Anda di halaman 1dari 16

5

BAB II
LANDASAN TEORI

A.

TINJAUAN PUSTAKA
Agar permukaan okuler terlindungi dari benda asing atau hal yang
berbahaya, terdapat struktur anatomis dan fisiologis mata, sebagai berikut:

1. Palpebra
1.1. Anatomi
Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata,
membersihkan permukaan mata dengan dari kotoran dan iritasi lain
dengan

berkedip,

serta

mengeluarkan

sekresi

kelenjarnya

yang

membentuk film air mata di depan kornea (Ilyas, 2009b). Palpebra


merupakan bagian penutup mata yang berguna untuk melindungi bola
mata terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan bola mata.
Kelopak mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan,
sedangkan di bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut
konjungtiva tarsal.
Pada kelopak terdapat bagian bagian, seperti:
a.

Kelenjar: kelenjar sebasea, kelenjar moll atau kelenjar keringat,

kelenjar zeis pada pangkal rambut, dan kelenjar meibom pada tarsus.
b.

Otot: m. orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam

kelopak atas dan bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. Pada
dekat tepi margo palpebra terdapat otot orbikularis okuli yang disebut
sebagai M. Rioland. M. Orbikularis berfungsi menutup bola mata yang
dipersarafi N. Fasial. M. Levator palpebra, yang berorigo pada anulus
foramen orbita dan berinersi pada tarsus atas dengan sebagian
menembus M. Orbikularis okuli menuju kulit kelopak bagian tengah.
Bagian kulit tempat insersi M. Levator palpebra terlihat sebagai sulkus
(lipatan) palpebra. Otot ini dipersarafi oleh N. III, yang berfungsi untuk
mengangkat kelopak mata atau membuka mata.

c.

Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat

dengan kelenjar di dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada


margo palpebra.
d.

Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita

pada seluruh lingkaran permukaan rongga orbita. Tarsus (terdiri atas


jaringan ikat yang merupakan jaringan penyokong kelopak dengan
kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 pada kelopak bawah).
e.

Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a. Palpebra

f.

Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari rumus

frontal N. V, sedang kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V (Ilyas,


2009a).

1.2. Fisiologi mengedip


1.2.1. Refleks mengedip
Sentuhan halus pada kornea atau konjungtiva mengakibatkan
kelopak mata berkedip. Inpuls aferen dari kornea atau konjungtiva berjalan
melalui divisi ophthalmica nervus trigeminus ke nucleus sensorius nervi
trigemini. Neuron internuncial menghubungkannya dengan nukleus
motorik nervus facialis kedua sisi melalui fasciculus longitudinalis
medialis. Nervus facialis dan cabang cabangnya mempersarafi musculus
orbicularis oculi yang menimbulkan gerakan menutup mata (Snell, 2007).

Gambar 1. Refleks Mengedip (Snell, 2007)

Pada beberapa penelitian telah dibuktikan adanya hubungan langsung


antara jumlah dopamine di korteks dengan mengedip spontan dimana
pemberian agonis dopamin D1 menunjukkan peningkatan aktivitas mengedip,
sedangkan penghambatannya menyebabkan penurunan refleks kedip mata.
Refleks kedip mata disebabkan oleh:

a. Stimulasi terhadap nervus trigeminus di kornea, palpebra dan


konjungtiva yang disebut refleks kedip sensoris atau refleks
kornea. Refleks ini berlangsung cepat, yaitu 0,1 detik.
b. Stimulus yang berupa cahaya yang menyilaukan yang disebut
refleks kedip optikus. Refleks ini lebih lambat dibandingkan
refleks kornea.
1.2.2. Ritme normal kedipan mata
Pada keadaan terbangun, mata mengedip secara reguler dengan
interval dua sampai sepuluh detik dengan lama kedip 0,3-0,4 detik. Hal ini
merupakan suatu mekanisme untuk mempertahankan kontinuitas film
prekorneal dengan cara menyebabkan sekresi air mata ke kornea. Nilai normal
frekuensi mengedip rata rata adalah 15-20x/menit (Mario, 2010).

