Tinjauan Pustaka
Anamnesis
Pada tahun 1700-an, Bernardino Ramazzini, profesor doktor ilmu kedokteran di
Modena dan Padua, Italia, merekomendasikan bahwa dokter perlu menanyakan pekerjaan
pasien pada saat datang berobat. Sebelumnya hanya tiga pertanyaan yang dierkomendasikan
oleh Hippocrates, yaitu nama, alamat, dan usia pasien. Informasi yang didapat dari dari
pertanyaan rutin kepada pasien tentang pekerjaannya seringkali tidak cukup memadai dan
tidak lengkap. Alasan menanyakan hal ini pada pasien adalah untuk mengkaji seberapa jauh
penyakit disebabkan atau berhubungan melalui beberapa cara dengan pekerjaan pasien.
Selain itu dengan ditanyakan status pekerjaannya atau berhubungan dengan pasien yang baru
saja kembali bekerja juga harus didasarkan pada pertimbangan (1) efek jangka panjang
penyakit tersebut; (2) sifat pekerjaan saat pasien kembali bekerja ; (3) apakah kembali
bekerjanya pasien menyebabkan kambuhnya atau memperberat penyakit ; (4) dan apakah
kembali bekerja menyebabkan kerugian atau mengganggu kesehatan teman sekerja atau
masyarakat umum. Contoh bila pasien diperiksa untuk anemia yang disebabkan oleh karena
pajanan timah, asma akibat jerja, dermatitis akibat kerja, kelainan muskuloskeletal karena
faktor ergonomis yang buruk, maka jelas kalau pasien kembali bekerja pada tempat yang
sama harus dilakukan pencegahan terhadap kambuhnya penyakit.1
Beberapa keadaan lain, dapat memperberat PAK pada pekerja yang kembali bekerja.
Misalnya pada pekerja yang memiliki infark miokard tidak mungkin kembali ke tempat kerja
yang membutuhkan tenaga fisik atau pekerjaan penuh tekanan. Selain itu seorang pekerja
yang kembali bekerja juga dapat memberi dampak pada teman kerja atau masyarakat
sekeliling, seperti misalnya pada pekerja yang menderita TBC atau HIV. Terakhir,
menanyakan pasien tentang pekerjaannya akan memberi petunjuk yang baik tentang taraf
pendidikan dan sosial-ekonominya agar informasi yang cukup berharga untuk disampaikan
dapat disampaikan dengan baik dan dimengerti pasien. Seorang dokter juga harus
menanyakan mengenai pekerjaan terakhir pasien, jika pasiennya adalah seorang yang sudah
pensiun atau berpindah pekerjaan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui lebih jauh mengenai
riwayat penyakit pasien yang mungkin berhubungan dengan pekerjaan sebelumnya.1
Jenis pekerjaan pasien juga harus ditanyakan dengan detail, karena terkadang pasien
malu untuk mengatakan tentang pekerjaannya. Selanjutnya harus ditanyakan juga mengenai
sifat bahaya pekerjaannya. Bahaya yang tidak terduga lainnya dalam menanyakan riwayat
pekerjaan, yaitu pasien mungkin memiliki lebih dari satu pekerjaan. Dengan demikian, pasien
2|PBL 28- Penyakit Akibat Kerja Karena Getaran Mekanis
seringkali hanya menyebutkan pekerjaan yang dianggapnya sebagai pekerjaan utama dan
tidak memberi informasi mengenai pekerjaannya yang lain. Oleh karena itu, tepat bila pasien
ditanya apakah memiliki pekerjaan lain. Komponen riwayat pekerjaan termasuk deskripsi
pekerjaannya dan sifat pekerjaannya, jumlah jam kerja atau giliran jam kerja, tipe bahaya,
pekerjaan sebelumnya, pekerjaan lain, pajanan dalam rumah tangga, hobi, dan apa pekerja
lain menderita keluhan yang sama. Riwayat pekerjaan harus ditanyakan secara detail.
Tambahan informasi lain yang harus ditanyakan adalah kebiasaan merokok, keluhan pekerja
lain yang sama, hubungan waktu antara pekerjaan dan timbulnya gejala, derajat pajanan,
pemakaian APD, dan metode pengolahan bahan.1
Hasil anamnesis :
Nama : Bapak X
Umur : 42 tahun
Tempat tinggal : Pekerjaan : Distribusi obat dari pabrik Y ke apotek-apotek
RPS : Keluhan kebas pada kedua tangan yang dirasa sejak 3 bulan lalu, makin terasa berat
saat bekerja, dan berkurang saat tidak bekerja dan mengibaskan tangan.
