Anda di halaman 1dari 2

JURUS NAGA MENGHANTAM GARUDA

Oleh : Rolly Toreh

Paradigma negeri sebesar China dengan penduduk lebih dari 1,2 miliar mungkin saja
dipengaruhi filsuf sebangsanya seperti Kung Fu Tse atau Mencius tetapi kebanyakan ruang
lingkup hidupnya boleh jadi berfaedahkan “Tum Spiro, Spero” artinya: “Selama Kita Bernafas,
Kita Berusaha” terlebih ketika pakta ACFTA (Asean-China Free Trade Area) yang di berlakukan
per 1 Januari 2010 di Republik Indonesia yang berpenduduk 230 juta jiwa.
Menurut China, menghantam industri perdagangan Indonesia tidak sulit. Malahan mereka
ternyata super siap karena melihat kebutuhan pasokan industri manufaktur dan bahan mentah
di Indonesia yang sangat besar permintaannya. Industri lain seperti, industri Permesinan, jasa
permesinan, industri besi baja, industri elektoronik dan alat-alat listrik, industri plastik, industri
tekstil, industri petrokimia, industri makanan dan minuman dan sektor perkebunan dan
pertanian. Sebelumnya, ketika Menteri Luar Negeri China dijabat Yang Jiechi, sudah mengadakan
pertemuan dengan Presiden SBY dalam rangka membangun hubungan dagang yang lebih
produktif. Mereka saling bertutur hal-hal yang spektakuler dan ambisius khususnya mempererat
hubungan dagang bilateral. Bahkan China mengharapkan Indonesia pada tahun 2010 ini
memiliki volume perdagangan yang meningkat 2 kali lipat, dari 15 juta dollar AS pada tahun
2006 menjadi 30 juta dollar AS pada tahun 2010. Luar biasa.,.
Data dari ASEAN Trade Statistic Database (juli 2009) menggambarkan bahwa posisi ekspor
RI ke China tahun 2008 $ 11.637 juta, sangat kecil dibandingkan Thailand $ 15.931 juta,
Malaysia $18.422 juta, dan raksasa Singapura $ 29.082 juta. Hal ini berbanding terbalik dengan
Impor RI ke China sangat besar pada tahun yang sama yaitu sebesar $ 15.247 juta, sehingga
mendeskripsikan bahwa betapapun sempitnya peluang industri China menyuntik Indonesia
dimana yang menjadi pemain dominan di sektor energi China, yaitu CNOOC, Sinopec, dan
PetroChina yang terkenal, semangat pasar global ACFTA justru memberikan keunggulan mutlak
(absolute advantages) dan keunggulan komparatif (comparative advantages) kedua Negara.
Bila kita melihat dasar hukum pemberlakuan ACFTA dapat kita perhatikan sebagai berikut,
Pertama berdasarkan Kerangka perjanjian ACFTA yang ditanda tangani pada 2 November 2002
di Pnom Penh Kamboja, oleh para Kepala Pemerintahan Negara-negara ASEAN termasuk RI
dengan Kepala Pemerintahan RRC. Pada pasal 8 Ayat (1) mengatakan, ”Untuk perdagangan
barang, negosiasi & help; dimulai pada tahun 2003 awal dan diselesaikan pada tanggal 30 Juni
2004 dalam rangka pembentukan ACFTA yang meliputi perdagangan barang pada tahun 2010
untuk Brunei, China, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand, dan pada tahun 2015
untuk negara-negara anggota baru ASEAN”. Perjanjian yang kedua adalah Perjanjian
Perdagangan Barang yang ditanda tangani pada 9 November 2004, oleh para Menteri Negara-
negara ASEAN termasuk RI dengan Menteri dari RRC.
Dampak hantaman produk China terhadap RI secara tidak langsung yaitu penurunan
penjualan produk dalam negeri oleh konsumen dalam negeri, kemudian akan memperlambat
pertumbuhan investasi, dan melemahkan daya serap tenaga kerja yang juga berakibat
meningkatnya pengangguran. Paling tidak ada beberapa solusi misalnya analisa untuk menekan
tingginya harga barang, pembenahan infrastruktur, memperbaiki system pelayanan publik,
memperketat surat perizinan perdagangan dengan Negara lain, dan meningkatkan pencitraan
produk dalam negeri.
Apa yang diramalkan Dr. Fan Gang (Penasehat ekonomi mantan PM China Li Peng) bahwa
China akan mencapai full employment dan full market mechanicsm tiga puluh tahun lagi, artinya
pada tahun 2035 tidak ada lagi pengangguran di China dan perekonomian sepenuhnya
dijalankan dengan sistem pasar, patut kita cermati bersama termasuk bagaimana Pemerintah
mempersiapkan agenda penting secara simultan, memperkuat keunggulan kompetitif domestik
dan membangunnya secara jangka panjang (sustainability competitiveness) agar supaya rakyat
dan pelaku usaha jangan dijadikan budak dan penonton di negeri sendiri, menyaksikan secara
vulgar bagaimana garuda kita babak belur dihantam naga dari China. Tabik.
Penulis, facebookers Tribun Manado

Anda mungkin juga menyukai