Anda di halaman 1dari 37

CASE REPORT

Myoma Uteri dengan Anemia dan Hipertensi Stage II


Pembimbing : dr. Sutiyono, Sp.OG

Disusun oleh :
Ayu Ardilla Andromeda

J500100043

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU PENYAKIT KANDUNGAN DAN KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
2014

CASE REPORT
Myoma Uteri dengan Anemia dan Hipertensi Stage II

Yang Diajukan Oleh :


Ayu Ardilla Andromeda

J500100043

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Pembimbing Stase Ilmu Penyakit Kandungan
dan Kebidanan Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Pembimbing:
dr. Sutiyono, Sp.OG

(..................................)

Dipresentasikandihadapan:
dr. Sutiyono, Sp.OG

(..................................)

Disahkan Ketua Program Profesi :


dr. Dhona Dewi Nirlawati

(..................................)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mioma uteri adalah tumor jinak pada uterus yang yang terdiri dari selsel jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen. Mioma belum
pernah

ditemukan

sebelum

terjadinya

menarche,

sedangkan

setelah

menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih tumbuh. Mioma uteri
sering ditemukan pada wanita usia reproduksi (20-25%), dimana prevalensi
mioma uteri meningkat lebih dari 70 % dengan pemeriksaan patologi anatomi
uterus. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20%-30% dari seluruh
wanita. Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39-11,7% pada semua penderita
ginekologi yang dirawat. Jarang sekali mioma ditemukan pada wanita
berumur 20 tahun, paling banyak pada umur 35-45 tahun . Mioma uteri ini
lebih sering didapati pada wanita nulipara atau yang kurang subur. Faktor
keturunan juga memegang peran.
Mioma uteri ini menimbulkan masalah besar dalam kesehatan dan
terapi yang efektif belum didapatkan, karena sedikit sekali informasi
mengenai etiologi mioma uteri itu sendiri. Walaupun jarang menyebabkan
mortalitas, namun morbiditas yang ditimbulkan oleh mioma uteri ini cukup
tinggi karena mioma uteri dapat menyebabkan nyeri perut dan perdarahan
abnormal, serta diperkirakan dapat menyebabkan gangguan kesuburan.
Mioma uteri adalah tumor benign untuk traktus genitalia wanita dan tumor
otot polos yang sering terjadi. Tumor ini bisa berubah menjadi besar dengan
gejala yang minimal. Tetapi apabila tumor ini menimbulkan gejala, ia bisa
menyebabkan perdarahan uterin yang massif, distensi abdominal dan nyeri
pelvis.
Perdarahan uterus yang abnormal merupakan gejala klinis yang paling
sering terjadi dan paling penting. Gejala ini terjadi pada 30% pasien dengan

mioma uteri. Wanita dengan mioma uteri mungkin akan mengalami siklus
perdarahan haid yang teratur dan tidak teratur. Menorrhagia dan atau
metorrhagia sering terjadi pada penderita mioma uteri. Perdarahan abnormal
ini dapat menyebabkan anemia defesiensi besi.
Rasulullah bersabda, Tidaklah seorang muslim yang tertimpa
gangguan berupa penyakit atau semacamnya, kecuali Allah akan
menggugurkan bersama dengannya dosa-dosanya, sebagaimana pohon yang
menggugurkan dedaunannya. (HR. Bukhari dan Muslim).

BAB II
STATUS PENDERITA
I.

II.

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny. S

No. RM

: 23. 61. xx

Jenis Kelamin

: Perempuan

Masuk Tgl

: 27 Agustus 2014

Umur

: 37 tahun

Pekerjaan

: Pedagang

Status Perkawinan

: Menikah

Agama

: Islam

Alamat

: Kadipiri 1/1 Bejen, Karanganyar

Dokter

: dr. Sutiyono, Sp.OG

ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di Bangsal Teratai RSUD
Karanganyar pada tanggal 29 Agustus 2014.
Keluhan utama : perdarahan lewat jalan lahir.
Riwayat Penyakit Sekarang :
- Pasien mengeluh keluarnya darah lewat jalan lahir sejak 5 hari yang lalu.
Darah berwarna merah gelap dan bercampur gumpalan darah. Dalam waktu
sehari pasien dapat ganti pembalut besar sebanyak 6 kali dengan jumah
perdarahan kurang lebih 50cc . Pasien dengan menstruasi tidak teratur
dengan jumlah darah yang banyak dan waktu yang panjang sejak 5 bulan
terakir. Keluhan juga disertai adanya benjolan sebesar telor bebek pada
perut bagian bawah dan semakin membesar disertai nyeri seperti tertusuk
tusuk, badan lemas, pusing cekot cekot pada bagian belakang, mata
kunang kunang, mual (-), muntah (-), BAB dan BAK dalam batas normal.

Riwayat penyakit dahulu


Riwayat Penyakit serupa
Riwayat Diabetes mellitus
Riwayat Hipertensi
Riwayat Penyakit jantung

: disangkal
: disangkal
: diakui
: disangkal

Riwayat penyakit keluarga


Riwayat Hipertensi pada keluarga
Riwayat Penyakit serupa
Riwayat DM pada keluarga

: diakui
: diakui
: disangkal

Riwayat Perkawinan
Jumlah perkawinan
Masih menikah
Dengan suami sekarang
Riwayat menikah :
1. Umur 20 tahun sampai sekarang
Riwayat Obstetri
P1A2

: 1. Abortus

2. Perempuan, 12th , 3000gr, spontan


3. Abortus
Riwayat Menstruasi
HPMT

: 15 Agustus 2014

Menarche

: 15 Tahun

Siklus haid

: tidak teratur, 15-30 hari

Lama haid

: 5-7 hari

Penyakit dan operasi yang pernah dialami :


Tidak pernah
Riwayat keluarga berencana sebelum kehamilan ini :
Pasien mengikuti program keluarga berencana dengan cara suntik selama 2
tahun dan sudah berhenti selaman 3 bulan.

