HIFEMA TRAUMATIK
Oleh :
Nia Permatasari
NIM. 1608437713
Pembimbing :
dr. Isfyanto, Sp.M
PENDAHULUAN
Trauma okuli merupakan trauma atau cedera yang terjadi pada mata yang
konjungtiva, kornea, uvea, lensa, retina, papil saraf optik dan rongga orbita,
sebagai indra penglihat. Salah satu kelainan mata akibat trauma tumpul pada mata
yaitu hifema.1
Hifema adalah keadaan dimana terjadi perdarahan pada bilik mata depan
(BMD) karena robeknya pembuluh darah iris atau badan siliar yang terjadi akibat
trauma tumpul okuli. Hifema biasanya disebabkan oleh trauma tumpul pada mata
seperti terkena bola, batu, peluru senapan angin, dan lain-lain.1 Insiden hifema
sering pada laki-laki dibandingkan perempuan dengan rasio 3:1. Lebih dari 70%
hifema traumatik terjadi pada usia <30 tahun, dengan insiden puncak pada usia
dan blefarospasme, fotopobia, tajam penglihatan akan dirasakan menurun dan bila
pasien duduk akan tampak hifema terkumpul di bagian bawah BMD. Hifema
dapat memenuhi seluruh BMD. Hifema terkadang dapat terlihat pada iridoplegia
sikloplegik dan tetes mata penurun tekanan intraokular (TIO) jika terjadi
TINJAUAN PUSTAKA
Mata merupakan alat indera yang terdapat pada manusia. Secara konstan
objek yang dekat dan jauh serta menghasilkan gambaran yang kontinu yang
dengan segera dihantarkan ke otak. Bola mata berbentuk bulat dengan panjang
lebih cembung sehingga terdapat bentuk dengan dua kelengkungan berbeda. Bola
mata dibungkus oleh tiga lapisan jaringan, yaitu lapisan sklera yang bagian
terdepannya disebut kornea, lapisan uvea, dan lapisan retina. Di dalam bola mata
3
4
terdapat cairan aqueous humour, lensa dan vitreous humour.4 Mata kita terdiri dari
1. Sklera : jaringan ikat yang lentur, memberikan bentuk pada mata, dan
2. Kornea : selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya
dam merupakan lapisan jaringan yang menutup bola mata sebelah depan.
3. Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan
4. Uvea adalah lapisan vaskular di dalam bola mata dan dilindungi oleh
kornea dan sklera yang terdiri dari tiga bagian, yaitu: iris, badan siliar, dan
koroid.
5
ke retina.
1. Segmen anterior : mulai dari kornea sampai lensa, berisi aqueous humour
anterior sendiri terbagi menjadi 2 bagian (bilik mata depan: mulai dari
kornea sampai iris, dan bilik mata belakang : mulai dari iris sampai lensa).
melewati pupil masuk ke bilik mata depan kemudian keluar dari bola mata
2. Segmen posterior : mulai dari tepi lensa bagian belakang sampai ke retina,
berisi vitreous humour yang membantu menjaga bentuk bola mata. Mata
mempunyai otot, saraf serta pembuluh darah. Beberapa otot bekerja sama
menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh saraf kranial (N) tertentu.
Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan
mata kanan, sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika dan vena
retinalis. Pembuluh darah ini masuk dan keluar melalui mata bagian belakang.
Iris dan badan siliar dipasok oleh arteri siliaris anterior, arteri siliaris
posterior dan beranatosmosis dari koroid anterior. Arteri siliaris anterior berjalan
dengan otot ekstraokular dan menembus sklera di dekat limbus untuk bergabung
dengan lingkaran arteri utama iris. Arteri siliaris posterior yang panjang (biasanya
dua) menembus sklera di dekat kutub posterior, kemudian berjalan anterior antara
sklera dan koroid untuk juga bergabung dengan lingkaran arteri utama iris.
Lingkaran arteri utama iris memberikan cabang ke iris dan badan siliaris.
7
2.2. Hifema
2.2.1. Definisi
depan (BMD). Menurut definisi, darah harus terlihat jelas, baik pada inspeksi
pembuluh iris atau badan siliar, biasanya karena trauma atau kondisi medis yang
mendasarinya. Bilik mata depan adalah area yang dibatasi oleh kornea anterior,
sudut lateral dan iris posterior. Ruang ini biasanya berisi aqueous humour yang
jernih, yang dihasilkan oleh badan siliar dan didrainase melalui kanalis Schlemm.
