1. Cover depan
2. Mahasiswa Bertanya
Kampus Intelektual
Mahasiswa Terbaik 2014
(Dea Sabilla R)
Rubrik Cerdas
TIPS MENULIS
Tingkat kemampuan seseorang biasanya diukur dengan bagaimana dia menghasilkan
sebuah karya, baik ditinjau dari segi kualitas karya atau dari banyaknya kuantitas karya yang
diciptakan. Kemampuan seseorang tingkat untuk menghasilkan sebuah karya yang fantastis
dan produktif, sebuah karya apapun jenisnya tidak langsung diperoleh secara praktis dan
saklek. Perlu sebuah proses yang panjang untuk menciptakan sebuah karya. Bagimana
dengan menulis, apakah bisa dikatakan sebuah karya
Pepatah jawa mengatakan Nuliso Ben Dianggep Menungso (red: menulislah biar dianggap
sebagai manusia) mengisyaratkan bahwasannya esensi dari sebuah tulisan menjadi tolak
ukur keberadaan individu apabila ingin menjadi manusia yang benar-benar manusia
bukannya manusia jadi-jadian. Dalam kesempatan disebuah seminar di Pekalongan,
beberapa Tim LPM pernah meminta saran menulis pada seorang penulis sekaliber Darwis
Tere Liye. Penulis buku Negeri Para Bedebah ini mengatakan Sejelek-jeleknya sebuah
tulisan tetaplah sebuah kebaikan, maka menulislah agar selalu menebar kebaikan. Berikut
tips-tips menulis hasil diskusi dari teman-teman LPM SUAKA Universitas Pekalongan:
Tulis apa saja saat menemukan ide
Cari suasana yang pas untuk menulis
One day one paragraph
Biasakan membaca
Biasakan membawa alat tulis
Awali dengan diary
Manfaatkan barang bawaan
Menggunakan bahasa yang simpel
Selesaikan tulisanmu, jangan terpengaruh dengan tata bahasa dahulu, setelah itu lakukan
editing
Headline
Penarikan Kurikulum 2013
Menurut dari salah seorang panitia yang minta dirahasiakan namanya menuturkan,
Kegiatan makrab ini banyak menguras tenaga dari para panitia. Selain melibatkan
BEM FKIP sebagai pengendali utama dalam kegiatan ini, Himaprodi pun
diikutsertakan dalam kegiatan ini agar nantinya bisa membantu dalam masalah
tenaga dengan tujuan menyebandingkan antara banyaknya peserta dengan jumlah
panitia. Maka dari itu dengan kondisi semacam tadi punggawa Himaprodi harus
menjadi fighter beneran.
Menyadari akan kekurangan kegiatan makrab ini perlu dievaluasi agar nantinya
kegiatan makrab ini sesuai dengan tujuan aslinya mengakrabkan semua peserta dan
panitia. Jadi pengorbanan yang mereka lakukan selama ini tidak sia-sia, baik
pengeluaran biaya peserta yang dibilang cukup wah sebesar 50.000 rupiah, dan
juga pengorbanan tenaga panitia yang pontang-panting.
Menurut salah satu dekan, Pak Fahrudin, makrab tahun ini waktunya kurang
sehingga kreativitas dari kegiatan pun kurang. semoga untuk kedepannya waktunya
bisa mencukupi dan kreativitas dari mahasiswa juga bisa lebih di explore,
tambahnya. Dalam pelaksanaannya, setiap peserta wajib membayar uang sebesar
50 ribu, yang nantinya akan dikelola oleh pihak BEM fakultas dan dikendalikan oleh
pihak fakultas. semua itu nantinya kembali kepada peserta, baik dari transportasi
maupun akomodasi selama kegiatan, jelas Bapak yang telah menjabat sebagai
wakil dekan tersebut.
Indonesia harusnya berkarya dengan seni kreatifitasnya sendiri. Orang diluar negeri
sudah mengenal Indonesia dan juga batiknya. Bukan hanya sekadar mengenakan
hasil karyanya, tapi bagaimana kita mengenal lebih jauh unsur/filosofi batik itu
sendiri, tutur Bapak Asikin.
