Anda di halaman 1dari 27

Presentasi Kasus

ILMU KESEHATAN MATA


SEORANG LAKI-LAKI 55 TAHUN DENGAN KATARAK MATUR

Oleh:
Gunung Mahameru

G99141077

Aga Suganda

G99141078

Paramita Stella

G99141079

Endang Susilowati N

G99141080

Dyah Mustikaningtyas D

G99141081

Pembimbing :
dr. Djoko Susianto, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2015
1

STATUS PENDERITA
I.

IDENTITAS
Nama

: Tn. S

Umur

: 55 Tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Suku

: Jawa

Kewarganegaraan: Indonesia
Agama

: Islam

Pekerjaan

: Buruh

Alamat

: Karanganyar, Jawa Tengah

Tgl pemeriksaan : 4 September 2015


No. CM

: 01310889

II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama:
Pandangan terasa semakin kabur
B. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien merupakan pasien poli yang rutin control dengan keluhan
pandangan mata kabur sejak sekitar 8 bulan sebelum masuk rumah sakit.
Pandangan kabur dirasakan terus menerus sepanjang hari dan menetap
dan lama-kelamaan terasa semakin kabur selamaa kurun waktu 8 buan
tersebut. Pasien merasa terdapat kabut (bruwet), tidak merasa melihat
pelangi, maupun bintik pada pandangannya, pasien terkadang merasa
silau jika terkena cahaya. penglihatan yang turun mendadak seperti
tertutup tirai disangkal. Mata merah (-), Mata terasa gatal (-), cekot-cekot
(-), nyeri (-), nyerocos (-), blobok (-), terasa mengganjal (-).
C. Riwayat Penyakit Dahulu
1.

Riwayat hipertensi

: (-)

2.

Riwayat kencing manis

: (+) tidak rutin kontrol

3.

Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal

4.

Riwayat trauma mata

: disangkal

5.

Riwayat kacamata

: disangkal

D. Riwayat Penyakit Keluarga


1.

Riwayat hipertensi

: disangkal

2.

Riwayat kencing manis

: disangkal

3.

Riwayat sakit serupa

: disangkal

D. Kesimpulan Anamnesis

Proses
Lokalisasi
Sebab
Perjalanan
Komplikasi

OD

OS

Kekeruhan lensa
lensa
katarak
kronis
Penurunan visus hingga
kebutaan

Kekeruhan lensa
lensa
katarak
kronis
Penurunan visus
hingga kebutaan

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. Kesan umum
Status Generalis
Keadaan umum

: baik, Compos mentis

Tekanan darah

: 110/80 mmHg

Nadi

: 75 x/menit

Respiratory rate

: 20 x/menit

Suhu

: 36,80C

B. Pemeriksaan subyektif
OD
A. Visus Sentralis
1. Visus sentralis jauh
a. pinhole
b. koreksi
2. Visus sentralis dekat
B. Visus Perifer
1. Konfrontasi tes
2. Proyeksi sinar
3. Persepsi warna

OS

1/~
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

6/15
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

C. Pemeriksaan Obyektif
1. Sekitar mata
a. tanda radang
b. luka
c. parut
d. kelainan warna
e. kelainan bentuk
2. Supercilia
a. warna
b. tumbuhnya
c. kulit
d. gerakan

OD
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

OS
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Hitam
Normal
Sawo matang
Dalam batas normal

Hitam
Normal
Sawo matang
Dalam batas normal

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat

Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat

3. Pasangan bola mata dalam orbita

a. heteroforia
b. strabismus
c. pseudostrabismus
d. exophtalmus
e. enophtalmus
4. Ukuran bola mata
a. mikroftalmus
b. makroftalmus
c. ptisis bulbi
d. atrofi bulbi
5. Gerakan bola mata
a. temporal
b. temporal superior
c. temporal inferior
d. nasal
e. nasal superior
f. nasal inferior
6. Kelopak mata

a. pasangannya
1.) edema
2.) hiperemi
3.) blefaroptosis
4.) blefarospasme
b. gerakannya
1.) membuka
2.) menutup
c. rima
1.) lebar
2.) ankiloblefaron
3.) blefarofimosis
d. kulit
1.) tanda radang
2.) warna
3.) epiblepharon
4.) blepharochalasis
e. tepi kelopak mata
1.) enteropion
2.) ekteropion
3.) koloboma
4.) bulu mata
7. sekitar glandula lakrimalis
a. tanda radang
b. benjolan
c. tulang margo tarsalis
8. Sekitar saccus lakrimalis
a. tanda radang
b. benjolan
9. Tekanan intraocular
a. palpasi
b. tonometri schiotz
10. Konjungtiva
a. konjungtiva palpebra superior
1.) edema
2.) hiperemi
3.) sekret
4.) sikatrik
b. konjungtiva palpebra inferior
1.) edema
2.) hiperemi
3.) sekret
4.) sikatrik
c. konjungtiva fornix

