TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Glaukoma merupakan suatu neuropati optik yang ditandai dengan pencekungan
cupping diskus optikus dan penyempitan lapang pandang yang disertai dengan
peningkatan tekanan intraokuler yang merupakan faktor resiko terjadinya glaukoma.
Mekanisme peningkatan tekanan intraokuler pada glaucoma sangat sering
dipengaruhi gangguan aliran keluar humor aqueous.4
2.2
Etiologi
Glaukoma terjadi apabila terdapat ketidakseimbangan antara pembentukan dan
pengaliran aqueous humor. Pada sebagian besar kasus, tidak terdapat penyakit mata
lain (glaukoma primer). Sedangkan pada kasus lainnya, peningkatan tekanan
intraokular, terjadi sebagai manifestasi penyakit mata lain (glaukoma sekunder).2,4
2.4
Klasifikasi
Klasifikasi Glaukoma4 :
I. Glaukoma sudut terbuka (Open-angle glaucomas)
A. Idiopatik
1. Glaukoma kronik (primer) sudut terbuka
2. Glaukoma tekanan normal
B. Akumulasi material yang menimbulkan obstruksi jalinan trabekula
1. Pigmentary glaucoma
2. Exfoliative glaucoma
3. Steroid-induced glaucoma
4. Inflammatory glaucoma
5. Lens-induced glaucoma
a. Phacolytic
b. Lens-particle
c. Phacoanaphylactic glaucomas, dll
C. Kelainan lain dari jalinan trabekula
1. Posner-Schlossman (trabeculitis)
2. Traumatic glaukoma (angle recession)
3. Chemical burns
D. Peningkatan tekanan vena episklera
1. Sindrom SturgeWeber
2. Tiroidopati
3. Tumor Retrobulbar
4. Carotid-cavernous fistula
Inflamasi
Pseudofakia
Iris-vitreous
3. Peters anomaly
4. dll
2.5
Patofisiologi
2.5.1
10
11
2.5.2
Tekanan Intraokuli
Tekanan intraokuli merupakan kesatuan biologis yang menunjukkan fluktuasi
harian. Tekanan yang tepat adalah syarat untuk kelangsungan penglihatan
yang normal yang menjamin kebeningan media mata dan jarak yang konstan
antara kornea dengan lensa dan lensa dengan retina. Homeostasis tekanan
intraokular terpelihara oleh mekanisme regulasi setempat atau sentral yang
berlangsung dengan sendirinya.
Tekanan mata yang normal berkisar antara 10-22 mmHg. Tekanan
intraokuli kedua mata biasanya sama dan menunjukkan variasi diurnal. Pada
malam hari, karena perubahan posisi dari berdiri menjadi berbaring, terjadi
peningkatan resistensi vena episklera sehingga tekanan intraokuli meningkat.
Kemudian kondisi ini kembali normal pada siang hari sehingga tekanan
intraokuli kembali turun. Variasi nomal antara 2-6 mmHg dan mencapai
tekanan tertinggi saat pagi hari, sekitar pukul 5-6 pagi.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tekanan intraokuli, antara
lain keseimbangan dinamis produksi dan ekskresi aqueous humor, resistensi
permeabilitas kapiler, keseimbangan tekanan osmotik, posisi tubuh irama
sirkadian tubuh, denyut jantung, frekuensi pernafasan, jumlah asupan air, dan
obat-obatan.
2.5.3
Patofisiologi Glaukoma
Glaukoma sudut tertutup terjadi apabila terbentuk sumbatan sudut kamera
anterior oleh iris perifer. Hal ini menyumbat aliran aqueous humor dan
tekanan intraokular meningkat dengan cepat, menimbulkan nyeri hebat,
kemerahan, dan penglihatan yang kabur. Serangan akut sering dipresipitasi
oleh dilatasi pupil, yang terjadi spontan di malam hari, saat pencahayaan
kurang.
