Jalan RAYA
Jalan RAYA
Jalur lalu lintas (traveled way = carriage way) adalah keseluruhan bagian
perkerasan jalan yang diperuntukan untuk lalau lintas kendaraan. Jalur lalu
lintas terdiri dari beberapa lajur (lane) kendaraan. Lajur kendaraan yaitu
bagian dari jalur lalau lintas yang khusus diperuntukan untuk dilewati oleh
satu rangkaian kendaraan beroda empat atau lebih dalam satu arah. Jadi
jumlah lajur minimal untuk jalan 2 arah adalah 2 dan pada umumnya disebut
sebagai jalan 2 lajur 2 arah. Jalur lalu lintas untuk 1 arah minimal terdiri dari
1 lajur lalau lintas.
seperti
tidak
ratanya
permukaan,
gaya
sentrifugal
dipergunakan
untuk lalu lintas dengan kecepatan tinggi, membutuhkan ruang bebas untuk
menyiap dan bergerak yang lebih besar dibandingkan dengan jalanuntuk
kecepatan rendah.
Pada jalan local (kecepatan rendah)nlebar jalan minimum 5,50 m(2 x 2,75)
cukup memadai untuk jalan 2 lajur dengan 2 arah. Dengan pertimbangan
biaya yang tersedia , lebar 5 m pun masih diperkenankan. Jalan arteri yang
direncanakan untuk kecepatan tinggi , mempunyai lebar lajur lalu lintas
lebih besar dari 3,25 m, sebaiknya 3,5 m.
Jumlah lajur lalu lintas
Banyaknya lajur yang dibutuhkan sangat tergantung dari volume lalu lintas
yang akan memekai jalan tersebut dan tingkat pelayanan jalan yang
diharapkan.
Kemiringan melintang jalur lalu lintas dijalan lurus diperuntukan terutama
untuk kebutuhan drainase jalan. Air yang jatuh diatas pemukaan jalan supaya
cepat dialirkan ke saluran-saluran pembuangan. Kemiringan melintang
bervariasi antara 2% - 4 % untuk jenis lapisan permukaan dengan
mempergunakan bahan pengikat seperti aspal atau semen. Semakin kedap
lapisan tersebut, semakin kecil kemiringan melintang yang dapat
dipergunakan.
Sedangkan untuk jalan dengan lapisan permukaan belum mempergunakan
bahan pengikat seperti jalan berkerikikl, kemiringan melintang dibuat
sebesar 5 %.
Kemiringan melintang jalur lalu lintas ditikukngan dibuat untuk kebutuhan
keseimbangan gaya sentrifugal yang bekerja, disamping kebutuhan akan
drainase. Besarnya kemiringan melintang yang dibutuhkan pad ditikungan.
2.2 BAHU JALAN
Bahu jalan adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas
yang berfunsi sebagai:
1. ruangan untuk tempat berhenti sementara kendaraan yang mogok atau
yang sekedar berhenti karena mengemudi ingin berorientasi mengenai
jurusan yang akan ditempuh, atau untuk beristirahat.
2. ruangan untuk menghindarkan diri dari saat-saat darurat, sehingga
dapat mencegah terjadinya kecelakaan.
jalan
(untuk
tempat
penempatan
alat-alat,dan
Trotoar adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas
yang khusus dipergunakan untuk pejalan kaki (pedestrian).Untuk
keamanan pejalan kaki maka trotoar ini harus dibuat terpisah dai jalur
lalu lintas oleh struktur fisisk berupa Kereb.
Perlu atau tidaknya trotoar disediakan sangat tergantung dari volume
pedestrian dan volume lalu lintas pemakai jalan tersebut.
Lebar trotoar
Lebar trotoar yang dibutuhkan ditentukan oleh volume pejalan kaki
yang diinginkan, dan fungsi jalan. Untuk itu lebar 1,5 3,0 m
merupakan nilai yang umum digunakan.
2.4 MEDIAN
Pada arus lalu lintas yang tinggi seringkali dibutuhkan median guna
memisahkan arus lalu lintas yang berlawanan arah.Jadi median adalah
jalur yang terletak ditengah jalan untuk membagi jalan dalam masinh
masing arah.
