Anda di halaman 1dari 29

ANGGARAN DASAR

ASOSIASI PERUSAHAAN PERJALANAN WISATA INDONESIA


(ASITA)
MUKADIMAH
Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia
sebagai mata rantai dalam jajaran Industri Pariwisata, sepakat untuk
mempersatukan niat dan tekad dalam memajukan kepariwisataan Indonesia
melalui wadah organisasi yang segala sesuatunya dituangkan dalam Anggaran Dasar
ini.
Perusahaan Perjalanan Wisata merupakan usaha industri pariwisata yang
merupakan salah satu sumber pendapatan negara dan merupakan bagian dari
sistem pembangunan nasional, karenanya dalam perkembangan dan aktivitasnya
tidak dapat dilepaskan satu dengan yang lainnya.
Organisasi adalah mewadahi peran dan atau aspirasi anggota, meningkatkan
profesionalisme, membangun kapasitas anggota, berdaya saing global dan mampu
melayani dan atau melindungi anggota secara proporsional serta dapat
memberikan masukan dan pertimbangan kepada pemerintah, melalui organisasi
yang dikelola berdasarkan prinsip profesionalisme, transparansi, demokratis, jujur,
adil dan akuntabilitas.
BAB I
PENGERTIAN UMUM
Pasal 1
Dalam Anggaran Dasar ini :
1. Perusahaan Perjalanan Wisata adalah badan usaha yang tunduk pada hukum Indonesia,
melaksanakan kegiatan usaha yang bersifat komersil dalam mengatur, menyediakan
dan menyelenggarakan perjalanan bagi seorang atau sekelompok orang yang akan
melakukan perjalanan.
2. Biro Perjalanan Wisata adalah badan usaha jasa pariwisata yang merencanakan
perjalanan wisata dan atau jasa pelayanan penyelenggaraan wisata, sesuai dengan
Undang Undang yang berlaku.
3. Cabang Biro Perjalanan Wisata adalah usaha Biro Perjalanan Wisata yang
berkedudukan di wilayah administrasi yang sama dengan kantor pusatnya atau di
wilayah administrasi lain yang melakukan kegiatan kantor pusat.
4. Agen Perjalanan Wisata adalah usaha jasa perantara untuk menjual atau mengurus
jasa untuk perjalanan wisata.
5. Lembaga Pendidikan Pariwisata adalah lembaga pendidikan yang menyelenggarakan
program studi kepariwisataan, baik pada jenjang pendidikan menengah maupun tinggi.

6. Maskapai Penerbangan adalah perusahaan-perusahaan penerbangan yang melakukan


kegiatan usahanya di Indonesia.
7. Hotel adalah badan usaha yang tunduk pada hukum Indonesia yang bergerak dalam
bidang penyediaan akomodasi.
8. Usaha Objek Wisata adalah badan usaha yang bergerak di bidang kawasan objek
wisata.
9. Tour Operator adalah perusahaan perjalanan wisata.

10. Usaha Jasa Pramuwisata adalah badan usaha yang menyediakan jasa pramuwisata.
BAB II
NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN DAN WAKTU
Pasal 2
Nama dan Tempat Kedudukan
1. Organisasi ini bernama ASOSIASI PERUSAHAAN PERJALANAN WISATA INDONESIA,
di dalam bahasa Inggris disebut ASSOCIATION OF THE INDONESIAN TOURS AND
TRAVEL AGENCIES (ASITA) yang selanjutnya secara resmi disebut ASITA.
2. ASITA tingkat Nasional berkedudukan di Ibukota Republik Indonesia, ASITA
tingkat Propinsi berkedudukan di Ibukota Propinsi dan ASITA tingkat Cabang
berkedudukan di Kabupaten / Kota.
Pasal 3
Waktu
ASITA didirikan di Jakarta, pada hari Kamis tanggal tujuh Januari seribu sembilan
ratus tujuh puluh satu (07-01-1971) untuk jangka waktu yang tidak ditentukan
lamanya.
BAB III
AZAS, LANDASAN, TUJUAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Pasal 4
Azas
ASITA berazaskan Pancasila.
Pasal 5
Landasan
ASITA berlandaskan pada :
1. Undang-Undang Dasar 1945 sebagai Landasan Konstitusional.
2

2. Undang-Undang Kepariwisataan yang berlaku, DAN


3. Keputusan Musyawarah Nasional, sebagai Landasan Operasional.
Pasal 6
Tujuan
1. Meningkatkan peran anggota sebagai salah satu pelaku utama pariwisata
nasional, penghasil devisa dan peningkatan pendapatan serta pengembangan
kapasitas usaha berdaya saing global.
2. Meningkatkan Citra Pariwisata Indonesia dengan memberikan kepuasan, rasa
aman, adanya kepastian perlindungan dan jaminan terhadap kepentingan
pemakai jasa dan pihak-pihak yang berkepentingan tanpa mengorbankan
kepentingan sesama anggota.
3. Meningkatkan peran anggota dengan melakukan usaha-usaha untuk memajukan
kemampuan yang meliputi kemampuan profesional, teknis dan finansial
sehingga bisa mencapai standar internasional.
Pasal 7
Tugas Pokok
1. Melayani dan melindungi kepentingan anggota, menampung saran dan
memperjuangkan aspirasi anggota.
2. Memberikan bimbingan, arahan kepada anggota dalam rangka mengembangkan
kapasitas dan kemampuan.
3. Memberikan masukan dan atau pertimbangan kepada pemerintah dalam
menyusun kebijakan kepariwisataan dan asosiasi lain yang terkait.
4. Memberikan dukungan kepada anggota dalam rangka pemberdayaan dan
pengembangan kemampuan profesionalisme.
5. Melakukan pembinaan dan pengawasan kepada anggota dalam melakukan
kegiatan usaha secara profesional dengan menghindarkan dari praktek usaha
yang dapat merugikan sesama anggota khususnya dan usaha pariwisata pada
umumnya.
6. Menjadi mediator anggota dengan para pihak pemangku kepentingan usaha
kepariwisataan, dalam rangka membangun kerjasama sinergis baik di dalam
dan atau di luar usaha jasa pariwista pada tingkat lokal, nasional dan global.
Pasal 8
Fungsi
1. Mewakili dan memperjuangkan kepentingan anggota.

2. Mengembangkan kemampuan dan meningkatkan ketrampilan para anggota agar


dapat mencapai kinerja yang lebih baik.
3. Mencari dan menyebarluaskan informasi mengenai kebijakan pemerintah dan
kebijakan lainnya di bidang kepariwisataan yang berkaitan dengan usaha
perjalanan wisata.
4. Menjaga etika usaha, mencegah persaingan tidak sehat di antara sesama
pengusaha perjalanan wisata Indonesia serta menggalang kerjasama dengan
semua pihak untuk kepentingan anggota khususnya dan kepentingan
kepariwisataan pada umumnya.
5. Melaksanakan fungsi mediasi sesama anggota maupun pihak lain dalam rangka
penyelesaian masalah.
BAB IV
SIFAT, STRUKTUR DAN PERANGKAT ORGANISASI
Pasal 9
Sifat
ASITA adalah organisasi nirlaba.
Pasal 10
Struktur
Organisasi ASITA terdiri dari:
1. ASITA tingkat Pusat selanjutnya disebut Dewan Pengurus Pusat (DPP ASITA).
2. ASITA tingkat Propinsi selanjutnya disebut Dewan Pengurus Daerah (DPD).
3. ASITA tingkat Kabupaten / Kota di luar ibukota propinsi selanjutnya disebut
Dewan Pengurus Cabang (DPC).
4. DPP ASITA, DPD ASITA dan DPC ASITA terkait oleh suatu garis hubungan jenjang
organisasi.
Pasal 11
Perangkat
Perangkat ASITA terdiri dari :
1. TINGKAT PUSAT
I.1 Musyawarah Nasional
I.2 Rapat Kerja Nasional
I.3 Dewan Pengurus Pusat
I.4 Dewan Pengawas Tata Krama Pusat (DEPETA PUSAT)
4

