Anda di halaman 1dari 80

BAB I

Pendahuluan
I.1.

PEMAHAMAN

Sering kali pengambilan keputusan apakah suatu proyek perlu dibangun atau tidak
membutuhkan analisis yang tidak sederhana dimana banyak faktor yang sangat
menentukan keputusan tersebut. Faktor-faktor tersebut diantaranya; ketersediaan dana,
manfaat proyek, dampak, urgensi dan lain-lain. Hal ini kerap juga terjadi pada proyek
pembangunan/pemeliharaan/dan peningkatan prasarana transportasi terutama prasarana
jalan.
Penentuan kelayakan proyek biasanya merupakan bagian yang sangat krusial dalam
siklus sebuah proyek. Hal ini disebabkan pada bagian ini bagaimana sistem pendanaan
nantinya akan ditentukan. Artinya jadi tidaknya proyek dan dari mana sumber
pendanaannya tergantung pada bagian ini, terlebih lagi bila proyek yang nanti akan dibuat
bersifat high cost investment yang kemungkinan Pemerintah tidak mampu menyediakan
dana sehingga perlu dicarikan sumber pendanaan yang lain. Sebagai contoh proyek
pembangunan Jembatan Surabaya-Madura yang hampir dipastikan bahwa pemerintah
tidak akan mampu mendanainya sehingga perlu dicarikan dana pendamping.
Contoh yang sederhana yang mungkin terjadi adalah:
1.

Layakkah

membangun

flyover

pada

persimpangan

Banyuurip-Pandegiling Surabaya?
2.

Layakkah membangun flyover Dolog?

3.

Layakkah Pembangunan Jalan Lingkar Luar Surabaya?

4.

Layakkah meningkatkan jalan 2/2UD menjadi 4/2D?

5.

Layakkah perbaikan Jalan di Jln. Manyar Kertoarjo?

6.

dan lain-lain.

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

Contoh lain yang membutuhkan analisa lebih lanjut adalah;


1.

Penentuan Prioritas pemeliharaan dan atau peningkatan


jalan, karena biasanya penghematan biaya operasi kendaraan hanya
menjadi faktor pendukung dan bukan menjadi faktor utama yang menetukan.

2.

Penentuan prioritas pembangunan (staging) jalan yang


terdiri dan banyak sub ruas.

3.

dan lain-lain.

Contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa untuk menjadikan sebuah proyek jalan


menjadi real tidaklah mudah, karena sebelum diputuskan apakah proyek tersebut akan
dilanjutkan atau tidak, terlebih dahulu harus dilakukan kajian yang seksama tentang
parameter-parameter kelayakan baik secara ekonomi, finansial, lingkungan ataupun sosial
politik. Namun dalam Mata Kuliah Ekonomi Jalan Raya, parameter kelayakan dari sisi
lingkungan dan sosial politik tidak akan dibahas lebih lanjut.
I.2.

PENDEKATAN ANALISA

Umumnya analisa kelayakan didekati dengan seberapa manfaat yang akan ditimbulkan
adanya proyek dengan dua kondisi dasar yang berpasangan yaitu; Before and After, Do
Nothing and Do Something, atau Existing and Planning. Pada dasarnya ketiga macam
jenis istilah di atas adalah sama, yaitu intinya mencari Selisih atau Saving akibat adanya
proyek jalan tersebut. Sebagai contoh; bagaimana kondisi lalu lintas jalan dan biaya
operasional kendaraan sebelum sebuah flyover dibangun dan bagaimana kondisi setelah
flyover dibangun. Sebagai kondisi ideal yang diharapkan adalah kondisi setelah haruslah
mendapatkan hasil yang lebih baik sehingga kata Saving bisa dimunculkan sebagai
konsekuensi biaya yang akan dikeluarkan..
I.3.

MACAM ANALISA

Dalam proses analisa kelayakan proyek, terutama proyek jalan, beberapa sudut pandang
yang sering dipakai antara lain:
1. Ekonomi (Publik)

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

Sudut pandang ini menitikberatkan pada masyarakat sebagai subyeknya dimana


setiap proyek haruslah memberikan keuntungan baik langsung atau tidak
langsung, tangible atau intagible, countable ataupun uncountable. Pengertian
masyarakat sendiri bisa bermacam-macam tergantung seberapa luas cakupan
analisa yang akan dilakukan. Pada Mata Kuliah ini kata masyarakat lebih
diarahkan kepada pengguna jalan (road user).
2. Finansial (komersial)
Pada sudut pandang ini, manffat yang ditinjau merupakan keuntungan finansial
invertor terhadap apa yang dibangun, artinya pada analisa finansial jumlah
pengeluaran akan dibandingkan dengan jumlah prediksi pendapatan yang
mungkin akan diperoleh selama umur rencana.
3. Lingkungan,
Pada susut pandang ini, suatu proyek akan dinilai kelayakannya sebelum
berdasarkan pada dampak lingkungan yang mungkin akan ditimbulkannya pada
saat pembangunan dan operasinya serta pasca operasinya. Dalam mata kuliah ini
pembahasan tentang hal ini tidak disertakan karena menyangkut disiplin ilmu
yang berbeda.
4. Sosial Politik dan Pertahanan.
Pada sudut pandang ini sering kali ketiga sudut pandang sebelumnya akan
terabaikan. Sebagai contoh pembangunan jalan di perbatasan Indonesia-Malaysia
dan Indonesia-Papua Nugini.
I.4.

KETERANGAN MATA KULIAH

Mata kuliah Ekonomi Jalan Raya merupakan mata kuliah pilihan yang diajarkan baik
pada Program Studi Lintas Jalur maupun Reguler Jurusan Teknik Sipil ITS. Karena
sifatnya pilihan tidak banyak mahasiswa yang tertarik untuk mengambil mata kuliah ini
sebagai beban dalam studinya. Padahal dengan menguasai materi ini, kesempatan kerja
untuk bekerja di bidang lain seperti perbankan menjadi terbuka lebar mengingat
kemampuan yang diperoleh setelah mengikuti mata kuliah ini dapat dikembangkan
menjadi seorang finance analyst atau credit analyst dalam pemberian kredit konstruksi
Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

secara umum. Tercatat jumlah mahasiwa yang pernah mengikuti mata kuliah ini
terbanyak tidak lebih dari lima belas mahasiswa per kelas. (2006)
Untuk dapat mengikuti mata kuliah ini dengan baik, sebaiknya mahasiswa harus sudah
menguasai beberapa mata kuliah pendukung, diantaranya:

I.5.

1.

Pengantar Rekayasa Transportasi

2.

Ekonomi Teknik

3.

Rekayasa Jalan Raya

4.

Teknologi Perkerasan Jalan

5.

Rekayasa Lalu Lintas

6.

Transportasi Regional (Transport Modelling)

7.

Fasilitas Transportasi dan Angkutan Massal


SIKLUS PROYEK

Untuk memahami kapan keahlian yang diperoleh dari mata kuliah ini atau sebagai
seorang ahli Ekonomi Jalan Raya (Highway Economist), maka perlulah diketahui siklus
sebuah Proyek secara umum sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1.1.
Ide Dasar

Masterplan Road Network

Highway Economist berperan

Pra-Studi Kelayakan

Highway Economist berperan

Studi Kelayakan

Highway Economist berperan

Preliminary Design

Detail Engineering Design

AMDAL

Highway Economist berperan

KONSTRUKSI

Pemanfaatan

Abandoned/Retired/Betterment

Gambar 1.1. Siklus Proyek Jalan Secara Umum


Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

Gambar 1 di atas jelas sekali menunjukkan bahwa peran seorang Highway Economist
cukup vital dalam siklus proyek jalan secara keseluruhan. Hal ini terlihat karena hampir
50% proses siklus proyek jalan melibatkan keahlian Highway Economy.
I.6.

MATERI
1.

Pengantar Ekonomi Transportasi (Jalan Raya)

2.

Konsep Generalised Cost.

3.

Kerangka Studi Ekonomi, Biaya Operasi Kendaraan terkait geometrik,


volume dan Jenis Perkerasan (AASHTO)

4.

Biaya Kecelakaan

5.

Forecasting Probabilitas Kecelakaan

6.

Discounted Value of Money (AW, FW, PW, gradien aritmetik, gradien


geometrik)

I.7.

7.

Alat Ukur Kinerja Cashflow (NPV, BCR, IRR, BEP, PbP)

8.

Sharing Investment

9.

Sensitivity analysis

10.

Konsep Nilai Waktu

11.

Analisa Ekonomi dan Finansial

12.

Model BOK PCI

13.

Model BOK Jasa Marga

14.

Model BOK ND Lea

15.

Model BOK Simplified

16.

Model Biaya Operasi Angkutan Umum (Bus) KM 89

17.

Latihan2x Soal

18.

Contoh Studi Kasus Besar

19.

Tugas Besar (Makalah)

20.

Tugas Besar (Hitung BOK)


EVALUASI

Tugas 1 Makalah

: 15 %

Tugas 2 Menghitung Biaya Operasi Kendaraan : 15 %


Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

Homework

: 10 %

UTS (Bahan:Minggu 1-8)

: 30 %

UAS/Tugas (Bahan: Minggu 10-16)

: 30 %

I.8.

KEAHLIAN YANG DIHARAPKAN


1.

Mampu mengitung Biaya operasi Kendaraan

2.

Mampu mengidentifikasi konsep saving pada suatu


proyek jalan.

3.

Mampu menhitung kelayakan investasi proyek jalan baik


dari sisi ekonomi maupun finansial

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

BAB II
Generalised Cost
2.1.