III.

: 1 kali
: Ya
: 17 tahun

PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Presens :

1.

Status present

: Tinggi Badan: 160 cm, Berat badan :

63 kg
2.
3.
4.
5.

Keadaan umum
: Cukup
Kesadaran
: Compos Mentis (E4V5M6)
Status gizi
: Cukup
Vital sign :
Tekanan Darah
: 190/100 mmHg
Nadi
: 80 x/mnt
Respirasi
: 24 x/mnt
Suhu (per axillar)
: 36,5C
B. Status Generalis
1. Kepala
: normochepal, simetris
2. Kulit
: sianosis (-), ikterik (-), turgor kulit normal
3. Mata
: konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
4. Hidung
: nafas cuping hidung (-/-), deformitas (-/-), sekret (-)
5. Telinga
: Deformitas (-/-), serumen (-/-).
6. Mulut
: stomatitis(-)
7. Leher
: pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
8. Dada
Jantung :
- Inspeksi
: Ictus cordis tak terlihat, massa (-)
- Palpasi
: Teraba di SIC V LMS , tidak kuat angkat.
- Perkusi
: Redup.
- Auskultasi
: BJ 1-2 murni reguler, Bising (-), gallop (-)
Paru :
-

Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: Simetris, retraksi (-)


: ketinggalan gerak (-), fremitus kanan kiri sama
: Sonor
: Vesikuler, wheezing (-), ronki basah (-), ronki
kering (-)

Abdomen :
- Inspeksi
- Auskultasi
- Perkusi
- Palpasi

:
:
:
:

distensi (-),darm contour (-), darmsteifung (-)


peristaltic dbn
timpani (-)
teraba massa sebesar telor bebek diatas
simphisis pubis dengan
konsistensi solid, permukaan rata
batas atas : 3 jari dibawah pusat
batas bawah : 2 jari diatas simphisis pubis
batas kanan : 2 jari medial linea mediana

batas kiri : 3 jari medial line mediana


Ekstremitas :
IV.

Superior : akral dingin(-), edema (-/-).


Inferior : akral dingin(-),edema (-/-)

PEMERIKSAAN OBSTETRI
A. Pemeriksaan luar
1. Inspeksi
Tidak tampak adanya massa
2.

Palpasi
Teraba massa sebesar telor bebek diatas simphisis pubis dengan
konsistensi solid dan permukaan rata dan batas :
batas atas : 3 jari dibawah pusat
batas bawah : 2 jari diatas simphisis pubis
batas kanan : 2 jari medial linea mediana
batas kiri : 3 jari medial linea mediana

3. Auskultasi
Peristaltik (+), Bising (-)
B. Pemeriksaan dalam
- Vagina Toucher : Portio mencucu, (-), portio bergerak mengikuti
palpasi abdomen, nyeri goyang portio (-), stld (-).
V.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM ( 27 Agustus 2014)


No

Pemeriksaan

Hasil

Nilai Rujukan Normal

.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Leukosit
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit
Eritrosit
MCV
MCH
MCHC

8,3 x 103
5,7
24,4
406.000
4.550.000
51,5
12,1
23,4

5000-11.000
12-68 gr%
37-47 vol %
150.000-300.000
4.000.000-5.000.000
82-92 mikron3
27-31 pikogram
32-37%

VI.

9.
Limfosit
10 Monosit
11. Ureum
12. Creatinin
DAFTAR MASALAH
1. ANAMNESIS:

25,3
3,4
18
1,17

25-40%
2-6%
10-50 mg/dl
0,5-0,9 mg/dl

Pasien mengeluh keluarnya darah lewat jalan lahir sejak 5 hari


yang lalu. Darah berwarna merah gelap dan bercampur gumpalan darah.
Dalam waktu sehari pasien dapat ganti pembalut besar sebanyak 6 kali
dengan jumah perdarahan kurang lebih 50cc . Pasien dengan menstruasi
tidak teratur dengan jumlah darah yang banyak dan waktu yang panjang
sejak 5 bulan terakir. Keluhan juga disertai adanya benjolan sebesar telor
bebek pada perut bagian bawah dan semakin membesar disertai nyeri
seperti tertusuk tusuk, badan lemas, pusing cekot cekot pada bagian
belakang, mata kunang kunang, mual (-), muntah (-), BAB dan BAK dbn.
2. PEMERIKSAAN FISIK
- Teraba massa sebesar telor bebek diatas simphisis pubis dengan
konsistensi solid, permukaan rata dengan batas :
batas atas : 3 jari dibawah pusat
batas bawah : 2 jari diatas simphisis pubis
batas kanan : 2 jari medial linea mediana
batas kiri : 3 jari medial linea mediana
- PEMERIKSAAN OBSTETRI
a. PEMERIKSAAN LUAR
Teraba massa sebesar telor bebek diatas simphisis pubis dengan
konsistensi solid, permukaan rata dengan batas :
batas atas : 3 jari dibawah pusat
batas bawah : 2 jari diatas simphisis pubis
batas kanan : 2 jari medial linea mediana

batas kiri : 3 jari medial linea mediana


b. PEMERIKSAAN DALAM
Portio mencucu, (-), portio bergerak mengikuti palpasi abdomen, nyeri
goyang portio (-), stld (-).
-

VII.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium : Hb
USG : Terlihat adanya suatu massa didaerah uterus

DIAGNOSIS
Mioma Uteri dengan Anemia dan Hipertensi Stage II

VIII. PENATALAKSANAAN
Planning

Diagnosis

Diagnosis

Planning

Planning Terapi

Monitoring

Mioma Uteri

USG

Non operatif :

KU

dengan

Darah

Infus RL

Vital Sign

Transf PRC 5 kolf

Perdaraha

Hipertensi

Amoxycilin 3x500 mg

Stage II

Metronidazol

3x500

Paracetamol

3x500

Anemia

dan

Rutin

mg
mg
-

As.Mefenamat 3x500
mg

Lisinopril 1x1

Amlodipin 1x10mg

Bisoprolol 1x5mg

Clonidin 3x1

Inj.

