Anda di halaman 1dari 63

INFESTASI CACING

Oleh:
dr. Elizabeth Puji Yanti
PROGRAM DOKTER INTERNSIP
ANGKATAN III TAHUN 2016-2017
PERIODE 15 SEPTEMBER 2016 15 SEPTEMBER 2017
RSUD BAGAS WARAS KABUPATEN KLATEN

STATUS PASIEN
IDENTITAS
PENDERITA
Nama

Tn.S

Umur

66 tahun

Jenis Kelamin

Laki-laki

Agama

Islam

Alamat

Klaten

Pekerjaan

Petani

Status
Tanggal Periksa
No. RM

Menikah
19 September 2016
010936

ANAMNESIS

Keluhan Utama : BAB cair

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang dengan keluhan BAB cair sebanyak 7 kali dalam sehari.
BAB cair sudah dirasakan 1minggu, lendir (-), darah (-). Keluhan disertai
rasa mual, penurunan nafsu makan dan minum, serta perut terasa begah,
Perut terasa sakit melilit (-), demam (-), flatus (+), muntah (-). Sebelumnya
pasien sering mengalami diare seperti ini dan berobat ke mantri, diberikan
obat oleh pak Mantri dan langsung sembuh. Akan tetapi, diare yang
sekarang dialami pasien tidak sembuh dengan obat dari pak Mantri
sehingga pasien memeriksakan diri ke RS IPHI, dirawat inap dan diberikan
obat-obatan tetapi pasien merasa tetap tidak mengalami perbaikan
kemudian pasien berobat ke RSBW.

Riwayat Penyakit
Dahulu

Riwayat Penyakit
Keluarga dan
lingkungan

Riwayat sakit serupa sebelumnya : (+) sering berobat ke


mantri terdekat, diberi obat oleh mantri dan langsung
sembuh.
Riwayat alergi
: (-)
Riwayat asma
: (-)
Riwayat hipertensi
: (-)
Riwayat sakit jantung
: (-)

Riwayat sakit serupa pada anggota keluarga


Riwayat alergi obat / makanan
: (-)
Riwayat asma
: (-)

: (-)

Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien saat ini tinggal dengan istri. Pasien bekerja
sebagai petani di sawah. Pasien berobat menggunakan
fasilitas umum.

Riwayat Gizi dan Kebiasaan


Pasien makan 3 kali sehari, dengan nasi, lauk-pauk
seadanya. Pasien biasa pergi ke sawah tanpa
mengenakan alas kaki.

Pemeriksaan fisik
Status Generalis
Keadaan umum: tampak
sakit sedang, compos
mentis GCS E4V5M6, gizi
kesan cukup

TD

Frekuensi napas: 22
x/menit

Suhu

Berat badan

: 55 kg

: 120/70 mmHg

: 36,8oC

Tinggi badan

Frekuensi nadi :
93x/menit

Antropometri

: 155 cm

:-

Kepala

Mesocephal

Mata

Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cowong(-/-)

Mulut

Sianosis (-), mukosa basah (+)

Telinga
Leher

Normotia
KGB tidak membesar, JVP tidak meningkat

Thorax

C: BJ I-II, intensitas normal, reguler, bising (-)


P: SDV (+/+), ST (-/-)

Abdomen

Tampak cembung, bising usus (+) , timpani, supel, nyeri tekan (-)

Ekstremitas Atas

Akral dingin (-/-), oedem (-/-), CRT < 2

Ekstremitas
Bawah

Akral dingin (-/-), oedem (-/-), CRT < 2

Genital

dalam batas normal

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah Rutin (19 September
2016)
Pemeriksaan