2. Air Mata
Air mata merupakan salah satu proteksi mata atau daya pertahanan
mata disamping tulang rongga mata, alis dan bulu mata, kelopak mata,
refleks mengedip dan adanya sel-sel pada permukaan kornea dan
konjungtiva sebagai salah satu alat proteksi. Air mata merupakan hasil dari
kelenjar air mata (lakrimal) yang terletak pada bagian luar kantung mata atas.
Air mata disekresikan oleh aparatus lakrimalis dan disertai dengan mukus dan
lipid oleh organ sekretori dari sel-sel pada palpebra serta konjungtiva. Sekresi
yang dihasilkan inilah yang disebut sebagai film air mata atau film
prekorneal. Air mata membentuk lapisan tipis setebal 7-10 m yang menutupi
epitel kornea dan konjungtiva (Ilyas, 2009a).
2.1 Lapisan Air Mata atau Film Air Mata (Tear Film)
Air mata mempunyai susunan yang sangat melindungi permukaan
bola mata akibat susunan dari lapisannya. Lapisan air mata atau film air mata
(tear film) terdiri atas tiga lapisan, yaitu:

1.

Lapisan superfisial adalah lapisan lipid monomolekuler yang


berasal dari kelenjar meibom, kelenjar sebasea dan kelenjar
keringat pada daerah margin palpebra. Lapisan ini berfungsi
untuk melicinkan permukaan mata dan diduga menghambat
penguapan dan merupakan sawar kedap air bila palpebra ditutup
(Zulkarnain, 2009).

2.

Lapisan akueus tengah merupakan lapisan paling tebal film air


mata yang mempunyai ketebalan 0,7 m. Lapisan ini dihasilkan
oleh kelenjar lakrimal mayor dan minor, Wolfring dan Kelenjar
Krausee. Lapisan ini juga mengandung substansi larut-air, yaitu:
garam anorganik, glukosa, urea, protein dan glikoprotein yang
berfungsi dalam pengambilan oksigen untuk metabolisme kornea
Lapisan akueus ini juga mengandung bahan protein lain seperti:
lipocalin, lactoferin, lysozyme, dan lacritin. Fungsi dari lapisan
ini adalah untuk membersihkan mata dan mengeluarkan benda
asing.

3.

Lapisan musin yang dihasilkan sel goblet konjungtiva dan


kelenjar lakrimal yang terletak pada bagian terdalam film air mata

(tear film) dan bersifat hidrofobik. Lapisan terdalam film air mata
merupakan lapisan yang paling tipis, dengan tebal 0.02 0.05
m. Di dalamnya terdiri atas glikoprotein dan melapisi sel-sel
epitel kornea dan konjungtiva. Musin diadsorpsi sebagian pada
membran sel epitel kornea dan tertambat oleh mikrovili sel-sel
epitel permukaan. Lapisan air mata ini memegang peranan dalam
mengatur stabilitas tear film dan sebagai pemulas bagi mata,
dengan

demikian

permukaan

mata

menjadi

licin

dan

menghasilkan penglihatan yang tajam (Ilyas, 2009a).

Gambar 2. Lapisan Film Air Mata

2.2 Susunan Air Mata


1. Air
Air merupakan bagian terbesar dari pada air mata. Air mata
dihasilkan kelenjar air mata dengan penyaluran pada forniks
konjungtiva.
2. Elektrolit
Elektrolit membantu kelembaban dan kesehatan tear film.
Elektrolit seperti natrium, klorida (Cl), kalsium (Ca) dan
kalium (K) mempertahankan larutnya seluruh protein dan
mucin yang terdapat pada akuos tear film.

10

3. Protein
Air mata normal mengandung campuran protein yang
membantu melindungi air mata terhadap infeksi dan kesehatan
mata pada umumnya. Susunan protein pada tear film
mempertahankan

mata

terhadap

serangan

infeksi,

mempertahankan kesehatan epitel dan kesehatan permukaan


kornea, peranan terpenting protein adalah immunoglobin dan
sitokin, dan factor growth dan penyembuhan (Ilyas, 2009b).

Gambar 3. Kandungan Film Air Mata


Volume air mata normal diperkirakan 7 2 L pada setiap mata.
Albumin merupakan 60% dari protein total dalam air mata. Globulin dan
lisozim berjumlah sama banyak pada bagian sisanya. Selain itu, terdapat
imunoglobulin IgA, IgG, dan IgE dengan jumlah yang paling banyak adalah
IgA (Ilyas, 2009a).

2.3 Fungsi Air Mata


Air mata berfungsi untuk:
1. Mempertahankan integritas kornea dan konjungtiva dengan
meniadakan ketidakaturan pada sel epitel permukaan guna
mempertahankan permukaan kornea agar tetap licin dan rata.

11

Fungsi ini memperbaiki tajam penglihatan terutama pada saat


setelah mengedip.
2. Membasahi dan melindungi permukaan epitel kornea dan
konjungtiva yang lembut atau lubrikasi agar gerakan bola mata
serta mengedip terasa nyaman dan membersihkan kotoran yang
masuk mata
3. Membilas

mikroorganisme

dan

produk-produk

yang

dihasilkannya (antimikrobial) karena mengandung anti bakteri

termasuk laktoferin, immunoglobulin, lisozim dan betalysin.