Furosemid

1amp/24j
-

Inj.Ceftriaxon
1gr/12jam

Inj.

Pragesol

1amp/8jam
-

Inj.Ondancetron
1amp/8j

Operatif :
- OP-Histerektomi
IX.

X.

PROGNOSIS
Advitam

: Dubia Ad Bonam

Adsanam

: Dubia Ad Bonam

Adfungsionam

: Dubia Ad Bonam

FOLLOW UP
27/8/2014
S: Pasien mengeluh keluar darah lewat jalan lahir sejak 5 hari yang lalu.
Darah berwarna merah gelap dan bercampur gumpalan darah. Dalam waktu
sehari pasien dapat ganti pembalut besar sebanyak 6 kali dengan jumah
perdarahan kurang lebih 50cc.

Keluhan juga disertai adanya benjolan

sebesar telor bebek pada perut bagian bawah dan semakin membesar disertai
nyeri seperti tertusuk tusuk, badan lemas, pusing cekot cekot pada bagian
belakang, mata kunang kunang, mual (-), muntah (-), BAB dan BAK
dalam batas normal.
O: KU: lemah KS : CM
Tekanan darah

: 180/100 mmHg

Nadi

: 90 kali/menit,

Napas

: 20 kali/menit,

Suhu

: 36 C

Palpasi

: teraba massa diatas simphisis pubis dengan


konsistensi solid, permukaan rata
batas atas : 3 jari dibawah pusat
batas bawah : 2 jari diatas simphisis pubis
batas kanan : 2 jari medial linea mediana
batas kiri : 3 jari medial line mediana

A/ Myoma Uteri dengan anemia dan hipertensi stage II


P/ Konsul Penyakit dalam
Tranfusi PRC 3 kolf

28/8/2014

: Pasien mengeluh flek flek pada jalan lahir (-), nyeri perut bagian
bawah hilang timbul, pusing berkurang dibanding kemarin, mata
kunang (-) leher cengeng (+).

: KU: cukup KS :CM


Tekanan darah

: 170/110 mmHg

Nadi

: 76 kali/menit,

Napas

: 20 kali/menit,

Suhu

: 36,2 C

Palpasi

: Teraba massa diatas simphisis pubis dengan


konsistensi solid, permukaan rata dengan batas
batas atas : 3 jari dibawah pusat
batas bawah : 2 jari diatas simphisis pubis
batas kanan : 2 jari medial linea mediana
batas kiri : 3 jari medial linea mediana

: Mioma Uteri dengan anemia dan hipertensi stage II

: Perbaikan KU

Amlodipin 1x25mg
Lisinopril 1x10mg

29/8/2014

: Pasien mengeluh flek flek pada jalan lahir (-), nyeri perut bagian
bawah hilang timbul, pusing (-), mata kunang (-) leher cengeng (-).

: KU: cukup KS :CM


Tekanan darah

: 170/100 mmHg

Nadi

: 88 kali/menit,

Napas

: 22 kali/menit,

Suhu

: 36,7 C

Palpasi

: Teraba massa diatas simphisis pubis dengan


konsistensi solid, permukaan rata dengan batas
batas atas : 3 jari dibawah pusat
batas bawah : 2 jari diatas simphisis pubis
batas kanan : 2 jari medial linea mediana
batas kiri : 3 jari medial linea mediana

: Mioma Uteri dengan anemia dan hipertensi stage II

: Perbaikan KU
Hb ulang 7,8 -> Tranfusi PRC 2 kolf
Amlodipin 1x25mg
Lisinopril 1x10mg

30/8/2014

: Pasien mengeluh flek flek pada jalan lahir (-), nyeri perut bagian
bawah hilang timbul, pusing berkurang (-), mata kunang (-) leher
cengeng (-)

: KU: cukup KS :CM


Tekanan darah

: 160/100 mmHg

Nadi

: 80 kali/menit,

Napas

: 24 kali/menit,

Suhu

: 36,5 C

Palpasi

: Teraba massa diatas simphisis pubis dengan


konsistensi solid, permukaan rata dengan batas
batas atas : 3 jari dibawah pusat
batas bawah : 2 jari diatas simphisis pubis
batas kanan : 2 jari medial linea mediana
batas kiri : 3 jari medial linea mediana

: Mioma Uteri dengan anemia dan hipertensi stage II

: Perbaikan KU
Amlodipin 2x25mg
Lisinopril 1x10mg
Bisoprolol 1x5mg

31/8/2014

: Pasien mengeluh flek flek pada jalan lahir (-), nyeri perut bagian
bawah hilang timbul, badan terasa lemas, panas dingin, mual dan
muntah 2x

: KU: cukup KS :CM


Tekanan darah

: 180/100 mmHg

Nadi

: 80 kali/menit,

Napas

: 20 kali/menit,

Suhu

: 40 C

Palpasi

: Teraba massa diatas simphisis pubis dengan


konsistensi solid, permukaan rata dengan batas
batas atas : 3 jari dibawah pusat

batas bawah : 2 jari diatas simphisis pubis


batas kanan : 2 jari medial linea mediana
batas kiri : 3 jari medial linea mediana

: Mioma Uteri dengan anemia dan hipertensi stage II

: Perbaikan KU
Amlodipin 1x25mg
Lisinopril 1x10mg
Bisoprolol 1x5mg
Inj. Ceftriaxon 1gr/12jam
Inj. Pragesol 1amp/8jam
Inj. Ondancetron 1amp/8jam

1/9/2014

: Pasien tidak ada keluhan

: KU: cukup KS :CM


Tekanan darah

: 140/90 mmHg

Nadi

: 76 kali/menit,

Napas

: 20 kali/menit,

Suhu

: 37,0 C

Palpasi

: Teraba massa diatas simphisis pubis dengan


konsistensi solid, permukaan rata dengan batas
batas atas : 3 jari dibawah pusat
batas bawah : 2 jari diatas simphisis pubis
batas kanan : 2 jari medial linea mediana
batas kiri : 3 jari medial linea mediana

