Anda di halaman 1dari 25

Rubrikasi Tabloid Kampus

1. Cover depan

Sambutan dan Pengurus Redaksi


Alhamdulillah,
setelah tahun kemarin hanya bisa menerbitkan satu buletin, di awa tahun ini
kami bisa menerbitkan satu Tabloid Caraka. Tentunya dengan bantuan seluruh
pengurus redaksi Unit Kegiatan Mahasiswa Lembaga Pers Mahasiswa Suara
Kampus (Suaka) dan juga pihak-pihak terkait yang tidak bisa disebutkan namanya
satu per satu. Demi terwujudnya kampus yang demokratis, yaitu ditandai dengan
adanya informasi yang terserap oleh semua elemen kampus, tentunya peran
lembaga pers mahasiswa sangatlah vital dalam hal ini
Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) merupakan wadah yang tepat dalam
mengatasi permasalahan permasalahan di atas. Selain memberikan konstribusi
dalam menyebarkan isu yang berkembang di tataran Mahasiswa, LPM juga memiliki
andil dalam penyampaian birokrasi terhadap pimpinan kampus rektorat /dekanat
(Universitas/Fakultas) bahkan sampai kepada pemilik kampus sebenarnya dalam hal
ini pihak yayasan. Namun, awal tabloid ini kami sebagai pengurus hanya bisa
menyampaikan informasi yang dikemas dalam kertas berbentuk buku saja, tentunya
masih banyak informasi yang masih belum kami sampaikan karena terbatasnya
waktu dan logistik.
Akhir kata, Wartawan Tanpa Bayaran yang menjadi prinsip Lembaga Pers
Mahasiswa Suara Kampus dalam mencetak karya-karya kami. Bukan unsur
materialistis yang ingin kami capai. Sebagaimana Sunan Kalijaga menjadikan seni
sebagai dakwah, kami juga ingin menjadikan UKM LPM Suaka ini sebagai dakwah.
Ya, Dakwah Pergerakan, demi terciptanya kampus yang kenyang akan kebenaran
dan keadilan. Semoga.
Salam Pers Mahasiswa . . . !
Hanya ada dua Cahaya di dunia ini:
Yang pertama adalah Cahaya Matahari yang menyinari dunia dari kegelapan
malam.
Yang kedua dan terakhir adalah Cahaya Pers yang menyinari dunia akan
kebutaan informasi
Ttd
Pengurus Redaksi LPM

2. Mahasiswa Bertanya

Kampus Intelektual
Mahasiswa Terbaik 2014
(Dea Sabilla R)

Rubrik Cerdas
TIPS MENULIS
Tingkat kemampuan seseorang biasanya diukur dengan bagaimana dia menghasilkan
sebuah karya, baik ditinjau dari segi kualitas karya atau dari banyaknya kuantitas karya yang
diciptakan. Kemampuan seseorang tingkat untuk menghasilkan sebuah karya yang fantastis
dan produktif, sebuah karya apapun jenisnya tidak langsung diperoleh secara praktis dan
saklek. Perlu sebuah proses yang panjang untuk menciptakan sebuah karya. Bagimana
dengan menulis, apakah bisa dikatakan sebuah karya
Pepatah jawa mengatakan Nuliso Ben Dianggep Menungso (red: menulislah biar dianggap
sebagai manusia) mengisyaratkan bahwasannya esensi dari sebuah tulisan menjadi tolak
ukur keberadaan individu apabila ingin menjadi manusia yang benar-benar manusia
bukannya manusia jadi-jadian. Dalam kesempatan disebuah seminar di Pekalongan,
beberapa Tim LPM pernah meminta saran menulis pada seorang penulis sekaliber Darwis
Tere Liye. Penulis buku Negeri Para Bedebah ini mengatakan Sejelek-jeleknya sebuah
tulisan tetaplah sebuah kebaikan, maka menulislah agar selalu menebar kebaikan. Berikut
tips-tips menulis hasil diskusi dari teman-teman LPM SUAKA Universitas Pekalongan:
Tulis apa saja saat menemukan ide
Cari suasana yang pas untuk menulis
One day one paragraph
Biasakan membaca
Biasakan membawa alat tulis
Awali dengan diary
Manfaatkan barang bawaan
Menggunakan bahasa yang simpel
Selesaikan tulisanmu, jangan terpengaruh dengan tata bahasa dahulu, setelah itu lakukan
editing

