Anda di halaman 1dari 6

Media Teknik Sipil, Volume IX, Juli 2009

ISSN 1412-0976

STRATEGI PERKUATAN STRUKTUR BANGUNAN ATAS


GEDUNG ASRAMA PESANTREN INSHAFUDDIN
(STUDI KASUS KEGAGALAN AKIBAT GEMPA)
Halida Yunita1)
1)Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala
Jl. Tgk. Syech. Abdul Rauf No.7 Darussalam Banda Aceh, NAD.

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi struktur bangunan yang mengalami kerusakan akibat gempa dan gelombang
tsunami, lalu ditentukan strategi perkuatan dan perbaikan yang sesuai dengan kerusakan yang terjadi. Bangunan yang
dievaluasi adalah Gedung Asrama Pesantren Inshafuddin di Kota Banda Aceh. Bangunan tersebut terdiri atas dua bagian,
yaitu bangunan asrama putri dan bangunan asrama putra, direncanakan berlantai tiga, namun hanya bangunan asrama putra
yang telah rampung, sedangkan bangunan asrama putri baru selesai hingga lantai dua. Penelitian ini diawali dengan evaluasi
bangunan eksisting yang terdiri atas investigasi awal (preliminary investigation) dan investigasi lengkap (detailed investigation). Hasil
evaluasi bangunan eksisting menunjukkan adanya retak lentur dan retak geser pada struktur bangunan serta terkelupasnya
selimut beton (spalling). Kuat tekan beton karakteristik yang diperoleh dari hammer test pada bangunan asrama putri adalah
177,437 kg/cm2 dan pada bangunan asrama putra adalah 132,392 kg/cm2. Kuat tarik baja yaitu 3000 kg/cm2 untuk tulangan
ulir diameter 12 mm dan 2400 kg/cm2 untuk tulangan polos. Selanjutnya dilakukan analisis struktur menggunakan Program
SAP2000. Hasil analisis struktur menunjukkan bangunan asrama putri memerlukan perkuatan pada kolom lantai 1, kolom
lantai 2, dan balok 25cm x 40cm serta pada bangunan asrama putra memerlukan perkuatan pada kolom lantai 1, kolom lantai
2, balok 20cm x 30cm, balok 25cm x 40cm, balok 25cm x 60cm. Pada kolom dilakukan perbesaran tampang, sedangkan
pada balok dilakukan perbesaran tampang dan alternatif lainnya adalah perkuatan dengan menggunakan Carbon Fibre Sheet
(CFS). Perbaikan struktur balok dan kolom yang berupa Injeksi Epoxy dan Patching dilakukan pada elemen balok dan kolom
yang mengalami retak-retak halus.
Kata kunci: Bangunan eksisting, perkuatan dan perbaikan, CFS.

Abstract
The aim of this research is to evaluate damage structural buildings caused by the earthquake and tsunami on December 24, 2006, so then could
be determined the most suitable strengthening and rehabilitation of them. The buildings were the boy dormitory and girl dormitory of Pesantren
Inshafuddin, located in Banda Aceh. They were designed for three floors, but only boy dormitory had been built completely, when the disaster
happened. The girl dormitory was built until the second floor by then. This research was started by evaluating the existing buildings consist of
preliminary investigation and detailed investigation. The evaluation showed that there were flexure and shear crack, and spalling at the existing
building. The characteristic concrete strength was gotten from hammer test; it was 177,437 kg/cm2 for the girl dormitory and 132,392 kg/cm2 for
the other one. The yield strength was 3000 kg/cm2 for the 12 mm deform bar and 2400 kg/cm2 for plain bar. The next step was analyzing the
structure by the software of SAP2000. The results of the analysis of the girl dormitory were that it needs strengthening at first and second floor
columns and the 25cm x 40cm beam. From the boy dormitory analysis known that it need strengthening at first and second floor, beams, which
size: 20cm x 30cm, 25cm x 40cm, 25cm x 60cm. Strengthening of columns were suggested by enlarging its size, mean while the strengthening of
beam could be done by enlarging its size and also by using/wrapping Carbon Fiber Sheet (CFS). Beams and columns repairmen such as epoxy
injection and patching could be done at the cracking beams and columns.