Secara garis besar median berfungsi sebagai:
1. Menyediakan daerah netral yang cukup lebar dimana pengemudi
masih dapat mengontrol kendaraannya pada saat-saat darurat.
2. Menyediakan jarak yang cukup untuk membatasi / mengurangi
kesilauan terhadap lampu besar dari kendaraan yang berlawanan
arah.
3. Menambah rasa kelegahan, kenyamanan dan keindahan bagi setiap
pengemudi.
4. mengamankan kebebasan samping dari masing-masing arah arus
lalu-lintas.
8
10
2.7. Kereb
Yang dimaksud dengan kereb adalah penonjolan atau peninggian tepi
perkerasan atau bahu jalan, yang terutama dimaksudkan untuk keperluankeperluan drainase, mencegah ketegasan tepi perkerasan.
Pada umumnya kereb digunakan pada jalan-jalan di daerah perkotaan,
sedangkan untuk jalan-jalan antar kota kereb hanya dipergunakan jika jalan
11
tersebut direncanakan untuk lalu lintas dengan kecepatan tinggi atau apabila
melintasi perkampungan.
Berdasarkan fungsi dari kereb, maka kereb dapat dibedakan atas :
Kereb peninggi (mountable curb), adalah kereb yang direncanakan agar
dapat didaki kendaraan, biasanya terdapat di tempat parkir di pinggir
jalan/jalur lalu lintas. Untuk kemudahan didaki oleh kendaraan maka
kereb harus mempunyai bentuk permukaan lengkung yang baika.
Tingginya berkisar antara 10 15 cm.
Kereb penghalang (barrier curb), adalah kereb yang direncanakan untuk
menghalangi atau mencegah kendaraan meninggalkan jalur lalu lintas,
terutama di median, trotoar, pada jalan-jalan tanpa pagar pengaman.
Tingginya berkisar antara 25-30 cm.
Kereb berparit (gutter curb), adalah kereb yang direncanakan untuk
membentuk sistem drainase perkerasan jalan. Kereb ini dianjurkan pada
jalan yang memerlukan sistem drainase perkerasan lebih baik. Pada jalan
lurus diletakkan di tepi luar dari perkerasan, sedangkan pada tikungan
diletakkan pada tepi dalam.
Tingginya berkisar antara 10-20 cm
12
13
14
BAB III
PARAMETER PERENCANAAN JALAN
Dalam perencanaan geometric jalan terdapat beberapa perencanaan yang
akan dibicarakaan dalm bab ini, seperti kendaraan rencana, kecepatan
rencana, volume dan kapasitas jalan , dan tingkat pelayanan jalan
.Parameter-parameter ini merupakan penentu tingkat kenyamanan dan
keamanan yang dihasilkann oleh suatu bentuk kapasitas jalan.
3.1 KENDARAAN RENCANA
Dilihat dari bentuk ,ukuran ,dan daya dari kendaraan kendaraan yang
mempergunakan jalan, kendaraan kendaraan tersebut dapat dikelompokan
15
mobil
pernumpang
bus/truk,
semi
trailer,
trailer.Untuk
: 0,5
b. Mobil penumpang
: 1,0
: 2,0
: 2,5
e. Bus
: 3,0
: 3,0
16
Panjang
Lebar
Kendaraan
Total
Total
Tinggi
Depan
Jarak
Belakang
Radius
Tergantung
Gandar
Tergantung
Putar
Min
Kendaraan
penumpang
4,7
1,7
2,5
0,8
2,7
12,0
2,5
4,5
1,5
6,5
1,2
Truk/ Bus
Tanpa
4,0
gandengan
4,0
Kombinasi
16,5
2,5
4,0
1,3
(depan)
2,2
12
9,0
(belakang)
17
semua
rencana
bagian
jalan
dipengaruhi
oleh
kecepatan
18
Medan datar, perbukitan dan pegunungan dapat pula dibedakan dari data
besarnya kemiringan melintang rata-rata dari potongan melintang tegak
lurus sumbu jalan.