Sudut adalah lokasi anatomi yang penting karena ini adalah tempat trabekular
Gambar 2.4 Hifema traumatis: gambar bekuan darah yang terlihat pada BMD.10
8
2.2.2. Epidemiologi
Insiden hifema traumatis adalah 12 dari 100.000, dengan 70% terjadi pada
anak-anak. Hal ini paling sering terlihat pada pria berusia 10 hingga 20 tahun dan
biasanya terjadi karena cedera olahraga atau rekreasi. Anak-anak biasanya cedera
melalui olahraga yang berhubungan dengan bola seperti baseball, bola basket,
bola lunak, dan sepak bola ketika bola menyerang permukaan anterior bola mata. 10
Remaja dan orang dewasa lebih cenderung terluka melalui pukulan berenergi kuat
pada mata, biasanya serangan. Etiologi lain termasuk senjata paintball, senjata
2.2.3. Etiologi
Hifema biasanya disebabkan oleh cedera pada mata akibat kecelakaan atau
berolahraga. Hifema dapat disebabkan oleh hal-hal lain yang kurang umum,
termasuk:8
katarak
2.2.4. Patofisiologi
posterior dan perifer dari aqueous humour, perpindahan posterior lensa atau
diafragma iris, dan peningkatan TIO akut. Ini dapat menyebabkan robeknya
9
jaringan di dekat sudut BMD. Sebagian besar hifema (71-94%) dihasilkan dari
robekan pada anterior badan siliar, dengan gangguan pada lingkaran arteri utama
sisanya muncul dari pembuluh darah iris yang pecah, siklodialisis, atau
iridodialisis.11
intraokular (TIO) yang dapat menyebabkan kerusakan pada saraf optik jika parah
lainnya. Hifema juga lebih parah dan berhubungan dengan lebih banyak
komplikasi pada mereka dengan hemoglubinopati sel sabit yang juga lebih sulit
untuk diobati karena kondisi biokimia dan metabolik pada aqueous humour
mendukung eritrosit, dimana eritrosit sabit dapat menyumbat jalur drainase dan
2.2.5. Klasifikasi
dari
Grade III : darah mengisi hampir total COA (14% dari seluruh
kejadian hifema)
kejadian hifema)
2.2.6. Diagnosis
A. Anamnesis12
penganiayaan.
B. Pemeriksaan Fisik
Hifema:12
konsensual)
- Darah pada BMD yang langsung terlihat (hifema) atau terlihat ketika
2.2.7. Tatalaksana
Tatalaksana konservatif
Disarankan rawat inap atau rawat jalan dengan pemeriksaan harian. Rawat
inap harus dipertimbangkan untuk pasien dengan cedera berat atau kelainan darah
dan mereka yang tidak mampu melakukan perawatan sendiri atau mungkin tidak
patuh dengan rejimen pengobatan. Selain itu, rawat inap harus dipertimbangkan
untuk anak-anak yang berisiko ambliopia atau jika diduga terjadi penganiayaan
anak. 11,14,15
dengan sudut 30-45 derajat akan meningkatkan darah lebih cepat resorpsi dan
Namun, jika darah tetap di BMD setelah satu minggu, aktivitas harus tetap
Medikamentosa
asetilkolin pada otot sfingter iris dan badan siliar. Hal ini menghasilkan midriasis
kontak antara iris posterior dan kapsul lensa anterior. Penghambatan reseptor
asetilkolin dalam badan siliar melumpuhkan otot, yang merelaksasi spasme siliar
dan mengurangi rasa sakit. Selain itu, baik sikloplegik dan kortikosteroid dapat
b. Diuretik
Pada pasien dengan peningkatan TIO lebih tinggi dari 25 mmHg, beta
blocker dan carbonic anhydrase inhibitor (CAI) biasanya merupakan lini pertama
pengobatan. CAI topikal harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan
hemoglobinopati sel sabit karena obat-obatan ini dapat menurunkan pH air dan
mendorong perdarahan lebih lanjut. Jika obat topikal tidak memadai dalam
mengelola TIO, CAI oral seperti asetazolamid dan metazolamid, bisa diresepkan.