UMUM

Berapa biaya yang dikeluarkan seseorang untuk melakukan suatu perjalanan? Pertanyaan
ini terkesan mudah untuk dijawab. Sebagai misal biaya yang dibutuhkan orang untuk
berjalan menggunakan sepeda motor sejauh 30-40km akan membutuhkan biaya sebesar
satu liter bahan bakar sepeda motor tersebut. Namun jawaban tersebut tidaklah
sepenuhnya benar, karena untuk menempuh jarak 30-40 km menggunakan sepeda motor,
biaya yang dikeluarkan bukan hanya berasal dari biaya BBM semata, tetapi masih
banyak lagi biaya-biaya lain yang belum terungkap.
Biaya-biaya lain yang mungkin terjadi adalah; biaya terkait waktu, biaya penyusutan
kendaraan, biaya pelumas, biaya spare part, biaya modal, biaya kemacetan, biaya
kenyamanan dan lain-lain yang sampai saat ini kesemua komponen biaya tersebut belum
dapat dijelaskan dengan detil. Biaya-biaya tersebut lebih dikenal sebagai Generalised
Cost.
Menurut Wikipedia (2006), Generalised Cost didefinisikan sebagai berikut
Generalised cost is the sum of the monetary and non-monetary costs of a
journey
Dimana biaya moneter terdiri dari; ongkos naik kendaraan umum, BBM, keausan, parkir,
biaya tol, dan biaya kemacetan. Sedangkan biaya non-moneter meliputi biaya waktu yang
dkeluarkan dalam melakukan perjalanan dimana nilainya tergantung pada income
pengemudi dan maksud perjalanan.
Generalised cost ekivalen terhadap harga-harga barang dalam teori supply-demand,
sehingga permintaan terhadap perjalanan dapat dihubungkan dengan generalized cost
dengan menggunakan elastisitas harga permintaan. Sementara supply ekivalen terhadap
kapasitas jaringan (serta kondisi jalan; untuk jalan).
Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

Ukuran sensitivitas satu variabel terhadap variabel lainnya diukur dengan menggunakan
elastisitas. Dimana elastisitas didefinisikan sebagai tingkat perubahan respon konsumen
(trip makers) terhadap perubahan harga (generalised cost). Elastisitas dapat dihitung
dengan persamaan sebagai berikut:

Keterangan:
Elastisity >1: sensitive terhadap perubahan harga
Elastisity<1: tidak sensitive terhadap perubahan harga
Dua kondisi elastisitas yang ekstrim ditunjukkan pada Gambar 2.1 dan Gambar 2.2
berikut:

Gambar 2.1. Elastis sempurna (D1) (Wikipedia, 2006)

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

Gambar 2.2. Tidak Elastis sempurna (D1) (Wikipedia, 2006)


2.2.

Bentuk dasar Generalised Cost

Bentuk dasar Generalised Cost terdiri dari faktor-faktor berikut:


g = p + u(w)
dimana:
p

: biaya moneter seluruh perjalanan

u(w)

: biaya non moneter (waktu) perjalanan tanpa kemacetan. Ini merupakan


fungsi w dimana pada model ekonomi transportasi besaran w merupakan
ukuran standar tingkat pelayanan jalan atau kendaraan umum. Keduanya
berhubungan dengan kapasitas. Jika free-flow journey time diketahui,
maka u(w) dapat dihitung dengan perkalian antara journey time tidak
macet (t) dan Nilai waktu pelaku perjalanan (), sehingga u(w) = t.

2.3.

Generalised Cost (pada jaringan yang congested)

Pada jaringan jalan yang macet, persamaan generalised cost sedikit berbeda dimana
persamaan tersebut merefleksikan delay akibat kemacetan. Persamaan generalised cost
menjadi sebagai berikut:
g = p + u(w) + v(q,w)
Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

Tambahan v(q,w) merupakan tambahan journey time yang dialami oleh pengguna jalan
akibat kemacetan yang terjadi. Dalam model ekonomi transportasi, parameter q
merupakan demand sedangkan w merupakan kapasitas (yang masih mungkin untuk
ditingkatkan).

2.4.

Weighting different types of time

It has been observed that travellers prefer time spent on some parts of their journey over
time spent on others. A typical journey can be divided into four parts:

Walk from the origin

Wait for the vehicle

Ride in the vehicle

Walk to the destination

(All of these apply to public transport journeys; the wait for the vehicle does not
generally apply to car or bicycle journeys, and for walk-only journeys, there is no
division into parts.)
Typically, although travellers "dislike" all time spent travelling, they dislike walking and
waiting parts of the journey more than in-vehicle journey time, and thus would be willing
to pay more to avoid them. This results in a higher value of time for those parts of the
journey than the main in-vehicle part of the journey. The function u(w) mentioned earlier
can therefore be considered to comprise of differing sets of valued time.
An alternative approach to applying different values of time to each part of the journey is
to apply a weighting to time spent on each different part of the journey which quantifies
the level of dislike a traveller has for time spent on that bit of the journey relative to time
spent in-vehicle. For example, if a traveller considers 12 minutes' walk to be "as bad" as
10 minutes in a vehicle, then each minute of walking time is equivalent to 1.2 minutes of
in-vehicle time. In this manner, all parts of the journey can be converted into their
equivalent in-vehicle time.
Once the equivalent in-vehicle time for the whole journey is calculated, this can be
converted to a monetary value as described earlier.
Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

10

2.5.

Generalised time

If the monetary cost of the journey (p) is considered to be irrelevant for the purposes of
the exercise (for example, when comparing different journey options through a public
transport network when fares are constant), there is no need to convert the generalised
cost to a currency value - instead, it can be left in units of time, as long as all time is
equivalent (for example, if all time is converted to in-vehicle time). These units of time
may be referred to as generalised minutes.

2.6.

Examples

2.6.1. Generalised cost of car journeys (uncongested)


A shopper decides to make a night-time visit to the 24-hour supermarket, which is 8km
away. His car uses petrol such that the cost of the petrol is 0.10/km. The journey takes
12 minutes, and the shopper has a value of time of 4.50/hour.
In this case, p = 0.80, t = 0.2hrs and = 4.50/hr, so u = 0.90 and therefore g = 0.80 +
0.90 = 1.70.

2.6.2. Generalised cost of car journeys (with congestion)


A commuter drives to work 50km along a busy motorway, which includes a bridge with a
toll of 2. She has a value of time of 12/hr and spends 0.15/km on fuel. The journey
time is 40 minutes when few other cars are around, but it increases by 3 minutes for every
1000 vehicles on the motorway. At the time she travels, the motorway carries 10,000
vehicles per hour.
Here the monetary cost includes both fuel and a fixed toll, so p = 2 + (0.15/km
50km) = 9.50. The uncongested journey time is 40 minutes, so as she values time () at
12/hr, u = 8. The additional journey time (in hours) due to congestion (can be
calculated as 0.05q where at this time of day, q = 10, so the journey is 30 minutes longer
because of congestion delays. This makes v = 6.
Therefore the generalised cost of the journey is 9.50 + 8 + 6 = 23.50.
Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

11

NB: the function v(q) is usually rather more complicated than suggested here, because the
relationship between journey time and congestion is rarely linear!

2.6.3. Generalised cost of public transport journeys


A teacher uses the Tube as the main part of his journey from home to his school. There
are two ways he could get there:

Walk to a nearby Tube station (5 minutes away) which has trains every 8 minutes
to the station closest to the school (4 minutes' walk away) and which take 20
minutes to reach that station.

Walk to a farther Tube station (10 minutes away) which has a better service (every
3 minutes) but runs to a station further away from the school (7 minutes' walk),
taking 15 minutes to reach that station.

The fares are the same on both routes, and the teacher dislikes waiting time 1.2 times
more than in-vehicle time (IVT), and dislikes walking time 1.5 times more than IVT.
We can calculate which route is preferable by comparing generalised time (measured in
terms of IVT) for each.
For the first route, waiting time is, on average, 4 minutes, and total walking time is 9
minutes. Therefore the total generalised time for this route is 41.2 + 91.5 + 20 = 38.3
minutes.
For the second route, waiting time is an average of 1.5 minutes, and total walking time is
17 minutes. Generalised time is 1.51.2 + 171.5 + 15 = 42.3 minutes.
Therefore the teacher should choose the first route, even though the frequency of service
is lower and the journey time is longer.

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

12

BAB III
Kerangka Studi Ekonomi
(Framework of Economy Study)
3.1.

UMUM

Sebuah jalan yang baik adalah bukan jalan yang paling murah, demikianlah kata seorang
profesor jalan. Menurut MM Gillespie (Prof of Civil Engineering at Union College)
dalam buku Manual of the Principles and Practice of Road Making, jalan yang baik
memenuhi definisi berikut:
A minimum expenses is, of course, highly desirable; but the road
which is truly cheapest is not the one which has cost least money, but
the one which makes the most profitable returns in proportion to the
amount expended upon it.
Untuk menghitung mana jalan yang paling menguntungkan, maka perlu analisa yan
berdasarkan beberapa kerangka studi ekonomi, yaitu: (Oglesby, 1984)
1.

Future (forecasting) consequences only. Differ from the backward look of


accounting practice.

2.

Each alternative among which choices are to be made must be clearly spelled out.
Contoh; jika alternatif ring road dibangun, maka penghematan juga akan terjadi
pada jalan eksisting, shg perlu diidentifikasi apa saja manfaat dan kerugiannya.

3.

View point must be defined before. Eg: locally, regionally, nationally. Beware of
transfer of resources only.

4.

Clear distinction between economic (the use of resources) and financial


considerations (the use of money).
Component of Decision making:
* economic
* financial
* political

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

13

Pada kasus padat karya (banyak unemployed) biaya tenaga kerja can be excluded
5.

Double counting of costs and benefits must be avoided

6.

Taxes should not be included as cost in economy studies for public agency

7.

Finding regarding resources consumption (market value) should be reported


separately from nonresources element (non market value)

3.2.

Relevant Cost

Dalam menentukan kelayakan sebuah proyek jalan tidak hanya manfaat-manfaat saja
yang perlu diketahui dan dimasukkan dalam cashflow, tapi juga perlu ditentukan biayabiaya apa saja yang layak dipertimbangkan dalam komponen cost pada cashflow proyek.
Beberapa panduan dalam menentukan cost yang relevan terhadap suatu proyek adalah
sebagai berikut:
1.

Allocated cost (administration, planning & engineering overhead) should be


omitted. Hal ini dikarenakan jadi atau tidaknya proyek, tidak akan
mengembalikan biaya yang telah dikeluarkan, dengan kata lain biaya tersebut
akan tetap ada.

2.

Expenditure before the time of economy study should not be considered. Contoh:
sunk cost pada perbaikan jalan eksisting yg dibandingkan dgn jalan baru dimana
jalan baru memiliki nilai buku.

3.

All relevant cost must be included and all irrelevant cost must be excluded.
Contoh: pabrik yang terkena gusur oleh jalan. Pada cash flow finansial proyek,
sangat tidak relevan memasukkan biaya pemindahannya, tapi dari sisi ekonomi
tetap relevan utk dimasukkan dalam pembiayaan karena ada konsekuensi
penggunaan resources.