19
Jenis Medan
Datar
Perbukitan
Pergunungan
0 9,9 %
10 24,9 %
> 25,5%
20
karena
pengemudi
cenderung
mengemudikan
21
24
lintas yang ada tak cukup hanya digambarkan dengan volume lalu lintas
tanpa disertai data kapasitas jalan ,dan kecepatan pada jalan tersebut.
Sebagai contoh I, jalan dengan kapasitas jalan 2000 kendaraan / jam
mempunyai volume 1000 kendaraan /jam .Pengemudi akan mearasakn
lebih nyaman mengendarai kendaraan pada jalan pertama dibandingkan
dengan jalan kedua .Atau, tingkat pelayanan jalan pertama lebih baik dari
jalan kedua.
Jika V/C jalan I = 1000/2000 = 0,5
V/C jalan II = 1000/1500 = 0,67
V/C jalan I < V/C j alan II
Berarti tingkat pelayanan jalan I lebih baik dari jalan II.
Highway Capasity Manual membagi tingkat kenyamanan/pelayanan
jalan atas 6 keadaan sbb:
1. Tingkat pelayanan A dengan ciri-ciri:
-Arus lalu luintas bebas tanpa hambatan
-Volume dan kepadatan lalu lintas rendah
-kecepatan kendaraan merupakan pilihan pengemudi
2. Tingkat pelayanan B
-Arus lalu lontas stabil
-Kecepatan mulai dipengaruhi oleah keadaan lalu lintas, tatapi tetap dapat
dipilih sesuai kehendak pengemudi
3.Tingkat pelayanan C
-Arus lalu lintas masih stabil
25
JARAK PANDANGAN
Keamanan dan kenyamanan pengemudi kendaraan untuk dapat melihat
dengan jelas dan menyadari situasinya pada saat mengemudi, sangat
tergantung
pada
jarak
yang
dapat
dilihat
dari
tempat
terjadinya
tabrakan
yang
dapat
membahayakan
27
GV 2
2g
V2
2 g . fm
Jika
29
.jarak
yang
dibutuhkan
pengemudi
sehingga
dapat
30
31
TAHAP PERTAMA
d1
1/3 d2
TAHAP KEDUA
d1
1/3d2
2/3d2
d3
d4
d2
d
d = d1 + d2 + d3 + d4
dimana:
d1 = 0,278 t1 ( V m +
at1
2
Keterangan :
32
V=
a=
d2 = 0,278 V.t2
t2 = Waktu yang ditempuh selama kendaraan yang menyiap berada
pada lajut kanan yang dapat ditentukan dengan mempergunakan
korelasi t2 = 6,56 + 0,048 V
d3 = diambil 30 -100 meter
33
d1 = 2/3 d2.
Bila terbatasi dengan biaya bisa menggunakan d min sbb:
d min = 2/3 d2 + d3 + d4
Tabel Jarak Pandangan
Kecepatan
Jarak
Kecepatan Kecepatan
Rencana
(km/jam)
Henti (m)
Disiap
30
40
55
75
110
160
(Km/jam)
32
42
55
66
76
87
30
40
50
60
80
100
Menyiap
Standar
Jarak
Jarak
Pandangan
Pandangan
menyiap
34
LENGKUNG VERTIKAL
LENGKUNG VERTIKAL
Lv
200
Lv 2 S -
AS2
h1
200
h2
h1
A
; S < Lv
h2
; S > Lv
* CEMBUNG
Ev =
A.Lv
800
Y =
A
.x2
200 Lv
S = Jarak pandangan
Untuk jarak pandangan henti :
h1 = 1,25 m
h2 = 0,10 m
Untuk jarak pandangan menyiap :
h1 = 1,25 m
h2 = 1,25 m
35
CEKUNG
S < Lv =
AS 2
150 3,5S
S > Lv = 2 S -
150 3,5S
A
36
2. Syarat kenyamanan :
Lv =
A.V 2
1300 a
a = percepatan sentripetal
a < 0,3 m/det2
(umumnya diambil a = 0,1 m/det).
