Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KEGIATAN

PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN


DOKTER MUDA PSIKIATRI

Oleh:
Ida Ayu Dhitayoni
(1102005027)

Pembimbing:
dr. Luh Nyoman Alit Aryani, Sp.KJ

DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


BAGIAN/SMF PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNUD/
RSUP SANGLAH DENPASAR

2015

LAPORAN KEGIATAN PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN


KUNJUNGAN RUMAH
DOKTER MUDA PSIKIATRI
Tanggal Kegiatan

Sabtu & Selasa, 21 & 24 Februari 2015

Pembimbing

dr. Luh Nyoman Alit Aryani, Sp.KJ

Dokter Muda

Ida Ayu Dhitayoni

Nama

IMS

Jenis Kelamin

Laki - Laki

I. IDENTITAS PASIEN

Tanggal Lahir/Umur :

1 Januari 1973/42 tahun

Alamat

Jalan A Yani Gang IIA No. 14 Denpasar

Agama

Hindu

Suku/Etnis

Bali

Kebangsaan

Indonesia

Pendidikan Terakhir :

S1 Manajemen

Status Pernikahan

Menikah

Pekerjaan

Koki

Nomor Rekam Medik :

01234873

Kontrol Terakhir

18 Februari 2015

Diagnosis

Skizofrenia paranoid (F20.0)

II. RIWAYAT PENYAKIT


Pasien datang ke poliklinik jiwa RSUP Sanglah pada hari Rabu siang
tanggal 18 Februari 2015 bersama anaknya untuk kontrol rutin setiap bulan sejak
Januari 2014. Pasien diwawancara dengan posisi duduk berhadapan di depan
pemeriksa dan dipisahkan oleh sebuah meja. Ia mengenakan baju kaos berwarna
abu abu, celana panjang jeans biru tua, dan menggunakan sandal. Perawakan
sedang, kulit berwarna sawo matang, dan raut wajah terlihat sesuai usia.
Sedangkan, anaknya duduk di sebelah pasien dan tampak sudah terbiasa dengan
situasi di Poliklinik Jiwa. Sebelum memulai wawancara, pemeriksa menyapa

pasien dan memperkenalkan diri terlebih dahulu, ia pun merespon dengan


tersenyum dan mengangguk. Selama wawancara berlangsung pasien tampak
tenang dan kooperatif. Semua pertanyaan dapat dijawab dengan suara jelas
menggunakan bahasa Indonesia, dan dengan menatap mata pemeriksa. Sesekali
menegur anaknya yang sempat agak nakal ketika wawancara berlangsung.
Pasien mampu menyebutkan nama dengan benar, begitu pula dengan
waktu dan tempat dilakukannya pemeriksaan. Saat ditanya mengenai bagaimana
keadaannya saat ini, pasien mengatakan bahwa keadaannya telah membaik dan
sudah tidak mendengar suara suara aneh lagi, walaupun terkadang masih merasa
curiga kepada orang orang sekitarnya. Perasaannya saat ini sudah lebih lega
daripada sebelumnya. Pasien tidak memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya.
Keluhan lain yang masih dirasakan adalah ia kesulitan untuk tidur dengan
nyenyak. Ia sering terbangun sekitar pukul 02.00 dan terkadang sulit memulai
tidur kembali. Makan dan minum cukup setiap harinya, mandi 2 kali sehari dan
tidak pernah mengamuk.
Untuk penatalaksanaan, pasien diberikan obat haloperidol dengan dosis 1
x 1,5 miligram yang harus diminum secara rutin selama rawat jalan dan
disarankan kontrol pada tanggal 18 Maret 2015. KIE mengenai hal yang
sebaiknya dilakukan dan tidak dilakukan dalam hal pengobatan pasien juga
dilakukan.
III. HASIL KUNJUNGAN RUMAH
Kunjungan rumah pertama dilakukan pada hari Sabtu, 21 Februari 2015
pukul 15.00 WITA. Sebelumnya saya selaku dokter muda meminta ijin kepada
pasien dan keluarga untuk melakukan kunjungan rumah dengan tujuan melihat
bagaimana perkembangan pasien, melihat aktivitas sehari-hari pasien di rumah,
dan melihat lingkungan sosial dan keluarga pasien. Pasien dan ibunya selaku
perwakilan dari keluarga memberikan izin kepada saya untuk melakukan
kunjungan rumah. Saya juga meminta nomor telepon yang dapat dihubungi.
Pada kunjungan pertama, saya melakukan kunjungan rumah dengan
ditemani oleh seorang teman dokter muda yang juga bertugas di bagian psikiatri.
Dengan menggunakan aplikasi google maps, alamat pasien menjadi mudah untuk

