Materi Ke-5
Materi Ke-5
MATA KULIAH:
BAHAN ELEKTRIK (2 SKS)
DOSEN MATA KULIAH:
Dr. Munasir, S.Si.,M.Si.
DISUSUN OLEH:
1. Adrian Sjahmi Dewanto
(12030224005)
(12030224006)
3. Wahyu Nur M.
(12030224211)
4. Nur Walidatur R
(12030224212)
(12030224213)
6. Himawan Eka A.
(12030224216)
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan petunjuk-Nyalah Paper Bahan-bahan Magnetik ini dapat
diselesaikan. Dengan karunia kesehatan dan kesempatan dari-Nya pula, paper ini
pun dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Ucapan terima kasih kami berikan kepada semua pihak yang telah banyak
membantu kami dalam penyusunan laporan ini. Khususnya kepada Bapak Dr.
Munasir, S.Si., M.Si selaku dosen Mata Kuliah Bahan Elektrik Jurusan Fisika dan
juga berbagai pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.Paper ini
bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahan Elektrik. Disamping itu juga
untuk memberikan informasi kepada para pembaca mengenai materi Bahan-bahan
Magnetik.
Kami menyadari sepenuhnya paper ini masih jauh dari sempurna, sehingga
kami sebagai penyusun mengharapkan berbagai saran dan kritik yang bersifat
membangun, agar nantinya dapat dijadikan pedoman bagi kami dalam penyusunan
paper berikutnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................. i
DAFTAR ISI ...................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................ vii
RINGKASAN MATERI ............................................................................ 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................. 2
1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................ 2
1.4 Manfaat Penulisan .............................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Magnet .............................................................. 4
2.2 Sifat-Sifat Magnet ............................................................... 6
2.3 Cara Membuat Magnet .......................................................... 6
2.4 Kutub Magnet .................................................................... 6
2.5 Cara Menghilangkan Kemagnetan ............................................. 7
2.6 Gejala Kemagnetan Pada Atom ................................................. 8
2.7 Medan Magnet ..................................................................... 8
2.7.1 Momen Magnetik .......................................................... 8
2.7.2 Induksi Magnetik .......................................................... 9
2.7.3 Kuat Medan Magnetik ..................................................... 9
2.7.4 Intensitas Kemagnetan ................................................... 9
2.8 Macam-Macam Magnet .......................................................... 10
2.8.1 Magnet Permanen ....................................................... 10
2.8.2 Magnet Remanen ........................................................ 10
2.9 Bahan Magnetik dan Bahan Non-Magnetik .................................... 11
2.10 Mengelompokkan Bahan Magnetik dan Non-Magnetik ...................... 11
2.10.1 Komposisi Bahan Magnetik dan Bahan Non Magnetik ............... 11
2.11 Bahan Magnetik .................................................................. 12
2.11.1 Bahan Diamagnetik .................................................... 13
2.11.2 Bahan Paramagnetik .................................................... 15
ii
2.16.4.2
2.16.4.3
Densitas ....................................................... 43
2.17.1.2
Porositas ....................................................... 43
2.17.1.3
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pola medan magnet pada pasir besi ditaburkan diatas kertas ........... 4
Gambar 2.2 Kutub Magnet .................................................................... 6
Gambar 2.3 Kutub Magnet dan arah magnet .............................................. 7
Gambar 2.4 Arah momen magnetik bahan non magnetik ................................ 8
Gambar 2.5 Arah momen magnetik bahan magnetik ..................................... 9
Gambar 2.6 Susunan dwikutub bahan-bahan magnetik ................................. 12
Gambar 2.7 Arah domain-domain dalam bahan paramagnetik sebelum diberi medan
magnet luar ........................................................................ 15
Gambar 2.8 Arah domain dalam bahan paramagnetik setelah diberi medan magnet
luar.................................................................................. 16
Gambar 2.9 Arah orientasi momen dipol magnet bahan ................................ 17
Gambar 2.10 Magnetostriksi joule sebagai fungsi dari medan magnet (H) ........... 20
Gambar 2.11 .................................................................................. 23
Gambar 2.12 .................................................................................. 23
Gambar 2.13 .................................................................................. 24
Gambar 2.14 .................................................................................. 24
Gambar 2.15 .................................................................................. 25
Gambar 2.16 Jerat histerisis bahan ferro ................................................ 27
Gambar 2.17 histeris material magnet ................................................... 27
Gambar 2.18 Prototipe magnet motor DC mini (Dedi, 2002) ......................... 30
Gambar 2.19 A. Magnet loudspeaker keramik, B dan C. Motor listrik kecil, D.