Dengan adanya Fakultas Batik di Universitas Pekalongan, setidaknya bisa
mendongkrak kreativitas para pengrajin Batik. Selain itu, setidaknya di Fakultas ini
tidak hanya di ajarkan bagaimana proses membuat bati, tapi bagaimana cara
mengembangkan potensi batik sebagai warisan budaya, imbuhnya.
Patut diapresisi, pihak Universitas Pekalongan yang mengeluarkan idenya untuk
membuka program studi batik pada tanggal 5 Desember 2011 silam. Universitas
Pekalongan yang berkedudukan di kota produsen batik dunia, sudah selayaknya
membuka program studi D-III Teknologi Batik. Secara sosial dan budaya Unikal telah
mengangkat citra batik yang sudah diakui dunia itu.
Program studi D-III Batik ini merupakan sebuah upaya serius Unikal dalam ikut
mempertahankan dan mengembangkan batik sebagai warisan dunia sebagaimana
telah diakui Unesco. Sebab, di dalam salah satu klausul pemberian gelar warisan
budaya Unesco tersebut menyebutkan bahwa salah satu komitmen yang harus
dilakukan oleh suatu negara yang mendapatkan gelar pengakuan itu adalah upaya
serius negara dalam melestarikan dan mengembangkan salah satu mata budaya
tersebut di dalam keilmuan.
Fakultas yang terbilang masih belia ini, kini sudah berakreditasi B di tambah lagi
peminat Fakultas ini lumayan banyak. Bukan hanya dari warga sekitar Pekalongan
yang melirik Fakultas Batik UNIKAL, namun dari luar Negeri juga ada. Akina, salah
satu mahasiswa Fakultas Batik yang berasal dari Jepang. Suatu kebanggaan
tersendiri ketika ada warga asing yang belajar di UNIKAL. Dalam potong tumpeng,
Akina juga di daulat sebagai penerima potongan tumpeng pertama yang di serahkan
secara langsung oleh Dekan Fakultas Batik (Zahir Widadi, S.S., M.M.).
Inilah beberapa secercah harapan dari kampus Universitas Pekalongan, terlahir dari
sebuah program studi batik muncullah harapan-harapan yang nantinya akan menjadi
kebanggaan Unikal tersendiri dan wong kalongan secara umum. Mungkin Fakultas
yang sekarang menempati Gedung E ini bisa menjadikan pendongkrak bagi fakultas
besar lainnya agar semangat menjadikan Universitas Pekalongan panutan tidak
hanya di tataran lokal maupun nasional namun internasional. Seperti halnya
Fakultas Batik yang mengenalkan Universitas Pekalongan kepada Negara Jepang
lewat mahasiswanya bernama Akira.
Sekilas Info
Kegiatan terdekat tiap UKM
Referensi
Review film dibalik 98
Kisah Inspiratif
Kisah Mahasiswa Inspiratif
Dosen Kita
Profil Dosen
Tausiyah
Senyum, Shodaqoh Bagi Saudaramu
Oleh: Khizanaturrohmah
Hal sepele dan ringan tapi bernilai ibadah itulah senyum. Senyum kita kepada saudara kita
adalah ibadah. Ada sebuah hadits yang menyatakan bahwa senyum itu ibadah, "Tersenyum
ketika bertemu saudaramu adalah ibadah." (HR. Trimidzi, Ibnu Hibban, dan Baihaqi). Tapi
jangan sampai kita senyum-senyum sendiri ntar dikira kenapaaa gituuu....
Rasulullah SAW. juga bersabda, "Senyum kalian bagi saudaranya adalah sedekah, beramar
makruf dan nahi mungkar yang kalian lakukan untuk saudaranya juga sedekah, dan kalian
menunjukkan jalan bagi seseorang yang tersesat juga sedekah." (HR. Tirmizi dan Abu Dzar).
Salah seorang sahabat, Abdullah bin Harits, pernah menuturkan tentang Rasulullah SAW.,
"Tidak pernah aku melihat seseorang yang lebih banyak tersenyum daripada Rasulullah
SAW". (HR. Tirmidzi).
Namun terkadang walaupun ringan, masih banyak diantara kita yang meremehkan senyuman.
