HERPES ZOSTER
Oleh :
Paramita Stella
G99141079
Pembimbing :
Nugrohoaji Dharmawan, dr., M.Kes., Sp.KK
STATUS RESPONSI
ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
Pembimbing
Nama Mahasiswa
Paramita Stella
NIM
G99141079
HERPES ZOSTER
zoster
merupakan
penyebab
morbiditas
yang
dapat
diperhitungkan terutama pada pasien usia lanjut, dan dapat berakibat fatal
pada pasien dengan penyakit yang kritis dan imunokompromis. 1 Insiden
herpes zoster tersebar merata di seluruh dunia dan dapat muncul sepanjang
tahun karena tidak dipengaruhi oleh musim. Tidak ada perbedaan morbiditas
antara pria dan wanita. Berdasarkan studi di Eropa dan Amerika Utara,
diperkirakan ada sekitar 1,5-3 per 1000 orang per tahun pada semua usia dan
insiden meningkat tajam pada usia lebih dari 60 tahun yaitu sekitar 7-11 per
1000 orang per tahun. Insiden meningkat pada individu dengan beberapa
penyakit, termasuk keganasan hematologi, tumor padat, infeksi human
immunodeficiency virus (HIV) dan stem cell haemopoesis transplantasi.2
Infeksi primer VZV akan memicu imunitas seluler dan humoral, tetapi
dalam menjaga latency, imunitas seluler lebih penting pada herpes zoster.
Penurunan imunitas seluler karena usia tua merupakan faktor utama yang
menyebabkan reaktivasi, dan sering ditemukan pada pasien dengan status
imunokompeten. Faktor risiko baik herpes zoster dan neuralgia postherpetic
lebih berat pada orang dewasa yang lebih tua, menyebabkan penduduk tidak
hanya memiliki penyakit berat tetapi juga morbiditas besar.2
B. Epidemiologi Infeksi VZV
Varicella mengenai populasi di seluruh dunia dan tidak ada perbedaan
ras maupun jenis kelamin. Biasanya varicella mengenai anak-anak berusia di
bawah 20 tahun terutama usia 3-6 tahun dan hanya 2% yang terjadi pada usia
dewasa. Di Amerika, varicella sering terjadi pada anak-anak di bawah usia 10
tahun dan 5% kasus pada usia di atas 15 tahun, sedangkan di Jepang umumnya
81,4% terjadi pada anak-anak di bawah usia 6 tahun. 3
Insiden terjadinya Herpes Zoster meningkat sesuai pertambahan usia
dan jarang mengenai anak-anak. Insiden herpes zoster berdasarkan usia sejak
lahir 9 tahun : 0,74 / 1000; usia 10 19 tahun : 1,38 / 1000; usia 20 29
tahun : 2, 58 / 1000. Di Amerika, 66% herpes zoster mengenai usia lebih dari
50 tahun dan kurang dari 10% mengenai usia di bawah 20 tahun dan 5%
mengenai usia kurang dari 15 tahun. Herpes zoster dapat juga terjadi pada
bayi baru lahir jika ibunya menderita herpes zoster pada masa kehamilan.
Insidensinya sebesar 3% pada anak biasanya pada yang imunokompromis dan
menderita penyakit yang ganas. 3
C. Faktor Risiko
Sebagian besar kasus herpes zoster biasanya terjadi pada mereka yang
berusia 55 tahun, adanya faktor imunokompromis: keganasan imunosupresi,
terutama gangguan limfoproliferatif dan kemoterapi, radioterapi, HIV/AIDS:
delapan kali lipat peningkatan kejadian herpes zoster.5,6
rangsangan.
Pertumbuhan
kembali
akson
setelah
cedera
menghasilkan saraf baru yang juga rentan terhadap sinyal yang tak beralasan.
Aktivitas perifer yang berlebihan diduga menyebabkan hyperexcitability dari
tanduk dorsal, sehingga respon sistem berlebihan saraf pusat untuk semua
masukan. Perubahan ini mungkin begitu rumit sehingga tidak ada pendekatan
terapi tunggal akan memperbaiki semua kelainan.3,7
menyerang
nervus
fasialis
dan
nervus
auditoris
dapat
disertai
kelainan
kulit
yang
menyebar
secara
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis herpes zoster.
1.
2.
3.
4.
5.
G. Diagnosis
Diagnosis didasarkan atas gejala dan temuan klinis yang khas,
yaitu lesi kulit berupa gerombolan vesikula di atas kulit yang eritematosa,
terlokalisir sesuai dermatom yang diinervasi oleh satu ganglion sensoris.