4. Syarat drainage :
LV = 40 A
37
LENGKUNG HORIZONTAL
UNTUK MENCARI/MEMBUAT TIKUNGAN (Turning Roadway) disebut
HORISONTAL ALINEMENT
1. Simple curve
2. Spiral curve
a. Spiral curve (circle) spiral
b. Spiral spiral
RUMUS :
T = R tan
E = T tan
38
L=
180
1718,78'
R
S=L-
R = 0.174533 R
xL
L3
24.R 2
X = S cos
Y = S sin =
X2
2R
V^2
227(e max f)
Dimana:
R min = jari-jari tikungan minimum (m)
V
V (km/jam)
R min (m)
120
600
100
370
80
210
60
110
50
80
40
50
30
30
20
15
39
Spiral Curve
40
+k
Es =
( R p)
Cos
2
Lc =
( - 2 s)
. R
180
Lt
-R
= 2 Ls + Lc
2) Spiral spiral
= diketahui : =
= diketahui
Ls
s
180
xR
2
Ts
= (R + p) tan
+ k
41
(R p)
R
Cos
2
Es
Lt
= 2 Ls
Lc = 0
Catatan :
Pada spiral curve kita mendapatkan tikungan peralihan (transition spirals) ini
penting bagi keselamatan dan kenikmatan pemakai jalan. Sebelum kita
memasuki tikungan ada ruangan / jarak untuk masa peralihan dari kecepatan
tinggi kecepatan yang ditentukan oleh keadaan melewati tikungan tersebut,
atau dari jalan lurus ke tikungan jadi kita tidak langsung dari jalan lurus
langsung ketikungan secara mendadak.
Tetapi pada spiral-spiral, dimana Lc O atau S.C. = C.S. adalah merupakan
tikungan yang kurang baik, sebab tidak ada jarak yang tertentu dalam masa
tikungan yang sama miringnya.
TRANSITION SPIRAL
42
Beberapa Istilahnya :
T.S.
S.C.
= Titik
perubahan
dari
jalan
lengkung
peralihan
(spiral)
Rc
Es
Ls
= Sudut antara garis lurus dari T.S. ke sesuatu titik P dalam spiral
dengan garis singgung dititik T.S.
Dc
Ls
43
SUPERELEVATION
I. KIRI NAIK
1. Pave slope = 2%
Shoulder kiri dan kanan = 6 %
2. Pav. Slope 2%
44
3. Pav. Slope 6%
Catatan :
Superelevation normal
Pavement = - 2%
Shoulder = - 6%
Superelevasi maksimum 10 %
PELEBARAN TIKUNGAN
45
RUMUS :
B
= n (b + c) + (n 1) Td + Z
0.105V
VR
47
peningkatan
jalan,
pemeliharaan
jalan,
rehabilitas
jalan,
2.Umur rencana.
Umur rencana ditetapkan sesuai dengan program penanganan jalan
yang direncanakan, misalnya:
(untuk jalan antar kota) dan Tabel 2.1b. (untuk jalan perkotaan) dan Tabel
2.1.c. (untuk jalan Kabupaten).
(Sumber:TPGJAK-No.038/T/BM/1997)
FUNGSI
KELAS
MUATAN SUMBU
TERBERAT
(MST ton)
> 10
II
10
Kolektor
IIIA
IIIA
8
8
Lokal
IIIB
IIIC
Arteri
KELAS
I
* Kolektor
SEKUNDER : * Arteri
II
II
KELAS
MUATAN SUMBU
TERBERAT
PRIMER: * Arteri
* Kolektor
PRIMER: * Arteri
* Kolektor
(MST ton)
I
> 10.000
< 10.000
> 20.000
II
I
< 20.000
II
50
* Jalan
Lokal
> 6.000
II
< 6.000
III
> 500
III
< 500
IV
Sumber : Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan - 1988
Tabel 2.1.c. Klasifikasi Jalan Kabupaten
(Sumber : Petunjuk Perencanaan Teknis Jalan Kabupaten 1992 Dirjen Bina
Marga)
FUNGSI VOLUME KELAS
KECEPATAN
LALU
( km/jam)
LINTAS
MEDAN
(Dalam
D
B
G
SMP)
SEKUDER
> 500
III A
50
40
30
:
201 500 III B1
40
30
30
*Jalan
50 200 IIIB2
40
30
30
Lokal
< 50
IIIC
30
30
20
i.
ii.
iii.
iv.