4.

General rule: salvage value should be neglected in economy study of public


investment. Tapi kadang ada pengecualian untuk jalan, karena memiliki lahan
bekas jalan. Namun meskipun demikian, hanya nilai bersih yang bisa
diperhitungkan, yaitu setelah dikurangi dengan konversi, legal cost, clearing dan
lain-lain.

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

14

3.3.

Service Life (n), Umur rencana

Selain biaya dan manfaat, hal lain yang sangat vital dalam sebuah cashflow proyek
adalah jangka waktu cashflow itu sendiri mengingat semua manfaat akan diperhitungkan
selama jangka waktu tersebut termasuk biaya semua pemeliharaan yang akan terjadi
dalam rentang waktu tersebut. Secara teori jangka waktu pemanfaatan jalan akan sesuai
dengan umur rencana jalan itu sendiri, namun karena alasan hukum, administratif, dan
perjanjian, maka umur layan yang dalam hal ini dianggap sebagai umur investasi akan
dapat lebih besar atau lebih kecil dari umur teoritisnya. Sebagai contoh pada kasus jalan
tol, yang secara teori mampu bertahan sampai 100 tahun. Tetapi karena adanya aturan
masa konsesi yang tidak lebih dari 30 tahun, maka umur investasinya dibatasi hanya 30
tahun saja. Beberapa contoh umur layan teoritis beberapa jenis jalan ditunjukkan pada
Tabel 3.1. dan Gambar 3.1.
Tabel 3.1. Average Service live and Retirement Causes for highway surfaces

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

15

Gambar 3.1.

3.4.

Annual rate and type survivor curve for bituminous-concrete and


Portland-cement-concrete surfaces retired 1955-1959-composite data
for 26 states and Puerto Rico (Source: R. Winrey and P.D. Howell.
HRB Record 252)

Manfaat-Manfaat dan konsekuensi-konsekuensi

Secara umum manfaat adanya proyek jalan dibagi menjadi tiga, yaitu:
1.

Tangible/intangible

2.

Direct/indirect

3.

Countable/uncountable

Berikut ini contoh dampak-dampak yang terjadi. (Tabel 3.2. dan 3.3)

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

16

Tabel 3.2. Direct effects of freeway construction and use*

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

17

Tabel 3.3. Community effects of freeway location and use*

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

18

Tabel 3.3. Community effects of freeway location and use* (continued)

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

19

3.4.1. Usercost
Manfaat yang sering ditinjau dalam penentuan kelayakan proyek jalan umumnya berupa
penghematan user cost yang sewajarnya merupakan konsekuensi logis perbaikan
(investasi) jalan dan fasilitas pendukung lainnya. User cost sendiri terdiri dari dua
komponen dasar yaitu biaya operasi kendaraan dan nilai waktu.
Penghematan usercost umumnya terjadi karena adanya tambahan kapasitas, adanya
laternatif jalan baru, adanya perbaikan terhadap prasarana yang ada dan lain-lain.
Perbaikan-perbaikan tersebut tentunya akan juga meningkatkan average speed yang
ujungnya akan menurunkan travel time yang berkaitan dengan nilai waktu.
Saving nilai waktu umumnya tidak terjadi pada jenis perjalanan yang non-bisnis seperti,
sosial, vacation yang biasanya dilakukan pada hari-hari libur. Sedangkan saving terhadap
biaya operasi kendaraan tetap akan terkadi meskipun hari libur. Namun demikian
penghematan biaya operasi kendaraan kemungkinan tidak terjadi pada jam-jam yang offpeak.
Contoh Biaya operasi kendaraan ditunjukkan pada Gambar 3.2. sedangkan konversi
untuk kondisi yang berbeda ditunjukkan pada Tabel 3.4. Sedangkan contoh perhitungan
ditunjukkan pada Gambar 3.3.
Gambar 3.4. menunjukkan adanya tambahan biaya bagi kendaraan yang melewati
tikungan 90o dengan masing-masing radius yang berbeda. Sedangkan Gambar 3.5.
menunjukkan besarnya biaya yang harus ditanggung oleh pengemudi apabila melakukan
proses stop and go. Gambar 3.6 menjnjukkan besarnya tambahan waktu yang harus
ditanggung oleh pengemudi apabila melakukan proses stop and go

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

20

Gambar 3.2. BOK pada jalan lurusa dan datar (AASHTO)

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

21

Tabel 3.4. Faktor pengali

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

22

Gambar 3.3. BOK PC di freeway (2/2UD), AASHTO


Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

23

Gambar 3.4. Tambahan biaya operasi kendaraan (PC) pada tikungan dengan
radius kurva yang berbeda. (harga tahun 1975)

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

24

Gambar 3.5. Tambahan biaya operasi kendaraan (PC) akibat stop and Go.

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

25

Gambar 3.6. Tambahan waktu (PC) akibat stop and Go.

3.4.2. Biaya Kecelakaan


Besarnya biaya kecelakaan untuk beberapa negara tentunya akan berbeda-beda
tergantung pada komponen apa yang dimasukkan dalam komponen biaya kecelakaan.
Tabel 3.5, Tabel 3.6 dan Tabel 3.7 menunjukkan besarnya biaya kecelakaan dan
komponen-komponen apa saja yang diperhitungkan dalam komponen biaya kecelakaan
di negara AS. Sedangkan pada Tabel 3.8 ditunjukkan probability kejadian kecelakaan
berdasarkan data historis utnuk beberapa jenis jalan dengan tingkat fatalitas yang
berbeda-beda.
Di Indonesia sendiri cukup sulit untuk mendapatkan data kecelakaan baik frekwensi
maupun tingkat fatalitasnya, namun demikian beberapa studi tentang biaya kecelakaan
dapat dilihat pada lampiran buku ini.

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

26

Tabel 3.5. Jumlah kecelakaan Tahunan dan social cost


Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

27

Tabel 3.6. Beberapa biaya kecelakaan dari beberapa sumber

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

28

Tabel 3.7. Komponen-komponen Sosial cost biaya kecelakaan


Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

29

Tabel 3.8. Hubungan kejadian kecelakaan denan jenis jalan

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

30

BAB 4
Model-Model BOK

Model biaya operasi kendaraan telah banyak dikembangkan di masing-masing negara,


pada umumnya masing-masing model memiliki keunggulan dan kelemahan masingmasing, Secara umum model-model biaya operasi kendaraan dapat dikategorikan sebagai
berikut:
1. Menitikberatkan pada Kecepatan Kendaraan (PCI, Jasa Marga)
2. Menitikberatkan pada aspek geometrik (AASHTO)
3. Menitikberatkan pada aspek perkerasan jalan (ND Lea Cons)
4. Kombinasi beberapa stressing point (TRRL/Simplified)

Berikut ini beberapa contoh model-model BOK yang ada di Indonesia.

4.1.

BOK cara ND Lea Consultant.

Pada metode ND Lea Consultant, pemabgian kelas kendaraan dibedakan menjadi


beberapa jenis seperti ditunjukkan pada Tabel 4.1. Sedangkan karakteristik masingmasing jenis kendaraan ditunjukkan pada Tabel 4.2.

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

31

Tabel 4.1. Pembagian Jenis Kendaraan


No
1
2
3

4
5
6
7
8

Kendaraan
Major Class
Minor Class
Sepeda Motor
Sepeda motor
Vespa
Vespa
Mobil Penumpang
Mobil Penumpang,
opelets,
sedan,
suburban, landrover
Jeep.
Pick-Up, microbus, Pick-up, Microbus,
kendaraan pengirim Truck 2 axle 4 tyres
Truk 2 as
2 as, 6 ban
Truk 3 as
3 as, 10 ban
Truk trailer dan Truck-trailer,
semitrailer
semitrailer
Bus
Large bus 2 axle 6
tyres.

Kelompok Yang
mewakili

Auto

Truk

Bus

Tabel 4.2. Karakteristik Kelompok Kendaraan


KARAKTERISTIK
Berat kendaraan (ton)
Berat kotor normal
Jml As
Jml silinder
Jml ban
Daya (HP)
Rata-rata jarak Km tahunan
Umur rata-rata (thn)

AUTO
1.2
1.7
2
2-4
4
80
20000
10

TRUK
4
7.5
2-3
6
7
170
42000
7

BUS
2.9
5.5
2
6
6
165
90000
9

Dalam metode ini biaya operasi kendaraan dihitung berdasarkan pada biaya operasi
kendaraan dasar yang merupakan biaya berjalan pada jalan kondis baik, datar dan lurus.
Biaya operasi kendaraan dasar sendiri terbagi menjadi delapan komponen biaya, yang
terdiri dari:
1.

Bahan bakar

2.

Ban

3.

Upah Kru

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

32

4.

Oli

5.

Pemeliharaan

6.

Penurunan nilai (depresiasi)

7.

Bunga

8.

Fixed price.