Kulit di antara gerombolan normal. Pada lesi yang agak lama, vesikel
dapat telah berubah menjadi pustula, atau bula, atau telah mengalami
ulserasi meninggalkan krusta. Usia lesi dalam satu gerombolan adalah
sama dan berbeda dengan gerombolan yang lain. Lesi ini biasanya
didahului dengan rasa nyeri atau panas yang terbatas pada dermatom
ganglion sensoris yang terkena. Dari anamnesa mengenai riwayat penyakit
dahulu didapatkan bahwa penderita pernah mengalami infeksi varisela
sebelumnya. Namun terkadang infeksi varisela ini sifatnya subklinis
sehingga tidak disadari oleh pasien. Secara laboratorik diagnosis dapat
ditunjang dengan test Tzanck dan pemeriksaan laboratorik lain.4,6
10
H. Diagnosis Banding
1. Tahap Prodromal/Nyeri terlokalisasi, bisa meniru migrain, penyakit
jantung atau pleura, akut abdomen, atau penyakit tulang belakang.
2. Erosi Zosteriform, infeksi HSVdermatom, phytoallergic (poison ivy,
poisonoak) dermatitis kontak, erisipelas, impetigobulosa, necrotizing
fasciitis.4
I. Komplikasi
a. Ensefalitis. Komplikasi yang jarang dari HZ yang biasanya terjadi
beberapa hari setelah timbulnya ruam tetapi telah dilaporkan dari hari
ke
minggu
sebelum
immunocompromised
atau
terdapat
setelah
erupsi
peningkatan
kulit
Pasien
risiko
untuk
11
arteritis
necrotizing
yang
dapat
mengakibatkan
biasanya
diagnostik
dan
menunjukkan
segmental
12
J. PENCEGAHAN
Hindari kontak lesi pada kulit penderita yang terinfeksi herpes
zoster bila belum pernah menderita varisela atau vaksin varisela.
Herpeszosterini tidakmenularsepertiinfeksivaricellaprimer(cacar). Orangorang
yangtelahmenderita
dantidakberisiko
denganherpes
cacar
terkenaherpes
zoster.
Vaksin
airdi
masa
laludianggapkebal
zosterataucacarjika
varisela
adalah
terkenapasien
vaksin
yang
13
vaksin dalam mencegah terjadinya herpes zoster adalah 70% pada pasien
usia 50-59 tahun, 64% pada pasien usia 60-69 tahun, 38% pada pasien usia
lebih dari 70 tahun. Pasien dengan defesiensi imun yang beresiko tinggi
terinfeksi varisela zoster virus dan wanita hamil dengan resiko tinggi
terinfeksi varisela zoster virus dapat diberi immunoglobulin varisela zoster
sebagi imunoprofilaksis
K. Terapi
14
L. Prognosis
15
16
DAFTAR PUSTAKA
17
STATUS PENDERITA
I.
II.
IDENTITAS PENDERITA
Nama
Tn. S
Umur
67 tahun
Jenis Kelamin
Laki-laki
Agama
Islam
Alamat
Karanganyar
Pekerjaan
Wiraswasta
Status
Menikah
Tanggal Periksa
10 November 2015
No. RM
00796361
ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Plenting-plenting berair di paha dan pinggang bawah kanan
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr
Moewardi dengan keluhan muncul plenting-plenting berair pada paha
dan pinggang bawah kanan. Keluhan ini dirasakan sejak 5 hari sebelum
pasien datang ke poli RSDM. Kurang lebih 7 hari sebelumnya pasien
merasa paha kanan terasa panas terbakar dan terasa pegal. Lalu 2 hari
kemudian muncul plenting-plenting di paha kanan. Satu hari setelahnya,
plenting-plenting makin melebar ke pinggang bawah kanan dan anus dan
beberapa plenting-plenting sudah pecah. Keluhan disertai nyeri, rasa
panas, dan gatal yang dirasakan terus-menerus. Karena belum ada
perbaikan, pasien berobat ke poli kulit dan kelamin RSDM.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit cacar air
Riwayat serupa sebelumnya
Riwayat alergi obat / makanan
18
:disangkal
: disangkal
: disangkal
Antropometri
: TD
: 120/80 mmHg
Frekuensi nadi
: 78x/menit
Frekuensi napas
: 16 x / menit
Suhu
: 36,9oC
VAS
:4
: Berat badan
Tinggi badan
Kepala
: mesocephal
Wajah
Leher
Mata
Telinga
Thorax
Abdomen
Ekstremitas Atas
: 68 kg
: 158 cm
19
B. Status Dermatologis
Regio gluteus, femoralis lateralis dextra:
Tampak vesikel multiple bergerombol ukuran bervariasi dengan dasar
eritema sebagian besar sudah erosi dan tertutup krusta kuning kehitaman
di atasnya sesuai dengan dermatom L2- L3 dextra.
20
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Gram: PMN 1-2/LPB, Kokus gram (+) 10-20/LPB
Pemeriksaan Tzank : (+) Multiple Giant Cell
21
VI. DIAGNOSIS
Herpes zoster sesuai dermatom unilateral L2- L3 dextra
VII. TERAPI
Non Medikamentosa
a.
Edukasi pasien:
- Menjaga kebersihan diri
- Memperbanyak istirahat
- Mengurangi stress
- Menjaga daerah luka tetap kering
- Tidak menggaruk daerah luka
2. Medikamentosa
-
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam
Ad sanam
Ad fungsionam
: bonam
: bonam
: bonam
22
Ad kosmetikum
: bonam
23