Bus mikro.
v.
Bus.
vi.
vii.
viii.
ix.
Truk 3 as
51
x.
Truk 4 as
xi.
xii.
Sepeda Motor)
xiii.
2. PENAMPANG JALAN
Potongan melintang Jalan terdiri dari:
a. Bagian Jalan yang merupakan daerah penguasaan jalan terdiri dari:
i.DAMAJA, daerah manfaat jalan, dibatasi oleh:
* Lebar antara batas ambang pengaman jalan dikedua sisi jalan.
- Tinggi 5,00 meter diatas permukaan perkerasan pada sumbu jalan.
- Kedalaman ruang bebas 1,5 meter dibawah muka jalan.
ii. DAMIJA, daerah milik jalan, dibatasi oleh:
* Lebar yang sama dengan DAMAJA ditambah dengan ambang
pengaman jalan, dengan tinggi 5,0 meter dan kedalaman 1,5 m.
iii. DAWASJA, daerah pengawasan jalan, daerah ruang sepanjang
jalan, diluar DAMAJA, dibatasi oleh:
- tinggi dan lebar tertentu, diukur dari sumbu jalan, sebagai berikut:
52
53
i. Jalur lalu lintas adalah bagian jalan yang digunakan untuk lalu lintas
kendaraan (carrage way, traffic lane), secara fisik berupa perkearsan
jalan.
Batas jalur lalulintas dapat berupa:
- Median,
- Pulau jalan (island)
- Bahu,
- Separator, atau trotoar.
ii. Jalur lalulintas dapat terdiri atas beberapa lajur.
iii. Jalur lalulintas dapat terdiri dari:
a. 1 jalur : 2 lajur 2 arah (2/2 TB)
b. 1 jalur : 2 lajur 1 arah (2/1 TB)
c. 2 jalur : 4 lajur 2 arah (4/2 B)
d. 2 jalur : n lajur 2 arah (n/2 B)
Dimana:
= jumlah lajur
TB = tidak terbagi
B = terbagi
iv. Median, bagian bangunan jalan yang secara fisik memisahkan dua jalur
lalulintas yang berlawanan arah, berfungsi untuk:
- Memisahkan dua aliran lalulintas yang berlawanan arah,
54
55
Klasifikasi Jalan
Lebar Min.
Laber jalur
Median (m)
2,50
tepian
0,75
0,50
0,50
0,25
0,25
56
57
58
59
b.
lapisan-lapisan
selebihnya
dapat
dikurangi
tebalnya
d.
Hal ini sehubungan dengan terlalu lemahnya daya dukung tanah dasar
terhadap roda-roda alat-alat berat atau karena kondisi lapangan yang
memaksa harus segera menutup tanah dasar dari pengaruh cuaca.
Bermacam-macam material setempat (CBR > 20%, PI < 10%) yang
relative lebih baik dari tanah dasar dapat digunakan sebagai bahan pondasi
bawah.
Ada berbagai jenis lapis pondasi bawah yang sering dilaksanakan
yaitu:
a.
60
b.
tanah.
c.
d.
e.
61
62
63
% BERAT
25,0
LOLOS SARINGAN
100
19,0
95-100
13,0
66-100
9,5
52-78
4,75
47-57
2,36
42-56
0,6
13-54
0,15
4-31
0,075
3-8
Kehilangan berat akibat abrasi mesin Los Angeles pada 500 putaran :
40%
64
65
- Jenis CB1 dan CB2 adalah untuk lapis pondasi atas (lihat Tabel 3.4)
66
- Hot Rolled Asphalt (HRA) dalam hal ini HRS (Hot Rolled) Sheet)=
LATASTON (Lapis Tipis Aspal Beton)
- LASBUTAG (Lapis Aspal Buton Aggregat Campuran dingin).
- LATASBUM (Lapis Tipis Aspal Buton Murni)
- LATASIR (Lapis Tipis Aspal Pasir)
- BURAS (Laburan Aspal)
- BURDA (Laburan Aspal Dua Lapis) dan BURTU (Labur Aspal Satu
Lapis)
- SMA (Split Mastic Asphalt).