ditemukan. Saya berangkat melakukan kunjungan sepulang stase di poliklinik


jiwa RSUP Sanglah pukul 14.00 WITA. Sekitar pukul 15.00 WITA saya tiba di
rumah pasien. Saya memarkir motor di depan rumah tetangga pasien yang
memiliki area lapang cukup luas.
Kedatangan kami disambut dengan ramah oleh ibu pasien yang sedang
membuat banten upacara di ruang tamu. Lalu ibu pasien memanggil pasien untuk
menemui kami. Kebetulan, saat itu pasien sedang mengambil libur kerja karena
anaknya yang putri dikira akan gladi bersih pentas menari saat itu, namun acara
tersebut ternyata batal. Pasien lalu turun dari lantai dua rumahnya dan menyambut
kami dengan ramah dan terlihat antusias. Saya dan teman saya lalu dipersilahkan
duduk di sofa ruang tamu. Ibu pasien menawarkan minum untuk kami, namun
kami secara halus menolak agar tidak merepotkan. Saat melakukan kunjungan
saya melakukan wawancara dengan pasien, istri, dan ibu pasien.
Karena ada data yang belum lengkap saat kunjungan pertama, saya
melakukan kunjungan kedua dengan menelpon ke rumah pasien terlebih dahulu
untuk meminta izin. Kali ini, saya datang sendiri ke rumah pasien pada pukul
19.30 WITA karena pasien baru pulang kerja pukul 18.00 WITA dan ada acara
keluar bersama istri dan anak anaknya sampai pukul 20.00 WITA. Sesampainya
di rumah pasien, saya mengobrol dengan ibu pasien terlebih dahulu, baru setelah
pasien pulang saya mengobrol bersama dia dan istrinya.
Autoanamnesis
Pada saat kunjungan rumah pertama dilakukan, pasien sudah tiga hari
pulang dari kontrol di poliklinik jiwa RSUP Sanglah pada tanggal 18 Februari
2015. Pasien mengobrol dengan kami dalam posisi berhadapan dan duduk di kursi
yang kira kira berada 1 meter di depan kami di ruang tamu pasien. Selain pasien,
di ruangan tersebut juga ada anak dan keponakan pasien serta ibu pasien yang
sedang bermain dan membuat banten. Ia mengenakan baju kaos berwarna biru
dongker tanpa motif dengan garis putih di pinggirnya dan celana pendek selutut
berbahan jeans. Rambutnya berwarna hitam, pendek, lurus, namun kurang rapi
seperti belum disisir, serta raut wajahnya tampak tenang saat wawancara.
Beberapa kali terlihat wajahnya seperti bengong dan menerawang. Selama

pembicaraan berlangsung, pasien sangat kooperatif dan mau menjawab semua


pertanyaan yang diajukan dalam bahasa Indonesia dan terkadang beberapa istilah
bahasa Bali dan menatap pemeriksa. Pasien mengatakan senang dikunjungi,
karena jika ada yang berkunjung dari rumah sakit, ia bisa berbagi tentang
masalahnya dan menjadi lebih tenang.
Saya memulai perbincangan dengan menanyakan bagaimana kabar pasien
saat ini, pasien menjawab bahwa ia sudah merasa lebih baik, walaupun kadang
masih merasa curiga terhadap orang orang disekitarnya. Pasien menceritakan
bahwa curiganya tidak spesifik kepada satu orang saja, namun ke semua orang di
lingkungannya. Ia merasa semua orang disekelilingnya mengetahui isi pikirannya.
Pikiran curiga ini biasanya muncul saat pasien sedang tidak ada pekerjaan atau
bengong, saat itu dia akan memikirkan hal yang tidak tidak terhadap orang di
dekatnya. Seringnya pikiran tersebut tentang orang di dekatnya memikirkan aneh
aneh tentang dirinya dan tahu apa saja yang dia pikirkan sehingga ia merasa
marah, kecewa, dan sedih. Saat ini, pasien sudah bisa mengatasi pikiran pikiran
tersebut dengan mencoba berpikir positif dan mengingat kata kata dokter serta
keluarganya, bahwa apa yang dipikirkannya itu tidak benar. Dulu ia mendengar
suara suara yang menyebabkan ia berpikir seperti itu, kalau sekarang hanya
merasa saja dan sudah tidak mendengar suara suara lagi. Gejala halusinasi
tersebut hilang kira kira sudah lima tahun yang lalu. Ketika ditanya suara seperti
apa yang didengar dulu, pasien mengatakan ia mendengar suara ribut - ribut,
marah, tidak senang kepada dia, dan mengejek pasien namun tidak dengan kata
kata spesifik yang membuat pasien menjadi down dan sedih. Biasanya muncul
saat merokok dan bengong.
Awalnya pasien mengetahui dirinya memiliki keluhan gangguan jiwa
adalah saat anaknya yang pertama masih berumur 1 atau 2 tahun. Saat itu sempat
dibawa ke Sanglah oleh adik dan sepupu laki lakinya karena pikirannya hanya
ingin mati dan sudah tidak kuat dengan kehidupan. Tidak ada percobaan bunuh
diri yang dilakukan waktu itu, hanya ide ide saja. Pasien lupa siapa dokter yang
pertama menanganinya. Setelah selesai dirawat inap, ia tidak rutin kontrol dan
minum obat, sempat juga berobat ke psikiater namun tidak konsisten dan mencoba
obat alternatif serta obat yang diberikan oleh saudara sepupunya yang berprofesi