Penyebabnya bisa macam-macam, ada yang enggan, merasa sungkan, cuek, acuh tak acuh,
ataupun malu. Meskipun ringan, senyum merupakan amal kebaikan yang tidak boleh
diremehkan. Rasulullah SAW. bersabda, "Janganlah kamu meremehkan kebaikan sekecil apa
pun, sekalipun itu hanya bermuka manis saat berjumpa saudaramu." (HR. Muslim).
Mungkin kita sering berpikir bahwa sedekah itu berkaitan erat dengan harta benda seperti
pemberian uang, pakaian, atau apa pun yang bisa langsung dinikmati penerima dalam bentuk
materi. Hal itu juga mungkin yang ada dalam pikiran para sahabat Rasulullah SAW., sehingga
mereka sangat gelisah kemudian mempertanyakannya.
Oleh karena itu, kalau bisa seorang Muslim tidak membiarkan satu hari pun berlalu tanpa
dirinya terlibat dalam kegiatan bersedekah. Minimal sebuah senyuman. Jika kita punya
wawasan sempit mengenai pengertian bersedekah, tentu hal itu menjadi mustahil.
Ada beberapa keistimewaan sedekah. Di antara keistimewaan sedekah itu adalah menolak
bala (musibah). Dari Sayyid Ali Ar-Ridha, dari Sayyid Ja'far Ash-Shadiq, dari Sayyid Ali
Zainal Abidin, dari Ali bin Abi Thalib Radiyallahu Anhum, bahwa Rasulullah SAW.
bersabda, "Sedekah itu dapat menghindarkan diri dari kematian yang tidak baik, menjaga diri
dari tujuh puluh macam bencana."
Imam Ibnul Qoyyim RA. dalam bukunya al-Wabil ash-Shayyib berkata, "Sesungguhnya
sedekah bisa memberikan pengaruh yang menakjubkan untuk menolak berbagai bencana,
walaupun pelakunya orang yang Fajir (pendosa), zalim, atau bahkan orang kafir."
Jendela Dunia
Artikel kecanggihan teknologi dalam dunia pendidikan
Galeri
Foto-foto
dieksplorasi dan mudah diingat oleh mahasiswa daripada teori di dalam kelas.
Konsep tersebut juga mampu merangsang mahasiswa untuk lebih aktif dalam
berpikir dan memecahkan suatu permaslahan. Meskipun demikian tetap perlu
adanya kombinasi diantara keduanya. Ketika pemahaman teori sudah habis di
dalam setelah itu baru explore (keluar), ucapnya.
Tetap Bertahan
By Nella M.
Masih tersadar
Dalam dekapan gelap
Serasa diangkasa luas
Dengan bertebaran alas-alas penopang hidup
Suara sunyi senyap
Diiringi desauan alunan-alunan
Masih tersadar
Terasa berat memang
Namun masih tetap tahan
Untuk bertahan
Yang mulai pasrah
Demi menunggu sinar-sinar senja
Yang akan terus berulang
Tuhor
Langit masih menunjukkan kemegahan jubah kelamnya. Semilir angin malamyang
masuk silih berganti dari celah jendela kamar yang sengaja kubuka sedikit, mengusikku
untuk segera bersuara. Aku masih diam. Gangguan angin tak mampu menggetarkan indra
perasaku. Partaonan, kekasihku yang sedari tadi menantikan untaian kata dari mulutku
semakin lemas dan pasrah. Aku semakin diam. Bisu. Di sisa keputusasaannya, Partaonan
mengulangi kembali pertanyaannya. Pertanyaan yang jawabannya menyangkut masa depan
kami berdua.
Hasian1, kita sudah berpacaran selama lima tahun, sudah pernah merasakan susah
dan senang bersama. Tahu kelebihan dan kekurangan masing-masing. Apa rentetan kisah
yang kita bangun bersama ini belum cukup untuk menyakinkanmu bahwa aku bisa
membahagiakanmu. Apakah jalinan suci yang telah kita bangun akan putus hanya karena
tuntutan dari kedua orang tuamu?
Dia melanjutkan, Kita sudah dewasa hasian, kita berhak menentukan masa depan kita.