Keywords: Existing building; strengthening and rehabilitation; CFS

1. PENDAHULUAN

Pembangunan
Gedung
Asrama
Pesantren
Inshafuddin direncanakan terdiri atas bangunan
asrama putri dan bangunan asrama putra, kedua
bangunan tersebut direncanakan berlantai tiga. Saat
terjadinya gempa dan Tsunami, bangunan asrama
putra telah selesai dibangun hingga lantai tiga, namun
bangunan asrama putri baru selesai hingga lantai dua.
Gedung ini mengalami kerusakan pada struktur balok

Bencana alam gempa bumi dan gelombang Tsunami


yang terjadi di Nanggroe Aceh Darussalam pada
tanggal 26 Desember 2004 yang lalu, telah
mengakibatkan hancurnya sarana dan prasarana fisik
yang telah ada. Salah satunya adalah Gedung Asrama
Pesantren Inshafuddin yang terletak di Jalan Taman
Ratu Safiatuddin, Kota Banda Aceh.
116

Halida Yunita, 2009, Strategi Perkuatan Struktur, Media Teknik Sipil, Vol. IX, No. 2, Hal. 116 - 121

a. Kerusakan berat yaitu kerusakan berat pada struktur


bangunan dan terjadi deformasi atau perpindahan
permanen seperti keruntuhan total, kolom yang
patah atau miring, balok yang melengkung yang
tidak mungkin diperbaiki lagi.

dan kolom berupa retakan-retakan akibat getaran


gempa bumi dan benturan bongkahan-bongkahan
gedung yang terbawa oleh gelombang Tsunami. Pihak
yayasan selaku pemilik Gedung Asrama Pesantren
Inshafuddin ingin menambah bangunan asrama putri
menjadi tiga lantai. Sehingga perlu dievaluasi
kelayakan bangunan lantai satu dan lantai dua asrama
putri bila ditambah satu lantai di atasnya.

b. Kerusakan sedang berupa kerusakan bangunan


struktural ringan seperti retak pada balok, kolom,
dan elemen struktur lainnya tanpa deformasi
permanen yang masih mungkin diperbaiki dan
tidak mempengaruhi keseimbangan struktural
bangunan secara keseluruhan.
c. Kerusakan ringan yaitu kerusakan elemen
bangunan non struktural, kelengkapan ornamen
interior dan eksterior, seperti pintu, jendela,
plafond, dan dinding yang masih dapat diperbaiki
atau diganti dengan elemen yang baru tanpa
berpengaruh sama sekali terhadap struktural
bangunan.

Kerusakan akibat bencana alam yang terjadi pada


struktur gedung tersebut tentu saja berpengaruh besar
terhadap kekuatan balok dan kolom yang telah ada
dan kemampuan untuk mendukung beban dari lantai
tiga. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan
investigasi terhadap bangunan tersebut dan dianalisis
kemampuan struktur Gedung Asrama Pesantren
Inshafuddin yang berlantai tiga, khususnya pada balok
dan kolom.
Menurut ACI 364.1R-94 langkah awal yang harus
dilaksanakan untuk mengevaluasi bangunan eksisting
adalah investigasi awal (preliminary investigation).
Tujuannya adalah untuk memperoleh informasi awal
tentang kondisi bangunan dan tingkat kerusakannya,
kemungkinan perbaikan serta informasi tentang
kebutuhan investigasi yang lebih jauh. Tahap
selanjutnya adalah investigasi lengkap (detailed
investigation), yang terbagi menjadi lima tahapan, yaitu
dokumentasi,
observasi
kondisi
lapangan,
pengambilan dan pengujian sampel, serta evaluasi.

Menurut ACI 224.1R-15, retak perlu diperbaiki jika


mengurangi kekuatan, kekakuan, dan keawetan
struktur.
Fibre Reinforced Polymers (FRP) telah banyak digunakan
sebagai salah satu material perkuatan. Keuntungannya
antara lain dapat meningkatkan kekuatan struktur,
materialnya ringan, tahan terhadap korosi, dan dapat
dibentuk sesuai dengan bentuk permukaan.
Kelemahannya antara lain harganya yang mahal,
terutama jenis CFRP, dan bersifat anisotropis dimana
sifat materialnya tidak sama pada setiap arahnya.

