Anda di halaman 1dari 26

HAND-ARM VIBRATION

SYNDROME (HAVS)
Alamat Korespondensi:
Mohd Nur Haziq Bin Noor Hamizam Shah, 102011431
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana,
Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510.
mohdnurhaziq@icloud.com

Abstrak: Paparan terhadap vibrasi dari alat boleh menyebabkan pelbagai kelainan
pembuluh darah dan saraf yang dikenali sebagai Hand-Arm Vibration Syndrome
(HAVS). Presentasi klinik sindrom ini termasuklah parestesia atau kesemutan di digiti,
nyeri di pergelangan tangan dan tangan, digiti menjadi pucat, tidak tahan sejuk,
kelemahan fleksor jari atau otot intrinsik dan perubahan warna kulit dan luka trofik
jari. HAVSmerupakan kelainan yang reversibel, sekurang-kurangnya pada peringkat
awal, tetapi resolusi gejala dalam kes-kes yang lebih teruk adalah langka, dan
penggunaan alat yang menghasilkan vibrasi yang berterusan dalam kasus ini adalah
kurang bijak. Ini dapat menimbulkan kesan kumulatif vibrasi pada kedua-dua
pembuluh darah dan komponen sensorineural dari HAVS dan komponen ini bersifat
progresif secara independen antar satu sama lain.
Kata kunci: HAVS, getaran, parestesia
Abstract: Exposure to vibrating hand-held tools can cause a variety of vascular and
neuromuscular symptoms collectively named Hand-Arm Vibration Syndrome (HAVS).
The clinical presentation of this syndrome includes paraesthesiae or tingling in digits,
pain or tenderness in the wrist and hand, digital blanching, cold intolerance,
weakness of the finger flexors or intrinsic muscles and discolouration and trophic
skin lesions of the fingers. HAVS can be reversible, at least in the earlier stages, but
resolution of symptoms in unusual in more severe cases, and continued use of
vibrating tools in such cases is unwise. There is a cumulative effect of vibration on
both the vascular and sensorineural components of HAVS and these components
appear to occur and progress independently of each other.
Keywords: HAVS, vibration, paraesthesiae

HAND-ARM VIBRATION SYNDROME (HAVS)

PENDAHULUAN
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Dengan
keselamatan dan kesehatan kerja maka para pihak diharapkan dapat melakukan
pekerjaan dengan aman dan nyaman. Pekerjaan dikatakan aman jika apapun yang
dilakukan oleh pekerja tersebut, resiko yang mungkin muncul dapat dihindari.
Pekerjaan dikatakan nyaman jika para pekerja yang bersangkutan dapat melakukan
pekerjaan dengan merasa nyaman dan betah, sehingga tidak mudah capek.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan
tenaga kerja yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. Dengan
menerapkan teknologi pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan
tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang
tinggi. Disamping itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat diharapkan untuk
menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang tinggi. Jadi, unsur yang
ada dalam kesehatan dan keselamatan kerja tidak terpaku pada faktor fisik, tetapi juga
mental, emosional dan psikologi.
Meskipun ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja telah diatur
sedemikian rupa, tetapi dalam praktiknya tidak seperti yang diharapkan. Begitu
banyak faktor di lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja
seperti faktor manusia, lingkungan dan psikologis. Masih banyak perusahaan yang
tidak memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja. Begitu banyak berita
kecelakaan kerja yang dapat kita saksikan. Dalam makalah ini kemudian akan dibahas
mengenai permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja serta bagaimana
mewujudkannya dalam keadaan yang nyata.
Skenario 9
Seorang laki-laki berusia 42 tahun datang ke klinik dengan keluhan kedua tangannya
kebas. Keluhan sudah berjalan 3 bulan dan rasa kebas dirasakan hingga siku kedua
tangannya. Keluhan hilang sebentar bila tangan dikibasin. Keluhannya hilang jika
waktu istirahat di rumah atau waktu libur. Pekerjaannya adalah menghantar kurir
pabrik obat dan telah bekerja selama 12 tahun. Pasien menaiki motor buatan tahun
2000 dan perjalanan dari rumahnya ke pabrik obat tersebut mengambil waktu selama
2jam.
HAND-ARM VIBRATION SYNDROME (HAVS)

PEMBAHASAN
Penyakit

Akibat

Kerja

(PAK)

adalah

penyakit

yang

disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun


lingkungan

kerja.

Dengan

demikian

Penyakit

Akibat

Kerja

merupakan penyakit yang artifisial atau man made disease.


Penyakit Akibat Kerja (PAK), menurut KEPPRES RI No. 22
Tahun 1993, adalah penyakit yang disebabkan pekerjaan atau
lingkungan kerja. Penyakit akibat kerja terjadi sebagai pajanan
faktor fisik, kimia, biologi, ataupun psikologi di tempat kerja. 1
WHO membedakan empat kategori Penyakit Akibat Kerja :
1. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya
Pneumoconiosis.
2. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan,
misalnya Karsinoma Bronkhogenik.
3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di
antara

faktor-faktor

penyebab

lainnya,

misalnya

Bronkhitis

khronis.
4. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang
sudah ada sebelumnya, misalnya asma. 1
Faktor-Faktor Penyebab Penyakit Akibat Kerja
Faktor penyebab Penyakit Akibat Kerja sangat banyak,
tergantung pada bahan yang digunakan dalam proses kerja,
lingkungan kerja ataupun cara kerja, sehingga tidak mungkin
disebutkan satu per satu. Pada umumnya faktor penyebab dapat
dikelompokkan dalam 5 golongan:

HAND-ARM VIBRATION SYNDROME (HAVS)

1. Golongan

fisik

suara

(bising),

radiasi,

(panas/dingin), tekanan yang sangat tinggi,

suhu
vibrasi,

penerangan lampu yang kurang baik.


2. Golongan kimiawi : bahan kimiawi yang digunakan dalam
proses kerja, maupun yang terdapat dalam lingkungan
kerja, dapat berbentuk debu, uap, gas, larutan, awan atau
kabut.
3. Golongan biologis : bakteri, virus atau jamur
4. Golongan fisiologis : biasanya disebabkan oleh penataan
tempat kerja dan cara kerja
5. Golongan

psikososial

lingkungan

kerja

yang

mengakibatkan stres. 1
Diagnosis Penyakit Akibat Kerja
Untuk dapat mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja pada
individu perlu dilakukan suatu pendekatan sistematis untuk
mendapatkan

informasi

yang

diperlukan

dan

menginterpretasinya secara tepat.


