Anda di halaman 1dari 24

HASIL JANGKA PENDEK DARI TONSILEKTOMI PADA

PASIEN DEWASA DENGAN FARINGITIS BERULANG:


UJI COBA TERKONTROL SECARA ACAK
Koskenkorva T, Koivunen P, Koskela M, Niemela O, Kristo A, Alho OP (2013). Short-term
outcomes of tonsillectomy in adult patients with recurrent pharyngitis: a randomized
controlled trial. CMAJ. 185(8): E331-E336. DOI:10.1503/cmaj.121852.

Oleh:
Anindita P. Hapsari
Siska Dewi A. `
Candra Aji S.
Avamira Rosita P.
Elizabeth Puji Y.

Pembimbing :
dr. Putu Wijaya K,

G99141012
G99141013
G99141014
G99141015
G99141016
Sp.THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN KEPALA LEHER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA
2015

Abstrak

Abstrak

Keterbatasan

PENDAHULUAN

FARINGITIS REKUREN

Tonsilektomi

METODE PENELITIAN

Keluaran
Perbedaan proporsi pasien dengan faringitis
episode berat dalam 5 bulan
Episode berat :
terdapat gejala akut nyeri tenggorokan
terdapat tanda dan gejala yang berasal dari
faring
tingkat serum protein C-reaktif pada hari-h
pemeriksaan atau 3 hari kemudian harus lebih
tinggi dari 40 mg/L

perbedaan proporsi pasien dengan


episode faringitis (nyeri tenggorokan
2 hari) dan episode dengan
konsultasi medis selama observasi
(follow up) 5 bulan

masa
episode
faringitis

perbedaan ratarata frekuensi


episode

rata-rata lamanya
pasien absen dari
sekolah atau kerja

rata-rata frekuensi
masa timbul gejala
selama follow up

kualitas hidup
(kesehatan)

efek samping
terkait
tonsilektomi

Analisis Statistik
70 pasien dalam
penelitian kekuatan
statistik 80%
mendeteksi perbedaan
absolut dari 25% tingkat
kekambuhan pada
faringitis berat
nilai p = 0.05 signifikan
dasar analisis data sampel
dengan pemberian perlakuan

Data Deskriptif
1.

Menghitung rata-rata standar deviasi atau


median dengan jarak interquartil

2.

Membandingkan varibel kontinu MannWhitney U test

3.

Menyusun kurva survival, yang mana terkait


dengan (kelompok perlakuan) metode
Kaplan-Meier

4.

Menilai perbedaan antar kelompok tes logrank

5.

Menghitung perbedaan absolut dan interval


kepercayaan 95% pada proporsi kekambuhan
antar kelompok dalam 5 bulan.

Keterangan tambahan :
Episode faringitis, masa timbul gejala dan
jumlah absen dari sekolah atau kerja per orang
per tahun data diperoleh selama follow up
Kelompok tonsilektomi dilakukan eksklusi
pada data mengenai waktu kesembuhan tiap
individu segera setelah tonsilektomi

Skoring kuisioner Glasgow


Benefit Inventory
respon dari 18 pertanyaan dirata-rata
skor rata-rata diubah menjadi skala kontinu
bermakna (-100 sampai 100)
1) skor -100 : kerusakan terburuk
2) skor 0 : tidak ada perubahan
3) skor 100 : manfaat terbaik pada kualitas hidup

Hasil

Peserta
Pasien pertama melalui randomisasi
(pengacakan) pada Oktober 2007 dan
pasien terakhir melengkapi penelitian
pada Desember 2010.
Kriteria eksklusi pasien :
a) memiliki sedikit episode tonsilitis
sebelumnya
b)memiliki riwayat tonsilitis kronis
c) tinggal di luar kawasan penelitian
Semua pasien di-follow up (5,70,7
bulan untuk kelompok kontrol; 6.20,5
bulan untuk kelompok tonsilektomi).

Peserta
Hampir semua pasien pada kelompok
kontrol dilakukan tindakan bedah pada
waktu yang telah dijanjikan sebelumnya;
tindakan bedah telah dilakukan sebelum
batas waktu 5 bulan pada 3 pasien dengan
gejala yang berat.

Dua pasien, masing-masing satu pada tiap


kelompok, kehilangan catatan gejala
mereka tetapi melaporkan tidak berobat
ke dokter oleh karena sakit tenggorokan.
Pasien ini diasumsikan tidak memiliki gejala
dalam kurun waktu penelitian.

Pengelompokan

Keluaran

INTERPRETASI

Angka kejadian faringitis dan jumlah hari dengan


nyeri tenggorokan, demam, rhinitis, dan batuk
secara signifikan lebih rendah pada group dengan
tonsilektomi dibandingkan group control

Pasien pada group dengan tonsilektomi juga


menjalani masa perawatan yang lebih singkat
dibandingkan dengan dengan pasien yang ada di
group control

Pasien yang menjalani pembedahan juga


menunjukkan adanya peningkatan kualitas hidup,
nyeri tenggorokan dan perdarahan pasca operasi
ringan.

Grup penelitian, no (%)


Karakteristik

Control
n= 40

Tonsilektomi n=
46

Usia, tahun, rata-rata SD

27 11

26 8

Jenis kelamin perempuan

28 (70)

30 (65)

Penggunaan tembakau
Pada pasien
Pada keluarga

15 (38)
11 (28)

19 (41)
13 (28)

Riwayat alergi

14 (35)

20 (44)

Faktor risiko faringitis


Lebih dari 4 orang dalam seuah keluarga
Infeksi serupa dalam keluarga
Gigi berlubang yang tidak dilakukan terapi
Gejala gingivitis
Penggunaan sikat gigi bersama selama > 3 bulan

2 (5)
6 (15)
3 (8)
4 (10)
7 (18)

10 (22)
8 (17)
7 (15)
7 (15)
7 (15)

Jumlah dari episode sebelumnya dari faringitis akut yang didiagnosis oleh dokter, rata-rata SD
Selama lebih dari 6 bulan

3,1 1,3

3,2 1,5

Selama lebih dari 12 bulan

5,0 2,1

5,0 2,1

Pasien dengan faringitis streptococcus grup A yang didiagnosis oleh dokter


Selama lebih dari 6 bulan

22 (55)

32 (70)

Selamanya

22 (55)

38 (83)

Frekuensi nyeri tenggorok

14 (35)

23 (50)

4 (10)

3 (7)

Pembesaran

17 (43)

22 (48)

Infeksi kronik

5 (13)

4 (9)

Jaringan parut

25 (63)

28 (61)

Pembawa streptococcus grup A

3 (8)

1 (2)

Komplikasi faringitis
Gejala sendi
Tonsil sebagai dasar klinis penegakkan diagnosis

Keterbatasan Penelitian
Uji coba terbuka efek plasebo
Tonsilektomi menurunkan keluhan batuk
maupun rhinitis

Pasien seringkali sudah mengetahui anatomi


dan deskripsi tonsilitis dapat mengetahui
apakah tonsil mereka sudah diangkat
Waktu tunggu terbatas (aturan tidak boleh
lebih dari 6 bulan) waktu terbatas untuk
follow up

Kesimpulan

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai