Oleh:
dr. Elizabeth Puji Yanti
PROGRAM DOKTER INTERNSIP
ANGKATAN III TAHUN 2016-2017
PERIODE 15 SEPTEMBER 2016 15 SEPTEMBER 2017
RSUD BAGAS WARAS KABUPATEN KLATEN
STATUS PASIEN
IDENTITAS
PENDERITA
Nama
Tn.S
Umur
66 tahun
Jenis Kelamin
Laki-laki
Agama
Islam
Alamat
Klaten
Pekerjaan
Petani
Status
Tanggal Periksa
No. RM
Menikah
19 September 2016
010936
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit
Dahulu
Riwayat Penyakit
Keluarga dan
lingkungan
: (-)
Pemeriksaan fisik
Status Generalis
Keadaan umum: tampak
sakit sedang, compos
mentis GCS E4V5M6, gizi
kesan cukup
TD
Frekuensi napas: 22
x/menit
Suhu
Berat badan
: 55 kg
: 120/70 mmHg
: 36,8oC
Tinggi badan
Frekuensi nadi :
93x/menit
Antropometri
: 155 cm
:-
Kepala
Mesocephal
Mata
Mulut
Telinga
Leher
Normotia
KGB tidak membesar, JVP tidak meningkat
Thorax
Abdomen
Tampak cembung, bising usus (+) , timpani, supel, nyeri tekan (-)
Ekstremitas Atas
Ekstremitas
Bawah
Genital
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah Rutin (19 September
2016)
Pemeriksaan
19/09/16
Satuan
Rujukan
Hb
9,4
g/dl
13,0-18,0
Hct
30,2
39 - 54
Lekosit
10,4
ribu/mm3
4,0-11,0
Eritrosit
4,46
juta/mm3
4.4-6,0
Trombosit
366
ribu/mm3
150-450
MCV
67,7
79-99
MCH
21,1
pg
27-31
MCHC
31.1
g/dl
33-37
RDW
15,8
fl
Neutrofil Segmen
82
50-70
Limfosit
10,6
20-40
Monosit
6,9
2-8
Eosinofil
0,1
0-3
Basofil
0,4
0-1
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah Rutin (19 September
2016)
GDS
132
mg/dl
70-140
Ureum
49
mg/dl
10-45
1,33
mg/dl
0,5-1,10
SGOT
15
U/L
8-37
SGPT
20
U/L
8-40
Creatinin
DIAGNOSIS
Gastroenteritis Akut dengan Dehidrasi Ringan
TERAPI
IGD:
Advis
DPJP:
Oksigenasi 3 lpm
IVFD NaCl 30 tpm loading 100cc hingga 500 cc
bila tidak sesak.
Injeksi Ondansentron 1ampul
Injeksi Ranitidin 1 ampul
PROGNOSIS
Ad vitam:
bonam
Ad sanam:
bonam
Ad
fungsionam:
bonam
PROGRESS REPORT
19 September 2016
20 September 2016
S : BAB cair(-)
O: KU/kes: cukup, CM
TD: 130/80mmHg
RR: 20x/menit
MAKROSKOPIS
Warna : coklat
Konsistensi : cair
Darah : (-)
Lendir : (-)
MIKROSKOPIS
Lekosit: 0-2
Eritrosit : 0-1
Amoeba : (-) negatif
Kista : (-) negatif
Bakteri : (+) positif
Telur cacing : hookworm (cacing tambang)
HR: 80x/menit
t: 36,7C
A: - Investasi cacing
- GEA
- Furunkulosis
P: - Diet lambung II
- Infus NaCl 0,9% 20 tpm
- Inj Ceftriaxon 1 gr/12 jam
- Inj OMZ 1 vial/24 jam
- Inj ondansentron 1 A/8 jam (k/p)
- Pirantel pamoat 1x 500mg
- Inf Metronidazole 500mg/8 jam
- Gentamicin zalf 2x sehari
21 September 2016
22 September 2016
S : (-)
O: KU/kes: cukup, CM
TD: 110/70mmHg
RR: 20x/menit
S : (-)
O: KU/kes: cukup, CM
TD: 100/60mmHg
RR: 20x/menit
HR: 80x/menit
t: 36,7C
HR: 80x/menit
t: 36,7C
A: - Investasi cacing
- GEA
- Furunkulosis
A: - Investasi cacing
- GEA
- Furunkulosis
P: - Diet lambung II
- Infus NaCl 0,9% 20 tpm
- Inj Ceftriaxon 1 gr/12 jam
- Inj OMZ 1 vial/24 jam
- Domperidon 3x1
- Metronidazole 3x1
- Gentamicin zalf 2x sehari
P: - BLPL
- Cefixime 2x1
- Metronidazole 3x1
- Lanzoprazole 1x30mg
- Gentamicin zalf 2x sehari
TINJAUAN PUSTAKA
Latar Belakang
Infestasi cacing dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas,
sebab sangat mempengaruhi status gizi, proses kognitif,
menginduksi reaksi jaringan dan menyebabkan obstruksi usus atau
prolaps rektum.