sebagai dokter di daerah Gianyar. Obat pertama yang diberikan padanya adalah
risperidon 2 x 1 tablet, namun pasien tidak teratur meminumnya dan mengatur
dosis obat sendiri karena takut akan efek samping obat dan takut ketergantungan
terhadap obat. Ia juga sempat diberikan obat besar berwarna merah muda namun
tidak mengetahui namanya. Menurut pasien, karena merasa tidak membaik juga,
baru setahun terakhir ini pasien kembali kontrol lagi ke poliklinik jiwa RSUP
Sanglah. Mulai setahun yang lalu pasien kontrol diberikan haloperidol 2 x 1,5 mg.
Tetapi karena bekerja, pasien meminta hanya minum obat di malam hari saja,
katanya kalau minum di pagi hari mata menjadi berkunang kunang dan
mengganggu pekerjaan, sehingga setelah beberapa saat, dosis obat dirubah
menjadi 1 x 1,5 mg tablet saja dan diminum saat malam hari sekitar pukul 19.00
WITA. Saat ini tidak ada keluhan seperti gemetar pada kedua tangan, lidah terasa
kaku, suara seperti pelo, air liur menetes tidak bisa dikendalikan, kaku di leher
ataupun keinginan untuk terus berjalan.
Pasien saat ini tidak bisa tidur terlelap, bisa memulai tidur tapi terbangun
sekitar pukul 02.00 atau 03.00, tapi bisa tidur kembali. Mulai tidurnya kalau
sekarang pukul 21.00 atau 22.00 sudah mulai tidur. Karena sering terbangun,
maka saat bangun pagi sering kurang fit kalau kerja. Kerja pasien hanya
mengambil shift pagi saja dari pukul 09.00 sampai 17.00. Dulu pernah bekerja
dua shift, tapi kepalanya menjadi jadi sakit, dan saat pasien meminta berhenti
bosnya tidak mengizinkan lalu berbaik hati memintanya bekerja satu shift saja. Di
tempat kerja, hubungan kerja dengan atasan dan teman kerjanya baik. Pasien tidak
diberi berhenti oleh atasannya karena pasien kalau bekerja ya bekerja dan tidak
bisa diam, karena jika diam ia memikirkan yang tidak tidak. Sebelum di tempat
kerja yang sekarang ia sempat bekerja di restoran Kemangi, namun sering kumat
saat bekerja disana, kumatnya keras sehingga pasien sempat mengambil cuti lama
sebanyak dua kali dan akhirnya berhenti. Saat ini, pasien bekerja di restoran di
daerah Petitenget sebagai koki makanan Meksiko.
Saat ditanya apakah ia mengidap penyakit lainnya, pasien menjawab ia
memiliki Hepatitis C. Ia mengetahuinya karena diberi tahu saat melakukan donor
darah satu tahun yang lalu. Pasien bercerita bahwa dulu sempat menggunakan
obat obatan terlarang seperti sabu sabu dan juga menggunakan obat obatan