Taconite iron core (Cullity, 1972) ............................................. 30
Gambar 2.20 Kurva saat proses megnetisasi [Moulson A.J, et all., 1985] .......... 32
Gambar 2.21 Kurva histerisis material magnetik [Moulson A.J, et all., 1985] ..... 30
Gambar 2.22 Kurva yang menunjukkan perbandingan sifat magnet dari beberapa
jenis magnet permanen ......................................................... 34
Gambar 2.23 Proses sinter padat .......................................................... 41
Gambar 2.24 Pengaruh suhu sintering pada (1) Porositas, (2) Densitas, (3) Tahanan
listrik, (4) Kekuatan, dan (5) Ukuran butir ..................................... 42
Gambar 2.25 Alat Vibrating Sample Magnetometer (VSM) tipe OXFORD VSM1.2H
(BATAN) .............................................................................. 46
v
vi
DAFTAR TABEL
vii
RINGKASAN
Bahan magnetik adalah suatu bahan yang memiliki sifat kemagnetan
dalam komponen pembentuknya. Menurut sifatnya terhadap adanya pengaruh
kemagnetan, bahan dapat digolongkan menjadi 5 yaitu diamagnetik,
paramagnetik, feromagnetik, anti ferromagnetik, dan ferrimagnetik (ferri).
Bahan diamagnetik adalah bahan yang sulit menyalurkan garis gaya magnet
(ggm). Bahan paramagnetik adalah bahan yang dapat menyalurkan ggm tetapi
tidak
banyak.
Permeabilitasnya
sedikit
lebih
besar
dari
1,
susunan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Magnet tentu saja bukan merupakan suatu kata yang baru untuk kita
dengar, melainkan suatu kata yang sangat lumrah dan tak asing di telinga
kita. Magnet bahkan telah sangat banyak berperan di dalam kehidupan
manusia.
Sebagai
contoh
penggunaan
bahan
magnetik
adalah
inti
transformator, magnet pada pengeras suara dan masih banyak lagi contoh
penggunaan ahan magnetik yang lain.
Bahan listrik khususnya bahan magnetik sudah sering digunakan oleh
masyarakat luas untuk berbagai macam aplikasi peralatan listrik seperti yang
telah disebutkan di atas. Dan tentunya peralatan tersebut didukung oleh
keamanan peralatan serta keamanan konsumen atau pengguna. Untuk itu
pengguna harus mengetahui bahan magnetik yang ada dan diperhatikan dalam
ketepatan pemilihan bahan oleh para pengguna.
Bahan-bahan
kemagnetannya,
dibagi
yaitu
menjadi
diamagnetik,
berdasarkan
paramagnetik,
sifatnya
terhadap
feromagnetik,
anti
latar
belakang
diatas
dapat
dirumuskan
beberapa
permasalahan yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan magnetisasi?
2. Bagaimana penggolongan bahan-bahan magnetik dan parameterparameter magnetik tersebut?
3. Apa saja bahan-bahan magnetik lunak yang lain dan bahan magnet
permanen?
4. Bagaimana aplikasi magnetik dalam kehidupan sehari-hari?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah:
1. Mengetahui dan mempelajari tentang magnetisasi
2. Mengetahui penggolongan bahan-bahan magnetik dan parameter2
parameter magnetik.
3. Mengetahui bahan-bahan magnetik lunak yang lain dan bahan magnet
permanen.
4. Menerapkan aplikasi magnetik dalam kehidupan.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Penulis
Untuk mengenal lebih jauh materi tentang magnetisasi dalam bahan,
jenis-jenis magnetik, menerapkan aplikasi magnetik dalam kehidupan
dan makalah ini dibuat sebagai tugas matakuliah bahan elektrik.
2. Pembaca
Untuk membantu pembaca untuk mengenal lebih jauh materi tentang
magnetisasi dalam bahan, jenis-jenis magnetik, menerapkan aplikasi
magnetik dalam kehidupan dan makalah ini dibuat sebagai tugas
matakuliah bahan elektrik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian magnet
Magnet atau magnit adalah suatu obyek yang mempunyai suatu medan
magnet. Asal kata magnet diduga dari kata magnesia yaitu nama suatu daerah
di Asia kecil. Menurut cerita di daerah itu sekitar 4.000 tahun yang lalu telah
ditemukan sejenis batu yang memiliki sifat dapat menarik besi atau baja atau
campuran logam lainnya. Benda yang dapat menarik besi atau baja inilah yang
disebut magnet. Di dalam kehidupan sehari-hari kata magnet sudah sering
kita dengar, namun sering juga berpikir bahwa jika mendengar kata magnet
selalu berkonotasi menarik benda. Untuk bisa mengambil suatu barang dari
logam (contoh obeng besi) hanya dengan sebuah magnet, misalkan pada
peralatan perbengkelan biasanya dilengkapi dengan sifat magnet sehingga
memudahkan untuk mengambil benda yang jatuh di tempat yang sulit
dijangkau oleh tangan secara langsung. Bahkan banyak peralatan yang sering
digunakan, antara lain bel listrik, telepon, dinamo, alat-alat ukur listrik,
kompas yang semuanya menggunakan bahan magnet.