1. Bahan Bakar
Konsumsi bahan bakar secara umum dibedakan menjadi dua, yaitu; untuk auto
diasumsikan menggunakan bahan bakar bensin dan soler sedangkan truk dan bus
diasumsikan seluruhnya menggunakan bahan bakar solar. Besarnya konsumsi bahan
bakar per jenis kendaraan ditunjukkan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Konsumsi Bahan bakar
No
1
2
3

Kelompok kendaraan
Auto
Truk
Bus

Konsumsi Bahan Bakr (liter)


0.0610
0.0834
0.0612

2. Ban
Perhitungan kebutuhan biaya ban diasumsikan berdasarkan pada nilai roughness jalan
sebesar 2500mm/km. Besarnya nilai konsumsi ban ditunjukkan pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Konsumsi ban
No
1
2
3

Kelompok kendaraan
Auto
Truk
Bus

Konsumsi Ban
0.0610
0.0834
0.0612

3. Upah Kru
Perhitungan upah kru menggunakan rumus:

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

33

TIM

VALT
AESPD 1000

AVESPD AVESPD PROINC V AVESPD

dimana:
TIM

: upah kru per 1000km

VALT

: upah kru perjam

AVESPD

: rata-rata keceatan (km/j)

: kecepatan (km/j)

PROINC

: proporsi kendaraan yang melaju dengan kecepatan lebih


tinggi dibandingkan dengan kecepatan rata-rata (0.2
untuk auto, 0.5 untuk bus dan truk)

4. Konsumsi Oli
Besarnya konsumsi oli per jenis kendaraan ditunjukkan pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Konsumsi Oli
No
1
2
3

Kelompok kendaraan
Auto
Truk
Bus

Konsumsi Oli (lt/1000km)


1.3
4
4

5. Pemeliharaan kendaraan
Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pemeliharaan adalah sebagai berikut (lihat
Tabel 4.6.
Tabel 4.6. Lama waktu yang dibutuhkan untuk pemeliharaan kendaraan per
1000km.
No
Kelompok kendaraan
Waktu (jam)
1
Auto
1.69
2
Truk
5.59
3
Bus
1.12
Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

34

6. Depresiasi
Nilai depresiasi kendaraan dapat dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini:
D

VP
AveSpd 1000

TotKm AveSpd Pr oIncV AveSpd

dimana:
D

: Depresiasi per 1000km

VP

: harga kendaraan (Rp)

AveSpd

: rata-rata kec (km/j)

: kecepatan (km/j)

ProInc

: Proporsi kendaraan yang melaju dengan kecepatan lebih tinggi


dibandingkan dengan kecepatan rata-rata (0.2 untuk auto dan 0.5
untuk bus dan truk)

7. Bunga Kendaraan
Bunga kendaraan dapat dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini:
IC

VP
AveSpd 1000
Int

2 AnKm AveSpd Pr oInc V AveSpd


100

dimana:
IC

: nilai bunga per 1000km

AnKm

: rata-rata perjalanan kilometer tahunan (km)

Int

: suku bunga tahunan (%)

AveSpd

: rata-rata kecepatan (km/j)

: kecepatan (km/j)

ProInc

: Proporsi kendaraan yang melaju dengan kecepatan lebih tinggi


dibandingkan dengan kecepatan rata-rata (0.2 untuk auto dan 0.5
untuk bus dan truk)

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

35

8. Fixed Cost
Besarnya fixed cost ditentukan dengan menggunakan rumus seperti di bawah:
FIX

Ins Man
AveSpd 1000
Int

AnKm
AveSpd Pr oInc AveSpd V 100

dimana:
FIX

: fixed cost per 1000km

Ins

: asuransi tahunan (Rp)

Man

: ongkos manajemen tahunan (Rp)

AveSpd

: rata-rata kecepatan (km/j)

AnKm

: rata-rata perjalanan kilometer tahunan (km)

ProInc

: Proporsi kendaraan yang melaju dengan kecepatan lebih tinggi


dibandingkan dengan kecepatan rata-rata (0.2 untuk auto dan 0.5
untuk bus dan truk)

Sehingga besarnya Biaya operasi kendaraan dasar adalah sebagai berikut (Tabel 4.7)
Tabel 4.7. Biaya operasi dasar. (kondisi: Flat-Tangent-Paved Road and Good
Condition)
Komponen Biaya
Fuel
Oil
Tyre
Maint.
Deprec.
Interest
Fixed Cost
Ops Time
Total (Rp/1000km)
Sumber: N.D. Lea (1975)

PC
Biaya Th
1975
3.944
350
738
3.714
4.995
3.746
9.654
1.411
Rp 28.552

Truk
Biaya Th
1975
5.481
1.080
2.193
8.331
8.324
4.371
10.542
5.000
Rp. 45.322

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

36

BIAYA OPERASI KENDARAAN UNTUK SEPEDA MOTOR.


Dalam metode ND Lea ini, biaya operasi kendaraan untuk sepeda motor tidak dibahas
khusus. Biaya operasi kendaraan untuk sepeda motor dijadikan sebagai biaya tambahan
terhadap auto, dengan mengikuti asumsi sebagai berikut:

Jumlah sepeda motor berkisar antara 50-180 kendaraan untuk setiap 100 Auto.

Biaya operasi satu unit sepeda motor berkisar 18% dari biaya Auto. Sehingga jika
terdapat 80 unit sepeda motor dalam setiap 100 auto, maka akibat adanya sepeda
motor,

biaya

operasi

kendaraan

Auto

akan

dikalikan

dengan:

1+(0.18*80)/100=1.14.

Dengan kata lain biaya operasi kendaraan Auto akan bertambah 14%.

Contoh:
Ruas jalan (2/2UD) dengan kondisi perkerasan AC (rusak), panjang: 15km. Jika setiap
hari (th 2001) dilewati kendaraan dengan komposisi sbb:

PC: 9000kend/arah

Truk: 2000 kend/arah

Speda motor (MC): 5000kend/arah

Tentukan biaya operasi kendaraannya!

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

37

Jawab:
Perbandingan MC dengan PC adalah 100/9000*5000=55.6
Faktor penyesuaian: 0.18*55.56/100=0.1
Biaya Th
1975
Fuel
Oil
Tyre
Maint.
Deprec.
Interest
Fixed Cost
Ops Time
Total (Rp/1000km)

3.944
350
738
3.714
4.995
3.746
9.654
1.411

PC
19752001
(1+i)n
2,772
2,772
2,772
2,772
2,772
2,772
2,772
2,772

Biaya Th
2001

Biaya Th
1975

10.935
970
2.046
10.297
13.848
10.386
26.765
3.912
79.160

5.481
1.080
2.193
8.331
8.324
4.371
10.542
5.000

Truk
19752001
(1+i)n
2,772
2,772
2,772
2,772
2,772
2,772
2,772
2,772

Biaya Th
2001
15.196
2.994
6.080
23.097
23.078
12.118
29.227
13.862
125.654

BOK PC akibat adanya MC adalah 0.1*79160+79160=Rp. 87.076

PENGARUH TYPE LAPISAN PERUKAAN DAN KONDISI JALAN TERHADAP


BIAYA OPERASI KENDARAAN.
Karakteristik berbagai type lapisan permukaan jalan dibagi menjadi lima jenis
permukaan, yaitu: (ND Lea, 1975)
1.

High standard paved; perkerasan kualitas tinggi

2.

Intermediate standard paved: perkerasan kualitas menengah

3.

Low standard paved; perkerasan kualitas rendah

4.

Unpaved; Gravel ; kerikil, agregat, makadam

5.

Unpaved: Earth; jalan tanah.

Untuk setiap permukaan jalan tersebut di atas masih dibagi lagi ke dalam jenos kondisi
lapangan yang terjadi, yaitu; baik (good), sedang (fair), jelek (poor) dan parah (bad).
Untuk menentukan besarnya biaya operasi kendaraan pada jalan yang tidak dalama
kondisi standar, maka beberapa angka indeks telah disusun untuk mengantisipasinya.
Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

38

Angka-angka indeks tersebut ditunjukkan pada Tabel 4.8, Tabel 4.9, Tabel 4.10, Tabel
4.11, Tabel 4.12 dan Tabel 4.13..
Tabel 4.8. Angka indeks jenis permukaan utnuk kendaraan auto, urban road, %
Type permukaan
dan kondisi

Bahan
Bakar

Oli

Paved High
- Good
76
100
- Fair
76
100
- Poor
76
192
- Bad
73
192
Paved Int
- Good
74
100
- Fair
74
100
- Poor
74
192
- Bad
74
192
Paved Low
- Good
73
100
- Fair
73
100
- Poor
73
192
- Bad
76
192
Sumber: ND Lea & Associates 1975

Ban

Depresiasi
Interset
Pemeliharaan
Fixed
Upah Kru

100
300
575
575

100
230
404
404

122
122
122
137

112
134
165
175

128
556
575
575

119
392
404
404

124
124
124
138

116
163
166
176

167
575
575
575

144
404
404
404

126
126
126
139

122
166
167
177

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

Total

39

Tabel 4.9. Angka indeks jenis permukaan utnuk kendaraan truk, urban road, %
Type permukaan
dan kondisi

Bahan
Bakar

Oli

Paved High
- Good
94
100
- Fair
94
100
- Poor
94
200
- Bad
102
200
Paved Int
- Good
94
100
- Fair
94
100
- Poor
94
200
- Bad
102
200
Paved Low
- Good
94
100
- Fair
94
100
- Poor
94
200
- Bad
103
200
Sumber: ND Lea & Associates 1975

Ban

Depresiasi
Interset
Pemeliharaan
Fixed
Upah Kru

Total

100
121
151
151

100
156
234
234

146
146
146
189

128
139
157
185

103
149
151
151

108
229
234
234

148
148
148
189

131
155
159
185

107
151
151
151

119
234
234
234

150
150
150
193

134
152
160
188

Tabel 4.10. Angka indeks jenis permukaan utnuk kendaraan truk, urban road, %
Type permukaan
dan kondisi

Bahan
Bakar

Oli

Paved High
- Good
90
100
- Fair
90
100
- Poor
90
200
- Bad
95
200
Paved Int
- Good
89
100
- Fair
89
100
- Poor
89
200
- Bad
95
200
Paved Low
- Good
89
100
- Fair
89
100
- Poor
89
200
- Bad
95
200
Sumber: ND Lea & Associates 1975

Ban

Depresiasi
Interset
Pemeliharaan
Fixed
Upah Kru

100
121
151
151

100
273
511
511

147
147
147
193

130
149
178
210

103
149
151
151

125
494
511
511

149
149
149
193

134
174
179
210

107
151
151
151

158
511
511
511

151
151
151
196

139
178
181
212

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

Total

40

Tabel 4.11. Angka indeks jenis permukaan untuk kendaraan auto, interurban road,
%
Type permukaan
dan kondisi

Bahan
Bakar

Oli

Paved High
- Good
90
100
- Fair
84
100
- Poor
76
192
- Bad
73
192
Paved Int
- Good
77
100
- Fair
77
100
- Poor
74
192
- Bad
74
192
Paved Low
- Good
79
100
- Fair
79
100
- Poor
86
192
- Bad
91
192
Gravel
- Good
91
192
- Fair
91
192
- Poor
86
192
- Bad
91
192
Earth
- Good
87
192
- Fair
87
192
- Poor
85
192
- Bad
93
192
Sumber: ND Lea & Associates 1975