Anak-anak usia sekolah dan pra-sekolah sangat cenderung
untuk terjadinya kecacingan yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan dan berkurangnya kebugaran fisik, serta gangguan
memori dan kognitif yang mengarah pada berkurangnya
kemampuan edukasi.
(Hedley L dan Wani RLS, 2015)
Latar Belakang
Infestasi cacing usus merupakan masalah kesehatan global. Bentuk infeksi Soil
transmitted Helmint (STH) adalah infeksi yang paling sering terjadi dan menginfeksi
2 miliar orang di seluruh dunia(WHO, 2016). Infeksi secara luas terdistribusi pada
daerah tropis dan subtropis terkait dengan kurangnya sanitasi dan kemiskinan,
dengan angka tertinggi pada di Sub Sahara Afrika, Amerika, China dan Asia Timur
(WHO, 2016).
Latar Belakang
Spesies utama STH yang menyebabkan infeksi adalah
roundworm (Ascaris lumbricoides), whipworm (Trichuris
trichiura)
dan
hookworms
(Necator
americanusdanAncylostoma duodenale) (WHO, 2016).
Gejala umum
Perut
bunci
t
Sakit
perut
Badan
kurus
Rambut
seperti
rambut
jagung
Lemas dan
cepat lelah
Diare
berulang
dan
kembung
Kolik yang
tidak jelas
dan
berulang.
Gatal pada
anus
malam hari
Muka pucat
Helmintologi
Platyhelminthes
(cacing pipih)
Nemathelminthes
(cacing gilik/bulat)
Nematoda Usus
STH
Nematoda Jaringan
Non STH
Trematoda
(cacing daun)
Cestoda
(cacing pita)
PEMBEDA
NEMATODA
CESTODA
TREMATODA
Bentuk
Selinder
Tidak bersegmen
Seperti Pita
Bersegmen
Seperti Daun
Tidak bersegmen
Bagian anterior
Rongga badan
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Saluran cerna
Tidak ada
Kelamin
Hermafrodit
Umumnya hermafrodit
NEMATODA
CESTODA
TREMATODA
-Taenia saginata
-Taenia solium
-Hymenolepis nana
-Hymenolepis diminuta
-Dipylidium caninum
-Diphyllobothrium latum
Ascaris lumbricoides
Trichuris trichiura
Necator americanus
Ancylostoma duodenale
Strongyloides stercoralis
Oxyuris vermicularis
Trichinella spiralis
Wuchereria bancrofti
Brugia malayi
Brugia timori
Loa loa
Onchocerca volvulus
Dipetalonema perstans
Dipetalonema streptocerca
Mansonella ozzardi
Capillaria hepatica
Toxocara cati
Toxocara canis
Gnathostoma spinigerum
Fasciolopsis buski
Echinostoma ilocanum
Echinostoma malayanum
Heterophyes heterohyes
Metagonimus yokogawai
Gastrodiscoides hominis
Fasciola hepatica
Clonorchis sinensis
Opisthorchis felineus
Opisthorchis viverrini
Dicrocoelium denditicum
Paragonimus westermani
Schistostoma japoinicum
Schistostoma mansoni
Schistostoma haematobium
Schistosoma mekongi
Nematoda Usus
Enterobius vermicularis (cacing kremi)
Taxocara canis dan Taxocara cati
Ascaris lumbricoides (cacing gelang)
Cacing tambang (hookworm):
- Necator americanus manusia
- Ancylostoma duodenale manusia
- Ancylostoma braziliense kucing, anjing
- Ancylostoma ceylanicum anjing, kuncing
Trichuris trichiura (cacing cambuk)
Strongyloides stercoralis
HOOKWORM
Etiologi
Dominan disebabkan oleh Necator americanus dan Ancylostoma duodenale.
Namun juga dapat disebabkan oleh Ancylostoma ceylonicum, Ancylostoma
braziliense, dan Ancylostoma caninum.
