Oleh:
Ayu Ardilla Andromeda, S.Ked
J51014024
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
Tugas Kasus Stase Paru
Seorang Laki Laki 83 Tahun deengan Diagnosis TB Paru BTA (+)
Lesi Minimal Kasus Baru
J510145024
Pembimbing:
dr. Niwan Tristanto, Sp.P
(...........................)
(...........................)
BAB I
LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. M
Jenis kelamin
: Laki - Laki
Umur
: 83 tahun
2
II.
Agama
: Islam
Status
: Menikah
Pendidikan
: SD
Alamat
: Sragen
Pekerjaan
: Tidak Bekerja
No. RM
: 090663
Tanggal Periksa
: 24 Juni 2015
: Batuk berdahak
b. Keluhan Tambahan
keringat dingin pada malam hari serta adanya penurunan nafsu makan.
Pasien merasa adanya penurunan berat badan yang ditandai dengan
longgarnya baju yang sering dipakai sehari hari. Riwayat batuk darah
(-) dan riwayat nyeri dada (-). Pasien sudah berobat ke puskesmas yang
ada di daerahnya, namun tidak memberikan perbaikan.
Penyakit serupa
: Disangkal
3
Riwayat atopi
: Disangkal
Riwayat OAT
: Disangkal
Riwayat hipertensi
: Disangkal
Riwayat DM
: Disangkal
Riwayat asma
: Disangkal
Penyakit serupa
: Disangkal
: Disangkal
Riwayat atopi
: Disangkal
Riwayat asma
: Diakui
Riwayat hipertensi
: Disangkal
Riwayat DM
: Disangkal
Riwayat TB
: Disangkal
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
Keadaan umum
: Cukup
Kesadaran
: Compos mentis
Status gizi
: Kurang
Tanda vital
: TD
: 132/80 mmHg
4
Kepala
: 91 x/menit
: 34
BB
: 36 kg
: Normocephal
Mata
: CA (-/-) , SI (-/-)
Leher
Thorax
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
: Nyeri tekan (-) hepar tidak teraba, lien tidak teraba, turgor
kulit baik
Perkusi
Ekstremitas
Superior
Inferior
A. Radiologi
Foto Thorax PA
Gambaran thorak 28/5/2015 cor : dbn, pulmo : infiltrat di apek paru kanan
A.Sewaktu
B. Pagi
C. Sewaktu
Negatif
+++
++
C. Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Nilai Rujukan
6
Hb
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
LED
SGOT
SGPT
GDS
V.
13.9
8500
276
5.18
53/97
31
32
101
RESUME
Pasien Tn.S, laki laki usia 83 tahun dengan keluhan batuk
berdahak sejak satu bulan yang lalu, terus menerus disertai dengan
dahak berwana putih kental, mengangu aktifitas, dan kadang disertai
dengan sesak nafas. Pasien juga mengeluh badan meriang, serta demam
yang hilang timbul, keringat dingin pada malam hari serta adanya
penurunan nafsu makan. Pasien merasa adanya penurunan berat badan.
Riwayat batuk darah (-) dan riwayat nyeri dada (-).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak compos
mentis, pada inspeksi tidak didapatkan retraksi intercosta, palpasi
fremitus kanan da kiri sama, perkusi sonor pada kedua lapang paru, dan
didapatkan rhonki pada kedua basal paru.
VI. POMR
Asassment
TB Paru BTA (+)
P.Diagnosis
1. BTA sputum
P.Terapi
1.Rifampisin
P.monitoring
1.Monitoring KU
lesi minimal
2. Kultur BTA
1x 300 mg
2.Moonitoring
kasus baru
3. Foto Thorax
2. Isoniazid
klinis
1x 300 mg
3.Monitoring gizi
3. Pirazinamid
4. Monitoring
1,5 x 500 mg
tanda - tanda
4. Etambutol
sekunder infeksi
1,5 x 500 mg
7
5. Ranitidin
2x 15 mg
VII.
DIAGNOSIS
TB Paru BTA (+) Lesi minimal Kasus Baru
VIII.