19/09/16

Satuan

Rujukan

Hb

9,4

g/dl

13,0-18,0

Hct

30,2

39 - 54

Lekosit

10,4

ribu/mm3

4,0-11,0

Eritrosit

4,46

juta/mm3

4.4-6,0

Trombosit

366

ribu/mm3

150-450

MCV

67,7

79-99

MCH

21,1

pg

27-31

MCHC

31.1

g/dl

33-37

RDW

15,8

fl

Neutrofil Segmen

82

50-70

Limfosit

10,6

20-40

Monosit

6,9

2-8

Eosinofil

0,1

0-3

Basofil

0,4

0-1

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah Rutin (19 September
2016)
GDS

132

mg/dl

70-140

Ureum

49

mg/dl

10-45

1,33

mg/dl

0,5-1,10

SGOT

15

U/L

8-37

SGPT

20

U/L

8-40

Creatinin

DIAGNOSIS
Gastroenteritis Akut dengan Dehidrasi Ringan

TERAPI

IGD:

Advis
DPJP:

Oksigenasi 3 lpm
IVFD NaCl 30 tpm loading 100cc hingga 500 cc
bila tidak sesak.
Injeksi Ondansentron 1ampul
Injeksi Ranitidin 1 ampul

Injeksi Ceftriaxon 1 gram/ 12jam


Infus Metronidazole 500 mg/ 8 jam
Injeksi Omeprazole 1 vial/24 jam
Injeksi Ondansentron 1 ampul (k/p)

PROGNOSIS

Ad vitam:
bonam

Ad sanam:
bonam

Ad
fungsionam:
bonam

PROGRESS REPORT

19 September 2016

20 September 2016

Hasil pemeriksaan feses rutin (21.27):

S : BAB cair(-)
O: KU/kes: cukup, CM
TD: 130/80mmHg
RR: 20x/menit

MAKROSKOPIS
Warna : coklat
Konsistensi : cair
Darah : (-)
Lendir : (-)
MIKROSKOPIS
Lekosit: 0-2
Eritrosit : 0-1
Amoeba : (-) negatif
Kista : (-) negatif
Bakteri : (+) positif
Telur cacing : hookworm (cacing tambang)

HR: 80x/menit
t: 36,7C

A: - Investasi cacing
- GEA
- Furunkulosis
P: - Diet lambung II
- Infus NaCl 0,9% 20 tpm
- Inj Ceftriaxon 1 gr/12 jam
- Inj OMZ 1 vial/24 jam
- Inj ondansentron 1 A/8 jam (k/p)
- Pirantel pamoat 1x 500mg
- Inf Metronidazole 500mg/8 jam
- Gentamicin zalf 2x sehari

21 September 2016

22 September 2016

S : (-)
O: KU/kes: cukup, CM
TD: 110/70mmHg
RR: 20x/menit

S : (-)
O: KU/kes: cukup, CM
TD: 100/60mmHg
RR: 20x/menit

HR: 80x/menit
t: 36,7C

HR: 80x/menit
t: 36,7C

A: - Investasi cacing
- GEA
- Furunkulosis

A: - Investasi cacing
- GEA
- Furunkulosis

P: - Diet lambung II
- Infus NaCl 0,9% 20 tpm
- Inj Ceftriaxon 1 gr/12 jam
- Inj OMZ 1 vial/24 jam
- Domperidon 3x1
- Metronidazole 3x1
- Gentamicin zalf 2x sehari

P: - BLPL
- Cefixime 2x1
- Metronidazole 3x1
- Lanzoprazole 1x30mg
- Gentamicin zalf 2x sehari

TINJAUAN PUSTAKA

Latar Belakang
Infestasi cacing dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas,
sebab sangat mempengaruhi status gizi, proses kognitif,
menginduksi reaksi jaringan dan menyebabkan obstruksi usus atau
prolaps rektum.
Anak-anak usia sekolah dan pra-sekolah sangat cenderung
untuk terjadinya kecacingan yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan dan berkurangnya kebugaran fisik, serta gangguan
memori dan kognitif yang mengarah pada berkurangnya
kemampuan edukasi.
(Hedley L dan Wani RLS, 2015)

Latar Belakang
Infestasi cacing usus merupakan masalah kesehatan global. Bentuk infeksi Soil
transmitted Helmint (STH) adalah infeksi yang paling sering terjadi dan menginfeksi
2 miliar orang di seluruh dunia(WHO, 2016). Infeksi secara luas terdistribusi pada
daerah tropis dan subtropis terkait dengan kurangnya sanitasi dan kemiskinan,
dengan angka tertinggi pada di Sub Sahara Afrika, Amerika, China dan Asia Timur
(WHO, 2016).

