pikiran, perasaan, pandangan, dan motivasi tokoh secara jelas, seperti halnya ucapan dan
tindakan nyata.
Contoh:
Sudah genap satu bulan dia menjadi pendatang baru di komplek perumahan ini. Tapi, belum
satu kali pun dia terlihat keluar rumah untuk sekedar beramah-tamah dengan tetangga yang
lain, berbelanja, atau apalah yang penting dia keluar rumah.
Apa mungkin dia terlalu sibuk, ya? celetuk salah seorang tetangganya. Tapi, masa bodoh!
Aku tak rugi karenanya dan dia juga tak akan rugi karenaku.
Pernah satu kali dia kedatangan tamu yang kata tetangga sebelah adalah saudaranya.
Memang dia sosok introvert, jadi walaupun saudaranya yang datang berkunjung, dia tidak
bakal menyukainya.
4. Sudut Pandang Orang Ketiga sebagai Pengamat
Dalam sudut pandang dia terbatas, seperti halnya dalamdiamahatahu, pengarang
melukiskan apa yang dilihat, didengar, dialami, dipikir, dan dirasakan oleh tokoh cerita,
namun terbatas hanya pada seorang tokoh saja atau terbatas dalam jumlah yang sangat
terbatas. Tokoh cerita mungkin saja cukup banyak, yang juga berupa tokoh dia, namun
mereka tidak diberi kesempatan untuk menunjukkan sosok dirinya seperti halnya tokoh
pertama.
Contoh:
Entah apa yang terjadi dengannya. Datang-datang ia langsung marah. Memang
kelihatannya ia punya banyak masalah. Tapi kalau dilihat dari raut mukanya, tak hanya itu
yang ia rasakan. Tapi sepertinya ia juga sakit. Bibirnya tampak kering, wajahnya pucat,dan
rambutnya kusut berminyak seperti satu minggu tidak terbasuh air. Tak satu pun dari
mereka berani untuk menegurnya, takut menambah amarahnya.
Sudut pandang (point of view) merupakan cara pengarang menempatkan dirinya dalam cerita.
Sudut pandang ditentukan saat mulai menulis cerita. Sudut pandang digunakan dari awal hingga
akhir cerita.
Sudut Pandang Orang Pertama Pelaku utama
Pengarang merupakan tokoh sentral (utama) dalam cerita (terlibat secara langsung dalam cerita)
Pengarang menggunakan tokoh aku atau saya.
Tokoh aku atau saya dominan dalam cerita (sering muncul karena tokoh utama).
Cerita yang disajikan menceritakan atau menggambarkan tentang tokoh aku atau saya.
Tokoh lain hanya menjadi tokoh pembantu.
Contoh penggalan cerita
Aku berlari mendaki bukit secepat mungkin. Aku harus meloloskan diri! Jantungku berdegup
kencang dan otot-otot kakiku mengejang. Sampai di puncak bukit, aku menoleh. Oh tidak!
Monster itu masih mengikutiku. Kudengar ia meraung keras. Jelas sekali ia marah kepadaku.
Sudut Pandang Orang Pertama Pelaku Sampingan
Tokoh aku atau saya biasanya hanya menjadi tokoh pembantu atau pengantar tokoh lain
(tokoh utama) yang menjadi tumpuan cerita.
Tokoh aku atau saya hanya menjadi tokoh sampingan (tokoh pembantu) yang mendukung
cerita.
Keberadaan tokoh aku atau saya pada umumnya hanya muncul di awal atau di akhir cerita.
Contoh penggalan cerita
Lisa sudah pergi ke sekolah. Dia berangkat pagi-pagi sekali. Ia tidak ingin terlambat
dalam ujian yang akan diadakan hari ini. Dia bahkan sudah menyiapkan segalanya untuk Ujian
Nasional ini. Sebelumnya, Lisa mengikuti bimbel di luar sekolah dan terus belajar di waktu
senggangnya. Hal ini berbeda denganku, aku bahkan belum siap menghadapi Ujian Nasional
hari ini.
Sudut Pandang Orang Ketiga Serba Tahu
Pengarang berada di luar cerita, biasanya pengarang hanya menjadi seorang pengamat yang tahu
segalanya. Bahkan mampu berdialog langsung dengan pembaca. Pengarang seolah-olah maha
tahu tentang (apa yang dialami semua tokoh, watak para tokoh, perasaan tokoh, dll)
Pengarang tidak terlibat dalam cerita, pengarang hanya menceritakan tokoh lain. Pengarang
jadi seperti
dalang.
Contoh penggalan cerita
Beno berlari mendaki bukit secepat mungkin. Ia harus meloloskan diri! Jantungnya berdegup
kencang. Sementara itu, Denisa lari di belakangnya. Napasnya terengah-engah menyusul
langkah Beno. Ia tak tahu mengapa Beno menghindarinya. Bahkan Beno lari ketakutan saat
bertemu dengannya.
Sudut Pandang Orang Ketiga Dia-an Terbatas
Pengarang menggunakan kata ganti orang ketiga (dia, ia, nama orang) yang terbatas hak
berceritanya
Pengarang hanya menceritakan tentang apa yang dialami tokoh yang dijadikan titik berat atau
tumpuan cerita (tokoh utama).
Contoh penggalan cerita
Waktu bangun pagi, Noerdin merasa badannya kurang enak. Seharian itu, ia tidak bekerja dan
panasnya amat tinggi. Malamnya makin tinggi demamnya, dan ia bahkan sempat
mengigau. Dia terus memanggil-manggil nama Rukmini. Keesokan harinya, demamnya
turun. Dia rindu ingin bertemu Rukmini. Tanpa malu, ia menyuruh sopirnya untuk menjemput
Rukmini.
Catatan: dalam menentukan sudut pandang, baca dan pahami dulu seluruh cerita yang
disajikan.