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak tertinggal
Tidak tertinggal

Tidak tertinggal
Tidak tertinggal

10 mm
Tidak ada
Tidak ada

10 mm
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Sawo matang
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Sawo matang
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Dalam batas normal

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Dalam batas normal

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada kelainan

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada kelainan

Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada

15 mmHg
Tidak dilakukan

15 mmHg
Tidak dilakukan

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

1.) edema
2.) hiperemi
3.) sekret
4.) benjolan
d. konjungtiva bulbi
1.) edema
2.) hiperemis
3.) sekret
4.) injeksi konjungtiva
5.) injeksi siliar
e. caruncula dan plika
semilunaris
1.) edema
2.) hiperemis
3.) sikatrik
11. Sclera
a. warna
b. tanda radang
c. penonjolan
12. Kornea
a. ukuran
b. limbus
c. permukaan
d. sensibilitas
e. keratoskop ( placido )
f. fluorecsin tes
g. arcus senilis
13. Kamera okuli anterior
a. kejernihan
b. kedalaman
14. Iris
a. warna
b. bentuk
c. sinekia anterior
d. sinekia posterior
15. Pupil
a. ukuran
b. bentuk
c. letak
d. reaksi cahaya langsung
e. tepi pupil
16. Lensa
a. ada/tidak
b. kejernihan

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Putih
Tidak ada
Tidak ada

Putih
Tidak ada
Tidak ada

12 mm
Jernih
Kurang jernih
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak Ada

12 mm
Jernih
Kurang jernih
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak Ada

Jernih
Dalam

Jernih
Dalam

Cokelat
Tampak lempengan
Tidak tampak
Tidak tampak

Cokelat
Tampak lempengan
Tidak tampak
Tidak tampak

3 mm
Bulat
Sentral
Positif
Tidak ada kelainan

3 mm
Bulat
Sentral
Positif
Tidak ada kelainan

Ada
keruh

Ada
keruh

c. letak
e. shadow test
17. Corpus vitreum
a. Kejernihan
b. Reflek fundus

Sentral
-

Sentral
-

Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

IV. KESIMPULAN PEMERIKSAAN


A.
Visus sentralis jauh
B.
Visus perifer
Konfrontasi tes
Proyeksi sinar
Persepsi warna
C.
Sekitar mata
D.
Supercilium
E.
Pasangan bola mata
dalam orbita
F.
Ukuran bola mata
G.
Gerakan bola mata
H.
Kelopak mata
I.
Sekitar saccus
lakrimalis
J.
Sekitar glandula
lakrimalis
K.
Tekanan
intarokular
L.
Konjungtiva
palpebra
M.
Konjungtiva bulbi
N.
Konjungtiva fornix
O.
Sklera
P.
Kornea
Q.
Camera okuli
anterior
R.
Iris
S.
Pupil
T.
U.

Lensa
Corpus vitreum

OD
1/~

OS
6/15

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Baik
Baik
Dalam batas normal
Dalam batas normal
Dalam batas normal

Baik
Baik
Dalam batas normal
Dalam batas normal
Dalam batas normal

Dalam batas normal


Dalam batas normal
Dalam batas normal
Dalam batas normal

Dalam batas normal


Dalam batas normal
Dalam batas normal
Dalam batas normal

Dalam batas normal

Dalam batas normal

Dalam batas normal

Dalam batas normal

Dalam batas normal

Dalam batas normal

Dalam batas normal


Dalam batas normal
Dalam batas normal
Dalam batas normal
Kesan normal

Dalam batas normal


Dalam batas normal
Dalam batas normal
Dalam batas normal
Kesan normal

Bulat, warna coklat


Diameter 3 mm, bulat, sentral

Bulat, warna coklat


Diameter 3 mm, bulat,
sentral
Keruh, shadow test (-)
Dalam batas normal

Keruh, shadow test (-)


Dalam batas normal

V. DIAGNOSIS BANDING
1.
2.
3.

Katarak ODS Senilis matur


Retinopati diabetikum
Age Related Makula Degeneration

VI. DIAGNOSIS
Katarak ODS Senilis matur
8

VII. PLANNING
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Acc mondok pro operasi katarak OD dahulu


Informed consent
Rencana ekstraksi katarak dengan LA oculi dekstra
Cek lab darah rutin dan kimia darah
Konsul interna
Konsul Jantung
Pro keratometri
Pro biometri

VIII. PROGNOSIS
1. Ad vitam
2. Ad fungsionam
3. Ad sanam
4. Ad kosmetikum

OD
Dubia et bonam
Dubia et bonam
Dubia et bonam
Dubia et bonam

OS
Dubia
Dubia
Dubia
Dubia

GAMBARAN KLINIS PADA PASIEN

TINJAUAN PUSTAKA KATARAK SENILIS


A.