Penyakit kecacingan di Indonesia masih merupakan masalah besar atau masih


merupakan masalah kesehatan masyarakat karena prevalensinya yang masih
sangat tinggi yaitu 45-65 % bahkan di wiilayah tertentu dengan sanitasi buruk
dapat mencapai 80% (Chadijah S et al, 2014).

Latar Belakang
Spesies utama STH yang menyebabkan infeksi adalah
roundworm (Ascaris lumbricoides), whipworm (Trichuris
trichiura)
dan
hookworms
(Necator
americanusdanAncylostoma duodenale) (WHO, 2016).

Infeksi hookworm sering terjadi di daerah di mana kotoran


manusia digunakan sebagai pupuk atau pada lingkungan
dengan kebiasaan BAB di tanah (CDC, 2013).

Gejala umum
Perut
bunci
t
Sakit
perut

Badan
kurus

Rambut
seperti
rambut
jagung

Lemas dan
cepat lelah

Diare
berulang
dan
kembung

Kolik yang
tidak jelas
dan
berulang.

Gatal pada
anus
malam hari

Muka pucat

Helmintologi
Platyhelminthes
(cacing pipih)

Nemathelminthes
(cacing gilik/bulat)

Nematoda Usus

STH

Nematoda Jaringan

Non STH

Trematoda
(cacing daun)

Cestoda
(cacing pita)

PEMBEDA

NEMATODA

CESTODA

TREMATODA

Bentuk

Selinder
Tidak bersegmen

Seperti Pita
Bersegmen

Seperti Daun
Tidak bersegmen

Bagian anterior

Tanpa alat Isap


Tanpa Kait-kait
Mempunyai Mulut

Mempunyai alat isap


Kadang-kadang kait
Tanpa mulut

Mempunyai alat isap


Tanpa kait-kait
Mempunyai mulut

Rongga badan

Ada

Tidak ada

Tidak ada

Saluran cerna

Ada dengan Anus

Tidak ada

Ada tanpa anus

Kelamin

Terpisah Jantan dan


Betina

Hermafrodit

Umumnya hermafrodit

NEMATODA

CESTODA

TREMATODA

-Taenia saginata
-Taenia solium
-Hymenolepis nana
-Hymenolepis diminuta
-Dipylidium caninum
-Diphyllobothrium latum

Ascaris lumbricoides
Trichuris trichiura
Necator americanus
Ancylostoma duodenale
Strongyloides stercoralis
Oxyuris vermicularis
Trichinella spiralis
Wuchereria bancrofti
Brugia malayi
Brugia timori
Loa loa
Onchocerca volvulus
Dipetalonema perstans
Dipetalonema streptocerca
Mansonella ozzardi
Capillaria hepatica
Toxocara cati
Toxocara canis
Gnathostoma spinigerum

Fasciolopsis buski
Echinostoma ilocanum
Echinostoma malayanum
Heterophyes heterohyes
Metagonimus yokogawai
Gastrodiscoides hominis
Fasciola hepatica
Clonorchis sinensis
Opisthorchis felineus
Opisthorchis viverrini
Dicrocoelium denditicum
Paragonimus westermani
Schistostoma japoinicum
Schistostoma mansoni
Schistostoma haematobium
Schistosoma mekongi

