0 Konjungtivitis
0 Konjungtivitis
KONJUNGTIVITIS
DISUSUN OLEH :
KESUMA LARASATI
406100116
PEMBIMBING :
BAB I
PENDAHULUAN
Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian putih
mata dan bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan timbulnya
berbagai macam gejala, salah satunya adalah mata merah. Konjungtivitis dapat
disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, atau kontak dengan benda asing, misalnya kontak
lensa.
Konjungtivitis virus biasanya mengenai satu mata. Pada konjungtivitis ini, mata
sangat berair. Kotoran mata ada, namun biasanya sedikit. Konjungtivitis bakteri biasanya
mengenai kedua mata. Ciri khasnya adalah keluar kotoran mata dalam jumlah banyak,
berwarna kuning kehijauan. Konjungtivitis alergi juga mengenai kedua mata. Tandanya,
selain mata berwarna merah, mata juga akan terasa gatal. Gatal ini juga seringkali
dirasakan dihidung. Produksi air mata juga berlebihan sehingga mata sangat berair.
Konjungtivitis papiler raksasa adalah konjungtivitis yang disebabkan oleh intoleransi
mata terhadap lensa kontak. Biasanya mengenai kedua mata, terasa gatal, banyak kotoran
mata, air mata berlebih, dan kadang muncul benjolan di kelopak mata. Konjungtivitis
virus biasanya tidak diobati, karena akan sembuh sendiri dalam beberapa hari. Walaupun
demikian, beberapa dokter tetap akan memberikan larutan astringen agar mata senantiasa
bersih sehingga infeksi sekunder oleh bakteri tidak terjadi dan air mata buatan untuk
mengatasi kekeringan dan rasa tidak nyaman di mata.
Obat tetes atau salep antibiotik biasanya digunakan untuk mengobati
konjungtivitis bakteri. Antibiotik sistemik juga sering digunakan jika ada infeksi di
bagian tubuh lain. Pada konjungtivitis bakteri atau virus, dapat dilakukan kompres hangat
di daerah mata untuk meringankan gejala. Tablet atau tetes mata antihistamin cocok
diberikan pada konjungtivitis alergi. Selain itu, air mata buatan juga dapat diberikan agar
mata terasa lebih nyaman, sekaligus melindungi mata dari paparan alergen, atau
mengencerkan alergen yang ada di lapisan air mata. Untuk konjungtivitis papiler raksasa,
pengobatan utama adalah menghentikan paparan dengan benda yang diduga sebagai
penyebab, misalnya berhenti menggunakan lensa kontak. Selain itu dapat diberikan tetes
mata yang berfungsi untuk mengurangi peradangan dan rasa gatal di mata.
Pada dasarnya konjungtivitis adalah penyakit ringan, namun pada beberapa kasus
dapat berlanjut menjadi penyakit yang serius. Untuk itu tidak ada salahnya berkonsultasi
dengan dokter mata jika terkena konjungtivitis.
BAB II
KONJUNGTIVITIS
2.1 Definisi
Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada
konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian
berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata. Konjungtivitis
terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar begitu cepat
dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis konjungtivitis dapat hilang
dengan sendiri, tapi ada juga yang memerlukan pengobatan.
germinativum. Lapisan adenoid tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau 3
bulan. Hal ini menjelaskan mengapa konjungtivitis inklusi pada nconatus bersifat papiler
bukan folikuler dan mengapa kemudian menjadi folikuler. Lapisan fibrosa tersusun dari
Jaringan penyambung yang melekat pada lempeng tarsus. Hal ini menjelaskan gambaran
reaksi papiler pada radang konjungtiva. Lapisan fibrosa tersusun longgar pada bola mata.
Kelenjar airmata asesori (kelenjar Krause dan Wolfring), yang struktur dan
funginya mirip kelenjar lakrimal, terletak di dalam stroma. Sebagian besar kelenjar
Krause berada di forniks atas, dan sedikit ada di forniks bawah. Kelenjar Wolfring
terletak di tepi atas tarsus atas.
2.4 Klasifikasi
2.4.1 Konjungtivitis Karena agen infeksi
A. Konjungtivitis Bakterial
Terdapat dua bentuk konjungtivitis bacterial: akut (dan subakut) dan menahun.
Penyebab konjungtivitis bakteri paling sering adalah Staphylococcus, Pneumococcus,
dan Haemophilus. Konjungtivitis bacterial akut dapat sembuh sendiri bila disebabkan
mikroorganisme seperti Haemophilus influenza. Lamanya penyakit dapat mencapai 2
minggu jika tidak diobati dengan memadai.
