: non reactive
: 7.417
(7.310-7.420)
BE
: 6.2 mmol/L
(-2 - +3)
PCO2
: 51.0 mmHg
(27.0-41.0)
PO2
: 119.9 mmHg(70.0-100.0)
Hematokrit
: 38%
(37-50)
HCO3
: 29.3 mmol/L
(21.0-28.0)
Total CO2
: 27.8 mmol/L
(19.0-24.0)
O2 Saturasi
: 98.0%
(94.0-98.0)
2. Foto Thorax
D.
RESUME
Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak 20 tahun SMRS,
sesak napas dirasakan semakin memberat.Sesak dirasakan terus menerus dan
mengganggu aktivitas selama 15 tahun. Sejak 3 hari SMRS sesak napas
bertambah berat. Sesak tidak dipengaruhi oleh cuaca dan waktu. tidak
berkurang dengan istirahat.
Pasien mengeluhkan batuk (+) bertambah sering sejak 3 hari SMRS,
berdahak (+) warna kuning kental, mengi (+), demam (-), penurunan berat
badan (-), keringat malam (-), penurunan nafsu makan (-), mual muntah (-),
BAB dan BAK dalam batas normal.
Pasien mulai berobat ke RSDM akibat sesaknya tahun 2006. Pasien
rutin Kontrol di RSDM setiap obatnya habis (Ventolin MDI, Fluhas 125mg,
Kapsul aminophilin100mg, Iobutama 1mg). Pasien pernah mondok di RSDM
pada tahun 2006.Riwayat penggunaan kayu bakar untuk memasak sudah >20
tahun.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tensi 165/100mmHg, nadi
112x/menit, respiration rate 32x/menit, suhu 36,70C per aksiler. Pada
pemeriksaan inspeksi didapatkan dinding dada kanan = kiri, pengembangan
dada kanan = kiri, palpasi didapatkan fremitus raba kanan = kiri, untuk
perkusi didapatkan sonor pada kedua paru, pada auskultasi didapatkan suara
dasar vesikuler paru, suara tambahan, ronki basah kasar, dan wheezing.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan AL13.7 x 103/uL, GDS 141
mg/dL, Kreatinin 0.6 mg/dL, Kalium darah 3.5 mmol/L, Ion kalsium 1.16
mmol/L.Pada pemeriksaan radiologis pada Pulmo tampak gambaran honey
comb appearance dengan infiltrat di kedua lapang paru.Sinus costophrenicus
kanan dan kiri anterior posterior tumpul. Dari hasil anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang hasil pemeriksaan tersebut mengarah ke
diagnosis PPOK.
E. USULAN PEMERIKSAAN
1. Spirometribila stabil
F. DIAGNOSIS BANDING
1.
2.
3.
G. DIAGNOSIS
PPOK eksaserbasi akut disertai CAP port 90 KR IV GR III dengan masalah
hiperglikemik dan hipokalemi
H. TERAPI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
I. PROGNOSA
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad sanam
: dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia
10
J. FOLLOW UP
1. DPH 0 (17 September 2014, 12.30)
S : Sesak napas
O:
Keadaan
umum
sakit
sedang,
Compos
Mentis
E4V5M6,
gizikesankurang.
Tekanan darah : 165/100 mmHg
Nadi
Respirasi
Suhu
SiO2
: 90 % dengan O2 ruangan
Thoraks
Paru (anterior)
Inspeksistatis
Inspeksidinamis
Palpasi
Perkusi
: sonor/sonor
Auskultasi
Paru (posterior)
Inspeksistatis
Palpasi
Perkusi
: sonor/sonor.
Auskultasi
CAP port 90 KR IV GR II
P: -
Sputum Mo/Gr/K/R
Cek GDP G2PP
11
Respirasi
Suhu
SiO2
: 98% (2 lpm)
Thoraks
Paru (anterior)
Inspeksistatis
Inspeksidinamis
Palpasi
Perkusi
: sonor/sonor
Auskultasi
Paru (posterior)
Inspeksistatis
Palpasi
Perkusi
: sonor/sonor.