Kekerasan beton atau kekuatan beton dapat diuji


dengan menggunakan alat yang diciptakan oleh Ernest
Schmids, populer dengan nama Schmids Concrete
Hammer, atau Palu Beton. Menurut Amri (2005)[1],
alat ini menggunakan prinsip bahwa suatu benda bila
dilemparkan pada permukaan benda yang lain akan
memantul kembali, hal ini tergantung pada sifat
kekerasan benda yang dilempar dan sifat kekerasan
serta tekstur permukaan benda yang dilempar.
Pengujian kerapatan massa beton dapat diuji dengan
Alat Uji Pulsa Ultrasonic atau dikenal dengan
pengujian ultrasonic. Alat ini menggunakan prinsip
rambatan suara. Penggunaan pada beton yang telah
mengeras dimaksudkan untuk pengujian kepadatan,
mengetahui kedalaman retak, penurunan mutu,
modulus elastisitas, dan kuat tekan. Pengujian dapat
dilakukan dengan metoda langsung, semi langsung,
dan tidak langsung.

Purwanto,dkk (2002) [4] menyatakan bahwa


pengguna-an CFS pada bagian tarik menaikkan
kekuatan balok, kuat lentur, dan kuat geser. Perkuatan
lentur dan geser juga akan menyebabkan lebar retak
akhir yang lebih kecil.
Fibre Reinforced Plastic (FRP) memberikan
keuntungan antara lain memberikan kuat tarik yang
tinggi, sangat ringan, pelaksanaan lebih cepat, tidak
memerlukan area kerja yang luas, dan tidak mengalami
korosi [5].
Perbaikan pada beton dapat dilakukan dengan
beberapa cara, antara lain:
a. Perbaikan dengan cara grouting
Dilakukan pada beton yang mengalami retak
dengan kedalaman yang cukup dalam dan lebar
retakan lebih dari 20 mm.
b. Perbaikan dengan cara Patching / Rendering
(penambalan beton)
Pada struktur beton yang mengalami kerusakan
retakan dengan kedalaman kurang dari 20 mm
atau kerusakan terjadi pada selimut beton.
c. Perbaikan dengan cara Patchrock (penambalan
beton dengan setting time 3 jam)

Analisis struktur adalah suatu proses untuk


memprediksi kemampuan struktur yang ada di bawah
kondisi pembebanan yang diberikan. Jenis-jenis
kemampuan yang biasa ditinjau adalah tegangantegangan seperti gaya aksial, gaya geser, dan momen
lentur; defleksi; dan reaksi perletakan [2].
Anonim (2007) [3] mengklasifikasikan kerusakan
struktur ke dalam 3 kategori kerusakan, yaitu:
117

Halida Yunita, 2009, Strategi Perkuatan Struktur, Media Teknik Sipil, Vol. IX, No. 2, Hal. 116 - 121

a.

Dilakukan pada pelat yang membutuhkan


kekuatan tinggi dan membutuhkan waktu setting
yang cepat.
d. Perbaikan dengan Injeksi Epoxy
Dilakukan terhadap permukaan beton yang
mengalami retak rambut atau retak dengan lebar
kurang dari 10 mm.

b.
c.
d.
e.
f.
g.

2. METODE
h.

Penelitian diawali dengan evaluasi bangunan eksisting


yang terdiri atas investigasi awal (preliminary
investigation) dan investigasi terperinci (detailed
investigation)

i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.

Investigasi awal (preliminary investigation) merupakan


langkah awal dalam mengevaluasi bangunan eksisting.
Investigasi awal bertujuan untuk memperoleh
informasi awal tentang kondisi bangunan dan tingkat
kerusakannya, kemungkinan perbaikan serta informasi
tentang kebutuhan investigasi yang lebih jauh.

