Anda di halaman 1dari 10

Penyakit Akibat Kerja Karena Getaran Mekanis

Felicia Ananda Baeha Waruwu


102011410
F6
fel_4nanda@yahoo.co.id
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Dahlia III No. 39 RT/RW 04/09, Bumi Cengkareng Permai, Jak-Bar
Pendahuluan
Ilmu kesehatan kerja termasuk ilmu yang masih baru dikembangkan sejak zaman
Ramazzini pada abad ke-18. Ilmu kesehatan atau kedokteran kerja spesialisasi ilmu kesehatan
atau kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja/masyarakat pekerja bisa
memperoleh derajat kesehatan sebaik-baiknya, baik fisik, mental, emosional, sosial.
Kesehatan kerja diartikan sebagai ilmu kesehatan dan penerapannya bertujuan untuk
mewujudkan tenaga kerja sehat, produktif saat bekerja, dan berada dalam keseimbangan yang
mantap antara kapasitas kerja, beban kerja, dan keadaan lingkungan kerja, serta terlindung
dari penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja. WHO mengartikan sehat
sebagai keadaan sejahtera, bukan hanya sekedar tidak ada penyakit, cacat, dan kelemahan.
Kedokteran kerja adalah kedokteran komunitas dan komunitas yang menjadi sasaran adalah
komunitas tenaga atau pekerja.1,2
Namun masalah-masalah kesehatan juga tetap bisa terjadi karena keteledoran para
pekerjanya. Alat pelindung diri yang tidak dipakai dengan baik, peraturan yang sudah dibuat
tapi tidak dilaksanakan baik, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan kecelakaan atau
penyakit yang timbul karena pekerjaan. Salah satunya adalah penyakit yang timbul karena
getaran, baik dari peralatan atau dari kendaraan yang dipakai. Penyakit ini seringkali terjadi
pada pekerja yang setiap harinya menggunakan kendaraan bermotor dengan jarak-jarak yang
jauh (kurir, tukang ojek). Karena itu seharusnya para pekerja sudah diberikan perlindungan
diri dari getaran mekanis ini.
Skenario
Seorang laki-laki berusia 42 tahun datang ke klinik dengan keluhan kedua tangannya
kebas.
1|PBL 28- Penyakit Akibat Kerja Karena Getaran Mekanis

Tinjauan Pustaka
Anamnesis
Pada tahun 1700-an, Bernardino Ramazzini, profesor doktor ilmu kedokteran di
Modena dan Padua, Italia, merekomendasikan bahwa dokter perlu menanyakan pekerjaan
pasien pada saat datang berobat. Sebelumnya hanya tiga pertanyaan yang dierkomendasikan
oleh Hippocrates, yaitu nama, alamat, dan usia pasien. Informasi yang didapat dari dari
pertanyaan rutin kepada pasien tentang pekerjaannya seringkali tidak cukup memadai dan
tidak lengkap. Alasan menanyakan hal ini pada pasien adalah untuk mengkaji seberapa jauh
penyakit disebabkan atau berhubungan melalui beberapa cara dengan pekerjaan pasien.
Selain itu dengan ditanyakan status pekerjaannya atau berhubungan dengan pasien yang baru
saja kembali bekerja juga harus didasarkan pada pertimbangan (1) efek jangka panjang
penyakit tersebut; (2) sifat pekerjaan saat pasien kembali bekerja ; (3) apakah kembali
bekerjanya pasien menyebabkan kambuhnya atau memperberat penyakit ; (4) dan apakah
kembali bekerja menyebabkan kerugian atau mengganggu kesehatan teman sekerja atau
masyarakat umum. Contoh bila pasien diperiksa untuk anemia yang disebabkan oleh karena
pajanan timah, asma akibat jerja, dermatitis akibat kerja, kelainan muskuloskeletal karena
faktor ergonomis yang buruk, maka jelas kalau pasien kembali bekerja pada tempat yang
sama harus dilakukan pencegahan terhadap kambuhnya penyakit.1
Beberapa keadaan lain, dapat memperberat PAK pada pekerja yang kembali bekerja.
Misalnya pada pekerja yang memiliki infark miokard tidak mungkin kembali ke tempat kerja
yang membutuhkan tenaga fisik atau pekerjaan penuh tekanan. Selain itu seorang pekerja
yang kembali bekerja juga dapat memberi dampak pada teman kerja atau masyarakat
sekeliling, seperti misalnya pada pekerja yang menderita TBC atau HIV. Terakhir,
menanyakan pasien tentang pekerjaannya akan memberi petunjuk yang baik tentang taraf
pendidikan dan sosial-ekonominya agar informasi yang cukup berharga untuk disampaikan
dapat disampaikan dengan baik dan dimengerti pasien. Seorang dokter juga harus
menanyakan mengenai pekerjaan terakhir pasien, jika pasiennya adalah seorang yang sudah
pensiun atau berpindah pekerjaan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui lebih jauh mengenai
riwayat penyakit pasien yang mungkin berhubungan dengan pekerjaan sebelumnya.1
Jenis pekerjaan pasien juga harus ditanyakan dengan detail, karena terkadang pasien
malu untuk mengatakan tentang pekerjaannya. Selanjutnya harus ditanyakan juga mengenai
sifat bahaya pekerjaannya. Bahaya yang tidak terduga lainnya dalam menanyakan riwayat
pekerjaan, yaitu pasien mungkin memiliki lebih dari satu pekerjaan. Dengan demikian, pasien
2|PBL 28- Penyakit Akibat Kerja Karena Getaran Mekanis