Nematoda Usus
Enterobius vermicularis (cacing kremi)
Taxocara canis dan Taxocara cati
Ascaris lumbricoides (cacing gelang)
Cacing tambang (hookworm):
- Necator americanus manusia
- Ancylostoma duodenale manusia
- Ancylostoma braziliense kucing, anjing
- Ancylostoma ceylanicum anjing, kuncing
Trichuris trichiura (cacing cambuk)
Strongyloides stercoralis

HOOKWORM

Etiologi
Dominan disebabkan oleh Necator americanus dan Ancylostoma duodenale.
Namun juga dapat disebabkan oleh Ancylostoma ceylonicum, Ancylostoma
braziliense, dan Ancylostoma caninum.

(Haburchak DR, 2016)

Patofisiologi
Inefektif
3-4
minggu

Menuju pulmo
10 hari

5-10
hari

1-2 hari

(CDC, 2013)

Patofisiologi

Setiap hari dalam usus,


A duodenale betina
dewasa menghasilkan
10,000-30,000 telur
& N americanus
menghasilkan 5.00010,000 telur.

(Haburchak, 2016)

pertumbuhan larva paling cepat


dalam tanah yang berpasir dan
lembab, dengan suhu optimal 2030 C menetas dalam 1 atau 2
hari larva rhabditiform (L1)

Setelah 5-10 hari larva filariform infektif (L3).


Namun, dapat cepat menjadi mati jika terkena
sinar matahari langsung, pengeringan, atau air
garam. L3 panjangnya 500-700 m & mampu
penetrasi cepat ke dalam kulit normal (sering:
tangan/kaki) dan terjadi setelah 5 menit/lebih kontak
kulit dengan tanah yang mengandung larva.

(Haburchak, 2016)

Mengikuti aliran darah


jantung paru
tertelanmengalami 2
molts lanjutan

Menggembangkan
buccal capsule
A.duodenale dewasa
memiliki gigi untuk
berikatan dg mukosa &
N.americanus memiliki
cutting plates

Cacing dewasa
menghasilkan
hialuronidasemerus
ak mukosa usus dan
mengikis pembuluh
darah mengakibatkan
ekstravasasi darah.

(Haburchak, 2016)

menghambat aktivitas
faktor Xa dan VIIA
(antikoagulan) &
menguraikan faktor
(misalnya, faktor
penghambat neutrofil)
yang melindungi dari
pertahanan host.

3-5 minggu matang


secara seksual cacing
betina menghasilkan
telur

N americanus hanya
menginfeksi perkutan,
sedangkan A duodenale
dapat menginfeksi
dengan cara tertelan
ataupun dorman di
jaringan kemudian
ditransmisikan melalui
ASI.

(Haburchak, 2016)

Setiap hari satu


cacing dewasa
mencerna darah
sebanyak:
- Necator 0,03 ml
- Ancylostoma
0,15-0,2 mL.

Umumnya, tingkat
infeksi cacing
tambang
dikategorikan:
- Ringan (<100 cacing)
- Sedang (100-500
cacing)

- Berat

(500-1000 cacing)

(Haburchak, 2016)

(Haburchak, 2016)

(Hotez PJ et al, 2004)

Manifestasi klinis
Perdarahan Intestinal

1.
2.
3.
4.

Anemia defisiensi zat besi


Kekurangan gizi proteinBB, anasarka dan oedem.
Retardasi mental dan gangguan pertumbuhan
Lesu
(Haburchak DR, 2016)

Manifestasi Klinis
Sebagian besar yang terinfeksi asimtomatik
Gejalatergantung pada:
1. Jenispenyakitcacing tambang:
- Classic hookworm disease
- Cutaneous larvamigrans
- Eosinophilicenteritis
2. Tahap penyakit(awal atau akhir)
(Haburchak DR, 2016; Medscape, 2016)

Classic hookworm disease

Early symptoms
Selama 1-2 minggu pertama
setelah menembus kulit: iritasi
lokal tempat infeksi (pruritus,
eritematosa, atau ruam vesikuler,
biasanya pada kaki/ tangan)
disebut Ground itch yang lebih
sering karena Ancylostoma
daripada Necator.