Jenis bangunan : beton bertulang (2 lantai, akan


ditambah menjadi 3 lantai)
Luas bangunan 8m x 30m
Ukuran kolom 28cm x 32cm, tinggi 3,50 m
Ukuran balok utama lantai I : 25cm x 60cm
Ukuran balok utama lantai II : 25cm x 70cm
Ukuran balok anak 25cm x 40cm
Panjang stik kolom tersisa: sekitar 50 cm (kondisi
sudah korosi)
Panjang stik balok tersisa: sekitar 50 cm (kondisi
sudah korosi)
Tulangan kolom: 10 12 mm (BJTD, ulir)
Tulangan balok lantai: 8 12 mm (BJTD, ulir)
Jarak antar kolom: 3m, 4m dan 8m
Lebar selasar: 1,80m
Kuat tekan karakteristik beton : 177,437 kg/cm2
Kuat tarik baja : 3055,3774 kg/cm2
Modulus elastisitas beton (Ec) : 197979 kg/cm2

Data bangunan asrama putra yang diinput adalah


sebagai berikut:
a. Jenis bangunan : beton bertulang (3 lantai)
b. Luas bangunan 8m x 30m
c. Ukuran kolom 30cm x 40cm, tinggi 3,50 m
d. Ukuran balok utama 25cm x 60cm
e. Ukuran balok anak 20cm x 30cm
f. Ukuran balok pinggir 25cm x 40cm
g. Jarak antar kolom/bentang balok: 3m dan 8m
h. Kuat tekan karakteristik beton : 132,392 kg/cm2
i. Kuat tarik baja : 3055,3774 kg/cm2
j. Modulus elastisitas beton (Ec) : 171013 kg/cm2

Kondisi bangunan diamati secara visual dan dilakukan


pengambilan gambar dengan menggunakan kamera
digital. Bagian-bagian struktur bangunan yang
mengalami kerusakan diamati dan difoto. Pengamatan
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
kerusakan dan memutuskan kebutuhan investigasi
yang lebih jauh.
Investigasi lengkap (detailed investigation) meliputi :
1) Dokumentasi
Terdiri dari gambar denah, potongan, dan
pondasi.
2) Observasi kondisi lapangan
Hal-hal yang harus diidentifikasi antara lain:
a. Lebar, panjang, dan kedalaman retak, baik
pada
bagian
struktural
maupun
nonstruktural, lokasi dan jenis retak.
b. Spalling, scaling, honeycombing, dan
kerusakan pada permukaan lainnya turut
dicatat dan direkam
c. Korosi pada tulangan
3) Pengambilan dan pengujian sampel
Berupa pengujian nondestructive di lapangan
untuk mengetahui kekuatan beton dan pengujian
tarik baja di laboratorium.
4) Evaluasi
Pada tahapan ini dilakukan evaluasi terhadap
dimensi dan geometri bangunan, evaluasi
kekuatan dan kualitas material dan evaluasi
struktural. Evaluasi struktural yang dilakukan
pada penelitian ini adalah secara analisis dan
pengujian beban di lapangan. Analisis struktur
dilakukan dengan menggunakan Program
SAP2000.

Hasil output yang didapatkan dari SAP2000 berupa


luas tulangan memanjang dan luas tulangan geser.
Elemen kolom dan elemen balok yang tidak
memenuhi kondisi aman akan keluar pernyataan
berikut dalam output tabulasi penulangan sebagai
berikut:
2.1. Contoh ouput hasil desain kolom dan balok
C O N C R E T E D E S I G N O U T P U T (ACI
318-99)
BIAXIAL P-M INTERACTION AND SHEAR
DESIGN OF COLUMN-TYPE ELEMENTS
ELEM SECTION STATION <-----REQUIRED
REINFORCING------------->
ID
ID
ID LONG COMBO
SHEAR22
COMBO SHEAR33 COMBO
305 KOLOM1 0.000 Reinforcing required exceeds
maximum allowed
305 KOLOM1 2.000 Shear stress exceeds maximum
allowed
305 KOLOM1 4.000 Reinforcing required exceeds
maximum allowed

Data bangunan asrama putri yang diperoleh dari


evaluasi bangunan eksisting yang diinput ke dalam
program SAP2000 adalah sebagai berikut:
118

Halida Yunita, 2009, Strategi Perkuatan Struktur, Media Teknik Sipil, Vol. IX, No. 2, Hal. 116 - 121

dilapisi dengan bahan perekat untuk merekatkan


beton lama dengan beton baru.
c. Material Micro Concrete yang digunakan untuk
patchng dimixing terlebih dahulu dengan
menggunakan hand mixer.
d. Kemudian material yang telah selesai dimixing
diaplikasikan pada permukaan beton secara lapis
demi lapis dengan menggunakan tangan, dengan
ketebalan 10 20 mm setiap lapisan sampai
tercapai ketebalan yang direncanakan.
e. Lalu dilakukan finishing dengan menggunakan
hand trowel.