Konjungtivitis akut dapat menjadi menahun. Pengobatan dengan salah satu dari
sekian antibacterial yang tersedia biasanya mengenai keadaan ini dalam beberapa hari.
Konjungtivitis purulen yang disebabkan Neisseria gonorroeae atau Neisseria
meningitides dapat menimbulkan komplikasi berat bila tidak diobati secara dini.
Pemeriksaan Laboratorium
Pada kebanyakan kasus konjungtivitis bacterial, organism dapat diketahui
dengan pemeriksaan mikroskopik terhadap kerokan konjungtiva yang dipulas
dengan pulasan Gram atau Giemsa; pemeriksaan ini mengungkapkan banyak
neutrofil polimorfonuklear.1,2,3 Kerokan konjungtiva untuk pemeriksaan
mikroskopik dan biakan disarankan untuk semua kasus dan diharuskan jika
penyakit itu purulen, bermembran atau berpseudomembran. Studi sensitivitas
antibiotika juga baik, namun sebaiknya harus dimulai terapi antibiotika empiric.
Bila hasil sensitifitas antibiotika telah ada, tetapi antibiotika spesifik dapat
diteruskan.
Terapi
Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bacterial tergantung temuan agen
mikrobiologiknya. Sambil menunggu hasil laboratorium, dokter dapat mulai
dengan terapi topical antimikroba. Pada setiap konjungtivitis purulen, harus
dipilih antibiotika yang cocok untuk mengobati infeksi N gonorroeae, dan N
meningitides. Terapi topical dan sistemik harus segera dilkasanakan setelah
materi untuk pemeriksaan laboratorium telah diperoleh.
Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen akut, saccus konjungtiva
harus dibilas dengan larutan garam agar dapat menghilangkan secret
konjungtiva. Untuk mencegah penyebaran penyakit ini, pasien dan keluarga
diminta memperhatikan secara khusus hygiene perorangan.
Laboratorium
Terapi
b) Keratokonjungtivitis Epidemika
Laboratorium
Penyebaran
Pencegahan
Terapi
Sekarang ini belum ada terapi spesifik, namun kompres dingin akan
mengurangi beberapa gejala. Kortikosteroid selama konjungtivitis akut
dapat memperpanjang keterlibatan kornea sehingga harus dihindari. Agen
antibakteri harus diberikan jika terjadi superinfeksi bacterial. 1
7
Laboratorium
Terapi
Jika konjungtivitis terdapat pada anak di atas 1 tahun atau pada orang
dewasa, umunya sembuh sendiri dan mungkin tidak perlu terapi. Namun,
antivirus local maupun sistemik harus diberikan untuk mencegah
terkenanya kornea. Untuk ulkus kornea mungkin diperlukan debridemen
kornea dengan hati-hati yakni dengan mengusap ulkus dengan kain kering,
meneteskan obat antivirus, dan menutupkan mata selama 24 jam.
Antivirus topical sendiri harus diberikan 7 10 hari: trifluridine setiap 2
jam sewaktu bangun atau salep vida rabine lima kali sehari, atau
idoxuridine 0,1 %, 1 tetes setiap jam sewaktu bangun dan 1 tetes setiap 2
jam di waktu malam. Keratitis herpes dapat pula diobati dengan salep
acyclovir 3% lima kali sehari selama 10 hari atau dengan acyclovir oral,
400 mg lima kali sehari selama 7 hari.3
Untuk ulkus kornea, debridmen kornea dapat dilakukan. Lebih jarang
adalah pemakaian vidarabine atau idoxuridine. Antivirus topical harus
dipakai 7-10 hari. Penggunaan kortikosteroid dikontraindikasikan, karena
8
Epidemiologi
Penyebaran
Virus ini ditularkan melalui kontak erat dari orang ke orang dan oleh
fomite seperti sprei, alat-alat optic yang terkontaminasi, dan air.
Penyembuhan terjadi dalam 5-7 hari
Terapi
Tidak ada pengobatan yang pasti.
radang yang mononuclear (berbeda dengan reaksi pada trachoma), dengan lesi
bulat, berombak, putih mutiara, non-radang dengan bagian pusat, adalah khas
molluscum kontagiosum. Biopsy menampakkan inklusi sitoplasma
eosinofilik, yang memenuhi seluruh sitoplasma sel yang membesar, mendesak
inti ke satu sisi.3
Eksisi, insisi sederhana nodul yang memungkinkan darah
memasukinya, atau krioterapi akan menyembuhkan konjungtivitisnya.
