Oleh:
Gunung Mahameru
G99141077
Aga Suganda
G99141078
Paramita Stella
G99141079
Endang Susilowati N
G99141080
Dyah Mustikaningtyas D
G99141081
Pembimbing :
dr. Djoko Susianto, Sp.M
STATUS PENDERITA
I.
IDENTITAS
Nama
: Tn. S
Umur
: 55 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Suku
: Jawa
Kewarganegaraan: Indonesia
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Buruh
Alamat
: 01310889
II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama:
Pandangan terasa semakin kabur
B. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien merupakan pasien poli yang rutin control dengan keluhan
pandangan mata kabur sejak sekitar 8 bulan sebelum masuk rumah sakit.
Pandangan kabur dirasakan terus menerus sepanjang hari dan menetap
dan lama-kelamaan terasa semakin kabur selamaa kurun waktu 8 buan
tersebut. Pasien merasa terdapat kabut (bruwet), tidak merasa melihat
pelangi, maupun bintik pada pandangannya, pasien terkadang merasa
silau jika terkena cahaya. penglihatan yang turun mendadak seperti
tertutup tirai disangkal. Mata merah (-), Mata terasa gatal (-), cekot-cekot
(-), nyeri (-), nyerocos (-), blobok (-), terasa mengganjal (-).
C. Riwayat Penyakit Dahulu
1.
Riwayat hipertensi
: (-)
2.
3.
4.
: disangkal
5.
Riwayat kacamata
: disangkal
Riwayat hipertensi
: disangkal
2.
: disangkal
3.
: disangkal
D. Kesimpulan Anamnesis
Proses
Lokalisasi
Sebab
Perjalanan
Komplikasi
OD
OS
Kekeruhan lensa
lensa
katarak
kronis
Penurunan visus hingga
kebutaan
Kekeruhan lensa
lensa
katarak
kronis
Penurunan visus
hingga kebutaan
Tekanan darah
: 110/80 mmHg
Nadi
: 75 x/menit
Respiratory rate
: 20 x/menit
Suhu
: 36,80C
B. Pemeriksaan subyektif
OD
A. Visus Sentralis
1. Visus sentralis jauh
a. pinhole
b. koreksi
2. Visus sentralis dekat
B. Visus Perifer
1. Konfrontasi tes
2. Proyeksi sinar
3. Persepsi warna
OS
1/~
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
6/15
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
C. Pemeriksaan Obyektif
1. Sekitar mata
a. tanda radang
b. luka
c. parut
d. kelainan warna
e. kelainan bentuk
2. Supercilia
a. warna
b. tumbuhnya
c. kulit
d. gerakan
OD
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
OS
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Hitam
Normal
Sawo matang
Dalam batas normal
Hitam
Normal
Sawo matang
Dalam batas normal
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
a. heteroforia
b. strabismus
c. pseudostrabismus
d. exophtalmus
e. enophtalmus
4. Ukuran bola mata
a. mikroftalmus
b. makroftalmus
c. ptisis bulbi
d. atrofi bulbi
5. Gerakan bola mata
a. temporal
b. temporal superior
c. temporal inferior
d. nasal
e. nasal superior
f. nasal inferior
6. Kelopak mata
a. pasangannya
1.) edema
2.) hiperemi
3.) blefaroptosis
4.) blefarospasme
b. gerakannya
1.) membuka
2.) menutup
c. rima
1.) lebar
2.) ankiloblefaron
3.) blefarofimosis
d. kulit
1.) tanda radang
2.) warna
3.) epiblepharon
4.) blepharochalasis
e. tepi kelopak mata
1.) enteropion
2.) ekteropion
3.) koloboma
4.) bulu mata
7. sekitar glandula lakrimalis
a. tanda radang
b. benjolan
c. tulang margo tarsalis
8. Sekitar saccus lakrimalis
a. tanda radang
b. benjolan
9. Tekanan intraocular
a. palpasi
b. tonometri schiotz
10. Konjungtiva
a. konjungtiva palpebra superior
1.) edema
2.) hiperemi
3.) sekret
4.) sikatrik
b. konjungtiva palpebra inferior
1.) edema
2.) hiperemi
3.) sekret
4.) sikatrik
c. konjungtiva fornix
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak tertinggal
Tidak tertinggal
Tidak tertinggal
Tidak tertinggal
10 mm
Tidak ada
Tidak ada