Gambar2.1 Pola medan magnet pada pasir besi yang ditaburkan diatas kertas
Satuan
intensitas
magnet
menurut
sistem
metrik
pada
Satuan
Internasional (SI) adalah Tesla dan SI unit untuk total fluks magnetik adalah
weber. 1 weberm2=1 tesla, yang memengaruhi satu meter persegi.
Untuk menjelaskan tentang magnet, Weber mengemukakan teorinya
yang disebut dengan Hipotesis Weber yang isinya sebagai berikut:
1 Bahan magnetik terdiri atas atom-atom magnetik yang disebut magnet
elementer. Setiap magnet memiliki kutub utara dan kutub selatan.
Ketka magnet dipotong, maka potongan-potongan tersebut akan
menjadi magnet baru yang juga mempunyai kutub utara dan kutub
4
yang
bukan
magnet,
magnet
elementernya
mempunyai
arah
2.2
Sifat-Sifat Magnet
Induksi magnet.
kemagnetan besi lebih mudah hilang daripada baja. Oleh sebab itu, besi lebih
sering digunakan untuk membuat elektromagnet.
2.4
Kutub Magnet
Semua
magnet
bagaimanapun
mempunyai
bentuknya,
sifat-sifat
mempunyai
dua
tertentu.
ujung
Setiap
dimana
magnet,
pengaruh
magnetiknya paling kuat. Dua ujung tersebut dikenal sebagai kutub magnet.
Salah satu kutub diberi nama kutub utara (U) dan kutub yang lain diberi nama
kutub selatan (S). Magnet dibuat dalam berbagai bentuk dan ukuran meliputi
magnet batang, tapal kuda, U, dan cakram.
Jika dua magnet saling didekatkan, mereka saling mengerahkan gaya,
yaitu gaya magnet. Gaya magnet, seperti gaya listrik, terdiri dari tarikmenarik dan tolak-menolak. Jika dua kutub utara saling didekatkan, kedua
kutub tersebut akan tolak-menolak. Demikian juga halnya jika dua kutub
selatan saling didekatkan maka akan saling tolak-menolak. Namun, jika kutub
utara utara salah satu magnet didekatkan ke kutub selatan magnet lain,
kutub-kutub tersebut akan tarik menarik. Aturan untuk kutub-kutub magnet
tersebut berbunyi: Kutub-kutub senama akan tolak-menolak dan kutub-kutub
tidak senama akan tarik menarik.
Kutub magnet selalu ditemukan berpasangan, kutub utara dan kutub
selatan. Jika sebuah magnet dipotong menjadi dua buah, dihasilkan dua
magnet yang lebih kecil masing-masing mempunyai satu kutub utara dan satu
kutub selatan. Prosedur ini dapat diulang-ulang, namun selalu dihasilkan
sebuah magnet lengkap yang terdiri dari dua kutub yaitu kutub utara dan
selatan.
2.5
2. Dibanting-banting.
3. Dipukul-pukul.
2.6
spin elektron oleh ahli fisika. Momen magnetik disebut magneton Bohr, dan
sama dengan 9,27x1027 A.m2. Elektron biasanya berpasangan dalam orbit dan
membentuk spin atas dan bawah. Jadi, efek luar dari momen tersebut tidak
ada.
Atom akan bersifat magnet bila ada ketidakseimbangan dalam spin
elektron. Akhirnya, diketahui bahwa hanya beberapa elektron memiliki spin
elektron yang tidak seimbang, dan d engan demikian memiliki momen
magnetik.
2.7
Medan Magnet
Medan magnet adalah daerah disekitar magnet yang masih merasakan
adanya gaya magnet. Jika sebatang magnet diletakkan dalam suatu ruang,
maka terjadi perubahan dalam ruang ini yaitu dalam setiap titik dalam ruang
akan terdapat medan magnetik. Arah medan magnetik di suatu titik
didefenisikan sebagai arah yang ditunjukkan oleh kutub utara jarum kompas
ketika ditempatkan pada titik tersebut.
2.7.1 Momen Magnetik
Bila terdapat dua buah kutub magnet yang berlawanan +m dan m
) adalah:
terpisah sejauh l, maka besarnya momen magnetiknya) (
= ml
(2.1)
(2.2)
= 4
, satuan
dalam cgs adalah
Hubungan medan sekunder
gauss, sedangkan dalam geofisika eksplorasi dipakai satuan gamma (g) dan
dalam SI adalah tesla (T) atau nanoTesla (nT).
2.7.3 Kuat Medan Magnetik
) pada suatu titik yang berjarak r dari m1
Kuat medan magnet (
didefinisikan sebagai gaya persatuan kuat kutub magnet, dapat dituliskan
sebagai:
= = 12
(oersted)
(2.3)
menyearahkan
momen-momen
magnetik
dalam
medan
volume. Satuan magnetisasi dalam cgs adalah gauss atau emu.Cm-3 dan
dalam SI adalah Am-1.
