Anda di halaman 1dari 39

SYSTEM PERKEMIHAN

A.

Sistem perkemihan

Sistem perkemihan adalah suatu system dimana terjadi proses penyaringan


darah , sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh
dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh dan larut dalam air
dan dilarutkan berupa urine .
B. Sistem perkemihan mempunyai 4 fungsi :
1.membuang sisa metabolisme
2.untuk salah satu ion yang mempengaruhi konsentrasi dalam keseimbangan
asam basa
3.untuk keseimbangan nilai ph
4.untuk keseimbangan cairan di dalam tubuh
5.Membentuk Urine
Organ system perkemihan

1.

Ginjal

2.

Ureter

3.

Vesika Urinaria

4.

Uretra

Fungsi organ system perkemihan adalah sebagai berikut :


1.

Ginjal

Adalah sepasang organ berbentuk kacang dengan panjang 4 sampai 5 inci yang
terletak di belakang rongga abdomen ( diantara rongga perut dan otot punggung
), satu di satu masing-masing sisi kolomna vertebralis, sedikit di atas garis
pinggang. Setiap ginjal mendapat satu arteri renalis dan satu vena renalis, yang
masing-masing masuk dan keluar ginjal di indentasi ginjal yang menyebabkan
organ ini berbentuk seperti ginjal.
Ginjal bekerja pada plasma yang mengalir melaluinya untuk menghasilkan
urine, mengonservasi bahan-bahan yang akan dipertahankan dalam tubuh dan
mengeluarkan bahan-bahan yang tidak diinginkan dalam tubuh melalui urine.
Setelah terbentuk, urine mengalir kepada suatu rongga pengumpul sentral,
pelvis ginjal yang terletak di bagian dalam medial tiap-tiap ginjal. Dari sini urine
disalurkan ke dalam ureter,

Bagian-bagian ginjal :
A.

Renal pelvis

Merupakan ruang penampung yang besar yang menghubungkan medulla


dengan ureter . Renal pelvis memiliki percabangan yaitu Kaliks mayor dan kaliks
minor . Masing-maing ginjal memiliki sekitar 2 -3 kaliks mayor dan 8-18 kaliks
minor .
B.

Medulla renalis

Merupakam bagian tengah ginjal , terdiri dari 8-18 piramida . bagian apeks dari
piramida adalah papilla , piramida terdiri dari Tubulus dan Duktus kolektipus dari
Nefron . Tubulus dalam piramida berperan dalam Reabsorpsi zat-zat yang
terfiltrasi . Urine berjalan dari medulla ke kaliks minor , kaliks mayor dan renal
pelvis . Dari renal pelvis urine ke ureter dan masuk ke kandung kandung kemih
C.

Cortex renalis

Paling luar dari ginjal terdiri dari area kortikal dan area juxtamedullari
.mempunyai kapiler-kapiler menembus medulla melalui pyramid membentuk
renal kolum . Kolum terdiri dari tubulus ginjal yang mengalirkan urine ke kaliks
minor
Bagian ginjal dibagi menjadi 2 :
1.

Nefron

Adalah merupakan suatu unit fungsional yang dimana disetiap ginjal memiliki 1
juta nefron.Setiap nefron terdiri dari kapsul bowman yang mengitari rumabi
kapiler glomerulus, ubulus kontrotus, lengkung henle, dan tubukulus kontrotus
distal.
Bagian-bagian Nefron dibagi menjadi :

a. Glomerulus
Bagian ini yang mengandung anyaman kapiler yang terletak di dalam kapsul
bowman dan menerima darah dari arteriola aferen dan meneruskan darah ke
system vena melalui arteriol aferen.Glomerulus berdiameter 200mm, di bentuk
oleh invagiansi suatu anyaman kapiler yang menempati kapsula bowman
dimana cairan di filtrasikan.

b. Tubulus
Filtrasi glomerulus yang memasuki tubulus nefron mengalir melalui :
1) Tubulus proksimal
Tubulus kontortus proksimal berjalan berkelok-kelok dan berakhir sebagai saluran
yang lurus di medula ginjal (pars desendens Ansa Henle). Dindingnya disusun
oleh selapis sel kuboid dengan batas-batas yang sukar dilihat. Inti sel bulat,
bundar, biru dan biasanya terletak agak berjauhan satu sama lain.
Sitoplasmanya bewarna asidofili (kemerahan). Permukaan sel yang menghadap
ke lumen mempunyai paras sikat (brush border). Tubulus ini terletak di korteks
ginjal.

Fungsi tubulus kontortus proksimal adalah mengurangi isi filtrat glomerulus 8085 persen dengan cara reabsorpsi via transport dan pompa natrium. Glukosa,
asam amino dan protein seperti bikarbonat, akan diresorpsi.

2) Lengkung Henle
Bentuknya lurus dan tebal diteruskan ke segmen tipis selanjutnya ke segmen
tebal, panjangnya 12 mm, total panjangnya ansa henle 2-14 mm. Klorida secara
aktif diserap kembali pada cabang asendens gelung Henle dan natrium bergerak
secara pasif untuk mempertahankan kenetralan listrik.

Sekitar 25% natrium yang difiltrasi diserap kambali karena darah nefron
termeable terhadap air. Reabsorbswwwi klorida dan natrium di pars esendens
penting untuk pemekatan urine karena membantu mempertahankan
integritasgradiens konsentrasi medulla. Kalium terfiltrasi 20-25% diabsorpsi pada
pars esendens lengkung Henle. Proses pasif terjadi karena gradient elektrokimia
yang timbul sebagai akibat dari reabsorpsi aktif klorida pada segmen nefron ini.

3) Tubulus distalis
Bagian ini adalah bagian tubulus ginjal yang berkelok-kelok dan letak jauh dari
kapsula Bowman, panjangnya 5 mm. Tubulus distal dari masing-masing nefron
bermuara ke duktus koligentis yang panjangnya 20 mm.

Masing-masing duktus koligens berjalan melalui korteks dan medulla ginjal


bersatu membentuk suatu duktus yang berjalan lurus dan bermuara pada duktus
belini, seterusnya menuju kaliks minor, ke kaliks mayor, dan akhirnya
mengosongkan isinya ke dalam pelvis renalis pada apeks masing-masing
pyramid medulla ginjal.

Panjang nefron keseluruhan di tambah dengan duktus koligentis adalah 45-46


mm. Nefron yang berasal dari glomerulus korteks mempunyai Ansa Henle yang
memanjang ke dalam pyramid medulla.

4) Duktus koligentes, kedalam pelvis ginjal.


Saluran yang secara metabolic tidak aktif.Pengaturan secara halus dari ekskresi
natrium urine terjadi disini dengan aldosteron yang paling berperan terhadap
reabsorbsi natrium.Duktus ini memiliki kemampuan mereabsorbsi dan
menyekresi kalium.Ekskresi aktif kalium dilakukan pada duktus koligen kortikal
dan dikendalikan oleh aldosteron.Reabsorbsiaktif kalium murni terjadi dalam
duktus kolige medulla.

Sepanjang perjalanan ini zat di reabsorbsi dan di sekresi secara selektif oleh
epitel tubulus, dan cairan yang dihasilkan memasuki pelvis ginjal sebagai
urine.Reabsorbsi memegang peranan lebih penting daripada sekresi
pembentukan urin. Tetapi sekresi sangat penting dalam menentukan ion kalium,
hydrogen dan beberapa zat lain di dalam urine.

2.

Ureter

Ureter memiliki panjang sekitar 20-30 cm . Ureter berfungsi mentransfort urine


dari ginjal ke kandung kemih . Terdiri dari 3 lapis yaitu :
-

Epitel mukosa pada bagian dalam

Otot polos pada bagian tengah

Jaringan ikat pada bagian luar

Ureter adalah suatu saluran berdinding otot polos yang keluar dibatas medial
dekat dengan arteri dan vena renalis.Terdapat dua ureter, setiap ureter
mengangkut urine dari masing-masing ginjal ke sebuah kandung kemih. Ureter
memiliki 2 saluran masing-masing menyambung dari ginjal ke kandung kemih .
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan peristaltic setiap 5 menit sekali
untuk mendorong air kemih masuk kedalam kantung kemih .

3.

Vesika urinaria (kandung kemih)

Kandung kemih, terletak dibelakang os.pubis di dalam rongga pelvis, pada orang
dewasa kapasitas maksimum vesika urinaria sekitar 500ml .bentuk dan batasbatasnya sangat berfariasi sesuai dengan jumlah urine yang dikandungnya .
Vesika urinaria menampung urine secara temporer.Secara periode, urine
dikosongkan dari kandung kemih keluar dari melalui saluran lain, uretra, akibat
kontraksi kandung kemih.
Kandung kemih berfungsi menampung urine untuk sementara waktu. Terdapat
segitiga bayangan yang terdiri dari 3 lubang, yaitu 2 lubang ureter dan 1 lubang
uretra pada dasar kandung kemih yang disebut dengan trigonum/ trigon. Lapisan
dinding kandung kencing (dari dalam ke luar) : lapisan mukosa, sub mukosa, otot
polos dan lapisan fibrosa. Lapisan otot disebut dengan otot detrusor. Otot
longitudinal pada bagian dalam dan luar dan lapisan sirkular pada bagian
tengah.
Ukuran kandung kencing berbeda-beda. Pada usia dewasa kandung kencing
mampu menampung sekitar 300-500 ml urine. Pada keadaan tertentu kandung
kencing dapat menampung 2x lipat lebih jumlah keadaan normal.
Persyarafan utama kandung kemih adalah nervous pelvikus yang berhubungan
dengan medula spinalis melalui pleksus sakralis terutama berhubungan dengan
medula spinalis segmen S2 dan S3. Serat sensorik mendeteksi derajat regangan
pada dinding kandung kemih. Syaraf motorik yang menjalar dalam nervous
pelvikus adalah serat parasimpatis.
Selain nervous pelvikus terdapat 2 tipe persyarafan lain yang penting untuk
kandung kemih yatu serat otot lurik yang berjalan melalui nervous pundendal
menuju sfringter eksternus. Ini adalah serat syaraf somatik yang mempersyarafi
dan mengontrol otot lurik pada springter. Kandung kemih juga menerima syaraf
simpatis dari rangkaian simpatis melalui nervous lipogastrikus terutama
berhubungan dengan segmen L2 medula spinalis. Serat simpatis ini merangsang
pembuluh darah dan sedikit mempengaruhi kontraksi kandung kemih. Beberapa
serat syaraf sensorik juga berjalan melalui syaraf simpatis dan penting dalam
menimbulkan sensasi rasa penuh dan rasa nyeri

4.

Uretra

Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih dan
fungsinya menyalurkan urine keluar .
pada wanita berunkuran pendek dan lurus, berjalan langsung dari leher kandung
kemih ke luar. Pada pria uretra jauh lebih panjang dan berjalan melengkung dari
kandung kemih ke luar, melalui kelenjar prostat dan penis.Uretra pria
mempunyai fungsi ganda, yaitu menjadi saluran untuk mengeluarkan urine dari
kandung kemih dan saluran untuk semen dari organ-organ reproduksi.

Perbedaan Uretra laki-laki dan wanita


1.

Uretra Laki-laki

Uretra pria lebih panjang dari wanita .karna itu meluas melalui penis . Uretra pria
adalah sekitar 18-20 cm panjangnya dan berfungsi sebagai lorong umum untuk
baik urine dan air mani dari tubuh . Uretra laki-laki memiliki 4 bagian :
Uretra spoons , membrane Uretra , uretra pra-prostat dan uretra prostat dan itu
meluas melalui prostat sfringter internal dan eksternal, diafragma urogenital,
kelenjar couper dan seleuruh panjang penis.
2.