LATAR BELAKANG
Katarak berasal dari bahasa Yunani (Katarrhakies), Inggris (Cataract), dan
Latin (Cataracta) yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut
bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh.
Katarak ialah setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan lensa) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduaduanya. Katarak kerap disebut-sebut sebagai penyebab kebutaan nomor satu
di

Indonesia.

Bahkan,

mengacu

pada

data World

Health

Organization (WHO), katarak menyumbang sekitar 48% kasus kebutaan di


dunia1,2,4.
B.

ANATOMI LENSA
Lensa berbentuk bikonveks dan transparan. Lensa menyumbang kekuatan
refraksi sebanyak 15-20 dioptri dalam penglihatan. Kutub anterior dan
posterior lensa dihubungkan oleh garis khayal yang disebut axis, sedangkan
equator merupakan garis khayal yang mengelilingi lensa. Lensa merupakan
struktur yang tidak memiliki pembuluh darah dan tidak memiliki pembuluh
limfe. Di dalam mata, lensa terfiksir pada serat zonula yang berasal dari
badan silier. Serat zonula tersebut menempel dan menyatu dengan lensa pada
bagian anterior dan posterior dari kapsul lensa. Kapsul ini merupakan
membran dasar yang melindungi nukleus, korteks dan epitel lensa.
Kapsul lensa merupakan membran dasar yang elastis dan transparan
tersusun dari kolagen tipe IV yang berasal dari sel-sel epitel lensa. Kapsul ini
mengandung isi lensa serta mempertahankan bentuk lensa pada saat
akomodasi.Bagian paling tebal kapsul berada di bagian anterior dan posterior
zona pre-equator dan bagian paling tipis berada di bagian tengah kutub
posterior.

10

Lensa terfiksir oleh serat zonula yang berasal dari lamina basal pars plana
dan pars plikata badan silier. Serat-serat zonula ini menyatu dengan lensa
pada bagian anterior dan posterior kapsul lensa.
Tepat di belakang kapsul anterior lensa terdapat satu lapis sel-sel epitel.
Sel-sel epitel ini dapat melakukan aktivitas seperti yang dilakukan sel-sel
lainnya,seperti sintesis DNA, RNA, protein dan lipid. Sel-sel tersebut juga
dapat membentuk ATP untuk memenuhi kebutuhan energi lensa. Sel-sel epitel
yang baru terbentuk akan menuju equator lalu berdiferensiasi menjadi serat
lensa4.
Sel-sel berubah menjadi serat, lalu serat baru akan terbentuk dan akan
menekan serat-serat lama untuk berkumpul di bagian tengah lensa. Serat-serat
paling tua yang terbentuk merupakan lensa fetus yang diproduksi pada fase
embrionik dan masih menetap hingga sekarang. Serat-serat yang baru akan
membentuk korteks dari lensa 5,7.
Fisiologi Lensa
Lensa tidak memiliki pembuluh darah maupun sistem saraf. Untuk
mempertahankan kejernihannya, lensa harus menggunakan aqueous humor
sebagai penyedia nutrisi dan sebagai tempat pembuangan produknya. Namun
hanya sisi anterior lensa saja yang terkena aqueous humor. Oleh karena itu,
sel-sel yang berada di tengah lensa membangun jalur komunikasi terhadap
lingkungan luar lensa dengan membangun low-resistance gap junction
antarsel.
Lensa normal mengandung 65% air, dan jumlah ini tidak banyak berubah
seiring bertambahnya usia. Sekitar 5% dari air di dalam lensa berada di
ruangan ekstrasel. Konsentrasi sodium di dalam lensa adalah sekitar 20M
dan potassium sekitar 120M. Konsentrasi sodium di luar lensa lebih tinggi
yaitu sekitar 150M dan potasium sekitar 5M.
Keseimbangan elektrolit antara lingkungan dalam dan luar lensa sangat
tergantung dari permeabilitas membran sel lensa dan aktivitas pompa sodium,
Na+, K+-ATPase. Inhibisi Na+, K+-ATPase dapat mengakibatkan hilangnya
keseimbangan elektrolit dan meningkatnya air di dalam lensa. Keseimbangan

11

kalsium juga sangant penting bagi lensa. Konsentrasi kalsium di dalam sel
yang normal adalah 30M, sedangkan di luar lensa adalah sekitar 2M.
Perbedaan konsentrasi kalsium ini diatur sepenuhnya oleh pompa kalsium
Ca2+-ATPase. Hilangnya keseimbangan kalsium ini dapat menyebabkan
depresi metabolisme glukosa, pembentukan protein high-molecular-weight
dan aktivasi protease destruktif. Transpor membran dan permeabilitas sangat
penting untuk kebutuhan nutrisi lensa. Asam amino aktif masuk ke dalam
lensa melalui pompa sodium yang berada di sel epitel. Glukosa memasuki
lensa secara difusi terfasilitasi, tidak langsung seperti sistem transport aktif
8,10