1 minggu setelah terpapar migrasi


larva ke paru batuk dan whezzing.
Biasanya ringan, kec. infeksi berat.
Infeksi berat (jarang) Lffler
syndrome (serangan batuk paroksismal,
dispneu, pleuritis, sedikit/tanpa demam,,
eosinophilic pulmonary infiltrates)

(Haburchak, 2016; Medscape, 2016)

Early symptoms
Migrasi ke GI GI discomfort sekunder
hingga iritasi.
Cacing dewasa di jejunum diare, sakit
perut yang tidak jelas, kolik, perut
kembung, mual, atau anoreksia.
Gejala umumnya pada pajanan awal &
biasanya puncak antara 30-45 hari
setelah infeksi.

Orang yang telah terinfeksi sejumlah


besar A duodenale melalui oral dapat
terjadi sindrom Wakana. Sindrom ini
menyerupai reaksi hipersensitif tipe
cepat, ditandai:
1. Faring gatal;
2. Suara serak;
3. Mual dan muntah;
4. Batuk dan dyspnea;
5. Eosinofilia.

(Medscape, 2016)

Infeksi sedang-berat

kehilangan darah yang signifikan

Cadangan bezi habis

Anemia
(Medscape, 2016)

Anemia defisiensi besi berat

kelelahan, sakit kepala, palpitasi, dyspnea saat aktivitas, sinkop, atau


edema, pica, dan pada kasus yang jarang dapat menimbulkan gejala
iskemik seperti angina atau klaudikasio.

Defisit dalam pertumbuhan fisik dan intelektual

(Medscape, 2016)

Cutaneous larva
migrans
Infeksi cacing tambang
zoonosis, terutama A
braziliense.
Khas: saluran creeping
eruption

Eosinophilic
enteritis
Khas: abdominal pain
dengan episode
berulang pada 97%
penderita.
Terkait dengan
eosinofilia perifer dan
leukositosis.
Kasus ekstrim
menyerupai apendisitis
atau perforasi usus.
(Medscape, 2016a)

Pemeriksaan Fisik
Awal infeksi
Ruam
papulovesikuler,
eritematous dan
gatal pada tempat
infeksi awal pada
telapak tangan/kaki &
1-2 minggu & dapat
terjadi infeksi bakteri
sekunder.

Menembus sirkulasi
menuju ke Paru
Batuk
Demam
Bronkokonstriksi
reaktif
Wheezing

Keterlibatan GIT
Px. Abdomen: nyeri
tekan epigastrik.
Feses tampak
berdarah atau
melanotik.

(Medscape, 2016a)

Pemeriksaan Fisik
Infeksi lebih lanjut
Tanda anemia def. besi kadang
tidak nampak.
Dapat tampak pucat, klorosis,
hipotermi, koilonikia, takikardi
dan tanda gagal jantung.

Hipoproteinemia
Tekstur kulit yang buruk
Oedema
Rentan terhadap infeksi kulit
Pertumbuhan terhambat (anak dg
infeksi berat)

(Medscape, 2016a)

Diagnosis
1. Pemeriksaan feses ditemukannya telur cacing tambang dalam sampel tinja
menggunakan mikroskop.

(CDC, 2013)

Penatalaksanaan
Non medikamentosa
Medikamentosa
1. Antihelmintik Drugs of choice : Albendazol, Mebendazole atau pirantel
pamoat.

