Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Bola Mata
Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan. Dari luar ke
dalam, lapisan lapisan tersebut adalah : sklera/kornea, koroid/badan siliaris/iris, dan retina.
Sebagian besar mata dilapisi oleh jaringan ikat yang protektif dan kuat di sebelah luar, sklera,
yang membentuk bagian putih mata.

Bola mata terbenam dalam corpus adiposum orbitae, namun terpisah oleh selubung fascia bola
mata. Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata yang bagian
depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat bentuk dengan 2
kelengkungan yang berbeda. Bola mata terdiri dari tiga lapisan, yaitu:
Tunica Fibrosa
Tunica fibrosa terdiri atas bagian posterior yang opaque atau sklera dan bagian anterior yang
transparan atau kornea. Sklera merupakan jaringan ikat padat fibrosa dan tampak putih.Sklera

juga ditembus oleh n. ciliaris dan pembuluh balik yang terkait yaitu v.vorticosae. Sklera langsung
tersambung dengan kornea di depannya pada batas limbus. Kornea yang transparan, mempunyai
fungsi utama merefraksikan cahaya yang masuk ke mata. Tersusun atas lapisan-lapisan berikut
ini dari luar ke dalam sama dengan: (1) epitel kornea (epithelium anterius) yang bersambung
dengan epitel konjungtiva (2) substansia propria, terdiri atas jaringan ikat transparan (3) lamina
limitans posterior dan (4) endothel (epithelium posterius) yang berhubungan dengan aqueous
humour.
Lamina vasculosa
Dari belakang ke depan disusun oleh sama dengan : (1) choroidea (terdiri atas lapis luar
berpigmen dan lapis dalam yang sangat vaskular) (2) corpus ciliare (ke belakang bersambung
dengan choroidea dan ke anterior terletak di belakang tepi perifer iris) terdiri atas corona ciliaris,
procesus ciliaris dan musculus ciliaris (3) iris (adalah diafragma berpigmen yang tipis dan
kontraktil dengan lubang di pusatnya yaitu pupil) iris membagi ruang diantara lensa dan kornea
menjadi bilik mata depan dan bilik mata belakang, serat-serat otot iris bersifat involunter dan
terdiri atas serat-serat sirkuler dan radier.
Tunica sensoria (retina)
Retina terdiri atas pars pigmentosa luar dan pars nervosa di dalamnya. Permukaan luarnya
melekat pada choroidea dan permukaan dalamnya berkontak dengan corpus vitreum. Tiga
perempat posterior retina merupakan organ reseptornya. Ujung anterior membentuk cincin
berombak, yaitu ora serrata, di tempat inilah jaringan syaraf berakhir. Bagian anterior retina
bersifat non-reseptif dan hanya terdiri atas sel-sel pigmen dengan lapisan epitel silindris di
bawahnya. Bagian anterior retina ini menutupi procesus ciliaris dan bagian belakang iris
.Vaskularisasi Bola Mata
Pemasok utama orbita dan bagian-bagiannya berasal dari arteri ophtalmica, yaitu cabang besar
pertama arteri karotis interna bagian intrakranial. Cabang ini berjalan di bawah nervus optikus
dan bersamanya melewati kanalis optikus menuju ke orbita. Cabang intraorbital pertama adalah
arteri sentralis retina, yang memasuki nervus optikus sebesar 8-15 mm di belakang bola mata.
Cabang-cabang lain arteri oftalmika adalah arteri lakrimalis, yang memvaskularisasi glandula

lakrimalis dan kelopak mata atas, cabang-cabang muskularis ke berbagai otot orbita, arteri
siliaris posterior longus dan brevis, arteri palpebra medialis ke kedua kelopak mata, dan arteri
supra orbitalis serta supra troklearis.