Pada glaukoma sudut tertutup akut terjadi peningkatan tekanan bola
mata dengan tiba-tiba akibat penutupan pengaliran keluar aqueous humor
secara mendadak. Ini menyebabkan rasa sakit hebat, mata merah, kornea
12
keruh dan edematus, penglihatan kabur disertai halo (melihat pelangi disekitar
lampu). Glaukoma sudut tertutup akut merupakan suatu keadaan darurat.
Pada glaukoma tertutup kronis, iris berangsur-angsur menutupi jalan
keluar tanpa gejala yang nyata, akibat terbentuknya jaringan parut antara iris
dan jalur keluar aqueous humor. Glaukoma sudut tertutup biasanya bersifat
herediter dan lebih sering pada hipermetropia. Pada pemeriksaan didapatkan
bilik mata depan dangkal dan pada gonioskopi terlihat iris menempel pada
tepi kornea.
2.6
Epidemiologi
Sebagian besar glaukoma merupakan glaukoma primer. Orang keturunan Asia
lebih sering menderita glaukoma sudut tertutup, sedangkan orang keturunan Afrika
dan Eropa lebih sering menderita glaukoma sudut terbuka. Faktor resiko utama
adalah meningkatnya usia dan faktor keturunan. Faktor resiko lain antara lain miopia
tinggi, diabetes mellitus, hipertensi dan pengobatan dengan steroid lama. 5 Sekitar 2 %
dari penduduk berusia lebih dari 40 tahun menderita glaukoma. Glaukoma juga
didapatkan pada usia 20 tahun, meskipun jarang. Pria lebih banyak diserang daripada
wanita.1,4
Prevalensi glaukoma hasil Jakarta Urban Eye Health Study tahun 2008 adalah
glaukoma primer sudut tertutup sebesar 1,89%, glaukoma primer sudut terbuka
0,48% dan glaukoma sekunder 0,16% atau keseluruhannya 2,53%. Menurut hasil
Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, responden yang pernah didiagnosis glaukoma
oleh tenaga kesehatan sebesar 0,46%, tertinggi di provinsi DKI Jakarta (1,85%),
berturut-turut diikuti Provinsi Aceh (1,28%), Kepulauan Riau (1,26%), Sulawesi
Tengah (1,21%), Sumatera Barat (1,14%), dan terendah di Provinsi Riau (0,04%).5
2.7
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang didapatkan berbeda-beda untuk tiap klasifikasi glaukoma
sudut tertutup. Adapun masing-masing klasifikasi glaukoma sudut tertutup
memberikan manifestasi klinis sebagai berikut :
13
2.7.1
14
kepala sebelah pada mata yang sakit (timbul pada waktu sore hari karena
pupil middilatasi sehingga iris menebal dan menempel pada trabekulum (out
flow terhambat), penglihatan sedikit menurun; melihat pelangi atau lingkaran
putih di sekitar lampu (halo), serta adanya mata merah. Gejala objektif dapat
ditemukan injeksi silier ringan, edema kornea ringan, dan TIO meningkat.