221 BI25X60 0.000 Shear stress exceeds maximum


allowed
221 BI25X60
0.400 Shear stress exceeds maximum
allowed
221 BI25X60
0.800 Shear stress exceeds maximum
allowed
221 BI25X60
1.200 Shear stress exceeds maximum
allowed
221 BI25X60
1.600 Shear stress exceeds maximum
allowed
Pernyataan di atas maksudnya adalah luas tulangan
memanjang kolom yang dibutuhkan melampaui
syarat maksimum yang diizinkan dan tegangan geser
pada balok melebihi syarat maksimum yang diizinkan.

Perbaikan dengan cara injeksi epoxy diaplikasikan


pada permukaan beton yang mengalami retak rambut
atau retak dengan lebar kurang dari 10 mm. Pada
pelaksanaan perbaikan dengan cara ini digunakan
material pengisi dari jenis Epoxy. Pengisian material
Epoxy tersebut dilakukan dengan menggunakan alat
Low Pressure Injection (LPI) melalui Packer yang
dipasang sepanjang retakan. Pengisian dilakukan
sampai seluruh retakan tersebut penuh. Ada beberapa
kondisi dan material yang dipergunakan yang perlu
diperhatikan sebelum melaksanakan injeksi yaitu:
a. Retak yang mengakibatkan kebocoran tanpa
membutuhkan strength yang tinggi biasanya
diinjeksi dengan PU (Polyurethan) yang berfungsi
menghambat air.
b. Retak yang mempengaruhi kondisi struktur,
dipakai material Conbextra EP 10 TG karena
membutuhkan strength lebih
Retak dengan lebar kurang dari 5 mm dilakukan
injeksi semen ditambah Conbex 100 yang berfungsi
mengembangkan semen untuk menutup celah (retak
yang bukan retak rambut).

2.2. Perkuatan Balok dan Kolom


Balok dan kolom yang tidak mencapai kondisi aman,
harus diperkuat baik dengan perbesaran penampang
maupun perkuatan dengan Carbon Fibre Sheet.
Perbesaran penampang balok dan kolom dianalisis
dengan menggunakan program SAP2000, selanjutnya
ukuran penampang yang dihasilkan dari program
SAP2000 digunakan sebagai ukuran penampang balok
dan kolom yang baru. Perbesaran penampang balok
dilakukan dengan menambahkan tulangan-tulangan di
sekeliling balok eksisting lalu diangker dan dibuat
cetakan sebesar luas penampang yang baru lalu dicor.
Perhitungan jumlah tulangan tambahan dilakukan
dengan menggunakan Program Excel.
Alternatif lain adalah balok diperkuat dengan
menggunakan Carbon Fibre Sheet pada bagian lentur.
Carbon fibre yang digunakan adalah produksi dari
negara United Emirates Arab. Permukaan balok
dihaluskan terlebih dahulu, kemudian dioles dengan
perekat dasar yaitu campuran Nitowrap Primer Base
dan Nitowrap Primer Hardener, dibiarkan selama 24
jam. Setelah itu dberikan perekat utama dengan
mencampurkan Nitowrap Encapsulation Base dan
Nitowrap Encapsulation Hardener kemudian
ditempelkan carbon fibre sheet pada permukaan yang
telah diberikan perekat tersebut.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Data-data yang diperoleh dari hasil investigasi awal ke
lokasi Gedung Asrama Pesantren Inshafuddin adalah
seperti terlihat pada Tabel 1.
Pada gambar 1 terlihat bangunan asrama putra yang
telah dibangun sebanyak tiga lantai. Tulangan kolom
dan plat lantai terlihat dilebihkan untuk penambahan
bangunan di sebelahnya.

2.3. Perbaikan Struktur Beton


Balok maupun kolom yang mengalami retak halus
kurang dari 10 mm dilakukan perbaikan, baik berupa
patching maupun injeksi epoxy.

Gambar 2 adalah bangunan asrama putri yang baru


dibangun dua lantai, terdapat tulangan kolom dan
balok yang dilebihkan. Tulangan-tulangan tersebut
mengalami korosi akibat terkena udara dan air asin
yang berasal dari gelombang Tsunami.