10 mm
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Sawo matang
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Sawo matang
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Dalam batas normal
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Dalam batas normal
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada kelainan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada kelainan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
15 mmHg
Tidak dilakukan
15 mmHg
Tidak dilakukan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
1.) edema
2.) hiperemi
3.) sekret
4.) benjolan
d. konjungtiva bulbi
1.) edema
2.) hiperemis
3.) sekret
4.) injeksi konjungtiva
5.) injeksi siliar
e. caruncula dan plika
semilunaris
1.) edema
2.) hiperemis
3.) sikatrik
11. Sclera
a. warna
b. tanda radang
c. penonjolan
12. Kornea
a. ukuran
b. limbus
c. permukaan
d. sensibilitas
e. keratoskop ( placido )
f. fluorecsin tes
g. arcus senilis
13. Kamera okuli anterior
a. kejernihan
b. kedalaman
14. Iris
a. warna
b. bentuk
c. sinekia anterior
d. sinekia posterior
15. Pupil
a. ukuran
b. bentuk
c. letak
d. reaksi cahaya langsung
e. tepi pupil
16. Lensa
a. ada/tidak
b. kejernihan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Putih
Tidak ada
Tidak ada
Putih
Tidak ada
Tidak ada
12 mm
Jernih
Kurang jernih
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak Ada
12 mm
Jernih
Kurang jernih
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak Ada
Jernih
Dalam
Jernih
Dalam
Cokelat
Tampak lempengan
Tidak tampak
Tidak tampak
Cokelat
Tampak lempengan
Tidak tampak
Tidak tampak
3 mm
Bulat
Sentral
Positif
Tidak ada kelainan
3 mm
Bulat
Sentral
Positif
Tidak ada kelainan
Ada
keruh
Ada
keruh
c. letak
e. shadow test
17. Corpus vitreum
a. Kejernihan
b. Reflek fundus
Sentral
-
Sentral
-
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Lensa
Corpus vitreum
OD
1/~
OS
6/15
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Baik
Baik
Dalam batas normal
Dalam batas normal
Dalam batas normal
Baik
Baik
Dalam batas normal
Dalam batas normal
Dalam batas normal
V. DIAGNOSIS BANDING
1.
2.
3.
VI. DIAGNOSIS
Katarak ODS Senilis matur
8
VII. PLANNING
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
VIII. PROGNOSIS
1. Ad vitam
2. Ad fungsionam
3. Ad sanam
4. Ad kosmetikum
OD
Dubia et bonam
Dubia et bonam
Dubia et bonam
Dubia et bonam
OS
Dubia
Dubia
Dubia
Dubia
LATAR BELAKANG
Katarak berasal dari bahasa Yunani (Katarrhakies), Inggris (Cataract), dan
Latin (Cataracta) yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut
bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh.
Katarak ialah setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan lensa) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduaduanya. Katarak kerap disebut-sebut sebagai penyebab kebutaan nomor satu
di
Indonesia.
Bahkan,
mengacu
pada
data World
Health
ANATOMI LENSA
Lensa berbentuk bikonveks dan transparan. Lensa menyumbang kekuatan
refraksi sebanyak 15-20 dioptri dalam penglihatan. Kutub anterior dan
posterior lensa dihubungkan oleh garis khayal yang disebut axis, sedangkan
equator merupakan garis khayal yang mengelilingi lensa. Lensa merupakan
struktur yang tidak memiliki pembuluh darah dan tidak memiliki pembuluh
limfe. Di dalam mata, lensa terfiksir pada serat zonula yang berasal dari
badan silier. Serat zonula tersebut menempel dan menyatu dengan lensa pada
bagian anterior dan posterior dari kapsul lensa. Kapsul ini merupakan
membran dasar yang melindungi nukleus, korteks dan epitel lensa.