Patofisiologi
Inefektif
3-4
minggu
Menuju pulmo
10 hari
5-10
hari
1-2 hari
(CDC, 2013)
Patofisiologi
(Haburchak, 2016)
(Haburchak, 2016)
Menggembangkan
buccal capsule
A.duodenale dewasa
memiliki gigi untuk
berikatan dg mukosa &
N.americanus memiliki
cutting plates
Cacing dewasa
menghasilkan
hialuronidasemerus
ak mukosa usus dan
mengikis pembuluh
darah mengakibatkan
ekstravasasi darah.
(Haburchak, 2016)
menghambat aktivitas
faktor Xa dan VIIA
(antikoagulan) &
menguraikan faktor
(misalnya, faktor
penghambat neutrofil)
yang melindungi dari
pertahanan host.
N americanus hanya
menginfeksi perkutan,
sedangkan A duodenale
dapat menginfeksi
dengan cara tertelan
ataupun dorman di
jaringan kemudian
ditransmisikan melalui
ASI.
(Haburchak, 2016)
Umumnya, tingkat
infeksi cacing
tambang
dikategorikan:
- Ringan (<100 cacing)
- Sedang (100-500
cacing)
- Berat
(500-1000 cacing)
(Haburchak, 2016)
(Haburchak, 2016)
Manifestasi klinis
Perdarahan Intestinal
1.
2.
3.
4.
Manifestasi Klinis
Sebagian besar yang terinfeksi asimtomatik
Gejalatergantung pada:
1. Jenispenyakitcacing tambang:
- Classic hookworm disease
- Cutaneous larvamigrans
- Eosinophilicenteritis
2. Tahap penyakit(awal atau akhir)
(Haburchak DR, 2016; Medscape, 2016)
Early symptoms
Selama 1-2 minggu pertama
setelah menembus kulit: iritasi
lokal tempat infeksi (pruritus,
eritematosa, atau ruam vesikuler,
biasanya pada kaki/ tangan)
disebut Ground itch yang lebih
sering karena Ancylostoma
daripada Necator.
Early symptoms
Migrasi ke GI GI discomfort sekunder
hingga iritasi.
Cacing dewasa di jejunum diare, sakit
perut yang tidak jelas, kolik, perut
kembung, mual, atau anoreksia.
Gejala umumnya pada pajanan awal &
biasanya puncak antara 30-45 hari
setelah infeksi.
(Medscape, 2016)
Infeksi sedang-berat
Anemia
(Medscape, 2016)
(Medscape, 2016)
Cutaneous larva
migrans
Infeksi cacing tambang
zoonosis, terutama A
braziliense.
Khas: saluran creeping
eruption
Eosinophilic
enteritis
Khas: abdominal pain
dengan episode
berulang pada 97%
penderita.
Terkait dengan
eosinofilia perifer dan
leukositosis.
Kasus ekstrim
menyerupai apendisitis
atau perforasi usus.
(Medscape, 2016a)
Pemeriksaan Fisik
Awal infeksi
Ruam
papulovesikuler,
eritematous dan
gatal pada tempat
infeksi awal pada
telapak tangan/kaki &
1-2 minggu & dapat
terjadi infeksi bakteri
sekunder.
Menembus sirkulasi
menuju ke Paru
Batuk
Demam
Bronkokonstriksi
reaktif
Wheezing
Keterlibatan GIT
Px. Abdomen: nyeri
tekan epigastrik.
Feses tampak
berdarah atau
melanotik.
(Medscape, 2016a)
Pemeriksaan Fisik
Infeksi lebih lanjut
Tanda anemia def. besi kadang
tidak nampak.
Dapat tampak pucat, klorosis,
hipotermi, koilonikia, takikardi
dan tanda gagal jantung.
Hipoproteinemia
Tekstur kulit yang buruk
Oedema
Rentan terhadap infeksi kulit
Pertumbuhan terhambat (anak dg
infeksi berat)
(Medscape, 2016a)
Diagnosis
1. Pemeriksaan feses ditemukannya telur cacing tambang dalam sampel tinja
menggunakan mikroskop.
(CDC, 2013)
Penatalaksanaan
Non medikamentosa
Medikamentosa
1. Antihelmintik Drugs of choice : Albendazol, Mebendazole atau pirantel
pamoat.