- BMA (Butonized Mastic Asphalt), dll.
-
PROSEDUR PERENCANAAN
1.
i.
67
Jumlah lajur, sesuaikan dengan batas marka; bilamana tidak ada batas
lajur yang jelas, tetapkan sesuai dengan Tabel 4.1 berikut ini.
2 jalur
3 jalur
4 jalur
5 jalur
6 jalur
ii.
iii.
JUMLAH
KENDARAAN RINGAN
KENDARAAN BERAT
JALUR
*)
*)
1 jalur
1 ARAH
1,00
2 ARAH
1,00
1 ARAH
1,00
2 ARAH
1,00
2 jalur
0,60
0,50
0,70
0,50
3 jalur
0,40
0,40
0,50
0,475
4 jalur
0,30
0,45
68
5 jalur
0,25
0,425
6 jalur
0,20
0,40
*) berat total < 5 ton : mobil penumpang, pickup, mobil hantaran
**) berat total 5 ton : bus, truck, traktor, semitrailer, trailer.
iv.
Hitung LHR pada tahun awal rencana (LHR0), untuk masingmasing jenis kendaraan yang ada.
LHR0 = (1 + i)n . Ntipe
(4.11)
Dimana
ANGKA EKIVALEN
(AE)
1000
Sumbu
Ganda
0,0002
Sumbu
Ganda
-
2000
0,0036
3000
BEBAN
SATU
SUMBU
kg
ANGKA EKIVALEN
(AE)`
17.000
Sumbu
Tunggal
18,8380
Sumbu
Ganda
1,6201
0,0003
18.000
23,6771
2,0362
0,0183
0,0016
19.000
29,3937
2,5279
4000
0,0577
0,0050
20.000
36,0877
3,1035
5000
0,1410
0,0121
21.000
43.8648
3,7724
6000
0,2923
0,0251
22.000
52,8360
4,5439
7000
0,5415
0,04466
23.000
63,1176
5,4281
8000
0,9238
0,0794
24.000
74,8315
6,4355
8160
1,0000
0,0860
25.000
88,1048
7,5770
9000
1,4798
0,1273
10.000
2,2555
0,1940
11.000
3,3022
0,2840
12.000
4,6770
0,4022
13.000
6,4419
0,5540
14.000
8,6647
0,7452
15.000
11,4184
0,9820
16.000
14,7815
1,2712
70
71
2.
i.
ii.
iii.
iv.
v.
Dari pasangan harga DDT dan LER tarik garis lurus sesuai arah
petunjuk inset pada Nomogram. Garis ini akan memotong suatu angka
pada garis vertikal ITP.
vi.
Dari pasangan ITP dan FR (Lampiran B-2 s/d B-10) lakukan hal
yang sama, sehingga memotong garis vertical ITP. Angka yang didapat
adalah nilai ITP yang dicari.
vii.
Selanjutnya
gunakan
rumus
ITP
=a1.D1
a2.D2
72
alternative jalan baru, atau kombinasi tebal minimal LPA dan LPB untuk
mencari tebal overlay dari lapis permukaan.