: Mioma Uteri dengan anemia dan hipertensi stage II

: Perbaikan KU
Amlodipin 1x25mg
Lisinopril 1x10mg

Bisoprolol 1x5mg
Inj. Ceftriaxon 1gr/12jam
Inj. Pragesol 1amp/8jam
Inj. Ondancetron 1amp/8jam

2/9/2014

: Pasien tidak ada keluhan

: KU: cukup KS :CM


Tekanan darah

: 150/100 mmHg

Nadi

: 88 kali/menit,

Napas

: 22 kali/menit,

Suhu

: 36,7 C

Palpasi

: Teraba massa diatas simphisis pubis dengan


konsistensi solid, permukaan rata dengan batas
batas atas : 3 jari dibawah pusat
batas bawah : 2 jari diatas simphisis pubis
batas kanan : 2 jari medial linea mediana
batas kiri : 3 jari medial linea mediana

: Mioma Uteri dengan anemia dan hipertensi stage II

: Perbaikan KU dan persiapan OP


Amlodipin 1x25mg
Lisinopril 1x10mg
Bisoprolol 1x5mg
Clonidin 3x1
Inj. Furosemid 1amp/24 jam

3/9/2014

: Pasien tidak ada keluhan

: KU: cukup KS :CM


Tekanan darah

: 150/100 mmHg

Nadi

: 80 kali/menit,

Napas

: 24 kali/menit,

Suhu

: 36,8 C

Palpasi

: Teraba massa diatas simphisis pubis dengan


konsistensi solid, permukaan rata dengan batas
batas atas : 3 jari dibawah pusat
batas bawah : 2 jari diatas simphisis pubis
batas kanan : 2 jari medial linea mediana
batas kiri : 3 jari medial linea mediana

: Mioma Uteri dengan anemia dan hipertensi stage II

: Perbaikan KU
Persiapan OP
Amlodipin 1x25mg
Lisinopril 1x10mg
Bisoprolol 1x5mg
Clonidin 3x1
Inj. Furosemid 1amp/24 jam

4/9/2014

: Pasien tidak ada keluhan

: KU: cukup KS :CM


Tekanan darah

: 140/90 mmHg

Nadi

: 84 kali/menit,

Napas

: 22 kali/menit,

Suhu

: 36,7 C

Palpasi

: Teraba massa diatas simphisis pubis dengan


konsistensi solid, permukaan rata dengan batas
batas atas : 3 jari dibawah pusat

batas bawah : 2 jari diatas simphisis pubis


batas kanan : 2 jari medial linea mediana
batas kiri : 3 jari medial linea mediana

: Mioma Uteri dengan anemia dan hipertensi stage II

: Persiapan OP
Amlodipin 1x25mg
Lisinopril 1x10mg
Bisoprolol 1x5mg
Clonidin 3x1

5/9/2014

: Pasien mengeluh nyeri dan panas pada luka operasi. Keluhan lain (-).

: KU: cukup KS :CM


Tekanan darah

: 130/90 mmHg

Nadi

: 88 kali/menit,

Napas

: 22 kali/menit,

Suhu

: 36,7 C

Palpasi
: massa (-)
: Post Op. Histerektomi pada Mioma Uteri dengan anemia dan
hipertensi stage II H-1

: Amoxycillin 3x500mg

Metronidazol 3x500mg

Paracetamol 3x500mg

Amlodipin 1x25mg

Lisinopril 1x10mg

Bisoprolol 1x5mg

Clonidin 3x1

6/9/2014

: Pasien mengeluh nyeri dan panas pada luka operasi. Keluhan lain (-).

: KU: cukup KS :CM


Tekanan darah

: 140/90 mmHg

Nadi

: 80 kali/menit,

Napas

: 20 kali/menit,

Suhu

: 36,4 C

Palpasi
: massa (-)
: Post Op. Histerektomi pada Mioma Uteri dengan anemia dan
hipertensi stage II H-2

: Amoxycillin 3x500mg
Metronidazol 3x500mg
Paracetamol 3x500mg
Amlodipin 1x25mg
Lisinopril 1x10mg
Bisoprolol 1x5mg
Clonidin 3x1

7/9/2014

: Pasien mengeluh nyeri dan panas pada luka operasi. Keluhan lain (-).

: KU: cukup KS :CM


Tekanan darah

: 130/90 mmHg

Nadi

: 88 kali/menit,

Napas

: 22 kali/menit,

Suhu

: 36,7 C

Palpasi
: massa (-)
: Post Op. Histerektomi pada Mioma Uteri dengan anemia dan
hipertensi stage II H-3

: Amoxycillin 3x500mg
Metronidazol 3x500mg
Paraxetamol 3x500mg
Amlodipin 1x25mg
Lisinopril 1x10mg
Bisoprolol 1x5mg
Clonidin 3x1
BLPL

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Mioma Uteri
Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos uterus yang terdiri dari sel-sel
jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen. Mioma uteri disebut
juga dengan leimioma uteri atau fibromioma uteri. Mioma ini berbentuk padat
karena jaringan ikat dan otot rahimnya dominan. Mioma uteri merupakan

