Anda di halaman 1dari 11

TUGAS SKILLAB FAMILY FOLDER

Alexander Sebastian
10-2011-029
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Ale_1993@rocketmail.com

Laporan Kasus Hasil Kunjungan Rumah pada Senin, 7 Juli 2014


Puskesmas

: Kelurahan Jelambar Baru

I.Identitas Pasien
a.
b.
c.
d.
e.
f.

II.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
III.
a.
b.
c.
d.
e.
IV.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Nama
Umur
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Pendidikan
Alamat

: Ny. Ho Lie Joen


: 64 Tahun
: Perempuan
: Penjahit
: Smp 2 (tidak selesai)
: Jalan Jelambar Ilir rt/rw: 012/010
Kel : Jelambar Baru Kec : Grogol Petamburan
Telepon : 021-9321798
Riwayat Biologis Keluarga
Keadaan Kesehatan Sekarang : Baik
Kebersihan Perorangan
: Baik
Penyakit Yang Sering Diderita : Hipertensi, Gastritis
Penyakit Keturunan
: Hipertensi (darah tinggi)
Penyakit Kronis/Menular
:Kecacatan Anggota Keluarga : Pola Makan
: Baik
Pola Istirahat
: Baik
Jumlah Anggota Keluarga
: 3 orang
Psikologis Keluarga
Kebiasaan Buruk
:Pengambilan Keputusan
: Bapak
Ketergantungan Obat
:Tempat Mencari Pelayanan Kesehatan : Puskesmas Jelambar Baru
Pola Rekreasi
: Kurang
Keadaan Rumah/Lingkungan
Jenis Bangunan
: Permanen
Lantai Rumah
: Keramik
Luas Rumah
: 32 m2
Penerangan
: Baik
Kebersihan
: Baik
Ventilasi
: Baik
Dapur
: Ada
Jamban Keluarga
: Ada
Sumber Air Minum
: Ledeng

j.
k.
l.
m.
n.

a.
b.
c.
d.
e.
VII.
a.
b.

Sumber Pencemaran Air


: Tidak ada
Pemanfaatan Perkarangan
: Tidak ada
Sistem Pembuangan Air Limbah
: Ada
Tempat Pembuangan Sampah
: Ada
Sanitasi Lingkungan
: Baik
Spiritual Keluarga
Ketaatan Beribadah
: Baik
Keyakinan Tentang Kesehatan : Baik
Keadaan Sosial Keluarga
Tingkat Pendidikan
: Tinggi
Hubungan Antar Anggota Kel : Baik
Hubungan Dengan Orang Lain : Baik
Kegiatan Organisasi Sosial
: Kurang
Keadaan Ekonomi
: Sedang
Kultural Keluarga
Adat yang berpengaruh
:Lain-lain
:-

VIII.

Daftar Anggota Keluarga

V.
a.
b.
VI.

No
.

Nama

Hub
dgn
KK

Umu
r

Pendidika
n

Pekerjaan

Agama

Keadaan
kesehatan

Keadaa
n gizi

KB

The Ie
Tong

Suam
i

79

SD

Kriste
n

Hipertensi

Baik

Ho Lie
Joen

Istri

64

SMP

Penjahit

Kriste
n

Hipertensi
, Gastritis

Baik

Harry
Handoyo

Anak

45

SD

Konveksi

Kriste
n

Sehat

Baik

4
5

IX.

Keluhan Utama

: Kontrol Hipertensi.

X.
XI.

Keluhan Tambahan
Riwayat Penyakit Sekarang

: Gastritis
: Sedang mengkonsumsi Obat Antihipertensi secara

XII.

Rutin sejak + 3 bulan yang lalu.


Riwayat Penyakit Dahulu
: Dulu ada asma , tapi sekarang sudah tidak ada gejala

XIII.

dan tidak pernah kambuh , juga ada gastritis karena pekerjaan yang menyita waktu.
Pemeriksaan Fisik
:

Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan darah

: Baik
: Compos Mentis
: 150/100 mmHg

XIV.
XV.
XVI.
a.
b.
c.
d.
XVII.
a.
b.
c.
XVIII.

Pernapasan
Nadi
Suhu

: 18 x/menit
: 72 x/menit
: 37,1 C

Diagnosis Penyakit
: Hipertensi Essensial (genetik) dan Gastritis
Diagnosis Keluarga
: Darah Tinggi
Anjuran Penatalaksanaan Penyakit
Promotif
: Rajin berolahraga, pola makan yang sehat dengan rendah garam.
Preventif
: Diet rendah garam.
Kuratif
: Meminum obat secara teratur.
Rehabilitatif
: Meminum obat agar tekanan darah terkontrol dan tidak menimbulkan
komplikasi.
Prognosis
Penyakit
: Dubia ad bonam.
Keluarga
: Baik.
Masyarakat
: Baik.
Resume

Ibu Ho Lie Joen , 64 tahun adalah penderita hipertensi dengan Gastritis. Ibu Ho Lie Hoen
rajin memeriksakan dirinya ke puskesmas untuk kontrol darah tingginya. Saat ini beliau
mengkonsumsi obat antihipertensi yaitu amlodipin. Pasien memiliki pengetahuan yang cukup
tentang penyakitnya sehingga mampu melakukan pola hidup yang baik seperti olahraga
teratur, istirahat yang cukup, serta berobat yang teratur. Pasien memiliki pengetahuan yang
cukup tentang penyakitnya sehingga mampu melakukan pola hidup yang baik seperti
olahraga teratur, istirahat yang cukup, serta berobat yang teratur. Pasien disarankan untuk
melakukan pencegahan sekunder untuk mencegah komplikasi yang dapat timbul dengan
minum obat secara teratur, kontrol tekanan darahnya secara rutin minimal 1 bulan sekali,
olahraga secara teratur, memperbaiki pola makan, dan melakukan hal-hal yang terdapat
dalam perilaku hidup sehat. Sedangkan keluarga pasien sebagai kelompok resiko tinggi,
dianjurkan untuk berperilaku hidup sehat sedini mungkin dan mengontrol tekanan darah
secara teratur dan hidup dengan pola makan yang sehat. Untuk mencapai kesehatan yang
menyeluruh hendaknya didukung pula oleh kondisi rumah yang sehat.

Tinjauan Pustaka
Pendahuluan
Definisi hipertensi adalah tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan tekanan darah diastolik >
90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi. Berdasarkan penyebabnya,
hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu hipertensi esensial atau hipertensi primer yang
diketahui penyebabnya disebut juga hipertensi idiopatik dan hipertensi sekunder atau
hipertensi renal yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain.

Di Indonesia, hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan.


Hipertensi primer meliputi sekitar 95% kasus dari seluruh pasien hipertensi dan 5% lainya
mengalami hipertensi sekunder. Oleh karena itu, upaya penanganan hipertensi primer lebih
mendapatkan prioritas. Banyak pernelitian dilakukan terhadap hipertensi primer baik
mengenai patogenesis maupun tentang pengobatannya.
Pasien yang saya kunjungi merupakan pasien dengan hipertensi primer, beliau mendapatkan
hipertensi dari ayah nya (faktor genetik) dan beliau mengetahui tensi nya tinggi pun secara
tidak disengaja. Oleh karena itu penting dilakukannya checkup kesehatan secara berkala,
terutama pada usia yang sudah lebih dari 50 tahun. Dalam tinjauan pustaka ini akan dibahas
mengenai Hipertensi pada pra-lansia.

Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut
juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang
mempengaruhi nya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis,
sistem renin-angiotensin, defek dalam eksresi Na, peningkatan Na dan Ca intraselular,

dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, serta
polisitemia.1
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab
spesifiknya diketahui, seperti penggunaan esterogen, penyakit ginjal, hipertensi
vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom Cushing, hipertensi yang
berhubungan dengan kehamilan, dan lain-lain.1
Manifestasi Klinis
Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala. Bila demikian,
gejala baru muncul setelah komplikasi terjadi pada ginjal, mata, otak, atau jantung. Gejala
lain yang sering ditemukan adalah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa
berat di tengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang dan pusing.1
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan
menentukan adanya kerusakan organ dan faktor resiko lain atau mencari penyebab hipertensi.
Biasanya diperiksa urinalisa, darah perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin,
gula darah puasa, kolesterol total, kolesterol HDL), dan EKG.1,2
Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain, seperti klirens kreatinin, protein urin
24jam, asam urat, kolesterol LDL,atau TSH.1
Diagnosis
Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali pengukuran, hanya dapat
ditetapkan setelah dua kali atau lebih penguruan pada kunjungan yang berbeda, kecuali
terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala-gejala klinis. Pengukuran tekanan darah dilakukan
dalam keadaan pasien duduk bersandar, setelah beristirahat selama 5 menit, dengan ukuran
pembungkus lengan yang sesuai (menutupi 80% lengan). Tensimeter dengan air raksa masih
tetap dianggap alat pengukur yang terbaik.1-3
Anamnesis yang dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama menderitanya, riwayat dan
gejala penyakit-penyakit yang berkaitan seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung,
penyakit serebrovaskular, dan lainnya. Apakah terdapat riwayat penyakit dalam keluarga,
gejala-gejala yang berkaitan dengan penyebab hipertensi, perubahan aktivitas/kebiasaan
(seperti merokok), konsumsi makanan, riwayat obat-obatan bebas, hasil dan efek samping