Kapsul lensa merupakan membran dasar yang elastis dan transparan
tersusun dari kolagen tipe IV yang berasal dari sel-sel epitel lensa. Kapsul ini
mengandung isi lensa serta mempertahankan bentuk lensa pada saat
akomodasi.Bagian paling tebal kapsul berada di bagian anterior dan posterior
zona pre-equator dan bagian paling tipis berada di bagian tengah kutub
posterior.
10
Lensa terfiksir oleh serat zonula yang berasal dari lamina basal pars plana
dan pars plikata badan silier. Serat-serat zonula ini menyatu dengan lensa
pada bagian anterior dan posterior kapsul lensa.
Tepat di belakang kapsul anterior lensa terdapat satu lapis sel-sel epitel.
Sel-sel epitel ini dapat melakukan aktivitas seperti yang dilakukan sel-sel
lainnya,seperti sintesis DNA, RNA, protein dan lipid. Sel-sel tersebut juga
dapat membentuk ATP untuk memenuhi kebutuhan energi lensa. Sel-sel epitel
yang baru terbentuk akan menuju equator lalu berdiferensiasi menjadi serat
lensa4.
Sel-sel berubah menjadi serat, lalu serat baru akan terbentuk dan akan
menekan serat-serat lama untuk berkumpul di bagian tengah lensa. Serat-serat
paling tua yang terbentuk merupakan lensa fetus yang diproduksi pada fase
embrionik dan masih menetap hingga sekarang. Serat-serat yang baru akan
membentuk korteks dari lensa 5,7.
Fisiologi Lensa
Lensa tidak memiliki pembuluh darah maupun sistem saraf. Untuk
mempertahankan kejernihannya, lensa harus menggunakan aqueous humor
sebagai penyedia nutrisi dan sebagai tempat pembuangan produknya. Namun
hanya sisi anterior lensa saja yang terkena aqueous humor. Oleh karena itu,
sel-sel yang berada di tengah lensa membangun jalur komunikasi terhadap
lingkungan luar lensa dengan membangun low-resistance gap junction
antarsel.
Lensa normal mengandung 65% air, dan jumlah ini tidak banyak berubah
seiring bertambahnya usia. Sekitar 5% dari air di dalam lensa berada di
ruangan ekstrasel. Konsentrasi sodium di dalam lensa adalah sekitar 20M
dan potassium sekitar 120M. Konsentrasi sodium di luar lensa lebih tinggi
yaitu sekitar 150M dan potasium sekitar 5M.
Keseimbangan elektrolit antara lingkungan dalam dan luar lensa sangat
tergantung dari permeabilitas membran sel lensa dan aktivitas pompa sodium,
Na+, K+-ATPase. Inhibisi Na+, K+-ATPase dapat mengakibatkan hilangnya
keseimbangan elektrolit dan meningkatnya air di dalam lensa. Keseimbangan
11
kalsium juga sangant penting bagi lensa. Konsentrasi kalsium di dalam sel
yang normal adalah 30M, sedangkan di luar lensa adalah sekitar 2M.
Perbedaan konsentrasi kalsium ini diatur sepenuhnya oleh pompa kalsium
Ca2+-ATPase. Hilangnya keseimbangan kalsium ini dapat menyebabkan
depresi metabolisme glukosa, pembentukan protein high-molecular-weight
dan aktivasi protease destruktif. Transpor membran dan permeabilitas sangat
penting untuk kebutuhan nutrisi lensa. Asam amino aktif masuk ke dalam
lensa melalui pompa sodium yang berada di sel epitel. Glukosa memasuki
lensa secara difusi terfasilitasi, tidak langsung seperti sistem transport aktif
8,10
.