RPD : RPK : Lama Pekerjaan : 12 tahun
Durasi Pekerjaan : 8 jam/hari, 5 hari/minggu
Jenis kendaraan : motor produksi tahun 2000, tidak menggunakan APD saat bekerja
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
terlebih dahulu. Setelah itu bisa dilakukan pemeriksaan dengan tes sensitivitas. Pemeriksaan
yang biasa dilakukan adalah sensasi posisi, vibrasi, raba dan tekanan, dan suhu dan nyeri.
Pemeriksaan sensasi posisi (proprioseptif) diperiksa dengan menetukan kemampuan pasien
untuk mendeteksi gerakan pasif jari-jari ke atas atau ke bawah saat mata ditutup. Caranya
adalah pegang ibu jari kaki pasien pada kedua sisinya dengan menggunakan ibu jari dan
telunjuk pemeriksa. Gerakkan ibu jari kaki nya menjauhi jari kaki yang lain untuk
menghindari gesekan. Demonstrasikan gerakan naik turun setelah pasien menutup mata nya
dan minta kepadanya untuk menyebutkan apakah gerakan tersebut naik atau turun. Sensasi
vibrasi/getaran dilakukan dengan menggunakan garpu tala 128 Hz. Pertama kali harus
dikonfirmasi kemampuan pasien untuk mendeteksi getaran dengan menempelkan dasar garpu
3|PBL 28- Penyakit Akibat Kerja Karena Getaran Mekanis
tala di sternum. Sensasi yang sama juga harus dicoba pada bagian anggota gerak lain.
Caranya : ketukkan garpu tala pada telapak tangan pemeriksa dan letakkan dengan erat pada
artikulasio interfalangeal distal jari tangan pasien kemudian di artikulasio interphalangeal ibu
jari kakinya. Jika pasien tidak bisa mendeteksi getaran pada jari tangan dan kaki, makan
harus diperiksa tonjolan tulang yang lebih proksimal, misalnya maleolus di pergelangan kaki
dan dan processus styloideus ulna. Agar hasil pemeriksaan objektif, minta pasien untuk
menutup matanya. Tanyakan apa yang dirasakan pasien.3
Sensasi kutaneus meliputi kemampuan mendeteksi raba halus dengan kapas, rangsang
nyeri menggunakan jarum, suhu menggunakan silinder logam yang diisi dengan air panas
atau dingin. Ketika melakukan pemeriksaan ini bandingkan daerah distal extremitas dengan
daerah proksimalnya. Pada neuropati diabetic akan terlihat penurunan atau hilang nya sensasi
getaran dan nyeri. Pada perjalanan klinik secara progresif dapat terjadi paresis simetris yang
mulai pada otot kedua kaki yang kemudian secara progresif menuju ke atas yaitu paresis otot
tungkai, badan, tangan, lengan,dst.3
Capillary refill time adalah tes yang dilakukan cepat pada daerah kuku untuk
memonitor dehidrasi dan jumlah aliran darah ke jaringan (perfusi). Tes dilakukan dengan
memegang tangan pasien lebih tinggi dari jantung (mencegah refluks vena), lalu tekan lembut
kuku jari tangan atau jari kaki sampai putih, kemudian dilepaskan. Catat waktu yang
dibutuhkan untuk warna kuku kembali normal setelah tekanan dilepaskan. Jika aliran darah
balik ke kuku, warna kuku akan kembali merah dalam waktu kurang dari dua detik. CRT
memanjang (> 2 detik) terjadi pada keadaan dehidrasi, syok, peripheral vascular disease, dan
hipotermia. Grififin score dilakukan dengan menghitung total nilai dari rasa kesemutan yang
muncul pada ruas-ruas jari tangan. Jari tangan 2-5 setiap ruas bernilai 1,2,3 dan untuk jari 1
bernilai 4,5 pada setiap ruasnya.4 Hasil dari pemeriksaan fisik pasien adalah TTV dalam batas
normal, status lokalis dalam batas normal, Griffin score 6, dan pemeriksaan penunjang lain
dalam batas normal.