terapi antihipertensi sebelumnya bila ada, dan faktor psikososial lingkungan (keluarga,
pekerjaan, dan sebagainya).2,3
Dalam pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dua kali atau lebih dengan
jarak 2 menit, kemudian di periksa ulang pada lengan kontralateral. Dikaji perbandingan
berat badan dan tinggi pasien. Kemudian dilakukan pemeriksaan funduskopi untuk
mengetahui adanya retinopati hipertensif, pemeriksaan leher untuk mencari bising karotid,
pembesaran vena, atau kelenjar tiroid. Di cari tanda-tanda gangguan irama dan denyut
jantung, pembesaran ukuran. Paru di periksa untuk mencari ronki dan bronkospasme.
Pemeriksaan abdomen dilakukan untuk mencari adanya massa, pembesaran ginjal, dan
pulsasi aorta yang abnormal. Pada ekstremitas dapat ditemukan pulsasi arteri perifer yang
menghilang, edema, dan bising. Dilakukan juga pemeriksaan neurologi.1-3
Klasifikasi sesuai WHO/ISH1
Klasifikasi

Sistolik (mmHg)

Diastolik (mmHg)

Normotensi

< 140

< 90

Hipertensi ringan

140 180

90 105

Hipertensi perbatasan

140 160

90 95

Hipertensi sedang dan berat

> 180

> 105

Hipertensi sistolik terisolasi

> 140

< 90

Hipertensi sistolik perbatasan

140 160

< 90

Klasifikasi pengukuran tekanan darah berdasarkan The Joint National Committe on


Prevention, Detection, Evaluation, and treatment of High Blood Pressure1 :
Kategori

Sistolik

Diastolik

Rekomendasi

Normal

(mmHg)
< 130

(mmHg)
< 85

Periksa ulang dalam 2 tahun

Perbatasan

130 139

85 99

Periksa ulang dalam 1 tahun

Hipertensi tingkat 1

140 159

90 99

Konfirmasi dalam 1 atau 2 bulan


Anjurkan modifikasi gaya hidup

Hipertensi tingkat 2

160 179

100 109

Evaluasi atau rujuk dalam 1 bulan

Hipertensi tingkat 3

> 180

> 110

Evaluasi atau rujuk segera dalam 1


minggu berdasarkan kondisi klinis

Catatan : pasien tidak sedang sakit atau minum obat antihipertensi. Jika tekanan sistolik dan
diastolik berada dalam kategori yang berbeda, masukkan dalam kategori yang lebih tinggi.
Patogenesis
Hipertensi esensial adalah multifaktorial yang timbul terutama karena interaksi antara faktorfaktor resiko tertentu. Faktor-faktor resiko yang mendorong timbulnya kenailan tekanan
darah tersebut adalah2 :
1. Faktor resiko, seperti: diet dan asupan garam, stress, ras, obesitas, merokok dan
genetik.
2. System saraf simpatis
Tonus simpatis
Variasi diurnal
3. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi : endotel pembuluh
darah berperan utama, tetapi remodeling dari endotel, otot polos dan interstitium juga
memberikan kontribusi akhir.
4. Pengaruh system endokrin setempat yang berperan pada system renin, angiotensin
dan aldosteron.
Faktor risiko dan gejala klinis
Faktor risiko terjadinya hipertensi, adalah antara lain2,3:
1. Obesitas (Kegemukan)
Merupakan ciri khas penderita hipertensi. Walaupun belum diketahui secara pasti
hubungan antara hipertensi dan obesitas, namun terbukti bahwa daya pompa jantung dan
sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi daripada
penderita hipertensi dengan berat badan normal.
2. Stress
Diduga melalui aktivasi saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas).
Peningkatan aktivitas saraf simpatis mengakibatkan meningkatnya tekanan darah secara
intermitten (tidak menentu).