System urin wanita

Kndung kemih wanita terletak dibelakang simpisis bergerak berjalan sedikit


miring kearah atas , salurannya dangkal panjangnya 3-5 cm Kandung kemih dan
uretra pada wanita tidaak terhubung ke system reproduksi.Wanita memiliki
system uretra yang sangat pendek meluas hanya melalui leher kandung kemih
sfingter internal dan eksternal, dan diafragma urogenital.
Perbedaan system pria dan wanita :
1)
Pria memiliki uretra yang panjang dari perempuan. Hal itu karena utretra
laki-laki meluas melalui penis
2)
Satu-satunya fungsi dari uretra wanita adalah untuk mengangkut urine dari
kandung kemih ke ruang eksternal. Namun pada laki-laki terlibat dalam
mengangkut urine dari kandung kemih ke ruang eksternal serta ejakulasi cairan
mani melalui uretra
3)
Tidak seperti wanit uretra pria dianggap sebagai bagian dari system urine
dan system reproduksi
4)

Pembukaan ureta pada wanita lebih dekat ke anus dari laki-laki

Suplai darah
Darah dari jantung menyuplai ginjal sekitar 20-25% darah menyuplai
ginjal sekitar 1,2 liter darah lewat ke ginjal per-menit .
Proses pembentukan Urine

Dalam pembentukan urine Di dalam nefron melalui 3 proses yaitu filtrasi


glomerulus , reabsorbsi tubulus dan sekresi tubulus .

Filtrasi Glomerulus

Proses filtrasi terjadi di kapiler globerulus pada kapsul bownman danMerupakan


proses yg pasif tdk selektif, dimana cairan & zat-zat terlarutnya terdorong

melalui membran semi permeabel melalui tekanan hidrostatik. Sejumlah volume


cairan yg terfiltrasi dari darah ke dalam kapsul bowman dalam setiap menitnya .
selain penyaringan glomerulus jugan melakukan penyerapan sel-sel darah dan
protein plasma . hasilpenyaringan ini kemudian akan menghasilkan urine primer
yang serupa dengan darah tapi tidak mengandung protein .

b.

Reabsorpsi Tubulus

Pada saat proses filtrasi mengalir melalui tubulus bahan-bahan yang bermanfaat
bagi tubuhdi kembalikan ke plasma kapiler peritubulus. Perpindahan yang
selektif dari bagian dalam tubulus kedalam darah disebut reabsorpsi
tubulus.Bahan-bahan yang di reabsorpsi tidak keluar melalui urine tapi dibawa
oleh kapiler ke system vena dan jantung untuk di resirkulasi.Sementara bahanbahan yang tidak dapat dibutuhkan harus dikeluarkan tetap berada di urine.

c.

Sekresi Tubulus

Proses ke 3 ini adalah pemibadahan selektif bahan-bahan dari kapiler peritubulus


kedalam lumen tubulus. Sekresi tubulus merupakan mekanisme untuk
mengeluarkan dari plasma secara cepat untuk mengekstraksi sejumlah bahan
dari plasma yang tidak terfiltrasi di kapiler dan memmindahkannya kebahan
yang sudah ada di tubulus sebagai hasil filtrasi.

Ginjal menghasilkan vitamin yaiu:


1.

Renin

2.

Eritropoetin

3.

1,25 dihidroksikolekalsiterol

Komposisi normal urine yaitu:


%

Zat terlarut

90

AIR

Natrium
Kalium
Fosfat
Sulfat
Kreatinin

Asam urat
Kalsium
Magnesium
Bikarbonat
Asam urat
Ammonia
Nitrogen
Glukosa

Proses berkemih yaitu


Miksi merupakan proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi.
Terdapat 2 langkah utama :
Jika kandung kemih terisi secara progresif sampai tegangan dindingnya
meningkat diatas nilai ambang akan mencetuskan reflex miksi dan reflex miksi
akan berusaha mengkosongkan kandung kemih menimbulkan keinginan
berkemih.
Urin yg terbentuk sepanjang perjalanannya dari glomerulus sampai dgn duktus
kollektivus akan memasuki kaliks minor, kaliks mayor & pevic ginjal.
Setelah terkumpul di pelvis ginjal urine masuk ke ureter dan dengan
pergerakan peristaltic dari ureter urine dikirimkan ke visika urinaria untuk
disimpan sementara sampai saatnya dikeluarkan

pengeluaran urin diatur oleh refleks mikturisi dgn penjelasan sbg berikut :

1.
Sejumlah urin sekitar 200-300ml akan menyebabkan regangan pada
kandung kencing.
2.
Renggangan akan merangsang reseptor renggangan , sinyal akan
diteruskan melalui syaraf afferent ke nervus pelvikus dimedulla spinalis
3.
Di medulla spinalis sinyal akan diteruskan ke nervus . motorik parasimpatis
dan melalui interneuron dibawa ke hipolamus yang akan dihantarkan ke otak
sehingga menusia mempersepsikan untuk berkemih .
4.
Sinyal dan nervus motorik parasimpatis akan dibawa oleh saraf efferent ke
otot detrusor dan menstimulasi otot tersebut untuk berkontraksi
5.
Kontraksi otot detrusor menyebabkan semakin meningkatka tekanan di
kandung kemih , tapi urine tidak keluar sampai spigter internal dan ekternal
relaksasi

6.
Ketika volume dikandung kemih meningkat sampai dengan 500 ml akan
meningkatkan rangsangan pada reseptor rengangan sehingga sensasi semakin
kuat .
7.
Refleks yang dihasilkan cukup kuat untuk membuka spigter uretra internal
pun terangsang relaksasi dan terjadilah pengeluaran urine .
8.
Diakhir proses miksi kurang dari 10 ml urine tetap berada di kandung
kemih .

Peranan Ginjal dalam membantu Keseimbangan Kalsium


Efek aldosteron di tubulus distal adlah meningkatkan sekresi kalium kedlm urin.
Aldosteron meningkatkan reabsorpsi natrium dlm pertukaran dgn kalium
atau hidrogen. Jika ion kalium dibutuhkan utk byk disekresi maka sedikit ion
hidrogen yg dpt disekresi & demikian sebaliknya.
Proses pengaktifkan vitamin D dalam tubuh
Hormon dan nutrient di ginjal
Vitamin D sangat penting dalam proses reabsorbsi kalsium dan fosfat di
usus halus . Vitamin D memasuki tubuh dalam bentuk inaktif dari diet atau dari
perubahan kolesterol dengan bantuan sinar ultraviolet dikulit . Aktivasi vitamin
ini terjadi melalui tahap : Dihati dan di ginjal
Pada tahap yang terjadi diginjal distimulasi oleh hormone paratiroid sebagai
respon penurunan kadar kalsium plasma
Eritropoetin yang merangsang sumsum tulang memproduksi sel darah
merah sebagai respon adanya hipoksia jaringan . proses yang merangsang
pengeluaran eritropoetin di ginjal adalah penurunan kadar oksigen sel ginjal .
Renin adalah suatu enzim protein yang dilepaskan oleh ginjal bila
tekanan arteri turun sangat rendah. Kemudian, ezim ini meningkatkan tekanan
arteri melalui beberapa cara, jadi membantu mengoreksi penurunan awal
tekanan.

Gambar . Mekanisme pengaktifan Vit . D


Dehydrocholesterol

Reaksi fotokimia dalam respon terhadap sinar UV

Vitamin D

(Cholecalciferol)

Diet

Liver

2.25 hydroxycholecaklciferol

Konvensi di ginjal ,
Distimulasi PTH , Dihambat kalsitonin

1.25 Dihydroxycholecaklciferol

Meningkatkan absorbsi kalsium dan fosfat di usus

PTH

Menurunkan sekresi kalsium dan fosfat

Meningkatkan kalsium dan fosfat yang dilepaskan dari tulang

CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Proporsi cairan tubuh


Tubuh manusia terdiri atas cairan dan zat padat . 40 % tubuh manusia
merupakan zat padat seperti : protein , lemak , mineral , dan karbohidrat ,
material organic dan non anorganik . 60% sisanya adalah cairan .
Dari 60% komposisi cairan , 20% merupakan cairan intraseluler dan 40 %
merupakan cairan intraseluler . 4% cairan intraseluler berada dalam pembulu
darah berupa plasma darah dan 16% terdapat di intertisial . Perbedaan yang
penting pada plasma dan cairan adalah adanya protein yang larut dalam plasma
sedangkan di interstisial tidak ada.

Pergerakan cairan tubuh


Pergerakan antar kompartemen (intrasel , plasma dan intersitisial ) dikontrol oleh
2 kekuatan yaitu :
-

Tekanan Hidrostatik

Merupakan tekanan yang mendorong air untu k keluar dari plasma ke intersitisial
. Tekanan tersebut sekitar 282 mOsmle/L . Tekanan osmotic merupakan tekanan
yang mempertahankan air tetap dalam plasma dan menarik air dari intertisial.
Tekanan osmotic sekitar 281 mOsmole/L
Pergerakan cairan terdapat 3 proses :
1.

Difusi

merupakan proses dimana partikel yang terdapat dalam cairan bergerak dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan. Cairan
dan elektrolit didifusikan sampai menenambus membran sel. Kecepatan difusi
dipengaruhi oleh ukuran molekul, konsenrasi larutan, dan temperatur.
2.

Osmosis

merupakan bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui membran


semipermeabel dari larutan yang berkonsentrasi lebih rendah ke konsentrasi
yang lebih tinggi yang sifatnya menarik.
3.

Transpor aktif

Proses transpor aktif memerlukan energi metabolisme. Proses tranpor aktif


penting untuk mempertahankan keseimbangan natrium dan kalsium antara
cairan intraseluler dan ekstraseluler. Dalam kondisi normal, konsentrasi natrium
lebih tinggi pada cairan intraseluler dan kadar kalium lebih tinggi pada cairan
ekstraseluler.

Edema diakibatkan ketidak seimbangan pergerakan cairan. Hal ini terjadi


karena :
1.

Protein plasma keluar dari sirkulasi saat dinding pembuluh darah rusak.

2.

Pada penyakit hati dimana terjadi penurunan sintesis protein plasma.

3.

Peningkatan tekanan hidrostatik.

4.

Obstruksi pembuluh limfatik.

5.
Reaksi peradangan, respon terhadap infeksi, atau kerusakan jaringan
sehingga kapiler menjadi lebih permeabel.

fungsi air dalam tubuh


1.

Untuk tranfortasi nutriens dan zat buangan.

2.

Sebagai media reaksi kimia.

3.

Sebagai pelarut elektrolit dan zat terlarut lainnya.

4.

Membantu mempertahankan suhu tubuh.

5.

Untuk transport enzim, hormon, sel darah dan zat zat lain.

Elektrolit
Eletrolit adalah senyawa yang dapat menjadi ion saat larut . Ion yang bermuatan
positif disebut kation sedangkan ion bermuatan negative disebut anion . Non
eletrolit adalah zat yang saat larut tidak membentuk ion .
Natrium / Sodium
Konsentrasi natrium di ekstrasel lebih tinggi dari intrasel . Natrium merupakan
oin yang penting dalam pengaturan tekanan osmotic . Konsentrasi natrium
dicairan ektrasel sekitar 142 mEq/L . Jika keadaan konsentrasi Na redah dari nilai
normalnya desebut dengan hiponatremi . Didalam tubuh natrium berfungsi untuk
:
1.

Membantu kotrol kontraksi otot

2.

Membantu mempertahankan iritabilitas neoromuskuler

3.

Mempertahankan volume darah

4.

Pengaturan volume cairan ekstraseluler

5.