2. TINGKAT DAERAH
2.1Musyawarah Daerah
2.2Rapat Kerja Daerah
2.3Dewan Pengurus Daerah
2.4Dewan Pengawas Tata Krama Daerah (DEPETA DAERAH)
3. TINGKAT CABANG
3.1Musyawarah Cabang
3.2Rapat Kerja Cabang
3.3 Dewan Pengurus Cabang.
Pasal 12
Permusyawaratan dan Rapat-Rapat
1. Permusyawaratan terdiri dari Musyawarah Nasional, Musyawarah Daerah,
Musyawarah Cabang, masing-masing diadakan sekali dalam 4 (empat) tahun.
2. Musyawarah Nasional Luar Biasa (MUNASLUB) dan Musyawarah Daerah Luar
Biasa (MUSDALUB).
3. Musyawarah Nasional Khusus, disingkat MUNASSUS.
Wewenang dan persyaratan masing masing musyawarah di atas diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga.
4. RAPAT-RAPAT
Rapat-rapat terdiri dari Rapat Kerja Nasional, Rapat Kerja Daerah, Rapat Kerja
Cabang masing-masing diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam
setahun.
Wewenang dan persyaratan masing-masing rapat di atas diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga.
5. RAPAT PLENO
Rapat Pleno Dewan Pengurus Pusat, Dewan Pengurus Daerah dan Dewan
Pengurus Cabang diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam 1 (satu) bulan.
Pasal 13
Pengambilan Keputusan
1. Pengambilan Keputusan rapat rapat ASITA pada dasarnya diambil melalui
musyawarah untuk mufakat.
2. Dalam keadaan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai dapat dilakukan
melalui pemungutan suara (voting).
3. Semua keputusan yang diambil berdasarkan ayat 1 dan 2 di atas mengikat
seluruh anggota untuk ditaati dan dilaksanakan.
5

BAB V
KEANGGOTAAN
Pasal 14
Jenis dan Sistem Keanggotaan
1. Anggota ASITA terdiri dari : Anggota Penuh, Anggota Peserta (Associate
Member), Anggota Luar Negeri dan Anggota Kehormatan.
2. ASITA menganut Sistem Keanggotaan Aktif.
3. Hal hal yang berkaitan dengan jenis, persyaratan dan tata cara keanggotaan
diatur di dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 15
Hak dan Kewajiban Anggota Penuh
1. HAK ANGGOTA PENUH
1.1Memilih dan dipilih dalam kepengurusan.
1.2Berbicara atau menyampaikan usulan dan saran di dalam Musyawarah
Nasional, Musyawarah Daerah, Musyawarah Cabang serta rapat rapat.
1.3Memperoleh informasi, menggunakan logo ASITA dan mengikuti semua
kegiatan ASITA.
1.4Menerima atau menolak laporan pertanggungjawaban Dewan Pengurus
dalam permusyawaratan.
1.5Hak hak sebagaimana tercantum dalam ayat 1 pasal ini berlaku untuk
seluruh anggota penuh yang telah mendapat Nomor Induk Anggota (NIA)
ASITA.
2. KEWAJIBAN ANGGOTA PENUH
2.1.1.Mematuhi segala ketentuan yang tercantum dalam Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga serta Kode Etik ASITA.
2.1.2.Mematuhi segala keputusan rapat rapat ASITA seperti Munas, Rakernas,
Rapat DPP / Musda, Rakerda, Rapat DPD / Muscab, Rakercab dan Rapat
DPC.
2.1.3.Menempatkan simpanan wajib dalam bentuk deposito yang bunganya
menjadi sumber penerimaan organisasi, yang besarnya disesuaikan dengan
kondisi dan kemampuan daerah masing-masing, baik untuk perusahaan
induk maupun cabang.

2.1.4.Membayar uang pangkal dan iuran wajib setiap bulan yang besarnya
ditentukan sesuai dengan kondisi dan kemampuan daerah masing-masing.
2.1.5.Tidak bersikap dan berbuat yang dapat merugikan sesama anggota atau
pengurus.
Hak dan Kewajiban Anggota Peserta, Anggota Luar Negeri dan Anggota
Kehormatan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
BAB VII
KEPENGURUSAN
Pasal 16
1. Pengelolaan kegiatan ASITA diserahkan kepada:
DPP tingkat Nasional, DPD tingkat Propinsi dan DPC tingkat Kabupaten / Kota.

2.

3.

Susunan kepengurusan sebagaimana dimaksud ayat 1 pada pasal ini ditentukan


sebagai berikut:
2.1. Susunan DPP ASITA terdiri dari :
2.1.1 Seorang Ketua Umum
2.1.2 Beberapa Wakil Ketua Umum dan atau Ketua
2.1.3 Seorang Sekretaris Jenderal
2.1.4 Seorang Wakil Sekretaris Jenderal
2.1.5 Seorang Bendahara
2.1.6 Seorang Wakil Bendahara
2.1.7 Beberapa Ketua Bidang
2.1.8 Anggota Pleno diwakili oleh Ketua-Ketua DPD sebagai ex-officio
Untuk melaksanakan tugas seharihari dapat diangkat seorang Direktur
Eksekutif profesional dan bukan pengurus.
3.2 Susunan DPD / DPC disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing,
sekurang-kurangnya terdiri dari :
2.2.1 Seorang Ketua
2.2.2 Seorang Sekretaris
2.2.3 Seorang Bendahara
2.2.4 Beberapa Ketua Bidang
3.3 Untuk melaksanakan tugas sehari hari dapat diangkat seorang Sekretaris
Eksekutif yang berstatus karyawan dan bukan pengurus.

4. Tugas dan wewenang DPP, DPD, DPC termasuk jumlah dan pembidangan
tugas akan diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.
5. Ketua DPP, DPD, DPC ASITA dipilih melalui MUNAS, MUSDA, MUSCAB untuk masa
bakti 4 ( empat) tahun dan tidak dapat dipilih kembali untuk jabatan yang
sama lebih dari dua kali masa bakti.
7

6.

Ketua DPP, DPD, DPC ASITA yang tepilih melalui MUNASLUB, MUSDALUB,
MUSCABLUB melanjutkan sisa jabatan kepengurusan terdahulu.

7. Persyaratan dan mekanisme pemilihan Ketua DPP, DPD, DPC ASITA diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga.
8. Persyaratan dan mekanisme pembentukan Pengurus DPP, DPD, DPC ASITA
diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
9. Hak dan Tanggung Jawab Pengurus :
9.1

DPP ASITA bertanggung jawab sepenuhnya atas segala pekerjaannya


kepada anggota melalui Musyawarah Nasional ASITA.

9.2 DPD ASITA bertanggung jawab atas segala pekerjaannya kepada anggota di
dalam Musyawarah Daerah ASITA.
9.3 DPC ASITA bertanggung jawab atas segala pekerjaannya kepada anggota di
dalam Musyawarah Cabang ASITA.
9.4 DPP ASITA, DPD dan DPC ASITA berhak untuk melakukan segala tindakan
yang dianggap bermanfaat bagi kepentingan organisasi.
9.5

Anggota Dewan Pengurus ASITA berkewajiban untuk :


9.1.1. Mematuhi dan melaksanakan segala ketentuan yang tercantum
dalam Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Tata Krama.
9.1.2. Melaksanakan program kerja dan semua keputusan yang telah
ditetapkan dalam permusyawaratan / rapat rapat.

