Penatalaksanaan Keperawatan Pasien Gangguan Sistem Perkemihan
Penatalaksanaan Keperawatan Pasien Gangguan Sistem Perkemihan
SI ST EM PERKEM I H AN
cairan tersebut, yaitu air, glukosa, natrium, klorida, sulfat, dan bikarbonat. Ditampung oleh
simpai Bowman yang selanjutnya diteruskan ke tubulus-tubulus ginjal.
Proses reabsorbsi terjadi pada tubulus-tubulus ginjal. Di sini terjadi penyerapan
kembali dari sebagian air, glokosa, atrium, klorida, sulfat, bikarbonat dan beberapa
ion bikarbonat. Pada tubulus ginjal bagian atas, terjadi proses pasif (reabsorpsi
obligatori). Sedangkan pada tubulus ginjal bawah terjadi proses aktif (fakultatif reabsorpsi)
yang menyerap kembali natrium dan ion bikarbonat bila diperlukan. Sisa hasil
reabsorpsi akan dialirkan ke papilla renalis.
Pelvis renalis (piala ginjal) merupakan bagian dari ginjal dengan duktus papillaris Bellini
bermuara pada renalis yang menyebabkan terbentuknya area kribiformis pada papilla
ginjal. Papilla renalis terlihat, menonjol ke dalam satu kaliks minor, bersatu menjadi
kaliks mayor, inipun menjadi pelvis renalis. Pelvis renalis ini berlanjut menjadi ureter.
Ureter
Air kemih disekresi oleh ginjal, dialirkan ke vesika urinairia (kandung kemih) melalui
ureter. Ureter berada pada kiri dan kanan kolumna vertebralis (tulang punggung) yang
menghubungkan pelvis renalis dengan kandung kemih.
Panjang ureter kurang lebih 30 cm dan berdiameter 0,5 cm. Uretra sebagian
terletak dalam rongga perut (pars abdominalis) dan selanjutnya berjalan di dalam
rongga panggul (pars pelvira). Otogenitis ureter termasuk berasal dari mesoderm,
karena itu, ureter juga terletak pada retroperitonialis. Dinding utera terdiri atas tiga
lapisan, yaitu lapisan mukosa, otot polos, dan
jaringan fibrosa.
Vesika urinaria
Aliran urine dari ginjal akan bermuara ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).
Kandung kemih merupakan kantong yang dapat menggelembung seperti balon karet,
terletak di belakang simfisis pubis, di dalam rongga panggul. Bila terisi penuh,
kandung kemih dapat terlihat sebagian ke luar dari rongga panggul.
Kandung kemih berbentuk seperti kerucut. Bagian-bagiannya ialah verteks, fundus, dan
korpus. Bagian verteks adalah bagian yang meruncing ke arah depan dan berhubungan
dengan ligamentum vesiko umbilikale medius. Bagian fundus merupakan bagian yang
menghadap ke arah belakang dan bawah. Bagian korpus berada di antara verteks
dan fundus. Bagian fundus terpisah dari rektum oleh spasium rektovesikula yang terisi
oleh jaringan ikat, duktus deferens, vesikula seminalis. Dinding kandung kemih terdiri dari
tiga lapisan otot polos dan selapis mukosa yang berlipat-lipat. pada diding belakang
lapisan mukosa, terlihat bagian yang tidak berlipat, daerah ini disebut trigonum liestaudi.
Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi
menyalurkan air kemih ke luar dan juga untuk menyalurkan semen. Pada laki-laki, uretra
berjalan berkelok-kelok, menembus prostat, kemudian melewati tulang pubis, selanjutnya
menuju ke penis. Oleh karera itu, pada laki-laki, uretra terbagi menjadi 3 bagian, yaitu
pars proetalika, pars membranosa, dan pars kavernosa. Muara uretra ke arah dunia luar
disebut meatus. Pada perempuan, uretra terletak di belakang simfisis pubis, berjalan
miring, sedikit ke atas, panjangnya kurang lebih 3-4 cm. Muara uretra pada perempuan
terletak di sebelah atas vagina, antara klitoris dan vagina. Uretra perempuan berfungsi
sebagai saluran ekskretori.