.
Lensa memiliki kemampuan untuk mencembung dan menambah kekuatan

refraksinya, yang disebut dengan daya akomodasi lensa. Mekanisme yang


dilakukan mata untuk merubah fokus dari benda jauh ke benda dekat disebut
akomodasi. Akomodasi terjadi akibat perubahan lensa oleh aksi badan silier
terhadap serat serat zonula. Setelah umur 30 tahun, kekakuan yang terjadi di
nukleus lensa secara klinis mengurangi daya akomodasi. Saat otot silier
berkontraksi, serat zonular relaksasi mengakibatkan lensa menjadi lebih
cembung. Ketika otot silier berkontraksi, ketebalan axial lensa meningkat,
kekuatan dioptri meningkat, dan terjadi akomodasi. Saat otot silier relaksasi,
serat zonular menegang, lensa lebih pipih dan kekuatan dioptri menurun.
Terjadinya akomodasi dipersarafi oleh saraf simpatik cabang nervus III
(okulomotorius).

Obat-obat

parasimpatomimetik

(pilokarpin)

memicu

akomodasi, sedangkan obat-obat parasimpatolitik (atropine) memblok


akomodasi. Obat-obatan yang menyebabkan relaksasi otot silier disebut
cycloplegik4,5,6.

12

Gambar 1. Lensa yang mengalami katarak


C.

DEFINISI
Katarak termasuk golongan kebutaan yang tidak dapat dicegah
tetapi dapat disembuhkan. Definisi katarak menurut WHO adalah kekeruhan
yang terjadi pada lensa mata, yang menghalangi sinar masuk ke dalam mata.
Katarak terjadi karena faktor usia, namun juga dapat terjadi pada anak-anak
yang lahir dengan kondisi tersebut. Katarak juga dapat terjadi setelah trauma,
inflamasi atau penyakit lainnya. Katarak senilis adalah semua kekeruhan
lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun1,5,9.
Katarak merupakan penyebab kebutaan utama yang dapat diobati
di dunia pada saat ini. Sebagian besar katarak timbul pada usia tua sebagai
akibat pajanan terus menerus terhadap pengaruh lingkungan dan pengaruh
lainnya seperti merokok, radiasi ultraviolet, dan peningkatan kadar gula
darah. Katarak ini disebut sebagai katarak senilis (katarak terkait usia).
Sejumlah kecil berhubungan dengan penyakit mata (glaukoma, ablasi,
retinitis pigmentosa, trauma, uveitis, miopia tinggi, pengobatan tetes mata
steroid, tumor intraokular) atau penyakit sistemik spesifik (diabetes,
galaktosemia, hipokalsemia, steroid atau klorpromazin sistemik, rubela
kongenital, distrofi miotonik, dermatitis atopik, sindrom Down, katarak
turunan, radiasi sinar X) 4,8,9

D.

EPIDEMIOLOGI

13

Menurut WHO di negara berkembang 1-3% penduduk mengalami


kebutaaan dan 50% penyebabnya adalah katarak. Sedangakan untuk negara
maju sekitar 1,2% penyebab kebutaan adalah katarak. Menurut survei Depkes
RI tahun 1982 pada 8 Propinsi, prevalensi kebutaan bilateral adalah 1,2% dari
seluruh penduduk, sedangkan prevalensi kebutaan unilateral adalah 2,1% dari
seluruh penduduk.
Penelitian-penelitian di Amerika Serikat mengidentifikasi adanya katarak
pada sekitar 10% orang, dan angka kejadian ini meningkat hingga sekitar
50% untuk mereka yang berusia antara 65 sampai 74 tahun, dan hingga
sekitar 70% untuk mereka yang berusia lebih dari 75 tahun. Sperduto dan
Hiller menyatakan bahwa katarak ditemukan lebih sering pada wanita
dibanding pria. Pada penelitian lain oleh Nishikori dan Yamomoto, rasio pria
dan wanita adalah 1:8 dengan dominasi pasien wanita yang berusia lebih dari
65 tahun dan menjalani operasi katarak
E.

ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI


Penyebab terjadinya katarak senilis hingga saat ini belum diketahui secara
pasti. Terdapat beberapa teori konsep penuaan menurut Ilyas (2006) sebagai
berikut:
- Teori putaran biologik (A biologic clock)
- Jaringan embrio manusia dapat membelah diri 50 kali mati
- Imunologis; dengan bertambah usia akan bertambah cacat imunologik yang
mengakibatkan kerusakan sel.
- Teori mutasi spontan
- Teori A free radical : free radical terbentuk bila terjadi reaksi intermediate
reaktif kuat, free radical dengan molekul normal mengakibatkan
degenerasi, dan free radical dapat dinetralisasi oleh antioksidan dan
vitamin E
- TeoriA Cross-link : Ahli biokimia mengatakan terjadi pengikatan
bersilang asam nukleat dan molekul protein sehingga mengganggu
fungsi.