BAB VIII
KEUANGAN DAN HARTA KEKAYAAN
Pasal 17
1. Keuangan tetap ASITA diperoleh dari :
1.1
Uang Pendaftran Keanggotaan Baru.
1.2
Bunga Deposito dari Simpanan Wajib Anggota.
1.3
Iuran tetap setiap bulan.
1.4
Kontribusi dari kegiatan ASITA.
1.5
Sumbangan-sumbangan yang tidak mengikat.
1.6
Usaha-usaha lain yang sah.
2. Keuangan dan kekayaan ASITA dikelola
efektifitas, transparansi dan akuntabilitas.

berdasarkan

prinsip

efisiensi,

3. Tahun buku ASITA dimulai pada tanggal 1 Januari dan ditutup pada tanggal 31
Desember tahun berjalan dan diaudit.

4. Jika suatu ketika ASITA bubar, segala harta kekayaan dan keuangan harus
dibahas dan ditentukan oleh Tim Likuidasi yang pembentukannya diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga.
5. Hal hal yang menyangkut tentang perolehan keuangan ASITA tatacara
pengaturan dan penggunaannya ditentukan dalam Anggaran Rumah Tangga.
BAB IX
TATA KRAMA DAN LAMBANG
Pasal 18
Tata Krama
1. Untuk menjaga integritas dan martabat anggota ASITA telah ditentukan suatu
pedoman tingkah laku yang memberikan arah pada kegiatan usahanya,
melindungi profesi dan masyarakat dari perbuatan yang merugikan.
2. Pedoman tingkah laku sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 pasal ini
selanjutnya dikukuhkan sebagai Peraturan Tata Krama ( Kode Etik ) yang
disusun tersendiri dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Anggaran
Dasar ini dan wajib ditaati dan dijunjung tinggi, dilaksanakan dan mengikat
semua anggota.
Pasal 19
Lambang
Untuk menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan di antara para anggota, maka
ditentukan logo ASITA yang merupakan lambang dari hakekat, semangat dan cita
cita Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia yang bentuk warna dan
macam kegunaannya ditentukan dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB X
PEMBUBARAN
Pasal 20
1. ASITA dapat dibubarkan atas permintaan secara tertulis 2/3 (dua pertiga)
Anggota Penuh.
2. Pembubaran ASITA dinyatakan sah apabila disetujui oleh 2/3 (dua pertiga)
Anggota Penuh dalam Musyawarah Nasional Khusus (MUNASSUS).

BAB XI
PENUTUP
Pasal 21
1. Anggaran Dasar ini merupakan penyempurnaan Anggaran Dasar pada
Musyawarah Nasional VIII ASITA tanggal 15 Desember 2003 di Batam.
2. Hal hal yang belum dinyatakan dalam Anggaran Dasar ini akan diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Anggaran Dasar ini.

Ditetapkan di : Yogyakarta
Pada Tanggal : 25 Agustus 2007
Dalam Musyawarah Nasional ASITA IX 2007

ANGGARAN RUMAH TANGGA

10

ASOSIASI PERUSAHAAN PERJALANAN WISATA INDONESIA


(ASITA)
BAB I
Pasal 1
STRUKTUR ORGANISASI ASITA
1. DEWAN PENGURUS PUSAT (DPP) ASITA
1.1. ASITA tingkat Nasional selanjutnya disebut Dewan Pengurus Pusat (DPP)
ASITA berkedudukan di ibu kota RI, merupakan pengelola kegiatan ASITA
Pusat dengan susunan kepengurusan sebagaimana diatur dalam Anggaran
Dasar ASITA Bab VII pasal 17 ayat 1 dan 2.
1.2.Tugas Umum DPP ASITA :
1.2.1.
Menyatukan langkah, persepsi, misi serta visi anggota ASITA.

2.

1.2.2.

Mengidentifikasi dan menginventarisasi kendala dan tantangan


yang dihadapi anggota ASITA dalam menjalankan usaha serta
mencari pemecahannya.

1.2.3.

Mempererat hubungan dan rasa persaudaraan sesama anggota


guna meningkatkan persatuan dan kesatuan.

1.2.4.

Menjalankan
amanat
organisasi
berdasarkan
prinsip
profesionalisme, transparansi dan akuntabilitas dengan penuh
tanggung jawab.

DEWAN PENGURUS DAERAH (DPD) ASITA


ASITA Daerah dapat dibentuk di daerah Tingkat Propinsi apabila calon anggota
telah mencapai 20 (dua puluh) Perusahaan Perjalanan Wisata atau lebih.

3.

DEWAN PENGURUS CABANG ( DPC ) ASITA


ASITA Cabang dapat dibentuk di daerah Kabupaten / Kota atas rekomendasi DPD
dan disetujui oleh DPP 5 perusahaan/anggota.
Pasal 2
PERMUSYAWARATAN DAN RAPAT RAPAT

1. MUSYAWARAH NASIONAL

11

1.1. Musyawarah Nasional ASITA diadakan sekali dalam 4 (empat) tahun, adapun
tempat dan waktu ditentukan oleh MUNAS sebelumnya, kecuali dalam
keadaan force majure dan kondisi tertentu dapat diubah melalui rapat
pleno yang dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 jumlah DPD.
1.2. Musyawarah Nasional mempunyai wewenang untuk :
1.2.1. Menilai, mensyahkan dan atau menolak laporan pertanggungjawaban
DPP.
1.2.2. Menyusun dan atau Menetapkan Program Kerja dan Rencana Anggaran
Organisasi dan Kebijakan Umum ASITA.
1.2.3. Mengadakan Pemilihan Ketua Umum dan Ketua DEWAN TATA KRAMA.
1.2.4. Ketua Umum terpilih berkewajiban membentuk Dewan Pengurus
Pusat, selambat-lambatnya dalam waktu 30 hari sejak tanggal
terpilih.
1.3. Pemberitahuan kepada seluruh anggota mengenai tanggal, tempat dan
materi Munas disampaikan selambat lambatnya 2 (dua) bulan sebelum
Musyawarah Nasional diselenggarakan melalui DPD, DPC masing masing
disertai keterangan mengenai acara, fasilitas, transportasi, akomodasi dan
sebagainya.
1.4. Acara yang dicantumkan di dalam Musyawarah Nasional antara lain adalah :
1.4.1. Laporan dan pertanggungjawaban Dewan Pengurus Pusat ASITA.
1.4.2. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran.
1.4.3. Pemilihan Ketua Umum dan Ketua DEWAN TATA KRAMA.
1.4.4. Hal hal lain yang dianggap perlu.
1.5. Musyawarah Nasional ASITA dihadiri oleh :
1.5.1. Anggota penuh sebagai peserta.
1.5.2. Anggota Peserta (Associate Member) dan Anggota Kehormatan
sebagai peninjau.
1.6. Tata cara pemilihan Ketua Umum berdasarkan proporsional yang diwakili
oleh DPD.
1.7. Ketentuan lain mengenai tata tertib, mekanisme dan persyaratan
persidangan dalam Musyawarah Nasional, akan diatur lebih lanjut dalam
ketentuan khusus dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Anggaran Rumah Tangga ini.
2. MUSYAWARAH NASIONAL LUAR BIASA
2.1.

Musyawarah Nasional Luar Biasa diselenggarakan oleh DPP atas


permintaan tertulis dari sekurang kurangnya 2/3 (dua pertiga) DPD.
Musyawarah Nasional Luar Biasa diadakan selambat lambatnya 2 (dua)
bulan setelah permintaan tersebut diajukan kepada DPP ASITA.
12

3.

2.2.

Musyawarah Nasional Luar Biasa mempunyai wewenang :


2.2.1. Meminta pertanggungjawaban Ketua sesuai dengan Anggaran
Dasar.
2.2.2. Menerima atau menolak pertanggung jawaban Ketua sebagaimana
yang dimaksud dalam ayat 2.1. pasal ini.
2.2.3. Apabila Musyawarah Nasional Luar Biasa menolak pertanggungjawaban Pengurus, dapat memilih dan mengangkat Dewan
Pengurus Pusat yang baru untuk masa bakti yang tersisa.

2.3.

Musyawarah Nasional Luar Biasa ASITA dihadiri oleh :


2.3.1. Anggota Penuh
2.3.2. Anggota Peserta
2.3.3. Anggota Kehormatan

MUSYAWARAH NASIONAL KHUSUS (MUNASSUS)


3.1.