IP0
4
ROUGHNESS
*)-MM/KM
1000
3,9 3,5
1000
LASBUTAG
3,9 3,5
2000
HRA
3,4 3,0
2000
BURDA
3,9 3,5
2000
BURTU
3,4 3,0
2000
3,4 3,0
LAPEN
2,9 2,5
LATASBUM
2,9 2,5
BURAS
2,9 2,5
LATASIR
2,9 2,5
Jalan Tanah
2,4
3000
3000
73
Jalan Kerikil
2,4
*) Roughness diukur dengan alat ouhnessmeter NAASRA
74
KLASSIFIKASI JALAN
KOLEKTOR ARTERI
1,5
1,5 2,0
LOKASL
1,0 1,5
10 100
1,5
1,5 2,0
2,0
100 1000
1,5 2,0
2,0
2,0 2,5
> 1000
2,0 2,5
2,5
*) LER dalam satuan angka ekivalen 8,16 ton sumbu tunggal
TOL
-
2,5
CATATAN : Para proyek jalan darurat atau jalan murah maka IP dapat diambil
1,0
Tabel 4.5 Faktor Regional
Iklim I
< 900mm/th
Iklim I
KELANDAIAN
I
(< 6%)
% Kendaraan
KELANDAIAN
II
(6%-10%)
% Kendaraan
KELANDAIAN
I
(> 10%)
% Kendaraan
Berat
30% > 30%
0,5
1,0-1,5
Berat
30% > 30%
1,0
1,5-2,0
Berat
30% > 30%
1,5
2,0-2,5
1,5
2,0-2,5
2,0
2,5-3,0
2,5
3,0-3,5
< 900mm/th
CATATAN: Pada bagian jalan persiapan, 3 pemberhentian atau tikungan
tajam (jari-jari 30 m), FR ditambah dengan 0,5. Pada daerah rawa FR
ditambah dengan 1,0
Tabel 4.62. Batas Minimum Tebal Lapis Permukaan
ITP
TEBAL
MINIMU
BAHAN
75
< 3,00
3,006,70
6,717,49
7,509,99
>=10,0
0
M
(cm)
5
5
7,5
7,5
10
TEBAL
MINIMUM
(cm)
< 3,00
15
3,00-7,49
20 *)
7,50-9,99
10
10,0020
12,24
15
12,25
20
25
BAHAN
BATU PECAH, STAB.SEMEN,STAB.KAPUR
BATU PECAH, STAB.SEMEN, STAB.KAPUR
LASTON ATAS
BATU
PECAH,
STAB.SEMEN,STAB.KAPUR,MACAM
LASTON ATAS
BATU PECAH, STAB.SEMEN, STAB, KAPUR,
MACADAM, LAPEN, LASTON ATAS.
BATU PECAH, STAB.SEMEN, STAB.KAPUR,
MACADAM, LAPEN, LASTON ATAS.
KEKUATAN BAHAN
JENIS BAHAN
76
RELATIF
a1
a2
0,40
0,35
0,32
0,30
0,35
0,31
0,28
0,26
0,30
0,26
0,25
0,20
0,28
0,26
0,24
0,23
0,19
0,15
0,13
0,15
0,13
0,14
0,12
0,14
0,13
0,12
a3
MS
(kg)
744
590
454
340
744
590
454
340
340
340
Kt
(kg/cm2)
CBR
(%)
LASTON
ASBUTON
HRA
MACADAM
LAPEN (MEKANIS)
LAPEN (MANUAL)
590
454
340
LASTON
ATAS
22
18
22
18
LAPEN (MEKANIS)
LAPEN (MANUAL)
STABILITAS SEMEN
STABILITAS
KAPUR
100
MACADAM BASAH
60
MACADAM KERING
100
BATU PECAH KLS.A
80
BATU PECAH KLS.B
60
BATU PECAH KLS.C
0,13
70
SIRTU KLS.A
0,12
50
KLS.B
0,11
30
KLS.C
0,10
20
TANAH/LEMPUNG
KEPASIRAN
Catatan: Kuat tekan stabilitas tanah dengan semen diperiksa pada hari ke 7.
Kuat tekan stabilitas tanah dengan kapur diperiksa pada hari ke 21.
77
(4.20)
a1
Dimana :
D = tebal lapis permukaan ulang
a1 = koeofisien kekuatan relative lapis permukaan (bahan lapis
permukaan, harus sama dengan bahan struktur lama).
Konstruksi Bertahap :
78
mempunyai nilai sisa 40%. Dengan kondisi seperti ini ITP tahap pertama dihitung
berdasarkan beban lalu lintas LER = 1,67 LER1.
x.LER1 = LER1 + 40%.x.LER1 x = 1,67
90 100
70 90
roda,
pada
dasarnya
50 70
masih
menunjukkan kesetabilan.
30 50
79
aspal
beton
atau
penetrasi
macadam.
90 100
70 90
70 90
50 70
banyak,
menunjukkan
30 50
genjala
ketidak-setabilan.
b).Stabilisasi tanah dengan semen atau kapur.
70 100
80 100
90 100
70 90
80
81
82
83
84
85