Perbaikan terhadap kerusakan beton dengan metode


patching dilakukan pada struktur (kolom, balok,
maupun dinding) yang mengalami kerusakan retakan
dengan kedalaman kurang dari 20 mm atau kerusakan
terjadi pada selimut beton. Tahapan-tahapan
pelaksanaan patching adalah sebagai berikut:
a. Pada permukaan beton yang mengalami retak
dilakukan chipping (pengupasan selimut beton);
b. Setelah pengupasan selimut beton selesai
dilakukan, maka pada permukaan beton tersbut

Kondisi bangunan yang diamati secara visual


menunjukkan terjadinya retak-retak pada balok dan
kolom, adanya spalling, serta tulangan mengalami
korosi (Gambar 3).
Tahapan investigasi lengkap menghasilkan data kuat
tekan beton karakteristik, kuat tarik baja, serta lebar
retak.
119

Halida Yunita, 2009, Strategi Perkuatan Struktur, Media Teknik Sipil, Vol. IX, No. 2, Hal. 116 - 121

Tabel 1. Data Hasil Investigasi Awal

Jenis Struktur
Bangunan

Asrama Pesantren Inshafuddin


Bangunan
Bangunan
Asrama Putra
Asrama Putri
Beton Bertulang
Bet. Bertulang
Berlantai 3
Berlantai 2

Penampang
Kolom

30cm x 40cm

28cm x 32cm

Tinggi Kolom

3,50m

3,50m

Tulangan Kolom
Penampang Balok
Lantai I

10 12 mm
(BJTD, ulir)
25cm x 60cm

10 12 mm
(BJTD, ulir)
25cm x 60cm

Penampang Balok
Lantai II
Penampang Balok
Anak

Hasil pengamatan secara visual kerusakan yang terjadi


berupa retak-retak rambut pada selimut beton kolom
serta retak lentur dan retak geser pada balok utama
dan balok anak. Pada beberapa kolom selimut beton
terkelupas (spalling).

Dimensi kolom eksisting bangunan asrama putra yang


diperoleh dari hasil pengukuran pada saat investigasi
lapangan adalah 30 cm x 40 cm dan tinggi kolom 3,5
m. Ukuran balok utama eksisting adalah 25 cm x 60
cm dan balok anak eksisting berukuran 20 cm x 30
cm. Kerusakan yang terjadi berupa retak lentur dan
retak geser pada balok utama dan balok anak, serta
terkelupasnya selimut beton (spalling) pada kolom.
Pengujian kuat tekan beton pada bangunan eksisting
dengan alat Concrete Hammer, menghasilkan kuat
tekan karakteristik gedung asrama putri adalah 150,70
kg/cm2 dan gedung asrama putra adalah 103,17
kg/cm2.

25cm x 70cm

20cm x 30cm

25cm x 40cm

8 12mm

8 12mm

8mm 10cm

8mm10cm

Tul. Balok

Pengujian kuat tarik baja dilakukan dengan mengambil


sampel tulangan dari Gedung Asrama Pesantren
Inshafuddin dan diuji tarik di Laboratorium
Konstruksi dan Bahan Bangunan Fakultas Teknik
UNSYIAH. Hasil uji tarik menunjukkan bahwa mutu
baja tulangan ulir diameter 12 mm tegangan lelehnya
adalah 3055,775 kg/cm2, tulangan polos diameter 10,
8, dan 6 berturut-turut 2801,127 kg/cm2, 3183,009
kg/cm2, dan 2829,421 kg/cm2. Pada analisis struktur
digunakan mutu baja yaitu 3000 kg/cm2 untuk
tulangan ulir diameter 12 mm dan 2400 kg/cm2 untuk
tulangan polos.

Tul. Plat Lantai

Gambar 1. Bangunan asrama putra

Lebar retak pada balok adalah 1,6 mm dan pada


kolom adalah 2,2 mm. Kedalaman retak pada balok
dan kolom adalah 9 mm dan 2 mm.