Oliguri (jumlah urine yang keluar kurang dari normal, minimal urine keluar kurang
lebih 400 cc)
Urgensi (pasien berkeinginan untuk miksi, tetapi tidak terkontrol untuk keluar).
Pasien
mengalami
keraguan/kesukaran
saat
memulai
untuk
miksi.
Kelainan miksi:
Piuri (adanya nanah dalam urine, keadaan ini diketahui melalui pemeriksaan
mikroskopis,
disebabkan
tidak
semua
urine
mengandung nanah.
menjadi
keruh
karena
Selain hal-hal di atas, dalam pengkajian pasien harus termasuk : 1) identitas pasien;
2) riwayat kesehatan umum meliputi berbagai gangguan/penyakit yang lalu, yang
berhubungan atau yang dapat mempengaruhi penyakit perkemihan, riwayat
kesehatan keluarga, dan riwayat kesehatan pasien; 3) riwayat kesehatan sekarang
meliputi keluhan/gangguan yang berhubung
an dengan gangguan/penyakit yang dirasakan saat ini.
Dialisis renal dan transplantasi ginjal bila pasien mengalami gagal ginjal. Bila
ginjal tidak dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, pasien mengalami gagal
ginjal.
Prognosis. Gangguan ini pada anak-anak dapat menyebabkan kematian. Pada orang
dewasa bila tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan kegagalan ginjal.
Persiapan untuk tindakan IVP
Pukul 20:000 pasien diberikan 30 gram garam Inggris atau tablet laksansia
pada dinding uretra yang tertekan, misalnya karena hipertrofi prostat, fimosis.
Mengosol gkan kandung kemih untuk, suatu pemeriksan dan persiapan operas!.
indikasi:.
Persiapan pasien
Inkontinensi Urine
Inkontinensia urine adalah suatu keadaan urine bocor secara terus menerus. Penyebab
gangguan ini adalah trauma sfingter, gangguan neurogenik dari saluran urinaria bagian
bawah, adanya fistula karena operasi, kongenital fistula, ektopik uretral orifisium.
terasa
nyeri,
dan
dalam
urine
ditemukan
adanya
leukosit
dan
bakteri.
Penatalaksanaan gangguan ini dengan memberi pasien banyak minum dan tempi
antibiotika.
Pielonefritis kronik terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang sehingga kedua ginjal
perlahan-lahan menjadi rusak. Tanda dan gejala gangguan ini ditunjukkan dengan
adanya serangan pielonefritis akut yang berulang-ulang darn kesehatan pasien
semakin menurun pada akhirnya pasien mengalami gagal ginjal.
Pemeriksaan diagnostik untuk infeksi saluran kemih adalah dengan IVP, sistoskopi,
kultur urine, atau biopsi ginjal.
Prognosis baik bila dilakukan pengobatan tepat, tetapi bila infeksi berlangsung terns,
dapat terjadi atrofi pielonefritis. Komplikasi penyakit ini meliputi hipertensi, pembentukan
batu dan kegagalan ginjal. Sehingga perlu dilakukan pencegahan, dengan deteksi dini
dan perawatan serta pengobatan yang adekuat terhadap infeksi saluran kemih bagian
bawah (ureteritis, sistitis. uretritis).
Kultur urine
Kultur urine adalah menyiapkan urine steril untuk pemeriksaan kultur dengan cara
pengambilan urine tengah (mid-stream). Tujuan pemeriksaan ini untuk mengathui infeksi
saluran kemih.
Persiapan pasien a tat.
Urine yang pertama keluar tidak ditampung, pasien diminta untuk menahan
urinenya.
Biopsi Ginjal
Biopps! ginjal adalah mengambil sedikit jaringahginjal Tujuan tindakan ini untuk
nengetahui patologi-anatomi (PA) dari: jaringan ginjal. Indikasi tindakan inik untuk
pasien dengan penyakit ginjal seperti sindrom nefrotik atau karsinoma ginjal.
Persiapan pasien:
Tiga hari sebelum dilakukan biopsi pasien diberi vitamin K tablet atau suntikan
vitamin K selama 3 hari,berturut-turut.