Hal yang selanjutnya dilakukan adalah pemeriksaan kondisi tempat kerja pasien jika
memungkinkan). Pemeriksaan bertujuan untuk mengevaluasi tempat kerja terhadap
kemungkinan bahaya kerja secara sistematis dan lengkap. Evaluasi seperti itu dibutuhkan
untuk menghindarkan pekerja dan karyawan lainnya dalam suatu lingkungan kerja
mengalami bahaya. Hal ini bisa dilakukan juga jika memang ada permintaan untuk dilakukan
pemeriksaan kawasan kerja agar dapat menemukan kemungkinan timbulnya masalah pada
bidang tertentu dan merekomendasikan cara pencegahan yang tepat untuk mengurangi
gangguan kesehatan kerja.1
Pengertian Getaran
Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak-balik
dari kedudukan keseimbangan (KEP-51/MEN/1999). Getaran terjadi saat mesin atau alat
dijalankan dengan motor, sehingga pengaruhnya bersifat mekanis (Sugeng Budiono). Vibrasi
adalah getaran yang dapat disebabkan oleh getaran udara atau getaran mekanis, misalnya
mesin atau alat-alat mekanis (J.F. Gabriel). Getaran merupakan efek dari suatu sumber yang
mempunyai satuan Hertz (Depkes). Getaran (vibrasi) adalah suatu faktor fisik yang menjalar
ke tubuh manusia, mulai dari tangan sampai ke seluruh tubuh turut bergetar (osilasi)akibat
getaran peralatan mekanis yang dipergunakan dalam tempat kerja (Emil Salim).5
Jenis Getaran
a. Getaran seluruh tubuh2,5,6
Getaran yang terjadi pada tubuh pekerja yang bekerja sambil duduk atau sedang
berdiri dimana landasannya menimbulkan getaran. Biasanya frekuensi getaran adalah 520 Hz. Getaran seperti ini biasanya dialami oleh pengemudi kendaraan, seperti traktor,
bus, helikopter, atau bahkan kapal. Kekuatan getaran mekanis yang disalurkan ke badan
tergantung kepada sifat bantalan duduk atua injakkan kaki yaitu peredam yang
menurunkan kekuatan getaran atau ikut bergetar sehingga menambah kekuatan getaran.
Bahan peredam yang baik adalah bantala tempat duduk atau injakkan kaki yang berisikan
kapuk atau busa. Material yang menambah kekuatan getaran adalah logam atau benda
padat lainnya yang frekuensinya sama atau serupa dengan sumber getaran mekanis yang
bersangkutan.
Gangguan melakukan pekerjaan oleh karena getaran mekanis adalah akibat
gangguan menggerakkan tangan dan menurunnya ketepatan dan ketajaman penglihatan.
Cara mengatasinya adalah mengurangi sampai sesedikit mungkin terjadinya getaran pada
tangan dan kaki yaitu dengan memakai peredam getaran. Bertambahnya tonus otot yang
dikarenakan getaran mekanis dengan frekuensi <20 Hz menjadi penyebab kelelahan.
Kontraksi statis oleh bertambahnya tonus otot akan mengakibatkan penimbunan asam
laktat dalam jaringan tubuh dengan akibat bertambah panjangnya waktu reaksi otot dan
saraf. Rasa tidak nyaman yang timbul karena getaran mekanis menjadi sebab kurangnya
fokus perhatian.
Batas toleransi yang dianjurkan ISO/TC 108/WGI untuk berbagai jenis intensitas
getaran mekanis. Dalam fisika diketahui bahwa menjalarnya suatu getaran dapat
5|PBL 28- Penyakit Akibat Kerja Karena Getaran Mekanis
dihambat dengan meletakkan peredam dibawah benda yang bergetar. Maka dari itu,
frekuensi peredam sebaiknya sekitar 1 Hz. Peredam diletakan pada tempat duduk dan alas
kaki pekerja. Pajanan jangka pendek dapat terjadi :
- Nyeri dada dan sakit perut akibat goyangan organ di dalam rongga dada dan perut.
- Sakit kepala, mual, dan gangguan keseimbangan akibat goyangan kepala.
- Penglihatan kabur, otot berkontraksi spontan, sehingga tidak dapat mengerjakan
-
Gesekan tulang dan sendi yang dapat mengakibatkan fraktur dan inflamasi sendi.
Spondilositosis, perubahan degeneratif medula spinalis, skoliosis lumbalis, cedera
kembali ke jantung.
b. Getaran lengan tangan (hand arms vibartion syndrom / HAVS) 2,5
Getaran yang merambat melalui tangan akibat pemakaian peralatan yang bergetar ,
frekuensi berkisar antara 20-500 Hz. Frekuensi yang berbahaya adalah 128 Hz, karena
tubuh manusia sangat peka pada frekuensi ini. Hand Arm Vibration Syndrome (HAVS)
adalah gangguan kesehatan akibat kerja karena penggunaan alat bantu genggam yang
menimbulkan vibrasi dalam jangka waktu yang lama. Oleh karena vibrasi dari peralatan
ini hanya ditransmisikan ke tangan dan lengan maka disebut dengan istilah vibrasi
segmental. Vibrasi ini harus dibedakan dari vibrasi yang ditransmisikan pada seluruh
tubuh yang disebut dengan wholebody vibration, akibat dari vibrasi yang ditransmisikan
pada individu yang duduk atau bekerja dalam mesin/kendaraan yang bergerak dan
menimbulkan vibrasi pada seluruh tubuhnya. Biasanya pekerja yang sering mengalami
HAVS adalah pekerja perkebunan, manufaktur, kehutanan, konstruksi dan pertambangan,
yang secara terus-menerus menggunakan mesin atau peralatan bergetar. Dalam
pertambangan alat demikian adalah tukul yang secara mekanis akan dipukul oleh alat
penegbor, yang di negara maju sudah diganti dengan mesin. Pabrik baja dan pengecoran
logam yang menggunakan gerindra. Pekerja khutanana yang memakai gergaji mesin.