Pendekatan tersebut dapat disusun menjadi 7 langkah yang
dapat digunakan sebagai pedoman:
1. Tentukan Diagnosis klinisnya
Diagnosis klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu,
dengan memanfaatkan fasilitas-fasilitas penunjang yang ada,
seperti

umumnya

dilakukan

untuk

mendiagnosis

suatu

penyakit. Setelah diagnosis klinik ditegakkan baru dapat


dipikirkan lebih lanjut apakah penyakit tersebut berhubungan
dengan pekerjaan atau tidak.

HAND-ARM VIBRATION SYNDROME (HAVS)

2. Tentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini


Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh
seorang

tenaga

kerja

adalah

esensial

untuk

dapat

menghubungkan suatu penyakit dengan pekerjaannya. Untuk


ini perlu dilakukan anamnesis mengenai riwayat pekerjaannya
secara cermat dan teliti, yang mencakup:

Penjelasan

mengenai

semua

pekerjaan

yang

telah

dilakukan oleh penderita secara khronologis

Lamanya melakukan masing-masing pekerjaan

Bahan yang diproduksi

Materi (bahan baku) yang digunakan

Jumlah pajanannya

Pemakaian alat perlindungan diri (masker)

Pola waktu terjadinya gejala

Informasi mengenai tenaga kerja lain (apakah ada yang


mengalami gejala serupa)

Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang


digunakan (MSDS, label, dan sebagainya)

3. Tentukan

apakah

pajanan

tersebut

memang

dapat

menyebabkan penyakit tersebut


Apakah terdapat bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan
yang mendukung pendapat bahwa pajanan yang dialami
menyebabkan penyakit yang diderita. Jika dalam kepustakaan
tidak ditemukan adanya dasar ilmiah yang menyatakan hal
HAND-ARM VIBRATION SYNDROME (HAVS)

tersebut di atas, maka tidak dapat ditegakkan diagnosa


penyakit akibat kerja. Jika dalam kepustakaan ada yang
mendukung,

perlu

dipelajari

lebih

lanjut

secara

khusus

mengenai pajanan sehingga dapat menyebabkan penyakit


yang diderita (konsentrasi, jumlah, lama, dan sebagainya).
4. Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar
untuk dapat mengakibatkan penyakit tersebut.
Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada
keadaan pajanan tertentu, maka pajanan yang dialami pasien
di tempat kerja menjadi penting untuk diteliti lebih lanjut dan
membandingkannya dengan kepustakaan yang ada untuk
dapat menentukan diagnosis penyakit akibat kerja.
5. Tentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat
mempengaruhi
Apakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun
riwayat

pekerjaannya,

yang

dapat

mengubah

keadaan

pajanannya, misalnya penggunaan APD, riwayat adanya


pajanan serupa sebelumnya sehingga risikonya meningkat.
Apakah

pasien

mempunyai

riwayat

kesehatan

(riwayat

keluarga) yang mengakibatkan penderita lebih rentan/lebih


sensitif terhadap pajanan yang dialami.
6. Cari

adanya

kemungkinan

lain

yang

dapat

merupakan

penyebab penyakit
Apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab
penyakit? Apakah penderita mengalami pajanan lain yang
diketahui dapat merupakan penyebab penyakit. Meskipun
demikian, adanya penyebab lain tidak selalu dapat digunakan
untuk menyingkirkan penyebab di tempat kerja.

HAND-ARM VIBRATION SYNDROME (HAVS)

7. Buat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh


pekerjaannya
Sesudah menerapkan ke enam langkah di atas perlu
dibuat suatu keputusan berdasarkan informasi yang telah
didapat yang memiliki dasar ilmiah. Seperti telah disebutkan
sebelumnya, tidak selalu pekerjaan merupakan penyebab
langsung suatu penyakit, kadang-kadang pekerjaan hanya
memperberat suatu kondisi yang telah ada sebelumnya. Hal
ini perlu dibedakan pada waktu menegakkan diagnosis. Suatu
pekerjaan/pajanan

dinyatakan

sebagai

penyebab

suatu

penyakit apabila tanpa melakukan pekerjaan atau tanpa


adanya

pajanan

tertentu,

pasien

tidak

akan

menderita

penyakit tersebut pada saat ini. 1


Sedangkan pekerjaan dinyatakan memperberat suatu keadaan
apabila penyakit telah ada atau timbul pada waktu yang sama
tanpa tergantung pekerjaannya, tetapi pekerjaannya/pajanannya
memperberat/mempercepat timbulnya penyakit.
Faktor Fisik Penyakit Akibat Kerja
Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak-balik
dari kedudukan keseimbangan . Getaran terjadi saat mesin atau alat dijalankan dengan
motor, sehingga pengaruhnya bersifat mekanis. Getaran ialah gerakan ossilasi
disekitar sebuah titik. Vibrasi adalah getaran, dapat disebabkan oleh getaran udara
atau getaran mekanis, misalnya mesin atau alat-alat mekanis lainnya. Getaran
merupakan efek suatu sumber yang memakai satuan ukuran Hertz. Getaran (vibrasi)
adalah suatu faktor fisik yang menjalar ke tubuh manusia, mulai dari tangan sampai
keseluruh tubuh turut bergetar (oscilation) akibat getaran peralatan mekanis yang
dipergunakan dalam tempat kerja. 1

HAND-ARM VIBRATION SYNDROME (HAVS)

Jenis Getaran
1. Getaran seluruh tubuh (whole body vibration)
Getaran pada seluruh tubuh atau umum (whole body vibration) yaitu terjadi
getaran pada tubuh pekerja yang bekerja sambil duduk atau sedang berdiri
dimana landasanya yang menimbulkan getaran. Biasanya frekuensi getaran ini
adalah sebesar 5-20 Hz. Getaran seperti ini biasanya dialami oleh pengemudi
kendaraan seperti : traktor, bus, helikopter, atau bahkan kapal.
Efek yang timbul tergantung kepada jaringan manusia, seperti:
a. 3-6 Hz untuk bagian thorax (dada dan perut)
b. 20-30 Hz untuk bagian kepala
100-150 Hz untuk rahang
Di samping rasa tidak ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh goyangan
organ seperti ini, menurut beberapa penelitian, telah dilaporkan efek jangka
lama yang menimbulkan orteoartritis tulang belakang.
2. Getaran

lengan

tangan

(hand

arm

vibration)