Headline
Penarikan Kurikulum 2013

Dari Makrab menjadi Akrab


Jika ditinjau dari tata bahasa arab kata makrab berasal dari Akrab sebagai kata fiil
madhi (predikat yang sudah terlaksana) yang artinya sudah menjadi, kemudian
diubah menjadi Makrab sebagai maful bih (objek) nya dengan melalui proses
tasrifiyah. Pastinya orang-orang berbau pesantren atau juga yang pernah
mengenyam pendidikan di Madrasah Diniyyah akan mengetahui mekanisme
perubahan kata tadi, bisa dilihat di Nadhom Amshilatut Tashrifiyyah pada Bab
pertama dengan asumsinya faala yafulu. Agak ribet memang jika menggunakan
tata aturan bahasa arab, jika dipaksa untuk memilih bahasa apa yang paling mudah
antara bahasa inggris, bahasa indonesia, bahasa arab, kemudian bahasa jawa.
Pastinya orang yang cerdas akan memilih bahasa Indonesia dan bahasa inggris,
karena bahasa yang tidak disebutkan dalam kaimat ini mengandung tata bahasa
yang luar biasa ribetnya
Jika menganut kata-kata dengan perspektif tata aturan bahasa arab tadi mungkin
bisa disamakan dengan kegiatan Makrab yang diselenggarakan oleh BEM Fakultas
Keguruan Ilmu Pendidikan. Bagaimana tidak? Tujuan diselenggarakannya kegiatan
Makrab ini adalah untuk meng-akrab-kan para mahasiswa yang mengikuti kegiatan
ini. Dilihat dari tanggal pelaksanaan kegiatannya, Makrab merupakan kegiatan yang
diteruskan setelah kegiatan Propperti (red: ospeknya Unikal). Setelah mengikuti
kegiatan rutinan tiap tahunnya tersebut, para mahasiswa digiring untuk mengikuti
makrab dengan maksud agar membentengi para mahasiswa baru untuk
berkegiatan, bersosialisasi.
Sebanyak 300 peserta mahasiswa baru (Maba) mengikuti kegiatan malam
keakraban atau yang lebih akrab dengan sebutan Makrab FKIP Unikal 2014.
Kegiatan wajib yang baru diadakan dua kali ini bertempat di Ujung Negoro selama
2 hari satu malam. Sejak Siang hari Jumat Pada tanggal 11 Nopember 2014 para
Maba dikumpulkan di halaman Universitas Pekalongan tepatnya di depan gedung A,
kemudian diangkut menggunakan Truk dibawa ke tempat diadakannya Makrab
sampai akhirnya mereka pulang pada hari Sabtu sore tanggal 12 Nopember 2014.
Acara makrab kali ini tidak jauh berbeda dengan makrab sebelumnya, baik dari segi
konsep maupun kegiatannya. Perbedannya mungkin lebih ke kendala yang dialami
baik situasi maupun kondisi, sehingga ada beberapa kegiatan yang kami batalkan
seperti di tiadakannya api unggun. Tutur Roro selaku wakil gubernur FKIP.
Acara yang tahun kemarin bertempat di Linggo Asri ini memang banyak menemui
pro dan kontra. Di satu sisi banyak manfaat yang dicapai akan adanya kegiatan ini
seperti terjalinnya keakraban antara satu mahasiswa dan mahasiswa lainnya, antara
mahasiswa baru dengan mahasiswa lama (red: mahasiswa semester 3, 5, dan 7),
antara mahasiswa dengan dosennya. Namun kegiatan ini seperti terlihat menguras
banyak tenaga dan membatasi mahasiswa untuk berkreasi seperti yang dituturkan
wakil gubernurnya tadi.