DIAGNOSIS BANDING
Bronkitis kronik
Asma
Keganasan Paru
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad sanam
: dubia ad bonam
Quo ad fungsionam
: dubia ad bonam
BAB II
PEMBAHASAN
I.
Definisi TB Paru
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
II.
Epidemiologi TB Paru
WHO menyatakan bahwa dari sekitar 1,9 milyar manusia, sepertiga
penduduk dunia ini telah terinfeksi oleh kuman tuberkulosis. Pada tahun 1993
8
Penyebab TB Paru
Kuman Mycobacterium Tuberculosis, berbentuk batang dengan
ukuran 2-4 x 0,2-0,5m, uniform, tidak berspora, dan tidak bersimpai.
Dinding sel mengandung lipid, sehingga perlu pewarnaan khusus untuk
penetrasi zat warna. Yang lazim digunakan adalah pengecatan Ziehl-Nielsen.
Kandungan lipid pada dinding sel menyebabkan kuman TB sangat tahan
terhadap asam basa dan tahan terhadap kerja bakterisidal antibiotika.
M.Tuberculosis mengandung beberapa antigen dan determinan antigenik yang
dimiliki mikobakterium lain sehingga dapat menimbulkan reaksi silang.
Sebagian besar antigen kuman terdapat pada dinding sel yang dapat
menimbulkan reaksi hipersensitivitas tipe lambat Kuman TB tumbuh secara
obligat aerob. Energi diperoleh dari oksidasi senyawa pertumbuhan karbon
yang sederhana. CO2 dapat merangsang. Dapat tumbuh dengan suhu 3040C dan suhu optimum 37-380 C. Kuman akan mati pada suhu 600 C
IV.
Perjalanan Penyakit TB
Cara penularan
1. Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.
2. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan
sekitar 3000 percikan dahak.
3. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada
dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan,
sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat
bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.
4. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang
positif.
Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB
adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS dan
malnutrisi (giziburuk).
HIV merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi yang terinfeksi TB
menjadi sakit TB. Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya
tahan tubuh seluler (cellular immunity), sehingga jika terjadi infeksi
penyerta (oportunistic), seperti tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan
menjadi sakit parah bahkan bisa mengakibatkan kematian. Bila jumlah
orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah pasien TB akan meningkat,
akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh yang tinggi, 25% menjadi
kasus kronis yang tetap menular.
V. Patogenesis TB Paru
Paru merupakan port dentre lebih dari 98% kasus infeksi TB. Karena
ukurannya yang sangat kecil, kuman TB dalam percik renik (droplet nuclei)
yang terhirup, dapat mencapai alveolus. Masuknya kuman TB ini akan segera
diatasi oleh mekanisme imunologis non spesifik. Makrofag alveolus akan
menfagosit kuman TB dan biasanya sanggup menghancurkan sebagian besar
kuman TB. Akan tetapi, pada sebagian kecil kasus, makrofag tidak mampu
menghancurkan kuman TB dan kuman akan bereplikasi dalam makrofag.
Kuman TB dalam makrofag yang terus berkembang biak, akhirnya akan
membentuk koloni di tempat tersebut. Lokasi pertama koloni kuman TB di
jaringan paru disebut Fokus Primer GOHN. Dari focus primer, kuman TB
menyebar melalui saluran limfe menuju kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar
limfe yang mempunyai saluran limfe ke lokasi focus primer. Penyebaran ini
menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran limfe (limfangitis) dan di
kelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena. Jika focus primer terletak di lobus
paru bawah atau tengah, kelenjar limfe yang akan terlibat adalah kelenjar
limfe parahilus, sedangkan jika focus primer terletak di apeks paru, yang akan
terlibat adalah kelenjar paratrakeal. Kompleks primer merupakan gabungan
antara focus primer, kelenjar limfe regional yang membesar (limfadenitis) dan
saluran limfe yang meradang (limfangitis).
Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TB hingga terbentuknya
kompleks primer secara lengkap disebut sebagai masa inkubasi TB
berlangsung dalam waktu 4-8 minggu dengan rentang waktu antara 2-12
minggu. Dalam masa inkubasi tersebut, kuman tumbuh hingga mencapai
jumlah 103-104, yaitu jumlah yang cukup untuk merangsang respons
imunitas seluler. Pada saat terbentuknya kompleks primer inilah, infeksi TB
primer dinyatakan telah terjadi. Hal tersebut ditandai oleh terbentuknya
11
komplit
pada
bronkus
sehingga
menyebabkan
gabungan
Gejala Klinis
Gejala klinis TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala
lokal (respiratorik) dan gejala sistemik.
Gejala Respiratorik
Batuk 3 minggu
Gejala Sistemik
Demam
12
Batuk darah
Malaise
Sesak Napas
Keringat malam
Nyeri dada
Anoreksia
Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, mulai tidak ada gejala sampai
gejala cukup brat tergantung luas lesi. Bila bronkus belum terlibat dalam
proses penyakit, maka pasien mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang
pertama terjadi karena iritasi bronkus dan selanjutnya diperlukan untuk
membuang dahak keluar.
VII.
Diagnosis TB Paru
Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal
yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah:
* Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.
* Pemeriksaan fisik.
* Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).
* Pemeriksaan patologi anatomi (PA).
* Rontgen dada (thorax photo).
* Uji tuberkulin
Diagnosis TB Paru
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3
minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak
bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan
menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa
kegiatan fisik,demam meriang lebih dari satu bulan.
Mengingat prevalensi TB paru di Indonesia saat ini masih tinggi,
maka setiap orang yang datang ke UPK dengan gejala tersebut diatas,
dianggap tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan
dahak secara mikroskopis langsung.
13
Gambaran
14
15
Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus
ini pemeriksaan foto toraks dada diperlukan untuk mendukung
diagnosis TB paru BTA positif.
Rifampisin (R)
Isoniazid (H)
Pirazinamid (Z)
Etambutol (E)
Streptomycin
(S)
Sifat
Dosis (mg/kbb)
Dosis (mg/kgbb)
harian
3x seminggu
Bakterisid
10
10
Bakterisid
(8-12)
5
(8-12)
10
Bakterisid
(4-6)
25
(8-12)
35
Bakteriostatik
(20-30)
15
(30-40)
30
(20-35)
Bakterisid
(15 20)
15
(12-18)
18
Penatalaksanaan
pasien
dengan
efek
samping
gatal
dan
19
paduan
obat
2RHZES/RHZE/5RHE
atau
20
X.
Tahap Lanjutan 3 x
selama 56 hari
RHZE (150/75/400/275)
RH (150/150)
30 37 kg
2 tablet KDT
2 tablet KDT
38 54 kg
3 tablet KDT
3 tablet KDT
55 70 kg
4 tablet KDT
4 tablet KDT
71 kg
5 tablet KDT
5 tablet KDT
Evaluasi Pengobatan
Evaluasi pada pasien TB Paru harus dilakukan secara rutin dan
berkala. Evaliasi dilakukan setiap 2 minggu pada bulan pertama dan
dilanjutkan setiap satu bulan. Evaluasi meliputi evaluasi klinis,
bakteriologi, radiologi, efek samping serta evaluasi keteraturan berobat.
EvahdjEvaluasi klinis
Evaluasi Bakteriologi
Evaluasi Radiolgi
Evaluasi terhadap
Mendeteksi ada
Menilai
respon pengobatan,
tidaknya konversi
perburukan
efek samping,
dahak evaluasi
komplikasi, BB,
0-2-5-6/akhir
pemeriksaan fisik.
akhir pengobatan
pengobatan
perbaikan/
Definisi
- Pasien dengan hasil BTA atau kultur (+)
sebelum
21
Pengobatan
kelima atau lebih dalam pengobatan
Meninggal - Pasien yang meninggal apapun penyebabnya selama
Lalai
dalam pengobatan
- Pasien dengan pengobatan terputus dalam waktu dua
Berobat
Pindah
ditambah
dengan
pengobatan lengkap
berhasil
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, T.Y. (2000). Sepuluh masalah tuberculosis dan penanggulangannya
dalam Jurnal Respiratory Indonesia.
American Thoracic Society. (2002). Quality of Life resource. Dibuka pada website
22
23