Lensa memiliki kemampuan untuk mencembung dan menambah kekuatan
Obat-obat
parasimpatomimetik
(pilokarpin)
memicu
12
DEFINISI
Katarak termasuk golongan kebutaan yang tidak dapat dicegah
tetapi dapat disembuhkan. Definisi katarak menurut WHO adalah kekeruhan
yang terjadi pada lensa mata, yang menghalangi sinar masuk ke dalam mata.
Katarak terjadi karena faktor usia, namun juga dapat terjadi pada anak-anak
yang lahir dengan kondisi tersebut. Katarak juga dapat terjadi setelah trauma,
inflamasi atau penyakit lainnya. Katarak senilis adalah semua kekeruhan
lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun1,5,9.
Katarak merupakan penyebab kebutaan utama yang dapat diobati
di dunia pada saat ini. Sebagian besar katarak timbul pada usia tua sebagai
akibat pajanan terus menerus terhadap pengaruh lingkungan dan pengaruh
lainnya seperti merokok, radiasi ultraviolet, dan peningkatan kadar gula
darah. Katarak ini disebut sebagai katarak senilis (katarak terkait usia).
Sejumlah kecil berhubungan dengan penyakit mata (glaukoma, ablasi,
retinitis pigmentosa, trauma, uveitis, miopia tinggi, pengobatan tetes mata
steroid, tumor intraokular) atau penyakit sistemik spesifik (diabetes,
galaktosemia, hipokalsemia, steroid atau klorpromazin sistemik, rubela
kongenital, distrofi miotonik, dermatitis atopik, sindrom Down, katarak
turunan, radiasi sinar X) 4,8,9
D.
EPIDEMIOLOGI
13
14
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar.
Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat
nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah
kapsula anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus
mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opasitas
terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada
kapsul poterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna seperti
kristal salju 5,7,11
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang
memaenjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan
kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina.
Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai
influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang
dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim
mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim
akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan
pasien yang menderita katarak 7,8
Katarak bisa terjadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau
sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang
normal. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi
radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin
antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama.
Perubahan kondisi lensa pada orang tua :
- Kapsul : menebal dan kurang elastis (seperempat kali dibanding anak),
mulai presbiopia, bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur,
terlihat bahan granular.
- Epitel : semakin tipis, sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar
dan berat, bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata.
15
Katarak kortikal
Katarak kortikal dapat melibatkan korteks anterior, posterior atau equatorial.
Kekeruhan bermula sebagai belahan atau vakuola antara serat lensa akibat
16
17
polipia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian
lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.
2. Stadium Intumesen dan Imatur
Pada katarak intumesen terjadi kekeruhan lensa disertai
pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif menyerap air.
Masuknya air ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi
bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi
dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan
dapat memberikan penyulit glaukoma. Katarak intumesen biasanya
terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopia
lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi kortek sehingga lensa
akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang memberikan
miopisasi.Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai
peregangan jarak lamel serat lensa.
Pada katarak senilis stadium imatur sebagian lensa keruh atau
katarak yang belum mengenai seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur
akan dapat bertambah volume lensa akibat meningkatnya tekanan
osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa mencembung
akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma
sekunder.
18
kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang
keruh, sehingga uji bayangan iris negatif.
Insipien
Ringan
Normal
Iris
Bilik
mata
Normal
Normal
Imatur
Sebagian
Bertambah
(air masuk)
Terdorong
Dangkal
Matur
Seluruh
Hipermatur
Masif
Berkurang (air
Normal
+ masa lensa
Normal
Normal
keluar)
Tremulans
Dalam
19
depan
Sudut
bilik
mata
Shadow test
Penyulit
G.