neoplasma jinak yang paling umum dan sering dialami oleh wanita reproduksi.
Neoplasma ini memperlihatkan gejala klinis berdasarkan besar dan letak mioma.
2.2. Anatomi Uterus
Uterus (rahim) merupakan organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir,
yang sedikit gepeng kearah muka belakang, terletak di dalam pelvis antara
rektum di dan kandung kemih di depan. Ukuran uterus sebesar telur ayam dan
mempunyai rongga. Dindingnya terdiri atas otot polos. Ukuran panjang uterus
adalah 7-7,5 cm lebar di atas 5,25 cm, tebal 1,25 cm. Berat uterus normal lebih
kurang 57 gram. Pada masa kehamilan uterus akan membesar pada bulan-bulan
pertama dibawah pengaruh estrogen dan progesterone yang kadarnya meningkat.
Pembesaran ini pada dasarnya disebabkan oleh hipertropi otot polos uterus,
disamping itu serabut - serabut kolagen yang ada menjadi higroskopik akibat
meningkatnya kadar estrogen sehingga uterus dapat mengikuti pertumbuhan
janin. Setelah Menopause, uterus wanita nullipara maupun multipara, mengalami
atrofi dan kembali ke ukuran pada masa predolesen.
2.2.1. Pembagian Uterus
a. Fundus Uteri (dasar rahim) : bagian uterus yang proksimal yang terletak
antara kedua pangkal saluran telur.
b. Korpus Uteri : Bagian uterus yang membesar pada kehamilan. Korpus
uteri mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin berkembang. Rongga
yang terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim.
c. Serviks Uteri : Ujung serviks yang menuju puncak vagina disebut
porsio,hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium
uteri yaitu bagian serviks yang ada di atas vagina.
2.2.2 Pembagian Dinding Uterus
a. Endometrium di korpus uteri dan endoserviks di serviks uteri.

Endometrium terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar, dan jaringan


dengan banyak pembuluh pembuluh darah yang berlekuk lekuk.
Dalam masa haid endometrium untuk sebagian besar dilepaskan, untuk
kemudian tumbuh menebal dalam masa reproduksi pada kehamilan
dan pembuluh darah bertambah banyak yang diperlukan untuk
memberi makanan pada janin.
b. Miometrium (lapisan otot polos) di sebelah dalam berbentuk
sirkuler, dan disebelah luar berbentuk longitudinal. Diantara kedua
lapisan ini terdapat lapisan otot oblik, berbentuk anyaman. Lapisan
otot polos yang paling penting pada persalinan oleh karena sesudah
plasenta lahir berkontraksi kuat dan menjepit pembuluh-pembuluh
darah yang ada di tempat itu dan yang terbuka.
c. Lapisan serosa (peritoneum viseral) terdiri dari lima ligamentum
yang menfiksasi dan menguatkan uterus yaitu:
- Ligamentum kardinale kiri dan kanan yakni ligamentum yang
terpenting, mencegah supaya uterus tidak turun, terdiri atas jaringan
ikat tebal, dan berjalan dari serviks dan puncak vagina kea rah lateral
dinding pelvis. Didalamnya ditemukan banyak pembuluh darah, antara
lain vena dan arteria uterine.
- Ligamentum sakro uterinum kiri dan kanan yakni ligamentum yang
menahan uterus supaya tidak banyak bergerak, berjalan dari serviks
belakang kiri dan kanan kearah sarkum kiri dan kanan.
- Ligamentum rotundum kiri dan kanan yakni ligamentum yang
menahan uterus agar tetap dalam keadaan antofleksi, berjalan dari
sudut fundus uteri kiri dan kanan, ke daerah inguinal waktu berdiri
cepat karena uterus berkontraksi kuat.
- Ligamentum latum kiri dan kanan yakni ligamentum yang meliputi
tuba, berjalan dari uterus kearah sisi, tidak banyak mengandung
jaringan ikat.

- Ligamentum infundibulo pelvikum yakni ligamentum yang menahan


tuba fallopi, berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis. Di
dalamnya ditemukan urat-urat saraf, saluran-saluran limfe, arteria dan
vena ovarika.
Gambar 2.1. Anatomi Uterus dan mioma uteri

Gambar 1. Anatomi Uterus Normal

Gambar 2. Letak Mioma Uteri

2.3. Klasifikasi Mioma Uteri


Berdasarkan letaknya mioma uteri diklasifikasikan menjadi 3 bagian :
2.3.1. Mioma Uteri Subserosum
Lokasi tumor di sub serosa korpus uteri. Dapat hanya sebagai
tonjolan saja, dapat pula sebagai satumassa yang dihubungkan dengan
uterus melalui tangkai. Pertumbuhan kearah lateral dapat berada di
dalam ligamentum latum, dan disebut sebagai mioma intraligamen.
Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneum sebagai
suatu massa. Perlekatan dengan omentum di sekitarnya menyebabkan
sisten peredaran darah diambil alih dari tangkai ke omentum.
Akibatnya tangkai semakin mengecil dan terputus, sehingga mioma
terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga
peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai mioma jenis parasitik.

2.3.2. Mioma Uteri Intramural


Disebut juga sebagai mioma intraepitalial, biasanya multiple.
Apabila masih kecil, tidak merubah bentuk uterus, tapi bila besar akan
menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan
berubah bentuknya. Mioma sering tidak memberikan gejala klinis
yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di
daerah perut sebelah bawah.
2.3.3. Mioma Uteri Submukosum
Mioma

yang

berada

di

bawah

lapisan

mukosa

uterus/endometrium dan tumbuh kearah kavum uteri. Hal ini


menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dan besar kavum uteri. Bila
tumor ini tumbuh dan bertangkai, maka tumor dapat keluar dan masuk
ke dalam vagina yang disebut mioma geburt. Mioma submukosum
walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan perdarahan melalui
vagina. Perdarahan sulit dihentikan, sehingga sebagai terapinya
dilakukan histerektomi.
2.4. Epidemiologi Mioma Uteri
2.4.1. Distribusi Frekuensi Mioma Uteri
Mioma uteri merupakan tumor pelvis yang terbanyak pada organ
reproduksi wanita. Jarang sekali ditemukan pada wanita berumur 20 tahun dan
belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche, paling banyak ditemukan
pada wanita berumur 35-45 tahun (proporsi 25%). Setelah menopause hanya
kira-kira 10% mioma masih tumbuh. Proporsi mioma uteri pada masa
reproduksi 20-25%. Penelitian Nishizawa di Jepang (2008) menemukan
insidens rates mioma uteri lebih tinggi pada wanita subur yaitu 104 per seribu

wanita belum menopause dan 12 per seribu wanita menopause (P<0,001).