Ureteritis
Ureteritis adalah peradangan pada ureter. Gangguan ini terjadi karena adanya
infeksi baik pada ginjal maupun kandung kemih.
Patofisiologi. Infeksi di ginjal (pielonefritis) menjadi ureteritis selanjutnya menjadi sistitis
(akibat infeksi desendens) atau sebaliknya. Aliran urine dari ginjal ke buli-buli dapat
terganggu karena timbulnya fibrosis pada dinding ureter, menyebabkan striktur dan
hidronefrosis, selanjutnya ginjal menjadi rusak, juga mengganggu peristaltik ureter.
Sistitis
Sistitis adalah peradangan pada vesika urinaria dan sering ditemui. Infeksi ini terjadi
karena E. coli (banyak ditemukan pada perempuan), infeksi ginjal, dan hipertrofi prostat
karena adanya urine sisa.
Sistitis primer adalah radang buli-buli yang terjadi karena adanya penyakit atau
gangguan antara lain batu buli-buli, divertikal buli-buli, hipertrofi prostat, atau
striktura uretra. Sistitis sekunder adalah gejala sistitis timbul sebagai akibat dari penyakit
pada sistem lain.
Sistitis akut menunjukkan tanda dan gejala peningkatan frekuensi miksi, baik diurnal
maupun noktural. Disuri karena epitelium yang meradang tertekan, rasa nyeri pada
daerah suprapubis atau perineal. Pemeriksaan diagnostik dilakukan dengan
spesimen (bahan) urine porsi tengah (midstream) diperiksa dan dibenihkan. Infeksi
pada buli-buli mempunyai kemungkinan untuk dapat sembuh dengan sendirinya bila
tidak terjadi komplikasi. Tindakan pengobatan dilakukan dengan pemberian antibiotika,
antiepamodik, tranquilizer, robordatia dan banyak minum untuk melarutkan bakteri.
Sistitis kronik disebabkan oleh infeksi kronik dari traktus urinarius bagian atas, adanya
sisa urine, stenosis dari traktus urinarius bagian bawah, pengobatan sistitis akut
yang tidak sempurna, adanya faktor predisposisi. Tanda dan gejala sama dengan
sistitis akut tetapi berlangsung lama dan sering tidak begitu menonjol. Pemeriksaan
diagnostik
pada
pasien
perlu
dilakukan
NP
dan
sistoskopi.
Tindakan
Korek api
Termometer air
Peniti
Handuk
Plester
taunting .
Selimut mandi
Tirai
Cara mengaiar:
Tirai dipasang.
Zeil rendam duduk di flambir, kemudian diisi cairan obat sebanyak sepertiga
bagian,, ukur suhu cairan dengan menggunakan termometer air, dengan suhu
40-43C
Pasang Selimut mandi sampai menutupi seluruh bokong pasien, pakaian bawah
pasien dilepaskan. Pakaian pasien bagian atas dilipat dan diberi peniti agar
tidak terendam air. Pasien diminta untuk duduk di atas zeil selama 10-15 menit.
Bila sudah selesai, bokong pasien dikeringkan dengan handuk. Tutup luka
dengan menggunakan kasa steril dan pinset, kemudian luka diplester. Pakaian
bawah pasien dipakaikan kembali, selimut diangkat. Pasien dianjurkan untuk
istirahat kembali di tempat tidur. Alat-alat dibereskan dan dibersihkan.
URETRITIS
Uretritis adalah peradangan pada uretra. Infeksi ini disebabkan oleh kuman gonorroe
atau kuman lain, kadang-kadang uretritis terjadi tanpa adanya bakteri.
Uretritis akut biasanya terjadi karena naiknya infeksi atau sebaliknya, oleh karena
prostat mengalami infeksi. Keadaan ini lebih sering diderita oleh kaum lake-lake. Tanda
dan gejala uretritis meliputi mukosa merah edema, terdapat cairan eksudat yang
purulen, ada ulserasi pada uretra, ada rasa ' gatal yang menggelitik, gejala khas pada
uretritis GO, yaitu "good morning sign". Pada lake-lake, pembuluh darah kapiler melebar,
kelenjar uretra tersumbat oleh kelompok nanah. Pada perempuan, jarang ditemukan
ureteritis akut, kecuali bila pasien menderita GO.
