Pasal 2
Lambang atau Atribut Organisasi dipasang untuk keperluan-keperluan tertentu.
1.
2.
3.
4.
Pasal 3
Pakaian anggota
Pakaian anggota dipakai pada waktu bertugas melaksanakan pekerjaan
kefarmasian yang berinteraksi langsung dengan pasien
Warna pakaian anggota adalah warna putih
Pakaian anggota adalah model jas
Pada pakaian anggota tertulis APOTEKER dan dilengkapi nama yang
bersangkutan dibawahnya (dada sebelah kanan)
BAB II
TUJUAN ORGANISASI
Pasal 4
Untuk mencapai visi dan misi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan Pasal 9
Anggaran Dasar, Himpunan Seminat Farmasi Rumah Sakit Indonesia bertujuan :
a. Mengadakan serta menyelenggarakan program kegiatan melalui
pertemuan ilmiah yang bersifat lokal, nasional dan internasional;
b. Membina hubungan dan kerjasama dengan organisasi kemasyarakatan
dan profesi di dalam dan di luar negeri;
c. Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian kepada pasien, dan
masyarakat luas.
d. Melindungi masyarakat terhadap pencemaran profesi, pencemaran
lingkungan, bahaya narkotika dan penyalahgunaan obat-obatan.
e. Memberikan advokasi kepada anggota berkaitan dengan masalah
yurisprudensi
f. Menetapkan stndar kompetensi dan registrasi kompetensi
g. Mengadakan berbagai kegiatan lain yang dipandang perlu untuk mencapai
visi dan misi organisasi.
h. Meningkatkan kesejahteraan anggota dalam menyelenggarakan
pelayanan kefarmasian.
BAB III
KEANGGOTAAN
Pasal 5
1)
2)
3)
Pasal 6
(1) Yang dapat diterima menjadi anggota harus memenuhi ketentuanketentuan sebagai berikut :
a. Mengajukan permohonan menjadi anggota Himpunan Seminat Farmasi
Rumah Sakit Indonesia;
b. Menerima Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Kode Etik Apoteker
Indonesia, Program Organisasi serta Peraturan dan Disiplin Organisasi.
c. Sanggup aktif mengikuti kegiatan yang ditentukan oleh Organisasi.
d. Ditetapkan dan disahkan oleh Pengurus Daerah sesuai dengan dimana
anggota atau calon anggota mendaftarkan diri.
e. Setiap Anggota harus mempunyai Kartu Tanda Anggota (KTA), yang
diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.
f. Kartu Tanda Anggota (KTA) dicetak oleh HISFARSI Daerah masingmasing dengan penomoran yang diatur berdasarkan kode masing-masing
daerah.
Kode DKI: DKI.0001 (DKI : kode daerah, 0001 : nomor urut anggota)
Kode JABAR: JABAR.0001 (JABAR : kode daerah, 0001 : nomor urut
anggota)
Kode JATENG : JATENG.0001 (JATENG : kode daerah, 0001 : nomor urut
anggota)
Kode JOGJA : JOGJA.0001 (JOGJA : kode daerah, 0001 : nomor urut
anggota)
Kode JATIM : 05.JATIM.0001 (05.JATIM : kode daerah, 0001 : nomor
urut anggota)
BAB V
PENGHENTIAN KEANGGOTAAN
Pasal 10
(1) Keanggotaan berhenti karena :
a. Meninggal dunia
b. Atas permintaan sendiri
c. Diberhentikan
(2) Tatacara penghentian keanggotaan diatur dalam Peraturan Organisasi
BAB VI
PEMBELAAN ANGGOTA
Pasal 11
(1) Untuk melakukan pembelaan anggota dibentuk Tim Advokasi.
(2) Ketentuan tentang Tim Advokasi diatur lebih lanjut dalam Peraturtan
Organisasi
BAB VII
KEPENGURUSAN ORGANISASI
Pasal 12
(1) Kepengurusan organisasi di tingkat nasional berupa presidium yang terdiri
dari Ketua-ketua Pengurus Daerah
(2) Presidium sekurang-kurangnya terdiri dari 5 (lima) orang
(3) Komposisi Presidium sekurang-kurangnya adalah :
a. Ketua
b. Wakil Ketua
c. Sekretaris
d. Wakil Sekretaris
e. Bendahara
Pasal 13
Susunan Pengurus Daerah sekurang-kurangnya adalah :
a. Ketua
b. Sekretaris
c. Bendahara
d. Ketua - ketua Bidang
Pasal 14
(1) Pengangkatan, penggantian dan pemberhentian personalia Presidium
dilaksanakan dalam Kongres Nasional secara langsung.
(2) Personalia Presium merupakan Ketua-ketua Pengurus Daerah (Ex Oficio) dari
masing-masing daerah terpilih.
(3) Tata cara pemilihan Presidium diatur dalam Peraturan Organisasi
Pasal 15
(1) Pengangkatan, penggantian dan pemberhentian Ketua Pengurus Daerah
dilaksanakan dalam Konperensi Daerah secara langsung.