Auskultasi
: 11,3 gr/dl
(12,1-17,6)
Hematokrit
: 32%
(33-45)
Antal Eritrosit
: 3,80 x 103/uL
(4,5-5,90)
Antal Leukosit
: 6,8 x 103/uL
(4,5-11,0)
Antal Trombosit
: 355 x 103/uL
(150-450)
12
Golongan Darah
:A
GDS
: 93 mg/dL
(60-140)
GDP
: 91 mg/dL
(70-110)
G2PP
: 101 mg/dL
(80-140)
SGOT
: 41 u/l
(<35)
SGPT
: 29 u/l
(<45)
Albumin
: 2,4 g/dL
(3.5 5.2)
Ureum
: 15 mg/dL
(<50)
Creatinin
: 0.5 mg/dL
(0,9-1,3)
Natrium darah
: 133 mmol/L
(136-145)
Kalium darah
: 3.7 mmol/L
(3,3-5,1)
Ion kalsium
: 100 mmol/L
(98-106)
HbSAg
: non reactive
Terapi :
1. Diet TKTP 1700 kkal
2. O2 2 lpm
3. Infus NaCl 0.9% 20 tpm
4. Nebu F : I 1mg: 0,25 ml/6 jam
5. Injeksi Ceftriaxone 2gr/24 jam
6. Injeksi Ranitidine 50 mg/12 jam
7. Injeksi Dexamethason 5 mg/8 jam
8. Azitromycin 1 x 500 mg
9. NAC 3 x 200mg
10. Aspark 2x1
Planning : - Sputum Mo/Gr/K/R
- GDS, GDP, G2PP
13
: 120/70mmHg.
Nadi
Respirasi
Suhu
SiO2
Thoraks
Paru (anterior )
Inspeksi statis
Palpasi
Perkusi
: sonor/sonor
Auskultasi
Wheezing (-/-)
Paru (posterior )
Inspeksistatis
Palpasi
Perkusi
: sonor/sonor.
Auskultasi
Wheezing (-/-)
Assesment : - PPOK eksaserbasi akut
- CAP port 90 KR IV Grade III
Terapi :
1.
2.
3.
4.
5.
14
6. Injeksi Ceftriaxon 2 g
7. Injeksi Ranitidine 1 ampul/12 jam
8. Azitromisin 1x500 mg
9. NAC 3 x200 mg
10. Aspark 2 x1
Planning : - Sputum Mo/Gr/K/R
- Cek GDP G2PP
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK)
1. PENGERTIAN
PPOK adalah kependekan dari Penyakit Paru Obstruksi Kronik
yang merupakan penyakit paru yang bersifat progresif atau memburuk dari
waktu ke waktu ditandai oleh adanya hambatan aliran udara dan bersifat
ireversible berkaitan dengan respon onflamasi paru terhadap artikel atau
zat berbahaya dari luar. (NHLBI).
15
16
tahanan
aliran
udara
yang
meningkat
akibat
fibrosis
serta
2) Pemeriksaan Fisik
PPOK dini umumnya tidak ada kelainan
a) Inspeksi
- Pursed - lips breathing (mulut setengah
c)
terkatup
mencucu)
Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal
sebanding)
Penggunaan otot bantu napas
Hipertropi otot bantu napas
Pelebaran sela iga
Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena
untuk
menilai
beratnya
PPOK
dan
atau
tidak
Apabila
spirometri
tidak
tersedia
Uji bronkodilator
-
Foto
toraks
PA dan
lateral
berguna
untuk
20
vii. Elektrokardiografi
Mengetahui komplikasi pada jantung yang ditandai
oleh Pulmonal dan hipertrofi ventrikel kanan.
viii. Ekokardiografi
Menilai funfsi jantung kanan
ix. Bakteriologi
Pemerikasaan bakteriologi sputum pewarnaan Gram
dan kultur resistensi diperlukan untuk mengetahui pola
kuman dan untuk memilih antibiotik yang tepat. Infeksi
saluran
napas
berulng
merupakan
penyebab
21
utama
Asma : onset awal sering pada anak, gejala bervariasi dari hari ke
hari, disertai atopi, rinitis, riwayat keluarga dengan asma, sebagian
besar reversibel
b.
c.
d.