Iris sendiri diperdarahi oleh kompleks antara 2 arteri siliar posterior dan 7 arteri siliar anterior.
Arteri ini akan berabung membentuk greater arterial circle of iris dan kemudian memperdarahi
iris dan badan silier. Drainase vena-vena di orbita terutama melalui vena oftalmika superior dan
inferior, yang juga menampung darah dari vena verticoasae, vena siliaris anterior, dan vena
sentralis retina. Vena oftalmika berhubungan dengan sinus kavernosus melalui fisura orbitalis
superior dan dengan pleksus venosus pterigoideus melalui fisura orbitalis inferior
2.2 Definisi
Hifema merupakan keadaan dimana terdapat darah di dalam bilik mata depan, yaitu daerah di
antara kornea dan iris, yang dapat terjadi akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah
iris atau badan siliar dan bercampur dengan humor aqueus (cairan mata) yang jernih. Darah
yang terkumpul di bilik mata depan biasanya terlihat dengan mata telanjang. Walaupun darah

yang terdapat di bilik mata depan sedikit, tetap dapat menurunkan penglihatan. Bila pasien
duduk hifema akan terlihat terkumpul dibawah bilik mata depan dan hifema dapat memenuhi
seluruh ruang bilik mata depan.
Hifema atau darah didalam bilik mata depan dapat terjadi akibat trauma tumpul yang merobek
pembuluh darah iris atau badan siliar. Pasien akan mengeluh sakit, disertai dengan epifora dan
blefarospasme. Pengihatan pasien akan sangat menurun. Bila pasien duduk hifema akan terlihat
terkumpul dibagian bawah bilik mata depan, dan hifema dapat memenuhi seluruh ruang bilik
mata depan. Kadang-kadang terlihat iridoplegia dan iridodialisis.
2.3 Epidemiologi
Angka kejadian dari hifema traumatic diperkirakan 12 kejadian per 100.000 populasi, dengan
pria terkena tiga sampai lima kali lebih sering daripada wanita. Lebih dari 70 persen dari hifema
traumatic terdapat pada anak-anak dengan angka kejadian tertinggi antara umur 10 sampai 20
tahun.
2.4 Klasifikasi
a). Berdasarkan penyebabnya hifema dibagi menjadi:
1. Hifema traumatika adalah perdarahan pada bilik mata depan yan disebabkan pecahnya
pembuluh darah iris dan badansilier akibat trauma pada segmenanterior bola mata.
2. Hifema akibat tindakan medis (misalnya kesalahan prosedur bola mata)
3. Hifema akibat inflamasi yang arah pada iris dan badan silier, sehingga pembuluh darah
pecah.
4. Hifema akibat kelainan sel darah atau pembuluh darah.
5. Hifema akibat neoplasma (contohnya retinoblastoma)
b). Berdasarkan onset perdarahannya< hifema dibagi menjadi:
1. Hifema primer terjadi langsung sampai 2 hari setelah trauma pada mata
2. Hifema sekunder terjadi 2-5 hari setelah trauma pada mata

c). Berdasarkan darah yag terlihat, hifema diklasifikasikan menjadi:


1. Makrohifema: perdarahan terlihat dengan mata telanjang
2. Mikrohifema: perdarahan terlihat apabila menggunakan mikroskop.
d). Berdasarkan pemenuhan darah dibilik mata depan, dibagi menjadi:

Grade 1 : darah mengisi kurang dari 1/3 bilik mata depan


Grade 2 : darah mengisi 1/3 bilik mata depan
Grade 3 : darah mengisilebih dari dari seluruh bilik mata depan
Grade 4 : darah mengisi seluruh bilik mata depan, dikenal dengan total hyphema
blackball