Pemeriksaan diagnostik untuk uretritis akut dilakukan pemeriksaan terhadap sekret
uretra untuk mengetahui kuman penyebab. Tindakan pengobatan dengan memberi
antibiotika. Bila terjadi striktur dilakukan dilatasi uretra dengan menggunakan boligit.
Bila komplikasi berikan antibiotika.
Uretritis kronik. Infeksi ini disebabkan oleh pengobatan yang tidak sempurna pada
masa akut, prostates kronik, atau striktura uretra. Tanda dan gejala infeksi ini berupa
mukosa terlihat granuler dan merah dan getah uretra positif terlihat pada page hari
sebelum miksi pertama. Bila tidak diobati dengan baik, infeksi dapat menjalar ke
kandung kemih, ureter, ginjal. Tindakan pengobatan dilakukan dengan pemberian
kemoterapi dan antibiotika atau banyak minum untuk melarutkan bakteri (kurang
lebih 3000 cc/ hari). Komplikasi gangguan ini berupa radang yang dapat menjalar ke
prostat.
Batu saluran kemih
Batu saluran kemih adalah adanya bate pada saluran kemih yang bersifat idiopatik dan
dapat menimbulkan stasis dan infeksi. Penyebab gangguan ini masih belum dapat
dipastikan, kemungkinan karena adanya faktor infeksi (infeksi tersering disebabkan oleh
E. coli), defisiensi vitamin A, diet yang salah, kekurangan minum atau dihidrasi,
hiperparatiroidisme (penyakit metabolik bawaan, faktor lingkungan dari sumber air
minum.
Bab 2 Penatalaksanaan Keperawatan Pasien Gangguan Sistem Perkemihan
Dikenal dua jenis bate, yaitu batu anorganik (misalnya, tripel fosfat, kalsium oksalat,
kalsium fosfat, dan batu yang mengandung magnesium) dan batu organik (misalnya,
asam urat, sistin, xantin). Secara radiologis, batubatu ini dikenal berupa batu
radiopaque, (umumnya bate ini adalah batu anorganik) dan bate radiolucent
(umumnya dari batu-batu organik).
Patofisiologi. Di dalam air seni terdapat pembentuk bate, yaitu asam urat dan oksalat.
Kelarutan bahan-bahan tersebut di dalam saluran urine tergantung pada pH urine.
Selain dari bahan-bahan tersebut, di dalam urine terdapat juga bahan koloid, yaitu
musin, asam musin, kontraitin. Bila salah satu dari ketiga bahan tersebut tidak ada, akan
terjadi kristalisasi dari bahanbahan yang lain. Selanjutnya, kristalisasi berlangsung terns
mengendap pada organ saluran kemih dan menjadi batu saluran kemih.
Pemeriksaan diagnostik. Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan analisis urine
(volume urine, berat jenis urine, protein, reduksi, sedimen) dan kultur urine (terhadap
mikroorganisme, tes sensitivitas). Juga dilakukan foto ronsen dengan BNO (bulk
nier oueazicht) atau foto abdomen. Dare pemeriksaan ini dapat diketahui batu dalam
saluran kemih, contoh di ginjal. Sedangkan IVP dilakukan untuk mengetahui struktur
sistem kalis ginjal, ureter dan kandung kemih.
Pemeriksaan BN0
Pemeriksaan BNO adalah penggambaran dari ginjal dan kandung kemih kemih.
Tujuan tindakan inii untuk menilai kontur, letak dan besar batu ginjal dan untuk melekat
kolunma vertebralis.
Persiapan pasien:
Sehari sebelum pemeriksaan, pasien barns makan bubur
kecap.
Pukul 19.00 pasien makan malam terakhir selanjutnya pasien
puasa, dilarang merokok dan mengurangi bicara.
Pukul 20.00 pasien minum garam Inggris sebanyak 30 gram.
Pukul 04.00 pasien dilakukan klisma.
Pukul 08.00 pasien diantar ke bagian radiologi.