Stimulasi kondisi impuls syaraf

Kalium/potassium
Sekitar 4,5 mEq/L di cairan ektrasel , konsentrasi intrasel lebih tingi daripada
ekstrasel . konsentrasi lebih tinggi dari normal disebut hiperkalemi sedangkan
konsentrasi lebih rendah disebut hipokalemi .
Kalium berfungsi :
1.

Mengatur keseimbangan cairan dan eletrolit di intrasel

2.

Membantu peningkatan transmisi impuls syaraf terutama di jantung

3.

Membantu transformasi karbohidrat menjadi energy

4.
Membantu keseimbangan asam basa melalui pertukaran dengan ion
hydrogen

Hormon yang terkait dengan pengaturan cairan dan eletrolit


Hormon yang terkait dalam pengaturan keseimbangan cairan dan eletrolit
diantaranya adalah : ADH , Aldosteron dan Atrial Natriuretik peptide

Pengaturan Keseimbangan Asam Basa


Asam adalah molekul yang mengandung atom hydrogen yang dapat melepaskan
ion hydrogen dalam larutan.
Basa adalah ion atau molekul yang dapat menerima ion hydrogen seperti ion
bikarbonat
Pertahanan Tubuh Terhadap Ion Hidrogen
Jika terjadi perubahan konsentrasi ion hydrogen dalam tubuh , maka tubuh akan
menjadi lebih asam . Keadaan asam ini akan menganggu mekanisme kerja dari
tubuh terutama reaksi-reaksi kimia yang membutuhkan tingkat keasaman sesuai
dengan keasaman normal . Tubuh memiliki mekanisme pengaturan agar
menjaga keasaman tetap dalam keadaan normal melalui 3 cara : Sistem
penyangga asam basa kimiawi dalam cairan tubuh , pengaturan oleh pusat
pernafasan dan pengaturan jangka panjang oleh ginjal .
1.
a.

System penyangga sismtem hydrogen dalam cairan tubuh berupa


System penyangga bikarbonat ( penyangga ektra seluler)

b.

System pecaga fosfat (penyangga intraseluler dan cairan tubulus ginjal)

c.

System penyangga protein terutama dalam sel

2.
Pengaturan pernafasan untuk membuang C02 melalui proses ekpirasi di
paru-paru akan mengimbangi pembentukan Co2 metabolik. Peningkatan
ventilasi alveolus akan menurunkan konsentrasi ion hydrogen cairan ektraseluler
dan meningkatkan PH. Peningkatan konsentrasi ion hydrogen akan merangsang
ventilasi alveolus.
3.

Control keseimbangan asam basa oleh ginjal

Ginjal memberikan peranan yang sangat penting dalam pengaturan


keseimbangan asam basa. Ginjal merupakan organ pengatur keseimbangan
asam basa yang paling kuat dan dapat bekerja dalam jangka waktu lama setelah
upaya pengaturan keseimbangan asam basa oleh system penyangga dalam
cairan tubuh dan pernafasan. Sekresi ion hydrogen dan reabsorsi ion bikarbonat
terjadi di tibulus ginjal.

CO2 + H2O

H2CO3

H + HCO3

Nilai normal

pH = 7,35 7,45
PCO = 35 45
PO = 80 95
HCO = 22 26
SaO = 96 97 %

Normal

Asidosis
Respiratorik
Alkalosis
respiratorik
Asidosis metabolik
Alkalosis metabolik

pH

H+

PCo2

HCo3

7,47,35

40mEq/L

40mEq/
L

24 mEq/L

Perbedaan Asidosis dengan alkalosis

1.
Asdidosis respiratorik dapat di sebabkan oleh penurunan pentilasi dan
pembentukan PCO
2.
Asidosis metabolik dapat disebabkan oleh penurunan konsentrasi
bikarbonat cairan ekstraseluler.
3.
Alkalsis respilatorik dapat disebabkan oleh peningkatan pentilasi dan
penurunan PCO seprti pada pasien dengan neurosis dan mendaki.
4.
Alkalosis metabolik dapat disebabkan peningkatan konsentrasi bikarbonat
pada cairan ekstraseluler.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA SISTEM PERKEMIHAN


A.
Urinalisis
Urialisis dapat meberikan informasi klinik yang penting. Urinalisis merupakan pemeriksaan
rutin pad sebagian besar kondisi klinis, pemeriksaan urin menangkup evluasi hal-hal berikut:
1. Observasi warna dan kejernihan urin.
2. Pengkajian bau urin
3. Pengukuran keasaman dan berat jenis urin.
4. Tes untuk memeriksa keberadaan protein, glukosa, dan badan keton dalam urin (masingmasing untuk proteinuria, glukosuria, da ketonoria)
5. Pemeriksaan mikroskopik sedimen urin sesudah melakukan pemusingan (centrifuging)
untuk mendeteksi sel darah erah (hematuria), sel darah putih, slinder (silindruria), Kristal
(kristaluria), pus (piuria) dan bakteri (bakteriuria).
Cara Pengumpulan Sampel Urin
Pengumpulan sampel urin dilakukan sewaktu bangun tidur pagi, karena specimen ini lebih
pekat dan lebih besar kemungkinannya untuk mengungkapkan abnormalitas. Spesimen
tersebut dikumpulkan dalam wadah yang bersih dan dilindungi terhadap kontaminasi bakteri
serta perubahan kimiawai. Semua specimen harus diseimpan dalam lemari pendingin. Karena
jika dibiarkan dalam suhu kamar urin akan menjadi alkalis akibat kontaminasi bakteri
pemecah ureum dari lingkungan sekitarnya.
B. Pemeriksaan Fungsi Ginjal

Tes fungsi ginjal dilakukan untuk mengevaluasi beratnya penyakit ginjal dan mengikuti
perjlanan klinik. Pemeriksaan ini juga memberikan informasi tentang efektifitas ginjal dalam
melaksanakan fungsi ekskresinya. Fungsi ginjal dapat dikaji secara lebih akurat jika
dilakukan dibeberapa pemeriksaan dan kemudian asilnya dianalisis bersama. Pemeriksaan
fungsi ginjal yang umum dilakukan adalah kemampuan pemekatan ginjal klirens kreatinin,
kadar kreatinin serum dan nitrogen urea darah (BUN).
C. Ultrasound
Ultrasound atau pemeriksaaan USG menggunakan gelombang suara yang dipancarakan ke
dalam tubuh untuk mendeteksi abnormalitas. Organ-organ dalam system urinarius akan
menghasilkan gambar-gambar ultrasound yang khas. Abnormalitas seperti akumulasi cairan,
massa, malformasi, perubahan ukuran organ ataupun obstruksi dapat diidentifikasi.
Pemeriksaan USG merupakan teknik noninvasif dan tidak memerlukan persiapan khusus
kecuali menjelaskan prosedur serta tujuannya kapada pasien. Karena sensitivitasnya,
pemeriksaan USG telah menggantikan banyak prosedur diagnosis lainnya sebagai tindakan
diagnostic pendahuluan.
D. Pemeriksaan Sinar-X dan Pencitraan lainnya
Dalam pemeriksaan ini dibagi ke dalam beberapa macam, yaitu :
1. Kidney, Ureter and Bladder (KUB)
Pemeriksaan radiologi abdomen yang dikenal dengan istilah KUB dapat dilaksanakan untuk
melihat ukuran, bentuk serta posisi ginjal dan mengidentifikasi semua kelainan seperti batu
dalam ginjal atau traktus urinarius, hidronefrosis (distensi pelvis ginjal), kista, tumor atau
pergeseran ginjal akibat abnormalitas pada jaringan disekitarnya.
2. Pemindai CT dan Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Pemeriksaan pemindai CT dan MRI merupakan teknik noninvasive yang akan memberikan
gambar penampang ginjal serta saluran kemih yang sangat jelas. Kedua pemeriksaan ini akan
memberikan informasi tentang luasnya lesi invasive pada ginjal.
3. Urografi Intravena (Ekskretori Urogram atau intravenous pyelogram)
Pemeriksaan urografi intravena yang juga dikenal dengan nama intravenous
pyelogaram(IVP) memungkinkan visualisasi ginjal ureter dan kandung kemih. Media kontras
radiopaque disuntikan secara intravena dan kemudian dibersihkan dari dalam darah serta
dipekatkan oleh ginjal. Tebal nefrotomogram dapat dilaksanakan sebagai bagian dari
pemeriksaan untuk melihat berbagai lapisan ginjal serta struktur difus dalam setiap lapisan
dan untuk membedakan massa atau lesi yang padat dari kista didalam ginjal atau trakrus
urinarius. Pemeriksaaan IVP dilaksanakan sebagai bagian dari penkajian pendahuluan
terhadap semua masalah urologi yang dicurigai, khususnya dalam menegakan diagnose lesi
pada ginjal dan ureter. Pemeriksaan ini juga memberikan perkiraan kasar terhadap fungsi
ginjal. Sesudah media kontras (sodium diatrisoat atau meglumin diatrisoat) disuntikan secara
intravena, pembuatan foto rontgen yang multiple dan seril yang dilakukan untuk melihat
struktur drainase.
4. Pielografi retrograd. Dalam pielografi retrograd, kateter uretra dimasukan lewat ureter ke
dalam pelvis ginjal dengan bantuan sistoskopi. Kemudian media kontras dimasukkan dengan
gravitasi atau penyuntikan melalui kateter. Pielografi retrograd biasanya dilakukan jika

pemeriksaan IVP kurang memperlihatkan dengan jelas system pengumpul. Pemeriksaan


pielografi retrograd jarang dilakukan dengan semakin majunya teknik-teknik yang digunakan
dalam urografi ekskretorik.
5. Infusion drip pyelography merupakan pemberian lewat infuse larutan encer media kontras
dengan volume yang besar untuk menghasilkan opasitas parenkim ginjal dan mengisi seluruh
traktus urinarius. Metode ini berguna bila teknik urografi yang biasa dikerrjakan tidak
berhasil memperlihatkan struktur drainase.
6. Sistogram, sebuah kateter dimasukkan kedalam kandung kemih, dan kemudian media
kontras disemprotkan untuk mellihat garis besar dinding kandung kemih serta membantu
dalam mengevaluasi refluks vesikouretral. Sistogram juga dilakukan bersama dengan
perekaman tekanan yang dikerjakan secara bersamaan di dalam kandunng kemih.
7. Sistouretrogram menghasilkan visualilsasi uretra dan kandung kemih yang bisa dilakukan
melalui penyuntikan retrograde media kontras ke dalam uretra serta kandunng kemih atau
dengan pemeriksaan sinar X sementara pasien mengekskresikan media kontras.