3. Faktor Keturunan (Genetik)


Apabila riwayat hipertensi didapat pada kedua orang tua, maka dugaan hipertensi
essensial akan sangat besar. Demikian pula dengan kembar monozigot (satu sel telur)
apabila salah satunya adalah penderita hipertensi.
4. Jenis Kelamin (Gender)
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi daripada wanita.
Hipertensi berdasarkan gender ini dapat pula dipengaruhi oleh faktor psikologis. Pada
wanita seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat (merokok, kelebihan berat badan),
depresi dan rendahnya status pekerjaan. Sedangkan pada pria lebih berhubungan dengan
pekerjaan, seperti perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan dan pengangguran.
5. Usia
Dengan semakin bertambahnya usia, kemungkinan seseorang menderita hipertensi juga
semakin besar.
6. Asupan garam
Melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah yang akan diikuti
oleh peningkatan eksresi kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan hemodinamik
(sistem pendarahan) yang normal. Pada hipertensi essensial mekanisme inilah yang
terganggu
7. Gaya hidup yang kurang sehat
Walaupun tidak terlalu jelas hubungannya dengan hipertensi namun kebiasaan merokok,
minum minuman beralkohol dan kurang olahraga dapat pula mempenegaruhi
peningkatan tekanan darah.
Evaluasi pasien hipertensi mempunyai tiga tujuan:
1.

Mengidentifikasi penyebab hipertensi

2.

Menilai adanya kerusakan organ target dan penyakit kardiovaskular, beratnya penyakit,
serta respons terhadap pengobatan

3.

Mengidentifikasi adanya faktor risiko kardiovaskular yang lain atau penyakit penyerta,
yang ikut menentukan prognosis dan ikut menentukan panduan pengobatan.

Data yang diperlukan untuk evaluasi tersebut diperoleh dengan cara anamnesis, pemeriksaan
fisis, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan penunjang.
Pada 70-80% kasus hipertensi primer didapatkan riwayat hipertensi dalam keluarga meskipun
hal ini belum dapat memastikan diagnosis. Jika didapatkan riwayat hipertensi pada kedua

orang tua dugaan terhadap hipertensi primer makin kuat. Sebagian besar hipertensi primer
terjadi pada usia 25-45 tahun dan hanya pada 20% terjadi pada dibawah usia 20 tahun dan
diatas 50 tahun.3
Penatalaksanaan
1. Pengobatan Non-farmakologis.2,4,5
Penatalaksanaan dengan mengubah diet :

Tujuan Diet
- Menurunkan tekanan darah (diastole) 90 mmHg
- Menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan tubuh
- Mencapai dan menjaga BB dengan IMT 18.5 25

Syarat Diet
Menerapkan Diet Garam Rendah, yaitu sebagai berikut:

Cukup energi, protein, mineral dan vitamin

Konsumsi karbohidrat kompleks

Bentuk makanan sesuai dengan keadaan penyakit

Jumlah konsumsi natrium disesuaikan dengan berat tidaknya hipetensi

Hindari bahan makanan yang tinggi natrium

Konsumsi bahan makanan yang mengandung tinggi kalium, tinggi serat

Jenis Diet
-

Diet Garam Rendah I (200-400 mg Na)

Diberikan pada pasien dengan edema, asites, dan atau hipertensi berat. Tidak
ditambahkan garam dapur dalam pengolahan makanannya. Hindari juga bahan
makanan yang tinggi kadar natriumnya.
-

Diet Garam Rendah II (600-800 mg Na)

Diberikan pada pasien dengan edema, asites, dan atau hipertensi tidak terlalu berat.
Boleh menggunakan sdt (2 gr) garam dapur dalam pengolahan makanannya.
Hindari juga bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya.
-

Diet Garam Rendah III (1000-1200 mg Na)

Diberikan pada pasien dengan edema, asites, dan atau hipertensi ringan. Boleh
menggunakan 1 sdt (4 gr) garam dapur dalam pengolahan makanannya.