Musyawarah Nasional Khusus disingkat Munassus adalah Musyawarah


untuk menetapkan dan mensyahkan;
3.1.1. Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga atau
3.1.2.Pembubaran Organisasi ASITA.

3.2. Munassus diselenggarakan oleh DPP atas permintaan secara tertulis 2/3
(dua pertiga) jumlah anggota penuh yang keterwakilannya dilakukan oleh
DPD secara proporsional, yakni 1 100 Anggota : 1 suara, berlaku untuk
kelipatannya.
3.3. Peserta Munassus terdiri dari atas :
3.3.1. Anggota Penuh yang diwakili oleh DPD secara proporsional
sebagaimana tersebut dalam ART Pasal 2 Ayat 3 butir 3.2.
3.3.2. DPP.
3.3.3. Dewan Tata Krama (Kode Etik).
3.3.4. Anggota Peserta (Associate Member) dan Kehormatan sebagai
Peninjau.
3.4. Hak Peserta Munassus
3.4.1. Setiap DPD yang merupakan perwakilan anggota penuh secara
proposional mempunyai hak suara dan hak bicara.
3.4.2. DPP mempunyai hak bicara.
3.4.3. Dewan Tata Krama (Kode Etik) mempunyai hak bicara. Hak-hak lain
mengenai penyelenggaraan Munassus diatur, ditetapkan dalam Tata
Tertib Munassus dan tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga .
3.5. Kewajiban Peserta Munassus
Peserta Munassus berkewajiban mentaati dan melaksanakan ketentuan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta Tata Tertib dan
ketentuan mengenai penyelenggaraan Munassus, yang telah memperoleh
penetapan/persetujuan Munassus.
3.1. Quorum Munassus.
13

3.1.1. Munassus dinyatakan dan ditetapkan mencapai Quorum dan syah jika
dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) jumlah peserta
yang mempunyai hak suara, sebagaimana tersebut ART Pasal 2 ayat 3
butir 3.2.
3.1.2. Apabila Quorum tidak tercapai maka Munassus dapat ditunda selamalamanya 2 (dua) kali 2 (dua) jam.
3.1.3. Apabila sesudah penundaan sebagaimana dimaksud butir 3.6.2 diatas
Quorum belum juga tercapai, maka Munassus dinyatakan batal.
3.2. Keputusan Munassus
3.2.1. Keputusan Munassus mengenai perubahan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga diupayakan melalui Musyawarah atau oleh
suara terbanyak dari peserta yang memiliki hak suara yang hadir
dalam Munassus sesuai ART Pasal 2 ayat 3 butir 3.7.1.
3.2.2. Keputusan mengenai pembubaran ASITA harus disepakati oleh seluruh
peserta yang mempunyai hak suara yang hadir dalam Munassus sesuai
ART pasal 2 ayat 3 butir 3.7.1.
4. MUSYAWARAH DAERAH DAN MUSYAWARAH DAERAH LUAR BIASA
4.1. MUSYAWARAH DAERAH
4.1.1. Musyawarah Daerah diselenggarakan sekali dalam 4 (empat ) tahun
dan mempunyai wewenang untuk :
4.1.1.1. Menilai, mensyahkan dan atau menolak laporan
pertanggung jawaban DPD.
4.1.1.2. Mengadakan Pemilihan Ketua DPD dan Ketua DEWAN TATA
KRAMA DAERAH.
4.1.1.3. Ketua DPD terpilih berkewajiban membetuk Dewan
Pengurus Daerah, selambat lambatnya dalam waktu 30
hari sejak terpilih.
4.1.1.4. Menyusun dan atau menjabarkan program umum DPP ASITA
yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah.
4.1.2. Acara acara yang dicantumkan dalam Musyawarah Daerah antara
Lain :
4.1.2.1. Laporan dan pertanggung-jawaban Dewan Pengurus Daerah.
4.1.2.2. Penyusunan rencana kerja dan anggaran yang merujuk pada
hasil Munas.
4.1.2.3. Pemilihan Ketua DPD dan Ketua DEWAN TATA KRAMA.
4.1.2.4. Hal hal lain yang dianggap perlu.
4.1.3. Musyawarah Daerah dihadiri oleh :
4.1.3.1. Anggota Penuh
4.1.2.2. Anggota Peserta

14

4.2. MUSYAWARAH DAERAH LUAR BIASA


3.2.1. Musyawarah Luar Biasa Daerah dapat diadakan atas permintaan lebih
2/3 (dua per tiga) Anggota Penuh di daerah yang bersangkutan dan
dinyatakan secara tertulis dengan persetujuan DPP. Rapat diadakan 1
(bulan) setelah permintaan dan dipimpin oleh Ketua Umum atau
Pejabat yang ditunjuk Ketua Umum DPP ASITA.
3.2.2. Musyawarah Daerah Luar Biasa mempunyai wewenang
3.2.2.1. Meminta pertanggungjawaban Ketua DPD sesuai dengan
Anggaran Dasar.
3.2.2.2. Menerima atau menolak pertanggungjawaban pengurus
sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 3.2.2.1. pasal ini.
3.2.2.3. Apabila hal Musyawarah Daerah Luar Biasa menolak
pertanggungjawaban
Pengurus,
dapat
memilih
dan
mengangkat Dewan Pengurus Daerah yang baru untuk masa
bakti yang tersisa.
3.2.3. Musyawarah Daerah Luar Biasa dihadri oleh :
3.2.3.1. Anggota Penuh
3.2.3.2. Anggota Peserta
3.2.4. Keputusan Musyawarah Daerah dan Musyawarah Daerah Luar Biasa
tentang susunan Dewan Pengurus Daerah akan ditetapkan melalui
Surat Keputusan Dewan Pengurus Pusat.

MUSYAWARAH CABANG DAN MUSYAWARAH CABANG LUAR BIASA


4.1.

MUSYAWARAH CABANG
4.1.1.
Musyawarah cabang diselenggarakan sekali dalam 4 (empat) tahun
dan mempunyai wewenang untuk :
4.1.1.1. Menilai, mensyahkan dan atau menolak laporan
pertanggung jawaban DPC.
4.1.1.2. Mengadakan Pemilihan Ketua DPC.
4.1.1.3. Ketua DPC terpilih berkewajiban membentuk Dewan
Pengurus Cabang, selambat-lambatnya dalam waktu 30 hari
sejak terpillih.
4.1.1.4.
Menjabarkan program umum DPP ASITA sesuai dengan
situasi dan kondisi daerahnya.
4.1.2 Acara acara yang dicantumkan dalam Musyawarah Cabang antara lain
:
4.1.2.1.
Laporan dan pertanggung jawaban DPC.
4.1.2.2.
Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran yang menunjuk
pada hasil Munas.
15

4.1.2.3.
4.1.2.4.

Pemilihan Pengurus Tingkat Cabang.


Hal hal lain yang dianggap perlu.

4.1.3 Musyawarah Cabang dihadiri oleh :


4.1.3.1. Anggota Penuh
4.1.3.2. Anggota Peserta
4.2. MUSYAWARAH CABANG LUAR BIASA
4.2.1.

Musyawarah Cabang Luar Biasa dapat diadakan atas permintaan


lebih 2/3 (dua pertiga) Anggota Penuh di daerah yang
bersangkutan yang dinyatakan secara tertulis dengan persetujuan
DPP. Rapat diadakan 1 (bulan) setelah permintaan dan dipimpin
Ketua DPD ASITA.

4.2.2.

Musyawarah Cabang Luar Biasa mempunyai wewenang


4.2.2.1. Meminta pertanggungjawaban Ketua DPC sesuai dengan
Anggaran Dasar.
4.2.2.2. Menerima atau menolak pertanggungjawaban pengurus
sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 4.2.2 pasal ini.
4.2.2.3. Apabila Musyawarah Cabang Luar Biasa menolak
pertanggung jawaban Pengurus, dapat memilih dan
mengangkat Dewan Pengurus Cabang baru untuk masa
bhakti yang tersisa.