8. Angiografi renal. Prosedur ini memungkinkan visualisasi arteri renalis. Arteri femoralis
atau aksilaris ditusuk dengan jarum khusus dan kemudian sebuah kateter disisipkan melalui
arteri femoralis serta iliaka ke dalam aorta atau arteri renalis. Media kontras disuntikkan
untuk menghasilkan opasitas suplai arteri renalis. Angiografi memungkinkan evaluasi
dinammika aliran darah, memperlihatkan vaskulatur yang abnormal dan membantu
membedakan kista renal dengan tumor renal.
E. Endourologi (prosedur endoskopi urologi)
1. Pemeriksaan sistoskopi
merupakan metode untuk melihat lanngsung uretra dan kandung kemih. Alat sistokop, yang
dimasukan melalui uretra ke dalam kandung kemih, memiliki system lensa optis yang sudah
ada pada alat itu sendiri sehingga akan meemberikan gambar kandung kemih yang diperbesar
dan terang. Sistoskop tersebut dapat dimanipulasi untuk memungkinkan visualisasi uretra dan
kandung kemih secara lengkap selain visualisasi orifisium uretra dan uretra pars prostatika.
Kateter uretra yang halus dapat dimasukan melalui sistoskop sehingga ureterdan pelvis ginjal
dapat dikaji. Sistoskop juga memungkinkanahli urologi untuk mendapatkan spesimen urin
dari setiap ginjal guna mengevaluasi fungsi ginjal tersebut. Alat forceps dapat dimasukkan
melalui sistoskop untuk keperluan biopsi. Batu dapat dikeluarkan dari uretra, kandung kemih
dan ureter melalui sistoskop. Alat endoskop dimasukkan dengan melihatnya secara langsung.
Uretra dan kandunng kemih diinspeksi. Larutan irigasi steril disemprotkan untuk
menimbulkan distensi kandung kemih dan membilas keluar semua bekuan darah sehinngga
visualisasi menjadi lebih baik. Penggunaan cahaya denngan intensitas tinggi dan lensa yang
bisa ditukar-tukar memungkinkan visualisasi yang sangat baik serta memudahkan pembuatan
gambar-gambar yang diam dan yang bergerak dari struktur ini. Sebelum melaksanakan
prosedur pemeriksaan dapat diberikan preparat sedativ. Anestesi topical local disemprotkan
kedalam uretra sebelum ahli urologi memasukkan alat sistoskop. Pemberian diazepam
(valium) intravena bersama dengan preparat anestesi topical uretra dapat diberikan. Sebagai
alternative lain dapat dilakukan anestesi spinal atau umum.

Setelah menjalani pemeriksaan sistoskopik, kadang-kadang penderita kelainan patologik


obstruktif mengalami retensi urin sebagai akibat dari edema yang disebabkan oleh
instrumentasi. Penderita hyperplasia prostat harus dipantau dengan cermat akan adanya
kemungkinan retensi urin. Pasien yang menjalani instrumentasi traktus urinarus (yaitu,
sistoskopi) perlu dipantau untuk mendeteksi tanda-tanda dan gejala infeksi urinarius. Edema
uretra yang terjadi sekunder akibat trauma local dapat menyumbat aliran urin, oleh karena itu
pemantauan akan adanya tanda-tanda dan gejala obstruksi pada pasien juga perlu dilakukan.
2. Brush biopsy ginjal dan uretra
Teknik brush biopsy akan menghasilkan informasi yang spesifik apabila hasil pemeriksaan
radiologi ureter atau pelvis ginjal yang abnormal tidak dapat menunjukan apakah kelainan
tersebut merupakan tumor, batu, bekuan darah atau hanya artefak. Pertama-tama dilakukan
pemeriksaan sistoskopik. Kemudian dipasang kateter uretra yang di ikuti oleh tindakan
memasukkan alat sikat khusus (biopsy brush) melalui kateter tersebut. Kelainan yang
dicurigai disikat maju mundur secara teratur untuk mendapatkan sel-sel dan fragmen jaringan
permukaan untuk pemeriksaan analisis histology. Setelah prosedur pemeriksaan selesai
dilakukan, pemberian cairan infus dapat dilakukan untuk membersihkan ginjal dan mencegah
pembentukan bekuan darah. Urin dapat mengandung darah (yang biasanya menjadi jernih
dalam waktu 24-48 jam) akibat perembesan pada tempat penyikatan.

3. Endoskopi renal (nefroskopi)


Merupakan pemeriksaan dengan cara memasukkan fiberskop kedalam pelvis ginjal melalui
luka insisi (pielotomi) atau secara perkkutan untuk melihat bagian dalam pelvis ginjal,
mengelluarkan batu, melakukan biopsi lesi yang kecil dan membantu menegakan diagnose
hematuria serta tumor renal tertentu.
4. Biopsi ginjal
Bopsi ginjal dilakukan dengan menusukan jarum biopsi melalui kulit kedalam jaringan renal
atau dengan melakukan biopsi terbuka melalui luka insisi yang kecil didaerah pinggang.
Pemeriksaan ini berguna untuk mengevaluasi perjalanan penyakit ginjal dan mendapatkan
specimen bagi pemeriksaan mikroskopik electron serta imunofluoresen, khususnya bagi
penyakit glomerulus.Sebelum biopsi dilakukan, pemeriksan koagulasi perlu dilakukan lebih
dahulu untuk mengidentifikasi setiap resiko terjadinya perdarahan pascabiopsi.
Prosedur, pasien dipuasakan selama 6 hingga 8 jam sebelum pemeriksaan. Set infuse
dipasang. Spesimen urin dikumpulkan dan disimpan untuk dibandingkan dengan specimen
pascabiopsi. Jika akan dilakukan biopsi jarum pasien diberitahukan agar menahan nafas
ketika jarum biopsi ditusukan. Pasien yang sudah dalam keadaan sedasi di tempatkan dalam
posisi berbaring telungkup dengan bantal pasir diletakan dibawah perut. Kulit pada lokasi
biopsy diinfiltrasi denngan preparat anestesi local. Lokasi jarum dapat dipastikan melalui
fluuoroskopi atau ultrasound dengan menggunakan teknik khusus. Pada biopsi terbuka
dilakukan insisi yang kecil didaerah ginjal dapat dilihat secara langsung.

5. Pemeriksaan radio isotop


Merupakan tindakan noninvasive yang tidak mengganggu prosesfisiologik normal dan tidak
memerlukan persiapan pasien yang khusus. Preparat radiofarmaseutikal disuntikan intravena.

Pemeriksaan dilakukan dengan kamera skintilasi yang ditempatkan disebelah posterior ginjal
sementara pasien berada dalam posisi telentang,telungkup atau duduk. Gambar yang
dihasilkan (yang disebut pemindai) menunjukan distribusi preparat radiofarmaseutikal
didalam ginjal.
Pemeriksaan pemindai Tc menghasilkan informasi tentang perfusi ginjal dan sangat berguna
untuk menunjukan fungsi ginjal yang buruk. Pemeriksaan pemindai hippurate memberikan
informasi tentang fungsi ginjal.
6. Pengukuran urodinamik
Pengukuran urodinamik menghasilkan berbagai pemeriksaan fisiologik dan structural untuk
mengevaluasi fungsi kandung kemih serta uretra dengan mengukur :
a. Kecepatan aliran urin
b. Tekanan kandung kemih pada saat buang air kecil dan saat istirahat
c. Resitensi uretra internal
d. Kontras serta relaksasi kandung kemih
Tekanan abdominal , kandung kemih serta detrusor, aktivitas sfingter, inervasi kandung
kemih, tonus otot dan reflex sacrum dikaji. Berikut ini merupakan pengukuran urodinamik
yang paling sering dilakukan :
e. Uroflometri (kecepatan aliran) merupakan rekaman volume urin yang mengalir melalui
ureter per satuan waktu (ml/s)
f. Sistometrogram merupakan rekaman grafik tekanan dalam kadung kemih (intra vesikal)
pada berbagai fase pengisian dan pengosongan kandung kemih untukmengkaji fungsinya.
Selama prosedur pemeriksaan dilakukan, jumlah cairan yang dimasukan dan dikeluarkandari
kandung kemih disamping rasa penuh pada kandung kemih dan keinginan untuk buang air
kecil harus dicatat. Kemudian semua hasil ini dibandingkandengan tekanan yang diukur
dalam kandung kemih selama pengisian kandung kemih dan berkemih. Pertama-tama pasien
diminta untuk berkemih, dan dokter mengamati lamanya waktu yang diperlukan untuk
memulai, ukuran, kekuatan serta kontinuitas aliran urin, dan derajat mengajan serta adanya
hesitancy. Kateterretensi dimasukan melalui uretra kedalam kandung kemih. Volume sisa
diukur dan kateter tersebut dibiarkan pada tempatnya. Kateter uretral dihubungkan dengan
manometer air, dan larutan steril dibiarkan mengalir kedalam kandung kemih dengan
kecepatan biasanya 1 ml/s. pasien memberitahukan dokter pada saat terasa ingin buang air
kecil, dan pada saat kandung kemih terasa penuh. Derajat pengisian kandung kemih pada
kedua situasi ini dicatat. Tekanan diatas tingkat nol pada simfisis pubis diukur, dan tekanan
serta volume dalam kandung kemih diukur serta dicatat.
g. Profil tekanan uretra mengukur resitensi uretra disepanjang uretra. Gas dan cairan
dimasukkan melalui sebuah kateter yang ditarik keluar sambil mengukur tekanan disepanjang
dinding uretra.
h. Sistouretrogram memungkinkan visualisasi uretra dan kandung kemih yang dapat
dilakukandengn penyntikan retrograd atau dengan mengeliminasi media kontras.
i. Pada voiding cystourethogram, kandung kemih diisi dengan media kontras dan pasien
berkemih sementara foto-foto spot dibuang dpengn cepat. Ada tidaknnya refluks
vesikouretral atau kelainan congenital pada traktus urinarius inferior dapat diperlihatkan.
Voidingcystourethrogram juga digunakan untuk menyelidiki kesulitan dalam pengosongan
kandung empedu dan inkontinensia.
j. Elektromiografi meliputi penempatan elektroda dalam otot dasar panggul dan fingter ani
untuk mengevaluasi fungsi neuromuskuler traktus urinarius inferior.

DAFTAR PUSTAKA

____Scanlon,Valerie C dan Sanders Tina.,2006.,BUKU AJAR ANATOMI &


FISIOLOGI.,Jakarta :EGC.
_____Smeltzer,Suzanne C dan Bare Brenda G.,2001.,BUKU AJAR KEPERAWATAN
MEDIKAL BEDAH.,Jakarta : EGC.

A.

LATAR BELAKANG

Transplantasi organ manusia yang pertama kali berhasil di lakukan


adalah transplantasi ginjal pada tahun 1953. Karena donor darah dan penerima
darh adalah kembar identik, tidak terjadi reaksi penolakan. Sejak itu telah ribuan
transplantasi ginjal di lakukan, dan perkembangan pengobatan imunosupresif
telah memungkinkan sebagian besar orang dapt hidup normal dengan ginjal
donor. Walaupun biasanya seseorang memiliki dua ginjal, namun telah terbukti
satu ginjal mampu menjalankan kerja yang kompleks, yang di perlukan untuk
mempertahankan cairan tubuh(Valerie c.scanlon, 2007).
System perkemihan terdiri atas dua ginjal, dua ureter, vesika urinaria dan uretra.
Pembentukan urine merupakan fungsi ginja, sedanhakan bagian lain system
perkemihan berfungsi dalam pembuangan urine, sel-sel tubuh memproduksi zatzat sisa seperti, urea, kreatinin, dan ammonia, yang harus di buang dari darah
sebelum zat-zat tersebut berakumulasi dan mencapai kadar toksik. Selain
membentuk urine untuk mengekskresi produk sisa tersebut, ginjal juga
mempunyai beberapa fungsi (Tarwoto, 2009) :
1.

Pengaturan volume darah melalui pembuangan air

2.

Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis racun.

3.

Mempertahankan susasana keseimbangan cairan.

4.
Memepertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam
tubuh.
5.
Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari protein ureum,
kreatimin, dan amoniak.
Proses pembentukam urine membantu mempertahankan komposisi,
volume, dan ph darah dan cairan jaringan dengan membuang zat-zat yang dapat
mengacaukan kekonstanan normal dan keseimbangan cairan dan ekstraseluler
tersebut.

