Anda di halaman 1dari 3

BERSATULAH RAKYAT INDONESIA

CABUT PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG


(PERPPU) NOMOR 2 TAHUN 2022 TENTANG CIPTA KERJA!

LAWAN SEGALA BENTUK KEBIJAKAN ANTI-DEMOKRASI PEMERINTAH


JOKO WIDODO-MA’RUF AMIN!

JALANKAN LAND REFORM SEJATI DAN PEMBANGUNAN INDUSTRI


NASIONAL SEBAGAI SOLUSI SEJATI EKONOMI RAKYAT DAN BANGSA!

Pemerintah Jokowi kembali menunjukkan watak aslinya sebagai pemerintah kepala batu,
anti-kritik, anti-demokrasi dan anti-kepentingan rakyat dan bangsa. Setelah berbagai
kebijakan yang sudah merampas hak hidup rakyat secara universal melalui perampasan tanah
untuk pelbagai kepentingan bisnis dan monopoli serta infrastruktur, perampasan upah dan
kerja melalui pemutusan kerja sepihak, penarikan subsidi yang berimbas pada kenaikan
harga-harga serta kenaikan pelbagai jenis pajak adalah tindasan sistematis yang terus
berjalan. Terbaru, pemerintah Jokowi semakin menunjukkan citranya sebagai pelaksana
praktik paling buruk dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan mengangkangi semua
aturan perundangan yang digagas dan dibuat untuk menyatukan dan memajukan seluruh
bangsa melalui penerbitan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPPU)
NOMOR 2 TENTANG CIPTA KERJA pada 30 Desember 2022. Sebuah aturan pemaksa
agar UU OMNIBUS LAW CIPTA KERJA -yang dilawan jutaan rakyat dan dinyatakan
batal demi hukum oleh Mahkamah Konstitusi RI - tetap implemen tanpa syarat.

UU 11 2020 tentang Cipta Kerja telah dinyatakan Inkonstitusional Bersyarat oleh Mahkamah
Konstitusi pada 25 November 2021 melalui Putusan No. 91/PUU-XVIII/2020. Dalam
Putusan tersebut, MK memerintahkan kepada pembuat Undang-Undang untuk melakukan
perbaikan dalam waktu paling lama dua tahun sejak diputuskan. Jika dalam waktu tersebut
tidak dilakukan perbaikan, maka UU Cipta Kerja akan dinyatakan inkonstitusional secara
permanen. Selain itu, MK juga memerintahkan kepada Pemerintah untuk menangguhkan
segala tindakan atau kebijakan yang bersifat strategis dan berdampak luas serta tidak
dibenarkan pula menerbitkan peraturan pelaksana baru yang berkaitan dengan Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Penerbitan PERPPU ini merupakan
wujud nyata dari negara yang tidak tunduk pada konstitusi dan melakukan pembangkangan
hukum. Pemerintah Jokowi tidak menghendaki pembahasan kebijakan yang sangat
berdampak pada seluruh kehidupan bangsa dilakukan secara demokratis melalui partisipasi
bermakna (meaningful participation) sebagaimana diamanatkan Mahkamah Konstitusi RI.

PERPPU ini jelas tidak memenuhi syarat legal formal sebagai aturan hukum setara Undang-
Undang yang bisa diterbitkan pemerintah hanya dalam keadaan yang mengharuskan atau
dalam istilah kegentingan yang memaksa, kekosongan hukum karena tidak adanya aturan,
dan proses pembuatan tidak bisa dengan proses pembentukan UU seperti biasa. Saat MK
memutuskan bahwa UU Cipta Kerja inkonstitusional bersyarat, pemerintah Jokowi justru
mengkhianatinya dengan menerbitkan PERPPU. Dampak perang Ukraina-Rusia, ancaman
inflasi, stagflasi hingga masalah pengungsi merupakan masalah nyata yang harus dihadapi
semua bangsa di seluruh negeri bergantung saat ini, tidak hanya Indonesia dan TIDAK BISA
dijadikan alasan sebagai kegentingan yang memaksa sehingga menerbitkan PERPPU. Alasan
kekosongan hukum pun merupakan alasan yang tidak berdasar dan justru menunjukkan
inkonsistensi negara ketika pemerintah terus mengklaim bahwa UU Cipta Kerja masih
menjadi acuan hukum yang berlaku untuk memutus semua masalah di tengah MK yang
sudah sudah menyatakannya sebagai aturan yang inkonstitusional bersyarat.