namun lupa jenisnya menggunakan jarum suntik saat masa mudanya terutama saat
kuliah, tapi tidak sampai candu hanya untuk bersenang senang dengan teman
temannya. Saat ini pasien tidak menggunakan lagi obat obatan tersebut.
Sekarang pasien merasa lebih cepat lelah. Sayangnya, ia tidak melakukan
pengobatan terhadap penyakitnya ini karena harga pengobatannya mahal. Selain
itu, saat melakukan pemeriksaan laboratorium dengan JKBM di Sanglah, dokter
yang saat itu memeriksa mengatakan bahwa hasil laboratoriumnya baik dan
karena kondisinya tidak mengganggu fungsi kerja pasien, maka dibiarkan saja
sekarang. Ia juga pernah pergi ke rumah sakit karena mengalami sakit dada
sebelah kanan seperti tertusuk tusuk yang tidak menjalar ke tangan, dan setelah
di cek ke dokter ternyata tidak ada apa apa. Pasien takut terkena penyakit paru
paru dan jantung, karena ia merokok.
Saat ditanya tentang bagaimana kehidupan sosialnya dulu, ia mengatakan
sebelum mengalami gejala gangguan jiwa, ia suka kelayapan dan jalan jalan,
serta sangat luwes dalam bergaul. Namun semenjak mendengar suara suara dan
perasaan curiga berlebih, ia ingin menyendiri karena menjadi lebih tenang. Karena
saat mengobrol dengan teman, terkadang pikiran tidak fokus dan curiga. Dulu
juga sering minum minum dan merokok, namun sekarang minum minum
sudah tidak lagi. Merokok sekarang masih dilakukan, kira kira 1 bungkus isi 16
untuk 2 hari bermerek U Mild yang menurut pasien murah harganya. Dulu sempat
berhenti minum kopi karena kepala sempat sakit kepala, tapi setelah berhenti tetap
pusing jadi tetap dilanjutkan sampai sekarang, namun tidak banyak, hanya 1 2
gelas per hari. Dan karena sering sakit kepala seperti ditekan tekan kepalanya,
jadinya sering minum obat Paramex. Pasien merasa mungkin obatnya agak keras
sehingga di sekitar mata dan wajah menjadi bengkak.
Dari keluarga pasien diketahui ibu pasien dan kakak perempuan dari ibu
pasien juga pernah mengalami gangguan jiwa. Kakak dari ibu pasien sekarang
sudah tidak ada. Dulu sempat bingung bingung dan berbicara sendiri, dan saat
itu cepat ditangani. Saat ini, jika ada masalah pasien bercerita ke istrinya dan
kadang kadang juga ke ibunya. Sebagian besar masalah yang diceritakan adalah
tentang masalah pekerjaan dan teman kerjanya. Dulu saat sakit, pasien menjadi

orang yang memendam masalah dan jarang bercerita, padahal sebelum sakit
pasien merupakan orang yang ceria dan sering bercerita.
Saat ditanya mengenai perbedaan bola jeruk dan bola tenis pasien dapat
menyebutkan persamaannya, yaitu sama - sama bulat dan perbedaannya adalah
ada yang bisa dimakan dan ada yang tidak. Saat ditanya pengurangan, 100 7
pasien dapat menjawab 93, dikurangi 7 dapat menjawab 86, dikurangi lagi 7 dapat
menjawab 69 saat seharusnya 79.
Pasien mengatakan kalau secara niskala, katanya pasien sempat dimasuki
makhluk halus saat dulu bekerja di abian. Dari niskala juga dikatakan ia harus
menjadi pemangku, namun tidak memikirkan itu sekarang, penanganan sekarang
lebih fokus ke medis.
Dengan lingkungan sekitar dikatakan jarang bercengkarama. Hanya
mengobrol seperlunya jika bertemu. Sampai saat ini tidak pernah mengalami
masalah dengan keluarga di lingkungan sekitar. Pasien memiliki kebun di daerah
A Yani namun tidak ada yang mau mengurusnya. Karena istri berasal dari tempat
yang lebih dekat, menjadi lebih sering berkunjung ke kampung istri di Pegok,
Sesetan. Pasien menjadi memiliki semangat untuk sembuh dan rajin berobat
karena banyak support dari keluarga dan teman teman.
Saat ditanya soal hubungan dengan ayah dan ibunya, pasien berkata bahwa
dulu sering bertengkar hebat dengan ayahnya karena ia sempat ingin berhenti
kuliah namun tidak diizinkan oleh ayahnya. Pasien dan ayahnya sama sama
keras menurut pandangan pasien, namun tidak pernah terlalu melarang dia untuk
melakukan suatu hal yang ia senangi. Dibandingkan ayah dan ibu, ia lebih dekat
dengan ibu. Saat ayahnya meninggal, pasien sangat sedih karena merasa belum
mampu memenuhi apa yang ayahnya inginkan. Ia berpikir, seandainya dulu
mengikuti semua kata ayahnya maka sekarang keluarganya tak akan jatuh ke
dalam kemiskinan.
Heteroanamnesis (Wawancara dengan Ibu dan Istri Pasien)
Saat

ditanya

bagaimana

keadaan

pasien

sekarang

dan

riwayat

kehidupannya dahulu, sang ibu bercerita bahwa anaknya menjadi kurang aktif.
Sekarang walaupun dipanggil temannya ia tidak mau pergi keluar, terutama untuk