=
Dimana
(2.4)
I = Intensitas Kemagnetan
V = Volume
2.8
Macam-Macam Magnet
Berdasarkan sifat kemagnetannya magnet dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu:
2.8.1
Magnet Permanen
Magnet batang
Magnet jarum
Magnet silinder
Magnet lingkaran
2.8.2
Magnet Remanen
electromagnet.
Keuntungan
electromagnet
adalah
bahwa
10
2.9
magnet alam, yakni magnet yang ditemukan di alam dan magnet buatan,
yakni magnet yang sengaja dibuat oleh manusia.
Selanjutnya,
berdasarkan
sifat
kemagnetannya,
magnet
buatan
Magnet Alam
Magnet alam (dahulu disebut batu magnet). Magnet alam adalah
mineral, Fe3O4 dalam fasa keramik alamiah dengan ion O2 dalam kisi
kps. Ion besi berada dalam lokasi intertisial rangkap 4 dan rangkap 6.
11
Secara lebih terinci dapat dilihat ion Fe 2+ berada pada lokasi rangkap 6,
sedangkan ion Fe3+ terbagi rata pada rangkap 6 dan rangkap 4. Struktur
ini termasuk jenis struktur NiFe2O4 yang disebut spinnel. Sel satuan ini
bersifat magnetik karena momen magnet ion pada lokasi rangkap 6 sama
arahnya dan yang berada pada lokasi rangkap 4 berlawanan arah.
B.
Magnet Buatan
Selanjutnya, berdasarkan sifat kemagnetannya, magnet buatan
dikelompokkan
menjadi
magnet
tetap
(permanen)
dan
magnet
12
b. Ferromagnetik
c. Antiferromagnetik
d. Ferrimagnetik
Bahan
yang
resultan
medan
magnet
atomis
masing-masing
Bismut
-16.4 x 10-5
Tembaga
-0.98 x 10-5
Intan
-2.2 x 10-5
-2.8 x 10-5
14
Perak
-2.4 x 10-5
Emas
-3.5 x 10-5
Hidrogen (1 atm)
-0.22 x 10-8
Nitrogen (1 atm)
-0.67 x 10-8
Karbondioksida (1
atm)
-1.19 x 10-8
1989).
Di
bawah
pengaruh
medan
eksternal,
mereka
15
Pada bahan ini, efek diamagnetik (efek timbulnya medan magnet yang
melawan medan magnet penyebabnya) dapat timbul, tetapi pengaruhnya
sangat kecil.
Dalam bahan ini hanya sedikit spin elektron yang tidak berpasangan,
sehingga bahan ini sedikit menarik garis-garis gaya. Dalam bahan
paramagnetik, medan B yang dihasilkan akan lebih besar dibanding dengan
nilainya
dalam
hampa
udara.
Suseptibilitas
magnet
dari
bahan
paramagnetik adalah positif dan berada dalam rentang 10-5 sampai 10-3
m3/Kg,
sedangkan
permeabilitasnya
adalah
>0.
Contoh
bahan
16
tertarik
oleh
medan
magnet,
paramagnet
tidak
mempertahankan
Bahan
yang
resultan
medan
magnet
atomis
masing-masing
= 0
(2.5)
Jika diberikan medan magnet luar, sebaguan dari dipol magnetnya akan
terorientasi, sehingga magnetisasinya menjadi:
= . |
| 3
(2.6)
adalah vektor satuan dari medan magnet dan N adalah jumlah dipol
per m3. Suseptibilitas magnetnya :
= 0 =
0 2
(2.7)
Gambar 2.9 Arah orientasi momen dipol magnet bahan (a) Tanpa medan magnet luar (b)
Dengan magnet luar
17
Contoh :
Bahan
Aluminium
2.1 x 10-5
GdCl3
603 x 10-5
Magnesium
1.2 x 10-5
Natrium
0.84 x 10-5
Titan
18 x 10-5
Tungsen
7.6 x 10-5
Oksigen
(1
atm)
193.5 x 10-8
tetangganya
menyebabkan
sebagian
besar
atom
akan
tetap memiliki medan magnet, karena itu bahan ini sangat baik sebagai
sumber
magnet
permanen.
Permeabilitas
bahan:
dengan
yang
kuat.
Ketika
bahan
feromagnetik
dalam
keadaan
kelakuan
Ferromagnetisme
dan
magnet
yang
ferromagnetisme
kita
jumpai
merupakan
sehari-hari.
dasar
untuk
19
Jika solenoid diisi bahan ini akan dihasilkan induksi magnetic sangat
besar (bias ribuan kali). Permeabilitas bahan ini: > 0
Contoh: besi, baja, besisilikon, nikel, kobalt.