2.5 Etiologi

Hifema biasanya disebabkan oleh trauma tumpul pada mata seperti terkena bola, batu, peluru
senapan angin, dan lain-lain. Selain itu, hifema juga dapat terjadi karena kesalahan prosedur
operasi mata. Keadaan lain yang dapat menyebabkan hifema namun jarang terjadi adalah adanya
tumor mata (contohnya retinoblastoma), dan kelainan pembuluh darah (contohnya juvenile
xanthogranuloma).
Hifema yang terjadi karena trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan oleh kerusakan jaringan
bagian dalam bola mata, misalnya terjadi robekan-robekan jaringan iris, korpus siliaris dan
koroid. Jaringan tersebut mengandung banyak pembuluh darah, sehingga akan menimbulkan
perdarahan. Perdarahan yang timbul dapat berasal dari kumpulan arteri utama dan cabang dari
badan ciliar, arteri koroid, vena badan siliar, pembuluh darah iris pada sisi pupil. Perdarahan di
dalam bola mata yang berada di kamera anterior akan tampak dari luar. Timbunan darah ini
karena gaya berat akan berada di bagian terendah
2.6 Patofisiologi
Trauma merupaka penyebab tersering dari hifema. Oleh karena itu hifema sering terutama pada
pasien yang berusia muda. Trauma tumpul pada kornea atau limbus dapat menimbulkan tekanan
yang sangat tinggi, dan dalam waktu yang singkat di dalam bola mata terjadi penyebaran tekanan
ke cairan badan kaca dan jaringan sklera yang tidak elastis sehingga terjadi perengganganperenggangan dan robekan pada kornea, sklera sudut iridokornea, badan siliar yang dapat
menimbulkan perdarahan. Perdarahan sekunder dapat terjadi oleh karena resorbsi dari
pembekuan darah terjadi cepat, sehingga pembuluh darah tidak mendapat waktu yang cukup
untuk meregenerasi kembali, dan menimbulkan perdarahan lagi.
Perdarahan dapat terjadi segera setelah trauma yang disebut perdarahan primer atau perdarahan
terjadi 5-7 hari setelah trauma yang disebut perdarahan sekunder. Hifema sekunder biasanya
terjadi akibat gangguan mekanisme pembekuan atau penyembuhan luka sehingga mempunyai
prognosis yang lebih buruk. Perdarahan spontan dapat terjadi pada mata dengan rubeosis iridis,
tumor pada iris, retinoblastoma, dan kelainan darah yang mungkin diakibatkan karena terjadi
suatu kelemahan dinding-dinding pembuluh darah. Pada proses penyembuhan, hifema
dikeluarkan dari bilik mata depan dalam bentuk sel darah merah melalui sudut bilik mata depan

atau kanal scelemn dan permukaan depan iris. Penyerapan melalui dataran depan iris dipercepat
oleh enzim proteolitik yang dapat berlebihan di dataran depan iris.
Sebagian darah dikeluarkan dalam bentuk hemosiderin. Bila terdapat hemosiderin berlebihan di
dalam bilik mata depan, dapat terjadi penimbunan pigmen ini ke dalam lapis kornea.
Penimbunan ini menimbulkan kekeruhan kornea terutama di bagian sentral sehingga terjadi
perubahan warna kornea menjadi coklat yang disebut imbibisi kornea.
Sementara itu darah dalam bilik mata depan tidak sepenuhnya berbahaya, namun bila jumlahnya
memadai maka dapat menghambat aliran humor aquos ke dalam trabekula, sehingga dapat
menimbulkan glaukoma sekunder.

Gambar hifema, nampak darah pada bilik mata depan, hanya memenuhi sebagian bilik mata
depan.

Gambar hifema, nampak darah pada bilik mata depan, hanya memenuhi sebagian bilik mata
depan.

Gambar hifema, menunjukkan gambar hifema spontan

Gambar hifema, menunjukkan darah hampir memenuhi seluruh seluruh bilik mata depan
2.7 Penegakan Diagnosa
Adanya riwayat trauma, terutama mengenai matanya dapat memastikan adanya hifema. Pada
gambaran klinik ditemukan adanya perdarahan pada COA (dapat diperiksa dengan flashlight),
kadang-kadang ditemukan gangguan visus. Ditemukan adanya tanda-tanda iritasi dari
conjunctiva dan pericorneal, fotofobia (tidak tahan terhadap sinar), penglihatan ganda,
blefarospasme, edema palpebra, midriasis, dan sukar melihat dekat, kemungkinan disertai
gangguan umum yaitu letargic, disorientasi atau somnolen.
Pasien akan mengeluh nyeri pada mata disertai dengan mata yang berair. Penglihatan pasien
akan sangat menurun. Terdapat penumpukan darah yang terlihat dengan mata telanjang bila
jumlahnya cukup banyak. Bila pasien duduk, hifema akan terlihat terkumpul di bagian bawah
COA, dan hifema dapat memenuhi seluruh ruang COA. Otot sfingter pupil mengalami