Kenapa harus mematuhi aturan adat yang mempersulit kita untuk bersatu? Ayolah hasian,
tentukan pilihanmu agar aku bisa menentukan langkahku untuk kita. Aku rasa cara terbaik
adalah kita kawin lari saja. Tidak akan ada orang yang mencela. Sekarang zamannya sudah
beda. ini zaman modern. Hidupku ya hidupku, hidupmu ya hidupmu. Atur dan urus
kehidupan masing-masing.
Aku masih diam tak bergeming.
Aku tidak bisa hidup tanpamu hasianku. Aku sudah terlanjur sayang kamu.Apa
pernah aku melanggar aturan yang kau buat sendiri? Atau apa aku pernah meninggalkanmu di
saat kamu terpuruk? Apa saja yang kamu minta selalu aku usahakan, dan jarang sekali
usahaku untuk memenuhi permintaanmu itu gagal. Aku pasti datang dengan apa yang
menjadi pesananmu.
Malam semakin pekat, kau pun semakin hanyut dalam kekalutan. Pikirkanlah
hasian. Putuskan apa yang terbaik untuk kita. Besok malam aku akan datang lagi untuk
menagih keputusanmu itu. Itu adalah kunjungan terakhirku. Kuharap keputusanmu tidak
mengecewakanku. Beristirhatlah hasianku, selamat malam.
Kudengar Partaonan mulai meninggalkan jejak kakinya di bawah jendelaku. Semakin
jauh ia melangkah. Semakin pilu rasa hatiku.Ingin rasanya aku mengikuti jejak
langkahnya.Namun, aku tak sanggup melakukannya.Aku cinta dia tapi aku juga cinta dan
butuh keluargaku.Tak bijak rasanya jika aku meninggalkan keluarga yang begitu peduli
dengan kehidupanku.
1Sayang
Sudah tiga malam berturut-turut aku dan Partaonan markusip2. Namun, aku belum
bisa meyakinkan diriku untuk mengambil satu keputusan. Terlalu berat untukku
meninggalkan keluarga ini, di sisi lain aku ingin sekali hidup bersanding dengan kekasihku.
Aku pikir sikap baik dan terbuka keluargaku untuknya merupakan lampu hijau untuk
hubungan kami. Keluargaku memang tidak pernah melarangku untuk bergaul dengan siapa
saja selama aku nyaman. Namun, untuk masalah calon suami ternyata keluargaku memilki
pandangan yang berbeda. Terngiang kembali diingatanku kejadian minggu kemarin pada saat
Partaonan membawa kedua orang tuanya ke rumahku dan bermaksud melamarku.
Kedatangan mereka disambut hangat oleh kedua orang tuaku.Dengan sedikit malu-malu tapi
tanpa mengurangi keraguannya Partaonan angkat bicara. Kedatangan saya kali ini agak
berbeda dengan sesudahnya. Kali ini saya membawa kedua orang tua saya untuk
membuktikan kesungguhan hati saya kepada boru Udak, Zizah. Barangkali udak juga sudah
mengetahui hubungan serius yang saya jalani dengan Zizah.
Mendengar pengakuan dari Partaonan, kedua orang tua saya tidak menunjukkan
perubahan ekspersi. Wajah mereka tetap tenang dan santai. Tidak adak perubahan. Melihat
raut wajah kedua orang tuaku yang masih tetap hangat namun belum memberikan tanggapan,
Pardomuan, ayah Partaonan bersuara. Keluarga kami sebenarnya tidak layak untuk
mamungut boru3 dari keluarga kamu. Siapalah saya dan siapa kamu. Saya hanya seorang
petani sedang kamu seorang pegawai negeri.Tapi saya lihat kamu adalah orang yang tidak
membeda-bedakan status. Itu yang membuat saya berani melangkahkan kaki memasuki
rumah ini, mengantarkan anak saya untuk mengutarakan keinginannya. Ucap ayah
Partaonan tenang.