Penerbitan PERPPU Cipta Kerja telah menunjukkan semakin tercelanya pemerintah Jokowi
di mata hukum hanya untuk memastikan fasilitas mewah bagi investor Imperialis maupun
tuan tanah dalam negeri. Ini jelas dari pernyataan pemerintah saat konferensi pers bahwa
penerbitan PERPPU ini adalah kebutuhan kepastian hukum bagi pengusaha, bukan untuk
kepentingan rakyat dan bangsa. Penerbitan PERPPU ini semakin melengkapi praktik
terbelakang dan melanggar hukum Pemerintah Jokowi dalam membuat aturan seperti UU
Minerba, UU IKN, UU Omnibus Law Cipta Kerja, Revisi UU Mahkamah Konstitusi, UU
KUHP, dan kebijakan-kebijakan lainnya. Termasuk waktu Penerbitan PERPPU di ujung
tahun ketika seluruh rakyat tengah menjalani aktivitas kebudayaan bersama keluarga, juga
menunjukkan bahwa Pemerintah Jokowi adalah pemerintahan pengecut, tercela, culas dan
licik.

Gelombang gerakan rakyat menentang UU 11 tentang Cipta kerja terus berlangsung sejak tahun 2019
tanpa putus hingga MK menetapkan putusan atas UU tersebut pada November 2021. Hingga saat ini
pemerintah Jokowi telah buta dan tuli terhadap suara dan protes jutaan rakyat Indonesia. Pemerintah
Jokowi mengklaim bahwa UU Cipta Kerja adalah jembatan emas yang akan memakmurkan rakyat
Indonesia. Namun nyatanya apa yang disebut sebagai kemakmuran tersebut adalah kebohongan besar
yang disebarkan oleh pemerintah Jokowi. Terbitnya PERPPU CIPTA KERJA hanya akan membuka
ruang bagi kehancuran ekonomi rakyat besar-besaran, kaum tani dan klas buruh Indonesia.
Pemberitaan terkait gelombang gerakan rakyat yang dengan sadar penuh menolak PERPPU Cipta
Kerja direspon dengan sikap sepele dan meremehkan seolah-olah Presiden tidak dipilih oleh rakyat
Indonesia.
Jika Bukan PERPPU CIPTA KERJA, Apa Solusi Sejati Ekonomi Bagi Rakyat dan Bangsa
Indonesia?

Indonesia sebagai negeri agraris miskin yang menggantungkan hidup sepenuhnya pada aliran
investasi asing dan utang luar negeri, terseret dalam pusaran krisis ekonomi. Sebagian besar
industri manufaktur terbelakang di Indonesia bergantung pada kapital asing, teknologi dan
bahan baku asing serta berorientasi ekspor. Demikian halnya dengan sistem perkebunan skala
besar terbelakang di perdesaan, penghasil bahan baku mentah murah seperti karet dan CPO
sawit sebagai penopang industri asing. Sementara timbunan utang pemerintah maupun swasta
semakin menggunung, hingga November 2022 telah mencapai Rp7.554 triliun (38,7% dari
total PDB). Awal tahun 2023, pemerintah Jokowi juga telah menambah utang baru sebesar
Rp696 Triliun dengan alasan menutupi defisit belanja Negara.
Data inflasi Indonesia hingga bulan November 2022 sebesar 5,42% yang disumbang oleh
gejolak harga bahan makanan-minuman, cukai rokok, tarif angkutan udara, maupun bahan
bakar rumah tangga dan listrik. Namun angka inflasi ini akan semakin membumbung tinggi
di tahun 2023 hingga mendekati 7% seiring dengan kenaikan bahan-bahan pangan dan energi
yang tidak terkendali, penarikan subsidi publik, kenaikan pajak hingga cukai.
Meskipun diiringi penggelontoran program bantuan sosial yang mencapai Rp24 triliun,
namun di tengah perekonomian nasional yang tidak pernah pulih sehingga kebijakan
ekonomi apapun yang dijalankan pemerintah akan merugikan rakyat, termasuk PERPPU
CIPTA KERJA. Pemerintah Joko Widodo ketika menghadapi tekanan situasi perekonomian
dunia yang berat, seperti tidak ada pilihan selain membenamkan rakyatnya sendiri ke dalam
jurang krisis yang semakin dalam. Inilah takdir celaka di bawah pemerintah boneka Joko
Widodo, selama dua periode yang tidak memiliki daya untuk membebaskan rakyat negerinya
dari ujung tanduk krisis kronis. Pemerintah Joko Widodo bahkan tak berdaya mengusik laba
super dari perusahaan-perusahaan tambang dan migas asing yang semakin banyak dan buas
beroperasi mengeksploitasi sumber kekayaan alam negeri Indonesia.
PERPPU CIPTA KERJA adalah aturan pemaksa yang mengangkangi semua aturan hukum negeri ini,
menghina dan mengijak-injak demokrasi dan kedaulatan rakyat hanya untuk mendapat pengakuan
sebagai negeri yang ramah investasi dan menjerumuskan rakyat Indonesia pada penderitaan panjang.

Atas dasar tersebut di atas, maka kami menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia untuk bersatu
dan berjuang menuntut:

1. Tolak dan cabut segera PERPPU No 2 2022 tentang Cipta Kerja


2. Cabut UU Cipta Kerja dan Seluruh Produk Hukum Turunannya

Pusat Perjuangan Rakyat Indonesia

Koordinator

Anda mungkin juga menyukai