Efek hipotensi asetazolamid dalam tablet membentuk puncak dalam 2 jam dan
jam dan bertahan lebih dari 12 jam. Asetazolamid umumnya diberikan 500 mg PO
2 kali sehari untuk orang dewasa. Untuk anak-anak, dosis yang dianjurkan adalah
5-10 mg/kg berat badan setiap 4 hingga 6 jam. Dosis metazolamid dapat dimulai
hingga 100 mg 3 kali sehari jika diperlukan. CAI oral efektif dalam menurunkan
15
TIO, namun memiliki banyak efek samping. Efek samping sistemik yang umum
termasuk peningkatan frekuensi buang air kecil dan parestesia jari-jari kaki dan di
logam, mual dan diare. Dosis CAI oral yang lebih tinggi dapat menyebabkan
asidosis metabolik dan harus dihindari pada pasien dengan insufisiensi hati, gagal
kalium yang rendah atau obstruksi paru yang parah. CAI oral dikontraindikasikan
pada pasien dengan alergi sulfa, karena CAI termasuk dalam golongan obat
sulfonamid. Manitol intravena, diuretik, juga dapat diberikan dalam kasus TIO
yang tidak terkontrol; namun, sangat hati-hati jika harus digunakan pada pasien
dengan sel sabit, karena diuretik menginduksi asidosis dan kontraksi volume.11
pilocarpine. Selain itu, miosis yang diinduksi oleh pilocarpine meningkatkan zona
kontak antara iris dan lensa, dan karenanya meningkatkan risiko sinekia
posterior.11
Tatalaksana operatif
16
irigasi atau aspirasi.15 Intervensi bedah diperlukan hingga 5% dari hifema dalam
kasus peningkatan TIO, pewarnaan kornea, atau hifema total yang berlangsung
lebih dari 10 hari. Jika TIO tetap lebih tinggi dari 50 mmHg selama 5 hari, atau
lebih besar dari 35 mmHg selama 7 hari, terlepas dari manajemen medis, operasi
Irigasi BMD dapat dilakukan untuk menghilangkan sel darah merah yang
terdispersi, dan bekuan darah yang terbentuk dapat diekstraksi secara manual
Gumpalan darah dibersihkan dari tubuh melalui proses yang dikenal sebagai
fibrinolisis. Selama proses inilah risiko rebleeding adalah yang tertinggi. Agen
sebagai inhibitor kompetitif untuk lisin untuk situs pengikatan pada aktivator
plasmin. Plasmin adalah enzim yang terlibat dalam pemecahan bekuan fibrin.
pengikatan plasmin ke gumpalan fibrin itu sendiri. Efek samping ACA sistemik
terjadi hingga 50% dari pasien dan termasuk mual, muntah, hipotensi sistemik,
tinitus (kurang umum), mati rasa, ruam kulit, mialgia dan hematuria. Hal ini
pada pasien yang sedang hamil, dan harus digunakan dengan hati-hati pada pasien
2.2.8. Komplikasi
Secara umum, komplikasi dan prognosis dari hifema totalis lebih buruk
daripada hifema subtotalis. Berikut adalah koplikasi yang dapat terjadi akibat
adanya hifema:15
karena hal-hal berikut: 1) oklusi dari trabekular Meshwork oleh gumpalan, sel-sel
gumpalan darah yang melibatkan BMD dan BMP. Tekanan intraokular bervariasi
tidak sesuai dengan ukuran hifema. Secara umum, semakin besar volume hifema,
cedera yang dapat timbul dari kerusakan pada trabekular Meshwork (sering
seiring dengan ukuran dan durasi hifema yang terlihat lebih dari 8 hari. Sinekia
posterior juga dapat terbentuk. Pembentukan sinekia adalah hasil dari peradangan
c. Atrofi optik
Dalam hifema traumatis, atrofi optik cenderung terjadi sebagai akibat dari
peningkatan TIO atau karena memar saraf optik. Meskipun data yang mendasari
kesimpulan ini terbatas, risiko atrofi optik terkait dengan peningkatan TIO
tampaknya lebih besar jika tekanan dibiarkan tetap pada 50 mm Hg atau lebih
sehat. Pasien dengan penyakit sel sabit dapat mengembangkan atrofi optik dengan
d. Pewarnaan kornea
Noda darah kornea cenderung terjadi dalam hifema yang lebih besar,
berkelanjutan, dan disfungsi sel endotel kornea. Kerusakan endotel kornea yang
19
ketajaman visual setelah resolusi hifema dan dapat menyebabkan ambliopia pada
e. Perdarahan sekunder
lapisan darah segar terlihat di atas gumpalan yang lebih tua (lebih gelap di BMD)
atau jika eritrosit tersebar muncul di gumpalan setelah darah telah menetap.