Sistim perkemihan merupakan organ vital dalam melakukan ekskresi dan


melakukan eliminasi sisa sisa hasil metabolisme tubuh. Aktivitas sistim
perkemihan dilakukan secara hati hati untuk menjaga komposisi darah dalam
batas yang bisa diterima. Setiap adanya gangguan pada sistim tersebut akan
memberikan dampak yang merugikan. Beberapa jenis gangguan pada saluran
kemih yang saling mempengaruhi dan sering kali terjadi pada klien dengan lama
perawatan baik di pelayanan kesehatan maupun di rumah adalah inkontinensia
urin, retensi urin atau pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna dan
infeksi saluran kemih. Kondisi ini banyak ditemukan pada unit perawatan jangka
panjang pada pelayanan kesehatan, dan pada beberapa kasus dapat mengancap
jiwa. Perawat mungkin tidak menyadari penyebab mendasar dari disfungsi
kandung kemih dan dalam banyak kasus terutama dipengaruhi oleh faktor
degeneratif. (Kelly, CE, 2004).

Di seluruh dunia, masalah pada sistim perkemihan mencapai 45,15/100.000,


dimana insiden tertinggi pada wanita. Walaupun dapat terjadi pada semua usia,
gangguan pada sistim perkemihan umumnya terjadi pada populasi lanjut usia.
Mortalitas sebelum usia 30 tahun relatif rendah, setelah usia 30 tahun meningkat
tajam. Rasio kelamin mortalitas adalah 2,59. (Strayer, Darlene A & Tanja Schub,
2006).
Di Indonesia, masalah penyakit sistem perkemihan yang terbanyak adalah
disfungsi kandung kemih dengan masalah klinis inkontinensia urin (UI), retensi
urin (UR) dan ISK yang masuk dalam posisi 40 peringkat utama penyebab
kematian, rawat inap dan rawat jalan pada pusat layanan kesehatan selama
tahun 2004. Jumlah klien yang keluar rawat inap di rumah sakit di Indonesia
dengan diagnosis disfungsi kandung kemih pada tahun 2006 sebanyak 22.165
klien, sedangkan kasus baru pada rawat jalan sebanyak 14.053 kasus. (Ditjen
Bina Yanmedik, 2008).

B.

TUJUAN PENULISAN MAKALAH

1.

Tujuan Umum

Setelah pertemuan ini mahasiswa mampu memahami tentang sistem


perkemihan
2.

Tujuan Khusus

a.

Mahasiswa mampu memahami pengertian sistem perkemihan

b.

Mahasiswa mampu memahami tentang ginjal dan fungsinya

c.

Mahasiswa mampu memahami organ-organ ginjal

d.

Mahasiswa mampu memahami pembuluh darah ginjal

e.
f.
C.
1.

Mahasiswa mampu memahami karakteristik dan eliminasi urine


Mahasiswa mampu proses pembentukan urine
MANFAAT PENULISAN MAKALAH
Bagi Mahasiswa

Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang sistem perkemihan.


2.

Bagi Institusi pendidikan

Sebagai masukan atau penambahan perpustakaaan yang dapat di


jadikan bahan bacaan untuk semua mahasiswa STIKES HI.

BAB II

PEMBAHASAN

A.

SISTEM PERKEMIHAN

Sistem perkemihan adalah suatu sistem yang didalamnya terjadi penyaringan


darah sehingga darah bebas dari zat yang digunakan oleh tubuh. Zat ini akan
larut dalam air dan dikeluarkan berupa urine. Zat yang dibutuhkan tubuh akan
beredar kembali dalam tubuh melalui pembuluh darah kapiler ginjal, masuk
dalam pembuluh darah dan beredar keseluruh tubuh. (Syaifuddin, 2011).
Fungsi utama sistem perkemihan adalah untuk keseimbangan cairan dan
elektrolit. Elektrolit terdiri dari ion-ion yang kemudian larut dalam air dan
keseimbangan terjadi ketika elektrolit yang masuk dalam tubuh sama dengan
yang dilepaskan. Hidrogen merupakan salah satu ion yang mempengaruhi
konsentrasi larutan dan keseimbangan asam basa atau pH. Fungsi utama yang
lain adalah pengeluaran toksik hasil metabolisme, seperti komponen-komponen
nitrogen khususnya urea dan kreatinin (Tarwoto, 2009). sistem perkemihan
merupakan sistem rangkaian organ yang terdiri atas ginjal, ureter, vesika
urinaria dan uretra.

B.

GINJAL

Kedua ginjal terletak di antara di kavitalis abdominis bagian atas, di kanan dan
kiri kolumna vertebralis di belakang peritoneum (retroperitoneal). Bagian atas
ginjal menempal pada permukaan bawah diafragma dan di lindungi oleh rangka
iga. Ginjal tertanam pada jaringan lemak yang berfungsi sebagai bantalan dan di
selimuti oleh membrane jaringan ikat fibrosa yang di sebut fascia renalis, yang
membantu menahan ginjal pada tempatnya (Valerie c. Scanlon, 2007)
Setiap ginjal memilki lekukan yang di sebut hilus di sisi medialnya. Pada hilus,
arteri renalis memasuki ginjal, sedangkan vena renalis dan ureter keluar. Arteri
renalis adalah salah satu cabang aorta abdominalis , vena renalis mengirim
darah ke vena kava inferior. Ureter membawa urine dari ginjal ke vesika urinaria.

C.

FUNGSI GINJAL

1.

Mempertahankan keseimbangan kadar asam atau basah dari cairan tubuh.

2.

Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis racun.

3.

Mempertahankan susasana keseimbangan cairan.

4.
Memepertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam
tubuh.
5.
Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari protein ureum,
kreatimin, dan amoniak.
6.
Sekresi rennin: bila tekanan darah turun, sel-sel jukstaglomerulus di
dinding atriol efferent menyekresi enzim
7.

Sekresi eritropoietin: hormone ini di sekresi bila kadar oksigen drah rendah.

8.
Aktivasi vitamin D: vitamin D terdapat dalam berbagai bentuk yang
nantinya akan di ubah menjadi kaliseferol oleh ginjal.

D.

STRUKTUR BAGIAN DALAM GINJAL

Pada korona atau bagian depan ginjal, dapat dibedakan menjadi tiga area
daerah terluar di sebut korteks renalis yang di susun oleh korpuskulum renalis
dan tubulus kontortus. Daerah tengah adalah medulla renalis yang di susun oleh
lengkung henle dan tubulus kolektivus (bagian dari nefron), medulla renalis
terdiri atas potongan-potongan berbentuk baji yang di sebut piramides renalis.
Ujung masing-masing pyramid adalah apeks atau papilla. Daerah ketiga adalah
pelvis renalis, daerah ini tidak berbentuk selapis jaringan, tetapi merupakan
sebuah rongga yang di bentuk oleh perluasan ureter dalam ginjal pada hilus.
Perluasan pelvis ginjal berbentuk corong, yang di sebut kaliks, menyelubungi
papilla piramides renales. Urine mengalir dari piramides renales ke dalam kaliks,
kemudian ke pelvis renalis dan keluar ke ureter.

E.

NEFRON

Nefron adalah unit structural dan fungsional ginjal. Setiap ginjal terdiri
atas kira-kira 1 juta nefron. Di dalam nefron, dengan pembuluh darah yang
berkaitan denganya, urine terbentuk. Setiap nefron terdiri atas 2 bagian besar
yaitu :
1.

Korpulus Renalis

Sebuah korpulus renalis terdiri atas sebuah glomerulus yang di kelilingi oleh
kapsul bowman. Glomerulus adalah suatu jaringan kapiler yang di bentuk dari
sebuah arteriol aferen dan sebuah arteriol eferen. Diameter arteriola eferen lebih
kecil daripada arteriola aferen, yang membantu mempertahankan tekanan darah
yang tinggi di dalam glomerulus.
Kapsul bowman (kapsula glomerulus) adalah ujung perluasan tubulus renalis
yang menutupi glomerulus. Lapisan dalam kapsul bowman memiliki pori dan
sangat permeable. Celah antara lapisan dalam dan lapisan luar kapsula bowman
berisi filtrasi ginjal, cairan yang berasal dari darah dalam glomerulus, dan
kemudian di ubah menjadi urine.
2.

Tubulus Renalis

Tubulus renalis adalah lanjutan kapsula bowman yang terdiri atas bagianbagian berikut:tubulus kontortus proksimal(dalam korteks renalis),lengkung
Henle (atau lengkung nefron,dalam medulla renalis),dan tubulus kontortus distal
(dalam korteks renalis).Tubulus kontortus distal dari beberap nefron bergabung
menjadi sebuah tubulus kolektifu. Beberapa tubulus kolektivus kemudian
bergabung untuk membentuk sebuah duktus papilaris,yang akan mengalirkan
urine ke dalam kaliks di pelvis renalis.
Seluruh bagian tubulus renalis dikelilingi oleh kapiler peritubular,yang
tersusun atas arteriola effren.Kapiler pertibuler akan menerima zat-zat yang
direabsorpsioleh tubulus ginjal;hal ini kan dijelaskan pada bagian pembentukan
urine.

F.

PEMBULUH DARAH GINJAL

Aliran darah ke ginjal merupakan bagian yang penting pada proses


pembentukan urine.Darah aorta abdominalis masuk ke arteri renalis,yang
kemudian bercabang-cabang menjadi arteri-arteri yang lebih kecil.Arteri-arteri
terkecil akan menjadi arteriol aferen dalam korteks ginjal.Dari arteriol
aferen,darah mengalir masuk ke gromeruli(kapiler-kapilernya),ke arteriola eferen
ke vena-vena dalam ginjal,ke vena renalis,dan akhirna masuk ke vena kava
inferior.Dalam jalur ini terdapat dua susuna kapiler,dan perlu diingat lagi bahwa
dalam kapiler-kapilerini pertukaran antara darah dan jaringan,di sekitarnya
terjadi.Oleh karena itu,didalam ginjal terdapat dua sisi pertukaran.Pertukaran
yang terjadi di kapiler ginjal akan membentuk urine dari plasma darah.

G. PEMBENTUKAN URINE
Pembentukan urine melibatkan tiga proses utama,proses pertama adalah filtrasi
glomerulus,yang berlangsung dikorpuskulum renalis.proses kedua dan ketiga
adalah reabsorpsi dan sekresi tubular,yang berlangsung ditubulus renalis.
1.

Filtrasi Glomerulus

Ingat kembali bahwa filtrasi adalah proses tekanan darah mendorong


plasmasehingga zat-zatterlarut keluar dari kapiler.Dalam filtrasi glomerulus
tekanan darah mendorong plasma,zat-zat terlarut serta protein berukuran kecil
keluar dari glomeruli dan masuk kekapsul Bowman.Cairan ini tidak lagi seperti
plasma,dan disebut filtrate ginjal. Tekanan darah didalam glomerulirelatif lebih
tinggi dibandingkan tekanan darah di dalam kapiler lainnya,yaitu sekitar
60mmHg.Tekanan didalam kapsula Bowman sangat rendah, dan lapisan di
dalamnya sangat permeable,sehimgga kira-kira20% sampai 25% darah yang
masuk ke gromeluli menjadi filtrate ginjal di kapsula Bowman.Sel-sel darah dan
protein berukuran besar terlalu besar untuk dikeluarkan dari glomeruli,sehingga
tetap berada didalam darah.Zat-zat sisa larut dalam plasma darah,sehingga
dapat lolos masuk ke filtrat ginjal.Zat-zat yang berguna,seperti nutrien dan
mineral,juga larut dalam plasmadan juga terdapat dalam filtrat ginjal.Oleh
karena itu,filtrat ginjal sangat miripdengan plasma darah,tetapi filtrat ginjal
mempunyai protein yang lebih sedikit,dan tidak ada sel-sel darah didalalamnya.
Laju Filtrasi Ginjal(Glomerular Filtration Rate,GFR)adalah jumlah filtrat ginjal
yang terbentuk oleh ginjal dalam satu menit;rata-rata 100 sampai 125 ml per
menit. GFR dapat berubah jika laju aliran darah melalui ginjal berubah.Jika aliran
darah meningkat,GFR akan meningkat dan akan lebih banyak filtrat dibentuk.Jika
aliran darah turun(seperti yang terjadi setelah perdarahan hebat),GFR akan
turun, sehingga filtrat yang dibentuk sedikit haluaran urine turun.
2.

