Alexander Sebastian
10-2011-029
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Ale_1993@rocketmail.com
I.Identitas Pasien
a.
b.
c.
d.
e.
f.
II.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
III.
a.
b.
c.
d.
e.
IV.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Pendidikan
Alamat
j.
k.
l.
m.
n.
a.
b.
c.
d.
e.
VII.
a.
b.
VIII.
V.
a.
b.
VI.
No
.
Nama
Hub
dgn
KK
Umu
r
Pendidika
n
Pekerjaan
Agama
Keadaan
kesehatan
Keadaa
n gizi
KB
The Ie
Tong
Suam
i
79
SD
Kriste
n
Hipertensi
Baik
Ho Lie
Joen
Istri
64
SMP
Penjahit
Kriste
n
Hipertensi
, Gastritis
Baik
Harry
Handoyo
Anak
45
SD
Konveksi
Kriste
n
Sehat
Baik
4
5
IX.
Keluhan Utama
: Kontrol Hipertensi.
X.
XI.
Keluhan Tambahan
Riwayat Penyakit Sekarang
: Gastritis
: Sedang mengkonsumsi Obat Antihipertensi secara
XII.
XIII.
dan tidak pernah kambuh , juga ada gastritis karena pekerjaan yang menyita waktu.
Pemeriksaan Fisik
:
Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan darah
: Baik
: Compos Mentis
: 150/100 mmHg
XIV.
XV.
XVI.
a.
b.
c.
d.
XVII.
a.
b.
c.
XVIII.
Pernapasan
Nadi
Suhu
: 18 x/menit
: 72 x/menit
: 37,1 C
Diagnosis Penyakit
: Hipertensi Essensial (genetik) dan Gastritis
Diagnosis Keluarga
: Darah Tinggi
Anjuran Penatalaksanaan Penyakit
Promotif
: Rajin berolahraga, pola makan yang sehat dengan rendah garam.
Preventif
: Diet rendah garam.
Kuratif
: Meminum obat secara teratur.
Rehabilitatif
: Meminum obat agar tekanan darah terkontrol dan tidak menimbulkan
komplikasi.
Prognosis
Penyakit
: Dubia ad bonam.
Keluarga
: Baik.
Masyarakat
: Baik.
Resume
Ibu Ho Lie Joen , 64 tahun adalah penderita hipertensi dengan Gastritis. Ibu Ho Lie Hoen
rajin memeriksakan dirinya ke puskesmas untuk kontrol darah tingginya. Saat ini beliau
mengkonsumsi obat antihipertensi yaitu amlodipin. Pasien memiliki pengetahuan yang cukup
tentang penyakitnya sehingga mampu melakukan pola hidup yang baik seperti olahraga
teratur, istirahat yang cukup, serta berobat yang teratur. Pasien memiliki pengetahuan yang
cukup tentang penyakitnya sehingga mampu melakukan pola hidup yang baik seperti
olahraga teratur, istirahat yang cukup, serta berobat yang teratur. Pasien disarankan untuk
melakukan pencegahan sekunder untuk mencegah komplikasi yang dapat timbul dengan
minum obat secara teratur, kontrol tekanan darahnya secara rutin minimal 1 bulan sekali,
olahraga secara teratur, memperbaiki pola makan, dan melakukan hal-hal yang terdapat
dalam perilaku hidup sehat. Sedangkan keluarga pasien sebagai kelompok resiko tinggi,
dianjurkan untuk berperilaku hidup sehat sedini mungkin dan mengontrol tekanan darah
secara teratur dan hidup dengan pola makan yang sehat. Untuk mencapai kesehatan yang
menyeluruh hendaknya didukung pula oleh kondisi rumah yang sehat.
Tinjauan Pustaka
Pendahuluan
Definisi hipertensi adalah tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan tekanan darah diastolik >
90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi. Berdasarkan penyebabnya,
hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu hipertensi esensial atau hipertensi primer yang
diketahui penyebabnya disebut juga hipertensi idiopatik dan hipertensi sekunder atau
hipertensi renal yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain.
Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut
juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang
mempengaruhi nya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis,
sistem renin-angiotensin, defek dalam eksresi Na, peningkatan Na dan Ca intraselular,
dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, serta
polisitemia.1
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab
spesifiknya diketahui, seperti penggunaan esterogen, penyakit ginjal, hipertensi
vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom Cushing, hipertensi yang
berhubungan dengan kehamilan, dan lain-lain.1
Manifestasi Klinis
Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala. Bila demikian,
gejala baru muncul setelah komplikasi terjadi pada ginjal, mata, otak, atau jantung. Gejala
lain yang sering ditemukan adalah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa
berat di tengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang dan pusing.1
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan
menentukan adanya kerusakan organ dan faktor resiko lain atau mencari penyebab hipertensi.
Biasanya diperiksa urinalisa, darah perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin,
gula darah puasa, kolesterol total, kolesterol HDL), dan EKG.1,2
Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain, seperti klirens kreatinin, protein urin
24jam, asam urat, kolesterol LDL,atau TSH.1
Diagnosis
Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali pengukuran, hanya dapat
ditetapkan setelah dua kali atau lebih penguruan pada kunjungan yang berbeda, kecuali
terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala-gejala klinis. Pengukuran tekanan darah dilakukan
dalam keadaan pasien duduk bersandar, setelah beristirahat selama 5 menit, dengan ukuran
pembungkus lengan yang sesuai (menutupi 80% lengan). Tensimeter dengan air raksa masih
tetap dianggap alat pengukur yang terbaik.1-3
Anamnesis yang dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama menderitanya, riwayat dan
gejala penyakit-penyakit yang berkaitan seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung,
penyakit serebrovaskular, dan lainnya. Apakah terdapat riwayat penyakit dalam keluarga,
gejala-gejala yang berkaitan dengan penyebab hipertensi, perubahan aktivitas/kebiasaan
(seperti merokok), konsumsi makanan, riwayat obat-obatan bebas, hasil dan efek samping
terapi antihipertensi sebelumnya bila ada, dan faktor psikososial lingkungan (keluarga,
pekerjaan, dan sebagainya).2,3
Dalam pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dua kali atau lebih dengan
jarak 2 menit, kemudian di periksa ulang pada lengan kontralateral. Dikaji perbandingan
berat badan dan tinggi pasien. Kemudian dilakukan pemeriksaan funduskopi untuk
mengetahui adanya retinopati hipertensif, pemeriksaan leher untuk mencari bising karotid,
pembesaran vena, atau kelenjar tiroid. Di cari tanda-tanda gangguan irama dan denyut
jantung, pembesaran ukuran. Paru di periksa untuk mencari ronki dan bronkospasme.
Pemeriksaan abdomen dilakukan untuk mencari adanya massa, pembesaran ginjal, dan
pulsasi aorta yang abnormal. Pada ekstremitas dapat ditemukan pulsasi arteri perifer yang
menghilang, edema, dan bising. Dilakukan juga pemeriksaan neurologi.1-3
Klasifikasi sesuai WHO/ISH1
Klasifikasi
Sistolik (mmHg)
Diastolik (mmHg)
Normotensi
< 140
< 90
Hipertensi ringan
140 180
90 105
Hipertensi perbatasan
140 160
90 95
> 180
> 105
> 140
< 90
140 160
< 90
Sistolik
Diastolik
Rekomendasi
Normal
(mmHg)
< 130
(mmHg)
< 85
Perbatasan
130 139
85 99
Hipertensi tingkat 1
140 159
90 99
Hipertensi tingkat 2
160 179
100 109
Hipertensi tingkat 3
> 180
> 110
Catatan : pasien tidak sedang sakit atau minum obat antihipertensi. Jika tekanan sistolik dan
diastolik berada dalam kategori yang berbeda, masukkan dalam kategori yang lebih tinggi.
Patogenesis
Hipertensi esensial adalah multifaktorial yang timbul terutama karena interaksi antara faktorfaktor resiko tertentu. Faktor-faktor resiko yang mendorong timbulnya kenailan tekanan
darah tersebut adalah2 :
1. Faktor resiko, seperti: diet dan asupan garam, stress, ras, obesitas, merokok dan
genetik.
2. System saraf simpatis
Tonus simpatis
Variasi diurnal
3. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi : endotel pembuluh
darah berperan utama, tetapi remodeling dari endotel, otot polos dan interstitium juga
memberikan kontribusi akhir.
4. Pengaruh system endokrin setempat yang berperan pada system renin, angiotensin
dan aldosteron.