Mioma uteri lebih banyak ditemukan pada wanita berkulit hitam, karena
wanita berkulit hitam memiliki lebih banyak hormon estrogen dibanding
wanita kulit putih. Pernah ditemukan 200 sarang mioma dalam satu uterus
pada wanita kulit hitam, dimana biasanya hanya 5-20 sarang saja. Penelitian
Baird di Amerika Serikat tahun 2003 terhadap 1364 wanita dengan usia 35-49
tahun, 478 diantaranya menderita mioma uteri yaitu dengan proporsi 35%.
Penelitian Sela-Ojeme di London Hospital pada tahun 2008 melaporkan
proporsi penderita mioma uteri sebanyak 14,06% yaitu 586 orang dari 2.034
kasus ginekologi. Management of Uterine Fibroid at The University of
Nigeria Teaching Hospital Enugu tahun 2006 melaporkan proporsi mioma
uteri 9,8% dari seluruh kasus ginekologi yaitu 190 kasus dari 1939 kasus
ginekologi.23 Penelitian Gaym A di Tikur Anbessa Teaching Hospital, Addis
Ababa, Ethiopia tahun 2004 mencatat penderita mioma uteri sebanyak 588
kasus.
2.4.2. Etiologi Mioma Uteri
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan
diduga merupakan penyakit multifaktorial. Mioma merupakan sebuah tumor
monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik
tunggal. Tumbuh mulai dari benih multiple yang sangat kecil dan tersebar
pada miometrium sangat lambat tetapi progresif. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan mioma uteri:
a. Estrogen
Mioma uteri kaya akan reseptor estrogen. Meyer dan De Snoo
mengajukan teori Cell nest atau teori genitoblast, teori ini menyatakan bahwa
untuk terjadinyamioma uteri harus terdapat dua komponen penting yaitu: sel
nest ( sel muda yang terangsang) dan estrogen (perangsang sel nest secara

terus menerus). Hormon estrogen dapat diperoleh melalui penggunaan alat


kontrasepsi yang bersifat hormonal (Pil KB, Suntikan KB, dan Susuk KB).
Peranan estrogen didukung dengan adanya kecenderungan dari tumor ini
menjadi stabil dan menyusut setelah menopause dan lebih sering terjadi pada
pasien yang nullipara.
b. Progesteron
Reseptor progesteron terdapat di miometrium dan mioma sepanjang
siklus menstruasi dan kehamilan. Progesteron merupakan antagonis natural
dari estrogen. Progesteron menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara
yaitu: mengaktifkan 17 - Beta hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah
reseptor estrogen pada tumor. Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada
beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya
mioma uteri, yaitu :
1.

Umur, proporsi mioma meningkat pada usia 35-45 tahun.19 Penelitian


Chao-Ru Chen (2001) di New York menemukan wanita kulit putih umur
40-44 tahun beresiko 6,3 kali menderita mioma uteri dibandingkan umur <
30 tahun (OR =6,3; 95% CI:3,5-11,6). Sedangkan pada wanita kulit hitam
umur 40-44 tahun beresiko 27,5 kali untuk menderita mioma uteri jika
dibandingkan umur < 30 tahun (OR=27,5; 95% CI:5,6-83,6).

2.

Paritas, lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relative
infertile, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertilitas
menyebabkan
menyebabkan

mioma

uteri

infertilitas,

atau
atau

sebaliknya
apakah

mioma
keadaan

uteri
ini

yang
saling

mempengaruhi.19 Penelitian Okezie di Nigeria terhadap 190 kasus mioma


uteri, 128 (67,3%) adalah nullipara. Penelitian yang dilakukan di Nigeria
terhadap wanita dengan usia rata 44,9 tahun, 40,8 % nullipara dan 35%

melahirkan 1-2 kali.Demikian juga dengan hasil penelitian Buttrum


memperoleh dari 1.698 kasus mioma uteri, 27% diantaranya infertile dan
31% melahirkan 1-2 kali.
3. Faktor Ras dan Genetik, pada wanita tertentu, khususnya wanita berkulit
hitam, angka kejadian mioma uteri lebih tinggi. Penelitian Baird di
Amerika yang dilakukan terhadap wanita kulit hitam dan wanita kulit
putih menemukan bahwa wanita kulit hitam beresiko 2,9 kali menderita
mioma uteri (OR=2,9; 95%CI:2,5-3,4). Terlepas dari faktor ras, kejadian
mioma juga tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang
menderita mioma uteri.
2.4.3. Diagnosis
Gejala Subjektif
Pada umumnya kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Timbulnya
gejala subjektif dipengaruhi oleh: letak mioma uteri, besar mioma uteri,
perubahan dan komplikasi yang terjadi.
Gejala subyektif mioma uteri :
1. Perdarahan

abnormal,

gejala

paling

umum

dijumpai.

Gangguan

perdarahan yang terjadi umumnya adalah: menoragia, dan metrorargia.


Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini antara lain adalah:
pengaruh

ovarium

sehingga

terjadilah

hiperplasia

endometrium,

permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasa, atrofi


endometrium, dan gangguan kontraksi otot rahim karena adanya sarang
mioma di antara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit
pembuluh darah yang melaluinya dengan baik. Akibat perdarahan
penderita dapat mengeluh anemis karena kekurangan darah, pusing, cepat
lelah, dan mudah terjadi infeksi.