14

Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar.
Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat
nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah
kapsula anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus
mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opasitas
terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada
kapsul poterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna seperti
kristal salju 5,7,11
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang
memaenjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan
kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina.
Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai
influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang
dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim
mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim
akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan
pasien yang menderita katarak 7,8
Katarak bisa terjadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau
sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang
normal. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi
radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin
antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama.
Perubahan kondisi lensa pada orang tua :
- Kapsul : menebal dan kurang elastis (seperempat kali dibanding anak),
mulai presbiopia, bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur,
terlihat bahan granular.
- Epitel : semakin tipis, sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar
dan berat, bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata.

15

- Serat lensa : lebih ireguler, pada korteks jelas terdapat kerusakan


antarsel, Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan
merubah protein nukleus (histidin, triptofan, metionin, sistein dan
tirosin) lensa, sedang warna coklet protein lensa nukleus
mengandung histidin dan triptofan dibanding normal.
- Korteks lensa : tidak berwarna karena kadar asam askorbat tinggi dan
menghalangi fotooksidasi, sinar tidak banyak mengubah protein
pada serat muda.
- Kekeruhan lensa dengan nucleus yang mengeras akibat usia lanjut biasanya
mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun
F.

KLASIFIKASI KATARAK SENILIS


Ada beberapa tipe katarak senil, antara lain:4.5
Katarak nuklear
Katarak nuklear bermula sebagai perubahan proses penuaan normal yang
berlebihan yang melibatkan nukleus lensa. Pada awalnya menyebabkan
terjadinya rabun jauh atau bahkan mengalami peningkatan kemampuan
penglihatan dalam membaca. Tetapi lama kelamaan, lensa berubah kuning
secara bertahap dan akhirnya menyebabkan penglihatan berkabut. Katarak
nuklir kadang-kadang menyebabkan diplopia. Apabila proses katarak terus
berlangsung, maka lensa akan berubah menjadi coklat. Lensa yang berubah
menjadi kuning atau coklat dapat menyebabkan kesulitan membedakan
warna.

Gambar 3 Katarak nuklear6

Katarak kortikal
Katarak kortikal dapat melibatkan korteks anterior, posterior atau equatorial.
Kekeruhan bermula sebagai belahan atau vakuola antara serat lensa akibat

16

hidrasi korteks. Kekeruhan berikutnya menghasilkan bentuk cuneiform


(bentuk irisan) atau bentuk kekeruhan radial mirip jeruji sering berawal di
kuadran inferonasal. Pasien dengan kekeruhan kortikal sering mengeluhkan
silau karena pemghamburan cahaya.

Gambar 4 katarak kortikal6


Katarak subkapsular posterior
Katarak subkapsular posterior berada hanya di bagian depan kapsul posterior
dan bermanifestasi berupa tampilan vakuola, granular atau mirip plak pada
biomikroskop slit lamp oblik dan terlihat gelap pada retroiluminsai. Melihat
dekat sering terganggu daripada melihat jauh. Pasien seringkali bermasalah
dengan kondisi miosis, seperti yang dihasilkan dari lampu besar atau cahaya
matahari yang terang.

Gambar 5 katarak subkapsular posterior6


Klasifikasi katarak senilis dilihat dari densitasnya terbagi atas:
1. Stadium Insipien
Pada katarak stadium insipien terjadi kekeruhan mulai dari tepi
ekuator menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal). Vakuol
mulai terlihat didalam korteks. Pada katarak subkapsular posterior,
kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk
antara serat lensa dan korteks berisi jaringan degeneratif (benda
Morgagni) pada katarak isnipien. Kekeruhan ini dapat menimbulkan

17

polipia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian
lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.
2. Stadium Intumesen dan Imatur
Pada katarak intumesen terjadi kekeruhan lensa disertai
pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif menyerap air.
Masuknya air ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi
bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi
dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan
dapat memberikan penyulit glaukoma. Katarak intumesen biasanya
terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopia
lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi kortek sehingga lensa
akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang memberikan
miopisasi.Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai
peregangan jarak lamel serat lensa.
Pada katarak senilis stadium imatur sebagian lensa keruh atau
katarak yang belum mengenai seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur
akan dapat bertambah volume lensa akibat meningkatnya tekanan
osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa mencembung
akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma
sekunder.

Gambar. Katarak Imatur


3. Stadium Matur
Pada katarak senilis stadium matur kekeruhan telah mengenai
seluruh masa lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca
yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau intumesen tidak dikeluarkan
maka cairan lensa akan keluar, sehingga lensa kembali pada ukuran yang
normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan
mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran

18

kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang
keruh, sehingga uji bayangan iris negatif.

Gambar Katarak Matur


4. Stadium Hipermatur
Pada katarak stadium hipermatur terjadi proses degenerasi lanjut,
dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang
berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil,
berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam
dan lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus
sehingga hubungan dengan zonula Zinn menjadi kendor. Bila proses
katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks
yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan
memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus
yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini
disebut sebagai katarak Morgagni.