minum minum. Pasien lahir di dokter di daerah Pekambingan dan sudah tinggal
di Denpasar sejak kecil. Sekolahnya lancar dari SD sampai SMA. Kuliah selesai
agak terlambat, sekitar 5,5 tahun dari yang seharusnya 4 tahun. Sebelum sakit
kehidupan sosialnya normal. Ibunya berkata bahwa penyebabnya mungkin karena
bertahun - tahun tidak bekerja tetap pada suatu tempat saat sudah menikah dan
tidak ada ayahnya, sempat di laundry, di garmen, di restoran Kemangi, dan lain lain. Saat itu ia menjadi sering bingung karena tidak ada pemasukan, lalu ibunya
menyarankan untuk pergi ke Karangasem mencari daun jeruk untuk dijual, selain
itu juga pergi ke Tabanan untuk mencari kelapa dan nangka. Selanjutnya hasil
tersebut dijual oleh ibunya ke pasar. Mungkin anaknya drop karena capek. Saat
dicoba dilihat secara niskala, di baas pipis diketahui bahwa anaknya ada yang
merasuki, sampai akhirnya seperti orang step badannya kaku dan mulutnya caket
dan dibawa ke Sanglah.
Mantu ibunya dari anak yang paling tua pernah berkata kok pasien tidak
pernah bekerja tetap, dan pasien kebetulan mendengar sehingga itu dimasukan ke
hati oleh pasien. Ibunya berkata anaknya ini lebih banyak malasnya, tapi ibunya
tidak berani memarahi dan hanya memberi tahu secara halus karena anaknya
sangat sensitif. Dari kecil sampai saat ini terbiasa mengandalkan ibunya, seperti
untuk membersihkan rumah, memberi makan anak, mengurus anak, dan
membantu mencari penghasilan juga masih mengandalkan ibunya. Sang ibu
merasa seharusnya bukan dia yang mengerjakan hal tersebut dan di masa tuanya
harusnya tenang tenang saja. Dulu kakak perempuan dari ibu terkena penyakit
yang mirip seperti ini. Diduga karena ada yang mengguna-gunai. Ibunya sendiri
juga pernah mengalami gangguan jiwa. Selain merasa bingung dan berbicara
sendiri, ia juga merasa dirinya dipegang pegang oleh orang lain dan katanya
diganggu oleh makhluk halus. Saat itu merasa ada orang yang ingin jahat
kepadanya dan kakaknya. Ditangani oleh ahli pengobatan orang China selanjutnya
juga dibawa ke psikiater dan ke balian untuk diobati. Namun saat ini semua gejala
telah teratasi. Hal ini terjadi setelah bapak pasien meninggal. Sang ibu juga
merasa hidupnya semenjak suaminya meninggal menjadi lebih berat.
Sang istri berkata suami biasa bercerita kepadanya tentang masalah kerja
dan jarang kumat. Sekarang lebih rileks dan kalau kumat paling sakit kepala. Istri

pasien mengatakan gejala awalnya apabila pasien mulai kumat adalah tangan dan
kakinya dingin lalu mulai keluar masuk rumah tanpa tujuan yang jelas. Biasanya
diatasi dengan memijat pasien menggunakan minyak telon dan berendam di air
hangat berisi garam. Saat kumat pasien lebih menunjukan gejala diam dan
bengong. Kumat setiap tahun ada saja sekali dan biasanya pertengahan tahun,
terakhir kumat ini tumben akhir tahun, yaitu pada akhir tahun 2013 sampai awal
tahun 2014. Saat kumat biasanya pasien berhenti dari pekerjaannya atau rehat dari
pekerjaannya selama 2 3 bulan. Pada pekerjaan terakhir sebenarnya ia mau
resign namun tidak diberikan oleh bosnya dan hanya disuruh berobat dan
mengambil cuti. Istri merasa tidak ada hal yang mencetus setiap kejadian kumat,
dia mengatakan tiba tiba saja kumatnya. Setiap kumat hanya dimulai dari
pikiran curiga suaminya saja terutama terhadap teman teman kerjanya. Istri
mengatakan untuk mengatasinya mereka melakukan upaya dari sekala dan
niskala. Sekalanya berobat ke dokter, dan niskalanya disuruh untuk membuat
banten penebusan. Karena, menurut istri pasien, pasien sering kumat karena sering
putus obat. Sekarang, suaminya juga sering tur melukat dan ke pura pura untuk
menenangkan diri.
Pertama kali dibawa ke Sanglah sekitar tahun 2008 akhir atau 2009 awal.
Itu merupakan rawat inap pertama dan terakhir sampai saat ini. Saat itu pasien
dibawa ke Sanglah karena sejak beberapa hari sebelumnya tidak mau makan,
minum, mandi, dan bicara, dan lagi saat itu pasien dikatakan caket atau mulutnya
tidak mau terbuka dan tubuhnya kaku seperti orang kejang. Dibawa ke Sanglah
oleh kakak iparnya dan adik adiknya serta sepupunya yang laki laki,
sedangkan sang istri tidak bisa mengantar karena masih ada anaknya yang kecil
berada di rumah dan harus bekerja. Saat itu dirawat kira kira seminggu lebih
sedikit. Setelah itu rawat jalan di rumah, diawasi minum obatnya oleh istri, namun
kontrolnya tidak rutin dan minum obatnya putus nyambung.
Saat ditanya bagaimana istri menghadapi keadaan suami, ia mengatakan
bisa mengatasinya karena pasien tidak pernah berprilaku aneh - aneh seperti
membawa senjata tajam dan mengancam. Ia juga mengaku sudah sangat mengenal
suaminya sehingga bisa sabar menghadapinya. Saat dulu berbicara sendiri pasien
juga bercerita dengan dirinya dan bertanya apakah ada suara atau tidak