seringkali hanya menyebutkan pekerjaan yang dianggapnya sebagai pekerjaan utama dan
tidak memberi informasi mengenai pekerjaannya yang lain. Oleh karena itu, tepat bila pasien
ditanya apakah memiliki pekerjaan lain. Komponen riwayat pekerjaan termasuk deskripsi
pekerjaannya dan sifat pekerjaannya, jumlah jam kerja atau giliran jam kerja, tipe bahaya,
pekerjaan sebelumnya, pekerjaan lain, pajanan dalam rumah tangga, hobi, dan apa pekerja
lain menderita keluhan yang sama. Riwayat pekerjaan harus ditanyakan secara detail.
Tambahan informasi lain yang harus ditanyakan adalah kebiasaan merokok, keluhan pekerja
lain yang sama, hubungan waktu antara pekerjaan dan timbulnya gejala, derajat pajanan,
pemakaian APD, dan metode pengolahan bahan.1
Hasil anamnesis :
Nama : Bapak X
Umur : 42 tahun
Tempat tinggal : Pekerjaan : Distribusi obat dari pabrik Y ke apotek-apotek
RPS : Keluhan kebas pada kedua tangan yang dirasa sejak 3 bulan lalu, makin terasa berat
saat bekerja, dan berkurang saat tidak bekerja dan mengibaskan tangan.
RPD : RPK : Lama Pekerjaan : 12 tahun
Durasi Pekerjaan : 8 jam/hari, 5 hari/minggu
Jenis kendaraan : motor produksi tahun 2000, tidak menggunakan APD saat bekerja
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
terlebih dahulu. Setelah itu bisa dilakukan pemeriksaan dengan tes sensitivitas. Pemeriksaan
yang biasa dilakukan adalah sensasi posisi, vibrasi, raba dan tekanan, dan suhu dan nyeri.
Pemeriksaan sensasi posisi (proprioseptif) diperiksa dengan menetukan kemampuan pasien
untuk mendeteksi gerakan pasif jari-jari ke atas atau ke bawah saat mata ditutup. Caranya
adalah pegang ibu jari kaki pasien pada kedua sisinya dengan menggunakan ibu jari dan
telunjuk pemeriksa. Gerakkan ibu jari kaki nya menjauhi jari kaki yang lain untuk
menghindari gesekan. Demonstrasikan gerakan naik turun setelah pasien menutup mata nya
dan minta kepadanya untuk menyebutkan apakah gerakan tersebut naik atau turun. Sensasi
vibrasi/getaran dilakukan dengan menggunakan garpu tala 128 Hz. Pertama kali harus
dikonfirmasi kemampuan pasien untuk mendeteksi getaran dengan menempelkan dasar garpu
3|PBL 28- Penyakit Akibat Kerja Karena Getaran Mekanis