Gambar Katarak Hipermatur

Gambar Katarak Morgagni

Tabel 1 Perbedaan stadium katarak senile


Kekeruhan
Cairan lensa

Insipien
Ringan
Normal

Iris
Bilik

mata

Normal
Normal

Imatur
Sebagian
Bertambah
(air masuk)
Terdorong
Dangkal

Matur
Seluruh

Hipermatur
Masif
Berkurang (air

Normal

+ masa lensa

Normal
Normal

keluar)
Tremulans
Dalam

19

depan
Sudut

bilik

mata
Shadow test
Penyulit

G.

Normal

Sempit

Normal

Terbuka

Negatif

Positif

Negatif

Glaukoma

Pseudopos
Uveitis +
glaukoma

MANIFESTASI KLINIS
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya klien
melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan
fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan oleh kehilangan
penglihatan tadi. Temuan objektif biasanya meliputi pengembunann seperti
mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan
oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan
bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada
retina. Hasilnya adalah pendangan menjadi kabur atau redup, mata silau yang
menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari.
Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih (Perdami,
2011).
Gejala katarak senilis biasanya berupa keluhan penurunan tajam
penglihatan secara progresif (seperti rabun jauh memburuk secara progresif).
Penglihatan seakan-akan melihat asap/kabut dan pupil mata tampak berwarna
keputihan. Apabila katarak telah mencapai stadium matur lensa akan keruh
secara menyeluruh sehingga pupil akan benar-benar tampak putih. Gejala
umum gangguan katarak meliputi8:
- Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek
- Peka terhadap sinar atau cahaya
- Dapat terjadi penglihatan ganda pada satu mata
- Memerlukan pencahayaan yang baik untuk dapat membaca
- Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu

H.

DIAGNOSIS

20

Diagnosis katarak senilis dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan


fisik. Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi
adanya penyakit-penyakit yang menyertai (contoh: diabetes melitus,
hipertensi, cardiac anomalies). Penyakit seperti diabetes mellitus dapat
menyebabkan perdarahan perioperatif sehingga perlu dideteksi secara dini
sehingga bisa dikontrol sebelum operasi.
Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk
mengetahui kemampuan melihat pasien. Visus pasien dengan katarak
subkapsuler posterior dapat membaik dengan dilatasi pupil. Pada pemeriksaan
slit lamp biasanya dijumpai keadaan palpebra, konjungtiva,dan kornea dalam
keadaan normal. Iris, pupil, dan COA terlihat normal. Pada lensa pasien
katarak, didapatkan lensa keruh. Lalu, dilakukan pemeriksaan shadow test
untuk menentukan stadium pada penyakit katarak senilis. Ada juga
pemeriksaan-pemeriksaan lainnya seperti biomikroskopi, stereoscopic fundus
examination, pemeriksaan lapang pandang dan pengukuran TIO.
Sebelum operasi juga dilakukan beberapa pemeriksaan yaitu :

Tes anel : untuk menilai fungsi ekskresi saluran air mata apakah ada
yang menyumbat atau tidak. Tes ini perlu dilakukan untuk
menghindari kebuntuan aliran air mata yang akan mempermudah
berkembangbiaknya kuman yang dapat mengakibatkan infeksi paska

operasi sehingga hasil operasi tidak optimal.


Penilaian segmen posterior mata dengan USG dan funduskopi, untuk

menilai prognosis setelah operasi.


Keratometri,
merupakan
pemeriksaan

untuk

mengetahui

kelengkungan kornea sehingga bisa memperkirakan kekuatan lensa

intra okular yang akan dipasang.


Biometri, untuk mengetahui panjang aksis visual dan berapa kekuatan
lensa yang diperlukan untuk ditanam.

I.

PENATALAKSANAAN

21

Pengobatan pada katarak adalah pembedahan. Untuk menentukan kapan


katarak dapat dibedah ditentukan oleh keadaan tajam penglihatan. Tajam
penglihatan dikaitkan dengan tugas sehari-hari penderita.
Indikasi operasi katarak :
1. Mengganggu pekerjaan/ aktivitas
2. Rehabilitasi visus (terapetik)
3. Diagnostik segmen posterior
4. Mencegah komplikasi
5. Kosmetik :
Macam-macam operasi katarak antara lain9,10,11 :
Intracapsular Cataract Extraction (ICCE)
ICCE merupakan tehnik operasi pada katarak yang mengangkat lensa dengan
kapsul-kapsulnya.
Indikasinya : pada peralatan yang terbatas, pada katarak yang tidak stabil,
intumesen, hipermatur, dan luksasi.
Kontraindikasi absolut : katarak pada anak-anak dan dewasa muda, kasuskasus ruptur kapsul karena trauma.
Kontraindikasi relatif : high myopia, sindrom Marfan, katarak Morgagnian,
dan keluarnya vitreus ke dalam bilik mata depan.
Keuntungan : tidak terjadi katarak sekunder, tidak memerlukan peralatan yang
canggih.
Kerugian : penyembuhan luka yang lebih lambat karena luka insisi yang lebar,
rehabilitasi visus yang tertunda, resiko astigmatisme yang besar karena tarikan
akibat jahitan lebih banyak, resiko inkarserasi iris lebih besar, dan resiko
terjadinya prolaps vitreus.
Extracapsular Cataract Extraction (ECCE)
ECCE merupakan tehnik operasi pada katarak yang mengangkat lensa dengan
meninggalkan kapsul posterior sebagai cangkang untuk pemasangan IOL
( Lensa Intra Okular).