10

sebenarnya, dan ia juga bisa memberi masukan kepada suaminya. Dulu suaminya
sempat tidak mau berobat namun dipaksa olehnya untuk kontrol supaya membaik,
biasanya ia mengantar suaminya, hanya saja waktu kunjungan terakhir ia bekerja
shift pagi sehingga tidak bisa mengantar. Istri pasien merasa senang dikunjungi,
karena bisa mengontrol keadaan pasien di rumah dan mengerti perkembangan
pasiennya.
IV. LINGKUNGAN KELUARGA
Pasien merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Ia berasal dari
Tenganan, Karangasem namun jarang pergi ke kampung halaman, hanya kesana
saat ada upacara adat dan kundangan. Saat ini pasien berusia 42 tahun. Pasien
sudah menikah dan memiliki 2 orang anak. Saat ini tinggal bersama ibunya dan
adik laki lakinya yang terakhir beserta keluarganya. Anak pertamanya berusia 8
tahun duduk di kelas 3 SD, dan anak kedua berusia 4 tahun belum bersekolah.
Anak pertama pasien gemar menari dan mengikuti sanggar tari. Istri pasien anak
ketiga dari tiga bersaudara dan memiliki dua kakak laki laki yang kembar dan
sehat. Sudah mulai menjalin hubungan dengan pasien dari bulan Maret 1996 dan
menikah pada tahun 2005 sampai sekarang. Saat ini bekerja sebagai karyawati di
King Koil di Mall Bali Galleria lantai II.
Ibu pasien sekarang berumur 60 tahun dan masih sehat walafiat dan
merupakan anak ke-delapan dari sembilan bersaudara, dan sekarang yang hidup
hanya tinggal berempat. Sekarang beliau tidak bekerja lagi. Dahulu sering
berjualan di pasar, namun sekarang tidak berani karena sudah tidak ada modal lagi
seperti dulu dari suaminya dan pasar lebih sepi sehingga lebih banyak lelahnya
daripada keuntungannya. Bapak pasien meninggal pada tahun 1999 karena kanker
nasofaring.
Kedua adik pasien hanya tamatan SMA. Adik - adik pasien sudah sempat
berkuliah namun tidak menyelesaikan skripsinya dan satunya lagi di drop out.
Sedangkan kakaknya yang perempuan bersekolah di Undiknas sampai tamat. Saat
ini kakak pasien menikah ke daerah Kuta. Masing masing saudara pasien
memiliki dua anak dan normal.

11

Silislah Keluarga :

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal Dunia
: Gangguan Jiwa
: Pasien
V. LINGKUNGAN RUMAH
Pasien saat ini tinggal di sebuah rumah yang dihuni oleh 9 orang, yakni
pasien dan istri beserta dua anaknya, adik pasien dan istri beserta dua anaknya,
dan juga ibu pasien. Rumah pasien berada di gang kecil sebelah kanan jalan yang
dapat diakses dari jalan besar, yaitu Jalan A Yani bagian selatan. Cukup sulit untuk
mencari gang rumah pasien terutama pada malam hari. Rumahnya berada hampir
di ujung gang sekitar 200 meter dari jalan utama dengan jalan yang sempit dan
hanya cukup dilewati motor serta curam. Sebagian besar rumah di jalan tersebut
berada di bagian utara gang dan berjejer cukup padat dengan jarak antara rumah
satu dan lainnya berdekatan, sedangkan bagian selatannya lebih banyak kebun
yang dimiliki oleh penduduk lain dan sering digunakan sebagai tempat parkir dan
menjemur pakaian oleh warga sekitar. Sepanjang jalan menuju rumah pasien
banyak anjing berkeliaran. Lingkungan disekitar rumah terlihat cukup bersih dan
sejuk dengan banyaknya pepohonan dan tanaman-tanaman di seberang rumah
walaupun tidak beraturan tumbuhnya. Rumah tersebut bertingkat tiga dengan luas