4.2.3. Musyawarah Cabang Luar Biasa dihadiri oleh :


4.2.3.1. Anggota Penuh
4.2.3.2. Anggota Peserta
5. RAPAT RAPAT
5.1.RAPAT KERJA NASIONAL (RAKERNAS)
Rakernas diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam 1 (satu) tahun dihadiri
oleh Dewan Pengurus Pusat, Dewan Pengurus Daerah, Dewan Pengurus
Cabang dan undangan lainnya untuk :
5.1.1.
5.1.2.

Mengadakan evaluasi atas laporan pelaksanaan program kerja DPP


dalam satu tahun berjalan dan menyusun penyesuaian dan atau
penyempurnaan program kerja untuk tahun berikutnya.
Menyampaikan hasil pemeriksaan auditor independen atas laporan
keuangan Dewan Pengurus Pusat guna pengawasan dan penyusunan
anggaran tahun berikutnya.

5.2.RAPAT DEWAN PENGURUS PUSAT


5.2.1. Rapat Dewan Pengurus Pusat diadakan sekurangkurangnya sekali
dalam 1 (satu) bulan.

16

5.2.2.

DPP dapat mengundang Dewan Pengawas Tata Krama atau


undangan lainnya yang dianggap perlu sesuai dengan Anggaran
Dasar.

5.3. RAPAT KERJA DAERAH (RAKERDA).


Rakerda diadakan sekurangkurangnya sekali dalam 1 (satu) tahun dihadiri
oleh Anggota Penuh dan undangan lainnya.
5.4. RAPAT DEWAN PENGURUS DAERAH
5.4.1. Rapat DPD diadakan sekurangkurangnya 1(satu) kali dalam sebulan.
5.4.2. DPD dapat mengundang Komite Pengawas Tata Krama dan undangan
lainnya yang dianggap perlu.
5.5. RAPAT KERJA CABANG (RAKERCAB)
Rakercab diadakan sekurangkurangnya sekali dalam 1 (satu) tahun dihadiri
oleh Anggota Penuh, anggota DPC dan undangan lainnya.
5.6. RAPAT DEWAN PENGURUS CABANG
5.6.1. Rapat DPC diadakan sekurangkurangnya sekali dalam sebulan.
5.6.2. DPC dapat mengundang pihakpihak yang dianggap perlu.

6.

QUORUM
6.1.

Rapatrapat Dewan Pengurus dan rapatrapat anggota adalah syah apabila


dihadiri oleh lebih dari 1/2 (satu perdua) jumlah anggota Dewan Pengurus
untuk rapat rapat DPP, DPD, DPC dan dari 1/2 (satu perdua) jumlah
anggota penuh untuk rapatrapat anggota Nasional, Daerah, Cabang.

6.2

Jika rapat dibatalkan oleh karena tidak mencapai quorum, maka rapat
diskors selambat-lambatnya 2 x 15 menit dan rapat dapat dilanjutkan dan
dianggap syah sekalipun quorum tidak tercapai.
BAB II
KEANGGOTAAN
Pasal 3

1. ANGGOTA PENUH
1.1. Yang dapat diterima sebagai ANGGOTA PENUH adalah Perusahaan
Perjalanan Wisata Indonesia beserta cabangcabangnya yang telah
memenuhi semua persyaratan yang ditentukan oleh ASITA dan telah
memperoleh izin usaha dari Pemerintah.
1.2. Cabang Perusahaan Perjalanan yang berdomisili di kota lain dan atau pada
satu kota dengan induk perusahaannya harus menjadi Anggota Penuh ASITA

17

daerah yang bersangkutan sepanjang persyaratan sebagaimana tercantum


dalam ayat 1.1 pasal ini.
1.3. Pengertian izin usaha untuk cabang adalah izin usaha induk perusahaannya,
dengan ketentuan harus memperoleh izin pembukaan cabang dari instansi
yang berwenang.
1.4. Penerimaan sebagai Anggota Penuh
1.4.1. Permohonan Keanggotaan diajukan melalui DPC setempat kepada
DPD dengan ketentuan sebagai berikut :
1.4.1.1.Menyerahkan asli bilyet Deposito Simpanan Wajib kepada
DPD dan atau DPC setempat.
1.4.1.2.Mengisi formulir permohonan keanggotaan dengan sponsor 2
(dua) perusahaan yang telah menjadi Anggota Penuh.
1.4.1.3.Melampirkan foto copy Akte Pendirian Perseroan Terbatas
dan perubahan perubahannya (kalau ada) yang kegiatannya
khusus bidang Biro Perjalanan Wisata.
1.4.1.4.Melampirkan foto copy Izin Tetap Usaha Pariwisata atau
Surat Keputusan instansi yang berwenang.
1.4.1.5.Melampirkan Riwayat Hidup Pimpinan Perusahaan dan
tenaga ahli sesuai ketentuan.
1.4.1.6.Melampirkan Bagan Organisasi Perusahaan.
1.4.1.7.Melampirkan Status Kantor (apabila sewa atau kontrak
dilampiri foto copy perjanjiannya).

1.4.2. Berkas Permohonan dan rekomendasi diteruskan oleh DPD kepada


DPP untuk memutuskan diterima atau tidak.
1.4.3. Keputusan diterima atau tidaknya menjadi anggota ASITA diberikan
secara tertulis selambat-lambatnya dalam waktu 30 hari sejak
diterimanya berkas permohonan secara lengkap pada sekretariat DPP
ASITA.
1.4.4. Apabila permohonan keanggotaan disetujui oleh Rapat DPP dan atau
yang diberikan mandat oleh Ketua Umum DPP untuk hal tersebut
maka akan diterbitkan surat keputusan pengangkatan yang
ditandatangani oleh Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal. Surat
Pengangkatan tersebut dikirimkan kepada yang bersangkutan melalui
DPD ASITA dengan dilampiri Piagam Keanggotaan beserta NIA (Nomor
Induk Anggota) ASITA untuk diteruskan kepada Perusahaan yang
bersangkutan melalui DPC.
2. ANGGOTA PESERTA (Associate Member)
2.1. Yang dapat diterima sebagai Anggota Peserta adalah Badan Hukum yang
dimaksud dalam Anggaran Dasar Bab VI Pasal 14 ayat 2 yaitu Badan Hukum
yang bergerak dalam usaha kepariwisataan, namun bukan perusahaan
18

perjalanan seperti perusahaanperusahaan transportasi, akomodasi,


restauran, obyek wisata serta lembagalembaga pendidikan, pelatihan yang
bergerak dalam bidang kepariwisataan yang telah memperoleh izin usaha
dari instansi yang berwenang.
2.2.Penerimaan sebagai Anggota Peserta ASITA diajukan oleh DPD dan
diteruskan ke DPP ASITA dengan ketentuan sebagai berikut
2.2.1. Mengisi formulir keanggotaan
2.2.2. Melampirkan foto copy akte Pendirian Perusahaan / Lembaga.
2.2.3. Melampirkan Surat Izin Usaha dari instansi yang berwenang
2.2.4. Melampirkan riwayat hidup serta pas foto pimpinan.
3. ANGGOTA LUAR NEGERI
3.1. Anggota Luar Negeri adalah Tour Operator, hotel dan perusahaan pariwisata
yang merupakan perusahaan asing yang memenuhi persyaratan keanggotaan
ASITA.
3.2. Mengisi formulir keanggotaan ASITA dengan syarat dan lampiran
sebagaimana .
4. ANGGOTA KEHORMATAN
4.1. Adalah anggota perorangan dan atau badan usaha yang dianggap berjasa
untuk kepentingan ASITA.
4.2. Pengangkatan dan Penetapan Anggota Kehormatan (Honorary Member)
ditetapkan oleh Musyawarah Nasional ASITA.
5. HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA
5.1. HAK ANGGOTA PENUH
(Diatur dalam Anggaran Dasar Bab VI pasal 16 ayat 1).
5.2. KEWAJIBAN ANGGOTA PENUH
(Diatur dalam Anggaran Dasar Bab VI pasal 16 ayat 2)
5.3. HAK ANGGOTA PESERTA
5.3.1. Mengemukakan pendapat, usul/saran, baik kepada DPP/DPD/DPC
maupun dalam rapat anggota.
5.3.2. Meminta nasehat, saran atau informasi kepada Dewan Pengurus untuk
kepentingan masingmasing anggota.
5.3.3. Dalam rapatrapat, Anggota Peserta hanya mempunyai hak
menyampaikan saran dan pendapat, tidak dapat memilih dan dipilih
sebagai pengurus.
5.3.4. Membela diri dalam rapat rapat.
5.4. KEWAJIBAN ANGGOTA PESERTA
5.4.1. Mematuhi segala ketentuan yang tercantum dalam Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga serta kode Etik ASITA.
19