20
Gambar 2.10 Magnetostriksi joule sebagai fungsi dari medan magnet (H)
Perubahan
searah
panjang
juga
menyebabkan
perubahan
Bismut
-16.4 x 10-5
Tembaga
-0.98 x 10-5
21
Intan
-2.2 x 10-5
-2.8 x 10-5
Perak
-2.4 x 10-5
Emas
-3.5 x 10-5
Hidrogen (1 atm)
-0.22 x 10-8
Nitrogen (1 atm)
-0.67 x 10-8
Karbondioksida (1
atm)
-1.19 x 10-8
2.11.4
22
Gambar 2.11
Gambar 2.12
= +
(2.8)
Bahan
()
()
FeCl2
24
48
MnF2
67
82
FeO
195
570
CoO
291
330
NiO
520
Gambar 2.13
Gambar 2.14
oleh jenis bahan yang disesuaikan dengan kekuatan medan magnet. Pada
sebagian besar bahan, proses magnetisasi sangat kecil. Bahan yang
menghasilkan magnetisasi kuat sekalipun berada di medan magnet yang lemah
disebut feromagnetik.
Bahan feromagnetik terdiri dari dua bidang kecil yaitu kompleks weiss
dan bidang-bidang elementer. Bahan tersebut akan mengalami magnetisasi
tinggi karena sumbu-sumbu perputaran elektronnya sejajar. Faktor lain yang
melemahkan magnetisasi adalah pengarahan kompleks weiss pada bahan yang
sembarangan. Misalnya terjadi pada sebuah batang besi yang dimagnetisasi
namun arah kompleks weiss sembarangan maka besi tersebut tidak akan
menjadi magnet atau tidak mengalami magnetisasi. Pengarahan kompleks
weiss yang benar adalah terarah sejajar dengan medan bahan yang akan
dimagnetisasi. Magnetisasi akan terjadi jika semua bidang bahan sudah
terbentuk dan bahan tersebut sudah dikatakan jenuh.
Semua bahan adalah memungkinkan menghasilkan medan magnetik, dari
itu secara eksperimental untuk menimbulkan momem magnetik. Besar momen
ini per unit volume disebut magnetisasi dari madium (M) dengan satuan
C/m.dt atau A/m.
Induksi magnetik (rapat fluks) adalah penjumlahan dari effek pada
keadaan fakum suatu bahan, besar rapat fluks (B) menjadi:
Gambar 2.15
= = 0 ( + )
Untuk non-ferro/material non-ferrimagnetik:
0 0 , 0
Untuk ferro/material ferrimagnetik:
0 0 , 0
= 0 . + 0 .
= ( 1). = .
(2.9)
(2.10)
(2.11)
(2.12)
(2.13)
(2.14)
25
(2.15)
= 0
(2.16)
= r.o
(2.17)
Sehingga:
B = r.o.H
adalah
(2.18)
permeabilitas
bahan
yang merupakan
hasil perkalian
(2.19)
Besarnya untuk
bahan
26
27
keramik, bahan itu tidak lain adalah oksida besi yang disebut ferit besi
(ferrous ferrite) dengan rumus kimia
MO(Fe2O3)
6,
(2.20)
29
Gambar 2.20 Kurva saat proses megnetisasi [Moulson A.J, et all., 1985].
30
Pada gambar 2.20 di atas tampak bahwa kurva tidak berbentuk garis
lurus sehingga dapat dikatakan bahwa hubungan antara B dan H tidak
linier. Dengan kenaikan harga H, mula-mula B turut naik cukup besar,
tetapi mulai dari nilai H tertentu terjadi kenaikan nilai B yang kecil dan
makin lama nilai B akan konstan. Harga medan magnet untuk keadaan
saturasi disebut dengan Bs atau medan magnet saturasi. Saturasi
magnetisasi adalah keadaan dimana terjadi kejenuhan, nilai medan
magnet B akan selalu konstan walaupun medan eksternal H dinaikkan
terus.
Bahan yang mencapai saturasi untuk harga H rendah disebut magnet
lunak seperti yang ditunjukkan kurva (a). Sedangkan bahan yang
saturasinya terjadi pada harga H tinggi disebut magnet keras seperti yang
ditunjukkan kurva (c). Sesudah mencapai saturasi ketika intensitas magnet
H diperkecil hingga mencapai H = 0, ternyata kurva B tidak melewati jalur
kurva semula. Pada harga H = 0, medan magnet atau rapat fluks B
mempunyai harga Br 0 seperti ditunjukkan pada kurva histerisis pada
gambar 2.9. Harga Br ini disebut dengan induksi remanen atau remanensi
bahan. Remanen atau ketertambatan adalah sisa medan magnet B dalam
proses magnetisasi pada saat medan magnet H dihilangkan, atau
remanensi terjadi pada saat intensitas medan magnetik H berharga nol
dan medan magnet B menunjukkan harga tertentu.