Reabsorpsi Tubulus

Reabsorpsi tubulus berlangsung dari tubulus renalis ke kapiler


pertibuler.Dalam waktu 24 jam,ginjal membentuk 150 sampai 180 liter
filtrate,dan haluaran urine normal selama waktu itu adalah satu sampai dua
liter.Karena itu tampak bahwa sebagian besar filtrate ginjal tidak menjadi
urine.Sekitar 99% filtrat direabsorpsi kembali ke dalam darah kapiler

pertibuler.Hanya sekitar 1% filtarat akan masuk ke pelvis ginjal sebagai urine.


Sebagian besar reabsorpsi dan sekresi (sekitar 65%) terjadi di tubulus kontortus
proksimal,yang sel-selnya mempunyai mikrofil yang berfungsi memperluas
permukaannya. Tubulus kontortus distal dan tubulus kolektivus juga mempunyai
fungsi penting dalam reabsorpsi air.
a.

Mekanisme Reabsorpsi

1.
Transpor Aktif sel-sel tubulus ginjal menggunakan ATP untuk mentranspor
sebagian besar zat yang beramanfaat dari filtrat ke dalam darah.Zat-zat tersebut
antara lain,glukosa,asam amino,vitamin,dan ion-ion positif.Tubulus ginjal
memiliki nilai ambang reabsorpsi bagi beberapa di antara zat tersebut.Hal ini
berarti bahwa ada batasan tentang seberapa banyak tubulus ginjal dapat
memindahkannya dari filtrat.Sebagai contoh,jika kadar glukosa dalam filtrat
normal (menggambar kadar glukosa darah normal),tubulus akan mereabsorpsi
seleluruh glukosa,sehingga glukosa tidak akan ditemukan dalam
urine.Namun,jika kadar glukosa darah diatas normal ,jumlah glukosa dalam filtrat
juga diatas normal dan akan melewati nilai ambang reabsorpsi.Oleh karena
itu,dalam keadaan ini sejumlah glukosa akan terdapat dalam urine.
2.
Transpor Pasif: sejumlah ion negative di kembalikan ke dalam darah di
reabsorpsi, setelah di reabsorpsi ion-ion positif karena terjadi tarik menarik
antara muatan yang berbeda.
3.
Osmosis: reabsorpsi air mengikuti reabsorpsi mineral, terutama ion
natrium.
4.
Pinositosis: protein berukuran kecil terlalu besar untuk di reabsorpsi
dengan transfor aktif.
b.

Hormon Yang Mempengaruhi Reabsorpsi Air

1.
Hormon antidiuretik (ADH) berfungsi meningkatkan reabsorpsi air dan
filtrate ke dalam darah
2.
Hormone paratiroid (PTH) berfungsi meningkatkan reabsorpsi ion ca dari
filtrate ke dalam darah dan ekskresi ion-ion fosfat ke dalam filtrate
3.
Aldosteron berfungsi meningkatkan reabsorpsi air na dan filtrate ke dalam
darah dan ekskresi ion k ke dalam filtrate
4.
Atrial natiuretik hormone (ANH) berfungsi menurunkan reabsorpsi ion na
yang masih terdapat dalam filtrate, sehingga lebih banyak natrium dan air di
buang ke dalam urine.

3.

Sekresi Tubular

Mekanisme ini juga mengubah komposisi urine. Dalam sekresi tubular, zatzat secara aktif di sekresikan dari darah di kapiler peritubuluar ke dalam filtrate
di tubulus renalis. Zat-zat sisa, seperti ammonia dan sejumlah kreatinin, serta
produk metabolic obat di sekresikan ke dalam filtrate untuk di keluarkan ke
dalam urin. Ion-ion hydrogen (H) di sekresikan oleh sel-sel tubulus untuk
mempertahankan ph darah agar tetap normal.

H.

ELIMINASI URINE

Eliminasi urine terbagi menjadi tiga yaitu ureter, vesika urnaria dan
uretra yang tidak mengubah komposisi maupun jumlah urine, tetapi
bertanggung jawab terhadap pembuangan urine secara periodic.
1.

Ureter

Ureter merupakan saluran yang berbentuk tabung dari ginjal ke bladder,


pajangnya 25-30 cm dengan diameter 6 mm. Berjalan mulai dari pelvis renal
setinggi lumbal ke-2. Posisi ureter miring dan menyempit di 3 titik yaitu, di titik
asal ureter pada pelpis ginjal, titik saat melewati pinggiran pelpis dan titik
pertemuan dengan kandung kemih. Ada 3 lapisan jaringan pada ureter yaitu
epitelmukosa, bagian tengah lapisan otot polos dan bagian luarnya lapisan
fibrosa.
a.

Lokasi ureter

1. Pars abdominalis ureter : dalam kavum abdomen ureter terletak


dibelakang peritoneum sebelah media anterior muskulos psoas mayor dan
ditutupi oleh fasia subserosa.
2. Pars pelvis ureter : pars pelvis ureter berjalan pada bagian dinding lateral
dari kavum pelvis sepanjang tepi anterior dari insisura iskiadika mayor dan
tertutup oleh peritoneum.
3. Ureter pada pria : uretra pada pria terdapat dalam fisura seminalis, bagian
atasnya disilang oleh duktus deferens dan dikelilingi oleh pleksus vesikalis.
selanjutnya ureter berjalan obligue sepanjang 2 cm didalam dinding kandung
kemih pada sudut lateradari trigonum vesika.
4. Ureter pada wanita : uretra pada wanita terdapat dibelkang fosa ovarika
berjalan ke bagian medial dan kedepan bagian lateralis serviks uterus, bagian
atas vagina untukmencapai fundus vesika urinaria.
5.

Pembuluh darah ureter

1.

Arteri renalis

2.

Arteri spermatika interna

3.

Arteri hipogastrika

4.

Arteri vesikalis inferior

6.
Persarafan ureter : merupakan cabang dari pleksus menstrikus inferior,
pleksus pelvis. Sepertiga bawah dari ureter terisi oleh sel-sel saraf yang bersatu
dengan rantai eferens dan nervous fagus. Rantai eferens dan nervous torakalis
XI dan XII, nervous lumbalis I dan nervous fagus mempunyai trantai eferens
untuk uretra.
2.

Vesika Urinaria (kandung kemih)

Kandung kemih merupakan organ berongga dan berotot yang berfungsi


menampung. Urin sebelum dikeluarkan melalui uretra. Terletak pada rongga
pelvis, pada laki-laki kandung kemih berada dibelakang simfisis pubis dan

didepan rektum. Pada wanita kandung kemih berada dibawah uterus dan
didepan vagina. Dinding kandung kemih memiliki 4 lapisan jaringan yaitu :
lapisan paling dalam disebut mukosa yang menhasilkan mucus, lapisan
submukosa, lapisan otot polos yang satu sama lain membentuk sudut atau
disebut otot detrusor dan lapisan paling luar disebut serosa (Tarwoto, 2009).
3.

Uretra

Uretra merupakan alur sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang
berfungsi menyalurkan urine ke luar. Adanya spinter uretra interna yang
dikontrol secara involunter memungkinkan urine dapat keluar serta spinter
uretra eksterna memungkinkan pengeluaran urine dapat dikontrol ( Syaifuddin,
2011).
a.

Uretra pria

Pada laki-laki uretra berjalan berkelok-kelok melalui tengah-tengah prostat


kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagian
penis panjangnya kurang lebih 20cm. Uretra laki-laki terdiri dari:
1.

Uretra prostatia

2.

Uretra nembranosa

3.

Uretra kevernosa

Lapisan uretra laki-laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam) dan
lapisan submukosa. Uretra pria mulai dari orifisium uretra interna didalam vesika
urinaria sampai orifisium uretra eksterna. Pada penis panjangnya 17,5-20cm.
b.

Uretra wanita

Pada wanita, terletak dibelakang simfisis pubis bejalan miring sedikit kearah
atas, panjangnya kurang lebih 3-4 cm. Mulai dari orifisium uretra internal sampai
orifisium uretra eksterna. Pada dinding anterior vagina menjurus obligue
kebawah dan menghadap kedepan. Apabila tidak berdilatasi diameternya 6 cm.
Uretra ini menembus vasia diafragma urogenitalis dan orifisium eksternal
langsung didepan permukasan vagina. Jaraknya kurang lebih 2,5 cm dibelakang
gland klitoris, glandula uretra bermuara ke uretra yang terbesar diantaranya
adalah glandula parauretralis (skene) yang bermuara kedalam orifisium uretra
yang hanya berfungsi sebagai saluran ekskresi.

Diafragma urogenetalis dan orifisium eksternal berada di permukaan vagina dan


2,5 cm dibelakang gland klitoris. Uretra wanita jauh lebih pendek pada uretra
pria dan terdiri atas lapisan otot polos yang diperkuat oleh sfingter otot rangka.
Pada muaranya ditandai dengan banyak sinus venosus mirip jaringan kavernosa.
Lapisan uretra wanita terdiri atas:
1.

Tunika muskularis

2.

Lapisan spongeosa berjalan pleksus dari vena-vena

3.

Lapisan mukosa sebelah dalam.

I.

KARAKTERISTIK URINE

Karakteristik urine baik fisik maupun kimia sering di evaluasi sebagai bahan
urinalisis. Beberapa di antaranya di jelaskan sbb:
a.

Jumlah urine

Urine yang keluar secara normal selama 24 jam sekitar 1-2 liter. Ada banyak
faktor yang dapat merubah jumlah haluaran urine secara signifikan, keringat
berlebihan atau kehilangan cairan secara berlebihan saat diare dapat
menurunkan haluaran urine guna menghemat cairan tubuh.
b.

Warna

Warna kuning khas urine sering di samakan dengan warna jerami atau gading.
Urine yang pekat berwarna lebih kuning tua di banding urine yang encer.
c.

Berat jenis

Berat jenis urine sekitar 1,010-1,025, berat jenis di jadikan ukuran sebagai
jumlah zat yang terlarut dalam urine.
d.

Ph

Ph urine berkisar antara 4,6-8,0 dengan nilai rata-rata 6,0. Diet mempunyai
pengaruh terbesar terhadap urine, karena diet dapat menyebabkan urine basa.
e.

Unsure

Urine terdiri 95% air, yang melarutkan zat-zat sisa garam. Garam tidak termasuk
sebagai zat sisa sebenarnya, sebab garam masih bisa di gunakan saat di
butuhkan tetapi bila berlebuhan garam akan di sekresikan ke dalam urine.
f.

Limbah nitrogen (urea, kreatinin dan asam urat).

BAB III
PENUTUP
A.