Gejala yang seringkali muncul adalah :
a. Kelainan pada vaskular - efek pemucatan pada episodik buku jari ujung yang
bertambah parah pada suhu dingin.
b. Efek neurologik - buku jari mengalami kesemutan dan baal.
c. Kerusakan pada persendian dan tulang.
Fenomena Raynaud (VWF) merupakan gejala yang khas pada penderita HAVS, yaitu :
- Keadaan pucat atau biru yang terjadi berulang pada tangan, dengan mulai tampak
6|PBL 28- Penyakit Akibat Kerja Karena Getaran Mekanis
pada saat pekerja berada dilingkungan kerja dengan suhu dingin. Tanpa adanya klinis
penyumbatan pembuluh darah tepi serta kelainan gizi dan bila kelainan itu ada, hanya
terbatas pada kulit saja. Mulanya hanya terasa pada sebelah tangan, namun kemudian
meluas kekedua tangan secara asimetris dan gejala semakin parah. Gejala datang dan
hilang dengan durasi dari beberapa menit sampai beberapa jam. Rasa nyeri juga
mempunyai tingkatan berbeda, kehilangan daya pegang, dan menurunnya kemmapuan
mengendalikan otot. Biasanya akan timbul pada frekuensi 30-40 Hz. Otot yang
menjadi lemah biasanya abduktor jari kelingking, otot interosa (antar tulang), dan
fleksor jari-jari. Gejala hilang saat peredaran kembali normal yang dapat dilakukan
dengan melakukan pemanasan tangan dalam air hangat/panas, pemijatan, meniupkan
-
Diagnosis Banding
a. Neuropati perifer
Suatu gangguan saraf perifer, motorik, sensorik, atau campuran yang biasanya
simetris dan lebih banyak mengenai bagian distal dibanding proksimal. Umumnya
7|PBL 28- Penyakit Akibat Kerja Karena Getaran Mekanis
sehingga mereka dengan segera mencari pengobatan agar terhindar dari gejala yang
lebih parah. Pekerja yang merokok lebih rentan terkena HAVS, karena tembakau
dapat mempengaruhi aliran darah.
Penutup
Vibrasi adalah salah satu sumber pajanan fisik yang bisa menimbulkan PAK. Penyakit
yang seringkali timbul adalah HAVS (hands-arm syndromes). HAVS akan menimbulkan
gejala yang hampir sama seperti VWF/Raynauds syndromes. Gejala yang timbul adalah rasa
baal, nyeri, kulit putih dan biru. Untuk penatalaksanaan bisa dilakukan pemberian obat-obat,
fisioterapi, dan bedah (pilihan terakhir). Selain itu, perusahaan juga seharusnya melakukan
pencegahan terhadap HAVS dengan melakukan modifikasi alat, pendidikan pada pekerja,
evaluasi kesehatan, dan cara bekerja sehari-hari agar HAVS bisa terhindari. Gaya hidup sehat
seperti tidak merokok juga dapat mencegah HAVS.
Daftar Pustaka
1. Suryadi, Sihombing RNE, Widyastuti P. Pekerjaan dan kesehatan. Dalam Buku Ajar
Praktik Kedokteran Kerja. Diterjemahkan dari Textbook of Occupational Medicine
Practice. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2009.h.1-28.
2. Sumamur PK. Higiene perusahaan dan kesehatan kerja (hiperkes). Edisi ke-2. Jakarta :
CV Sagung Seto ; 2013.
3. Ginsberg L. Sensasi. Dalam Lecture Notes Neurologi. Edisi ke-8. Diterjemahkan dari
Lecture Notes : Neurology. 8th ed. Jakarta : Penerbit Erlangga ; 2005.h.51-4.
4. Dugdale,
David
C.
Capillary
nail
test.
Diunduh
dari
II
Tinjaun
Pustaka.
Diunduh
dari
10 | P B L 2 8 - P e n y a k i t A k i b a t K e r j a K a r e n a G e t a r a n M e k a n i s