Menurut dari salah seorang panitia yang minta dirahasiakan namanya menuturkan,
Kegiatan makrab ini banyak menguras tenaga dari para panitia. Selain melibatkan
BEM FKIP sebagai pengendali utama dalam kegiatan ini, Himaprodi pun
diikutsertakan dalam kegiatan ini agar nantinya bisa membantu dalam masalah
tenaga dengan tujuan menyebandingkan antara banyaknya peserta dengan jumlah
panitia. Maka dari itu dengan kondisi semacam tadi punggawa Himaprodi harus
menjadi fighter beneran.
Menyadari akan kekurangan kegiatan makrab ini perlu dievaluasi agar nantinya
kegiatan makrab ini sesuai dengan tujuan aslinya mengakrabkan semua peserta dan
panitia. Jadi pengorbanan yang mereka lakukan selama ini tidak sia-sia, baik
pengeluaran biaya peserta yang dibilang cukup wah sebesar 50.000 rupiah, dan
juga pengorbanan tenaga panitia yang pontang-panting.
Menurut salah satu dekan, Pak Fahrudin, makrab tahun ini waktunya kurang
sehingga kreativitas dari kegiatan pun kurang. semoga untuk kedepannya waktunya
bisa mencukupi dan kreativitas dari mahasiswa juga bisa lebih di explore,
tambahnya. Dalam pelaksanaannya, setiap peserta wajib membayar uang sebesar
50 ribu, yang nantinya akan dikelola oleh pihak BEM fakultas dan dikendalikan oleh
pihak fakultas. semua itu nantinya kembali kepada peserta, baik dari transportasi
maupun akomodasi selama kegiatan, jelas Bapak yang telah menjabat sebagai
wakil dekan tersebut.

Secercah Harapan dari Fakultas Batik


Tidak asing rasanya mendengar kata secercah harapan, apalagi bagi mereka yang
doyan mengkonsumsi buku. Ya benar, kata-katanya hampir mirip dengan Secercah
Tinta buku karangan Al-Habib Luthfi bin Ali bin Yahya bin Hasyim. Ulama asli Kota
Pekalongan ini menuliskan buku secercah tinta yang berbicara mengenai perjalanan
seorang hamba dengan penciptanya. Dengan memadukan unsur tasawuf dan nilainilai sejarah dari sang rasul sampai pada para sahabatnya terciptalah sebuah karya
tulisan yang layak dibaca, tidak hanya bagi para orang tua saja sebgai penyejuk hati
tapi buku ini juga cocok untuk pemuda-pemudi yang sekarang mulai kehilangan nilai
historisnya.
Sekarang kita mulai dengan topik utama, yaitu secercah harapan dari seorang lakilaki paruh baya Dr. Asikin Sukatma Saputra. Saat kesempatannya hadir dalam
seminar yang diadakan oleh Fakultas Batik, Laki-laki yang sudah lama tinggal di
negar kincir angin (red: belanda) ini banyak memberikan harapan dan masukan bagi
fakultas batik, fakultas termuda di lingkungan Universitas Pekalongan. Disini Tim
Editor LPM Suaka selain mengaitkan antara secercah tinta dengan secercah
harapan, laki-laki yang kerap dipanggil dengan Bapak Asikin ini juga asli kelahiran
Kota Pekalongan sama dengan Habib Luthfi yang juga asli kelahiran kota batik.
Perbedaan yang nyata adalah kalau Habib Luthfi itu mempunyai segudang kegiatan
dakwah, sedangkan Bapak Asikin ini disibukkan dengan kegaiatan yang berbau
pendidikan dan bisnis. Dalam rangka memeriahkan Dies natalis Fakultas Batik yang
ke-3, para panitia dari BEM Fakultas Batik dengan sengaja mengundang Bapak
Asikin untuk bisa langsung mengisi Seminar yang diadakan pada hari Jumat malam
tanggal 5 Desember 2014.
Menurut panitia pelaksana, Dengan pelaksanaan dies natalis ini, setidaknya dapat
menjadi motivasi tersendiri bagi keluarga besar Fakultas Batik untuk lebih
meningkatkan mutu dan kualitas dalam pembelajaran serta managemen fakultas
salah satu diantaranya mengundang bapak Asikin sebagai pembicara dalam acara
ini. Dan dies natalies ini rencananya akan dilaksanakan terus-menerus ditiap
tahunnya. Sebab sebagai rasa syukur keluarga besar Fakultas Batik, imbuhnya.
Tutur Bagus selaku ketua pelaksana dalam kegiatan ini. Sebab perayaan dies
natalis merupakan sesuatu yang sakral bagi para akademisi dan jajaran dekanat.
Nuansa kebersamaan, kekeluargaan dan keakraban terlihat jelas dalam perayaan ini
(5/12/2014) lalu.
Rangkaian acara yang di selenggarakan oleh panitia meliputi seminar, pameran
batik dan potong tumpeng begitu terlihat meriah. Pasalnya seminar dengan tema
Membidik Pasar Batik Eropa, Memahami Selera Eropa dengan pemateri Dr. Asikin
Sukatma Saputra warga asli Pekalongan yang sudah lama tinggal di luar negeri
(Belanda). Beliau berharap batik Indonesia mampu menembus pasar Eropa dengan
warisan budayanya tersebut.