Perubahan warna akibat lisis bekuan darah ini dapat membedakan perdarahan
peningkatan substansial dalam ukuran hifema. Untuk alasan ini, rebleeding dapat
Dalam tindak lanjut pasien dengan hifema traumatik, diamati bahwa dalam
membutuhkan koreksi asimetris lebih besar dari 2,5 dioptri. Dengan demikian,
PEKANBARU
IDENTITAS PASIEN
Keluhan Utama
Mata kanan kabur setelah terkena pentalan batu dari arah depan sejak 1
jam yang lalu. Mata menjadi merah dan nyeri saat dibuka. Setelah terkena
pentalan batu mata dicuci menggunakan air dari bak mandi. Pandangan menjadi
kabur, mata berarir dan perih. Keluhan disertai nyeri kepala, mual dan muntah 1
Pasien menggunakan kacamata baca sejak 2 tahun yang lalu. Tidak ada
riwayat hipertensi dan diabetes mellitus. Tidak ada riwayat sakit ginjal. Tidak ada
Riwayat Pengobatan
Tidak ada.
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS OPTHALMOLOGI
22
OD OS
koreksi
Tidak dilakukan Visus dengan Pin hole : 20/70
koreksi
Orthophoria Posisi bola mata Orthophoria
(+)
Injeksi konjungtiva (+), injeksi Konjungtiva Tenang
siliar (+)
Erosi (+), tes fluoresin (+) Kornea Tenang
Tenang Sclera Tenang
Dangkal, hifema (+) grade 1 COA Dalam
Warna iris coklat, iridodialisis Iris/pupil Warna iris coklat, bentuk pupil
OD OS
iridodialisis hifema
Gambar
RESUME
Tn. A, 44 tahun, mata kanan merah dan kabur sejak 1 jam yang lalu
setelah terkena pentalan batu. Keluhan disertai mata merah, nyeri, nyeri kepala,
mual dan muntah 1 kali. Riwayat penggunaan kacamata baca sejak 2 tahun yang
lalu.
grade 1 pada BMD, iridodialisis pada iris arah jam 10-11 dan erosi kornea. Tes
fluoresin (+).
DIAGNOSIS :
24
- Iridodialisis OD
- Erosi kornea OD
TERAPI :
- IVFD RL asnet
RENCANA PEMERIKSAAN :
- Koreksi kacamata
PROGNOSIS :
1. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-5. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI;2017.h.279-286.
2. Dersu I. Hyphema Glaucoma [Internet]. 2018 Jul 27 [accessed: 2019 Jan 05].
Available from: https://emedicine.medscape.com/article/1206635-
overview#a6
3. Pargament J, Correa ZM, Augsburger JJ. Ophthalmic trauma. In: Eva PR,
Augsburger JJ, editor(s). Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology. 19 th
ed. United States: McGraw-Hill Education;2018.p.844-5.
4. Moore KL, Dalley AF, Agur AMR. Moore Clinically Oriented Anatomy. 7 th
ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins;2014.p.889-909.
5. Eva PR. Anatomy & embryology of the eye. In: Eva PR, Augsburger JJ,
editor(s). Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology. 19th ed. United
States: McGraw-Hill Education;2018.p.17-42.
7. Kiel JW. The Ocular Circulation. Colloq Ser Integr Syst Physiol From Mol to
Funct. 2011;3(1):1–81.
8. Gragg J, Baker MB. Hyphema. [Updated 2018 Dec 17]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2018 Jan. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507802/
9. Chumley HS. Eye Trauma-Hyphema. In: Usatine RP, Smith MA, Chumley
HS Mayeaux EJ, editor(s). The Color Atlas of Family Medicine. 2nd ed.
United States: McGraw-Hill Education;2013.p.159-62.
10. Baden LR. Hyphema [Internet]. N Engl J Med. 2015 [accessed: 2019 Jan 07].
Available from: https://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMicm1108425
12. Andreoli CM, Gardiner MF. Traumatic hyphema: Clinical features and
diagnosis. UptoDate. 2018.
13. Taqi AA, Hussein AS, Jamal NM. Traumatic Hyphema Frequency and
Management Evaluation: A Retrospective Study. Heal Sci J. 2017;11:1–10.
16. Carizey RP. Anterior Chamber Paracentesis. In: Reichman EF, editor. 3rd ed.
United States: McGraw-Hill Education;2019.p.1579-81.