Tipe batu pada sistem perkemihan
Tipe bate dapat dibedakan menurut tempatnya, yaitu batu ginjal, ureter, kandung kemih
(vesikolitiasis), dan batu uretra.
BATU GINJAL
Batu yang terbentuk di ginjal dapat menetap pada beberapa tempat di ginjal seperti di
kaliks minor atas, kaliks minor bawah, kaliks mayor, di daerah pielum, dan batu di atas up
junction.
Batu di kaliks minor atas. Batu ini merupakan silent stones. Tanda dan gejalanya
meliputi rasa pegal di daerah pinggang, sakit terus-menerus dan menekan pada daerah
pinggang, kolik ginjal yang terjadi tiba-tiba dan menghilang secara perlahan-lahan, rasa
Batu
pada
daerah
ini,
sering
tidak
menimbulkan
gejala
yang
Batu ureter
Tiba-tiba timbul nyeri kolik mulai dari pinggang hingga testis pada laki-laki atau ovarium
pada perempuan. Pada posisi apapun pasien sangat kesakitan kadang-kadang disertai
perut kembung, mual, muntah, gross hematuri. Diagnosis gangguan ini ditegakkan
dengan pemeriksaan laboratorium dan BNO/ IVP, pada pemeriksaan laboratorium
terlihat urine banyak mengandung eritrosit.
Tindakan penanggulangan pada gangguan ini kalau perlu dilakukan tindakan operasi.
Ada kalanya tidak perlu dilakukan operasi, hal ini bergantung pada besar-kecilnya batu.
Untuk batu yang kecil dengan bentuk memanjang kurang dari 1 cm, diperkirakan dapat
turun ke kandung kemih, diberikan terapi konservatif yaitu pemberian diuretika,
antispasmodik, antibiotik, pasien dianjurkan untuk banyak minum. Dan observasi
dilakukan selama kurang lebih 3-6 bulan.
Batu kandung kemih (vesikolitiasis)
Batu kandung kemih diperkirakan dapat terjadi karena kuranguya higiene pada saluran
kemih dan kurangnya nilai gizi.
PATOFISIOLOGI
Bata kandung kemih pada anak terutama karena faktor gizi yang kurang baik, sehingga
dapat mengakibatkan malnutrisi yang dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga
mudah timbul infeksi. Pada infeksi saluran kemih bakteri dapat mengakibatkan sel-sel
epitel terlepas dan menjadi modus, kemudian mengendapkan zat-zat organik dan
terbentuk batu.
PEMBAGIAN BATU KANDUNG KEMIH
Batu buli-bull Pada anak-anak. Tanda dan gejala berupa rasa nyeri sekali pada waktu
miksi, anak menangis keras, mengejan, pada anak laki-laki menarik penisnya sambil
berlari ke sana ke maxi karena menahan sakit. Kadang-kadang disertai prolaps ani.
Tindakan pengobatan dilakukan dengan pemberian antibiotika untuk mencegah infeksi
sekunder, pemberian antispasmodik, dilakukan ketok batu dengan jalan mengosongkan
kandung kemih, kemudian masukkan bongie ke dalam kandung kemih, bila hasilnya
positif berarti ada batu. Tindakan operatif opositif vesiko liotkotomi (sectio alto).
Tindak lanjut opeasi batu buli-buli dilakukan 3 bulan untuk mencegah terbentuknya batu
kembali.
Batu kandung kemih pada orang dewasa. Tanda dan gejala biasa disebut sebagai
trias batu kandung kemih (buli-buli), yaitu hematuria, disuria, dan urine keruh (pancaran
urine terganggu dan menjadi lancar kembali, bila dilakukan perubahan posisi).
Pemeriksaan diagnostik dilakukan dengan foto BNO/IVP dan analisis urine. Tindakan
pengobatan dilakukan dengan pemberian antibiotika, antispasmodik, dan analgetik.
Batu uretra
Batu uretra biasanya adalah batu yang berasal dari ginjal atau kandung kemih. Pasien
yang mengalami gangguan ini menunjukkan gejala sulit miksi. sewaktu miksi terasa
sakit, urine keluar sedikit-sedikit (menetes). Kandung kemih penuh berisi urine.