Normal
Sempit
Normal
Terbuka
Negatif
Positif
Negatif
Glaukoma
Pseudopos
Uveitis +
glaukoma
MANIFESTASI KLINIS
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya klien
melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan
fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan oleh kehilangan
penglihatan tadi. Temuan objektif biasanya meliputi pengembunann seperti
mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan
oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan
bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada
retina. Hasilnya adalah pendangan menjadi kabur atau redup, mata silau yang
menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari.
Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih (Perdami,
2011).
Gejala katarak senilis biasanya berupa keluhan penurunan tajam
penglihatan secara progresif (seperti rabun jauh memburuk secara progresif).
Penglihatan seakan-akan melihat asap/kabut dan pupil mata tampak berwarna
keputihan. Apabila katarak telah mencapai stadium matur lensa akan keruh
secara menyeluruh sehingga pupil akan benar-benar tampak putih. Gejala
umum gangguan katarak meliputi8:
- Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek
- Peka terhadap sinar atau cahaya
- Dapat terjadi penglihatan ganda pada satu mata
- Memerlukan pencahayaan yang baik untuk dapat membaca
- Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu
H.
DIAGNOSIS
20
Tes anel : untuk menilai fungsi ekskresi saluran air mata apakah ada
yang menyumbat atau tidak. Tes ini perlu dilakukan untuk
menghindari kebuntuan aliran air mata yang akan mempermudah
berkembangbiaknya kuman yang dapat mengakibatkan infeksi paska
untuk
mengetahui
I.
PENATALAKSANAAN
21
22
Mempunyai optik
23
Gambar 7. IOL
Indikasi penanaman lensa intraokular :
1. Katarak monokular
2. Usia muda (produktif)
Kontraindikasi :
1. Katarak kongenital
2. Uveitis berulang
3. Glaukoma berat
4. Distrofi endotel kornea
5. Afakia pada fellow eye
Kekuatan implan lensa intraokular yang akan digunakan dalam operasi
dihitung sebelumnya dengan mengukur panjang maata secara ultrasonik dan
kelengkungan kornea (maka juga kekuatan optik) secara optik. Kekuatan
lensa umumnya dihitung sehingga pasien tidak akan membutuhkan kacamata
untuk penglihatan jauh. Pilihan lensa juga dipengaruhi oleh refraksi mata
kontralateral dan apakah terdapat terdapat katarak pada mata tersebut yang
membutuhkan operasi. Jangan biarkan pasien mengalami perbedaan refraktif
pada kedua mata.
Pascaoperasi pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka
pendek. Kacamata baru dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika
bekas insisi telah sembuh. Rehabilitasi visual dan peresepan kacamata baru
dapat dilakukan lebih cepat dengan metode fakoemulsifikasi. Karena pasien
tidak dapat berakomodasi maka pasien membutuhkan kacamata untuk
pekerjaan jarak dekat meski tidak dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh. Saat
ini digunakan lensa intraokular multifokal, lensa intraokular yang dapat
berakomodasi sedang dalam tahap pengembangan6,7,10.
J.
PROGNOSIS
Apabila pada proses pematangan katarak dilakukan penanganan yang tepat
sehingga
tidak
menimbulkan
komplikasi
serta
dilakukan
tindakan
24
pembedahan pada saat yang tepat maka prognosis pada katarak senilis
umumnya baik10,11.
K.
KOMPLIKASI
komplikasi
ini.
Selain
itu,
penempatan
luka
waktu,namun
dapat
menyebabkan
modern
dalam
penurunan
ekstraksi
tajam
katarak
25
26
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Ophthalmology).
2011. Cataract.http://www.geteyesmart.org/eyesmart/diseases/cataracts.cfm(d
9.
Spesialis
Mata
Indonesia).
2011.Katarak. http://www.perdami.or.id/?
page=news_seminat.detail&id=2(diakses tanggal 5 Februari 2014)
10.
James, Bruce, et al. 2006 . Lecture Notes Oftalmologi, 9th eds. Jakarta :
11.
27