Getaran setempat yaitu getaran yang merambat melalui tangan akibat


pemakaian peralatan yang bergetar, frekuensinya biasanya antara 20-500 Hz.
Frekuensi yang paling berbahaya adalah pada 128 Hz, karena tubuh manusia
sangat peka pada frekuensi ini. Getaran ini berbahaya pada pekerjaan seperti :
a. Supir bajaj
b. Tukang ojek
c. Operator gergaji rantai
d. Tukang potong rumput
e. Penempa palu.
Besaran getaran dinyatakan dalam akar rata-rata kuadrat percepatan dalam
satuan meter per detik (m/detik2 rms). Frekuensi getaran dinyatakan sebagai
putaran per detik (Hz). Getaran seluruh tubuh biasanya dalam rentang 0,5 - 4,0
Hz dan tangan-lengan 8-1000 Hz. 1
Sumber Getaran

HAND-ARM VIBRATION SYNDROME (HAVS)

Perkakas yang bergetar secara luas dipergunakan dalam industri logam,


perakitan kapal dan otomotif, juga di pertambangan, kehutanan, dan pekerjaan
konstruksi. Perkakas yang paling banyak digunakan adalah: bor pneumatik, alat-alat
ini menghasilkan getaran mekanik dengan ciri fisik dan efeknya merugikan yang
berbeda. Pada perum perhutani sumber getaran yang ada pada peralatan seperti band
resaw, cross cut, long band saw, planer, band saw, double cross cut dan spindel
moulder. 1
Cara Mengukur Getaran
Getaran diukur dengan menggunakan alat vibration meter. Dengan pengukuran
menggunakan vibration meter maka akan mendapatkan hasil yang akan dibandingkan
dengan nilai ambang batas sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga kerja nomor
KEP. 51/MEN/1999. Teknik pengukuran ini dilakukan untuk mengambil data-data
mengenai tingkat paparan getaran lengan tangan khususnya pada operator blasting.
Vibration meter pada umumnya terdiri dari sebuah probe, kabel dan meter
untuk menampilkan harga getaran. Alat ini juga dilengkapi dengan switch selector
untuk

memilih

parameter

getaran

yang

akan

diukur.

Vibration meter ini hanya membaca hasil keseluruhan (besarnya tahap getaran) tanpa
memberikan informasi mengenai frekuensi dari getaran tersebut. Pemakaian alat ini
cukup mudah sehingga tidak diperlukan seorang operator yang harus ahli dalam
bidang getaran. Pada umumnya alat ini digunakan untuk memonitor trend getaran
dari suatu mesin. Jika trend getaran suatu mesin menunjukkan kenaikan melebihi
level getaran yang diperbolehkan, maka akan dilakukan analisa lebih lanjut dengan
menggunakan alat yang lebih lengkap. 1
Ciri-Ciri Suatu Getaran
Getaran merupakan jenis gerak yang mudah kamu jumpai dalam kehidupan sehari
hari, baik gerak alamiah maupun buatan manusia. Semua getaran memiliki ciri-ciri
tertentu. Waktu yang dibutuhkan untuk menempuh satu kali getaran disebut periode
getar yang dilambangkan dengan (T). Banyaknya getaran dalam satu sekon disebut
frekuensi (f). Suatu getaran akan bergerak dengan frekuensi alamiah sendiri.
Hubungan frekuensi dan periode secara matematis ditulis sebagai berikut:

HAND-ARM VIBRATION SYNDROME (HAVS)

dengan:
T = periode (s)
f = banyaknya getaran per detik (Hz)
Satuan periode adalah sekon dan satuan frekuensi adalah getaran per sekon atau
disebut juga dengan hertz (Hz), untuk menghormati seorang fisikawan Jerman yang
berjasa di bidang gelombang, Hendrich Rudolf Hertz. Jadi, satu hertz sama dengan
satu getaran per detik. 1
Nilai Ambang Batas Getaran Lengan Tangan (hand arm vibration)
Menurut Canadian Government Specification CDA/MS/NVSH 107 Vibration Limited
Maintenance untuk mesin-mesin jenis elektrik motor yang kondisinya tidak baru, jika
getaran yang ditimbulkan telah melampaui 130 dB atau 3,2 mm/detik (velocity) maka
mesin tersebut perlu dilakukan pengecekan. Dan jika getaran yang ditimbulkan telah
melampaui 135 dB atau 5,6 mm/detik (velocity) maka kondisi mesin harus
diperbaharui. Saat ini di Indonesia dipakai nilai ambang batas getaran berdasarkan
Keputusan Menteri Tenaga kerja nomor KEP. 51/MEN/1999. 1
Tabel 1. Nilai Ambang Batas Getaran Untuk Pemajanan Lengan Dan Tangan
Jumlah Waktu Per Hari Kerja1
Jumlah waktu per hari

Nilai percepatan pada frekuensi dominan

kerja
m/det2

Gram

(1)
4 jam dan kurang dari 8

(2)
4

(3)
0,4

jam
2 jam dan kurang dari 4

0,61

0,81

jam
1 jam dan kurang dari 2
jam

HAND-ARM VIBRATION SYNDROME (HAVS)

10

kurang dari 1 jam

12

1,22

Sumber : Menteri Tenaga kerja nomor : KEP. 51/MEN/1999


Catatan :
1 Gram = 9,81 m/det2
Menurut Keputusan menteri tenaga kerja no. 51/KEP/1999 bahwa nilai ambang
batas getaran alat kerja yang kontak langsung maupun tidak langsung pada
lengan tangan tenaga kerja ditetapkan sebesar 4 m/det2
EFEK GETARAN
Getaran yang dapat menimbulkan efek vaskuler dan efek neurologik,
meskipun belum ada penelitian atau pengujian yang cukup definitif getaran diduga
dapat menyebabkan perubahan atau peningkatan tekanan darah yang pada tingkat
tertentu dapat mengakibatkan hipertensi.
Efek getaran terhadap tubuh tergantung besar kecilnya frekuensi yang mengenai
tubuh:
3 - 9 Hz

: Akan timbul resonansi pada dada dan perut.

6 - 10 Hz : Dengan intensitas 0,6 gram, tekanan darah, denyut jantung, pemakaian


O2 dan volume perdenyut sedikit berubah. Pada intensitas 1,2 gram
terlihat banyak perubahan sistem peredaran darah.
10 Hz

: Leher, kepala, pinggul, kesatuan otot dan tulang akan beresonansi.

13 - 15 Hz : Tenggorokan akan mengalami resonansi.


< 20 Hz

: Tonus otot akan meningkat, akibat kontraksi statis ini otot menjadi
lemah, rasa tidak enak dan kurang ada perhatian.