tepi
b) Blefarokonjungtivitis Varicella-Zoster
Laboratorium
Terapi
Acyclovir oral dosis tinggi (800 mg oral lima kali sehari selama 10 hari),
jika diberi pada awal perjalanan penyakit, agaknya akan mengurangi dan
menghambat penyakit. 1
c) Keratokonjungtivitis Morbilli
Tanda dan gejala
Pada awal penyakit, konjungtiva tampak mirip kaca yang aneh, yang
dalam beberapa hari diikuti pembengkakan lipatan semiluner. Beberapa hari
sebelum erupsi kulit, timbul konjungtivitis eksudatif dengan secret
10
11
Laboratorium
Inkulasi klamida dapat ditemukan pada kerokan konjungtiva yang di pulas
dengan Giemsa, namun tidak selalu ada. Inklusi ini pada sediaan dipulas Giemsa
tampak sebagai massa sitoplasma biru atau ungu gelap yang sangat halus , yang
menutupi inti dari sel epitel. Pulasan antibody fluorescein dan tes immuno assay
enzim tersedia dipasaran dan banyak dipakai dilabotarium klinik. Tes baru ini telah
menggantikan pulasan Giemsa untuk sediaan hapus konjungtiva dan isolasi agen
klamidial dalam biakan sel.
Secara morfologik, agen trachoma mirip dengan agen konjungtivitis inkulasi,
namun keduanya dapat dibedakan secara serologic dengan mikroimunofluorescence.
Trachoma disebabkan oleh Chalmydia trachomatis seroipe A,B,Ba atau C.
12
Terapi
Perbaikan klinik mencolok umumnya dicapai dengan tetracycline,1-1,5 g/ hari
per os dalam empat dosis selama 3-4 minggu ; doxycycline,100 mg per os 2 kali
sehari selama 3 minggu; atau erythromycin, 1 g / hari per os dibagi dalam empat dosis
selama 3-4 minggu. Kadang-kadang diperlukan beberapa kali kur ( pengobatan) agar
benar benar sembuh. Tetracycline sistemik jangan diberi pada anak dibawah umur 7
tahun atau untuk wanita hamil. Karena tetracycline mengikat kalsium pada gigi yang
berkembang dan tulang yang tumbuh dan dapat berakibat gigi permanen menjadi
kekuningan dan kelainan kerangkan (mis, clavicula).
Salep atau tetes topikal, termasuk preparat sulfonamide, tetracycline,
erythromycin dan rifampin, empat kali sehari selama enam minggu, sama efektifnya.
Saat mulai terapi, efek maksimum biasanya belum dicapai selama 10 12
minggu. Karena itu, tetap adanya folikel pada trasesus superior selama beberapa
minggu setelah terapi berjalan jangan dipakai sebagai bukti kegagalan terapi.
Koreksi bulu mata yang membalik kedalam melalui bedah adalah esensial
untuk mencegah parut trachoma lanjut di Negara berkembang. Tindakan bedah ini
kadang kadang dilakukan oleh dokter bukan ahli mata atau orang yang dilatih kusus.
Laboratorium
Sulit ditemukan eosinofil dalam kerokan konjungtiva.
13
Terapi
Meneteskan vasokonstriktor local pada tahap akut (epineprin, larutan 1:1000
yang diberikan secara topical, akan menghilangkan kemosis dan gejalanya dalam
30 menit). Kompres dingin membantu mengatasi gatal-gatal dan antihistamin hanya
sedikit manfaatnya. Respon langsung terhadap pengobatan cukup baik, namun
sering kambuh kecuali anti-gennya dapat dihilangkan.
2) Konjungtivitis Vernalis
Definisi
Penyakit ini, juga dikenal sebagai catarrh musim semi dan konjungtivitis
musiman atau konjungtivitis musim kemarau, adalah penyakit alergi bilateral
yang jarang.1,3 Penyakit ini lebih jarang di daerah beriklim sedang daripada di
daerah dingin. Penyakit ini hamper selalu lebih parah selama musim semi, musim
panas dan musim gugur daripada musim gugur.
Insiden
Biasanya mulai dalam tahun-tahun prapubertas dan berlangsung 5 10 tahun.
Penyakit ini lebih banyak pada anak laki-laki daripada perempuan. 5
Tanda dan gejala
Pasien mengeluh gatal-gatal yang sangat dan bertahi mata berserat-serat.
Biasanya terdapat riwayat keluarga alergi (demam jerami, eczema, dan lainnya).