Kedua orang tuaku tetap tidak merubah ekspresi wajahnya mendengar tuturan
Pardomuan.Namun masih tetap belum juga memberi respon.Keluarga Partaonan pun memilih
tak mengeluarkan kalimat lagi sebelum kalimat mereka yang sudah terlanjur dikeluarkan
mendapat respon. Setelah beberapa saat hening. Akhinya ayahku membuka katup mulutnnya,
dan mengeluarkan satu kalimat.
Berapa tuhor4 yang kau siapkan untuk boruku? tanyanya tenang.
2Artinya berbisik.Kegiatan markusip dilakukan pada waktu tengah malam agar
tidak diketahui oleh orang lain. Dalam hal ini, pemuda dengan cara sembunyisembunyi mendatangi rumah tempat kekasihnya tidur. Kemudian dengan
menggunakan sandi atau kode sang pemuda akan membangunkan kekasihnya
dari balik dinding atau jendela rumah tersebut. Untuk membangunkan sang
kekasih, biasanya pemuda menjentik-jentik jendela rumah dengan jari tangannya
secara perlahan-lahan.
3Artinya mengambil boru (anak perempuan)
4Merupakan sejenis mahar yang menjadi tradisi turun temurun dari masyarakat
Mandailing Natal.Menjadi hukumyang tidak tertulis dalam perjanjian pernikahan
namun memiliki nilai historis dan sosiologis yang subtantif.Tuhor merupakan hak
dari boru untuk kesejahteraannya.Besarnya tuhor ditentukan oleh tingkat
pendidikan dan status boru tersebut di masyarakat.Dan biasanyanya pihak dari
boru yang menentukan besarnya tuhor. Tuhor bisa dibayar tunai atau
Partaonan sedikit kaget mendengar tuturan ayahku. Dia mengira kedudukan ayahku sebagai
pegawai negeri akan merubah cara pandangnya. Ternyata tidak. Ayahku mempersoalkan
tuhor untukku. Itu artinya, ayahku masih memegang teguh aturan adat dan
memberlakukannya untuk kami. Dengan sedikit ragu Partaonan mengatakan.
Saya punya uang dua juta untuk tuhornya Udak.Jawab Partaonan dengan suara yang
dipelankan.
Dua juta? Apa menurutmu itu layak kau berikan untuk boruku? tanya ayahku.
Sebelumnya mohon maaf Udak. Saya rasa kita tidak usah terlalu mempersoalkan
besarnya tuhor. Yang terpenting saya punya uang yang cukup sebagai mahar dan menggelar
horja5di pernikahan kami.Itu sudah cukup. Ucap Partaonan hati-hati.
Iya saya yakin itu.Kamu sudah mempersiapkan segalanya untuk bisa menyanding
boruku.Namun, perlu diingat. Kita ini adalah suku Batak Mandailing. Kita punya adat yang
harus dijunjung tinggi demi menghormati leluhur-leluhur kita.Jika kau ingin menikahi
boruku. Nikahi dia secara adat. Harus ada tuhornya. Dan penuhi tuhor itu sesuai dengan
keadaan boruku Ayahku berpendapat.
Partaonan diam sejenak dan memberanikan diri untuk menanyakan berapa tuhor yang
diminta Ayahku.Meskipun aku yakin dia hanya ingin tahu berapa ayahku menghargai aku
dengan rupiah tanpa bisa menyanggupi permintaan ayahku tersebut.
Saya tidak terlalu mematok berapa tuhornya.Semua itu saya kembalikan lagi ke kau
sebagai seorang yang mengaku mencintai anak saya. Kau sudah tahu dan melihat.Anak saya
baru saja menyelesaikan S2 di USU (Universitas Sumatra Utara). Dia mengambil S2 dengan
gajinya sendiri sebagai seorang Guru di SMA. Kau tentu dapat mengira berapa tuhor yang
pantas diberikan untuk anak saya. Nada ayahku tetap tenang menguraikan kalimat ini.
Kulihat Partaonan berpikir keras.Saya rasa tiga puluh juta rupiah adalah harga yang
sesuai untuk boru udak.Tapi udak juga tau dan melihat sendiri keadaan saya dan keluarga
saya.Saya hanyalah seorang supir angkot.Butuh waktu bertahun-tahun untuk mengumpulkan
tuhor sebanyak itu.Jadi tolong beri saya kemudahan agar tuhornya ditangguhkan.Saya akan
menyicilnya setiap bulan.