kelumpuhan, pupil tetap dilatasi (midriasis), dapat terjadi pewarnaan darah pada kornea, anisokor
pupil
Akibat langsung terjadinya hifema adalah penurunan visus karena darah mengganggu media
refraksi. Darah yang mengisi kamera okuli ini secara langsung dapat mengakibatkan tekanan
intra okuler meningkat akibat bertambahnya isi kamera anterior oleh darah. Kenaikan tekanan
intra okuler ini disebut glaucoma sekunder. Glaukoma sekunder juga dapat terjadi akibat massa
darah yang menyumbat jaringan trabekulum yang berfungsi membuang humor aqueous yang
berada di kamera anterior. Selain itu akibat darah yang lama berada di kamera anterior akan
mengakibatkan pewarnaan darah pada dinding kornea dan kerusakan jaringan kornea

Pemeriksaan Penunjang
a). Pemeriksaan ketajaman penglihatan: menggunakan kartu mata Snellen; visus dapat
menurun akibat kerusakan kornea, aqueous humor, iris dan retina.
b). Lapangan pandang: penurunan dapat disebabkan oleh patologi vaskuler okuler,
glaukoma.
c). Pengukuran tonografi: mengkaji tekanan intra okuler.
d). Slit Lamp Biomicroscopy: untuk menentukan kedalaman COA dan iridocorneal
contact, aqueous flare, dan synechia posterior.
e). Pemeriksaan oftalmoskopi: mengkaji struktur internal okuler.
f). Tes provokatif: digunakan untuk menentukan adanya glaukoma bila TIO normal atau
meningkat ringan.

2.8 Penatalaksanaan
Walaupun perawatan penderita hifema ini masih banyak diperdebatkan, namun pada dasarnya
penatalaksanaan hifema ditujukan untuk :

Menghentikan perdarahan atau mencegah perdarahan ulang

Mengeluarkan darah dari bilik mata depan

Mengendalikan tekanan bola mata

Mencegah terjadinya imbibisi kornea

Mengobati uveitis bila terjadi akibat hifema ini

Menemukan sedini mungkin penyulit yang mungkin terjadi

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka cara pengobatan penderita dengan traumatic hyphaema
pada prinsipnya dibagi dalam 2 golongan besar yaitu (1) Perawatan dengan cara konservatif /
tanpa operasi, dan (2) Perawatan yang disertai dengan tindakan operasi.
Perawatan Konservatif / Tanpa Operasi
Tirah baring sempurna (bed rest total)
Penderita ditidurkan dalam keadaan terlentang dengan posisi kepala di angkat (diberi alas bantal)
kurang dari 600, hal ini akan mengurangi tekanan darah pada pembuluh darah iris serta
memudahkan kita mengevaluasi jumlah perdarahannya. Ada persesuaian pendapat dari banyak
sarjana mengenai tirah baring sempurna ini sebagai tindakan pertama yang harus dikerjakan bila
mengenai kasus traumatic hyphaema. Bahkan Darr dan Rakusin menunjukkan bahwa dengan
tirah baring sempurna absorbsi dari hyphaema dipercepat dan sangat mengurangi timbulnya
komplikasi perdarahan sekunder.
Bebat mata
Bertujuan untuk mengistirahatkan mata
Pemakaian obat-obatan
Pemakaian obat-obatan dengan tujuan untuk menghentikan perdarahan, mempercepat
absorbsinya dan menekan komplikasi yang timbul.
Untuk maksud di atas digunakan obat-obatan seperti :
-

Koagulansia

Midriatika Miotika

Ocular Hypotensive Drug

Kortikosteroid dan Antibiotika

Perawatan Operasi

Perawatan cara ini akan dikerjakan bilamana ditemukan:


-

Glaukoma sekunder yang berkurang / menghilang dengan pengobatan konservatif

Kemungkina timbulnya hemosiderosis kornea dan tidak ada pengurangan dari tingginya

hifema dengan perawatan non operasi selam 3-5 hari


Atas dasar di atas Darr menentukan cara pengobatan traumatic hyphaema, sedang Rakusin
menganjurkan tindakan operasi setelah hari kedua bila ditemukan hyphaema dengan tinggi
perdarahannya bilik depan bola mata. Tindakan operasi yang dikerjakan adalah:
-

Paracentesa: mengeluarkan cairan/darah dari bilik depan bola mata melalui lubang yang

kecil di limbus
-

Melakukan irigasi di bilik depan bola mata dengan larutan fisiologik

Dengan cara seperti melakukan ekstraksi katarak dengan membuka korneoscleranya

sebesar 1200
Tindakan pembedahan parasentese dilakukan bila terlihat tanda-tanda imbibisi kornea,
glaukoma, hifema penuh dan berwarna hitam atau bila darah setelah 5 hari tidak memperlihatka
tanda-tanda berkurang.
Untuk mencegah atropi papil saraf optik dilakukan pembedahan bila :
-

Tekanan bola mata maksimal > 50 mmHg selama 5 hari

Tekanan bola mata maksimal > 35 mmHg selama 7 hari

Untuk mencegah imbibisi kornea,dilakukan pembedahan bila :


-

Tekanan bola mata rata-rata > 25 mmHg selama 6 hari

Bila terdapat tanda-tanda dini imbibisi kornea

Untuk mencegah sinekia posterior perifer dilakukan pembedahan bila :


-

Hifema total bertahan selama 5 hari

Hifema difus bertahan selama 9 hari

2.9 Komplikasi
Komplikasi yang paling sering ditemukan pada traumatic hifema adalah perdarahan sekunder,
glaukoma sekunder dan hemosiderosis, selain komplikasi dari traumanya sendiri berupa
dislokasi dari lensa, ablatio retina, katarak dan irido dialysis. Besarnya komplikasi juga sangat
tergantung pada tingginya hyphaema.
Perdarahan Sekunder
Komplikasi ini sering terjadi pada hari ketiga sampai keenam. Sedangkan insidensinya sangat
bervariasi, antara 10-40 persen. Perdarahan sekunder ini timbul karena iritasi pada iris akibat
traumanya, atau merupakan lanjutan dari perdarahan primernya.
Glaukoma Sekunder
Timbulnya glaukoma sekunder pada traumatic hyphaema disebabkan oleh tersumbatnya
trabecular meshwork oleh butir-butir/gumpalan darah. Residensinya 20 persen.
Hemosiderosis Kornea
Hemosiderosis ini akan timbul bila ada perdarahan/perdarahan sekunder disertai kenaikan
tekanan intraokuler. Gangguan visus karena hemosiderosis tidak selalu permanen, tapi kadangkadang dapat kembali jernih dalam waktu yang lama (dua tahun). Insidensinya 1-10 persen.
2.10 Prognosis
Dikatakan bahwa prognosis hifema bergantung pada jumlah darah di dalam bilik mata depan.
Bila darah sedikit di dalam bila mata depan, maka darah ini akan hilang dan jernih dengan
sempurna. Sedangkan bila darah lebih dari setengah tingginya bilik mata depan, maka prognosis
buruk yang akan disertai dengan beberapa penyulit. Hifema yang penuh di dalam bilik mata
depan akan memberikan prognosis lebih buruk di bandingkan dengan hifema sebagian.
Pada hifema akibat trauma bila terjadi kemunduran tajam penglihatan dapat dipikirkan
kemungkinan adanya kerusakan langsung pada mata akibat trauma tersebut, seperti luksasi lensa,

ablasi retina dan edema makula. Hifema sekunder yang terjadi pada hari ke 5-7 sesudah trauma,
biasanya lebih masif dibanding dengan hifema primer dan dapat memberikan rasa sakit sekali.
Dapat terjadi keadaan yang disebut hemoftalmitis atau peradangan intraokular akibat adanya
darah yang penuh didalam bola mata. Dapat juga terjadi siderosis akibat hemoglobin atau siderin
tersebar dan diikat oleh jaringan mata.
Prognosa dari hifema sangat bergantung pada:
-

Tingginya hifema.