Konjungtiva tampak putih seperti susu, dan terdapat banyak papilla halus di
konjungtiva tarsalis inferior. Konjungtiva palpebra superior sering memiliki papilla
raksasa mirip batu kali. Setiap papilla raksasa berbentuk polygonal, dengan atap
rata, dan mengandung berkas kapiler. 1,2,3
Laboratorium
Pada eksudat konjungtiva yang dipulas dengan Giemsa terdapat banyak
eosinofil dan granula eosinofilik bebas. 1
Terapi
Penyakit ini sembuh sendiri tetapi medikasi yang dipakai terhadap gejala
hanya member hasil jangka pendek, berbahaya jika dipakai untuk jangka panjang.
steroid sisremik, yang mengurangi rasa gatal, hanya sedikit mempengharuhi
penyakit kornea ini, dan efek sampingnya (glaucoma, katarak, dan komplikasi lain)
14
dapat sangat merugikan. Crmolyn topical adalah agen profilaktik yang baik untuk
kasus sedang sampai berat. Vasokonstriktor, kompres dingin dan kompres es ada
manfaatnya, dan tidur di tempat ber AC sangat menyamankan pasien. Agaknya
yang paling baik adalah pindah ke tempat beriklim sejuk dan lembab. Pasien yang
melakukan ini sangat tertolong bahkan dapat sembuh total. 1,3
3) Konjungtivitis Atopik
Tanda dan gejala
Sensasi terbakar, bertahi mata berlendir, merah, dan fotofobia. Tepian palpebra
eritemosa, dan konjungtiva tampak putih seperti susu. Terdapat papilla halus,
namun papilla raksasa tidak berkembang seperti pada keratokonjungtivitis vernal,
dan lebih sering terdapat di tarsus inferior. Berbeda dengan papilla raksasa pada
keratokonjungtivitis vernal, yang terdapat di tarsus superior. Tanda-tanda kornea
yang berat muncul pada perjalanan lanjut penyakit setelah eksaserbasi
konjungtivitis terjadi berulangkali. Timbul keratitis perifer superficial yang diikuti
dengan vaskularisasi. Pada kasus berat, seluruh kornea tampak kabur dan
bervaskularisasi, dan ketajaman penglihatan. 1,3
Biasanya ada riwayat alergi (demam jerami, asma, atau eczema) pada pasien
atau keluarganya. Kebanyakan pasien pernah menderita dermatitis atopic sejak
bayi. Parut pada lipatan-lipatan fleksura lipat siku dan pergelangan tangan dan lutut
sering ditemukan. Seperti dermatitisnya, keratokonjungtivitis atopic berlangsung
berlarut-larut dan sering mengalami eksaserbasi dan remisi. Seperti
keratokonjungtivitis vernal, penyakit ini cenderung kurang aktif bila pasien telah
berusia 50 tahun.
Laboratorium
Kerokan konjungtiva menampakkan eosinofil, meski tidak sebanyak yang
terlihat sebanyak pada keratokonjungtivitis vernal. 1
Terapi
Atihistamin oral termasuk terfenadine (60-120 mg 2x sehari), astemizole (10
mg empat kali sehari), atau hydroxyzine (50 mg waktu tidur, dinaikkan sampai 200
mg) ternyata bermanfaat. Obat-obat antiradang non-steroid yang lebih baru, seperti
ketorolac dan iodoxamid, ternyata dapat mengatasi gejala pada pasien-pasien ini.
Pada kasus berat, plasmaferesis merupakan terapi tambahan. Pada kasus lanjut
dengan komplikasi kornea berat, mungkin diperlukan transplantasi kornea untuk
mengembalikan ketajaman penglihatannya. 1,3
Reaksi Hipersensitivitas Tipe Lambat
1) Phlyctenulosis
15
Definisi
Keratokonjungtivitis phlcytenularis adalah respon hipersensitivitas lambat
terhadap protein mikroba, termasuk protein dari basil tuberkel, Staphylococcus spp,
Candida albicans, Coccidioides immitis, Haemophilus aegyptus, dan Chlamydia
trachomatis serotype L1, L2, dan L3. 1
Tanda dan Gejala
Phlyctenule konjungtiva mulai berupa lesi kecil yang keras, merah, menimbul,
dan dikelilingi zona hyperemia. Di limbus sering berbentuk segitiga, dengan apeks
mengarah ke kornea. Di sini terbentuk pusat putih kelabu, yang segera menjadi
ulkus dan mereda dalam 10-12 hari. Phlyctenule pertama pada pasien dan pada
kebanyakan kasus kambuh terjadi di limbus, namun ada juga yang di kornea,
bulbus, dan sangat jarang di tarsus. 1
Phlyctenule konjungtiva biasanya hanya menimbulkan iritasi dan air mata,
namun phlyctenule kornea dan limbus umumnya disertai fotofobia hebat.
