pustaka
Diskusi
membahas:
Data Pasien:
Nama klinik
Pos
diskusi
Nama: Tn. J
Perawatan Cempaka
No.Registrasi: 154001
RSUD
H.
: 53 IU/L
SGPT
: 74 IU/L
Creatinin
: 0,95 mg/Dl
BAK warna seperti teh, dirasakan 2 hari terakhir, disuri tidak ada
BAB biasa, warna kuning.
RPS :
Riwayat hepatitis tidak ada. Riwayat minum ballo sejak usia 30an, 2 liter dalam sebulan.
Riwayat hipertensi tidak ada. Riwayat DM tidak ada Riwayat OAT tidak ada.
2. Obyektif:
Status present
Tanda Vital
:
TD
= 130/80 mmHg
= 102 x/menit
= 24x/menit
= 38,70C (axilla)
BB
= 62 kg
IMT
= 62/(1,72)2 = 23,66
TB = 172 cm
Kepala
: Anemi tidak ada, ikterus ada, sianosis tidak ada,edema palpebra tidak ada
Leher
: Massa tumor tidak ada, nyeri tekan tidak ada, pembesaran KGB tidak
ada, deviasi trakea tidak ada, DVS R-2cmH2O.
Thorax
Cor
: Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: Inspeksi
Palpasi
Perkusi
ictus
cordis
terletak
pada
linea
ada
Abdomen
: Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Ekstremitas
pemeriksaan pasien ini dapat kita curigai sebagai suatu abses yang didiagnosis banding dengan
cholecystiitis akut.
Berdasarkan hasil laboratorium yang ditemukan pada pasien terdapat peningkatan enzim
enzim hati (SGOT, SGPT) yang menunjukkan telah terjadinya gangguan fungsi hepar. Adanya
proses infeksi dapat memicu peningkatan produksi enzim enzim hati sehingga kadar enzim
enzim tersebut tinggi di dalam darah. Leukositosis sendiri muncul sebagai akibat dari proses
infeksi, sebagai salah satu upaya sistem imun untuk melawan mikroorganisme penyebab infeksi..
Pada pemeriksaan radiologi didapatkan:
4
Hasil USG abdomen: Hepar : Tampak membesar, terihat abses ukuran 4,5 x 5,1 cm
di segmen 4 b lobus sinistra. Kesan : abses hepar.
remitten. Leukositosis yang tinggi dengan pergeseran ke kiri didapatkan pada 60-78% kasus.
Anemia ditemukan pada 50%, sedangkan peninggian fosfatase alkali (90%), kadar albumin
5
serum di bawah 3 gr% (33-74%) dan waktu protrombin memanjang (34-54%) menunjukkan
bahwa kegagalan fungsi hati ini disebabkan abses di dalam hati.pada zaman sebelum ada
antibitika bakteri penyebab abses ini ialah E.coli, S.aurens dan S.hemolyticus ; tetapi semenjak
ditemukannya dan digunakannya antibiotik maka bakteri yang resisten antibiotic terutama bakteri
aerob gram negative seperti P. vulgaris, A.aerogenes, S.faecalis dan P.aeruginosa secara tersendiri
tau bersama-sama dapat ditemukan pada kultur dari pus abses hati. Selain itu kuman anaerob
(bacteriodes, Fusobacterium, Clostridium dan Actinomyces) juga bias ditemukan pada pus yang
berbau bususk.
Setelah era pemakaian antibiotik yang adekuat, gejala dan amnifestasi klinis abses hati
piogenjik adalah malaise, demam yang tidak terlalu tinggi, dan nyeri tumpul pada abdomen yang
menghebat dengan adanya pergerakan. Apabila abses hati piogenik letaknya dekat dengab
diafragma, maka akan terjadi iritasi difragma sehingga terjadi nyeri pada bahu sebelah kanan,
batuk ataupun terjadi atelektasis. Gejala lainnya adalah rasa mual dan muntah, berkurangnya
nafsu makan, terjadi penurunan berat badan yang unintentional, kelemahan badan, ikterus,
buamng air besar berwarna seperti kaopur dan bbuang air kecil berwarna gelap.
Selanjutnya, pemeriksaan yang menjadi baku emas untuk penegakan diagnosis abses hepar
adalah melalui kultur darah yang memperlihatkan bakteri penyebab. Pada pemeriksaan pus,
bakteri penyebab seperti Proteus vulgaris, Pseudomonas aeroginosa bisa ditemukan Namun,
pemeriksaan ini sulit dilakukan karena pengambilan pus dari hepar akan sangat menyakitkan bagi
pasien.
Pengobatan pada pasien dilakukan dengan pemberian infus cairan isotonis sebagai cairan
rumitan. Pada pemberian antibiotik diberikan Metronidazole inj 0,5 gr/12jam/iv sebagai
antibiotik untuk bakteri anaerob dan amebisid jaringan. Tetapi dalam perjalanan penyakitnya,
pasien tidak memberikan respon yang baik terhadap pemberian antibiotik tersebut, maka
selanjutnya pasien diberikan antibiotik yaitu Cephalosporin generasi III sebagai antibiotic
spektrum luas untuk kuman negatif gram dan untuk coccus gram positif.
Pada AHP, pemeriksaan fisis didapatkan keadaan penderita yang septic, nyeri perut kanan
atas dan hepatomegali. Adanya ikterus pada 24-52% kasus biasanya menunjukkan adanya
penyakit system bilier yang disertai kolangitis dengan prognosis yang buruk.
Plan :
Diagnosis : didiagnosis apabila seseorang mengeluh nyeri perut kanan atas, demam, yang pada
pemeriksaan fisis didapatkan nyeri tekan pada bagian perut kanan atas.
Pengobatan : Penanganan berupa Tirah baring, pemberian cairan, pemerian antibiotik, dan obatobatan simptomatik.
Konsultasi : Konsultasikan segera ke dokter penyakit dalam jika tidak ada perubahan
Rujukan : (-)
Kontrol : kontrol ke poli penyakit dalam
Kegiatan
Penanganan abses hepar
Nasihat
Periode
3 hari pertama
Selama perawatan
Pendamping