12

rumah 75 m2. Pada awalnya luas tanah 150 m2 selanjutnya dibagi dua dengan
keluarga kakak ibu pasien yang tinggal di sebelah timur rumah pasien.
Saya meminta ijin untuk melihat keadaan rumah pasien. Terdapat tiga
kamar di rumah tersebut dengan satu kamar berada di lantai 1 untuk keluarga kecil
adik pasien, dan dua kamar berada di lantai 2 untuk ibu pasien dan keluarga kecil
pasien. Hanya terdapat satu kamar mandi yang berada di bagian depan rumah
dengan keadaaan yang bersih. Kamar kamar tidur nampak berantakan dan tidak
dibereskan. Pada ruang tamu terdapat sebuah televisi dan sofa sebagai tempat
duduk. Lantai tampak bersih, namun di bagian depan rumah sering ada air
menggenang karena merupakan bagian paling rendah dari rumah tersebut
sehingga sangat licin. Terdapat juga pelinggih yang berada di lantai tiga rumah
pasien. Rumah tersebut menggunakan penerangan listrik dari PLN tapi bukan
pulsa listrik dan air PDAM. Untuk ventilasi kamar tidak begitu baik sehingga
terasa lembap. Tembok rumah pasien banyak terdapat coretan anak anak
sehingga terlihat jorok. Penerangan rumah pasien kurang, seperti contohnya di
tangga menuju ke lantai dua tidak ada lampu sehingga pada siang hari pun sulit
untuk menaiki tangga. Dari keadaan rumah dan barang-barang yang ada di rumah
tersebut, keluarga pasien tergolong ke dalam ekonomi menengah ke bawah.
Tidak terdapat halaman di rumah pasien. Mereka memanfaatkan bagian
selatan rumah mereka yang merupakan kebun tak terurus untuk memarkir motor
dan menjemur pakaian.
VI. LINGKUNGAN SOSIAL
Saat melakukan kunjungan rumah, lingkungan sekitar rumah pasien cukup
padat. Jarak antara rumah satu dan rumah lainnya hanya berbatas tembok. Sore itu
tampak tetangga pasien banyak yang lalu lalang dan ada yang sekedar duduk
duduk di depan rumahnya. Pasien, ibu dan istrinya mengaku jarang mengikuti
kegiatan di banjar dan jarang berbincang bincang dengan tetangganya. Namun
sampai saat ini tidak ada masalah dengan tetangga sekitar. Diketahui juga dari
tetangga pasien, bahwa ada satu lagi pasien dengan gangguan jiwa di sekitar
perumahan itu. Pasien hidup berdampingan dengan rumah saudara sepupunya
tempat di sebelah timur rumah pasien.

13

VII. DENAH RUMAH


Lantai 1

1
Keterangan :
1. Teras Rumah
2. Kamar Mandi
3. Dapur
4. Kamar adik dan
keluarga
5. Ruang tamu

Lantai 2

14

1
Keterangan :
1. Bale dipan
2. Kamar ibu pasien
3. Kamar pasien dan
keluarga
4. Jalan menuju ke
sanggah di lantai 3.

IV. KESIMPULAN
1. Perkembangan pasien secara umum membaik setelah rutin meminum obat
yang diberikan dokter di Poliklinik Jiwa RSUP Sanglah. Keluhan yang
masih dirasakan pasien saat ini adalah gangguan tidur tipe late karena
masih sering terbangun di malam hari, gejala tought broadcasting karena
sering merasa pikirannya diketahui oleh orang banyak, dan juga masih
sedikit paranoid terhadap orang orang sekitarnya.

15

2. Keluarga pasien memiliki harapan yang besar untuk kesembuhan pasien.


Dukungan mereka sudah sangat baik dalam pengawasan penggunaan obat
dan mengamati gejala gejala pasien sehingga penanganan bisa lebih
cepat dilakukan bila ada masalah.
3. Saat ini, pasien terlihat memiliki gangguan kepribadian paranoid yang
sudah membaik karena masih ditemukan ciri ciri kepekaan berlebihan
terhadap kegagalan dan penolakan, kecurigaan dan kecenderungan
mendalam untuk mendistorsikan pengalaman dengan menyalah-artikan
tindakan orang yang netral atau bersahabat sebagai suatu sikap
permusuhan atau penghinaan, dan preokupasi dengan penjelasan
penjelasan yang bersekongkol dan tidak substantive dari suatu peristiwa,
baik yang menyangkut diri pasien sendiri maupun dunia pada umumnya.
V. SARAN
Adapun saran yang bisa saya berikan kepada keluarga pasien adalah
sebagai berikut :
1. Pengobatan untuk gangguan jiwa membutuhkan waktu yang lama,
hendaknya pasien serta keluarganya agar terus bersabar dan telaten
dalam menjalani program pengobatan, termasuk minum obat sesuai
resep dokter dan menemani kontrol ke poliklinik jiwa RSUP Sanglah
setiap bulannya.
2. Pasien perlu bersikap lebih terbuka terhadap lingkungan sekitar dan
mencoba untuk selalu berpikiran positif. Keluarga juga agar turut
membantu pasien agar kembali menjadi sosok yang ceria dan supel
seperti sebelumnya. Pertahankan hubungan suami istri yang baik
antara pasien dan istrinya sehingga sharing yang dilakukan selama ini
bisa terus berjalan.
3. Disarankan untuk memeriksakan Hepatitis C nya kembali bersama
dengan istri agak tidak menjadi masalah yang besar di kemudian hari.
4. Jika ada gejala seperti mual, muntah, kaku, gerakan yang tidak
diinginkan baik di wajah maupun anggota gerak, dan lain sebagainya
yang mengarah ke efek samping obat, segera datang ke Rumah Sakit
Sanglah.