tala di sternum. Sensasi yang sama juga harus dicoba pada bagian anggota gerak lain.
Caranya : ketukkan garpu tala pada telapak tangan pemeriksa dan letakkan dengan erat pada
artikulasio interfalangeal distal jari tangan pasien kemudian di artikulasio interphalangeal ibu
jari kakinya. Jika pasien tidak bisa mendeteksi getaran pada jari tangan dan kaki, makan
harus diperiksa tonjolan tulang yang lebih proksimal, misalnya maleolus di pergelangan kaki
dan dan processus styloideus ulna. Agar hasil pemeriksaan objektif, minta pasien untuk
menutup matanya. Tanyakan apa yang dirasakan pasien.3
Sensasi kutaneus meliputi kemampuan mendeteksi raba halus dengan kapas, rangsang
nyeri menggunakan jarum, suhu menggunakan silinder logam yang diisi dengan air panas
atau dingin. Ketika melakukan pemeriksaan ini bandingkan daerah distal extremitas dengan
daerah proksimalnya. Pada neuropati diabetic akan terlihat penurunan atau hilang nya sensasi
getaran dan nyeri. Pada perjalanan klinik secara progresif dapat terjadi paresis simetris yang
mulai pada otot kedua kaki yang kemudian secara progresif menuju ke atas yaitu paresis otot
tungkai, badan, tangan, lengan,dst.3
Capillary refill time adalah tes yang dilakukan cepat pada daerah kuku untuk
memonitor dehidrasi dan jumlah aliran darah ke jaringan (perfusi). Tes dilakukan dengan
memegang tangan pasien lebih tinggi dari jantung (mencegah refluks vena), lalu tekan lembut
kuku jari tangan atau jari kaki sampai putih, kemudian dilepaskan. Catat waktu yang
dibutuhkan untuk warna kuku kembali normal setelah tekanan dilepaskan. Jika aliran darah
balik ke kuku, warna kuku akan kembali merah dalam waktu kurang dari dua detik. CRT
memanjang (> 2 detik) terjadi pada keadaan dehidrasi, syok, peripheral vascular disease, dan
hipotermia. Grififin score dilakukan dengan menghitung total nilai dari rasa kesemutan yang
muncul pada ruas-ruas jari tangan. Jari tangan 2-5 setiap ruas bernilai 1,2,3 dan untuk jari 1
bernilai 4,5 pada setiap ruasnya.4 Hasil dari pemeriksaan fisik pasien adalah TTV dalam batas
normal, status lokalis dalam batas normal, Griffin score 6, dan pemeriksaan penunjang lain
dalam batas normal.
Hal yang selanjutnya dilakukan adalah pemeriksaan kondisi tempat kerja pasien jika
memungkinkan). Pemeriksaan bertujuan untuk mengevaluasi tempat kerja terhadap
kemungkinan bahaya kerja secara sistematis dan lengkap. Evaluasi seperti itu dibutuhkan
untuk menghindarkan pekerja dan karyawan lainnya dalam suatu lingkungan kerja
mengalami bahaya. Hal ini bisa dilakukan juga jika memang ada permintaan untuk dilakukan
pemeriksaan kawasan kerja agar dapat menemukan kemungkinan timbulnya masalah pada