4. Memberi kornea substansi nutrien dan sebagai media transpor
produk mikroorganisme ke dan dari sel-sel epitel kornea dan
konjungtiva terutama oksigen dan karbon oksida.
5. Memberikan efek pembiasan sinar pada permukaan licin
dengan baik dan membantu membelokkan sinar masuk dan
terfokus pada retina.
6. Mengatur tonus cairan mata sehingga isotonik dan volume air
tidak berubah pada kornea dan penglihatan akan tetap normal.
K+, Na+, dan Cl- terdapat dalam konsentrasi lebih tinggi dalam air
mata dari dalam plasma. pH rata-rata air mata adalah 7,35. Air mata akan
disekresikan secara refleks sebagai respon dari berbagai stimuli (Ilyas,

2009a).
3. Sistem Lakrimal
3.1 Sistem sekresi dan ekskresi air mata
Sistem sekresi air mata atau lakrimal terletak di daerah temporal
bola mata. Sistem ekskresi mulai pada pungtum lakrimal, kanalikuli
lakrimal, sakus lakrimal, duktus nasolakrimal, meatus inferior.
Sistem lakrimal terdiri atas 2 bagian, yaitu:
a. Sistem produksi atau glandula lakrimal. Glandula lakrimal
terletak di temporo antero superior rongga orbita.
b. Sistem ekskresi, yang terdiri atas pungtum lakrimal, kanalikuli
lakrimal, sakus lakrimal dan duktus nasolakrimal. Sakus

12

lakrimal terletak di bagian depan rongga orbita. Air mata dari


duktus lakrimal akan mengalir ke dalam rongga hidung di
dalam meatus inferior.
Film air mata sangat berguna untuk kesehatan mata. Air mata akan
masuk ke dalam sakus lakrimal melalui pungtum lakrimal.

Gambar 4. Sistem Lakrimal

4. Permukaan okuler
4.1 Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan
kelopak bagian belakang. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang
dihasilkan oleh sel goblet. Musin bersifat membasahi bola mata terutama
kornea.
Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu:
a. Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus
b. Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari
sklera di bawahnya.
c. Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan
tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.

13

Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan dengan sangat longgar


dengan jaringan di bawahnya sehingga bola mata mudah bergerak
(Ilyas, 2009a).
4.2 Kornea
Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening
mata, bagian selaput mata yang menembus cahaya, merupakan lapis
jaringan yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas lapis:
1. Epitel
Tebalnya 50 m, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak
bertanduk yang saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel
poligonal dan sel gepeng. Pada sel basal sering terlihat mitosis
sel, dan sel muda ini terdorong ke depan menjadi sel sayap dan
semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal berkaitan
erat dengan sel basal di sampingnya dan sel poligonal di
depannya melalui desmosom dan makula okluden; ikatan ini
menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang
merupakan barrier.
Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat
kepadanya. Epitel berasal dari ektoderm permukaan.
2. Membran Bowman
Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang
merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma
dan berasal dari bagian depan stroma. Lapis ini tidak
mempunyai daya regenerasi.
3. Stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan sususan kolagen yang
sejajar satu dengan lainnya, pada permukaan terlihat anyaman
yang teratur sedang di bagian perifer serat kolagen ini
bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan
waktu lama yang kadang kadang sampai 15 bulan.
Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan
fibroblas terletak di antara serat kolagen stroma.

14

4. Membran Descement
Merupakan membran aselular dan merupakan batas
belakang stroma kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan
membran basalnya. Bersifat sangat elastik dan berkembang
terus seumur hidup, mempunyai tebal 40 m.
5. Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal,
besar 20 - 40m. Endotel melekat pada membran descement
melalui hemidesmosom dan zonula okluden.
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari
saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus
berjalan suprakoroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus
membran bowman melepaskan selubung schwannya. Seluruh lapis
epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis terdepan tanpa ada akhir
saraf. Endotel tidak mempunyai daya regenerasi.
Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup
bola mata di sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh
kornea, dimana 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk
kornea dilakukan oleh kornea (Ilyas, 2009a).

5. Rokok
5.1 Definisi
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70
hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10
mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar
pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat
dihirup lewat mulut pada ujung lain. Rokok dapat menyebabkan
ketergantungan dan menyebabkan banyak macam penyakit, seperti kanker,
penyakit jantung, penyakit pernafasan, penyakit pada mata dan berbagai
organ lainnya.