2. Suplemen zat besi

(CDC, 2013; Medscape, 2016b)

Albendazole
Sediaan di Indonesia: tablet 400mg

Mekanisme: menyebabkan degenerasi mikrotubulus pada sitoplasma sel usus dan sel tegmental cacing usus

Farmakokinetik
Absorpsi: <5%; dapat meningkat hingga 4-5 kali dengan makanan berlemak
Distribusi: Baik di dalam kista hidatidosa & cairan serebrospinal
Ikatan dengan Protein: 70%
Metabolisme: Hepar; efek lintas pertama yang luas; pathways meliputi sulfoxidation cepat (utama), hidrolisis,
& oksidasi
Waktu paruh (t1/2): 8-12 jam
Waktu puncak dalam plasma (Cmax): 2-5 jam
Ekskresi: urin (<1% sebagai metabolit aktif); feses

(Medscape, 2016c)

Albendazole
Efek Samping:
> 10% Sakit kepala & Abnormal LFT
1-10% Sakit perut, mual / muntah,
pusing / vertigo,peningkatan TIK,
tanda-tanda meningeal, alopecia
(reversibel), demam
<1% (Selected) ruam, urtikaria,
agranulositosis, anemia aplastik,
penekanan sumsum tulang,
granulositopenia, pansitopenia,
trombositopenia, hepatitis, gagal hati
akut, gagal ginjal akut.

Interaksi obat:
Signifikan:
Fosphenytoin/phenytoin kadar
albendazole dengan metabolisme.
Grapefruit kadar atau efek
albendazole dengan mempengaruhi
metabolisme enzim CYP3A4 di usus
dan hepar.

kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap albendazole
atau Benzimidazole

Perhatian
Minor:
Monitor kadar teofilin jika digunakan
Dexamethasone dan Praziquantel bersamaan

kadar albendazole dengan


mekanisme interaksi yang tidak
spesifik.

(Medscape, 2016c)

Mebendazole
Sediaan di Indonesia: tablet 100mg, suspensi 100mg/5 ml
Mekanisme: Blok pengambilan glukosa; menghambat pembentukan mikrotubulus cacing pada cacing dewasa yang
tinggal di usus yang mudah diserang, menyebabkan kerusakan struktur subseluler dan menghambat sekresi
asetilkolinesterase cacing.
Farmakokinetik
Absorpsi: 2-10%, meningkat bila diberikan bersama makanan berlemak
Distribusi: ke serum, cairan kista, liver, lemak omentum dan panggul, paru, kista hepatic; konsentrasi tertinggi
ditemukan dalam hati; konsentrasi yang relatif tinggi ditemukan pada muscle-encysted larva Trichinella spiralis ;
melintasi plasenta
Ikatan dengan Protein: 90-95%
Metabolisme: Sebagian besar di hepar
Waktu paruh (t1/2): 3-6 jam
Waktu puncak dalam plasma (Cmax): 2-4 jam
Ekskresi: feses (terutama), urin (~2 %)

(Medscape, 2016d; Syarif A


dan Elysabeth, 2008 )

Mebendazole
Efek Samping:
- Tidak menyebabkan efek toksik
sistemik mungkin karena absorbsinya
buruk
- Kadang: mual, muntah, diare, sakit
perut ringan biasanya pada
ascariasis berat yang disertai erratic
migration.
- Jarang: sakit kepala ringan, pusing,
reaksi hipersensitifitas

Interaksi obat:
Serius:
Ethotoin, phosphenytoin, phenytoin
dapat menurunkan kadar mebendazole
dengan meningkatkan metabolisme.
Signifikan:
Cimetidine meningkatkan kadar
mebendazole dengan menurunkan
metabolisme.
Minor:
Karbamazepine menurunkan kadar
mebendazole dengan menurunkan
metabolisme.