7. KLASIFIKASI
22
8.
KOMPLIKASI
Komplikasi pada PPOK merupakan bentuk perjalanan penyakit
yang progresif dan tidak sepenuhnya reversibel seperti
a.
Gagal nafas kronik maupun akut. Gagal nafas kronik ditandai oleh
analisis gas darah PO2 < 60 mmHg dan PCO2 >60mmHg dan pH
normal. Sedangkan gagal nafas akut ditandai oleh sesak nafas dengan
atau tanpa sianosis, sputum bertambah dan purulen, demam,
kesadaran menurun.
23
a. Edukasi
Edukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan jangka
panjang pada PPOK stabil. Edukasi pada PPOK berbeda dengan
edukasi pada asma. Karena PPOK adalah penyakit kronik yang
ireversibel dan progresif, inti dari edukasi adalah menyesuaikan
keterbatasan aktivitas dan mencegah kecepatan perburukan fungsi
paru. Berbeda dengan asma yang masih bersifat reversibel,
menghindari pencetus dan memperbaiki derajat adalah inti dari edukasi
atau tujuan pengobatan dari asma.Bahan dan cara pemberian edukasi
harus disesuaikan dengan derajat berat penyakit, tingkat pendidikan,
lingkungan sosial, kultural dan kondisi ekonomi penderita.Secara
umum bahan edukasi yang harus diberikan adalah
1) Pengetahuan dasar tentang PPOK
2) Obat - obatan, manfaat dan efek sampingnya
3) Cara pencegahan perburukan penyakit
4) Menghindari pencetus (berhenti merokok)
5) Penyesuaian aktivitas
Agar edukasi dapat diterima dengan mudah dan dapat
dilaksanakan ditentukan skala prioritas bahan edukasi sebagai berikut :
1) Berhenti merokok
2) Pengunaan obat - obatan
3) Penggunaan oksigen
4) Mengenal dan mengatasi efek samping obat atau terapi oksigen
5) Penilaian dini eksaserbasi akut dan pengelolaannya
6) Mendeteksi dan menghindari pencetus eksaserbasi
7) Menyesuaikan kebiasaan hidup dengan keterbatasan aktivitas
Pemberian edukasi berdasar derajat penyakit :
1) Ringan
- Penyebab dan pola penyakit PPOK yang ireversibel
- Mencegah
penyakit
menjadi
berat
24
dengan
menghindari
Bronkodilator
Diberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis
bronkodilator dan disesuaikan dengan klasifikasi derajat berat
penyakit. Pemilihan bentuk obat diutamakan inhalasi, nebuliser
tidak dianjurkan pada penggunaan jangka panjang. Pada derajat
berat diutamakan pemberian obat lepas lambat ( slow release ) atau
obat berefek panjang ( long acting ).
Macam - macam bronkodilator :
a) Golongan antikolinergik
Digunakan pada derajat ringan sampai berat, disamping
sebagai
bronkodilator
juga
mengurangi
sekresi
lendir
25
Antiinflamasi
Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral
atau injeksi intravena, berfungsi menekan inflamasi yang terjadi,
dipilih golongan metilprednisolon atau prednison. Bentuk inhalasi
sebagai terapi jangka panjang diberikan bila terbukti uji
kortikosteroid
positif
yaitu
terdapat
perbaikan
VEP1
Antibiotika
Hanya diberikan bila terdapat infeksi. Antibiotik yang
digunakan :
- Lini I
: amoksisilin, makrolid
- Lini II
: amoksisilin
dan
asam
26
klavulanat,
Antioksidan
Dapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualiti
hidup, digunakan N - asetilsistein. Dapat diberikan pada PPOK
dengan eksaserbasi yang sering, tidak dianjurkan sebagai
pemberian yang rutin
Mukolitik
Hanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena
akan mempercepat perbaikan eksaserbasi, terutama pada bronkitis
kronik dengan sputum yang viscous. Mengurangi eksaserbasi pada
PPOK bronkitis kronik, tetapi tidak dianjurkan sebagai pemberian
rutin.