Dampak getaran terhadap manusia terutama terjadi pada bagian organ-organ


tertentu seperti: dada, kepala, rahang dan persendian lainnya. Di samping rasa
ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh goyangan organ seperti ini, menurut
beberapa penelitian, telah dilaporkan efek jangka lama yang menimbulkan
orteoartritis tulang belakang. 1
Efek Getaran Lengan Tangan (Hand Arm Vibration Syndrome)

HAND-ARM VIBRATION SYNDROME (HAVS)

11

Efeknya lebih mudah di jelaskan dari pada menguraikan patofisiologinya. Efek ini
disebut sebagai sindrom getaran lengan (HVAS) yang terdiri atas:
a) Efek vaskuler -Pemucatan pada episodik buku jari ujung yang bertambah
parah pada suhu dingin (fenomena Raynoud).
b) Efek Neurologik -buku jari ujung mengalami kesemutan dan baal. 1,2
Efek bersifat progresif apabila ada pemanjanan terhadap alat bergetar berlanjut dan
dapat menyebabkan dalam kasus yang parah, gangren.Alat-alat yang dipakai akan
bergetar dan getaran tersebut disalurkan pada tangan, getaran-getaran dalam waktu
singkat tidak berpengaruh pada tangan tetapi dalam jangka waktu cukup lama akan
menimbulkan kelainan pada tangan berupa :
a) Kelainan pada persyarafan dan peredaran darah. Gejala kelainan ini mirip
dengan Phenomena Raynoud yaitu keadaan pucat dan biru dari anggota badan
kedinginan, tanpa ada penyumbatan pembuluh darah tepi dan kelainan gizi.
Phenomena Raynoud ini terjadi pada frekuensi sekitar 30-40 Hz.
b) Kerusakan-kerusakan pada persendian dan tulang. Pada kebanyakan tenaga
kerja, tingkat akhir dari penyakit masih memungkinkan mereka bekerja
dengan alat-alat yang bergetar. Namun pada berbagai hal, penyakit demikian
memburuk, sehingga kapasitas kerja terganggu dan tenaga kerja harus
menghentikan pekerjaannya. Dari sudut cacat kerja, perasaan nyeri kurang
pentingnya dibanding dengan hilangnya perasaan tangan dan tidak dapat
digunakan sebagai mestinya. Hal ini terutama berat bagi pekerjaan dengan
tangan kanan yang memerlukan ketelitian terutama dengan alat kecil yang
berputar. Otot-otot yang menjadi lemah biasanya abduktor jari kelingking,
otot-otot interossea dan fleksin dari jari-jari.1,2
Gejala Klinis
Pekerja yang tangannya secara teratur terpapar getaran dapat menderita gejala
akibat efek patologis pada sistem pembuluh darah perifer, sistem saraf perifer, otot
dan jaringan lain dari tangan dan lengan. Gejala secara kolektif dikenal sebagai
HAVS.
Gejala neurologis dari HAVS termasuk rasa baal dan kesemutan di jari, dan
rasa berkurang dari sentuhan dan suhu. Kerusakan saraf ini bisa melumpuhkan,
sehingga sulit untuk merasa, dan untuk bekerja dengan, benda-benda kecil.
HAND-ARM VIBRATION SYNDROME (HAVS)

12

Kepucatan jari episodik adalah karakteristik tanda vaskular. Ini kadang-kadang


dikenal sebagai 'getaran jari putih', 'jari mati' atau 'tangan mati'. Pemicu utama untuk
gejala adalah paparan dingin, misalnya berada di luar ruangan awal pada pagi musim
dingin. Gejala juga bisa dipicu oleh tubuh lokal atau umum pendinginan dalam
lingkungan dinyatakan hangat. Meskipun getaran menyebabkan kondisi tersebut, ia
tidak mengendap gejala.3
Setelah kepucatan awal menunjukkan vasospasme, sirkulasi dipulihkan, baik
secara spontan (setelah periode waktu yang bervariasi yang dapat dari beberapa menit
sampai satu jam atau lebih) atau setelah penghangatan jari. Jaringan iskemia terjadi
selama periode spasme. Hal ini menyebabkan tingkat pengembalian berlebihan aliran
darah dan menyakitkan jari berdenyut merah (hiperemi reaktif). Selama serangan
penderita mungkin mengeluh mati rasa, nyeri dan dingin serta mengurangi
ketangkasan manual. Efek terlihat awalnya di ujung jari yang terkena dampak, dengan
perubahan kemudian menyebar ke jari dengan paparan terus. Ibu jari juga mungkin
akan terpengaruh. Sebagai kondisi berlangsung, frekuensi serangan akan meningkat.
Jarang, dalam kasus yang sangat parah, sirkulasi darah mungkin terganggu secara
permanen.
Pekerja mungkin mengeluh nyeri sendi dan kekakuan pada tangan dan lengan.
Kekuatan genggaman dapat dikurangi karena saraf dan otot kerusakan. Seorang
pekerja individu yang menderita HAVS mungkin tidak mengalami gejala yg lengkap,
misalnya gejala yang berkaitan dengan komponen neurologis dapat hadir tanpa
adanya masalah pembuluh darah dan sebaliknya. Gejala neurologis umumnya muncul
lebih awal dari gejala jari pucat.
Carpal tunnel syndrome, gangguan tangan dan lengan sehingga menimbulkan
kesemutan, mati rasa, kelemahan, nyeri dan malam bangun, dapat disebabkan oleh
paparan terhadap getaran. Karyawan yang menderita HAVS dapat mengalami
kesulitan dalam menjalankan tugas-tugas di tempat kerja yang melibatkan bekerja
dengan baik atau bekerja manipulatif dan memiliki kemampuan yang berkurang untuk
bekerja dalam kondisi dingin. Penyakit ini juga bisa berdampak pada kehidupan sosial
dan keluarga. Serangan periodik "jari putih" akan berlangsung tidak hanya di tempat
kerja, tetapi juga selama kegiatan seperti mencuci mobil atau menonton olahraga
outdoor. Tugas sehari-hari, misalnya ikat tombol kecil pada pakaian, dapat menjadi
sulit. 3

HAND-ARM VIBRATION SYNDROME (HAVS)