2. Rasa nyeri, gejala klinik ini bukan merupakan gejala yang khas tetapi
gejala ini dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang
mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada pengeluaran
mioma submukosum yang akan dilahirkan dan pertumbuhannya yang
menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan juga dismenore.
3. Tanda penekanan, Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma
uteri. Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuria, pada
uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan
hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum dapat menyebabkan obstipasi
dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat
menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul
Gejala Objektif
Gejala Objektif merupakan gejala yang ditegakkan melalui diagnosa ahli
medis. Gejala objektif mioma uteri, meliputi :
1. Pemeriksaan Fisik. Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan fisik abdomen
maupun pelvis. Pada pemeriksaan abdomen, uterus yang besar dapat
dipalpasi pada abdomen. Tumor teraba sebagai nodul ireguler dan tetap,
area perlunakan memberi kesan adanya perubahan degeneratif. Pada
pemeriksaan Pelvis, serviks biasanya normal, namun pada keadaan
tertentu mioma submukosa yang bertangkai dapat mengakibatkan dilatasi
serviks dan terlihat pada ostium servikalis. Uterus cenderung membesar
tidak beraturan dan noduler. Perlunakan tergantung pada derajat
degenerasi dan kerusakan vaskular. Uterus sering dapat digerakkan,
kecuali apabila terdapat keadaan patologik pada adneksa.
2. Pemeriksaan Penunjang; Apabila keberadaan masa pelvis meragukan
maka pemeriksaan dengan ultrasonografi akan dapat membantu. Selain itu
melalui pemeriksaan laboratorium.
2.5. Penatalaksanaan Medis Mioma Uteri

2.5.1. Pengobatan Konservatif


Dalam dekade terakhir ada usaha untuk mengobati mioma uterus
dengan Gonadotropin releasing hormone (GnRH) agonis. Pengobatan GnRH
agonis selama 16 minggu pada mioma uteri menghasilkan degenerasi hialin di
miometrium hingga uterus menjadi kecil. Setelah pemberian GnRH agonis
dihentikan mioma yang lisut itu akan tumbuh kembali di bawah pengaruh
estrogen oleh karena mioma itu masih mengandung reseptor estrogen dalam
konsentrasi tinggi.
2.5.2. Pengobatan Operatif
Tindakan operatif mioma uteri dilakukan terhadap mioma yang
menimbulkan gejala yang tidak dapat ditangani dengan pengobatan operatif,
tindakan operatif yang dilakukan antara lain :
1. Miomektomi, Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa
pengangkatan uterus, misalnya pada mioma submukosum pada mioma
geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Apabila miomektomi
dikerjakan karena ingin memiliki anak, maka kemungkinan terjadi
kehamilan 30%-50%. Pengambilan sarang mioma subserosum dapat
dengan mudah dilaksanakan apabila tumor bertangkai. Tindakan ini
seharusnya hanya dibatasi pada tumor dengan tangkai yang jelas yang
dengan mudah dapat dijepit dan diikat. Bila tidak mioma dapat diambil
dari uterus pada waktu hamil atau melahirkan, sebab perdarahan dapat
2.

berkepanjangan dan terkadang uterus dikorbankan


Histerektomi, Histerektomi adalah pengangkatan uterus yang umumnya
merupakan tindakan terpilih. Tindakan ini terbaik untuk wanita berumur
lebih dari 40 tahun dan tidak menghendaki anak lagi atau tumor yang
lebih besar dari kehamilan 12 minggu disertai adanya gangguan
penekanan atau tumor yang cepat membesar. Histerektomi dapat
dilaksanakan perabdomen atau pervaginum.Adanya prolapsus uteri akan

mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total umumnya


dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma serviks
uteri. Histeroktomi supra vaginal hanya dilakukan apabila terdapat
kesukaran teknis dalam mengangkat uterus keseluruhan.
2.6. Perubahan Sekunder
Perubahan sekunder pada mioma uteri adalah perubahan yang terjadi pada
mioma karena pengaruh lain. Perubahan yang terjadi sebagian besar bersifat
degenerasi. Hal ini terjadi oleh karena berkurangnya pemberian darah pada
sarang mioma. Perubahan sekunder yang sering terjadi :
2.6.1 Atrofi : sesudah menopause/ sesudah kehamilan mioma menjadi kecil.
2.6.2 Degenerasi Hialin : perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita
usia lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen, dapat
meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil daripada seolah olah
memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.
2.5.3 Degenerasi Kistik : dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dmana
sebagian dari mioma menjadi cair sehingga terbentuk ruangan ruangan
yang tidak teratur berisi seperti agar agar, dapat juga pembengkakakn
yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma
dengan konsistensi yang lunak dan tumor ini sulit dibedakan dari kista
ovarium atau kehamilan.
2.5.4 Degenerasi Membatu (calcicerous degeneration) : terutama terjadi pada
usia lanjut karena adanya gangguan sirkulasi. Dengan adanya
pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma akan menjadi
keras.
2.5.5 Degenerasi Merah (carneous degeneration) : terutama terjadi pada
kehamilan dan masa nifas. Patogenesis diperkirakan karena adanya
nekrosis

subakut

karena

adanya

gangguan

vaskularisasi.

Pada

pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah yang

berwarna merah yang disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan


hemofusin. Degenerasi merah tampak khas bila terjadi pada kehamilan
muda disertai emesis, haus, demam , dan kesakitan. Tumor uterus
membesar dan nyeri pada perabaan.
2.5.6 Degenerasi Lemak : jarang terjadi dan kelanjutan degenerasi hialin.
2.7. Komplikasi
Komplikasi merupakan suatu kondisi yang mempersulit atau reaksi negatif yang
terjadi pada penderita akibat mioma uteri.
2.7.1 Degenerasi Ganas
Mioma uteri yang menjadi Leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32 0,6 % dari
seluruh mioma. Keganasan umumnya baru baru ditemukan dengan pemeriksaan
histologi uterus yang sudah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus
apabila mioma uteri cepat tumbuh dan membesar dalam monopause.
2.7.2 Torsi (Putaran Tengah)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi sehingga terjadi
gangguan sirkulasi akut dan mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah
sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan, akut abdomen tidak terjadi.
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi, misalnya terjadi pada
mioma yang menyebabkan perdarahan berupa metroragia disertai leukore dan
gangguan gangguan yang disebabkan oleh infeksi dari uterus sendiri.
2.8. Pencegahan Mioma Uteri
2.8.1. Pencegahan Primordial
Pencegahan ini dilakukan pada perempuan yang belum menarche atau
sebelum terdapat resiko mioma uteri. Upaya yang dapat dilakukan yaitu
dengan mengkonsumsi makanan yang tinggi serat seperti sayuran dan buah.
2.8.2. Pencegahan Primer