Antitusif
Diberikan dengan hati hati.
c. Terapi Oksigen
Pada PPOK terjadi hipoksemia progresif dan berkepanjangan
yang menyebabkan kerusakan sel dan jaringan. Pemberian terapi
oksigen merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan
oksigenasi seluler dan mencegah kerusakan sel baik di otot maupun
organ - organ lainnya.Indikasi:
- Pao2 < 60mmHg atau Sat O2 < 90%
- Pao2 diantara 55 - 59 mmHg atau Sat O2 > 89% disertai Kor
Pulmonal, perubahan P pullmonal, Ht >55% dan tanda-tanda gagal
jantung kanan, sleep apnea, penyakit paru lain
Terapi oksigen dapat dilaksanakan di rumah maupun di rumah
sakit. Terapi oksigen di rumah diberikan kepada penderita PPOK stabil
derajat berat dengan gagal napas kronik. Sedangkan di rumah sakit
oksigen diberikan pada PPOK eksaserbasi akut di unit gawat daruraat,
ruang rawat ataupun ICU. Pemberian oksigen untuk penderita PPOK
yang dirawat di rumah dibedakan :
27
28
Sedangkan
peradangan
paru
yang
disebabkan
oleh
nonmikroorganisme (bahan kimia, radiasi, aspirasi bahan toksik, obatobatan dan lain-lain) disebut pneumonitis (PDPI, 2014).
Sedangkan pneumonia komunitas adalah peradangan akut pada
parenkim paru yang didapat di masyarakat. Pneumonia komunitas sering
terjadi dan biasanya serius, berhubungan dengan angka kesakitan dan
kematian, khususnya usia lanjut dan pasien dengan komorbid (File et al,
2013).
29
2. Etiologi
Pneumonia
mikroorganisme,
dapat
yaitu
disebabkan
bakteri,
oleh
virus,
berbagai
jamurdan
macam
protozoa.
Dari
permukaan
epitel
saluran
30
napas.
Ada
beberapa
cara
sitoplasmik
mengelilingi
bakteri
tersebut
kemudian
dimakan. Pada waktu terjadi peperangan antara host dan bakteri maka
akan tampak 4 zona pada daerah parasitik terset yaitu :
1. Zona luar : alveoli yang tersisi dengan bakteri dan cairan edema.
2. Zona permulaan konsolidasi : terdiri dari PMN dan beberapa eksudasi
sel darah merah.
31
nosokomial
(hospital-acqiured
pneumonia
nosocomial pneumonia).
3) Pneumonia aspirasi.
4) Pneumonia pada penderita Immunocompromised pembagian ini
penting untuk memudahkan penatalaksanaan.
b. Berdasarkan bakteri penyebab
1) Pneumonia bakterial / tipikal. Dapat terjadi pada semua usia.
Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang sesorang yang
peka,
misalnya
Klebsiella
pada
penderita
alkoholik,
pada
penderita
dengan
daya
tahan
lemah
(immunocompromised).
c. Berdasarkan predileksi infeksi
1) Pneumonia lobaris. Sering pada pneumania bakterial, jarang pada
bayi dan orang tua. Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau
segmen kemungkinan sekunder disebabkan oleh obstruksi bronkus
misalnya : pada aspirasi benda asing atau proses keganasan.