Pemeriksaan diagnostik dengan memasukkan kateter ke dalam uretra, bila terasa ada
tekanan kemungkinan uretra ter
sumbat batu.
Tindakan pengobatan dilakukan dengan pemberian obat-obatan pelarut batu. Lakukan
kateterisasi atau pungsi kandung kemih untuk mengeluarkan urine, kalau perlu
dilakukan operasi. Akan balk bila dilakukan penanganan Betas cepat dan tepat, ukuran
batu masih kecil dan pungsi kandung kemih masih baik. Pasien dianjurkan untuk
banyak minum. 2-3 liter per hari. Olahraga terutama kegiatar. melompat-lompat agar
bate yang masih kecil dapat ikut keluar bersama urine. Bila batu keluar, perlu dilakukan
pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui jenis batunya Pasien diberi diet rendah
protein, agar tidak terbentuk batu kembali.
Bab 2 Penatalaksanaan Keperawatan Pasien Gangguan Sistem Perkemiha n
Trauma traktus urinarius
Trauma traktus urinarius terjadi karena adanya benturan yang mengenai
traktus urinarius. Trauma traktus urinarius dapat mengenai ginjal, ureter, kandung kemih,
uretra.
Gangguan
atau
penyakit
ginjal
meliputi
karbunkel
ginjal,
tuberkulosis
ginjal,
50
Keperawatan Medikal Bedah untuk AKPER
Bab 2 Penatalaksanaan Keperawatan Pasien Gangguan Sistem Perkemihan
dilakukan terapi antibiotik. Agens antispasmodik mungkin bermanfaat dalam meredakan
kepekaan kandung kemih dan nyeri. Aspirin, kompres papas pada perineum, dap
rendam duduk pangs membantu menghilangkan ketidaknyamanan dap spasme.
2. Meredakan frekuensi, dorongan, dap hesitansi dalam berkemih. Pasien dianjurkan
untuk banyak minum secara bebas (air adalah pilihan terbaik) untuk meningkatkan
aliran darah ginjal dap membilas bakteri dari traktus urinarius. Cairan yang dapat
mengiritasi kandung kemih (mis. kopi, teh, cola, alkohol) dihindari. Dianjurkan sexing
berkemih (setiap 2-3 jam) untuk mengosonkan kandung kemih secara seksama,
karena ini bermanfaat dalam menurunkan jumlah bakteri urine, mengurangi stasis
urine, dap mencegah infeksi ulang.
3. Pendidikan pasien. Perempuan yang mengalami infeksi urinarius ber
ulang harus mendapat instruksi detil tentang hal-hal berikut:
a. Kurangi konsentrasi patogen pada liang vagina dengan tindakan higienik.
Mandi guyur daripada mandi rendam, karena bakteri di bak mandi banyak yang
memasuki uretra.
Bersihkan sekitar perineum dap meatus uretra setelah setiap defekasi (dengan
gerakan dari depan ke belakang)
b. Minum cairan dengan jumlah bebas selama sehari untuk membilas bakteri,
mengeluarkan kopi, teh, cola, clan alkohol.
c. Berkemih setiap 2 sampai 3 jam selama sehari dap pengosongan kandung kemih
komplet. Tindakan ini mencegah distensi kandung kemih dap menurunkan suplai darah
ke dinding kandung kemih, yang mempredisposisikan pasien pada ISK.
d. Bila hubungan seksual menimbulkan kejadian bakteriuria: Berkemih dengan segera
setelah hubungan seksual.
Gunakan dosis tunggal agens antimikroba oral setelah hubungan seksual.
e. Bila bakteri terus tampak dalam urine, terapi antimikroba jangka panjang mungkin
diperlukan untuk mencegah kolonisasi area periuretral dap kambuhan infeksi. Obat
harus digunakan setelah pengosongan kandung kemih sebelum pergi tidur untuk
menjamin konsentrasi obat adekuat selama periode malam hari.
1. Mengalami peredaan nyeri:
a. Melaporkan tidak ada nyeri, dorongan, disuria, atau hesitansi pada saat berkemih.
b. Menggunakan analgesik dap agens antimikroba sesuai ketentuan. c. Minum 8
sampai 10 gela cairan setiap hari. d. Berkemih setiap 2 sampai 3 jam. e. Urine jernih
dap bebar bau.