2.7.3
15
Pemeriksaan
Pemeriksaan mata yang dilakukan dengan lengkap merupakan cara terbaik untuk
mendeteksi terjadinya glaukoma. Berikut merupakan jenis-jenis pemeriksaan yang
dapat dilakukan adalah :
Tonometri
Tonometri diperlukan untuk mengukur tekanan bola mata. Tujuan pemeriksaan
dengan tonometri adalah untuk mengetahui tekanan bola mata seseorang (tekanan
intra okuler). Rentang tekanan intra okuler normal adalah 10-21 mmHg. Yang
paling sering digunakan adalah tonometer aplanasi Goldman. Ada empat bentuk
tonometri atau pengukur tekanan bola mata :
o Digital (palpasi)
Cara ini adalah yang paling mudah, tetapi juga yang paling tidak cermat, sebab
cara mengukurnya dengan perasaan jari telunjuk. Dapat digunakan dalam
keadaan terpaksa (bila tonometer tidak dapat dipakai atau sulit dinilai, seperti
pada sikatrik kornea, kornea ireguler dan infeksi kornea) dan tidak ada alat
lain. Caranya adalah dengan kedua jari telunjuk diletakkan diatas bola mata
sambil penderita disuruh melihat ke bawah. Mata tidak boleh ditutup, sebab
menutup mata mengakibatkan tarsus kelopak mata yang keras pindah ke depan
bola mata, hingga apa yang kita palpasi adalah tarsus dan ini selalu memberi
kesan perasaan keras. Dilakukan dengan palpasi: dimana satu jari menahan,
16
: normal
N +1 : agak tinggi
N +2 : untuk tekanan yang lebih tinggi
N -1
N -2
o Tonometri Schiotz
Tonometer Schiotz merupakan tonometer indentasi atau menekan permukaan
kornea dengan beban yang dapat bergerak bebas pada sumbunya. Benda yang
ditaruh pada kornea akan menekan bola mata kedalam dan mendapat
perlawanan tekanan dari dalam melalui kornea. Keseimbangan tekanan
tergantung pada beban tonometer.
Teknik: penderita diminta berbaring dan matanya ditetesi pantokain
0,5% 1 kali. Penderita diminta melihat lurus ke satu titik di langit-langit, atau
penderita diminta melihat ke salah satu jarinya, yang diacungkan di depan
hidungnya. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan penderita. Dengan ibu jari
tangan kiri kelopak mata digeser ke atas tanpa menekan bola mata; jari
kelingking tangan kanan yang memegang tonometer, menyuai kelopak
inferior. Dengan demikian celah mata terbuka lebar. Perlahan-lahan tonometer
diletakkan di atas kornea. Jarum tonometer akan menunjuk pada suatu angka
di atas skala. Tiap angka pada skala disediakan pada tiap tonometer. Apabila
dengan beban 5,5 gram (beban standar) terbaca angka 3 atau kurang, perlu
diambil beban 7,5 atau 10 gram. Untuk tiap beban, tabel menyediakan kolom
tersendiri.
Tabel 1. Konversi pemeriksaan tonometri berdasarkan beban
Tabel untuk tonometer Schiotz
Angka skala
Bobot beban
17
5,5 gram
7,5 gram
10 gram
3,0
24,4
35,8
50,6
3,5
22,4
33,0
46,9
4,0
20,6
30,4
43,4
4,5
18,9
28,0
40,2
5,0
17,3
25,8
37,2
5,5
15,9
23,8
34,4
6,0
14,6
21,9
31,8
6,5
13,4
20,1
29,4
7,0
12,2
18,5
27,2
7,5
11,2
17,0
25,1
8,0
10,2
15,6
23,1
8,5
9,4
14,3
21,3
9,0
8,5
13,1
19,6
9,5
7,8
12,0
18,0
10,0
7,1
10,9
16,5
18
19
untuk pemeriksaan ini adalah slit lamp dengan sinar biru, tonometer aplanasi,
flouresein strip/tetes , obat tetes anestesi lokal (tetrakai/pantokain).
20
Gonioskopi
Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata depan dengan
menggunakan lensa kontak khusus. Dalam hal glaukoma, gonioskopi
diperlukan untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan. Gonioskopi
dapat membedakan sudut terbuka dan sudut tertutup. Begitu pula dapat
diperiksa apakah ada perlengketan iris di bagian perifer dan kelainan lainnya.
Dengan cara yang sederhana sekali, seorang dokter dapat mengira-ngira
tentang lebar sempitnya suatu sudut bilik mata depan, yaitu dengan menyinari
bilik mata depan dari samping dengan sentolop. Iris yang datar akan disinari
secara merata. Ini berarti sudut bilik mata depan terbuka. Apabila iris disinari
sebagian, yaitu terang di bagian lampu senter tetapi membentuk bayangan di
bagian lain, kemungkinan sudut bilik mata depan sempit atau tertutup.