32
klinik
biasanya
ditandai
dengan
demam,
redup,
pada
auskultasi
terdengar
suara
napas
pneumoniae,
Pseudomonas
aeruginosa
sering
33
Batuk-batuk bertambah
Perubahan karakteristik dahak / purulen
Suhu tubuh > 380C (aksila) / riwayat demam
Pemeriksaan fisis : ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara napas
Karakteristik penderita
Faktor demografi
34
Jumlah point
Usia : laki-laki
perempuan
Perawatan di rumah
Penyakit penyerta
Keganasan
Penyakit hati
Gagal jantung kongestif
Penyakit serebrovaskuler
Penyakit ginjal
Pemeriksaan fisis
umur (tahun) 10
+10
+30
+20
+10
+10
umur (tahun)
+10
+20
+20
+20
+15
+10
+30
+20
+20
+10
+10
+10
+10
Tabel 1. Sistem skor pada pneumonia komuniti berdasarkan PORT
Menurut American Thoracic Society (ATS),kriteria pneumonia
berat bila dijumpai 'salah satu atau lebih' kriteria di bawah ini.
Kriteria minor :
Frekuensi napas > 30/menit
Pa02/FiO2kurang dari 250 mmHg
Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral
Foto toraks paru melibatkan > 2 lobus
Tekanan sistolik < 90 mmHg
Tekanan diastolik < 60 mmHg
35
Kriteria mayor :
Membutuhkan ventilasi mekanik
Infiltrat bertambah > 50%
Membutuhkan vasopresor > 4 jam (septik syok)
Kreatinin serum > 2 mg/dl atau peningkatan > 2 mg/dI, pada
penderita riwayat penyakit ginjal atau gagal ginjal yang
membutuhkan dialisis
Berdasarkan kesepakatan PDPI, kriteria yang dipakai untuk
indikasi rawat inap pneumonia komuniti adalah :
1. Skor PORT lebih dari 70
2. Bila skor PORT kurang < 70 maka penderita tetap perlu dirawat inap
bila dijumpai salah satu dari kriteria dibawah ini.
Frekuensi napas > 30/menit
Pa02/FiO2 kurang dari 250 mmHg
Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral
Foto toraks paru melibatkan > 2 lobus
- Tekanan sistolik < 90 mmHg
- Tekanan diastolik < 60 mmHg
3. Pneumonia pada pengguna NAPZA
Kriteria perawatan intensif
Penderita yang memerlukan perawatan di Ruang Rawat Intensif
adalah penderita yang mempunyai paling sedikit 1 dari 2 gejala mayor
tertentu [membutuhkan ventalasi mekanik dan membutuhkan vasopressor
> 4 jam (syok septik)] atau 2 dari 3 gejala minor tertentu (PaO2/FiO2
kurang dari 250 mmHg, foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral,
dan tekanan sistolik < 90 mmHg). Kriteria minor dan mayor yang lain
bukan merupakan indikasi untuk perawatan Ruang Rawat Intensif.
7. Penatalaksanaan
Dalam hal mengobati penderita pneumonia perlu diperhatikan
keadaan klinisnya. Bila keadaan klinisbaik dan tidak ada indikasi rawat
dapat diobati di rumah. Juga diperhatikan ada tidaknya faktormodifikasi
yaitu
keadaan
yang
dapat
meningkatkan
risiko
infeksi
dengan
37
Evaluasi pengobatan
Jika setelah diberikan pengobatan secara empiris selama 24 - 72
jam tidak ada perbaikan, kita harusmeninjau kernbali diagnosis, faktorfaktor penderita, obat-obat yang telah diberikan dan bakteri penyebabnya.
8. Prognosis
Pada umumnya prognosis adalah baik, tergantung dari faktor
penderita, bakteri penyebab danpenggunaan antibiotik yang tepat serta
adekuat. Perawatan yang baik dan intensif sangatmempengaruhi prognosis
penyakit
pada
penderita
yang
dirawat.
Angka
kematian
39
BAB III
ANALISA KASUS
Pada kasus ini pasien didiagnosis sebagaiPPOK eksaserbasi akut.
Adapun dasar diagnosis pasien ini adalah :
1. Anamnesis:
Dari anamnesis didapatkan pasien datang dengan keluhan utama sesak
nafas yang dirasakan sejak 20 tahun yang lalu. Sesak nafas dirasakan semakin
bertambah berat dan mengganggu aktivitas mulai tahun 2000. Pasien mulai
memeriksakan sesak nafasnya pada tahun 2006 ke RSDM. Pasien rutin
mengontrol sesaknya ke RSDM setiap obat habis.