Ada/tidaknya komplikasi dari perdarahan/traumanya

Cara perawatan

Keadaan dari penderitanya sendiri

BAB IV

PEMBAHASAN
Diagnosis hifema pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan oftalmologis
Dari anamnesa didapatkan bahwa hifema terjadi oleh trauma tumpul pada mata kiri
setelah terkena petasan. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa adanya
riwayat trauma, terutama mengenai matanya dapat memastikan adanya hifema. Hifema pada
kasus ini termasuk hifema primer karena perdarahan langsung terjadi setelah trauma.
Hifema ada 2 macam, yaitu: (1) Hifema primer, yaitu hifema yang langsung terjadi
setelah trauma. (2) Hifema Sekunder, yaitu hifema yang biasanya timbul pada hari kelima setelah
terjadinya trauma. Perdarahan yang terjadi biasanya lebih hebat daripada hifema primer. Oleh
karena itu seseorang dengan hifema harus dirawat sekurang-kurangnya lima hari. Perdarahan
sekunder ini terjadi oleh karena resorbsi dari bekuan darah terlalu cepat, sehingga pembuluh
darah tidak dapat mendapat waktu yang cukup untuk regeneradi kembali, misalnya pada proses
keradangan iris dan badan siliar yang menyebabkan dilatasi pembuluh darah sehingga
memungkinkan fibrin yang telah menutup terlepas lagi. Akibat yang ditimbulkan adalah
penurunan ketajaman penglihatan yang dapat sedang atau berat. Hal ini terjadi segera atau
lambat sampai berbulan-bulan setelah trauma.
Beratnya hifema dinilai dari banyaknya darah dalam bilik mata depan. Secara umum Hill
membagi hifema dalam 2 bagian, yaitu: hifema total dan hifema parsial. Edward dan Layden
membagi dalam 3 tingkat, yaitu Grade I: perdarahan mengisi kurang dari 1/3 bilik mata depan,
Grade II: perdarahan mengisi 1/3-1/2 bilik mata depan, dan Grade III: perdarahan mengisi lebih
dari bilik mata depan.
Dari pemeriksaan oftalmikus ditemukan mata kiri visus 20/25, konjuntiva hiperemis
terdapat silier dan konjungtiva dan terdapatnya corpus alienum sisa bubuk mercon serta hifema
1/3 COA. Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa pada hifema ditemukan gambaran klinik
adanya perdarahan pada COA, gangguan visus, adanya tanda-tanda iritasi pada konjungtiva.
Pasien ini didiagnosa sebagai hifema oculus sinistra grade I et causa trauma tumpul, oleh
karena perdarahan hanya mengisi 1/3 bilik mata depan. Pasien dianjurkan rawat inap untuk