22

Kontraindikasi : bila zonula zinni tidak memungkinkan untuk mendukung


dilakukannya ECCE dan pemasangan IOL
Keuntungan : resiko prolaps iris lebih kecil, penyembuhan luka yang lebih
cepat dibanding ICCE, resiko prolaps vitreus lebih kecil.
Kerugian : membutuhkan peralatan dan bahan yang lebih mahal dari ICCE
Small Incision Cataract Surgery (SICS)
Operasi katarak yang merupakan pengembangan dari ECCE dengan
melakukan insisi 2 mm dari limbus sehingga tidak mengenai kornea.
Keuntungan : resiko astigmatisme lebih kecil dibandingkan ECCE, resiko
prolaps iris lebih kecil, penyembuhan luka yang lebih cepat.
Kerugian : butuh pengalaman yang cukup untuk melakukan operasi.
Fakoemulsifikasi
Operasi katarak terbaru yang menggunakan getaran suara untuk mengemulsi
isi lensa sehingga lebih mudah dikeluarkan dan tidak memerlukan insisi yang
luas.
Keuntungan : lebih cepat dan tidak menimbulkan luka operasi yang lebar
sehingga penyembuhan operasi sangat cepat.
Kerugian : alat yang mahal dan diperlukan tenaga profesional untuk
melaksanakan operasi ini.
Lensa Intraokular

Terbuat dari bahan polimetilmetakrilat

Mempunyai optik

Mempunyai kaki (haptik) agar lensa tetap pada tempatnya

23

Gambar 7. IOL
Indikasi penanaman lensa intraokular :
1. Katarak monokular
2. Usia muda (produktif)
Kontraindikasi :
1. Katarak kongenital
2. Uveitis berulang
3. Glaukoma berat
4. Distrofi endotel kornea
5. Afakia pada fellow eye
Kekuatan implan lensa intraokular yang akan digunakan dalam operasi
dihitung sebelumnya dengan mengukur panjang maata secara ultrasonik dan
kelengkungan kornea (maka juga kekuatan optik) secara optik. Kekuatan
lensa umumnya dihitung sehingga pasien tidak akan membutuhkan kacamata
untuk penglihatan jauh. Pilihan lensa juga dipengaruhi oleh refraksi mata
kontralateral dan apakah terdapat terdapat katarak pada mata tersebut yang
membutuhkan operasi. Jangan biarkan pasien mengalami perbedaan refraktif
pada kedua mata.
Pascaoperasi pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka
pendek. Kacamata baru dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika
bekas insisi telah sembuh. Rehabilitasi visual dan peresepan kacamata baru
dapat dilakukan lebih cepat dengan metode fakoemulsifikasi. Karena pasien
tidak dapat berakomodasi maka pasien membutuhkan kacamata untuk
pekerjaan jarak dekat meski tidak dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh. Saat
ini digunakan lensa intraokular multifokal, lensa intraokular yang dapat
berakomodasi sedang dalam tahap pengembangan6,7,10.
J.

PROGNOSIS
Apabila pada proses pematangan katarak dilakukan penanganan yang tepat
sehingga

tidak

menimbulkan

komplikasi

serta

dilakukan

tindakan

24

pembedahan pada saat yang tepat maka prognosis pada katarak senilis
umumnya baik10,11.
K.

KOMPLIKASI

Hilangnya vitreous. Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama


operasi maka gel vitreousnya dapat masuk ke dalam bilik mata depan yang

merupakan resiko terjadinya glaukoma atau traksi pada retin.


Prolaps iris. Iris dapat mengalami protus melalui insisi bedah pada periode

paskaoperasi dini. Pupil mengalami distorsi.


Endoftalmitis. Komplikasi infektif ekstraksi katarak yang serius namun
jarang terjadi (<0,3%), pasien datang dengan mata merah yang terasa
nyeri, penurunan tajam penglihatan, pengumpulan sel darah putih di bilik

mata depan (hipopion).