Gambar 2. Bangunan asrama putri

Hasil analisis struktur yang dilakukan dengan


menggunakan program SAP2000 menunjukkan
adanya kegagalan pada kolom lantai 1, kolom lantai 2,
dan balok berukuran 25 cm x 40 cm di bangunan
asrama putri. Bangunan asrama putra mengalami
kegagalan pada kolom lantai 1, kolom lantai 2,
beberapa elemen balok berukuran 20 cm x 30 cm,
balok berukuran 25 cm x 40 cm, dan balok berukuran
25 cm x 60 cm. Sehingga perlu dilakukan strategi
perkuatan berupa perbesaran tampang pada kolom
dan pada balok dapat dilakukan dua alternatif
perkuatan yaitu perbesaran penampang dan perkuatan
dengan carbon fiber sheet.
Perbaikan pada beton dilakukan pada kolom maupun
balok yang mengalami pengelupasan selimut beton
(spalling). Perbaikan ini dapat berupa penambalan
(patching/rendering) maupun injeksi epoxy.
4. SIMPULAN
Hasil analisis struktur menunjukkan bahwa bangunan
asrama putri mengalami kondisi tidak aman pada
elemen kolom lantai 1, kolom lantai 2, dan balok 25

Gambar 3. Kerusakan pada struktur bangunan


120

Halida Yunita, 2009, Strategi Perkuatan Struktur, Media Teknik Sipil, Vol. IX, No. 2, Hal. 116 - 121

cm x 40 cm. Bangunan asrama putra mengalami


kondisi tidak aman pada kolom lantai 1, kolom lantai
2, beberapa elemen balok berukuran 20 cm x 30 cm,
balok berukuran 25 cm x 40 cm, dan balok berukuran
25 cm x 60 cm, serta RB1 dan RB2.

5. UCAPAN TERIMA KASIH

Kolom lantai 1 dan kolom lantai 2 pada bangunan


asrama putri diperkuat dengan memperbesar
penampang kolom masing-masing menjadi ukuran
40cm x 50cm dan 40cm x 40cm. Sedangkan
perkuatan pada balok terdapat dua alternatif yaitu
memperbesar balok menjadi 25cm x 45cm dan
alternatif lainnya adalah menambahkan Carbon Fibre
Sheet (CFS) sepanjang balok sebanyak 2 lapisan pada
elemen balok dengan kondisi tidak aman.

6. DAFTAR PUSTAKA

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Bapak Dr.


Ir. Taufiq Saidi, M.Eng dan Ibu Nora Abdullah, ST,
M.Eng,Sc atas saran-saran yang diberikan.
[1] Amri. S., 2005, Teknologi Beton A-Z, Yayasan
John Hi-Tech Idetama, Yakarta.
[2] Kassimali, A., 1999, Matrix Analysis of
Structures, Brooks Cole Publishing
Company, Southern Illinois University
Carbondale.
[3] Anonim, 2007, Laporan Hasil Investigasi
Gedung Asrama Pesantren Inshafuddin
Banda Aceh, Laboratorium Konstruksi dan
Bahan Bangunan, Banda Aceh.

Strategi perkuatan yang dilakukan pada kolom lantai 1


dan kolom lantai 2 pada bangunan asrama putra yaitu
dengan memperbesar penampang kolom menjadi
50cm x 50cm untuk kolom lantai 1 dan 40cm x 40cm
untuk kolom lantai 2. Balok diperbesar menjadi 25cm
x 45cm, 25cm x 50cm, dan 30cm x 70cm.. Alternatif
lainnya adalah dengan menambahkan Carbon Fibre
Sheet (CFS) sebanyak 1 lapis, 2 lapis dan 3 lapis,
sehingga momen tahanan dapat meningkat dan balok
pada struktur yang telah mengalami dampak gempa
dan gelombang tsunami masih mampu memikul
beban.

[4] Purwanto, Suhendro, dan Triwiyono, Perkuatan


Lentur dan Geser Balok Beton Bertulang
Pasca Bakar dengan Carbon Fibre Strip dan
Carbon Wrapping, Forum Teknik Sipil,
Jurusan Teknik Sipil
Fak. Teknik
Universitas Gajah Mada, Vol.XI/1 Januari
2002.
[5] Hartono, Perkuatan Struktur Beton dengan
FRP, Proceeding Advances on Concrete
Technology and Structures, Universitas
Andalas Padang 8 Mei 2003.

Perbaikan struktur balok dan kolom yang berupa


Injeksi Epoxy dan Patching dilakukan pada elemen
balok dan kolom yang mengalami retak-retak halus
dan spalling.

121

Anda mungkin juga menyukai