Pencegahan primer merupakan awal pencegahan sebelum seseorang


menderita mioma. Upaya pencegahan ini dapat dilakukan dengan penyuluhan
mengenai faktor-faktor resiko mioma terutama pada kelompok yang beresiko
yaitu wanita pada masa reproduktif. Selain itu tindakan pengawasan
pemberian hormon estrogen dan progesteron dengan memilih pil KB
kombinasi

(mengandung

estrogen

dan

progesteron),

pil

kombinasi

mengandung estrogen lebih rendah dibanding pil sekuensil, oleh karena


pertumbuhan mioma uteri berhubungan dengan kadar estrogen.
2.8.3. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan untuk orang yang telah terkena mioma
uteri,

tindakan ini bertujuan untuk menghindari terjadinya komplikasi.

Pencegahan yang dilakukan adalah dengan melakukan diagnosa dini dan


pengobatan yang tepat.
2.8.4. Pencegahan Tertier
Pencegahan tersier adalah upaya yang dilakukan setelah penderita
melakukan pengobatan. Umumnya pada tahap pencegahan ini adalah berupa
rehabilitasi untuk meningkatkan kualitas hidup dan mencegah timbulnya
komplikasi. Pada dasarnya hingga saat ini belum diketahui penyebab tunggal
yang menyebabkan mioma uteri, namun merupakan gabungan beberapa faktor
atau multifaktor. Tindakan yang dilakukan adalah dengan meningkatkan
kualitas hidup dan mempertahankannya. Penderita pasca operasi harus
mendapat asupan gizi yang cukup dalam masa pemulihannya.

BAB IV
ANALISA KASUS
Pada kasus ini, pasien Ny. S 37 tahun dengan diagnosis mioma uteri dengan
anemia dan hipertensi grade II, yang merupakan diagnosis pasien yang ditegakkan
berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, dan tindakan
operatif.
Anamnesis
-

Berdasarkan anamnesis, pasien mengeluh keluarnya darah lewat jalan lahir


sejak 5 hari yang lalu. Darah berwarna merah gelap dan bercampur gumpalan
darah. Dalam waktu sehari pasien dapat ganti pembalut besar sebanyak 6 kali
dengan jumah perdarahan kurang lebih 50cc . Pasien dengan menstruasi tidak
teratur dengan jumlah darah yang banyak dan waktu yang panjang sejak 5
bulan terakir. Keluhan juga disertai adanya benjolan sebesar telor bebek pada
perut bagian bawah dan semakin membesar disertai nyeri seperti tertusuk
tusuk, badan lemas, pusing cekot cekot pada bagian belakang, mata kunang
kunang, mual (-), muntah (-), BAB dan BAK dalam batas normal.

Menurut anatomi abdomen bagian perut tengah bawah terdapat intestinum


tenue, vesika urinaria, dan bagian reproduksi wanita seperti uterus, tuba
fallopi dan ovarium.

Tidak didapatkan adanya keluhan di gastro intestinal dan traktus urinarius

seperti mual muntah, BAB dan BAK dalam batas normal.


Berdasarkan riwayat obstetri pasien adalah pasien memiliki seorang anak
dengan usia 12th dan pernah mengalami abortus dua kali, pasien juga acceptor

kb suntik selama 2 tahun yang sudah berhenti selama 3 bulan.


Berdasarkan faktor predisposinya, pasien usia 37 tahun yang merupakan usia
reproduksi dengan tingkat fertilitas rendah, dan adanya faktor genetik
didalam keluarga yang menderita mioma uteri.

Meningkatnya resiko terjadinya mioma uteri adalah usia reproduksi,


penggunaan kb suntik yang bersifat hormonal dan adanya genetik dalam
keluarga. Paparan estrogen yang tinggi akan memicu pertumbuhan dari sel
nest (sel muda yang terangsang) pada uterus yang berproliferasi abnormal

menyerupai dinding endometrium.


Mioma uteri dihubungkan dengan wanita dengan angka melahirkan yang
rendah dan infertile/abortus. Infertilitas dapat terjadi apabila mioma uteri
menutup atau menekan pars intertitialis submukosum juga memudahkan

terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus.


Perdarahan abnormal, gejala paling umum dijumpai. Gangguan perdarahan
yang terjadi umumnya adalah: menoragia, dan metrorargia. Beberapa faktor
yang menjadi penyebab perdarahan ini antara lain adalah: pengaruh ovarium
sehingga terjadilah hiperplasia endometrium, permukaan endometrium yang
lebih luas dari pada biasa, atrofi endometrium, dan gangguan kontraksi otot
rahim karena adanya sarang mioma di antara serabut miometrium, sehingga
tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik. Akibat
perdarahan penderita dapat mengeluh anemis karena kekurangan darah,
pusing, cepat lelah, dan mudah terjadi infeksi.

Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan luar
Teraba massa sebesar telor bebek diatas simphisis pubis dengan konsistensi
solid dan permukaan rata dan batas :
-

batas atas : 3 jari dibawah pusat


batas bawah : 2 jari diatas simphisis pubis
batas kanan : 2 jari medial linea mediana
batas kiri : 3 jari medial linea mediana
Pemeriksaan dalam

Vagina Toucher : Portio mencucu, (-), portio bergerak mengikuti palpasi


abdomen, nyeri goyang portio (-), stld (-).
Pemeriksaan penunjang

Pasien telah dilakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui besar ukuran

mioma uteri.
Pasien telah dilakukan pemeriksaan darah rutin untuk mengetahui penurunan
kadar Hb.

Operatif

Pada pasien dilakukan tindakan operasi histerektomi.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Anda mungkin juga menyukai