Pasien merasakan sesak yang semakin berat 3 hari SMRS. Sesak tidak
dipengaruhi oleh cuaca dan waktu. Sesak tidak berkurang dengan istirahat.
Pasien juga merasakan batuk yang bertambah sering akhir-akhir ini, berdahak
(+) warna kuning kental. Demam (-), penurunan berat badan (-),penurunan
nafsu makan (-), mual (-), muntah (-), BAB dan BAK dbn.
2. Pemeriksaan Fisik :
a. Tekanan darah
: 165/100 mmHg
b. Nadi
c. Respirasi
d. Suhu
e. Saturasi
: 88 % dengan O2 3 lpm
Paru (anterior )
Inspeksi statis
Inspeksi dinamis
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
:
:
:
:
:
Paru (posterior )
40
Inspeksi statis
Inspeksi dinamis
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
:
:
:
:
:
3. Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan rontgen thorax :
Hasil pemeriksaan foto thorax PA Lateral, 17 September 2014 :
Foto dengan identitas Tn.AS70 tahun. Foto diambil di ruang radiologi RSUD
Dr.Moewardi Surakarta. Foto thorax dengan proyeksi PA dan lateral.
Kekerasan cukup, simetris.Trakea terletak di tengah. Sistema tulang baik.
Cor
silier
mempersulit
proses
ekspektorasi,
pada
akhirnya
akan
menyebabkan obstruksi saluran nafas pada saluran nafas yang kecil dengan
diameter < 2 mm dan air trapping pada emfisema paru. Proses ini kemudian akan
berlanjut kepada abnormalitas perbandingan ventilasi : perfusi yang pada tahap
lanjut dapat berupa hipoksemia arterial dengan atau tanpa hiperkapnia.
Progresifitas ini berlanjut kepada hipertensi pulmonal dimana abnormalitas
perubahan gas yang berat telah terjadi. Faktor konstriksi arteri pulmonalis sebagai
respon dari hipoksia, disfungsi endotel dan remodeling arteri pulmonalis
42
(hipertropi dan hiperplasi otot polos) dan destruksi Pulmonary capillary bad
menjadi faktor yang turut memberikan kontribusi terhadap hipertensi pulmonal.
43
DAFTAR PUSTAKA
ATS Statement. Standars for the diagnostic and care of patient with chronic
obstructive disease. Am J Respir crit Care Med 1995; 152:S77-120.
BTS. Guidelines for the management of chronic obstructive pulmonary disease.
Thorax 1997;52:S1-25.
COPD International. COPD Statistical Information. 2004.
COPD: Working towards a greater understanding. Chest 2000;117:325S-01S.
Mechanisme and management of COPD. Chest 1998;113;233S-87S.
COPD:Clearing the air. Chest 2000;117:1S-69S.
Snow V,Lascher S. Pilson CH. The evidence base for management of acute
exacerbations of COPD. Chest 2001;119:118-9.
Global Initiative for Chronic obstructive lung Disease (GOLD). Global strategy
for the diagnosis, management, and prevention of chronic obstructive
pulmonary disease. National Institute of health. National Heart, Lung, and
Blood Insitute, Update 2003.
Global Initiative for Chronic obstructive lung Disease (GOLD). Pocket guide to
COPD diagnosis, management and prevention. . National Institute of health.
National Heart, Lung, and Blood Insitute, Update July, 2003.
Global Initiative for Chronic obstructive lung Disease (GOLD). Global strategy
for the diagnosis, management, and prevention of chronic obstructive
pulmonary disease. National Institute of health. National Heart, Lung, and
Blood Insitute, Update 2009.
File TM, Bartlett JG, Thomer A. Treatment of Community-aqcuired pneumonia in
adults
who
require
hospitalization
2013,diunduh
dari