13

Diagnosa awal berdasarkan riwayat gejala yang khas, seperti kesemutan dan
gangguan rasa pada jari-jari yang terpajan getaran. Gejala ini menetap dan bertambah
berat dalam waktu yang lama. Gejala berikutnya adalah jari memucat dengan adanya
pajanan kronis. Untuk memastikan diagnosis dan menetapkan tingkat keparahan,
diperlukan beberapa tes neurologist dan tes vaskuler. Cara menentukan derajat
penyakit ditingkat internasional dengan menggunakan klasifikasi Stockholm.
Tabel 2. Klasifikasi Sindrom Getaran Sistem Stockholm3-6
Tahapan
Derajat
Uraian
Gejala Vaskuler(Tangan Kiri & Kanan)
V0
Tidak ada serangan
Serangan sekali-sekali hanya pada satu ujung jari atau
V1
Ringan
lebih- Blanching score 1-4
Serangan kepucatan sekali-sekali pada falang distal
V2
Sedang
dan tengah (jarang juga proksimal) dari satu jari atau
(awal)
lebih-Blanching score 5-9
Serangan kepucatan sekali-sekali pada falang distal
V2
Sedang
dan tengah (jarang juga proksimal) dari satu jari atau
(akhir)
lebih-Blanching score 10-16
Serangan kepucatan sering pada semua falang dari
V3
Berat
sebagian besar jari-Blanching score>18
Seperti pada tahap 3, dengan perubahan tropik kulit
Sangat
V4
pada sebagian besar jari
Berat
II. Gejala Sensorik (Tangan Kiri & Kanan)
SN 0
Terpapar tetapi tidak ada gejala
SN 1
Rasa baal yang hilang timbul atau menetap dengan
atau tanpa rasa nyeri (>3 &<6)
SN 2

Seperti pada SN 1 disertai gangguang saraf sensorik

(awal)
SN 2

(>6 &<9)
Seperti pada SN 1 disertai gangguang saraf sensorik

(akhir)

(>9 &<16)
Rasa baal/ nyeri tetap, gangguan saraf sensorik,

SN 3

dengan diskriminasi dan gangguan ketangkasan (>19)


Catatan : SN = Sensorineural
Intermittent - not persistent
Persistent - tahan>2 jam
HAND-ARM VIBRATION SYNDROME (HAVS)

14

Constant - tetap
Occasional - 3 or <serangan/minggu
Frequent - > 3 serangan/minggu
Gambar 1. Tangan Pasien Yang Mengalami Kelainan Vaskularisasi3

Di samping itu, sangat bermanfaat untuk menilai luasnya keterlibatan buku


jari dengan menggunakan skala yang diusulkan oleh Griffin (1982). Kepucatan,
kebaalan, kesemutan dan perubahan warna dapat dinilai secara terpisah.

Gambar 2. Skala Griffin3-6

HAND-ARM VIBRATION SYNDROME (HAVS)

15

Sebuah sistem untuk mengalokasikan nilai numerik untuk masing-masing ruas yang
terkena dampak dan menghitung skor keseluruhan untuk jari kepucatan di masingmasing tangan digunakan dalam metode Griffin (Gambar 1). Sistem ini merupakan
metode yang berguna dalam praktek untuk memantau progresi atau regresi gejala di
jari masing-masing. Tidak memperhitungkan frekuensi serangan, yang mungkin lebih
relevan dalam menilai cacat fungsional.
Dalam sistem penilaian numerik untuk vaskular HAVS, kepucatan untuk
setiap bagian dari setiap digit diberikan skor seperti ditunjukkan pada diagram pada
Gambar 1. Total nilai untuk masing-masing tangan dapat tiba di dengan
menjumlahkan nilai digit. Dalam gambar, skor untuk tangan kiri adalah 16 dan bahwa
untuk tangan kanan adalah 4.
Jika seorang karyawan didiagnosa menderita stadium 2, tujuannya adalah
untuk mencegah tahap 3 (vaskular atau sensorineural) berkembang karena ini adalah
bentuk yang lebih parah dari penyakit yang berhubungan dengan kerugian yang
signifikan dari fungsi dan cacat. Tahap 2 sensorineural adalah luas, mulai dari gejala
neurologis kecil hingga mereka yang kehilangan sensorineural persisten. Oleh karena
itu tahap 2 harus dibagi ke dalam "awal" dan "terlambat" fase dalam rangka untuk
membantu pengelolaan kasus tahap 2.3-7
BAKU TINGKAT GETARAN4
Baku tingkat getaran mekanik dan getaran kejut adalah batas maksimal tingkat
getaran mekanik yang diperbolehkan dari usaha atau kegiatan pada media padat
sehingga tidak menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan serta
keutuhan bangunan;. Penetapan baku tingkat getaran ini telah diatur dalam suatu Surat
HAND-ARM VIBRATION SYNDROME (HAVS)

16

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-49/MENLH/11/1996 sebagai


berikut:
Tabel 3. Baku Tingkat Getaran untuk Kenyamanan dan Kesehatan4

Nilai Tingkat Getaran, dalam Mikron (10-6 Frekuensi meter)


Tidak Mengganggu Mengganggu Tidak Nyaman Menyakitkan
< 100
100 500
> 500 1000
> 1000

< 80

80 350

> 350 1000

> 1000

6,3

< 70

70 275

> 275 1000

> 1000

< 50

50 160

> 160 500

> 500

10

< 37

37 120

> 120 300

> 300

12,5

< 32

32 90

> 90 220

> 220

16

< 25

25 60

> 60 120

> 120

20

< 20

20 40

> 40 85

> 85

25

< 17

17 30

> 30 50

> 50

31,5

< 12

12 20

> 20 30

> 30

40

<9

9 15

> 15 20

> 20

50

<8

8 12

> 12 15

> 15

63

<6

69

> 9 12

> 12

Frekuensi
(Hz)

Konversi :
Percepatan = (2f)2 x simpangan
Kecepatan = 2f x simpangan
= 3,14
Tabel 4. Baku Tingkat Getaran Mekanik Berdasarkan Dampak Kerusakan4
GETARAN
Parameter

Satuan

(Hz)

Kecepatan

mm/de-

BATAS GERAKAN PEAK (mm/detik)


Kategori
Kategori A Kategori B
Kategori D
C
<2
2 27
> 27 140 > 140

Getaran

tik

< 7,5

< 7,5 25

> 24 130

> 130

Frekuensi

Hz

6,3

<7

< 7 21

> 21 100

> 110

<6

< 6 19

> 19 100

> 100

10

< 5,2

< 5,2 16

> 16 90

> 90

12,5

< 4,8

< 4,8 15

> 15 80

> 80

Frekuensi

HAND-ARM VIBRATION SYNDROME (HAVS)