16

5. Pasien dan keluarga hendaknya selalu berdoa kepada Tuhan Yang


Maha Esa untuk perkembangan pasien. Tetap lakukan upaya
penyembuhan yang seimbang baik dari sekala maupun niskala.
VI. DOKUMENTASI KUNJUNGAN
Saat akan mengambil foto ruangan, istri pasien tidak memberikan izin
karena malu kamarnya dan beberapa ruangan masih terlihat kotor, sehingga hanya
sedikit dapat mengambil foto.

Gambar 1. Dokter muda bersama pasien di lantai bawah rumah

17

Gambar 2. Lantai atas rumah pasien dan tangga di rumah pasien

18

Anda mungkin juga menyukai

  • Form Gangguan Kepribadian
    Form Gangguan Kepribadian
    Dokumen4 halaman
    Form Gangguan Kepribadian
    Robertus Brian Junarli
    Belum ada peringkat
  • 2 Kata Pengantar
    2 Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    2 Kata Pengantar
    Robertus Brian Junarli
    Belum ada peringkat
  • Cover THT
    Cover THT
    Dokumen1 halaman
    Cover THT
    Robertus Brian Junarli
    Belum ada peringkat
  • Morning Report Kardio Stemi
    Morning Report Kardio Stemi
    Dokumen20 halaman
    Morning Report Kardio Stemi
    Robertus Brian Junarli
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi PPK 2
    Daftar Isi PPK 2
    Dokumen3 halaman
    Daftar Isi PPK 2
    Robertus Brian Junarli
    Belum ada peringkat
  • Slide Kanker Serviks
    Slide Kanker Serviks
    Dokumen42 halaman
    Slide Kanker Serviks
    Robertus Brian Junarli
    Belum ada peringkat
  • CA Cerviknya Jo Dan Fajar
    CA Cerviknya Jo Dan Fajar
    Dokumen6 halaman
    CA Cerviknya Jo Dan Fajar
    Dayu Diah
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Robertus Brian Junarli
    Belum ada peringkat
  • Judul
    Judul
    Dokumen1 halaman
    Judul
    Robertus Brian Junarli
    Belum ada peringkat
  • Cover Responsi Kasus
    Cover Responsi Kasus
    Dokumen1 halaman
    Cover Responsi Kasus
    Robertus Brian Junarli
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Robertus Brian Junarli
    Belum ada peringkat
  • Mata
    Mata
    Dokumen2 halaman
    Mata
    Robertus Brian Junarli
    Belum ada peringkat
  • Kolitis
    Kolitis
    Dokumen7 halaman
    Kolitis
    Nonanenee
    Belum ada peringkat
  • Biodata
    Biodata
    Dokumen1 halaman
    Biodata
    Robertus Brian Junarli
    Belum ada peringkat
  • Obstetri
    Obstetri
    Dokumen34 halaman
    Obstetri
    Robertus Brian Junarli
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Nusa Indah
    Lapsus Nusa Indah
    Dokumen6 halaman
    Lapsus Nusa Indah
    Robertus Brian Junarli
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Robertus Brian Junarli
    Belum ada peringkat
  • Bab 4
    Bab 4
    Dokumen4 halaman
    Bab 4
    Robertus Brian Junarli
    Belum ada peringkat
  • BAB II Edit Brian Mata
    BAB II Edit Brian Mata
    Dokumen25 halaman
    BAB II Edit Brian Mata
    Robertus Brian Junarli
    Belum ada peringkat
  • Mata
    Mata
    Dokumen2 halaman
    Mata
    Robertus Brian Junarli
    Belum ada peringkat
  • Laporan Responsi Psikiatri
    Laporan Responsi Psikiatri
    Dokumen3 halaman
    Laporan Responsi Psikiatri
    Robertus Brian Junarli
    Belum ada peringkat
  • Bab III Responsi Diare
    Bab III Responsi Diare
    Dokumen11 halaman
    Bab III Responsi Diare
    Robertus Brian Junarli
    Belum ada peringkat
  • Responsi Diare
    Responsi Diare
    Dokumen2 halaman
    Responsi Diare
    Robertus Brian Junarli
    Belum ada peringkat
  • Dari Everand
    Belum ada peringkat
  • Dari Everand
    Belum ada peringkat