KESIMPULAN

1.
Sistem perkemihan adalah suatu sistem yang didalamnya terjadi
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat yang digunakan oleh
tubuh. Fungsi utama sistem perkemihan adalah untuk keseimbangan cairan dan
elektrolit. Elektrolit terdiri dari ion-ion yang kemudian larut dalam air dan
keseimbangan terjadi ketika elektrolit yang masuk dalam tubuh sama dengan
yang dilepaskan. Fungsi utama yang lain adalah pengeluaran toksik hasil
metabolisme, seperti komponen-komponen nitrogen khususnya urea dan
kreatinin.
2.
Kedua ginjal terletak di antara di kavitalis abdominis bagian atas, di kanan
dan kiri kolumna vertebralis di belakang peritoneum (retroperitoneal). Bagian
atas ginjal menempal pada permukaan bawah diafragma dan di lindungi oleh
rangka iga.
3.
Fungsi ginjal Mempertahankan keseimbangan kadar asam atau basah dari
cairan tubuh,Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis
racun, Mempertahankan susasana keseimbangan cairan,Memepertahankan

keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh dan Mengeluarkan


sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari protein ureum, kreatimin, dan amoniak.
4.
Pembentukan urine melalui proses filtrasi glomerulus, reabsorpsi tubulus
dan sekresi tubular
5.

Eliminasi urine meliputi ureter, vesika urinaria dan uretra

6.
Karakteristik urine terdiri dari : jumlah, ph, warna, berat jenis unsure dan
limbah nitrogen.

B.
1.

SARAN
Bagi Mahasiswa

Setelah mempelajari secara lebih dalam tentang sistem perkemihan diharapkan


mahasiswa mampu memahami dan mengetahui apa yang telah dipelajari dan
diperoleh nya, serta memberikan manfaat bagi siapa saja yang
membutuhkannya.
2.

Bagi Institusi Pendidikan

Semoga dapat menambah bahan bacaan perpustakaan dan dapat memberikan


masukan bagi mahasiswa tentang sistem perkemihan.

DAFTAR PUSTAKA
Pearce, C. Evelyn (2010). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama
Syaifuddin (2011). Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika
Syaifuddin (2006). Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta :
EGC
Tarwoto, dkk (2009) Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta
: Trans Info Media
Scanlon c. Valerie (2007). Anatomi Dan Fisiologi. Jakarta: EGC

MEMBACA HASIL LAB PENYAKIT GINJAL (Darah + urine)


Untuk mengetahui kesehatan ginjal biasanya dilakukan dengan melakukan tes darah maupun
tes urine. Biasanya hasil tes laboratorium dibaca oleh Dokter sebagai orang yang
berkompeten untuk itu, tetapi tidak ada salahnya jika kita juga mengetahui informasi tentang
hal tersebut.
Pada bagian pertama ini akan dibahas yang berhubungan dengan ginjal terlebih dahulu.
Informasi ini diperoleh melalui situs The Indonesia Diatram Kidney Foundation dan beberapa

sumber lain:
Jika kita menguji melalui tes darah ada tes :
1. Ureum (Blood Urea Nitrogen)
Protein diserap tubuh melalui makanan seperti telur, ikan dan daging, sisanya yang tidak
terserap merupakan sampah yang disebut ureum yang mengandung nitrogen. Apabila ginjal
bekerja dengan baik, ureum tersebut akan dibuang bersama urin, namun apabila ginjal tidak
dapat berfungsi dengan baik ureum akan tinggal di dalam darah. Untuk itu BUN tes
dilakukan untuk mengukur kadar ureum dalam darah dan mengetahui performa ginjal dalam
melaksanakan tugasnya membersihkan darah. Hasil Normal : angka 5 s/d 25 mg/dl
2. Kreatinin
adalah sampah dari sisa sisa metabolisme yang dilakukan oleh aktivitas otot. Sama dengan
ureum, kreatinin akan menumpuk dalam darah apabila ginjal tidak berfungsi sebagaimana
mestinya untuk menyaring serta membuangnya bersama urin. Hasil Normal: 0.5 s/d 1.5 mg/dl
untuk pria dewasa0.5 s/d 1.3 mg/dl untuk wanita dewasa
3. Glumerolus Filtration RateGFR
merupakan cara terbaik untuk mengetahui seberapa baik fungsi ginjal dalam menjalankan
tugasnya. Dari penghitungan GFR dapat diketahui pada stadium berapa kerusakan ginjal
seseorang. Informasi yang dibutuhkan untuk menghitung GFR adalah hasil serum kreatinin,
usia dan berat badan.
Rumusnya bisa dihitung dengan 2 cara yaitu:
Nilai ini dihitung dengan rumus Cockcroft-Gault atau MDRD (modification of diet in renal
disease) sebagai berikut :

(140-Umur) x Berat Badan


Cockcroft-Gault : Klirens Kreatinin = ------------------------------- x (0,85, jika wanita)
(ml/menit)
72 x Kreatinin Serum
MDRD : Laju Filtrasi Glomerulus = 186 x (Kreatinin Serum) -1,154 x (Umur) -0,203 x
(0,742 jika wanita) x (1,210, jika kulit hitam)
(kedua rumus ini dari www.kidney.org)
Nilai GFR kurang dari 60 ml/menit/1,73m2, maka penyakit ginjal dapat ditegakkan.

Pada 2002, National Kidney Foundation AS menerbitkan pedoman pengobatan yang


menetapkan lima stadium chronic kidney disease (CKD) berdasarkan ukuran GFR yang
menurun. Pedoman tersebut mengusulkan tindakan yang berbeda untuk masing-masing
stadium penyakit ginjal.
Risiko CKD meningkat. GFR 90 atau lebih dianggap normal. Bahkan dengan GFR normal,
kita mungkin berisiko lebih tinggi terhadap CKD bila kita diabetes, mempunyai tekanan
darah yang tinggi, atau keluarga kita mempunyai riwayat penyakit ginjal. Semakin tua kita,
semakin tinggi risiko. Orang berusia di atas 65 tahun dua kali lipat lebih mungkin
mengembangkan CKD dibandingkan orang berusia di antara 45 dan 65 tahun. Orang
Amerika keturunan Afrika lebih berisiko mengembangkan CKD.
Stadium 1: Kerusakan ginjal dengan GFR normal (90 atau lebih). Kerusakan pada ginjal
dapat dideteksi sebelum GFR mulai menurun. Pada stadium pertama penyakit ginjal ini,
tujuan pengobatan adalah untuk memperlambat perkembangan CKD dan mengurangi risiko
penyakit jantung dan pembuluh darah.
Stadium 2: Kerusakan ginjal dengan penurunan ringan pada GFR (60-89). Saat fungsi ginjal
kita mulai menurun, dokter akan memperkirakan perkembangan CKD kita dan meneruskan
pengobatan untuk mengurangi risiko masalah kesehatan lain.
Stadium 3: Penurunan lanjut pada GFR (30-59). Saat CKD sudah berlanjut pada stadium ini,
anemia dan masalah tulang menjadi semakin umum. Kita sebaiknya bekerja dengan dokter
untuk mencegah atau mengobati masalah ini.
Stadium 4: Penurunan berat pada GFR (15-29). Teruskan pengobatan untuk komplikasi CKD
dan belajar semaksimal mungkin mengenai pengobatan untuk kegagalan ginjal. Masingmasing pengobatan membutuhkan persiapan. Bila kita memilih hemodialisis, kita akan
membutuhkan tindakan untuk memperbesar dan memperkuat pembuluh darah dalam lengan
agar siap menerima pemasukan jarum secara sering. Untuk dialisis peritonea, sebuah kateter
harus ditanam dalam perut kita. Atau mungkin kita ingin minta anggota keluarga atau teman
menyumbang satu ginjal untuk dicangkok.
Stadium 5: Kegagalan ginjal (GFR di bawah 15). Saat ginjal kita tidak bekerja cukup untuk
menahan kehidupan kita, kita akan membutuhkan dialisis atau pencangkokan ginjal..
Jika kita menggunakan Tes Urine, maka:
1. Urine hemoglobin (Heme)
adalah tes untuk melihat adanya darah dalam urin. Dalam kondisi normal darah tidak
ditemukan dalam urin. Apabila ditemukan darah dalam urin bisa menandakan adanya
kerusakan pada ginjal atau saluran kencing. Kadangkala aktivitas jogging, infeksi kandung

kemih, perokok berat dapat menyebabkan timbulya darah pada urin.


2. Creatine clearence
merupakan tes untuk melihat kecepatan dari ginjal untuk membuang kreatin dalam darah.
Untuk melakukan uji ini dibutuhkan urin 24 jam. Pemeriksaan urin ini juga akan dibarengin
dengan pemeriksaan darah untuk membandingkan jumlah kreatinin yang diproduksi dan yang
dibuang.
3. Albumin
adalah sejenis protein yang dapat diukur dalam urin. Test albumin adalah tes untuk mengukur
jumlah protein yang berhasil lewat dari ginjal dan keluar bersama urin. Pada ginjal yang sehat
protein tidak dapat lolos melewati ginjal karena protein merupakan molekul yang ukurannya
terlalu besar untuk dapat melewati pembuluh pembuluh darah di ginjal. Artinya apabila
ditemukan protein dalam urin menandakan adanya kerusakan pada ginjal.
4. Microalbuminuria
adalah tes yang dapat mendeteksi adanya kandungan protein dalam jumlah yang sangat kecil
yang tetrdapat dalam urin. Tes ini dilakukan karena menurut studi yang dilakukan pada
penderita diabetes menunjukkan bahwa meskipun adaya kerusakan ginjal sudah mulai
muncul terkadang sulit menemukan adanya protein dalam urin dengan menggunakan alat
khusus bernama disptick. Bagi penderita diabetes pemeriksaaan microalbuminaria
seyogyanya dilakukan sekurang - kurangnya sekali setahun

MEMBACA HASIL LAB URIN


Warna urin

Nilai normal: kekuningan jernih


Dalam keadaan normal, warna urin pagi (yang diambil sesaat setelah bangun pagi)
sedikit lebih gelap dibanding urin di waktu lainnya. Perubahan warna urin dapat terjadi
karena beberapa hal.
Hitam: baru mengkonsumsi tablet besi (ferri sulfat), sedang minum obat parkinson
(levodopa), methemoglobunuria.
Biru: mengkonsumsi obat antidepresi (amitriptilin), antibiotik saluran kemih
(nitrofurantoin), atau karena infeksi Pseudomonas pada saluran kemih.
Coklat: gangguan fungsi ginjal, mengkonsumsi antibiotik (sulfonamid atau
metronidazol), dan konsumsi obat parkinson (levodopa).
Kuning gelap (seperti teh): hepatitis fase akut, ikterus obstruktif, kelebihan vitamin
B2 / riboflavin, antibiotika (nitrofurantoin dan kuinakrin).
Oranye-merah: dehidrasi sedang, demam, konsumsi antikoagulan oral, trauma ginjal,
konsumsi deferoksamin mesilat, rifampisin, sulfasalazin, laksatif (fenolftalein).
Hijau: infeksi bakteri, kelebihan biliverdin, konsumsi vitamin tertentu.

Bening (tidak berwarna sama sekali): terlalu banyak minum, sedang minum obat
diuretik, minum alkohol, atau diabetes insipidus.
Seperti susu (disebut juga chyluria): filariasis atau tumor jaringan limfatik.

Berat jenis normal

Nilai normal: 1.003 s/d 1.030 g/mLNilai ini dipengaruhi sejumlah variasi, antara lain
umur. Berat jenis urin dewasa berkisar pada 1.016-1.022, neonatus (bayi baru lahir) berkisar
pada 1.012, dan bayi antara 1.002 sampai 1.006.
Urin pagi memiliki berat jenis lebih tinggi daripada urin di waktu lain, yaitu sekitar
1.026.
Berat jenis abnormal
Berat jenis urin yang lebih dari normal menunjukkan gangguan fungsi ginjal, infeksi
saluran kemih, kelebihan hormon antidiuretik, demam, diabetes melitus, diare / dehidrasi.
Berat jenis urin yang kurang dari normal menunjukkan gangguan fungsi ginjal berat,
diabetes insipidus, atau konsumsi antibiotika (aminoglikosida).
pH

Nilai normal: 5.0-6.0 (urin pagi), 4.5-8.0 (urin sewaktu)pH lebih basa: habis muntahmuntah, infeksi atau batu saluran kemih, dan penurunan fungsi ginjal. Dari faktor obatobatan: natrium bikarbonat, dan amfoterisin B.
pH lebih asam: diet tinggi protein atau diet tanpa kalori, diabetes melitus, asidosis
tuberkulosis ginjal, dan fenilketonuria. Dari faktor obat-obatan: diazoksid dan vitamin C.