Visual Field
21
o Uji Konfrontasi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat gangguan lapangan pandangan
pasien. Caranya dengan membandingkan lapangan pandangan pasien dengan
pemeriksa.
Teknik:
Pasien dan pemeriksa duduk dengan berhadapan muka dengan jarak kirakira 1 meter
Mata kanan pemeriksa dan mata kiri pasien saling berpandangan, sebuah
benda diletakkan antara pasien dengan pemeriksa pada jarak yang sama
Benda mulai digerakkan dari perifer ke arah sentral sehingga mulai terlihat
oleh pemeriksa.
Bila pemeriksa sudah melihat benda maka ditanya apakah benda sudah
terlihat oleh pasien, hal ini dilakukan untuk semua arah.
Percobaan dilakukan pada mata yang satunya baik pada pemeriksa maupun
pada pasien.
Penilaian :
Jika benda yang dilihat pemeriksa sama dengan pasien berarti lapangan
pandangan sama. Bila pasien melihat terlambat, berarti lapangan pandang
pasien lebih sempit daripada pemeriksa.
o Perimetri Goldman
Tujuannya adalah Perimetri dilakukan untuk mencari batas luar persepsi sinar
perifer dan melihat kemampuan penglihatan daerah yang sama dan dengan
demikian dapat dilakukan pemeriksaan defek lapangan pandangan. Dasarnya
adalah saraf yang mempunyai fungsi sama akan mempunyai kemampuan
22
melihat yang sama. Bila ada rangsangan sinar pada retina maka retina akan
melihat rangsangan tersebut.
Makin kecil objek, makin besar kemungkinan ditemukannya
skotoma, karena makin cepat pasien sukar melihat sehinggga akan
memberikan reaksi yang lebih cepat untuk menyatakan benda yang tidak
terlihat.
Funduskopi
o Pemeriksaan Ophtalmoskop Langsung
Pemeriksaan fundus mata, khususnya untuk memperhatikan keadaan papil
saraf optik, sangat penting dalam pengelolaan glaukoma yang kronik. Papil
23
saraf optik yang dinilai adalah warna papil saraf optik dan lebarnya
ekskavasi
Pada papil saraf optik dapat terlihat apakah ada papil edema, hilangnya
pulsasi vena, saraf optik, ekskavasi papil pada glaukoma dan atrofi saraf
optik. Pada retina dapat dinilai kelainan seperti perdarahan subhialoid,
perdarahan intra retina, lidah api, dots, blots, edema retina dan edema
makula. Pembuluh darah retina dapat dilihat perbandingan atau ratio arteri
vena, perdarahan arteri dan vena dan adanya mikroaneurisma dari vena.
Pada glaukoma dapat terlihat:
o Kelainan papil saraf optik (papil glaukomatous) pembesaran cup yang
konsententrik, saraf optik pucat atau atropi, saraf optik tergaung
o Kelainan serabut retina, serat yang pucat atau atropi akan berwarna hijau
o Tanda lainnya seperti perdarahan peripapilar
Gambar 11. Funduskopi normal (kanan) dan pada pasien glaukoma (kiri)
o Pemeriksaan Ophtalmoskop Tidak Langsung
Alat ini digunakan untuk melengkapi pemeriksaan ophtalmoskopi langsung.
Ophtalmoskop tidak langsung dipasang dikepala pemeriksa dan memungkinkan
pandangan binokular melalui sepasang lensa dengan kekuatan lengkap. Pasien
diminta melihat kearah kuadran yang diteliti. Sebuah lensa cembung dipegang
beberapa inchi dari mata pasien dengan arah yang tepat sehingga serentak
memfokuskan cahaya pada retina. Alat ini memberikan lapangan pandang yang
jauh lebih lebar dengan pembesaran yang lebih lemah.