5.4.2. Mematuhi segala keputusan rapatrapat ASITA seperti Munas,


Rakernas, Rapat DPP, Musda, Rakerda, Rapat DPD, Muscab, Rakercab,
Rapat DPC.
5.4.3. Membayar uang pangkal dan iuran wajib setiap bulan yang besarnya
ditentukan DPD / DPC sesuai dengan kondisi dan kemampuan
daerahnya.
5.4.4. Menjauhkan diri dari sikap dan perbuatan yang merugikan nama baik
ASITA dan atau sesama anggota / pengurus ASITA.
5.5. HAK ANGGOTA LUAR NEGERI
Mempunyai hak untuk hadir dalam Musyawarah Nasional ASITA
5.6. HAK ANGGOTA KEHORMATAN
5.6.1. Menghadiri rapat rapat DPP apabila diperlukan.
5.6.2. Memberi nasehat, saran, pendapat dan pertimbangan
kemajuan organisasi.

untuk

5.7. PEMBERHENTIAN ANGGOTA ATAU PEMBERHENTIAN SEMENTARA


5.7.1. DPP dapat melakukan pemberhentian sementara terhadap anggota
apabila:
5.7.1.1.Perusahaan yang bersangkutan membubarkan diri.
5.7.1.2.Anggota tersebut bertindak bertentangan dengan Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ASITA.
5.7.1.3.Anggota tersebut bertindak merugikan, memprovokasi atau
mencemarkan nama baik ASITA.
5.7.1.4. Anggota tersebut tidak melaksanakan keputusan yang telah
diputuskan dalam rapatrapat ASITA (Munas, Rakernas,
Musda, Rakerda, Muscab, Rakercab, rapatrapat pengurus).
5.7.2. Putusan tentang pemberhentian atau pemberhentian sementara
keanggotaan dapat dilakukan dengan peringatan tertulis terlebih
dahulu, kecuali mengenai hal-hal yang luar biasa dapat langsung
dihentikan keanggotaannya.
5.7.3. Anggota yang dikenakan pemberhentian atau pemberhentian
sementara keanggotaannya kehilangan haknya sebagai anggota
selama masa ketentuan tersebut belum dicabut atau diubah.
5.7.4. DPP dan DPD serta DPC ASITA wajib menyampaikan kepada anggota
dan seluruh mitra usaha untuk menghentikan hubungan usaha dengan
anggota yang dikenakan pemberhentian dan atau pemberhentian
sementara keanggotaannya tersebut.
5.7.5. Anggota yang dikenakan pemberhentian atau pemberhentian
sementara berhak membela diri pada Musyawarah Cabang dimana
20

anggota tersebut terdaftar, dan dapat naik banding pada Musyawarah


Daerah dan atau Musyawarah Nasional ASITA.
5.8. PEMBEKUAN TETAP KEANGGOTAAN ASITA
5.8.1. DPC melalui DPD dapat meminta DPP untuk melakukan tindakan
pembekuan tetap keanggotaan ASITA selama 1 (satu) tahun dengan
Surat Keputusan apabila :
5.8.1.1.Surat Keputusan penghentian sementara dari DPP selama 3
(tiga) bulan sudah berakhir.
5.8.1.2.Selama menjalani penghentian sementara dari DPP selama 3
(tiga) bulan tersebut yang bersangkutan tidak menunjukkan
itikad baik untuk memperbaiki diri.
5.8.1.3.DPD wajib memberikan laporan kepada Instansi berwenang.
5.8.1.4.DPP wajib menindaklanjuti keputusan DPD pada tingkat Pusat.
5.8.2. Anggota yang dikenakan pembekuan tetap berhak membela diri pada
Musyawarah Daerah dimana anggota tersebut terdaftar atas
rekomendasi Komisi Pengawas Tata Krama, dan dapat naik banding
pada Musyawarah Nasional ASITA atas rekomendasi Dewan Pengawas
Tata Krama.
5.8.3. Anggota tersebut dapat mendaftarkan kembali sebagai anggota ASITA
dengan syarat syarat sebagaimana ditetapkan.
BAB III
KEPENGURUSAN
Pasal 4
KEPENGURUSAN
1. TUGAS DAN WEWENANG DEWAN PENGURUS PUSAT
1.1. DPP ASITA melaksanakan keputusankeputusan Musyawarah Nasional dan
Rapat Kerja Nasional ASITA.
1.2. DPP ASITA mewakili organisasi keluar dan kedalam, menetapkan
kebijaksanakan dan keputusan serta mengelola organisasi sesuai dengan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
1.3. Untuk kelancaran dan kesempurnaan tugasnya, DPP dapat membentuk
Panitia, Tim, Komisi, Kelompok Kerja serta mengangkat, menunjuk atau
menempatkan orang tertentu pada satu jabatan atau kedudukan di dalam
maupun di luar ASITA.
1.4. Apabila terjadi kelowongan jabatan tertentu dalam Pengurusan DPP, DPP
berhak mengisi lowongan tersebut sebanyak-banyaknya 2 (dua) Jabatan

21

Kepengurusan oleh masingmasing satu orang pengurus yang diputuskan


melalui rapat pleno.
1.5. Ketuaketua Bidang sesuai dengan bidang masingmasing dalam
melaksanakan program kerja bertanggung jawab secara vertikal dan
melapor pada Ketua Umum DPP.
1.6. Keputusan dan kebijakan DPP bersifat kolektif dan mengikat seluruh
anggota DPP ASITA.
1.7. DPP dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya diatur dalam sistem
dan
tata
kelola
organisasi
yang
baik
berdasarkan
prinsip
demokrasi,transparansi dan akuntabilitas.
1.8. Penjabaran tugas dan tanggungjawab DPP serta pembidangannya diatur
lebih lanjut dalam ketentuan khusus dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari AD & ART ini.
2. KRITERIA DAN PERSYARATAN KETUA UMUM DEWAN PENGURUS PUSAT DAN
KETUA DEWAN PENGURUS DAERAH :
2.1. Warga Negara Indonesia.
2.2. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2.3. Memiliki kepribadian, integritas dan kemampuan yang baik dalam bidang
pariwisata khususnya dan organisasi pada umumnya.
2.4. Tidak dalam stasus terpidana.
2.5. Pemegang saham aktif di perusahaan.
2.6. Pernah duduk sebagai pengurus ASITA paling sedikit 1 ( satu ) periode.
2.7. Untuk calon ketua DPD haruslah mempunyai kantor pusat didaerah
tersebut.
2.8. Untuk memperlancar aktivitas dan mobilitas organisasi DPP ASITA, Ketua
Umum DPP ASITA bersedia aktif di Ibu Kota Negara Republik Indonesia.
3. Mekanisme Pemilihan Ketua Umum DPP / Ketua DPD / Ketua DPC ASITA, diatur
lebih lanjut dalam keputusan khusus dan Tata Tertib Sidang dalam Munas /
Munaslub, Musda / Musdalub, Muscab / Muscablub dan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan serta tidak bertentangan dengan AD / ART ini.
4. TUGAS DAN WEWENANG DEWAN PENGURUS DAERAH / DEWAN PENGURUS
CABANG
4.1. DPD / DPC ASITA melaksanakan putusan - putusan Munas / Rakernas dan
Musda / Rakerda, serta Muscab / Rakercab.
4.2. DPD / DPC ASITA mewakili Dewan Pengurus Daerah / Dewan Pengurus
Cabang untuk bertindak ke dalam dan keluar di daerah masing masing
menentukan kebijaksanaan serta keputusan ke dalam dan keluar di daerah
masing masing menentukan kebijaksanaan serta keputusan dalam