Albendazole
Sediaan di Indonesia: tablet 400mg
Mekanisme: menyebabkan degenerasi mikrotubulus pada sitoplasma sel usus dan sel tegmental cacing usus
Farmakokinetik
Absorpsi: <5%; dapat meningkat hingga 4-5 kali dengan makanan berlemak
Distribusi: Baik di dalam kista hidatidosa & cairan serebrospinal
Ikatan dengan Protein: 70%
Metabolisme: Hepar; efek lintas pertama yang luas; pathways meliputi sulfoxidation cepat (utama), hidrolisis,
& oksidasi
Waktu paruh (t1/2): 8-12 jam
Waktu puncak dalam plasma (Cmax): 2-5 jam
Ekskresi: urin (<1% sebagai metabolit aktif); feses
(Medscape, 2016c)
Albendazole
Efek Samping:
> 10% Sakit kepala & Abnormal LFT
1-10% Sakit perut, mual / muntah,
pusing / vertigo,peningkatan TIK,
tanda-tanda meningeal, alopecia
(reversibel), demam
<1% (Selected) ruam, urtikaria,
agranulositosis, anemia aplastik,
penekanan sumsum tulang,
granulositopenia, pansitopenia,
trombositopenia, hepatitis, gagal hati
akut, gagal ginjal akut.
Interaksi obat:
Signifikan:
Fosphenytoin/phenytoin kadar
albendazole dengan metabolisme.
Grapefruit kadar atau efek
albendazole dengan mempengaruhi
metabolisme enzim CYP3A4 di usus
dan hepar.
kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap albendazole
atau Benzimidazole
Perhatian
Minor:
Monitor kadar teofilin jika digunakan
Dexamethasone dan Praziquantel bersamaan
(Medscape, 2016c)
Mebendazole
Sediaan di Indonesia: tablet 100mg, suspensi 100mg/5 ml
Mekanisme: Blok pengambilan glukosa; menghambat pembentukan mikrotubulus cacing pada cacing dewasa yang
tinggal di usus yang mudah diserang, menyebabkan kerusakan struktur subseluler dan menghambat sekresi
asetilkolinesterase cacing.
Farmakokinetik
Absorpsi: 2-10%, meningkat bila diberikan bersama makanan berlemak
Distribusi: ke serum, cairan kista, liver, lemak omentum dan panggul, paru, kista hepatic; konsentrasi tertinggi
ditemukan dalam hati; konsentrasi yang relatif tinggi ditemukan pada muscle-encysted larva Trichinella spiralis ;
melintasi plasenta
Ikatan dengan Protein: 90-95%
Metabolisme: Sebagian besar di hepar
Waktu paruh (t1/2): 3-6 jam
Waktu puncak dalam plasma (Cmax): 2-4 jam
Ekskresi: feses (terutama), urin (~2 %)
Mebendazole
Efek Samping:
- Tidak menyebabkan efek toksik
sistemik mungkin karena absorbsinya
buruk
- Kadang: mual, muntah, diare, sakit
perut ringan biasanya pada
ascariasis berat yang disertai erratic
migration.
- Jarang: sakit kepala ringan, pusing,
reaksi hipersensitifitas
Interaksi obat:
Serius:
Ethotoin, phosphenytoin, phenytoin
dapat menurunkan kadar mebendazole
dengan meningkatkan metabolisme.
Signifikan:
Cimetidine meningkatkan kadar
mebendazole dengan menurunkan
metabolisme.
Minor:
Karbamazepine menurunkan kadar
mebendazole dengan menurunkan
metabolisme.
Indikasi:
Obat terpilih untuk enterobiasis,
trichuriasis, infestasi a.duodenale.
Alternatif untuk infestasi n.americanus
dan ascariasis setelah pirantel pamoat.
Kontraindikasi:
Alergi mebendazole
Tidak dianjurkan pada ibu hamil
trimester pertama
Hati-hati pada pasien dengan sirosis
hepatik
Pirantel Pamoat
Pirantel
Albendazole
Mebendazole
Pirantel pamoat
Hookworm
(Ancylostoma
duodenale, Necator
americanus)
400 mg PO once
Whipworm
(Trichuris trichiura)
400 mg PO qDay x 3
days
500 mg PO SD
(Medscape, 2016c,d,e)
Albendazole
Mebendazole
Pirantel pamoat
Pinworm
(Enterobius
vermicularis)
400 mg PO once,
repeat in 2 weeks
100 mg PO SD
Dapat diulang 3
minggu lagi
11 mg (base)/kg PO
q2week x 2 dosis;
tidak >1 g/dosis
Roundworm
(Ascaris
lumbricoides)
400 mg PO once
11 mg (base)/kg PO
qDay x 3 days; tidak
> 1 g/dose
500 mg PO SD
(Medscape, 2016c,d,e)
Albendazole
Mebendazole
Pirantel
pamoat
Neurocysticercosis
(Taenia Solium
Tapeworm)
Albendazole
Mebendazole
Pirantel pamoat
Capillariasis
Trichostrongylus
400 mg PO once
Larva Migrans,
Cutaneous
400 mg PO qDay x 3
days
Larva Migrans,
Visceral
(Toxocariasis)
100-200 mg PO q12hr
for 5 days
Fluke (Clonorchis
Sinensis)
10 mg/kg PO qDay x7
days
(Medscape, 2016c,d,e)
Albendazole
Mebendazole
Pirantel pamoat
Gnathostomiasis,
Microsporidiosis
Giardia Duodenalis
(Giardiasis)
Mansonella
Perstans (Filariasis)
100 mg PO q12hr
Moniliformis
11 mg/kg PO once;
may repeat after
14 days
(Medscape, 2016c,d,e)
Komplikasi
Pajanan berat:
1. Perdarahan GIT akut
2. Severe acute anemia
3. CHF
(Medscape, 2016a)
Pencegahan
1. Menggunakan alas kaki
2. Menghindari kontak kulit dengan tanah yang mungkin terkontaminasi atau
menelannya.