4|PBL 28- Penyakit Akibat Kerja Karena Getaran Mekanis

bidang tertentu dan merekomendasikan cara pencegahan yang tepat untuk mengurangi
gangguan kesehatan kerja.1
Pengertian Getaran
Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak-balik
dari kedudukan keseimbangan (KEP-51/MEN/1999). Getaran terjadi saat mesin atau alat
dijalankan dengan motor, sehingga pengaruhnya bersifat mekanis (Sugeng Budiono). Vibrasi
adalah getaran yang dapat disebabkan oleh getaran udara atau getaran mekanis, misalnya
mesin atau alat-alat mekanis (J.F. Gabriel). Getaran merupakan efek dari suatu sumber yang
mempunyai satuan Hertz (Depkes). Getaran (vibrasi) adalah suatu faktor fisik yang menjalar
ke tubuh manusia, mulai dari tangan sampai ke seluruh tubuh turut bergetar (osilasi)akibat
getaran peralatan mekanis yang dipergunakan dalam tempat kerja (Emil Salim).5
Jenis Getaran
a. Getaran seluruh tubuh2,5,6
Getaran yang terjadi pada tubuh pekerja yang bekerja sambil duduk atau sedang
berdiri dimana landasannya menimbulkan getaran. Biasanya frekuensi getaran adalah 520 Hz. Getaran seperti ini biasanya dialami oleh pengemudi kendaraan, seperti traktor,
bus, helikopter, atau bahkan kapal. Kekuatan getaran mekanis yang disalurkan ke badan
tergantung kepada sifat bantalan duduk atua injakkan kaki yaitu peredam yang
menurunkan kekuatan getaran atau ikut bergetar sehingga menambah kekuatan getaran.
Bahan peredam yang baik adalah bantala tempat duduk atau injakkan kaki yang berisikan
kapuk atau busa. Material yang menambah kekuatan getaran adalah logam atau benda
padat lainnya yang frekuensinya sama atau serupa dengan sumber getaran mekanis yang
bersangkutan.
Gangguan melakukan pekerjaan oleh karena getaran mekanis adalah akibat
gangguan menggerakkan tangan dan menurunnya ketepatan dan ketajaman penglihatan.
Cara mengatasinya adalah mengurangi sampai sesedikit mungkin terjadinya getaran pada
tangan dan kaki yaitu dengan memakai peredam getaran. Bertambahnya tonus otot yang
dikarenakan getaran mekanis dengan frekuensi <20 Hz menjadi penyebab kelelahan.
Kontraksi statis oleh bertambahnya tonus otot akan mengakibatkan penimbunan asam
laktat dalam jaringan tubuh dengan akibat bertambah panjangnya waktu reaksi otot dan
saraf. Rasa tidak nyaman yang timbul karena getaran mekanis menjadi sebab kurangnya
fokus perhatian.
Batas toleransi yang dianjurkan ISO/TC 108/WGI untuk berbagai jenis intensitas
getaran mekanis. Dalam fisika diketahui bahwa menjalarnya suatu getaran dapat
5|PBL 28- Penyakit Akibat Kerja Karena Getaran Mekanis

dihambat dengan meletakkan peredam dibawah benda yang bergetar. Maka dari itu,
frekuensi peredam sebaiknya sekitar 1 Hz. Peredam diletakan pada tempat duduk dan alas
kaki pekerja. Pajanan jangka pendek dapat terjadi :
- Nyeri dada dan sakit perut akibat goyangan organ di dalam rongga dada dan perut.
- Sakit kepala, mual, dan gangguan keseimbangan akibat goyangan kepala.
- Penglihatan kabur, otot berkontraksi spontan, sehingga tidak dapat mengerjakan
-

pekerjaan yang perlu ketelitian.


Napas pendek.
Gangguan bicara.

Pada pajanan jangka panjang dapat timbul :


-

Gesekan tulang dan sendi yang dapat mengakibatkan fraktur dan inflamasi sendi.
Spondilositosis, perubahan degeneratif medula spinalis, skoliosis lumbalis, cedera

diskus intervertebralis, dan HNP.