22

mengelola organisasi sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah


Tangga serta mempertanggungjawabkan hasilnya kepada DPP.
4.3. Untuk kelancaran dan kesempurnaan tugasnya DPD / DPC dapat membentuk
Tim, Komisi atau menunjuk / menempatkan orang tertentu pada salah satu
jabatan di dalam maupun di luar ASITA.
4.4. Apabila terjadi kelowongan jabatan Pengurus Daerah, Pengurus Cabang,
Dewan Pengurus Daerah / Dewan Pengurus Cabang dapat mengisi lowongan
tersebut sebanyakbanyaknya 2 (dua) Jabatan Kepengurusan oleh masing
masing satu orang pengurus.
4.5. Ketua Ketua Bidang DPD / DPC sesuai dengan bidang masing masing
bertanggungjawab dalam melaksanakan program kerja dan melapor kepada
Ketua DPD / DPC ASITA.
4.6. Penjabaran tugas dan tanggung jawab DPD / DPC serta pembidangannya
diatur lebih lanjut dalam ketentuan khusus dan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari AD & ART ini.
5. SANKSI TERHADAP ANGGOTA PENGURUS
5.1. Terhadap pengurus yang melanggar dan atau tidak mematuhi Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta melanggar peraturan dan
ketetapan organisasi, tidak mematuhi kewajiban sebagai pengurus
organisasi atau bertindak merugikan atau mencemarkan nama baik ASITA,
DPP atau DPD atau DPC dapat menjatuhkan sanksi secara sebagai berikut :
5.1.1.
5.1.2.
5.1.3.
5.1.4.

Tahap
Tahap
Tahap
Tahap

peringatan secara lisan


peringatan secara tertulis
pemberhentian sementara
pemberhentian tetap

5.2. Anggota Dewan Pengurus yang terkena ketentuan ayat diatas berhak
melakukan pembelaan diri serta naik banding kepada :
5.1.1 Musyawarah Nasional untuk DPP ASITA
5.1.2 Musyawarah Daerah / Cabang untuk anggota DPD / DPC.
6. PENASEHAT
6.1.

DPP, DPD dan DPC dapat mengangkat para Mantan Ketua, Pengurus dan
orang yang dianggap berjasa sebagai Penasehat..

6.2.

Wewenang para Penasehat adalah :


6.2.1.
Menyampaikan saran, pendapat dan nasehat secara langsung atau
tertulis baik diminta atau tidak.
6.2.2.
Saran, pendapat dan nasehat sebagaimana yang dimaksud
disampaikan kepada DPP dan dapat juga disampaikan secara
umum dalam permusyawaratan / rapat rapat.
23

6.2.3.

Penasehat diangkat oleh DPP / DPD terpilih di dalam Munas ASITA


dan Musda ASITA.

7. SEKRETARIAT DPP, DPD DAN DPC ASITA


Sekretariat DPP dipimpin oleh Direktur Eksekutif dan Sekretariat DPD dipimpin
oleh Sekretaris Eksekutif serta Sekretariat DPC dipimpin oleh Kepala Tata Usaha
yang bukan pemilik perusahaan Biro Perjalanan yang fungsi dan tanggung jawab
ketiganya adalah melaksanakan tugas kesekretariatan untuk kelancaran
pelaksanaan program kerja dan kebijakan DPP / DPD / DPC.
8. TUGAS DAN WEWENANG DIREKTUR EKSEKUTIF
8.1.
8.2.
8.3.
8.4.

8.5.
8.6.

Bertanggungjawab kepada DPP ASITA.


Memberikan asistensi dan informasi kepada anggota dan DPP, DPD dan
DPC.
Direktur Eksekutif membantu kelancaran pelaksanaan program kerja
masing masing Ketua Bidang dan perangkat organisasi lainnya yang
ditetapkan DPP.
Bilamana dalam pelaksanaan tugas, terdapat hal - hal di luar dari
kebijaksanaan Dewan Pengurus, Direktur Eksekutif melaporkan
penyimpangan tersebut kepada Ketua Umum setelah terlebih dahulu
berkonsultasi dengan Korwil/Wakil Ketua, Sekretaris Jenderal,
Bendahara, dan atau Ketua Ketua Bidang yang bersangkutan.
Dalam menjalankan tugas sehari hari Direktur Eksekutif dibantu oleh
beberapa staf yang pembagian bidangnya diatur sesuai dengan
kebutuhan.
Staf adalah karyawan yang bekerja secara penuh waktu dan untuk itu
mereka mendapat gaji serta tunjangan lainnya.

9. KETENTUAN KETENTUAN DIREKTUR EKSEKUTIF


9.1.

9.2.
9.3.
9.4.

DIREKTUR EKSEKUTIF adalah tenaga profesional yang berpengalaman


dalam bidang kegiatan usaha perjalanan wisata, organisasi ASITA dan
mempunyai kemampuan dalam berorganisasi serta lulus dalam tes
kelayakan.
DIREKTUR EKSEKUTIF tidak merangkap jabatan dan pekerjaan di tempat
lain.
DIREKTUR EKSEKUTIF dan stafnya adalah tenaga yang bekerja secara
penuh waktu yang memperoleh penghasilan dan fasilitas lainnya yang
besarnya diatur oleh DPP.
Penggantian dan pemberhentian tenaga pada Sekretariat DPP
dilaksanakan sesuai dengan norma peraturan dan perundangundangan
ketenagakerjaan yang berlaku.

TUGAS DAN WEWENANG SEKRETARIS EKSEKUTIF

24

10.1. SEKRETARIS EKSEKUTIF bertanggung jawab kepada DPD atas


terselenggaranya tata administrasi DPD.
10.2. Memberikan asistensi dan informasi kepada anggota dan DPD.
10.3. SEKRETARIS
EKSEKUTIF
melaksanakan
tugas
adminstrasi
dan
kesekretariatan DPD dan membantu kelancaran pelaksanaan program
kerja masingmasing ketua bidang dan perangkat organisasi lainnya
sebagaimana yang ditetapkan oleh DPD.
11.KETENTUAN KETENTUAN SEKRETARIS EKSEKUTIF
11.1. SEKRETARIS EKSEKUTIF adalah tenaga profesional yang berpengalaman
dalam bidang kegiatan usaha perjalanan wisata dan organisasi ASITA
serta mempunyai kemampuan dalam bidang administrasi dan
kesekretariatan.
11.2. SEKRETARIS EKSEKUTIF tidak menjabat sebagai karyawan dari salah satu
BPW / APW / CBPW.
11.3. SEKRETARIS EKSEKUTIF dan stafnya adalah tenaga yang bekerja secara
penuh waktu yang memperoleh penghasilan yang diatur oleh DPD.
11.4. Penggantian dan pemberhentian tenaga pada Sekretariat DPP
dilaksanakan sesuai dengan norma peraturan dan perundang undangan
ketenagakerjaan yang berlaku.
12.TUGAS DAN WEWENANG KEPALA TATA USAHA
12.1. KEPALA TATA USAHA bertanggung
terselenggaranya tata administrasi DPC.

jawab

kepada

DPC

atas

12.2. Memberikan asistensi dan informasi kepada anggota DPC.


12.3. KEPALA TATA USAHA membantu kelancaran pelaksaan program kerja
masingmasing ketua bidang dan perangkat organisasi lainnya
sebagaimana yang ditetapkan oleh DPC.
12.4. Dalam menjalankan tugas seharihari Kepala tata Usaha dibantu seorang
atau lebih staf.
13.KETENTUAN KETENTUAN KEPALA TATA USAHA
13.1. KEPALA TATA USAHA adalah tenaga profesional yang berpengalaman
dalam bidang kegiatan usaha perjalanan wisata dan organisasi ASITA
serta mempunyai kemampuan dalam bidang administrasi dan
kesekretariatan.

25

13.2. KEPALA TATA USAHA tidak menjabat sebagai Karyawan Usaha Biro
Perjananan Wisata, Agen Perjalanan Wisata secara langsung.
13.3. KEPALA TATA USAHA dan stafnya adalah tenaga yang bekerja secara
penuh waktu yang memperoleh penghasilan (gaji) dan fasilitas lainnya
yang besar dan bentuknya diatur oleh DPC.
13.4. Penggantian dan penghentian tenaga pada Sekretariat DPC dilaksanakan
sesuai
dengan
norma
peraturan
dan
perundangundangan
ketenagakerjaan yang berlaku.

Pasal 5
DEWAN PENGAWAS TATA KRAMA PUSAT
DEWAN PENGAWAS TATA KRAMA DAERAH
Dewan Pengawas Tata Krama di tingkat Pusat dan Dewan Pengawas Tata Krama di
tingkat Daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Dewan Pengurus
ASITA.
1. DEWAN PENGAWAS TATA KRAMA PUSAT
1.1.DEWAN PENGAWAS TATA KRAMA PUSAT beranggotakan sekurangkurangnya
terdiri 5 atau lebih anggota penuh yang Ketuanya dipilih dan diangkat oleh
Musyawarah Nasional setiap 4 (empat) tahun sekali dan dapat dipilih
kembali bila Munas ASITA memutuskan.
1.2.Anggota DEWAN PENGAWAS TATA KRAMA PUSAT tidak dapat merangkap
menjadi anggota DPP.
1.3.Diantara para anggota DEWAN PENGAWAS TATA KRAMA PUSAT dipilih
seorang Ketua dan Sekretaris tetap atau periodik untuk jangka waktu yang
disepakati bersama.
2. DEWAN PENGAWAS TATA KRAMA DAERAH
2.1.Ditingkat Daerah dibentuk DEWAN PENGAWAS TATA KRAMA DAERAH
beranggotakan 3 orang atau lebih anggota penuh dan bukan anggota DPD.
2.2.Ketua DEWAN PENGAWAS TATA KRAMA DAERAH dipilih langsung oleh
Musyawarah Daerah setiap 4 (empat) tahun sekali kemudian dapat dipilih
kembali bila Musda ASITA yang memutuskan.
2.3.Diantara anggota DEWAN PENGAWAS TATA KRAMA DAERAH dipilih seorang
Ketua dan Sekretaris tetap atau periodik untuk jangka waktu yang disepakati
bersama.
3. TUGAS DAN WEWENANG DEWAN PENGAWAS TATA KRAMA PUSAT DAN DEWAN
PENGAWAS TATA KRAMA DAERAH.
26

3.1.DEWAN PENGAWAS TATA KRAMA di tingkat Pusat dan DEWAN PENGAWAS


TATA KRAMA di tingkat Daerah adalah sebuah badan yang bertugas
melakukan pengawasan terhadap tata krama / kode etik organisasi.
3.2.DEWAN PENGAWAS TATA KRAMA PUSAT dan DEWAN PENGAWAS TATA KRAMA
DAERAH berkewajiban memantau sejauh mana tata krama / kode etik
dilaksanakan.
3.3.Memberikan saran dan pendapat kepada DPP dan DPD untuk mengambil
langkahlangkah penyelesaian terhadap pelanggaran tata krama (kode etik).
3.4.Secara proaktif menilai praktekpraktek yang terjadi sehari-hari yang
bertentangan dengan kode etik untuk diajukan ke DPP / DPD agar dicarikan
penyelesaiannya.

3.5.Sistem operasional prosedur dan mekanisme kerja DEWAN PENGAWAS TATA


KRAMA PUSAT dan DEWAN PENGAWAS TATA KRAMA DAERAH dengan Dewan
Pengurus diatur dalam ketentuan khusus yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari AD / ART ini.
4. SUSUNAN DEWAN PENGAWAS TATA KRAMA PUSAT DAN DEWAN PENGAWAS TATA
KRAMA DAERAH
4.1.DEWAN PENGAWAS TATA KRAMA di tingkat Pusat berjumlah 5 (lima) orang
atau lebih yang dipilih oleh Munas dengan susunan sebagai berikut : Ketua
merangkap anggota, Sekretaris merangkap anggota dan anggotaanggota.
4.2.DEWAN PENGAWAS TATA KRAMA di tingkat Daerah berjumlah 3 (tiga) orang
yang dipilih oleh Musda dengan susunan Ketua merangkap anggota,
Sekretaris merangkap anggota dan anggotaanggota.
4.3.Anggota DEWAN PENGAWAS TATA KRAMA PUSAT dan DEWAN PENGAWAS
TATA KRAMA DAERAH tidak boleh mempunyai jabatan rangkap dalam
kepengurusan organisasi ASITA baik di tingkat Pusat maupun tingkat Daerah.
Pasal 6
LAMBANG
1. Lambang ASITA berupa gambar bintang sudut lima dengan latar belakang bola
dunia yang di dalamnya terdapat kata ASITA dengan dominasi warna biru.

2. Makna lambang ASITA :


Gambar bola dunia berarti ...................................
Gambar bintang sudut lima berarti .......................
27

Warna biru berarti ............................


3. Ketentuan penggunaan lambang dan hal tehnis lainnya diatur dalam ketentuan
khusus dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari AD & ART ini.
BAB IV
KEUANGAN DAN HARTA KEKAYAAN
Pasal 7
1. SUMBER DANA
1.1. ASITA memperoleh sumber dana sebagaimana diatur dalam Anggaran
Dasar Bab VIII pasal 17.
1.2. Besarnya uang pangkal dan iuran anggota ditetapkan dalam peraturan
tersendiri sesuai kondisi dan waktu.
2. Seluruh harta dan kekayaan ASITA dibukukan dengan dan atau untuk atas nama
ASITA dan atau sesuai dengan ketentuan perundangan hak kepemilikan yang
berlaku.
3. Untuk menjaga nilai harta dan kekayaan (asset) ASITA, dilakukan audit secara
rutin berkala oleh auditor independen.

4. Segala bentuk investasi oleh Dewan Pengurus yang bersumber dari harta
kekayaan ASITA, hanya dapat dilakukan dengan persetujuan anggota melalui
Rapat Kerja Nasional.
5. Auditor Independen bekerja secara profesional dan segala biaya yang timbul
karenanya ditanggung oleh ASITA.
6. Tim Likuidasi ASITA dibentuk secara khusus yang beranggotakan 9 orang, terdiri
dari :
- 4 ( empat ) orang dari unsur DPP.
- 5 ( lima ) orang dari unsur DPD.
7. Dalam melaksanakan tugasnya Tim Likuidasi dapat mengangkat tenaga ahli /
profesional yang bekerja untuk keperluan tersebut atas biaya ASITA.
BAB V
PEMBUBARAN
Pasal 8
1.

Pembubaran ASITA hanya dapat diputuskan oleh Musyawarah Nasional Khusus


(Munassus) yang diadakan khusus untuk maksud tersebut.
28

2.

Dalam Munassus tersebut dibentuk Tim Likuidasi dan ditetapkan ketentuan


ketentuan mengenai harta benda kekayaan organisasi.

3.

Harta kekayaan ASITA setelah dikurangi kewajiban dan atau biaya lainnya
diberikan ke Badan Sosial.
BAB VI
PENUTUP
Pasal 9

Hal hal yang belum diatur dalam anggaran Rumah Tangga ini akan diatur dengan
keputusan Dewan Pengurus Pusat sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
Ditetapkan di : Yogyakarta
Pada Tanggal : 25 Agustus 2007
Dalam Musyawarah Nasional ASITA IX 2007

29

Anda mungkin juga menyukai