Ban

Depresiasi
Interset
Pemeliharaan
Fixed
Upah Kru

100
300
575
575

100
230
404
404

105
110
122
137

102
127
165
175

128
556
575
575

119
392
404
404

117
117
124
138

112
158
166
176

167
575
575
575

144
404
404
404

117
117
126
139

116
161
167
177

311
575
575
575

163
404
404
404

117
118
128
141

125
164
170
180

433
433
433
433

311
404
404
404

127
127
130
141

154
170
172
180

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

Total

41

Tabel 4.12. Angka indeks jenis permukaan untuk kendaraan Truk, interurban road,
%
Type permukaan
dan kondisi

Bahan
Bakar

Oli

Paved High
- Good
100
100
- Fair
94
100
- Poor
94
200
- Bad
102
200
Paved Int
- Good
97
100
- Fair
95
100
- Poor
94
200
- Bad
102
200
Paved Low
- Good
95
100
- Fair
97
100
- Poor
94
200
- Bad
103
200
Gravel
- Good
115
200
- Fair
124
200
- Poor
122
200
- Bad
132
200
Earth
- Good
125
200
- Fair
125
200
- Poor
122
200
- Bad
136
200
Sumber: ND Lea & Associates 1975

Ban

Depresiasi
Interset
Pemeliharaan
Fixed
Upah Kru

100
121
151
151

100
156
234
234

100
119
146
189

100
122
157
185

103
149
151
151

108
229
234
234

100
121
148
189

106
139
159
185

107
149
151
151

119
234
234
234

108
123
150
193

108
141
160
188

110
151
151
151

127
234
234
234

108
126
152
193

114
149
165
191

136
151
151
151

193
234
234
234

135
135
161
200

145
154
170
196

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

Total

42

Tabel 4.13. Angka indeks jenis permukaan untuk kendaraan Bus, interurban road,
%
Type permukaan
dan kondisi

Bahan
Bakar

Oli

Paved High
- Good
100
100
- Fair
92
100
- Poor
90
200
- Bad
95
200
Paved Int
- Good
95
100
- Fair
93
100
- Poor
89
200
- Bad
95
200
Paved Low
- Good
94
100
- Fair
95
100
- Poor
89
200
- Bad
97
200
Gravel
- Good
119
200
- Fair
125
200
- Poor
119
200
- Bad
128
200
Earth
- Good
123
200
- Fair
123
200
- Poor
119
200
- Bad
130
200
Sumber: ND Lea & Associates 1975

Ban

Depresiasi
Interset
Pemeliharaan
Fixed
Upah Kru

Total

100
121
151
151

100
273
511
511

100
119
147
193

100
131
178
210

103
149
151
151

125
494
511
511

112
122
149
193

110
157
179
210

107
151
151
151

158
511
511
511

112
123
151
196

113
160
181
212

110
151
151
151

183
511
511
511

112
124
153
196

123
160
187
217

136
151
151
151

387
511
511
511

140
140
158
200

165
179
190
220

Kondisi lainnya yang mempengaruhi nilai BOK


Selain jenis dan kondisi permukaan jalan, terdapat beberapa hal lain yang turut
mempengaruhi besarnya Biaya Operasi Kendaraan, yaitu:

Gradient

Sharp curves

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

43

Narrow bridges

Bridges that have restricted axle load

Roadway capacity.

Besarnya pengaruh-pengaruh tersebut ditunjukkan pada Tabel 4.14.


Tabel 4.14. Besarnya nilai pengaruh faktor lain terhadap nilai BOK pada kondisi
jalan flat tangent and good condition. (% thd nilai dasar)
Jenis Kendaraan
Gradient
- 0-3%
- 3-5%
- 5-7%
- >7%

Auto

Truck

Bus

1
2
4
6

6
10
17
25

3
10
17
23

Sharp curves (no. of


curve Per km)

10

Narrow Bridges

10

Bridges that have


restricted axle load
- <4ton
- 4-6ton
- 6-7ton

0
0
0

39
12
7

12
0
0

V/C
- V/C=0
- V/C=1

0
17

0
8

0
12

Perhitungan Biaya Operasi Kendaraan Berdasarkan kondisi perkerasan (Oglesby, 1990)


1. Permukaan kerikil/batu, BOK kendaraan penumpang dan truk tunggal harus
dikalikan 1.05+0.92*mph/100 sedangkan untuk truk gandeng (3-S2) harus
dikalikan 1.15+0.83*mph/100
2. Permukaan kerikil/batu, BOK kendaraan penumpang dan truk tunggal harus
dikalikan 1.1+1.84*mph/100 sedangkan untuk truk gandeng (3-S2) harus
dikalikan 1.3+1.66*mph/100
Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

44

3. Perkerasan jenis rendah menngunakan pengali lebih besar dari 1 dan lebih kecil
daripada angka pada no 1.

SOAL LATIHAN
Sebuah jalan 2/2UD dengan kondisi perkerasan AC-rusak mempunyai panjang 15 km
setiap hari (th. 2001) dilewati kendaraaan sbb:
PC : 9000 kend/arah
Truk

: 2000 kend/arah

MC

: 5000kend/arah

Kelandaian ruas jalan tersebut adalah sebesar 6%


Jumlah tikungan tajam: 15 sharp curves
Mengingat pentingnya ruas jalan tersebut, maka direncanakan akan meng-overlay jalan
tersebut dan meningkatkan jalan tersebut dengan realinyemen sehingga gradient menjadi
sama sekali datar dan tikungan tajam sama sekali tidak ada. Jika inflasi antara tahun
1975-2000 adalah sebesar 4%, maka tentukan besarnya penghematan biaya operasional
kendaraan yang mungkin akan terjadi, Gunakan cara ND. Lea Consultant.
4.2.

CARA PCI

Biaya operasi kendaraan adalah biaya yang digunakan kendaraan untuk beroperasi dari
satu tempat menuju ke tempat yang lain (aktivitas transportasi). Metode yang digunakan
untuk menghitung biaya operasi kendaraan yang dikeluarkan pada saat kendaraan
beroperasi di jalan raya adalah metode Pacific Consultants International Inc. Tokyo,
Jepang (PCI).
Dalam metode ini biaya operasi kendaraan merupakan penjumlahan dari biaya gerak
(running cost) dan biaya tetap (standing cost), yang masing-masing dapat dijelaskan
sebagai berikut:
(1) Biaya Gerak (Running Cost)

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

45

Adalah biaya yang harus dikeluarkan sesuai dengan sesuai dengan jarak
tempuhnya. Komponen-komponen biaya gerak tersebut adalah:

Konsumsi bahan bakar

Konsumsi oli mesin

Pemakaian ban

Biaya pemeliharaan onderdil kendaraan dan pekerjaannya

Biaya-biaya awak untuk kendaraan komersial

Depresiasi kendaraan

(2) Biaya Tetap (Standing Cost)


Adalah biaya-biaya yang tetap harus dikeluarkan dibutuhkan secara rutin
untuk jangka waktu tertentu dan tidak terpengaruh oleh operasi kendaraan
tersebut, Biaya tetap tersebut meliputi:

Biaya akibat interest

Biaya-biaya asuransi

Overhead cost

Rumus-rumus yang digunakan dalam menghitung Biaya Operasional Kendaraan


tersebut adalah sebagai berikut:
A. Persamaan untuk Konsumsi Bahan Bakar :
Sedan (PC)

: Y=0.03719S*S-4.19966S + 175.9911

Bus Kecil/Sedang : Y=0.06846S*S-8.02987S + 340.6040


Bus Besar

: Y=0.12922S*S-13.68742S+541.0279

Truk Kecil

: Y=0.06427S*S -7.06130 S+318.3326

Truk Besar

: Y=0.11462S*S-12.85594S +503.7179

Dimana :
Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

46

Y = Konsumsi bahan bakar (liter/1000 km)


S = Running Speed (Km/Jam)

B. Persamaan untuk Konsumsi Oli Mesin :


Sedan (PC)

: Y=0.00025S*S- 0.02664S + 1.441710

Bus Kecil/Sedang : Y=0.00057S*S- 0.06130S + 3.317530


Bus Besar

: Y=0.00030S*S- 0.12968S + 7.062390

Truk Kecil

: Y=0.00048S*S- 0.05608S + 3.073830

Truk Besar

: Y=0.00100S*S- 0.11715S + 6.409620

C. Persamaan untuk Pemakaian Ban :


Perbandingan konsumsi ban di jalan tol dan jalan arteri
Jenis

Biaya di jalan arteri


Biaya di jalan tol

Kendaraan penumpang

Bus

: 1,10

Truck

: 1,10

1,94

Persamaan untuk Pemakaian Ban :


Sedan (PC)

: Y=(0.0008848S0.0045333)

Bus Kecil/Sedang : Y=(0.0012356S0.0064667)


Bus Besar

: Y=(0.0012356S0.0064667)

Truk Kecil

: Y=(0.0011553S0.0005933)

Truk Besar

: Y=(0.0011553S0.0005933)

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

47

Y=Y*jml ban*harga ban/1000km

D. Persamaan untuk Biaya Pemeliharaan :


a. Biaya pemeliharaan untuk onderdil-onderdil
Perbandingan antara konsumsi onderdil-onderdil di jalan tol dan jalan
arteri :
Jenis

Biaya di jalan arteri


Biaya di jalan tol

Kendaraan penumpang

: 1,73

Bus

: 1,27

Truck

: 1,26

Biaya pemeliharaan untuk onderdil-onderdil dari kendaraan yang lewat


jalan tol :
Sedan (PC)

: Y=(0.0000064S+ 0.0005567)

Bus Kecil/Sedang : Y=(0.0000320S+0.0020891)


Bus Besar

: Y=(0.0000320S+0.0020891)

Truk Kecil

: Y=(0.0000191S+0.0015400)

Truk Besar

: Y=(0.0000191S+0.0015400)

Dimana :
Y =Y* nilai kendaraan (/1000 km)
S = Running Speed (Km/Jam)
b. Jam pemeliharaan untuk pekerja
Sedan (PC)

: Y=(0.00362S+0.36267)

Bus Kecil/Sedang : Y=(0.02311S+1.97733)


Bus Besar

: Y=(0.02311S+1.97733)

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

48

Truk Kecil

: Y=(0.01511S+1.21200)

Truk Besar

: Y=(0.01511S+1.21200)

Y =Y* ongkos mekanik perjam (/1000 km)

E. Persamaan untuk Penyusutan Kendaraan :

Sedan PC

Bus

Truk

2.5 S 125
1

8.756 S 350
1
6.129 S 245

Dimana :
Y= Penyusutan kendaraan per 1000 km, dikalikan dengan harga kendaraan
S = Running Speed (Km/Jam)