(2) Tatacara pengangkatan, pengantian dan pemberhentian anggota lainnya
diatur dalam Peraturan Organisasi.
BAB VIII
WEWENANG DAN KEWAJIBAN
PENGURUS DAERAH
Pasal 16
(1) Pengurus Daerah adalah pelaksana organisasi tingkat Daerah yang bersifat
kolektif.
(2) Pengurus Daerah berwenang :
a. Menetapkan kebijakan pelaksanaan program Organisasi sesuai dengan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Kongres,
Peraturan organisasi, Keputusan Konperensi Daerah dan Keputusan
Rapat.
b. Membina dan mengembangkan hubungan serta kerjasama dengan
organisasi kemasyarakatan dan profesi tingkat daerah guna meningkatkan
peran dan fungsi HISFARSI.
(3) Pengurus Daerah berkewajiban untuk memberikan pertanggung jawaban
dalam Konperensi Daerah dan melaporkan kepada presidium HISFARSI.
(4) Kegiatan kegiatan HISFARSI Nasional yang diselenggarakan oleh HISFARSI
daerah maka 10 % Sisa Hasil Usahanya diserahkan sebagai kas HISFARSI
Nasional.
(5) Penggunaan kas HISFARSI Nasional digunakan untuk penyelenggaraan
kegiatan HISFARSI Nasional sesuai dengan program yang telah disetujui
oleh presidium
BAB IX
HUBUNGAN DENGAN
IKATAN APOTEKER INDONESIA DAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN
Pasal 17
(1) Hubungan dengan Ikatan Apoteker Indonesia di tingkat pusat adalah :
a. HISFARSI bersama himpunan-himpunan seminat lainnya, terhimpun dalam
Dewan Profesi Ikatan Apoteker Indonesia Pusat.
b. Dalam hal yang berhubungan dengan Praktek Kefarmasian di Rumah Sakit
PP IAI meminta rekomendasi kepada Presidium HISFARSI Nasional
c. Presidium Himpunan Seminat Farmasi Rumah Sakit Indonesia
mendampingi Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia pada pertemuan-
Presidium
(2) Kongres Nasional Luar Biasa dihadiri oleh Peserta dan Peninjau sama seperti
yang terdapat pada ayat (1) Pasal ini.
(3) Kongres Ilmiah dihadiri oleh Anggota , Anggota luar biasa , Anggota
kehormatan .
(4) Pertemuan Tahunan (annual meeting) dihadiri oleh :
1. Presidium
2. Pengurus Daerah
(5) Rapat Pengurus Pusat dihadiri oleh seluruh personalia Presidium
(6) Konperensi Daerah dihadiri oleh :
A. Peserta yang terdiri dari :
1. Pengurus Daerah
2. Anggota
3. Anggota Ikatan apoteker indonesia yang diundang oleh Pengurus Daerah
sebagai Nara Sumber.
(7) Rapat Kerja Daerah dihadiri oleh :
1. Pengurus Daerah
2. Anggota Himpunan Seminat Farmasi Rumah Sakit yang diundang oleh
Pengurus Daerah sebagai Nara Sumber.
(8) Rapat Pengurus Daerah dihadiri oleh seluruh anggota Pengurus Daerah.
BAB XI
HARTA BENDA
Pasal 20
(1) Kekayaan Organisasi bersumber dari uang pangal dan uang iuran Anggota,
sumbangan-sumbangan yang tidak mengikat dan pendapatan lain yang sah.
(2) Besar uang pangkal Anggota ditetapkan oleh Presidium.
(3) Besar uang iuran Anggota ditetapkan oleh Pengurus Daerah.
(4) Penyelenggaraan pemungutan uang pangkal dan uang iuran Anggota diatur
dalam peraturan organisasi.
(5) Pembagian Pendapatan dari uang pangkal dan iuran Anggota diatur dalam
peraturan organisasi.
Pasal 21
(1) Presidium/Pengurus Daerah wajib menyusun Rencana Anggaran Belanja dan
Pendapatan Organisai untuk jangka waktu masa bakti yang bersangkutan
pada awal kepengurusannya.
(2) Dalam melaksanakan Anggaran Belanja dan Pendapatan Organisasi,
Pimpinan organisasi harus berdaasarkan atas prinsip anggaran berimbang
dan efisien dalam penggunaan anggaran.
Pasal 22
Administrasi Keuangan, pengggunaan uang organisasi dan inventaris organisasi
dipertanggung jawabkan melalui Komisi Verifikasi :
a. Oleh Presidium dalam Kongres Nasional
b. Oleh Pengurus Daerah dalam Konperensi Daerah
BAB XII
PENUTUP
Pasal 23
(1) Hal-hal yang belum ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga ini diatur
lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.
(2) Anggaran Rumah Tangga ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ttd