17

16

<4

< 4 14

> 14 70

> 70

20

< 3,8

< 3,8 12

> 12 67

> 67

25

< 3,2

< 3,2 10

> 10 60

> 60

31,5

<3

<39

> 9 53

> 53

40

<2

<28

> 8 50

> 50

50

<1

<17

> 7 42

> 42

Keterangan :
Kategori A

: Tidak menimbulkan kerusakan

Kategori B

: Kemungkinan keretakan plesteran (retak/terlepas plesteran pada


dinding pemikul beban pada kasus khusus)

Kategori C

: Kemungkinan rusak komponen struktur dinding pemikul beban

Kategori D

: Rusak dinding pemikul beban

Menurut Keputusan menteri tenaga kerja nomor: KEP51/MEN/I999 tentang nilai


ambang batas faktor fisika ditempat kerja Pasal 4 bahwa:
1. NAB getaran alat kerja yang kontak langsung maupun tidak langsung
pada lengan dan tangan tenaga kerja ditetapkan sebesar 4 meter per detik
kuadrat (m/det2).
2. Getaran yang melampaui NAB, waktu pemajanan ditetapkan sebagaimana
tercantum dalam lampiran III.
Teknik Pengukuran Getaran MesinPosisi dan Arah Pengukuran
Pengukuran getaran pada suatu mesin secara normal diambil pada bearing dari mesin
tersebut. Tranduser sebaiknya harus ditempatkan sedekat mungkin dengan bearing
mesin karena melalui bearing tersebut gaya getaran dari mesin ditransmisikan.
Gerakan bearing adalah merupakan hasil reaksi gaya dari mesin tersebut.
Disamping karakteristik getaran seperti : Amplitudo, frekuensi dan phase, ada
karakteistik lain dari getaran yang juga mempunyai arti yang sangat penting yaitu arah
dari gerakan getaran, hingga perlu bagi kita untuk mengukur getaran dari berbagai
arah. Pengalaman menunjukkan bahwa ada tiga arah pengukuran yang sangat penting
yaitu

horizontal,

vertikal,

dan

axial.

Arah horizontal dan vertikal bearing disebut dengan arah radial. Arah pengukuran ini
biasanya didasarkan pada posisi sumbu tranduser terhadap sumbu putaran dari shaft
mesin. Arah ini juga sangat penting artinya dalam analisa suatu getaran.

HAND-ARM VIBRATION SYNDROME (HAVS)

18

Baku Emas
Dalam membicarakan getaran kita harus mengetahui batasan batasan tahap getaran
yang menunjukkan kondisi suatu mesin, apakah mesin tersebut masih baik (layak
beroperasi) ataukah mesin tersebut sudah mengalami suatu masalah sehingga
memerlukan perbaikan.
Gambar 3. Klasifikasi Vibrasi8

Penyakit Akibat Paparan Getaran Lengan Tangan


1. Angioneurosis jari-jari tangan- Fenomenon Raynaud (jari-jari putih)
adalah sindrom akibat getaran yang paling sering di wilayah-wilayah dunia
yang dingin. Gejala-gejala nonspesifik pertama adalah akroparestesia pada
tangan dan perasaan kebas di jari-jari tangan pada waktu kerja atau sebentar
sesudahnya.
Pada stadium ini, selain gangguan kepekaan terhadap getaran, tidak
ditemukan perubahan objektif lainnya. Pada fase berikutnya, diamati
kepucatan paroksismal sporadik pada ujung-ujung jari tangan. Paroksisme
disebabkan oleh spasme lokal arteriol dan kapiler, serta dicetuskan oleh
paparan terhadap suhu dingin lokal atau umum. Biasannya terjadi pada musim
dingin dan sepenuhnya pulih kembali 15-30 menit setelah tangan dihangatkan.
Selama paroksisme, kepekaan nyeri taktil sangat berkurang. Fase ini
HAND-ARM VIBRATION SYNDROME (HAVS)

19

menimbulkan kesulitan diagnostik yang besar, karena penyakit yang


dilaporkan tidak selalu dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan di ruang
konsultasi dokter.
Observasi secara

langsung

suatu

serangan

di

tempat

kerja

mempermudah diagnosanya. Stadium lebih lanjut dari penyakit ini ditandai


dengan kepucatan paroksismal, tidak hanya pada ujung-ujung jari, tetapi
menyebar pada hamper seluruh jari namun jarang mengenai ibu jari.
Parokisme dapat diprovokasi oleh suhu yang sedikit dingin, bahkan dapat
timbul gejala pada suhu lingkungan. Pada stadium yang lebih lanjut,
angiospasme diganti oleh paresis dinding pembuluh darah kecil yang
mengakibatkan akrosianosis.
Gejala-gejala yang menonjol adalah rasa kebal ditangan, gangguan
kecepatan jari, dan gangguan sensitivitas. Juga dapat timbul perubahanperubahan tonus lokal. Berbeda dengan endarteritis obliterans, nekrosis sangat
jarang terjadi.
Uji diagnosik yang paling umum digunakan adalah induksi paroksisme
jari dengan air dingin. Baik tangan maupun lengan bawah (sampai ke siku)
direndam selama 10 menit dalam air yang didinginkan dengan kubus-kubus es
(Beberapa dokter menambah rasa dingin dengan meletakan handuk basah pada
bahu). Hendaknya dijelaskan bahwa metode ini lebih jarang menginduksi
parokisme jari tangan dibandingkan getaran pada situasi kerja yang nyata.
Kadang kala hanya dapat terlihat pengembalian darah ke kapiler yang
melambat seperti : ujung jari didistal kuku perlu ditekan sebentar dan dicatat
waktu yang diperlukan oleh darah untuk kembali ke titik anoksemik. Metode
pemeriksaan

laboratorium

yang

dapat

diterapkan

pada

pemeriksaan

pencegahan meliputi plestimografi jari (gangguan gelombang denyut akibat


dingin), mikroskopi kapiler dan pengukuran suhu kulit (termometer kontak
atau termografi). Mungkin terdapat penurunan suhu kulit permulaan atau
terlambatnya pemulihan suhu jari normal setelah tes air dingin.2-7
2. Gangguan tulang, sendi dan otot. Patologi osteoartikular sering kali terbatas
pada tulang-tulang karpal (khususnya lunata dan navikularis), sendi
radioulnaris dan sendi siku. Gejala subjektif biasanya ringan tetapi pada
stadium yang lanjut gangguan fungsionaldapat cukup berarti. Perubahan
HAND-ARM VIBRATION SYNDROME (HAVS)