F. Persamaan untuk Suku Bunga :

Sedan PC

Bus

Truk

120
500 S

120
2500 S

120
1750 S

Dimana :
Y= Suku bunga per 1000 km, dikalikan dengan 0.5 dari nilai kendaraan.
Suku bunga = 12%/thn
S = Running Speed (Km/Jam)

G. Persamaan untuk Asuransi :


Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

49

Sedan PC

Bus

Truk

35.0 0.5
500 S

40.0 0.5
2500 S
60.0 0.5
1750 S

Dimana :
Y

= Biaya asuransi per 1000 km, dikalikan dengan nilai kendaraan


S = Running Speed (Km/Jam)

H. Persamaan untuk Upah Jam-jam Perjalanan untuk Crew :


1000

Bus

: Y

Truk

: Y

S
1000
S

Dimana :
Y

= Waktu perjalanan per 1000 km

= Running Speed (Km/Jam)

Rata-rata faktor pengali untuk crew per kendaraan :


Bus kecil

: Sopir

=1

Kondektur = 1.7

Bus besar

: Sopir

=1

Kondektur = 2
Truk kecil

: Sopir

=1

Kondektur = 1
Truk besar : Sopir

=1

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

50

Kondektur = 2
I. Persamaan untuk Over Head :
Bus : 10 % dari sub total biaya operasi kendaraan di atas
Truk : 10 % dari sub total biaya operasi kendaraan di atas

4.3.

CARA JASA MARGA

Biaya transportasi terdiri dari 3 macam, yaitu:

Biaya Operasional Kendaraan, BOK (Vehicle Operating Cost, VOC)

Nilai waktu (Time Value)

Ongkos-ongkos (Fare)

a.

Biaya Operasional Kendaraan (BOK)

Biaya Operasional Kendaraan yang digunakan dalam studi ini adalah dengan
menggunakan formula Jasa Marga. Dalam formula Jasa Marga komponen Biaya Operasi
Kendaraan dibagi menjadi 6 (enam) kategori, yaitu:
Konsumsi Bahan Bakar
Formula yang digunakan adalah:
Konsumsi BBM = Konsumsi BBM dasar [1+(kk+kl+kr)]
dimana:
Konsumsi BBM dasar dalam liter/1000km, sesuai golongan:
-

Gol I

= 0.0284V2-3.0644V+141.68

Gol IIa

= 2.26533*Konsumsi bahan bakar dasar Gol I

Gol IIb

= 2.90805*Konsumsi bahan bakar dasar Gol I

kk

= koreksi akibat kelandaian (lihat Tabel 4.15)

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

51

kl

= koreksi akibat kondisi lalu lintas (lihat Tabel 4.15)

kr

= koreksi akibat kerataan permukaan jalan (roughness) (lihat Tabel 4.15)

Tabel 4.15. Faktor Koreksi Konsumsi Bahan Bakar Dasar Kendaraan Golongan I,
IIa, IIb
Faktor
Koreksi Kelandaian Negatif (kk)
Koreksi Kelandaian Positif (kk)
Koreksi Lalu Lintas (kl)
Koreksi Kerataan (kr)

Batasan
G<-5%
-5%<G<0%
0%<G<5%
G>5%
0<DS<0.6
0.6<DS,0.8
DS>0.8
<3m/km
>3m/km

Nilai
-0.337
-0.158
0.400
0.820
0.050
0.185
0.253
0.035
0.085

Konsumsi Minyak Pelumas


Formula:
Konsumsi Pelumas = Konsumsi pelumas dasar * faktor koreksi
Konsumsi minyak pelumas dasar dapat dilihat pada Tabel 4.16 sedangkan faktor koreksi
dapat dilihat pada Tabel 4.17.

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

52

Tabel 4.16. Konsumsi Minyak Pelumas Dasar (liter/km)


Jenis Kendaraan

Kecepatan (km/j)

Gol I

Gol IIa

Gol IIb

10-20

0.0032

0.0060

0.0049

20-30

0.0030

0.0057

0.0046

30-40

0.0028

0.0055

0.0044

40-50

0.0027

0.0054

0.0043

50-60

0.0027

0.0054

0.0043

60-70

0.0029

0.0055

0.0044

70-80

0.0031

0.0057

0.0046

80-90

0.0033

0.0060

0.0049

90-100

0.0035

0.0064

0.0053

100-110

0.0038

0.0070

0.0059

Tabel 4.17. Faktor Koreksi Konsumsi Minyak Pelumas terhadap Kondisi Kerataan
Permukaan
Nilai Kerataan

Faktor Koreksi

<3 m/km

1.00

>3 m/km

1.50

Konsumsi Ban
Formula:

Golongan I

Y = 0.0008848V 0.0045333

Golongan IIa

Y = 0.0012356V 0.0064667

Golongan IIb

Y = 0.0015553V 0.0059333

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

53

Dimana:
Y = Pemakaian ban per 1000km
Pemeliharaan
Pemeliharaan terdiri dari dua komponen yang meliputi biaya suku cadang biaya jam kerja
mekanik. Formula yang digunakan adalah sebagai berikut:
Suku Cadang:

Golongan I

Y = 0.0000064V + 0.0005567

Golongan IIa

Y = 0.0000332V + 0.0020891

Golongan IIb

Y = 0.0000191V + 0.0015400

Dimana:
Y = Pemeliharaan suku cadang per 1000km
Y = Y* harga kendaraan (Rp/1000km)
Jam kerja mekanik:

Golongan I

Y = 0.00362V + 0.36267

Golongan IIa

Y = 0.02311V + 1.97733

Golongan IIb

Y = 0.01511V + 1.21200

Dimana:
Y = jam montir per 1000km
Y= Y*upah kerja per jam

(Rp/1000km)

Depresiasi
Formula yang digunakan:

Golongan I

Golongan IIa

Y = 1/(2.5V+125)

Y = 1/(9.0V+450)

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

54

Golongan IIb

Y = 1/(6.0V+300)

Dimana:
Y = depresiasi per 1000 km
Y = Y*setengah nilai kendaraan (Rp./1000km)

Bunga Modal
Formula yang digunakan:
INT = AINT / AKM
INT = 0.22% * Harga kendaraan baru

(Rp/1000km)

Dimana:
AINT = Rata-rata bunga modal tahunan dari kendaraan yang diekspresikan
sebagai fraksi dari harga kendaraan baru = 0.01 * (AINV/2)
AINV = Bunga modal tahunan dari harga kendaraan baru
AKM = Rata-rata jarak tempuh tahunan (kilometer) kendaraan

Asuransi
Formula yang digunakan:

Golongan I

Y = 38/(500V)

Golongan IIa

Y = 60/(2571.42857V)

Golongan IIb

Y = 61/(1714.28571V)

Dimana:
Y = Asuransi per 1000 km
Y = Y*nilai kendaraan (Rp/1000km)

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

55

Contoh hasil perhitungan biaya operasi kendaraan menggunakan Metode Jasa Marga
adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahui besarnya biaya operasi Kendaraan masing-masing jenis kendaraan, perlu
terlebih dahulu diketahui besarnya harga input masing-masing komponen biaya operasi
kendaraan. Besarnya harga masing-masing komponen biaya adalah sebagai berikut:
Harga Kendaraan
a

Kendaraan Ringan

Gol I

Kendaraan Pribadi

Rp

150,000,000

Bus Sedang

Rp

300,000,000

Truk Ringan

Rp

250,000,000

Kendaraan Berat

Gol IIa

Truk Tunggal Berat

Rp

500,000,000

Bus Besar

Rp

750,000,000

Rp

900,000,000

Kendaraan Berat Gandeng


6

Semitrailer

Gol
IIb

Harga Komponen Lain


a

Bensin (per liter)

Rp

4,500

Solar (per liter)

Rp

4,300

Minyak Pelumas (per liter)

Rp

25,000

Ban

Kendaraan Pribadi

Rp

350,000

Bus Sedang

Rp

500,000

Truk Ringan

Rp

500,000

Truk Tunggal Berat

Rp

900,000

Bus Besar

Rp

900,000

Semitrailer

Rp

900,000

Rp

10,000

Upah per jam montir

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

56

Contoh perhitungan:
Dengan menggunakan formula yang dikembangkan Jasa Marga, maka besarnya Biaya Operasi
Kendaraan untuk berbagai tingkat kecepatan dapat diketahui (Lihat Tabel 4.18, Tabel 4.19,
Tabel 4.20 dan Gambar 4.1, Gambar 4.2 dan Gambar 4.3).
Tabel 4.18.

Biaya operasi Kendaraan (Rp/1000km), Kendaraan Golongan I

Kec

Biaya Operasi Kendaraan (Rp/1000km)

km/j

Gol I

10

3,833,724

36

2,169,696

62

1,857,850

88

1,885,702

11

3,652,238

37

2,147,745

63

1,853,671

89

1,891,502

12

3,496,955

38

2,126,884

64

1,849,946

90

1,897,635

13

3,362,979

39

2,107,055

65

1,846,668

91

1,904,098

14

3,245,864

40

2,088,205

66

1,843,828

92

1,910,890

15

3,142,344

41

2,067,786

67

1,841,420

93

1,918,008

16

3,049,968

42

2,050,753

68

1,839,436

94

1,925,450

17

2,966,858

43

2,034,567

69

1,837,869

95

1,933,215

18

2,891,550

44

2,019,192

70

1,836,714

96

1,941,299

19

2,822,887

45

2,004,594

71

1,840,964

97

1,949,701

20

2,759,941

46

1,990,742

72

1,840,615

98

1,958,420

21

2,706,960

47

1,977,608

73

1,840,659

99

1,967,453

22

2,653,327

48

1,965,166

74

1,841,093

100

1,976,799

23

2,603,529

49

1,953,392

75

1,841,912

24

2,557,140

50

1,942,264

76

1,843,110

25

2,513,799

51

1,931,761

77

1,844,684

26

2,473,201

52

1,921,864

78

1,846,629

27

2,435,084

53

1,912,555

79

1,848,942

28

2,399,225

54

1,903,819

80

1,851,618

29

2,365,428

55

1,895,638

81

1,854,653

30

2,333,524

56

1,888,000

82

1,858,045

31

2,298,365

57

1,880,890

83

1,861,790

32

2,269,822

58

1,874,296

84

1,865,885

33

2,242,780

59

1,868,205

85

1,870,327

34

2,217,137

60

1,862,608

86

1,875,112

35

2,192,802

61

1,862,493

87

1,880,238

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

57

Tabel 4.19.