3. Tidak BAB sembarangan
(CDC, 2013)
Strategi global
Strategi yang direkomendasikan oleh WHO untuk mengontrol morbiditas STH (intensitas infeksi sedang
berat)meliputi pemberian obat-obatan antihelmintik (terutama albendazole dosis tunggal (400
mg) dan mebendazole (500 mg)) secara periodik untuk populasi yang berisiko yakni:
Anak prasekolah (usia 1-4 tahun);
Anak usia sekolah (usia 5-14 tahun);
Wanita usia reproduksi (termasuk wanita hamil di kedua dan trimester ketiga dan ibu menyusui);
Kelompok dewasa khususnya yang berisiko terinfeksi STH (misalnya, pemetik teh dan
penambang).
Direkomendasikan jadwal pemberian setahun sekali atau dua kali yang ditentukan oleh prevalensi
terjadinya infeksi STH.
(WHO, 2012)
(WHO, 2012)
Daftar Pustaka
Hedley L dan Wani RLS. 2015. Helminth infections: diagnosis and treatment. London: The Pharmaceutical Journal.
WHO. 2016. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs366/en/ -Diakses tanggal 21 November 2016.
Chadijah S, Sumolang PPF, Veridiana NN. 2014. Hubungan Pengetahuan, Perilaku dan Sanitasi lingkungan dengan Angka Kecacingan Pada Anak Sekolah
Dasar di Kota Palu. Media Litbangkes 24 (1). Dongala: Depkes.
Haburchak DR. 2016. Hookworm disease. http://emedicine.medscape.com/article/218805-overview#a3 Diakses tanggal 24 November 2016.
CDC. 2013. Parasites-hookworm. https://www.cdc.gov/parasites/hookworm/ - Diakses tanggal 24 November 2016.
Medscape. 2016a. Hookworm Disease Clinical Presentation. http://emedicine.medscape.com/article/218805-clinical -Diakses tanggal 25 November 2016.
Medscape. 2016b. Hookworm Disease Treatment & Management. http://emedicine.medscape.com/article/218805-treatment -Diakses tanggal 25 November
2016.
Medscape. 2016c. Albendazole (Rx). http://reference.medscape.com/drug/albenza-albendazole-342648#0 -Diakses tanggal 12 Desember 2016.
Medscape. 2016d. Mebendazole (Rx). http://reference.medscape.com/drug/emverm-vermox-mebendazole-342658#1 0 -Diakses tanggal 16 Desember
2016.
Medscape. 2016e. Pyrantel Pamoat (Rx). http://reference.medscape.com/drug/pin-rid-pin-x-pyrantel-pamoate-342667#10 -Diakses tanggal 17 Desember
2016.
Hotez PJ, Brooker S, Benthony JM, Botazzi ME, Loukas A, et al. 2004. Current Concepts Hookworm Infection. N engl j med 2004, 351(8). Massachussets.
Cross JH. Enteric Nematodes of Humans. In: Baron S, editor. Medical Microbiology. 4th edition. Galveston (TX): University of Texas Medical Branch at
Galveston; 1996. Chapter 90.Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK8261/
WHO. 2012. Soil-transmitted helminthiases: eliminating soil-transmitted helminthiases as a public health problem in children: progress report 2001-2010
and strategic plan 2011-2020. Switzerland: WHO.
Sacko M, Clercq DD, Behnke JM, Gilbert FS, Dorny P, et al. 1999. Comparison of The Efficacy of Mebendazole, Albendazole, and Pyrantel in treatment of
Human Hookworm Infections in the Southern Region of Mali, West Africa. Transaction of the royal society of tropical medicine and hygiene 93; 195-203.
Belgium: University of Nottingham.