15

5.2 Jenis Rokok


Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Rokok berdasarkan
bahan baku atau isi, dibedakan menjadi:
1. Rokok Putih
Rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau
yang diberi perasa untuk mendapatkan efek rasa dan aroma
tertentu. Pada rokok jenis ini dibagi menjadi 2 jenis yaitu ada yang
hanya ditambah perasa saja dan yang lainnya dinamakan rokok
mentol yang didalamnya selain perasa juga ditambah dengan rasa
mentol atau mint.
2. Rokok Kretek
Rokok yang bahan baku atau isinya berupa cacahan daun
tembakau dan cengkeh yang diberi perasa untuk mendapatkan efek
rasa dan aroma tertentu yang dibungkus dengan kertas.
3. Rokok Klembak
Rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau,
cengkeh, dan kemenyan yang diberi perasa untuk mendapatkan
efek rasa dan aroma tertentu.
Gangguan kesehatan pada penggunaan rokok, dapat disebabkan
oleh kandungan utama rokok, yaitu nikotin. Jenis rokok berdasarkan
penggunaan filter, yaitu:
1. Rokok Filter
Rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat sejenis busa yang
berfungsi untuk menyaring nikotin.
2. Rokok Non Filter
Rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat sejenis
busa, sehingga tidak ada fungsi sebagai penyaring nikotin.
Kandungan nikotin yang terdapat dalam rokok non filter lebih
besar dari rokok filter, sebab pada rokok non filter tidak terdapat filter
yang berfungsi untuk mengurangi asap yang keluar dari rokok, seperti
yang terdapat pada rokok filter.

16

5.3 Zat yang Terkandung dalam Rokok


Beberapa zat kimia yang terdapat dalam rokok maupun asap rokok
mengandung zat kimia yang beracun dan berbahaya, antara lain:
1.

Acrolein
Merupakan zat cair yang tidak berwarna yang mengandung kadar
alkohol. Cairan ini sangat mengganggu kesehatan.

2.

Karbon monoksida
Merupakan gas yang tidak berbau yang dihasilkan dari pembakaran
tidak sempurna dari unsur karbon. Gas ini mengikat hemoglobin
sehingga tubuh dapat kekurangan oksigen, menghalangi transportasi
dalam darah, dan sangat beracun karena dapat dibawa oleh
hemoglobin ke dalam otot-otot di seluruh tubuh, termasuk otot otot
pada mata.

3.

Nikotin
Merupakan cairan berminyak yang tidak berwarna dan dapat
membuat rasa perih yang sangat. Nikotin dapat menyebabkan
ketergantungan, merusak jaringan otak, menyebabkan darah cepat
membeku dan mengeraskan dinding arteri (Capah, 2010).

4.

Ammonia
Merupakan gas tidak berwarna yang terdiri atas nitrogen dan
hidrogen. Ammonia mudah masuk ke dalam sel-sel tubuh dan bersifat
racun.

5.

Formic acid
Merupakan sejenis cairan tidak berwarna namun baunya sangat
tajam dan menusuk. Zat ini bergerak bebas dan dapat membuat lepuh
sehingga menyebabkan seseorang merasa seperti digigit semut.

6.

Hidrogen sianida
Merupakan sejenis gas tidak berwarna, tidak berbau dan tidak
mempunyai rasa. Zat ini mudah terbakar dan menghalangi pernapasan.

7.

Nitrous oxide
Merupakan gas yang tidak berwarna. Pada awalnya dapat
digunakan sebagai anestesia sewaktu diadakan operasi.

17

8.

Formaldehyde
Merupakan sejenis gas tidak berwarna dengan bau yang tajam. Gas
ini adalah tergolong pengawet dan pembasmi hama.

9.

Fenol
Merupakan campuran yang terdiri dari kristal yang dihasilkan dari
destilasi beberapa zat organik seperti kayu dan arang. Fenol akan
terikat ke protein dan menghalangi aktifitas enzim.

10. Acetol
Merupakan hasil pemanasan aldehyde dan mudah menguap dengan
alcohol.
11. Hidrogen sulfida
Merupakan sejenis gas beracun yang mudah terbakar dengan bau
yang keras. Zat ini menghalangi oksidasi enzim.
12. Pyridine
Merupakan sejenis cairan tidak berwarna dengan bau yang tajam.
Zat ini terdapat pada tembakau.
13. Methyl chloride
Merupakan campuran atas hidrogen dan karbon. Zat ini sangat
beracun dan dapat berperan seperti anestesia.
14. Metanol
Merupakan sejenis cairan ringan yang mudah menguap dan
terbakar. Zat ini dapat diperoleh dari sintesis karbon monoksida dan
hidrogen, menghisapnya dapat mengakibatkan kebutaan, bahkan
kematian.
15. Tar
Adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang
diperoleh dengan cara destilasi kayu dan arang. Tar ini juga
terkandung dalam tembakau. Tar berpengaruh dalam membunuh sel
dalam saluran darah, meningkatkan produksi lendir di paru, zat
karsinogen dan dapat menyebabkan gangguan pada organ tubuh
lainnya.

18

6. Asap rokok
6.1 Komposisi asap rokok
Asap rokok tembakau mengandung gas dan bahan-bahan kimia yang
bersifat racun dan atau karsinogenik. Asap rokok mengandung sekitar
4.000 bahan kimia, misalnya nikotin, CO, NO, HCN, NH4, acrolein,
acetilen,

benzaldehyde,

urethane,

benzene,

methanol,

coumarin,

etilkatehol-4, dan ortokresol. Selain komponen gas, ada komponen padat


atau partikel yang terdiri atas nikotin dan tar (Ruslan Muchtar, 2007).
Asap rokok terdiri atas dua jenis yaitu:
a.

Asap mainstream
Asap ini adalah asap yang terkepul dari mulut perokok, setelah

terlebih dahulu terisap dan melewati paru paru sang perokok. Asap ini
memuat kandungan senyawa karbon monoksida (CO), gas beracun yang
cukup efektif dalam melumpuhkan kemampuan darah menyerap oksigen,
lima kali lebih besar daripada asap rokok utama. Asap ini juga
mengandung tiga kali lebih besar benzopyrene (pemicu kanker) dan 50
kali lipat kandungan amonia (penyebab iritasi mata dan pernapasan)
daripada mainstream smoke.
b.

Asap Sidestream
Asap ini dibentuk ketika tembakau dalam keadaan terbakar namun

asap tidak diinhalasi oleh perokok. Zat toksin pada asap sidestream
memiliki konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan asap mainstream dan
85% dari asap rokok merupakan hasil dari asap sidestream.
6.2 Jumlah rokok yang dihisap
Jika sebatang rokok dihabiskan dalam sepuluh kali hisapan asap
rokok, maka dalam tempo setahun bagi perokok sejumlah 20 batang (satu
bungkus) per hari akan mengalami 70.000 hisapan asap rokok. Beberapa
zat kimia dalam rokok yang berbahaya bagi kesehatan bersifat kumulatif,
suatu saat dosis racunnya akan mencapai titik toksis sehingga akan mulai
terlihat gejala yang ditimbulkan (Elliott and Shanahan, 2002).

19

Jumlah rokok yang dihisap dapat dalam satuan batang, bungkus,


atau pak per hari. Berdasarkan jumlah rokok yang dihisap, perokok dapat
dikelompokkan menjadi:
1. Perokok Ringan: Jumlah rokok yang dikonsumsi perhari adalah
1 sampai 9 batang rokok.
2. Perokok Sedang: Jumlah rokok yang dikonsumsi perhari adalah
10 sampai 19 batang rokok.
3. Perokok berat: Jumlah rokok yang dikonsumsi perhari adalah
lebih dari 20 batang rokok.
6.3 Pengaruh pada mata secara eksternal
Berikut adalah ilustrasi mengenai proses paparan zat iritatif yang
berlangsung kronis dapat menyebabkan penurunan sekresi air mata.

Gambar 5. Proses Paparan Zat Iritatif

6.4 Pengaruh pada mata secara internal


Menurut Optometrists Association Australia (2005) dan Action on
Smoking and Health (2005), beberapa zat yang terkandung dalam rokok
bersifat toksik terhadap jaringan mata. Beberapa zat di dalamnya dapat
menyebabkan penurunan kemampuan darah membawa oksigen dan
menurunkan aliran darah ke mata (iskemia). Katarak nuklear, degenerasi
makular terkait usia dan Graves Ophthalmopathy adalah beberapa
penyakit yang berkaitan dengan merokok.

20

B.

KERANGKA KONSEP PENELITIAN


Frekuensi
mengedip
Merokok
Keluhan yang
dirasakan pada
mata

Variabel independen

C.

Variabel Dependen

HIPOTESIS PENELITIAN
1. Ada pengaruh merokok terhadap frekuensi mengedip pada anggota
Satuan Induk BAIS TNI Bogor.
2. Ada pengaruh merokok terhadap keluhan yang dirasakan pada mata
pada anggota Satuan Induk BAIS TNI Bogor.

Anda mungkin juga menyukai