20

radiogram yang paling khas adalah atrosis sendi karpal, radioulnaris dan siku,
serta pseudokista (terutama pada tulang-tulang karpal, yang dapat pula
memperlihatkan perubahan-perubahan atrofik lain seperti trabekula yang
menebal dan menjadi jarang). Otot dan tendon disekitar sendi tersebut
biasanya juga terlibat, gejala subyektif (nyeri) yang disebabkan kelainan ini
sering mendahului perubahan radiogram yang jelas.2-7
3. Neuropati. Kerusakan saraf yang disebabkan getaran meliputi persyarafan
otonom perifer (pada angioneurosis). Beberapa ahli mengemukakan efek-efek
pada syaraf perifer (ulnaris, medianus, radialis). Ahli lainya menganggap
trauma saraf umumnya sekunder dari iskemik berulang (pada angioneurosis),
atau suatu factor tambahan sering kali neuropati kompresif misalnya,
perubahan osteoartikuler disekitar batang saraf tersebut. Terkenanya seratserat sensoris menyebabkan parastesia atau berkurangnya kepekaan seratserat
motorik, gangguan ketangkasan dan akhirnya atrofi. pengukuran kecepatan
konduksi saraf adalah pemeriksaan terpilih. Suatu bentuk campuran
menggabungkan gangguan otot, tendon, tulang, pembuluh darah dan saraf
perifer.2-7
Tes Pemeriksaan Tangan Fungsi Sensorik
a) Tes untuk rasa raba
1. Ujung kapas digoreskan pada permukaan tubuh pasien
2. Rangsangan dilakukan secara berganti-ganti pada daerah yang normal
dan abnormal, mulailah dari daerah yang paling terganggu dan
bergerak kearah yang normal.
3.

Pasien diminta untuk menunjukkan kapan mulai merasakan goresan


kapas tersebut.

b) Tes untuk rasa nyeri


1. Alat yang dipakai berupa jarum bendul (pentol)
2. Rangsangan berganti-ganti antara ujung yang tajam dan yang tumpul.
Mintalah pasien untuk membedakan bermacam-macam rangsangan
tersebut.
3. Bandingkan daerah yang abnormal dengan daerah yang normal pada
daerah konkontralateral.
HAND-ARM VIBRATION SYNDROME (HAVS)

21

4. Mulailah dari daerah yang paling terganggu dan bergerak kearah yang
normal, kemudian pasien diminta untuk menunjukkan kapan mulai
merasakan ketajaman yang lebih jelas, yang perlu dicatat adalah
perubahan sensasi. Sensasi nyeri ini paling baik dalam menentukan
batas gangguan sensorik dibandingkan dengan sensasi yang lain.
c) Tes untuk rasa suhu
Rangsangan panas dilakukan dengan menempelkan botol yang berisi
air

panas

(40C-45C),

sedangkan

rangsangan

dingin

dengan

menempelkan botol yang berisi air dingin (10C-15C). Dengan mata


tertutup pasien diminta membedakan botol tersebut setelah disentuh
dengan bagian tubuhnya khususnya tangan.2-7
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Akibat Getaran Lengan Tangan
a) Umur
Umur sangat berpengaruh terhadap kesehatan pekerja, apabila umur
pekerja > 29 tahun maka pekerja lebih rentan untuk terkena gangguan atau
keluhan kesehatan akibat dari getaran lengan tangan. Menurut Penelitian oleh
M.A. Farkilla (1982) terdapat 51 orang pekerja yang menggunakan peralatan
listrik yang bergetar selama 2 tahun menunjukkan melemahnya kekuatan
pegangan tangan pada usia 25-34 tahun dan benar-benar menurun pada usia
36-42 tahun.
b) Pendidikan
Pendidikan sangat berpengaruh terhadap pola pikir seseorang. Ketika
seseorang mempunyai pendidikan makin tinggi maka pengetahuan tentang
dampak negatif yang ditimbulkan akibat getaran lengan tangan dan
penggunaan alat pelindung diri juga akan lebih baik. Pendidikan dikategorikan
sebagai berikut SD, SMP, SLTA, Perguruan tinggi.
c) Masa kerja
Masa kerja adalah waktu atau lamanya pekerja telah melakukan
pekerjaan tersebut (dalam hitungan tahun) sehingga dapat mengetahui
lamanya paparan bagi pekerja akibat getaran lengan tangan. Ketika masa kerja

HAND-ARM VIBRATION SYNDROME (HAVS)

22

lebih lama dalam menggunakan alat getar maka pekerja lebih rentan untuk
terkena dampak negatif akibat paparan getaran lengan tangan.
d) Lama kerja
Lama kerja adalah waktu atau lamanya pekerja melakukan pekerjaan
sehari-hari (< 8 jam atau > 8 jam perhari) sehingga dapat mengetahui lamanya
paparan bagi pekerja akibat getaran lengan tangan. Menurut T.Matoba (1982)
lamanya waktu pemajanan perhari kerja dapat meningkatkan keparahan gejala
yang diderita pekerja akibat terpapar getaran.
e) Merokok
Merokok merupakan salah satu yang dapat menggangu kesehatan.
Apabila pekerja merokok sangat berpengaruh terhadap pekerjaannya dan
berdampak negatif terhadap kesehatan apabila pekerja termasuk salah satu
perokok berat yang sanggup untuk menghabiskan > 1 bungkus perhari.
f) Penggunaan APD (sarung tangan)
Penggunaan APD sangat berpengaruh terhadap kesehatan pekerja.
Apabila pekerja menggunakan APD (sarung tangan dengan menggunakan
busa) merupakan salah satu cara untuk meminimalisasi resiko PAK (Penyakit
Akibat Kerja) yang dapat dilihat dari keluhan pekerja terhadap getaaran lengan
tangan.2-7
Pengendalian Getaran
Pengendalian getaran dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Pengendalian secara teknis
a. Menggunakan peralatan kerja yang rendah intensitas getarannya (dilengkapi
dengan damping atau peredam)
b. Menambah atau menyisipkan damping diantara tangan dan alat, misalnya
membalut pegangan alat dengan karet
c. Memelihara atau merawat peralatan dengan baik. Dengan mengganti bagianbagian yang aus atau memberikan pelumasan
d. Meletakkan peralatan dengan teratur. Alat yang diletakkan diatas meja yang
tidak stabil dan kuat dapat menimbulkan getaran di sekelilingnya
HAND-ARM VIBRATION SYNDROME (HAVS)