Indikasi:
Obat terpilih untuk enterobiasis,
trichuriasis, infestasi a.duodenale.
Alternatif untuk infestasi n.americanus
dan ascariasis setelah pirantel pamoat.
Kontraindikasi:
Alergi mebendazole
Tidak dianjurkan pada ibu hamil
trimester pertama
Hati-hati pada pasien dengan sirosis
hepatik

(Medscape, 2016d; Syarif A dan Elysabeth, 2008 )

Pirantel Pamoat

(Medscape, 2016e; Syarif A dan Elysabeth, 2008 )

Pirantel

(Medscape, 2016e; Syarif A dan Elysabeth, 2008 )

Dosis Pemberian Obat


Penyakit

Albendazole

Mebendazole

Pirantel pamoat

Hookworm
(Ancylostoma
duodenale, Necator
americanus)

400 mg PO once

100 mg PO q12hr for


3 days; dapat diulang
setelah 3 mgg

11 mg/kg PO qday for


3 days; tidak >1
g/dosis

Whipworm
(Trichuris trichiura)

400 mg PO qDay x 3
days

100 mg PO q12hr for


3 days, dapat diulang
setelah 3 mgg

500 mg PO SD

(Medscape, 2016c,d,e)

Dosis Pemberian Obat


Penyakit

Albendazole

Mebendazole

Pirantel pamoat

Pinworm
(Enterobius
vermicularis)

400 mg PO once,
repeat in 2 weeks

100 mg PO SD
Dapat diulang 3
minggu lagi

11 mg (base)/kg PO
q2week x 2 dosis;
tidak >1 g/dosis

Roundworm
(Ascaris
lumbricoides)

400 mg PO once

100 mg PO q12hr for


3 days, dapat diulang
setelah 3 mgg

11 mg (base)/kg PO
qDay x 3 days; tidak
> 1 g/dose

500 mg PO SD

(Medscape, 2016c,d,e)

Dosis Pemberian Obat


Penyakit

Albendazole

Mebendazole

Pirantel
pamoat

Neurocysticercosis
(Taenia Solium
Tapeworm)

>60 kg: 400 mg PO BID x 830 days

>60 kg: 400 mg PO BID x 28 days, THEN 14 drug-free days


x 3 cycles

<60 kg: 15 mg/kg/day


terbagi 2x sehari selama 830 days; tidak > 800 mg/day
Hydatid
(Echinococcus
Tapeworm)

<60 kg: 15 mg/kg/day


terbagi 2x sehari, tidak > 800
mg/day x 28 days, THEN 14
drug-free days x 3 cycles
(Medscape, 2016c,d,e)

Dosis Pemberian Obat


Penyakit

Albendazole

Mebendazole

Pirantel pamoat

Capillariasis

400 mg PO qDay x10


days

Trichostrongylus

400 mg PO once

Larva Migrans,
Cutaneous

400 mg PO qDay x 3
days

Larva Migrans,
Visceral

400 mg PO BID x 5 days

(Toxocariasis)
100-200 mg PO q12hr
for 5 days

Fluke (Clonorchis
Sinensis)

10 mg/kg PO qDay x7
days

(Medscape, 2016c,d,e)

Dosis Pemberian Obat


Penyakit

Albendazole

Mebendazole

Pirantel pamoat

Gnathostomiasis,
Microsporidiosis

400 mg BID x 21 days

Giardia Duodenalis
(Giardiasis)

200 mg PO q8hr for 5


days

Mansonella
Perstans (Filariasis)

100 mg PO q12hr

Moniliformis

11 mg/kg PO once;
may repeat after
14 days

(Medscape, 2016c,d,e)

Berdasarkan penelitian yang membandingkan efikasi dari mebendazole, albendazole dan


pirantel pamoat pada infeksi hookworm di Afrika barat menunjukkan bahwa Albendazole jelas
paling efektif (92,1-99,7%) dibandingkan mebendazole (60,9-89,8%) dan pirantel pamoat
(4,8-89,7%) (Sacko M et al, 1999).

Komplikasi
Pajanan berat:
1. Perdarahan GIT akut
2. Severe acute anemia
3. CHF

Anak dengan infeksi


kronis tampil buruk di
sekolah, produktifitas &
terhambatnya
pertumbuhan.