Pada gambar 2.10 tampak bahwa setelah harga intensitas magnet H =
0 atau dibuat negatif (dengan membalik arus lilitan), kurva B(H) akan
memotong sumbu pada harga Hc. Intensitas Hc inilah yang diperlukan
untuk membuat rapat fluks B=0 atau menghilangkan fluks dalam bahan.
Intensitas magnet Hc ini disebut koersivitas bahan. Koersivitas digunakan
untuk membedakan hard magnet atau soft magnet. Semakin besar gaya
koersivitasnya maka semakin keras sifat magnetnya. Bahan dengan
koersivitas tinggi berarti tidak mudah hilang kemagnetannya.
Untuk menghilangkan kemagnetannya diperlukan intensitas magnet H
yang besar. Bila selanjutnya harga diperbesar pada harga negatif sampai
mencapai saturasi dan dikembalikan melalui nol, berbalik arah dan terus
diperbesar pada harga H positif hingga saturasi kembali, maka kurva B(H)
31
Gambar 2.21 Kurva histerisis material magnetik [Moulson A.J, et all., 1985].
terdapat pada tabel 2.6 dan dapat dibandingkan dengan data tabel 2.5.
Rasio B/H disebut permeabilitas. Nilai rasio B/H yang tinggi berarti bahwa
magnetisasi mudah terjadi karena diperlukan medan magnet kecil untuk
menghasilkan rapat fluks yang tinggi (induksi).
Tabel 2.6. Sifat berbagai magnet lunak (dari berbagai sumber)
logam/alloy
(SmCo,
AlNiCo,
dan
NdFeB)
memang
jauh
sifat
magnetnya
dari
beberapa
material
dapat
33
sangat tergantung pada jenis keramik yang akan dibuat, aplikasinya dan sifatsifat fisis yang diinginkan.
2.16.1 Pencampuran bahan baku
Blending dan mixing merupakan istilah yang biasa digunakan dalam
proses pembuatan material dengan menggunakan metode serbuk akan
tetapi kedua proses tersebut memiliki arti yang berbeda. Menurut standar
ISO, blending didefenisikan sebagai proses penggilingan suatu material
tertentu hingga menjadi serbuk yang merata pada beberapa komposisi
nominal. Proses blending dilakukan untuk menghasilkan serbuk yang sesuai
dengan komposisi dan ukuran yang diinginkan. Sedangkan mixing
didefenisikan sebagai pencampuran dua atau lebih serbuk yang berbeda
(Downson , 1990).
Pencampuran bahan baku dibutuhkan untuk mendapatkan campuran
material yang homogen agar produk yang dihasilkan lebih sempurna.
Proses pencampuran yang umum dilakukan adalah pencampuran secara
kimia basah (wet chemical process). Proses ini dilakukan melalui
pencampuran dalam bentuk larutan, sehingga akan diperoleh tingkat
homogenitas yang lebih tinggi daripada cara konvensional. Metode ini
dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: metode desolven dan metode
presitipasi. Metode desolven dilakukan dengan cara mencampurkan
beberapa sistem larutan kemudian diubah menjadi serbuk dengan cara
pelepasan bahan bahan pelarutnya (solven) secara fisika melalui
pemanasan/pendinginan secara tepat supaya tidak terjadi proses seperasi
senyawa-senyawa (kation-kation). Metode presitipasi adalah proses bahan
terlarut (solute) dari larutan dengan cara pengendapan. Untuk mengubah
endapan menjadi serbuk dilakukan proses pemanasan/kalsinasi. Contoh
dari metode ini antara lain coorpresipitasi, sol gel (James S.R, 1988).
2.16.2 Proses Kalsinasi
Proses
kalsinasi
adalah
proses
pembakaran
tahap
awal
yang
35
36
37
terhadap
serbuk
halus
dengan
menggunakan
sintering
pemadatan/densifikasi
pada
dari
magnet
keramik
sekumpulan
adalah
serbuk
pada
suatu
suhu
proses
tinggi
penyusutan (shrinkage).
pengikatan
mula
antar
partikel
yang
menyebabkan
terbentuknya daerah yang disebut dengan leher (neck) dan leher ini
akan terus berkembang menjadi besar selama proses sintering
berlangsung.
Pertumbuhan
leher
tersebut
terjadi
karena
adanya
pertumbuhan
leher
ini
akan
menuju
kepada
tahap
39
pori
(tahap
kontak
kelima
baru
yang
dari
proses
sinter),
akan
terbentuk
di
yang
antara
permukaan-permukaan pori.