23

e. Menggunakan remote control. Tenaga kerja tidak terkena paparan getaran,


karena dikendalikan dari jauh
2. Pengendalian secara administratif
Dengan cara mengatur waktu kerja, misalkan :
a. Merotasi pekerjaan
Apabila terdapat suatu pekerjaan yang dilakukan oleh 3 orang, maka dengan
mengacu pada NAB yang ada, paparan getaran tidak sepenuhnya mengenai
salah seorang, akan tetapi bergantian, dari A, B dan kemudian C
A B C AB C AB C
b. Mengurangi jam kerja, sehingga sesuai dengan NAB yang berlaku
3. Pengendalian secara medis
Menurut Seokidjo Notoatmodjo (2005:80) dapat dilakukan empat langkah untu
pemulihan gejala akibat getaran suapa peredaran darah kembali, yaitu :
a. Pemanasan tangan dalam air panas
b. Pemijitan
c. Meniupkan udara panas ketangan
d. Menggerakkan tangan secara berputar
4. Pengendalian alat pelindung diri (APD)
Pengurangan paparan dapat dilakukan dengan menggunakan sarung tangan yang
telah dilengkapi peredam getar (busa). Efek-efek berbahaya dari paparan kerja
terhadap getaran paling baik dicegah dengan memperbaiki desai alat-alat yang
bergetar tersebut, dan pemakaian sarung tangan pelindung. Resiko dapat juga
dikurangi dengan memperpendek waktu paparan. Pemeriksaan sebelum
penempatan dan pemeriksaan berkala mempermudah pengenalan dini individuindividu yang terutama rentan dan membantu mengurangi meluasnya masalah.1
PROGNOSIS
Gejala HAVS biasanya progresif dengan paparan yang berterusan HAV. Akan ada
variasi individu dalam waktu dan tingkat kerusakan. Sejauh mana gejala mundur pada
penghapusan dari paparan getaran tidak diketahui dengan pasti dan kondisi mungkin
tidak dapat diubah. Ada bukti terbatas untuk menunjukkan bahwa gejala neurologis
tidak membaik. Gejala vaskular mungkin menunjukkan perbaikan setelah mengurangi
atau berhenti paparan getaran pada pasien di bawah sekitar 45 tahun dan ketika
penyakit belum mencapai stadium lanjut yang terkait dengan kecacatan. Setiap
perbaikan, namun, lambat, mengambil beberapa tahun. Merokok dapat merusak
pemulihan pada individu-individu. Gejala vaskular biasanya tidak menjadi lebih
buruk setelah menghentikan paparan HAV dan pada orang di mana kerusakan yang
HAND-ARM VIBRATION SYNDROME (HAVS)

24

timbul ini dapat berhubungan dengan kondisi lain (misalnya, gangguan kolagen
vaskular). Kondisi ini bisa, bagaimanapun, muncul untuk pertama kalinya sampai satu
tahun setelah paparan terakhir.7
KESIMPULAN
Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak-balik
dari kedudukan keseimbangan yang disebabkan oleh getaranudara atau getaran
mekanis, misalnya mesin atau alat-alat mekanis lainnya. Pengukuran menggunakan
vibration meter untuk mendapatkan hasil yang akan dibandingkan dengan nilai
ambang batas sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga kerja nomor KEP
No.51/MEN/1999, dinyatakan bahwa nilai ambang batas getaran alat kerja yang
kontak langsung maupun tidak langsung pada lengan tangan tenaga kerja ditetapkan
sebesar 4 m/det2. Efek yang ditimbulkan akibat getaran lengan diantaranya: efek
vaskuler, efek neurologik. Alat-alat yang dipakai akan bergetar dan getaran tersebut
disalurkan pada tangan, getaran-getaran dalam waktu singkat tidak berpengaruh pada
tangan tetapi dalam jangka waktu cukup lama akan menimbulkan kelainan pada
tangan, seperti: gangguan pada persyarafan dan sendi. Tes pemeriksaan tangan fungsi
sensorik yaitu dengan cara : tes untuk rasa raba, tes rasa nyeri dan tes untuk rasa
suhu.Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan akibat getaran lengan

tangan

yaitu : umur,lama kerja, pendidikan, merokok, penggunaan APD dan masa kerja.
Untuk pengendalian getaran, dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya:
pengendalian teknis, kesehatan, administrative dan APD ( alat pelindung diri). APD
yang digunakan untuk pekerja yaitu: sarung tangan, kaca mata hitam, sepatu tertutup.
DAFTAR PUSTAKA
1. Harrington & F.S Gill. Buku Saku Kesehatan Kerja.Edisi 3. Penerbit EGC
Cetakan I. Jakarta. 2005.
2. Bernard BP. Hand-Arm Vibration Syndrome. In: Musculoskeletal Disorder
and Workplace Factors: A critical review of epidemiology evidence for work
related musculoskeletal disorders of the neck, upper extremity, and low back
5c1-31,US Departmnt of Health and Human Services, National Institute for
Occupatonal Safety and Health Cincinnati 2007.

HAND-ARM VIBRATION SYNDROME (HAVS)

25

3. Griffin MJ, Bovenzi M. The Diagnosis of disorders caused by handtransmitted vibration: Southhampton Workshop 2000. Int Arch Occup Environ
Health 2002; 75:1-5.
4. Menteri Negara Lingkungan Hidup. Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 49 Tahun 1996. Baku Tingkat Getaran.
http://hukum.unsrat.ac.id/lh/menlh_49_1996.pdf . Diakses 19 Oktober 2014
5. Harada N, Mahbub MH. Diagnosis of vascular injuries in hand-arm vibration
syndrome. Int Arch Occup Environ Health 2008; 81: 507-18.
6. Futatsuka M, Pyykko I, Farkkila M, Korhonen O, Starck L. Blood Pressure,
flow and peripheral resistance off digital arteries in vibration syndrome. Br J
Ind Med 2010; 40: 434-41.
7. Sakakibara H. Pathophysiology and pathogenesis of circulatory, neurological
and musculoskeletal disturbances in hand-arm vibration syndrome. In:
Pelmear PL, Wasseman DE, editors. Hand-arm Vibration. Beverly Farms.
Massachusetts (USA): OEM Press; 2004. P.45-72.
8. Kristine MK, Stacey W, Claud J, G.Roger M. The effects of impact vibration
on peripheral blood vessels and nerves. In: Industrial Health 2013.
Engineering and Controls Technology Branch, National Institutes for
Occupational Safety and Health, USA; 2013; 51: 572-80.

HAND-ARM VIBRATION SYNDROME (HAVS)

26

Anda mungkin juga menyukai