Faktor risiko dan gejala klinis
Faktor risiko terjadinya hipertensi, adalah antara lain2,3:
1. Obesitas (Kegemukan)
Merupakan ciri khas penderita hipertensi. Walaupun belum diketahui secara pasti
hubungan antara hipertensi dan obesitas, namun terbukti bahwa daya pompa jantung dan
sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi daripada
penderita hipertensi dengan berat badan normal.
2. Stress
Diduga melalui aktivasi saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas).
Peningkatan aktivitas saraf simpatis mengakibatkan meningkatnya tekanan darah secara
intermitten (tidak menentu).
2.
Menilai adanya kerusakan organ target dan penyakit kardiovaskular, beratnya penyakit,
serta respons terhadap pengobatan
3.
Mengidentifikasi adanya faktor risiko kardiovaskular yang lain atau penyakit penyerta,
yang ikut menentukan prognosis dan ikut menentukan panduan pengobatan.
Data yang diperlukan untuk evaluasi tersebut diperoleh dengan cara anamnesis, pemeriksaan
fisis, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan penunjang.
Pada 70-80% kasus hipertensi primer didapatkan riwayat hipertensi dalam keluarga meskipun
hal ini belum dapat memastikan diagnosis. Jika didapatkan riwayat hipertensi pada kedua
orang tua dugaan terhadap hipertensi primer makin kuat. Sebagian besar hipertensi primer
terjadi pada usia 25-45 tahun dan hanya pada 20% terjadi pada dibawah usia 20 tahun dan
diatas 50 tahun.3
Penatalaksanaan
1. Pengobatan Non-farmakologis.2,4,5
Penatalaksanaan dengan mengubah diet :
Tujuan Diet
- Menurunkan tekanan darah (diastole) 90 mmHg
- Menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan tubuh
- Mencapai dan menjaga BB dengan IMT 18.5 25
Syarat Diet
Menerapkan Diet Garam Rendah, yaitu sebagai berikut:
Jenis Diet
-
Diberikan pada pasien dengan edema, asites, dan atau hipertensi berat. Tidak
ditambahkan garam dapur dalam pengolahan makanannya. Hindari juga bahan
makanan yang tinggi kadar natriumnya.
-
Diberikan pada pasien dengan edema, asites, dan atau hipertensi tidak terlalu berat.
Boleh menggunakan sdt (2 gr) garam dapur dalam pengolahan makanannya.
Hindari juga bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya.
-
Diberikan pada pasien dengan edema, asites, dan atau hipertensi ringan. Boleh
menggunakan 1 sdt (4 gr) garam dapur dalam pengolahan makanannya.
Dianjurkan: bahan makanan yang tidak menggunakan garam dapur, soda, atau baking
powder dalam pengolahannya. Bahan makanan segar tanpa diawetkan, daging dan ikan
maksimal 100 gr sehari, dan untuk telur 1 butir sehari.3,5
Dihindari: bahan makanan yang diolah dengan garam dapur, soda, baking powder,
asinan, dan bahan makanan yang diawetkan dengan natrium benzoat, soft drinks,
margarin dan mentega biasa, bumbu yang mengandung garam dapur (kecap, terasi,
tomato ketchup, tauco, dan lain sebagainya)
2. Pengobatan Farmakologi
Pengobatan hipertensi berlandaskan beberapa prinsip1,3 :
1.
2.
3.
4.
5.
2.
3.
4.
Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmaklogis hipertensi yang dianjurkan oleh JNC :
Diuretika, terutama jenis Thiazide (thiaz) atau Aldosterone Antagonist (Aldo Ant)
Beta Blocker (BB)
Calcium Channel Blocker atau Calcium Antagonist (CCB)
Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)
Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor antagonist/blocker (ARB)
Daftar Pustaka
1. Mansjoer A, Suprohalita, Wardhani WL, Setiowulan W: Kapita Selekta Kedokteran,
Jakarta, Media Aaesculapius FKUI; 2008.
2. Kasper DL, Fauci AS, Lonjo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL: Harrison's
Principles Of Internal Medicine, 16 th ed, Mc Graw Hill Med. Publ.Div.; 2005.
3. Noer MS: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Ketiga, Jilid kesatu, Balai Penerbit
FKUI; 2003.
4. Pohan S. I.. Jaminan mutu layanan kesehatan. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC; 2006.
5. Chandra B. Ilmu kedokteran pencegahan dan komunitas. Jakarta: Penerbit buku kedokteran
EGC; 2009.