Gangguan pada jantung, varises, varikokel, dan trombus akibat terhambatnya darah

kembali ke jantung.
b. Getaran lengan tangan (hand arms vibartion syndrom / HAVS) 2,5
Getaran yang merambat melalui tangan akibat pemakaian peralatan yang bergetar ,
frekuensi berkisar antara 20-500 Hz. Frekuensi yang berbahaya adalah 128 Hz, karena
tubuh manusia sangat peka pada frekuensi ini. Hand Arm Vibration Syndrome (HAVS)
adalah gangguan kesehatan akibat kerja karena penggunaan alat bantu genggam yang
menimbulkan vibrasi dalam jangka waktu yang lama. Oleh karena vibrasi dari peralatan
ini hanya ditransmisikan ke tangan dan lengan maka disebut dengan istilah vibrasi
segmental. Vibrasi ini harus dibedakan dari vibrasi yang ditransmisikan pada seluruh
tubuh yang disebut dengan wholebody vibration, akibat dari vibrasi yang ditransmisikan
pada individu yang duduk atau bekerja dalam mesin/kendaraan yang bergerak dan
menimbulkan vibrasi pada seluruh tubuhnya. Biasanya pekerja yang sering mengalami
HAVS adalah pekerja perkebunan, manufaktur, kehutanan, konstruksi dan pertambangan,
yang secara terus-menerus menggunakan mesin atau peralatan bergetar. Dalam
pertambangan alat demikian adalah tukul yang secara mekanis akan dipukul oleh alat
penegbor, yang di negara maju sudah diganti dengan mesin. Pabrik baja dan pengecoran
logam yang menggunakan gerindra. Pekerja khutanana yang memakai gergaji mesin.
Gejala yang seringkali muncul adalah :
a. Kelainan pada vaskular - efek pemucatan pada episodik buku jari ujung yang
bertambah parah pada suhu dingin.
b. Efek neurologik - buku jari mengalami kesemutan dan baal.
c. Kerusakan pada persendian dan tulang.
Fenomena Raynaud (VWF) merupakan gejala yang khas pada penderita HAVS, yaitu :
- Keadaan pucat atau biru yang terjadi berulang pada tangan, dengan mulai tampak
6|PBL 28- Penyakit Akibat Kerja Karena Getaran Mekanis

pada saat pekerja berada dilingkungan kerja dengan suhu dingin. Tanpa adanya klinis
penyumbatan pembuluh darah tepi serta kelainan gizi dan bila kelainan itu ada, hanya
terbatas pada kulit saja. Mulanya hanya terasa pada sebelah tangan, namun kemudian
meluas kekedua tangan secara asimetris dan gejala semakin parah. Gejala datang dan
hilang dengan durasi dari beberapa menit sampai beberapa jam. Rasa nyeri juga
mempunyai tingkatan berbeda, kehilangan daya pegang, dan menurunnya kemmapuan
mengendalikan otot. Biasanya akan timbul pada frekuensi 30-40 Hz. Otot yang
menjadi lemah biasanya abduktor jari kelingking, otot interosa (antar tulang), dan
fleksor jari-jari. Gejala hilang saat peredaran kembali normal yang dapat dilakukan
dengan melakukan pemanasan tangan dalam air hangat/panas, pemijatan, meniupkan
-

udara panas ke tangan, dan menggerak-gerakkan tangan secara berputar.


Baal/mati rasa.
Kesemutan pada ujung jari (setelah terpapar dingin atau vibrasi).
Mekanismenya masih belum diketahui sepenuhnya, walaupun ditemukan
pengerutan pada pembuluh darah. Hal ini mungkin terjadi karena rangsangan kepada
reseptor pada dinding nadi. Selain itu, mungkin getaran mempengaruhi susunan saraf
otonom tangan. Fenomena ini tidak akan timbul pada getaran < 35 Hz.
Kelainan persendian dan tulang disebabkan oleh getaran yang timbul dan
merangsang susunan tulang. Gejala subyektifnya adalah rasa nyeri dan keterbatasan
gerak pada sendi. Namun sendi bahu jarang terganggu dibandingkan dengan sendi
pergelangan tangan dan siku.

Tabel 1. Skala klasifikasi stockholm untuk gejala vaskuler 5

Tabel 1. Skala klasifikasi stockholm untuk gejala sensorineural 5

Diagnosis Banding
a. Neuropati perifer
Suatu gangguan saraf perifer, motorik, sensorik, atau campuran yang biasanya
simetris dan lebih banyak mengenai bagian distal dibanding proksimal. Umumnya
7|PBL 28- Penyakit Akibat Kerja Karena Getaran Mekanis

ditimbulkan oleh karena diabetes mellitus, neuropati karsinomatosa, defisiensi


vitamin B, khususnya pada konsumsi alkohol berlebihan, obat-obatan atau bahan
kimia. Pada neuropati diabetikum gejala yang timbul adalah gejala baal, parestesia,
dan kadang nyeri pada kaki berhubungan dengan hilangnya sensasi getar dan posisi.
Yang khas adalah hilangnya refleks pergelangan kaki. Pasien yang alkoholik datang
dengan baal dan parestesia, nyeri dan sakit pada kaki juga bisa dirasakan karena
vitamin B1 mengalami defisiensi. Defisiensi vitamin B12 berhubungan dengan
anemia megaloblastik dan degenerasi medulla spinalis. Obat yang bisa menimbulkan
neuropati perifer adalah obat untuk TBC yaitu INH karena menyebabkan defisiensi
dari vitamin B6.7
b. Carpal Turner Syndrome
HAVS perlu dibedakan dengan CTS yaitu gangguan pada tangan yang
disebabkan oleh kerusakan nervus medianus akibat adanya penghambatan jalannya
nervus medianus di terowongan karpal. Gejala yang timbul hampir sama yaitu baal
dan kesemutan. Bila pekerja telah lama bekerja pada pekerjaan yang memakai alat
bergetar , maka pikirkan HAVS terlebih dahulu. Diagnosis yang tepat sangat penting
karena berkaitan dengan tindakan pembedahan yang tidak selalu bermanfaat jika
pajanan terhadap getaran tangan dan lengan merupakan faktor yang berperan terhadap
kelainan tersebut.8
Epidemiologi
Terdapat 1 dari 10 pekerja yang bekerja dengan alat yang bergetar tersebut mederita
HAVS. Menurut Industrial Injuries Schemes (IIS) pada tahun 2003/2004 terdapat 1015 kasus
baru VWF (Vibration White Finger) (1010 pria dan 5 wanita). Jumlah ini sudah menurun
dibandingkan pada tahun 2003/2004 sebanyak 1775 kasus (1765 pria dan 10 wanita). HAVS
sudah dikenal sebagai penyakit akibat kerja oleh ILO (International Labour Office) dan the
European Commision. Lawson dan McGeoch mereview proses penilaian kesehatan para
pekerja dan melaporkan bahwa > 100.000 mantan pekerja tambang batubara di Ingris
menuntut kompensasi akibat HAVS.8
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penderita HAVS perlu dilakukan secara menyeluruh dengan
melibatkan berbagai ahli yang terkait, meliputi :8
a. Physiobalneotherapy (terapi olahraga, olahraga dalam kolam dan fisioterapi). Terapi
ini melibatkan seluruh tubuh dan dapat memberikan perbaikan sirkulasi, nervous, dan
gangguan motorik karena kurangnya aliran darah ke daerah yang mengalami
8|PBL 28- Penyakit Akibat Kerja Karena Getaran Mekanis

gangguan. Dalam physiobalneotherapy, latihan terapi dan latihan di kolam renang


(temperatur air 38-40C) dianjurkan untuk setiap pasien. Dalam kasus ini, pasien bisa
mencoba menggerakkan tangannya di air hangat dengan temperatur yang telah
disebutkan.
b. Pemberian obat (vasodilator, stabilisasi otonomik, calcium channel blocker,
pentoxyphiloine).
c. Terapi bloking saraf.
d. Terapi bedah untuk paralisa atau paresis nervus ulnaris.
e. Pendidikan pada pasien baha efek pemuliha lama dan untuk menghindari faktor yang
menimbulkan gejala.
Prognosis
Baik jika dapat segera ditangani dan pasien tahu cara untuk penanganan awal saat
gejala terasa.
Pencegahan
Ada empat hal utama yang harus dilakukan adalah :8
a. Modifikasi kerja untuk mengurangi paparan dengan cara mendesain ulang peralatan
yang menimbulkan getaran untuk meminimalisasi pajanan pada tangan dan lengan.
Bila pendesainan ulang tidak memungkinkan, maka perlu dicari cara lain untuk
mengurangi pajanan itu. pemeriksaan alat secara berkala untuk menjaga efek getaran
agar tetap minimum. Pembuatan waktu istirahat untuk bekerja agar paparan tidak
terus-menerus, kurang lebih 10 menit.
b. Evaluasi kesehatan dilakukan pada masa prakerja dan diperiksa oleh dokter yang
paham betul mengenai HAVS. Pekerja dengan riwayat sirkulasi darah yang abnormal
dan pekerja dengan Raynauds syndrome tidak boleh bekerja dengan alat-alat yang
bergetar. Begitu juga dengan pekerja yang sedang terkena HAVS atau riwayat HAVS
sebelumnya. Bila pekerja kemudian menderita gejala kesemutan dan baal, jari-jari
kadang menjadi putih atau biru, nyeri terutama ketika dingin, harus segera diperiksa
dokter untuk memastikan CTS atau HAVS.
c. Cara kerja sehari-hari dengan menggunakan APD seperti satung tangan hangat dengan
multi lapisan. Bila memungkinkan bisa memakai sarung tangan anti getaran. Sebelum
bekerja, tangan pekerja perlu dihangatkan untuk menjaga aliran darah agar tetap
lancar. Agar tetap hangat saat dipakai, sarung tangan disimpan dalam lemari
penghangat atau dekat radiator. Hindari tangan dingin saat memakai alat-alat bergetar.
Diusahakan memegang alat yang bergetar dengan tenaga ringan.
d. Pendidikan bagi pekerja dengan memberi pelatihan tentang hazard getaran dan
diajarkan bagaimana meminimalisasi efek getaran tersebut. Gejala-gejala awal HAVS
9|PBL 28- Penyakit Akibat Kerja Karena Getaran Mekanis