Glukosa

Nilai normal: negatifDi Indonesia, glukosa urin biasanya diuji secara semikuantitatif
dengan uji reduktor (Benedict).

Pemeriksaan Benedict ini sebenarnya ditujukan untuk mendeteksi adanya glukosa, asam
homogentisat, dan substansi reduktor lainnya (misalnya vitamin C) dalam urin; sesuai dengan
mekanisme reaksi yaitu reduksi tembaga sulfat. Asam homogentisat bisa ada dalam urin
dalam jumlah besar pada individu dengan gangguan metabolisme asam amino alkohol
(fenilalanin dan tirosin). Karena faktor ini pemeriksaan glukosuria di negara maju telah
diganti
dengan
Clinistix.
Glukosa urin positif tidak selalu berarti diabetes melitus, walaupun memang penyakit ini
yang paling sering memberi hasil positif pada uji glukosa urin. Makna lain yang mungkin:

Penyakit ginjal (glomerulonefritis, nefritis tubular, sindroma Fanconi).

Penyakit hepar dan keracunan logam berat.


Faktor farmakologis (indometasin, isoniazid, asam nikotinat, diuretik tiazid,
karbamazepin).
Nutrisi parenteral total yang berlebihan (hiperalimentasi) dengan infus glukosa.

Protein

Nilai normal: negatif (uji semikuantitatif), 0.03-0.15 mg/24 jam (uji kuantitatif)
Protein dapat diuji dengan asam sulfosalisilat 20%, asam sulfat 6%, atau dengan
reagen strip. Pemeriksaan dengan reagen strip lebih banyak digunakan saat ini. Untuk anakanak di bawah 10 tahun nilai kuantitatif normal protein dalam urin sedikit lebih rendah
daripada dewasa, yaitu

Hasil abnormal (positif) dalam uji proteinuria dapat berarti:

Masalah nonginjal (gagal jantung kongestif, asites, infeksi bakteri, keracunan).


Keganasan (leukemia dan keganasan tulang yang bermetastasis).
Proteinuria sementara (pada dehidrasi, diet tinggi protein, stres, demam, postpendarahan). Penyakit ginjal (lupus, infeksi saluran kemih, nekrosis tubular ginjal).
Pada anak-anak sering karena sindroma nefrotik atau penyakit bawaan (ginjal
polikistik). Faktor farmakologis (amfoterisin B, semua aminoglikosida, fenilbutazon,
sulfonamid).

Keton

Nilai normal: negatif


Uji ketonuria dimaksudkan untuk mendeteksi adanya produk sampingan penguraian
karbohidrat dalam urin. Ketonuria dulu diperiksa dengan metode Rothera, dan sekarang
digunakan dipstik. Hasil positif dapat ditemukan pada ketoasidosis diabetik, alkoholisme, diet
tinggi lemak, penyakit glikogen, dan konsumsi obat-obatan tertentu (levodopa dan obat-obat
anestetik).

Urobilinogen

Nilai normal: 0.1-1 Ehrlich U/dL (dipstik), atau positif s/d pengenceran 1/20
(Wallace-Diamond) Urobilinogen klasik diperiksa dengan uji pengenceran Wallace-Diamond.
Cara ini sudah banyak digantikan oleh uji dipstik modern yang bersifat kualitatif.
Urobilinogenuria dapat disebabkan oleh
Penyakit hepar dan empedu (hepatitis akut, sirosis, kolangitis)
Infeksi tertentu (malaria, mononukleosis)
Polisitemia vera ataupun anemia
Keracunan timah hitam

Tidak ada urobilinogen sama sekali dalam urin bermakna ada obstruksi komplit pada
saluran empedu (kolelitiasis atau karsinoma pankreas). Dari faktor farmakologis:
kloramfenikol dan vitamin C menyebabkan urobilinogen urin berkurang.

Bilirubin
Nilai normal: negatif, maksimal 0.34 mol/L. Bilirubinuria dapat disebabkan oleh:
Penyakit hepar (sirosis, hepatitis alkoholik), termasuk efek hepatotoksisitas.
Infeksi atau sepsis.
Keganasan (terutama hepatoma dan karsinoma saluran empedu).

Nitrit

Nilai normal: negatif (kurang dari 0.1 mg/dL, atau kurang dari 100.000
mikroorganisme/mL) Nitrit urin digunakan untuk skrining infeksi saluran kemih.

Eritrosit

Nilai normal: 0-3 sel per lapang pandang besar Eritrosit dalam urin yang berlebihan
(mikrohematuria) dapat ditemukan pada urin wanita menstruasi dan perlukaan pada saluran
kemih; baik oleh batu, infeksi, faktor trauma, maupun karena kebocoran glomerulus.

Leukosit

Nilai normal: 2-4 sel per lapang pandang besar Leukosit yang berlebihan dalam urin
(piuria) biasanya menandakan adanya infeksi saluran kemih atau kondisi inflamasi lainnya,
misalnya penolakan transplantasi ginjal. Sel epitel Nilai normal: sekitar 10 sel per lapang
pandang besar, berbentuk skuamosa. Sel epitel yang lebih daripada jumlah normal berkaitan
dengan infeksi saluran kemih dan glomerulonefritis. Sedangkan bentuk sel epitel abnormal
dikaitkan dengan keganasan setempat.

Cast / inklusi

Nilai normal: ditemukan cast hialin dalam jumlah sedang, tanpa adanya inklusi. Cast
merupakan kumpulan sel-sel yang dikelilingi suatu membran. Biasanya cast selain hialin
(misalnya cast eritrosit atau cast leukosit) menunjukkan kerusakan pada glomerulus
(glomerulonefritis kronik). Inklusi sitomegalik menunjukkan infeksi sitomegalovirus (CMV)
atau campak.

Kristal

Nilai normal: ditemukan kristal dalam jumlah kecil Kristal yang ditemukan dalam
urin tergantung pada pH urin yang diperiksa. Pada urin asam dapat ditemukan kristal asam
urat. Pada urin netral ditemukan kristal kalsium oksalat. Pada urin basa mungkin terlihat
kristal kalsium karbonat dan kalsium fosfat. Ada juga sejumlah kristal yang dalam keadaan
normal tidak ada; antara lain kristal tirosin, sistin, kolesterol, dan bilirubin.

Bakteri, jamur, dan parasit

Nilai normal bakteri: negatif. Kecuali untuk urin midstream:


Nilai normal jamur dan parasit: negatif Bakteri yang dapat menimbulkan infeksi
saluran kemih mungkin ditemukan dalam urinalisa, antara lain E.coli, Proteus vulgaris,
Neisseria gonorrhoea dan Pseudomonas aeruginosa. Sedangkan parasit yang mungkin
ditemukan dalam urin adalah Schistosoma haematobium dan mikrofilaria spesies tertentu.

Referensi Chernecky CC & Berger BJ. Laboratory Tests and Diagnostic Procedure.
Philadelphia: Saunders Elsevier, 2008. Kasper DL et.al (eds). Harrisons Principles of
Internal Medicine. New York: McGraw-Hill, 2007. (hnz)

Tujuan :
Untuk mengetahui unsur-unsur yang ada dalam urine secara lengkap sehingga
dapat membantu menegakkan diagnose dokter pemeriksa.

Karakteristik urin normal :


memiliki warna urin pagi (yang diambil sesaat setelah bangun pagi) sedikit lebih
gelap dibanding urin di waktu lainnya. Warna urin normal kuning pucat sampai
kuning. Nilai normal 1.003-1.03 g/mL Nilai ini dipengaruhi sejumlah variasi,

misalnya umur. Berat jenis urin dewasa berkisar pada 1.016-1.022, neonatus
(bayi baru lahir) berkisar pada 1.012, dan bayi 1.002-1.006. Urin pagi memiliki
berat jenis lebih tinggi daripada urin di waktu lain, yaitu sekitar 1.026. Urin
berbau harum atau tidak berbau, tetapi juga tergantung dari bahan-bahan yang
diekskresi. Normal urin berbau aromatik yang memusingkan. Bau merupakan
indikasi adanya masalah seperti infeksi atau mencerna obat-obatan tertentu.
urin yang normal rata-rata 1-2 liter / hari. Kekurangan minum menyebabkan
kepekatan urin meningkat (konsentrasi semua substansi dalam urin meningkat)
sehingga mempermudah pembentukan batu. pH urin dapat berkisar dari 4,5
8,0. pH bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi oleh konsumsi makanan, bersifat
basa setelah makan, lalu menurun dan menjadi kurang basa menjelang makan
berikutnya. Urine pagi hari (bangun tidur) bersifat lebih asam.

Ciri-Ciri Urin Normal :


1. Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah
cairan yang masuk.
2. Warnanya bening oranye tanpa ada endapan.
3. Baunya tajam.
4. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.
5. Kadar gula dibawah 1%.
6. Tidak mengandung protein dan sel darah merah.

DAFTAR PUSTAKA

Wahit Iqbal Mubarak dan Nurul Chayatin, 2008.Kebutuhan Dasar Manusia.


Jakarta:EGC
http://denfirman.blogspot.com/2009/12/gangguan-sistemperkemihan.html.Dikunjungi pada tangggal 21 November 2012
http://totonrofiunsri.wordpress.com/2009/01/28/anatomi-dan-fisiologi-sistem- per
kemihan/.

Fisiologi Sistem Perkemihan

Ginjal berfungsi sebagai organ ekskresi yang utama dari tubuh. Fungsi utama
ginjal mempertahankan volume dan komposisi cairan ekstrasel dalam batas
normal. Komposisi dan volume cairan ekstrasel ini dikontrol oleh filtrasi
glomerulus, reabsorpsi dan sekresi tubulus.
Darah dialirkan ke dalam setiap ginjal melalui arteri renalis dan keluar dari dalam
ginjal melalui vena renalis. Arteri renalis berasal dari aorta abdominalis dan vena
renalis membawa darah kembali ke dalam vena kava inferior.Aliran darah yang
melalui ginjal jumlahnya 25% dari curah jantung.
Urin terbentuk di nefron. Proses pembentukan urin dimulai ketika darah mengalir
lewat glomerulus. Ketika darah berjalan melewati sruktur ini, filtrasi terjadi. Air,
elektrolit dan molekul kecil akan dibiarkan lewat, sementara molekul besar
(protein, sel darah merah dan putih, trombosit) akan tetap tertahan dalam aliran
darah. Cairan disaring lewat dinding jonjot-jonjot kapiler glomerulus dan
memasuki tubulus, cairan ini disebut filtrat. Di dalam tubulus ini sebagian
substansi secara selektif diabsorpsi ulang ke dalam darah,sebagian lagi
disekresikan dari darah ke dalam filtrate yang mengalir disepanjang tubulus.
Filtrat ini akan dipekatkan dalam tubulus distal serta duktus pengumpul, dan
kemudian menjadi urin yang akan mencapai pelvis ginjal. Kemudian urin yang
terbentuk sebagai hasil dari proses ini diangkut dari ginjal melalui ureter ke
dalam kandung kemih (tempat sementara urin disimpan). Pada saat urinasi,
kandung kemih berkontraksi dan urin akan diekskresikan dari tubuh lewat uretra.

Anda mungkin juga menyukai