4. Tahapan pembulatan pori.
Setelah tahap pertumbuhan leher, material dipindahkan di
permukaan pori dan pori tersebut akan menuju kedaerah leher yang
mengakibatkan permukaan dinding tersebut menjadi halus. Bila
perpindahan massa terjadi terus-menerus melalui daerah leher,
maka pori disekitar permukaan leher akan mengalami proses
pembulatan. Dengan temperatur dan waktu yang cukup pada saat
proses sinter maka pembulatan pori akan lebih sempurna.
5. Tahap penyusutan
Merupakan tahap yang terjadi dalam proses sinter. Hal ini
berhubungan dengan proses densifikasi (pemadatan) yang terjadi.
Tahap penyusutan ini akan menyebabkan terjadinya penurunan
volume, disisi lain sampel yang telah disinter akan mejadi lebih
padat. Dengan adanya penyusutan ini kepadatan pori akan
meningkat dan dengan sendirinya sifat mekanis dari bahan tersebut
juga akan meningkat, khususnya kekuatan dari sampel setelah
sinter.
Tahap penyusutan pori ini terjadi akibat pergerakan gas-gas
yang terdapat di daerah pori keluar menuju permukaan. Dengan
demikian tahap ini akan meningkatkan berat jenis yang telah
disinter.
40
dalam bahan padat itu sendiri, sehingga diperlukan suhu tinggi dalam
proses sintering. (Van Vlack, 1989).
2.16.4.3 Efek Sintering Terhadap Sifat Sampel
Efek suhu sintering terhadap sifat bahan (porositas, densitas,
tahanan listrik, kekuatan mekanik dan ukuran butir) selama proses
pemadatan serbuk ditunjukkan pada gambar 2.24.
Gambar 2.24 Pengaruh suhu sintering pada (1) Porositas, (2) Densitas, (3)
Tahanan listrik, (4) Kekuatan, dan (5) Ukuran butir (M M. Ristic, 1979)
42
(2.21)
Dimana:
= Densitas (gram/cm3)
m = Massa sampel (gram)
v = Volume sampel (cm3)
Dalam
pelaksanaannya
kadang-kadang
sampel
yang
diukur
Densitas = ()
(2.22)
Dimana:
Mkw = massa kawat penggantung sampel (gram)
Mb = massa sampel setelah direbus dalam air selama 3-5 jam (gram).
Mg = massa sampel digantung dalam air (gram).
Mk = massa sampel kering setelah dilakukan pengeringan dalam oven
dengan suhu 100oC selama 1 jam, hal ini dilakukan sampai
beberapa kali pengulangan hingga massanya konstan (gram).
2.17.1.2 Porositas
Porositas dapat didefenisikan sebagai perbandingan antara jumlah
volume lubang-lubang kosong yang dimiliki oleh zat padat (volume
kosong) dengan jumlah dari volume zat padat yang ditempati oleh zat
padat. Porositas pada suatu material dinyatakan dalam persen (%)
43
rongga fraksi volume dari suatu rongga yang ada di dalam material
tersebut. Besarnya porositas pada suatu material bervariasi mulai dari
0 % sampai dengan 90 % tergantung dari jenis dan aplikasi material
tersebut.
Ada dua jenis porositas yaitu porositas terbuka dan porositas
tertutup. Porositas yang tertutup pada umumnya sulit untuk
ditentukan karena pori tersebut merupakan rongga yang terjebak di
dalam padatan dan serta tidak ada akses ke permukaan luar,
sedangkan pori terbuka masih ada akses ke permukaan luar, walaupun
ronga tersebut ada ditengah-tengah padatan. Untuk pengukuran
porositas suatu bahan mengacu pada standar (ASTM C 373), khususnya
untuk material berpori. Porositas suatu bahan pada umumnya
dinyatakan sebagai porositas terbuka atau apparent porosity, dan
dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
Porositas = () 100%
(2.23)
Dimana:
Mkw = massa kawat penggantung sampel (gram)
Mb = massa sampel setelah direbus dalam air selama 3-5 jam (gram).
Mg = massa sampel digantung dalam air (gram).
Mk = massa sampel kering setelah dilakukan pengeringan dalam oven
dengan suhu 100oC selama 1 jam, hal ini dilakukan sampai
beberapa kali pengulangan hingga massanya konstan (gram).
2.17.1.3 Kekuatan magnet
Magnet memiliki daya tarik menarik dan daya tolak menolak jika
didekatkan di antara kutub-kutub magnet. Daya tarik menarik ini
diakibatkan oleh medan magnet, dan menghasilkan medan magnet.
Hal ini terjadi ketika arus mengalir pada sebuah konduktor, pertama
kali diamati oleh Oersted pada tahun 1819. Medan magnet juga dapat
dihasilkan dari magnet tetap. Pada saat itu tidak ada arus yang
mengalir, akan tetapi gerak orbital dan spin elektron ( dinamakan
Amperican currents) bahan magnet tetap yang telah melalui proses
magnetisasi terlebih dahulu dengan menggunakan medan magnet luar.