Astigmatisma pascaoperasi. Mungkin diperlukan pengangkatan jahitan
kornea untuk mengurangi astigmatisma kornea. Ini dilakukan sebelum
melakukan pengukuran kacamata baru namun setelah luka insisi sembuh
dan tetes mata steroid dihentikan. Kelengkungan kornea yang berlebih
dapat terjadi pada garis jahitan bila jahitan terlalu erat. Pengangkatan
jahitan biasanya menyelesaikan masalah ini dan bisa dilakukan dengan
mudah di klinik dengan anastesi lokal, dengan pasien duduk di depan slit
lamp. Jahitan yang longgar harus diangkat untuk mencegah infeksi namun
mungkin diperlukan jahitan kembali jika penyembuhan lokasi insisi tidak
sempurna. Fakoemulsifikasi tanpa jahitan melaluiinsisi yang kecil
menghindarkan

komplikasi

ini.

Selain

itu,

penempatan

luka

memungkinkan koreksi astigmatisma yang telah ada sebelumnya.


Edema makular sistoid. Makula menjadi edema setelah pembedahan,
terutama bila disertai dengan hilangnya vitreous. Dapat sembuh seiring
berjalannya

waktu,namun

dapat

penglihatan yang berat.


Ablasio retina. Teknik-teknik

menyebabkan
modern

dalam

penurunan
ekstraksi

tajam
katarak

dihubungkan dengan rendahnya tingkat komplikasi ini. Tingkat komplikasi


ini bertambah bila terdapat kehilangan vitreous.

25

Opasifikasi kapsul posterior. Pada sekitar 20% pasien, kejernihan kapsul


posterior berkurang pada beberapa bulan setelah pembedahan ketika sel
epitel residu bermigrasi melalui permukaannya. Penglihatan menjadi kabur
dan mungkin didapatkan rasa silau. Dapat dibuat satu lubang kecil pada
kapsul dengan laser (neodymium yttrum(ndYAG) laser) sebagai prosedur
klinis rawat jalan. Terdapat risiko kecil edema makular sistoid atau
terlepasnya retina setelah kapsulotomi YAG. Penelitian yang ditujukan
pada pengurangan komplikasi ini menunjukkanbahwa bahan yang
digunakan untuk membuat lensa, bentuk tepi lensa, dan tumpang tindih
lensa intraokular dengan sebagian kecil cincin kapsul anterior penting

dalam mencegah opasifikasi kapsul posterior.


Komplikasi yang terjadi apabila katarak dibiarkan saja maka akan
menimbulkan gangguan penglihatan dan komplikasi seperti glaukoma,
uveitis dan kerusakan retina.
Katarak senilis tidak dapat dicegah karena penyebab terjadinya
katarak senilis ialah oleh karena faktor usia, namun dapat dilakukan
pencegahan terhadap hal-halyang memperberat seperti mengontrol
penyakit metabolik, mencegah paparan langsung terhatap sinar ultraviolet
dengan menggunakan kaca mata gelap dan sebagainya. Berhenti merokok
bisa mengurangi resiko terjadinya katarak. Makanan-makanan sumber
riboflavin di antaranya susu, daging, sayur, telur sayuran hijau seperti kol,
brokoli, asparagus serta biji-bijian (cereals)..Pemberian intake antioksidan
(seperti asam vitamin A, C dan E) secara teori bermanfaat 8,9.

26

DAFTAR PUSTAKA

1.

Shock, Harper. Lensa. Dalam: Vaughan. Opthalmologi Umum. Edisi 14.

2.

Jakarta :Widya Medika. 2000:175-7, 181-3


Rohrbach. Cataract. Dalam: Schlote, Mielke, Grueb, Rohrbach. Pocket

3.

Atlas of Ophthalmology. Jerman : Thieme, 2006:139, 138-47


Khaw, Shah, Elkington. Cataract. Dalam: ABC of Eyes. Fourth Edition.

4.

London : BMJ Books, 2004:47-51


Lang. Ophthalmology A Pocket Textbook Atlas. Second Edition. New

5.

York : Thieme, 2006:170-95


Kincaid. Pathology Of The lens. Dalam: Tasman, Jaeger. Duanes

6.

Ophthalmology. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins, 2007


Coombes, Gartry. Postoperative Complication. Dalam: Cataract Surgery.

7.

London : BMJ Books, 2003:184-6


Kanski. Lens. Dalam: Clinical Ophthalmology A Systematic Approach.

8.

Sixth Edition. Philadelphia : Elsevier, 2007:337-49


AAO
(American
Academy
of

Ophthalmology).

2011. Cataract.http://www.geteyesmart.org/eyesmart/diseases/cataracts.cfm(d
9.

iakses tanggal 5 Februari 2014)


Perdami
(Perhimpunan
Dokter

Spesialis

Mata

Indonesia).

2011.Katarak. http://www.perdami.or.id/?
page=news_seminat.detail&id=2(diakses tanggal 5 Februari 2014)
10.
James, Bruce, et al. 2006 . Lecture Notes Oftalmologi, 9th eds. Jakarta :
11.

Erlangga. Hlm : 76-79.


Ilyas, Sidharta. 2005. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. 3rd edisi. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI, hlm : 128-136

27

Anda mungkin juga menyukai