Biaya operasi Kendaraan (Rp/1000km), Kendaraan Golongan IIa

Kec

Biaya Operasi Kendaraan (Rp/1000km)

km/j

Gol IIa

10

6,293,653

36

5,156,794

62

5,390,340

88

6,170,397

11

6,147,599

37

5,152,822

63

5,411,088

89

6,209,558

12

6,024,548

38

5,150,132

64

5,432,601

90

6,249,387

13

5,919,385

39

5,148,676

65

5,454,873

91

6,289,882

14

5,828,456

40

5,148,411

66

5,477,897

92

6,331,040

15

5,749,075

41

5,146,798

67

5,501,668

93

6,372,860

16

5,679,228

42

5,148,800

68

5,526,179

94

6,415,341

17

5,617,371

43

5,151,886

69

5,551,425

95

6,458,481

18

5,562,304

44

5,156,026

70

5,577,402

96

6,502,277

19

5,513,074

45

5,161,192

71

5,609,104

97

6,546,729

20

5,468,919

46

5,167,360

72

5,636,527

98

6,591,836

21

5,434,223

47

5,174,506

73

5,664,667

99

6,637,595

22

5,398,478

48

5,182,610

74

5,693,520

100

6,684,005

23

5,366,264

49

5,191,652

75

5,723,082

24

5,337,230

50

5,201,613

76

5,753,348

25

5,311,082

51

5,212,478

77

5,784,316

26

5,287,568

52

5,224,231

78

5,815,982

27

5,266,475

53

5,236,856

79

5,848,343

28

5,247,618

54

5,250,342

80

5,881,395

29

5,230,838

55

5,264,675

81

5,915,137

30

5,215,996

56

5,279,844

82

5,949,565

31

5,197,972

57

5,295,837

83

5,984,676

32

5,186,659

58

5,312,645

84

6,020,468

33

5,176,964

59

5,330,258

85

6,056,938

34

5,168,802

60

5,348,667

86

6,094,085

35

5,162,101

61

5,370,363

87

6,131,905

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

58

Tabel 4.20.

Biaya operasi Kendaraan (Rp/1000km), Kendaraan Golongan IIb

Kec

Biaya Operasi Kendaraan (Rp/1000km)

km/j

Gol IIb

10

9,673,042

36

6,849,338

62

6,661,904

88

7,297,144

11

9,346,670

37

6,820,563

63

6,673,108

89

7,334,511

12

9,070,253

38

6,794,053

64

6,685,444

90

7,372,795

13

8,832,561

39

6,769,702

65

6,698,895

91

7,411,993

14

8,625,566

40

6,747,414

66

6,713,449

92

7,452,099

15

8,443,376

41

6,724,605

67

6,729,092

93

7,493,111

16

8,281,565

42

6,706,195

68

6,745,813

94

7,535,025

17

8,136,746

43

6,689,613

69

6,763,600

95

7,577,836

18

8,006,278

44

6,674,794

70

6,782,441

96

7,621,542

19

7,888,074

45

6,661,679

71

6,807,326

97

7,666,139

20

7,780,462

46

6,650,213

72

6,828,246

98

7,711,624

21

7,687,084

47

6,640,345

73

6,850,190

99

7,757,994

22

7,596,828

48

6,632,030

74

6,873,151

100

7,805,247

23

7,513,772

49

6,625,224

75

6,897,119

24

7,437,146

50

6,619,887

76

6,922,086

25

7,366,303

51

6,615,985

77

6,948,045

26

7,300,691

52

6,613,481

78

6,974,988

27

7,239,842

53

6,612,345

79

7,002,908

28

7,183,350

54

6,612,547

80

7,031,798

29

7,130,867

55

6,614,060

81

7,061,653

30

7,082,088

56

6,616,859

82

7,092,465

31

7,031,747

57

6,620,919

83

7,124,230

32

6,989,612

58

6,626,218

84

7,156,941

33

6,950,476

59

6,632,735

85

7,190,593

34

6,914,156

60

6,640,451

86

7,225,180

35

6,880,492

61

6,651,846

87

7,260,699

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

59

Gambar 4.1. Biaya Operasi Kendaraan Golongan I.

Gambar 4.2. Biaya Operasi Kendaraan Golongan IIa.


Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

60

Gambar 4.3. Biaya Operasi Kendaraan Golongan IIb.

b.

Nilai Waktu

Nilai waktu dihitung berdasarkan formula Jasa Marga dengan mempertimbangkan studistudi tentang nilai waktu yang pernah ada. Formula yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Nilai Waktu = Max {(K * Nilai Waktu Dasar) ; Nilai Waktu Minimum}
Besarnya Nilai Waktu Minimum dapat dilihat pada Tabel 4.21.
Tabel 4.21. Nilai Waktu Minimum (Rp/Jam)
No.
1
2

Kab/Kota
DKI
Selain DKI

Gol I
8200
6000

Jasa Marga
Gol IIa Gol IIb
12369
9188
9051
6723

Gol I
8200
6000

JIUTR
Gol IIa Gol IIb
17022
4246
12455
3170

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

61

Nilai waktu dasar diambil dari nilai waktu pada beberapa studi adalah sebagaimana
tercantum pada Tabel 4.22.
Tabel 4.22. Nilai Waktu dari Berbagai Studi
Referensi
PT. Jasa Marga (1990-1996), Formula
Herbert Mohring
Padalarang-Cileunyi (1996)
Semarang (1996)
IHCM (1995)
PCI (1979)
JIUTR northern extension (PCI 1989)
Surabaya-Mojokerto (JICA 1991)

Nilai Waktu (Rp/Jam/kend)


Gol I
Gol IIa
Gol IIb
12.287
18.534
13.768
3.385 - 5.425
3.411 - 6.221
3.281,25
1.341
7.067
8.880

3.827 - 38.344
14.541
18.212
3.827
14.670
7.960

5.716
1.506
4.971,20
3.152
3.659
7.980

Sedangkan Nilai K ditunjukkan pada Tabel 4.23.


Tabel 4.23. Nilai K untuk Beberapa Kota
Kabupaten/Kota
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Jakarta
Cianjur
Bandung
Cirebon
Semarang
Surabaya
Gresik
Mojokerto
Medan

Nilai K
1.00
0.15
0.39
0.06
0.52
0.74
0.25
0.02
0.46

Contoh hasilperhitungan nilai waktu ditunjukkan pada Tabel 4.24.

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

62

Tabel 4.24. Contoh perhitungan Nilai waktu


Nilai Waktu Minimum
Kab/Kota
Surabaya (Non-DKI)
Nilai representatif (max)
Nilai Waktu Dasar
PT. Jasa Marga (1990-1996), Formula Herbert Mohring
Padalarang-Cileunyi (1996)
Semarang (1996)
IHCM (1995)
PCI (1979)
JIUTR northern extension (PCI 1989)
Surabaya-Mojokerto (JICA 1991)
Nilai representatif (max)
K*nilai waktu dasar, K=0.74 (Surabaya)
NILAI WAKTU REPRESENTATIF (1996)
Th 1996
ada inflasi sebesar 10%
NILAI WAKTU REPRESENTATIF (2006)

4.4.

6000
6000

Jasa Marga
Gol IIa
9051
12455

12287
4405
4816
3281
1341
7067
8880
12287

18534
3835.5
14541
18212
3827
14670
7960
18534

13768
5716
1506
4971.2
3152
3659
7980
13768

9092.38

13715.16

10188.32

Gol I

JIUTR
Gol IIb
Gol I Gol IIa Gol IIb
6723 6000 12455
3170
6723

Gol I
9,092.38

Gol IIa
Rp 13,715.16

Gol IIb
Rp 10,188.32

Rp 11,083.56

Rp 16,718.70

Rp 12,419.51

Rp

Simplified Method

Lihat lampiran

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

63

BAB 5
Konsep Nilai Uang (Discounted Value)

Mengingat setiap analisa ekonomi dan analisa finansial investasi selalu berhubungan
dengan suku bunga dan umur layan yang panjang, maka adanya nilai ekivalen uang
menjadi sangat penting, hal ini terutama karena perlunya membandingkan dua cashflow
atau lebih yang berbeda untuk didapatkan cashflow yang terbaik.
Beberapa istilah dalam discounted value yang umum digunakan dalam analisa ekonomi
maupun analisa finansial adalah:
1. Single Payment Present Worth (P/F)
2. Uniform Series Compound Amount (F/A)
3. Uniform Series Present Worth (P/A)
4. Sinking Fund (A/F)
5. Capital Recovery (A/P)
Untuk menjelaskan hal-hal tersebut di atas beberapa ilustrasi ditunjukkan pada uraian
berikut ini.

5.1.

Single Payment Compound Amount (F/P)

Nilai ini merupakan nilai masa depan yang berasal dari nilai uang saat ini, rumus yang
digunakan adalah:
(F/P, i%, n),

F / P (1 i ) n

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

64

dimana:
i

: interest

: jangka waktu

F/P

: Single payment compound amount

Jika digambarkan dalam diagram cashlow, posisi F/P adalah sebagai berikut:

n=7

Latihan:

FW
5M

n=7

Berapakah nilai FWjika i=0.08?

5.2.

Single Payment Present Worth (P/F)

Nilai ini merupakan nilai sekarang yang berasal dari nilai uang di masa depan, rumus
yang digunakan adalah:
P/F

1
(1 i ) n

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

65

n=7

Latihan
FW

7M

n=7

n=7

Berapakah nilai PW jika i=0.08?

5.3.

Uniform Series Present Worth (P/A)


P/ A

1 i n 1
n
i 1 i

Latihan:

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

66

n=7

n=7

n=7

Latihan:

100jt

Berapakah PW jika i=0.08?

5.4.

Capital Recovery (A/P)


A/ P

i 1 i n

1 i n 1

Latihan:
Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

67

500jt

n=7

Berapakah Aw jika 1=0.08?

5.5.