Ayahku langsung membantah pendapat itu dengan lembut. Boruku selama kuliah
tidak pernah menangguhkan biaya. Dia menggapai angannya setelah ada biaya yang cukup
ditangannya. Jika tuhornya ditangguhkan dan kau menyicil selama sebulan sekali. Aku rasa
nilai rasa dari tuhor tersebut sudah berkurang, karena pasti boruku akan menggunakan tuhor
yang menjadi haknya itu untuk kebutuhan rumah tangga kalian. Dan aku tidak mengharapkan
itu terjadi. Ayahku mengucapkannya tetap dengan nada tenang.
Amarah Partaonan mulai terpancing, dengan sedikit bertenaga dia melontarkan
kalimat panas ke muka ayahku. Tuhor itu bisa dicari udak.Tapi butuh waktu. Apa udak tega
melihat aku dan boru udak terbelenggu demi memenuhi kebutuhan adat yang latah?
tanyanya berapi-api.
Dengan santai ayahku menjawab, Aku hanya mengikuti adat.
Apakah kita harus selalu mengikuti adat yang terkadang malah mempersulit kita
dalam menjalani kehidupan ini udak? Hidup hanya sekali, manfaatkan itu dengan sebaikbaiknya.Ucap Partaonan dengan masih berapi-api.
Justru adat dibuat untuk memudahkan serta menyadarkan kita dalam menjalani
kehidupan sesuai dengan kemampuan kita. Aku memintamu memberi tuhor besar kepada
boruku bukan karena aku ingin mempersulit melainkan karena aku memikirkan
kesejahteraannya.Dia sarjana S2, dia layak sejahtera. Jika kau tidak sanggup mensejahterakan
boru S2, cari boru lain yang mampu kau sejahterakan sesuai dengan kemampuanmu. Jangan
memaksakan kehendak jika tidak mampu.Bersikaplah qonaah, menerima rezeki yang
ditetapkan oleh Allah untukmu. Aku rasa itu lebih bijak daripada kau menyiksa dirimu sendiri
untuk mendapatkan apa yang kau mau. Tidak semua keinginan dapat dikabulkan. Tutur
ayahku yang masih menjaga sikap tenangnya.
Mendengar tuturan ayahku tersebut, Partaonan tidak memiliki perbendaharaan yang
tepat untuk membalasnya. Akhirnya dia pergi meninggalkan kedua orangtuaku tanpa
mengucapkan sepatah kata pun. Melihat aksi anaknya, kedua orang tua Partaonan mengikuti
hal yang sama. Ayah dan ibuku menyaksikan dengan saksama kepergian mereka tanpa ada
komentar.
Aku mendengarkan semua perbincangan mereka dari dalam kamar, tapi aku tidak
berani menanyakan atau meminta solusi kepada ayahku agar aku bisa bersanding dengan
kekasihku.Sebenarnya tanpa tuhor pun aku yakin Partaonan pasti bisa mensejahterakan aku
dengan kasih dan sikap tulusnya. Namun, ayahku berkehendak lain atas diriku dan calon
suamiku. Ayah dan ibu bersikap seperti biasanya tanpa menganggap apa yang terjadi
merupakan masalah bagiku. Mereka tidak pernah menyinggung masalah itu dengan
menanyakan bagaimana sebenarnya keinginanku, aku juga tidak berani jika harus membuka
suara terlebih dahulu untuk membahas masalah ini.
Malam setelah kejadian itu, Partaonan mendekati jendela kamarku untuk markusip.
Dia mengajakku untuk kawin lari saja agar kami dapat bersama tanpa harus memikirkan adat
yang membelenggu kisah cinta kami karena ketidakberdayaan ekonominya. Tiga malam
sudah dia mendatangiku, tapi aku belum bisa mengambil keputusan. Dan tadi dia berkata
bahwa besok adalah kunjungan terakhirnya, tapi aku tetap belum bisa menentukan pilihan.
Beberapa hari kemudian kampungku geger karena seorang petani menemukan mayat yang
hampir sempurna busuk di sungai Batang Gadis.