2. Meningkatkan pengetahuan tentang tindakan pencegahan dap peng
obatan.
3. Bebas dari komplikasi:
a. Melaporkan tidak ada infeksi atau gagal ginjal (mual, muntah,
keletihan, pruritus).
b. Mempunyai kadar kreatinin serum dap BUN normal, kultur darah
dap urine negatif.
c. Menunjukkan tanda vital dap suhu normal; tidak ada tanda sepsis.
d.
PROSES KEPERAWATAN:
PASIEN GANGGUAN BATU GINJAL
Pengkajian
Pasien dengan kecurigaan bate ginjal dikaji untuk nyeri dap ketidaknyamanan. Berat
dap lokasi nyeri ditentukan bersamaan dengan penyebaran nyeri. Pasien juga dikaji
untuk adanya gejala yang berkaitan, seperti meal, muntah, diare, dap distensi abdomen.
Pengkajian keperawatan meliputi mengobservasi tanda infeksi traktus urinarius
(menggigil, demam; disuria, Bering berkemih, dap hesitansi) dap obstruksi (Bering
berkemih dengan jumlah sedikit, oliguria, atau anuria). Selain itu, urine dilihat terhadap
adanya darah dan pecahan batu.
Riwayat difokuskan pada faktor-faktor yang mencetuskan pasien pada bate traktus
urinarius. Faktor-faktor yang mencetuskan pasien pada pembentukan batu dapat
meliputi riwayat keluarga tentang batu, adanya kanker atau gangguan sumsum tulang,
atau penggunakan agens kemoterapi, Penyakit inflamasi usus, atau diet tinggi kalsium
atau purin. Faktor-faktor
; Evaluasi
HASIL YANG DIHARAPKAN
51
52
Keperawatan Medikal Bedah untuk AKPER
yang dapat mencetuskan pembentukan batu pada pasien yang telah meng
alami batu ginjal meliputi episode dehidrasi, imobilisasi dalam waktu lama, dan infeksi.
Pengetahuan pasien tentang batu ginjal dan tindakan pencegahan kejadian atau
kekambuhannya juga dikaji.
Diagnosa keperawatan
Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan pasien dengan bate ginjal
meliputi:
Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi, obstruksi, dan abrasi traktus
urinarius
Kurang pengetahuan tentang pencegahan kekambuhan batu ginjal
: Perencanaan dan implementasi INTERVENSI KEPERAWATAN
I . Meredakan nyeri. Peredaan segera pada nyeri hebat karena kolik ureteral atau renal
diatasi dengan analgesik narkotik. Pemberian intravena dan intramuskular dapat
diresepkan untuk memberikan peredaan cepat. Pasien dianjurkan dan dibantu untuk
memilih posisi yang nyaman. Bila aktivitas menimbulkan peredaan nyeri, pasien
dibantu untuk ambulasi. Nyeri pasien dipantau dengan ketat, dan peningkatan
kehebatannya dilaporkan dengan segera pada dokter sehingga peredaan dapat diberikan dan tindakan tambahan dilakukan.
2. Pendidikan pasien. Karma tidak diketahuai apakah batu urinarius terhadap setelah
pertama kali batu tersebut terbentuk, pasien dianjurkan untuk mengikuti program untuk
menghindari pembentukan bate lebih lanjut. Salah sate pencegahannya adalah
mempertahankan masukan cairan ban yak, karena batu terbentuk dalam urine pekat.
Pasien yang cenderung membentuk batu harus minum cairan cukup untuk mengeluarkan 3000 sampai 4000 ml urine setiap 24 jam. harus mentaati diet yang
ditentukan, dan harus menghindari peningkatan suhu lingkungan tiba-tiba, yang dapat
menyebabkan penurunan volume urine. Pekerjaan dan aktivitas yang menimbulkan
berkeringat hebat dapat menimbulkan dehidrasi hebat: karenannya masukan cairan
harus ditingkatkan. Cairan yang cukup harus diminum pada sore hari untuk mencegah
urine menjadi terlalu pekat pada malam hari. Kultur urine dilakukan setiap 1 sampai 2
bulan pada tahun pertama dan kemudian secara periodik.