sehingga mereka dengan segera mencari pengobatan agar terhindar dari gejala yang
lebih parah. Pekerja yang merokok lebih rentan terkena HAVS, karena tembakau
dapat mempengaruhi aliran darah.
Penutup
Vibrasi adalah salah satu sumber pajanan fisik yang bisa menimbulkan PAK. Penyakit
yang seringkali timbul adalah HAVS (hands-arm syndromes). HAVS akan menimbulkan
gejala yang hampir sama seperti VWF/Raynauds syndromes. Gejala yang timbul adalah rasa
baal, nyeri, kulit putih dan biru. Untuk penatalaksanaan bisa dilakukan pemberian obat-obat,
fisioterapi, dan bedah (pilihan terakhir). Selain itu, perusahaan juga seharusnya melakukan
pencegahan terhadap HAVS dengan melakukan modifikasi alat, pendidikan pada pekerja,
evaluasi kesehatan, dan cara bekerja sehari-hari agar HAVS bisa terhindari. Gaya hidup sehat
seperti tidak merokok juga dapat mencegah HAVS.
Daftar Pustaka
1. Suryadi, Sihombing RNE, Widyastuti P. Pekerjaan dan kesehatan. Dalam Buku Ajar
Praktik Kedokteran Kerja. Diterjemahkan dari Textbook of Occupational Medicine
Practice. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2009.h.1-28.
2. Sumamur PK. Higiene perusahaan dan kesehatan kerja (hiperkes). Edisi ke-2. Jakarta :
CV Sagung Seto ; 2013.
3. Ginsberg L. Sensasi. Dalam Lecture Notes Neurologi. Edisi ke-8. Diterjemahkan dari
Lecture Notes : Neurology. 8th ed. Jakarta : Penerbit Erlangga ; 2005.h.51-4.
4. Dugdale,

David

C.

Capillary

nail

test.

Diunduh

dari

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003394.htm ; 19 Oktober 2014.


5. Bab

II

Tinjaun

Pustaka.

Diunduh

dari

http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/3kesmaspdf/207313015/bab2.pdf ; 19 Oktober 2014.


6. Harrianto R. Bahaya kerja fisik. Dalam Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC ; 2009.
7. Rubeinstein D, Wayne D, Bradley J. Neurologi. Dalam Lecture Notes Kedokteran Klinis.
Edisi ke-6. Diterjemahkan dari Lecture Notes on Clinical Medicine. 6th ed. Jakarta :
Penerbit Erlangga ; 2007.h.91-139.
8. Samara D. Diagnosis dan penatalaksanaan hand arm vibration syndrome pada pekerja
pengguna alat yang bergetar. Universa Medicina 2012 ; 25 (3).

10 | P B L 2 8 - P e n y a k i t A k i b a t K e r j a K a r e n a G e t a r a n M e k a n i s

Anda mungkin juga menyukai