Uniform Series Compound amount (F/A)


F/A

1 i n 1
i

FW

n=7

Latihan:

1M

FW?,
i=10%
1

n=7

Berapa Fw jika i=0.1?

5.6.

Sinking Fund (A/F)

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

68

A/ F

1 i n 1

FW

n=7

Latihan:
AW?,
i=10%

10M

n=7

Berapa nilai Aw jika i=0.1?

LATIHAN
PW?,
i=8%
3.000.000.000

2.000.000.000
1.000.000.000

N=9

5.000.000.000

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

69

5.7.

Gradient Aritmethic

Jika terdapat penambahan yang bersifat tetap, maka gradient arithmetic dapat dipakai
untuk percepatan perhitungan. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
1 1 i 1
n
P/G

n
i i 1 i
1 i n
n

Ilustrasi cashflow yang sesuai dengan rumusan di atas adalah sebagai berikut:

(n-1)G
1G

2G

3G

G
G

5.8.

Gradient Geometric

Jika terdapat penambahan yang bersifat eksponensial, maka gradient geometricc dapat
dipakai untuk percepatan perhitungan. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

A1 P
, ir , n
A
1 f

ir

i f
1 f

Ilustrasi cashflow yang sesuai dengan rumusan di atas adalah sebagai berikut:

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

70

An=A1(1+f)n-1

f=inflasi
i=interest

A3=A1(1+f)2
A2=A1(1+f)1

A1

Latihan:
350jt

PW?,
i=15%
150jt

G=50jt

N=9

Berapakah PW jika i=0.15

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

71

Latihan:
An=A1(1+f)n-1

f=0.1
i=0.15

A3=A1(1+f)2

A1

A2=A1(1+f)1

Jika f=0.1, i=0.15. A1=100jt, n=5th, berapa PW?


Jawab:

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

72

BAB 6
Analisis Kelayakan
Secara umum analisis kelayakan sebuah proyek terdiri dari tiga macam analisis, yaitu
1. Analisa Ekonomi
2. Analisa Finansial
3. Analisa Sensitivitas
Ketiga jenos analisi tersebut di atas akan dijelaskan pada uraian-uraian berikut ini.

6.1.

ANALISA EKONOMI

Analisa ekonomi digunakan untuk mengetahui kelayakan sebuah proyek jalan dilihat dari
sudut pandang masyarakat secara umum. Analisa ekonomi mutlak dilakukan untuk
proyek-proyek sebelum dilaksanakan analisa finansial. Dengan kata lain sebelum layak
secara finansial, suatu proyek terutama proyek jalan harus terlebih dulu layak secara
finansial. Analisa ekonomi biasanya disyaratkan oleh calon pemberi loan (badan
keuangan dunia).
Komponen-komponen dalam cashflow yang biasanya digunakan dalam analisa ekonomi
adalah;

Komponen cost: biaya konstruksi, biaya pemeliharaan, biaya disain.

Komponen benefit: saving BOK, saving time value, saving accident cost,
(savings; quantifiable market and non-market value)

Biasanya, dalam analisa ekonomi semua pengeluaran terkait pajak tidak harus
diperhitungkan dalam cashflow.
Parameter-parameter kelayakan yang digunakan antara lain; BCR, NPV FYRR dan
EIRR.
Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

73

6.2.

ANALISA FINANSIAL

Analisa finansial digunakan untuk mengetahui kelayakan sebuah proyek jalan dilihat dari
sudut pandang finansial/investasi. Dengan kata lain analisa finansial digunakan oleh
investor untuk mengukur berapa keuntungan yang diperoleh.
Komponen-komponen cashflow yang biasanya digunakan dalam analisa finansial adalah:

Komponen cost: biaya konstruksi, biaya pemeliharaan, biaya disain, biaya


operasinal.

Komponen benefit: revenue toll yang berasal dari tariff toll yang dibayarkan oleh
pengemudi

Parameter-parameter kelayakan yang digunakan antara lain; BCR, NPV dan FIRR,
Payback Period, dan Break Even Point.

Parameter Kelayakan:
BCR, B/C Ratio, COBA
Benefit Cost Ratio atau Cost Benefit Analysis merupakan parameter kelayakan
yang diperoleh dengan cara membandingkan semua benefit yang diperoleh dengan
semua biaya (biaya yang relevan) yang dikeluarkan sepanjang umur layan setelah
dikonversi dalam nilai uang yang sama (contoh; PW, FW). Besarnya nilai BCR
biasanya adalah; BCR<1, BCR=1 atau BCR>1. Jika nilai BCR<1 artinya manfaat
yang diterima lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan, BCR=1 berarti besarnya
manfaat seimbang dengan biaya yang dikeluarkan sdangkan BCR>1 berarti manfaat
yang diterima lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan. Semakin besar nilai
BCR semakin baik.
Contoh: Berapa BCR?i=0.1

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

74

-2.000.000.000

-3.000.000.000
-1.000.000.000

N=9

3.000.000.000

Jawab:

NPV
Nett Present Value adalah merupakan parameter kelayakan yang diperoleh dengan
dari selisih semua manfaat dengan semua pengeluaran (biaya yang relevan) selama
umur layan setelah dikonversi dengan nilai uang yang sama (ontoh; PW dan FW).
Besarnya nilai NPV biasanya adalah; NPV(-), NPV(0), dan NPV(+). Nilai NPV=(-)
menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan lebih besar daripada manfaat yang
diperoleh. NPV=0 menunjukkan bahwa manfaat yang diperoleh seimbang dengan
biaya yang dikeluarkan, sedangkan NPV>0 menunjukkan bahwa manfaat yang
diperoleh melebihi biaya yang dikeluarkan.
Contoh: Berapa NPV? i=0.08
-2.000.000.000

-3.000.000.000
-1.000.000.000

N=9

3.000.000.000

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

75

Jawab:

IRR
Internal rate of return merupakan parameter kelayakan yang berupa tingkat
pengembalian modal dan dinyatakan dalam prosen (%). IRR diperoleh dengan cara
trial and error terhadap cashflow dengan mengubah tingkat suku bunga yang
dipakai. Nilai IRR merupakan tingkat suku bunga yang menghasilkan nilai NPV=0
atau nilai BCR=1. Semakin besar nilai IRR maka secara finansial/ekonomi suatu
investasi dinyatakan layak. Seberapa besar nilai IRR yang diinginkan agar suatu
investasi layak tergantung pada keberanian investor itu sendiri, sumber dana
(loan, equity, soft loan) dan jenis analisanya, meskipun ada beberapa acuan yang
bisa digunakan sebagai patokan. Misal: adanya MARR dan minimum gain.
Dilihat dari komponen cashflownya, IRR dapat digolongkan menjadi dua macam,
yaitu; Economic Internal Rate of Return dan Financial Internal Rate of Return.
Contoh/Latihan: Berapa IRR?
-2.000.000.000

-3.000.000.000
-1.000.000.000

N=9

3.000.000.000

Jawab:

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

76

Payback Period
Payback period merupakan salah satu parameter kelayakan investasi yang berupa
jangka waktu tertentu yang dapat mengembalikan semua modal/investasi yang telah
dikeluarkan. Pada proyek jalan tol, nilai PbP ini dikaitkan dengan masa operasi dan
masa konsesi yang diperoleh oleh investor untuk mengelola jalan tol tersebut.
Secara umum, cara memperoleh besarnya nilai PbP hampir sama dengan cara
mencari nilai IRR, hanya saja pada PbP variabel yang berubah adalah jangka
waktunya sedangkan interest-nya tetap.
Contoh/Latihan: Berapa BEP? Jika i=0.1
-2.000.000.000

-3.000.000.000
-1.000.000.000

N=?

3.000.000.000

Jawab:

Break Even Point


Break even point merupakan salah satu parameter kelayakan investasi yang berupa
jumlah unit minimum yang harus ada untuk dapat mengembalikan semua
modal/investasi yang dikeluarkan. Pada proyek jalan tol parameter ini dikaitkan
dengan jemlah kendaraan yang akan melewati jalan tol tersebut dalam satan waktu
yang nantinya akan membayar toll fee. Secara umum, cara memperoleh besarnya
Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

77

nilai BEP hampir sama dengan cara mencari nilai IRR dan PbP, hanya saja pada
BEP variabel yang berubah adalah jumlah unitnya (contoh: jumlah kendaraan per
hari) sedangkan jangka waktu dan interest-nya tetap.
Contoh/Latihan: Berapa BEP jika i=0.1
-2.000.000.000

-3.000.000.000
-1.000.000.000

N=9

????

Jawab:

6.3.

ANALISA SENSITIVITAS

Analisa sensitivitas merupakan analisa yang bersifat what if scenario. Artinya semua
parameter kelayakan yang telah diperoleh akan diuji kembali dengan beberapa scenario
yang berbeda, misalnya cashflow diuji terhadap kondisi kenaikan suku bunga, kenaikan
biaya konstruksi, kenaikan biaya maintenance, pengurangan umur rencana dan lain-lain
sehingga dengan analisa ini kita bisa memperoleh jawaban tentang worst case scenario
(pesimis) yang mungkin terjadi atau justru malah bisa digunakan untuk analisa yang
bersifat optimis. Contoh tentang analisa sensitivitas dapat dilihat pada lampiran buku ini.
Analisa sensitivitas juga bisa dipakai dalam analisa sharing investment, misalnya
bagaimana jika biay konstruksi bukan merupakan equity, bagaimana jika harus
membayar cicilan bungan yang besarnya sekian prosen dan lain-lain.
Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

78

Analisa sensitivitas ini sifatnya dalam memberikan masukan tentang segala kemungkinan
yang terjadi, namun pengambilan keputusan jalan tidaknya proyek tetap dilaksanakan
oleh investor itu sendiri.

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

79

REFERENSI
Grant, E.L., W.G Ireson, R.S. Leavenworth (1991) Dasar-Dasar Ekonomi Teknik
Jilid 1, Rineka Cipta.
DeGarmo, E.P, W.G. Sullivan, J.R Canada (1984) Engineering Economy, Seventh
Edition, Macmillan Publishing Company.
Oglesby C.H. and Hicks R.G. (1990) Teknik Jalan Raya, Erlangga.

Modul Ekonomi Jalan Raya (PS 1300), Jurusan Teknik Sipil ITS (Anak Agung Gde Kartika)
Jurusan T Sipil ITS

AAGK-2006

80

Anda mungkin juga menyukai