44
sehingga
kondisi
tertentu
(saturasi).
Kemudian
suatu nilai saturasi dengan arah medan magnet yang berlawanan, dan
pada akhirnya bahan akan memiliki daya tarik pada logam.
Untuk mengukur sifat-sifat magnet tersebut biasanya alat yang
digunakan yaitu Vibrating Sample Magnetometer (VSM), Alat VSM
merupakan
salah
satu
jenis
peralatan
yang
digunakan
untuk
45
Oleh
sebab
itu,
jarak
tambahan
satu
berkas
(2.24)
(2.25)
100%
Dengan:
Xm = jumlah fraksi fasa atau % kristalisasi
= jumlah intensitas salah satu dari fasa yang terbentuk
= jumlah intensitas fasa seluruhnya
2.18 Jenis Magnet Permanen
Produk
magnet
permanen
ada
dua
macam
berdasarkan
teknik
47
48
49
energy
elektromagnetik,
seperti
waveguide
dan
itu
juga
disebutkan
peralatan
telekomunikasi
radio
yang
51
namun
akurat.
MRI
menggunakan
magnet
untuk
Mengobati Epilepsi
Pengobatan magnetic dapat mengurangi gejala penyakit
epilepsy kronis. Sebuah penelitian di Jerman pada tahun 1999
menemukan
bahwa magnet
dengan
frekuensi
rendah
dapat
para
peneliti
mengakui
bisa
Mengobati Alzheimer
Sebuah penelitian di Italia menemukan bahwa pengobatan
magnetic dapat meningkatkan aktivitas kortikal otak pasien dan
membantu memahami dunia di sekitarnya dengan lebih baik.
Laporan yang dimuat dalam Jurnal of Neurology, Meurology and
Psychiatry ini menemukan bahwa stimulasi magnetik yang berulang
dapat bermanfaat bagi pasien penyakit saraf seperti Alzheimer.
Meringankan Depresi
Pasien depresi yang mendapat stimulasi magnetic mengakui
lebih
relaks
dibandingkan
jika
tidak
mendapat
pengobatan
52
pengobatan
magnetic.
Hasilnya,
14%
pasien
sel-sel
induk
meningkat
kali
karena
partikel
53
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
di atas dapat
ditarik
lima
golongan,
yaitu
diamagnetik,
paramagnetik,
Saran
54
GLOSSARIUM
A
Alnico:
Anisotrop:
segala
arah.
Dapat
didefinisikan
sebagai
E
Eddy Current:
Elektromagnet:
F
Fluks Magnetik:
G
Garnet:
I
Induksi:
Isotrop:
K
Koersivitas:
Kompaksi:
M
Momen Dipol:
N
Nano Komposit:
P
Permeabilitas:
Propagasi:
R
Remanensi:
S
Sistem Eksitasi:
dengan
besar
tegangan
keluaran
generator
56
Spin:
Suseptibilitas:
Suspensi:
T
Torsi:
Transformator:
W
Waveguide:
57
DAFTAR PUSTAKA
Ariawan, Putu Rusdi. 2010. Bahan-nahan Magnetik. Bali: Universitas Udayana
Muhaimin. 1993. Bahan-Bahan Listrik Untuk Politeknik. Jakarta : PT Pradnya
Paramita.
Sumanto, MA.Drs. 1944. Pengetahuan Bahan Untuk Mesin Dan Listrik.
Yogyakarta: Andi Offset.
http://dosen.narotama.ac.id/wp-content/uploads/2012/12/modul-13-SIFATKEMAGNETAN-BAHAN.doc
http://dunia-listrik.blogspot.com/2009/03/ilmu-bahan-listrik-bahanpenyekat.html
http://eprints.undip.ac.id/41642/2/2._bab_1-3.pdf
http://jonioke.blogspot.com/2010/04/sifat-bahan-isolator.html
http://penjagahati-zone.blogspot.com/2011/01/diamagnetic-paramagnetikdan.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/26544/Chapter%20II
.pdf;jsessionid=E877B236E9F8E9E6FBCC9528568E33E9?sequence=4
http://www.scribd.com/doc/175893290/Bahan-Konduktor-Ibl
http://www.scribd.com/doc/231134469/bahan-penyekat
http://www.scribd.com/doc/23289692/14-Sifat-Magnetik-Bahan
http://www.scribd.com/doc/34480498/BAHAN-BAHAN-MAGNETIK
http://www.scribd.com/doc/49076490/Paramagnetik 28 maret
http://www.scribd.com/doc/51137867/ILMU-BAHAN-TEKNIK
http://www.scribd.com/doc/57124587/Diamagnetic
https://cakepmuchtar.files.wordpress.com/
https://vandha.wordpress.com/my-courses/c-kutub-magnet/
https://www.academia.edu/8436234/BAHAN-BAHAN_MAGNETIK
58