24
Tes Provokasi
Tes ini dilakukan pada suatu keadaan yang meragukan. Pada glaukoma primer
sudut terbuka dapat dilakukan beberapa tes provakasi sebagai berikut :
o Tes minum air ( Water Drinking Test)
Penderita disuruh berpuasa paling sedikit 4 jam, tanpa pengobatan selama 24
jam. Kemudian disuruh minum satu liter air dalam lima menit. Lalu diukur
tiap 15 menit selama 1,5 jam. Kenaikan tensi 8 mmHg atau lebih, dianggap
mengidap glaukoma.
o Uji Priskol
Uji ini dilakukan dengan menyuntikan 1 ml priskol pada konjungtiva, dan
kemudian dilakukan pemeriksaan tekanan bola mata dengan mengunakan
tonometri sebelum disuntik dan disusul dengan tonometri selama 15, 30, 60,
90 menit jika kenaikan tekanan bola mata 11-13 mmHg mungkin menderita
glaukoma bila kenaikan 14 mmHg atau lebih adalah patologik.
o Tes steroid
Pada mata pasien diteteskan larutan dexamethason 3-4 kali, selama dua
minggu. Kenaikan tensi intraokular 8 mmHg menunjukan glaukoma.
2.9
Penatalaksanaan
25
Pengobatan Medikamentosa
26
Trabekuloplasti Laser
Penggunaan laser untuk menimbulkan luka bakar pada jalinan trabekular dan
kanalis schlemm, dengan tujuan melancarkan aliran humor aqueous. Teknik
ini dapat diterapkan untuk glaukoma sudut terbuka.
Siklodestruktif
Kegagalan terapi medis dan bedah dapat dipertimbangkan tindakan destruksi
korpus siliaris dengan laser atau bedah. Semua teknik siklodestruktif dapat
menyebabkan ptisis bulbi.
2.10 Prognosis
Pasien dengan glaukoma sudut tertutup primer belum bisa dianggap sembuh bahkan
meskipun
iridektomi
perifer
dikatakan
berhasil.
Pasien
tersebut
harus
27
juga mungkin berkembang menjadi glaukoma sudut terbuka. Pasien yang telah
menjalani iridektomi perifer harus dievaluasi setidaknya 1-7 hari pasca tindakan.
Pasien juga harus di follow up pada bulan ke-1, 2, dan 6 pasca tindakan karena
kebanyakan penutupan iridotomi terjadi dalam 2 bulan pertama sampai 6 bulan
berikutnya, oleh karena itu mengevaluasi patensi iridotomi yang sangat penting.
Follow up jangka panjang pasien yang telah menjalani iridektomi perifer harus setiap
6-12 bulan.7
Pasien dengan suspek glaukoma sudut tertutup primer harus menjalani
gonioscopy dasar, evaluasi biomikroskopi, evaluasi saraf optik, dan pemeriksaan
lapang pandang. Dokter harus mengedukasi pasien mengenai tanda-tanda dan gejala
serangan glaukoma akut dan menginstruksikan mereka untuk mencari pengobatan
segera. Pemantauan jangka panjang dari pasien ini harus setiap 3-4 bulan untuk tahun
pertama dan setiap 6-12 bulan setelahnya.7
Setelah serangan akut berakhir, mata harus diperiksa untuk derajat penutupan
sudut bilik mata depan. Adanya sinekia anterior perifer dan kerusakan optik disc dan
kerusakan bidang visual.Tekanan intraokular (TIO) harus diperiksa sesering mungkin
untuk mendeteksi kenaikan TIO yang asimtomatik. Oleh karena itu kedua mata harus
dinilai dan diobati untuk mencegah serangan. Prognosis yang baik jika TIO dapat
dikendalikan. TIO dilaporkan dapat dikendalikan dengan iridektomi perifer saja yaitu
42% sampai 72%, yaitu lebih banyak pada ras kulit putih daripada ras Asia.8