mengamati apabila terjadi perdarahan sekunder. Bila terjadi penurunan yang cepat dari volume
darah yang mengisi bilik mata depan menunjukkanpenyerapan darah melalui trabekula dan
kanalis schlemm berjalan lancar. Tidak terdapat bekuan darah atau epitel yang menyumbat
saluran tersebut. Darah pada hifema dikeluarkan dari COA dalam bentuk sel darah merah melalui
sudut COA menuju kanalschlemm dan juga melalui permukaan depan iris. Penyerapan iris
dipercepat dengan adanya enzim fibrinolitik di daerah ini. Sebagian hifema dikeluarkan setelah
terurai dalam bentuk hemosiderosin. Bila terdapat penumpukkan dari hemosiderosin ini, dapat
masuk ke dalam lapisan kornea, menyebabkan kornea berwarna kuning disebut hemosiderosis
atau inhibisio kornea, yang hanya dapat ditolong dengan keratoplasti. Inhibisio kornea dapat
dipercepat terjadinya disebabkan oleh full hifema yang disertai glaucoma. Adanya darah dalam
COA dapat menghambat aliran balik cairan bilik mata oleh karena unsur-unsur darah menutupi
sudut COA dan trabekula sehingga terjai glaucoma. Hifema dapat pula menimbulkan uveitis.
Penatalaksanaan hifema pada prinsipnya dibagi dalam 2 golongan besar yaitu perawatan
dengan cara konservatif/tanpa operasi, dan perawatan yag disertai dengan tindakan operasi, dan
perawatan yang disertaidengan tindakan operasi. Tindakan ini bertujuan untuk menghentikan
perdarahan, menghindarkan timbulnya perdarahan sekunder, mengeliminasi darah dari bilik
depan bola mata dengan mempercepat absorbsi, mengontrol glaucoma sekunder dan
menghindari komplikasi yang lain, dan berusaha mengobati kelainan yang menyertainya.
Pengobatan yang diberikan adalah antibiotic tobro ED 6x1 tetes OS. Asam Traneksamat
3x200 mg diberikan supaya bekuan darah tidak terlalu epat diserap dan pembuluh darah diberi
kesempatan untuk memperbaiki. Asam traneksamat mempunyai kerja untuk menghambat
aktivitas dari activator plasminogen dan plasmin, mencegah degenerasi fibrin, meningkatkan
aggregasi platelet dan aktivitas faktor koagulasi serta mencegah kerapuhan dinding pembuluh
darah.
Penderita ditidurkan dalam keadaan telentang dengan posisi kepala diangkat dengan
elevasi kepala 30-45 (posisi semi fowler). Hal ini akan mengurangi tekanan pada pembuluh
darah iris serta memudahkan untuk mengevaluasi jumlah perdarahan. Ada banyak pendapat dari
banyak ahli mengenai tirah baring sempurna ini sebagai tindakan pertama yang harus dikerjakan
bila menemui kasus traumatic hifema. Bahkan beberapa penelitian menunjukkan bahwa dengan
tirah baring kesempurnaan absorbs dari hifema dipercepat dan sangat mengurangi timbulnya

komplikasi perdarahan sekunder. Istirahat total ini harus dipertahankan minimal 5 hari mengingat
kemungkinan perdarahan sekunder. Tidur dengan posisi kepala elevasi 30-45 dimaksudkan
untuk melokalisir darah dibilik mata depan bawah, supaya pupil tidak terhalang oleh darah untuk
memperkecil lokasi hemosiderosis, untuk membuat darah mengumpul dibagian inferior dari
COA dan tidak menghalangi penglihatan. Posisi ini juga mempermudah dalam evaluasi harian
COA tentang resorbsi hifema sehingga dapat menunjukkan kemajuan pengobatan. Selain itu
posisi ini merupakan posisi optimal dalam mencegah kontak sel-sel darah merah dengan kornea
dan trabekula.
Prognosis pada kasus ini adalah baik, karena tajam penglihatan penderita bisa kembali
normal.

DAFTAR PUSTAKA

1. Balatay A, Ibrahim H. Traumatic Hyphema. Dohuk Medical Journal 2008. Available at URL:
www.uod.ac
2. Behbehani A, Abdelmoaty S, Aljazaf A. Traumatic Hyphema. Dalam Studi Journal og
Ophtalmology, Volume 3, No. 3 July-September.2006
3. Ilyas, S. Hifema, dalam: Ilmu Penyakit Mata.Edisi 3. FKUI, Jakarta, 2005
4. Ilyas, S.Hifema. Dalam : Kedaruratan dalam Ilmu penyakit Mata. Edisi 3. FKUI: Jakarta. 2005
5. Kuhn F. Anterior Chamber. Dalam: Ocular TraumatologyUSA:Springer.2008.
6. Kuhn F, Pieramici D. Mechanical Globe Injuri: Anterior Chamber. Dalam: Ocular trauma
principles and practice. New York:Thieme.2002.
7. Rizky G. Hifema.Medicinesia.2013. available at URL: www. Medicinesia.com
8. Sheppard JD. Hyphema. Available at URLL: //medicine.medscape.com
9. Sumarsono,Contusio Oculi. Available at: http://www.portalkalbe/kalbe_ContusioOculi.html.
10. Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P. General ophthalmology.16th ed.USA:McGraw-Hill

Anda mungkin juga menyukai