OLEH
Indonesia adalah negara hukum,operasionalisasi dari konsep negara hukum indonesia dituangkan
dalam konstitusi negara yaitu UUD 1945 yang merupakan hukum dasar negara yang menempati
posisi sebagai hukum dasar negara tertinggi dalam tertib hukum Indonesia.Negara hukum
berkaitan dengan Hak Asasi Manusia(HAM),sebab salah satu ciri dari negara hukum adalah
adanya jaminan atas hak asasai manusia,oleh karena itu negara hukum bertanggung jawab atas
perlindungan dan penegakan pada hak asasi para warganya.Politik Hukum HAM adalah
kebijakan hukum HAM tentang penghormatan,pemenuhan dana perlindungan HAM.Terkait
dengan persoalan jaminan HAM bagi warga negara Indonesia oleh negara,maka pembicaraan
kita akan menuju pada politik hukum HAM yang sedang dilaksanakan pada masa pemerintahan
presidem Jokowi.. Salah satu misinya saat mencalonkan di periode kedua adalah menegakkan
sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya. Misi tersebut dibagi menjadi
beberapa poin yaitu: melanjutkan penataan regulasi; melanjutkan reformasi sistem dan proses
penegakan hukum; pencegahan dan pemberantasan korupsi; penghormatan, perlindungan, dan
pemenuhan HAM; dan mengembangkan budaya sadar hukum. Setelah satu tahun berlalu,
realisasi misi Jokowi-Ma’ruf jauh panggang dari api. Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah
dalam satu tahun terakhir justru memperlemah penegakan hukum dan hak asasi manusia,
pemberantasan korupsi, menghancurkan lingkungan, dan merampas ruang hidup masyarakat. Hal
tersebut dapat kita lihat dalam beberapa fakta berikut:
Seperti Prabowo Subianto yang diduga terlibat dalam penculikan aktivis tahun
1998 menjadi Menteri Pertahanan dan Wiranto yang diduga sebagai pelanggar HAM
berat pernah menduduki kursi Menko Polhukam."Kemudian, dalam dua tahun terakhir
ini, Jokowi memberikan gelar bintang jasa utama kepada Eurico Guterres yang diduga
terlibat dalam pelanggaran HAM berat di Timor Leste. Lalu dua anggota Tim(penculik
aktivis 1998) direkrut sebagai pejabat eselon di Kementerian Pertahanan," kata
Sajali.Sajali juga mengatakan kini tidak ada lagi agenda penuntasan pelanggaran HAM
berat di Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM) 2021 - 2025 dan
Konvensi Internasional Anti Penghilangan Paksa tak kunjung diratifikasi."Jadi kami
melihat sudah sangat kecil sekali ruang Presiden Jokowi mau menindaklanjuti penuntasan
pelanggaran HAM berat ke depan," katanya.Riset Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
dan Litbang Kompas tahun 2019 pernah mengungkapkan, mayoritas masyarakat menilai
pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin kesulitan menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran
HAM masa lalu karena ingin menjaga harmonisasi politik atau nuansa
politis.Berdasarkan hasil riset itu, 73,9% responden menganggap nuansa politis menjadi
hambatan utama. Selain itu, 23,6% persen beranggapan presiden tidak memiliki
kemampuan untuk menyelesaikan masalah kasus HAM masa lalu, dan hanya 2,5% yang
menjawab tidak tahu.
KESIMPULAN :
Dari apa yang telah saya pelajari yaitu tentang politik hukum ham pada masa
pemerintahan presiden Jokowi-Ma’aruf.Bahwa sistem politik hukum yang saat ini di
Indonesia masih sangat disayangkan dengan apa yang dijanjikan dulu.Dibutuhkan
kolaborasi antara negara dan masyarakat dalam membangun sistem hukum yang
berintegritas.Mendekatkan produk kebijakan publik dengan kebutuhan masyarakat
merupakan jalan yang ideal agar substansi hukum mencerminkan kebutuhan masyarakat.