Bahan Makanan yang dianjurkan dan Tidak Dianjurkan

Dianjurkan: bahan makanan yang tidak menggunakan garam dapur, soda, atau baking
powder dalam pengolahannya. Bahan makanan segar tanpa diawetkan, daging dan ikan
maksimal 100 gr sehari, dan untuk telur 1 butir sehari.3,5
Dihindari: bahan makanan yang diolah dengan garam dapur, soda, baking powder,
asinan, dan bahan makanan yang diawetkan dengan natrium benzoat, soft drinks,
margarin dan mentega biasa, bumbu yang mengandung garam dapur (kecap, terasi,
tomato ketchup, tauco, dan lain sebagainya)
2. Pengobatan Farmakologi
Pengobatan hipertensi berlandaskan beberapa prinsip1,3 :
1.

Pengobatan hipertensi sekunder lebih mengutamakan pengobatan kausal

2.

Pengobatan hipertensi primer ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dengan


harapan memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komlikasi

3.

Upaya menurunkan tekanan darh dicapai dengan menggunakan obat anti


hipertensi selain dengan perubahan gaya hidup

4.

Pengobatan hipertensi primer adalah pengobatan jangka panjang dengan


kemungkinan besar untuk seumur hidup

5.

Pengobatan menggunakan algoritma yang dianjurkan The Joint National


Committee on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure.
Pada sebagian besar pasien pengobatan dimulai dengan dosis kecil obat anti hipertensi yang
dipilih, dan jika perlu dosisnya secara perlahan-lahan dinaikan, bergantung pada umur,
kebutuhan, dan hasil pengobatan. Obat anti hipertensi yang dipilih sebaiknya yang
mempunyai efek penurunan tekanan darah selama 24 jam dengan dosis sekali sehari, dan
setelah 24 jam efek penurunan tekanan darahnya masih diatas 50% efek maksimal. Obat
antihipertensi kerja panjang yang mempunyai efek penurunan tekanan darah selama 24 jam
lebih disukai daripada obat jangka pendek disebabkan oleh beberapa faktor antara lain2,3 :
1.

Kepatuhan lebih baik dengan dosis sekali sehari

2.

Harga obat dapat lebih murah

3.

Pengendalian tekanan darah perlahan-lahan dan persisten

4.

Mendapat perlindungan terhadap faktor risiko seperti kematian mendadak, serangan


jantung, dan strok, yang disebabkan oleh peninggian tekanan darah pada saat bangun
setelah tidur malam hari.

Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmaklogis hipertensi yang dianjurkan oleh JNC :

Diuretika, terutama jenis Thiazide (thiaz) atau Aldosterone Antagonist (Aldo Ant)
Beta Blocker (BB)
Calcium Channel Blocker atau Calcium Antagonist (CCB)
Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)
Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor antagonist/blocker (ARB)

Masing-masing obat antihipertensi memiliki efektivitas dan keamanan dalam pengobatan


hipertensi, tetapi pemilihan obat antihipertensi juga dipengaruhi beberapa faktor yaitu2:

Faktor sosial ekonomi


Profil faktor resiko kardiovaskular
Ada tidaknya kerusakan organ target
Ada tidaknya penyakit penyerta
Variasi individu dari respon pasien terhadap obat antihipertensi
Kemungkinan adanya interaksi dengan obat yang gunakan pasien untuk penyakit lain
Bukti ilmiah kemampuan obat antihipertensi yang akan digunakan dalam menurunkan
resiko kardiovaskular

Daftar Pustaka
1. Mansjoer A, Suprohalita, Wardhani WL, Setiowulan W: Kapita Selekta Kedokteran,
Jakarta, Media Aaesculapius FKUI; 2008.
2. Kasper DL, Fauci AS, Lonjo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL: Harrison's
Principles Of Internal Medicine, 16 th ed, Mc Graw Hill Med. Publ.Div.; 2005.
3. Noer MS: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Ketiga, Jilid kesatu, Balai Penerbit
FKUI; 2003.
4. Pohan S. I.. Jaminan mutu layanan kesehatan. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC; 2006.
5. Chandra B. Ilmu kedokteran pencegahan dan komunitas. Jakarta: Penerbit buku kedokteran
EGC; 2009.

Anda mungkin juga menyukai