1. Mengalami peredaan nyeri
2. Menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang perilaku sehat untuk mencegah
kekambuhan.
a. Mengkonsumsi masukan cairan tinggi (10-12 gelas cairan per hari) b. Melakukan
aktivitas yang tepat.
c. Mengkonsumsi diet yang ditentukan untuk mengurangi faktor-faktor
diet yang mencetuskan pembentukan batu.
d. Mengidentifikasi gejala yang harus dilaporkan pada pemberi pe
rawatan kesehatan (demam, menggigil, nyeri panggul, hematuria). e. Pantau pH
urinarius sesuai petunjuk.
komprehensif
harus
dilakukan
pada
pasien
dengan
kecurigaan
Diagnosa keperawatan
Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia
dan penurunan kebutuhan metabolik.
Bab 2 Penatalaksanaan Keperawatan Pasien Gangguan Sistem Perkemihan
Evaluasi
HASIL YANG DIHARAPKAN
53
54
Keperawatan Medikal Bedah untuk AKPER
Bab 2 Penatalaksanaan Keperawatan Pasien Gangguan Sistem Perkemihan
55
Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan penurunan haluaran urine.
Keletihan yang berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik karena
penyakit.
Risiko terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan edema.
Risiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan perubahan respons imun sekunder
akibat pengobatan.
Derajat
pembatasan
protein
bergantung
pada
jumlah
protein
yang
diekskresikan dalam urine dan kebutuhan pasien. Natrium juga dibatasi bergantung pada
jumla edema yang ada. Anoreksia. mual dan muntah dapat mempengaruhi masukan
adekuat, yang menuntut intervensi kreatif pada pihak perawat. Ahli diet dapat
membantu merencanakan diet klien dalam keadaan pembatasan ini.
2. Mempertahankan keseimbangan cairan. Keseimbangan cairan yang tepat adalah
penting. Pemantauan yang tepat terhadap berat badan dan masukan serta haluaran
membantu menentukan progresi edema karena memberikan perkiraan fungsi ginjal.
Pengukuran harian terhadap fungsi ginjal (mis. kaki dan abdomen) juga memberikan
perkiraan fungsi ginjal. Masukan cairan harus dibatasi. Rasa haws dapat diatasi
dengan menghisap permen atau menggunakan batu es daripada segelas air. Bantu
pasien untuk merencanakan distribusi cairan selama sehari (mis. bersamaan dengan
makan).
3. Memenuhi kebutuhan istirahat. Istirahat adalah penting-baik secara fisik dan emosi.
Terdapat hubungan antara aktivitas dan jumlah hema turia dam proteinuria. Latihan
juga meningkatkan aktivitas katabolik. Aktivitas yang diizinkan bergantung pada basil
pemeriksaan urinalisis. Tirah baring dilakukan sesuai dengan periode aktivitas yang
sangat dibatasi, dapat dilanjutkan selama beberapa minggu sampai bulan.
Aktivitas pengalih yang tepat dapat membantu pasien menghadapi imobilitas fisik yang
lama ini.
4. Memelihara integritas kulit. Edema mempengaruhi nutrisi selular, yang membuat klien
lebih rentan terhadap kerusakan kulit. Gunakan kewaspadaan untuk mencegah
komplikasi ini. Intervensi meliputi higiene yang baik, masase, dan perubahan posisi,
serta penggunaan tindakan profilaktik seperti alat di tempat tidur.
5. Mencegah infeksi. Glomerulus sangat menurunkan pertahanan tubuh pasien terhadap
infeksi, khususnya organisme streptokokal. Karenanya, imunosupresif dan kortikosteroid
lebih lanjut menurunkan pertahanan pasien. Meskipun isolasi tidak perlu, diperlukan
perlindungan klien dari orang yang mengalami infeksi. Tindakan pendukung umum
membantu menguatkan mekanisme pertahankan pasien. Penyuluhan pasien harus
mencakup cara yang tepat untuk menghindari infeksi, khususnya infeksi
pernapasan dan saluran kemih.
Evaluasi