Phlyctenulosis sering dipicu oleh blefaritis aktif, konjungtivitis bacterial akut, dan
defisiensi diet.
Terapi
Phlyctenulosis yang diinduksi oleh tuberkuloprotein dan protein dari infeksi
sistemik lain berespon secara dramatis terhadap kortikosteroid topical. Terjadi
reduksi sebagian besar gejala dalam 24 jam dan lesi hilang dalam 24 jam
berikutnya. Antibiotika topical hendaknya ditambahkan untuk blefarikonjungtivitis
stafilokokus aktif. Pengobatan hendaknya ditujukan terhadap penyakit penyebab,
dan steroid bila efektif, hendaknya hanya dipakai untuk mengatasi gejala akut dan
parut kornea yang menetap. Parut kornea berat mungkin memerlukan tranplantasi. 1
2) Konjungtivitis Ringan Sekunder terhadap Blefaritis kontak
Blefaritis kontak yang disebabkan oleh atropine, neomycin, antibiotika
spectrum luas, dan medikasi topical lain sering diikuti oleh konjungtivitis infiltrate
ringan yang menimbukan hyperemia, hipertropi papiler ringan, bertahi mata
mukoid ringan, dan sedikit iritasi. Pemeriksaan kerokan berpulas giemsa sering
hanya menampakkan sedikit sel epitel matim, sedikit sel polimorfonuklear dan
mononuclear tanpa eosinofil. 1
Pengobatan
diarahkan
pada
penemuan
agen
penyebab
dan
menghilangkannya. Blefaritis kontak dengan cepat membaik dengan kortikosteroid
topical, namun pemakaiannya harus dibatasi. Penggunaan steroid jangka panjang
pada palpebra dapat menimbulkan glaucoma steroid dan atropi kulit dengan
telangiektasis yang menjelekkan.
16
Pengobatan terdiri atas menghentikan agen penyebab dan memakai tetesan yang
lembut atau lunak, atau sama sekali tanpa tetesan. Sering reaksi konjungtiva
menetap sampai berminggu-minggu atau berbulan-bulan lamanya setelah
penyebabnya dihilangkan.
2) Konjungtivitis Pekerjaan oleh Bahan Kimia dan Iritans
Asam, alkali, asap, angin, dan hamper setiap substansi iritan yang masuk
ke saccus conjungtiva dapat menimbulkan konjungtivitis. Beberapa iritan umum
adalah pupuk, sabun, deodorant, spray rambut, tembakau, bahan-bahan make-up,
dan berbagai asam dan alkali. Di daerah tertentu,asbut (campuran asap dan kabut)
menjadi penyebab utama konjungtivitis kimia ringan. Iritan spesifik dalam asbut
belum dapat ditetapkan secara positif, dan pengobatannya non-spesifik. Tidak ada
efek pada mata yang permanen, namun mata yang terkena seringkali merah dan
terasa mengganggu secara menahun. 1
Pada luka karena asam, asam itu mengubah sifat protein jaringan dan efek
langsung. Alkali tidak mengubah sifat protein dan cenderung cepat menyusup
kedalam jaringan dan menetap di dalam jaringan konjungtiva. Disini mereka terus
menerus merusak selama berjam-jam atau berhari-hari lamanya, tergantung
konsentrasi molar alkali tersebut dan jumlah yang masuk. Perlekatan antara
konjungtiva bulbi dan palpebra dan leokoma kornea lebih besar kemungkinan
terjadi jika agen penyebabnya adalah alkali. Pada kejadian manapun, gejala utama
luka bahan kimia adalah sakit, pelebaran pembuluh darah, fotofobia, dan
blefarospasme. Riwayat kejadian pemicu biasanya dapat diungkapkan.
Pembilasan segera dan menyeluruh saccus conjungtivae dengan air atau
larutan garam sangat penting, dan setiap materi padat harus disingkirkan secara
mekanik. Jangan memakai antidotum kimiawi. Tindakan simtomatik umum
adalah kompres dingin selama 20 menit setiap jam, teteskan atropine 1% dua kali
sehari, dan beri analgetika sistemik bila perlu. Konjungtivitis bacterial dapat
diobati dengan agen antibakteri yang cocok. Parut kornea mungkin memerlukan
transplantasi kornea, dan symblepharon mungkin memerlukan bedah plastic
terhadap konjungtiva. Luka bakar berat pada kojungtiva dan kornea prognosisnya
buruk meskipun dibedah. Namun jika pengobatan memadai dimulai segera, parut
yang terbentuk akan minim dan prognosisnya lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
18
19