(Medscape, 2016a)

Pencegahan
1. Menggunakan alas kaki
2. Menghindari kontak kulit dengan tanah yang mungkin terkontaminasi atau
menelannya.
3. Tidak BAB sembarangan

(CDC, 2013)

Strategi global
Strategi yang direkomendasikan oleh WHO untuk mengontrol morbiditas STH (intensitas infeksi sedang
berat)meliputi pemberian obat-obatan antihelmintik (terutama albendazole dosis tunggal (400
mg) dan mebendazole (500 mg)) secara periodik untuk populasi yang berisiko yakni:
Anak prasekolah (usia 1-4 tahun);
Anak usia sekolah (usia 5-14 tahun);
Wanita usia reproduksi (termasuk wanita hamil di kedua dan trimester ketiga dan ibu menyusui);
Kelompok dewasa khususnya yang berisiko terinfeksi STH (misalnya, pemetik teh dan
penambang).
Direkomendasikan jadwal pemberian setahun sekali atau dua kali yang ditentukan oleh prevalensi
terjadinya infeksi STH.
(WHO, 2012)

(WHO, 2012)

Daftar Pustaka
Hedley L dan Wani RLS. 2015. Helminth infections: diagnosis and treatment. London: The Pharmaceutical Journal.
WHO. 2016. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs366/en/ -Diakses tanggal 21 November 2016.
Chadijah S, Sumolang PPF, Veridiana NN. 2014. Hubungan Pengetahuan, Perilaku dan Sanitasi lingkungan dengan Angka Kecacingan Pada Anak Sekolah
Dasar di Kota Palu. Media Litbangkes 24 (1). Dongala: Depkes.
Haburchak DR. 2016. Hookworm disease. http://emedicine.medscape.com/article/218805-overview#a3 Diakses tanggal 24 November 2016.
CDC. 2013. Parasites-hookworm. https://www.cdc.gov/parasites/hookworm/ - Diakses tanggal 24 November 2016.
Medscape. 2016a. Hookworm Disease Clinical Presentation. http://emedicine.medscape.com/article/218805-clinical -Diakses tanggal 25 November 2016.
Medscape. 2016b. Hookworm Disease Treatment & Management. http://emedicine.medscape.com/article/218805-treatment -Diakses tanggal 25 November
2016.
Medscape. 2016c. Albendazole (Rx). http://reference.medscape.com/drug/albenza-albendazole-342648#0 -Diakses tanggal 12 Desember 2016.
Medscape. 2016d. Mebendazole (Rx). http://reference.medscape.com/drug/emverm-vermox-mebendazole-342658#1 0 -Diakses tanggal 16 Desember
2016.
Medscape. 2016e. Pyrantel Pamoat (Rx). http://reference.medscape.com/drug/pin-rid-pin-x-pyrantel-pamoate-342667#10 -Diakses tanggal 17 Desember
2016.
Hotez PJ, Brooker S, Benthony JM, Botazzi ME, Loukas A, et al. 2004. Current Concepts Hookworm Infection. N engl j med 2004, 351(8). Massachussets.
Cross JH. Enteric Nematodes of Humans. In: Baron S, editor. Medical Microbiology. 4th edition. Galveston (TX): University of Texas Medical Branch at
Galveston; 1996. Chapter 90.Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK8261/
WHO. 2012. Soil-transmitted helminthiases: eliminating soil-transmitted helminthiases as a public health problem in children: progress report 2001-2010
and strategic plan 2011-2020. Switzerland: WHO.
Sacko M, Clercq DD, Behnke JM, Gilbert FS, Dorny P, et al. 1999. Comparison of The Efficacy of Mebendazole, Albendazole, and Pyrantel in treatment of
Human Hookworm Infections in the Southern Region of Mali, West Africa. Transaction of the royal society of tropical medicine and hygiene 93; 195-203.
Belgium: University of Nottingham.

< TERIMA KASIH >

Anda mungkin juga menyukai