Indonesia harusnya berkarya dengan seni kreatifitasnya sendiri. Orang diluar negeri
sudah mengenal Indonesia dan juga batiknya. Bukan hanya sekadar mengenakan
hasil karyanya, tapi bagaimana kita mengenal lebih jauh unsur/filosofi batik itu
sendiri, tutur Bapak Asikin.
Dengan adanya Fakultas Batik di Universitas Pekalongan, setidaknya bisa
mendongkrak kreativitas para pengrajin Batik. Selain itu, setidaknya di Fakultas ini
tidak hanya di ajarkan bagaimana proses membuat bati, tapi bagaimana cara
mengembangkan potensi batik sebagai warisan budaya, imbuhnya.
Patut diapresisi, pihak Universitas Pekalongan yang mengeluarkan idenya untuk
membuka program studi batik pada tanggal 5 Desember 2011 silam. Universitas
Pekalongan yang berkedudukan di kota produsen batik dunia, sudah selayaknya
membuka program studi D-III Teknologi Batik. Secara sosial dan budaya Unikal telah
mengangkat citra batik yang sudah diakui dunia itu.
Program studi D-III Batik ini merupakan sebuah upaya serius Unikal dalam ikut
mempertahankan dan mengembangkan batik sebagai warisan dunia sebagaimana
telah diakui Unesco. Sebab, di dalam salah satu klausul pemberian gelar warisan
budaya Unesco tersebut menyebutkan bahwa salah satu komitmen yang harus
dilakukan oleh suatu negara yang mendapatkan gelar pengakuan itu adalah upaya
serius negara dalam melestarikan dan mengembangkan salah satu mata budaya
tersebut di dalam keilmuan.
Fakultas yang terbilang masih belia ini, kini sudah berakreditasi B di tambah lagi
peminat Fakultas ini lumayan banyak. Bukan hanya dari warga sekitar Pekalongan
yang melirik Fakultas Batik UNIKAL, namun dari luar Negeri juga ada. Akina, salah
satu mahasiswa Fakultas Batik yang berasal dari Jepang. Suatu kebanggaan
tersendiri ketika ada warga asing yang belajar di UNIKAL. Dalam potong tumpeng,
Akina juga di daulat sebagai penerima potongan tumpeng pertama yang di serahkan
secara langsung oleh Dekan Fakultas Batik (Zahir Widadi, S.S., M.M.).
Inilah beberapa secercah harapan dari kampus Universitas Pekalongan, terlahir dari
sebuah program studi batik muncullah harapan-harapan yang nantinya akan menjadi
kebanggaan Unikal tersendiri dan wong kalongan secara umum. Mungkin Fakultas
yang sekarang menempati Gedung E ini bisa menjadikan pendongkrak bagi fakultas
besar lainnya agar semangat menjadikan Universitas Pekalongan panutan tidak
hanya di tataran lokal maupun nasional namun internasional. Seperti halnya
Fakultas Batik yang mengenalkan Universitas Pekalongan kepada Negara Jepang
lewat mahasiswanya bernama Akira.

Sekilas Info
Kegiatan terdekat tiap UKM

Referensi
Review film dibalik 98

Kisah Inspiratif
Kisah Mahasiswa Inspiratif

Dosen Kita
Profil Dosen

Tausiyah
Senyum, Shodaqoh Bagi Saudaramu
Oleh: Khizanaturrohmah

Hal sepele dan ringan tapi bernilai ibadah itulah senyum. Senyum kita kepada saudara kita
adalah ibadah. Ada sebuah hadits yang menyatakan bahwa senyum itu ibadah, "Tersenyum
ketika bertemu saudaramu adalah ibadah." (HR. Trimidzi, Ibnu Hibban, dan Baihaqi). Tapi
jangan sampai kita senyum-senyum sendiri ntar dikira kenapaaa gituuu....
Rasulullah SAW. juga bersabda, "Senyum kalian bagi saudaranya adalah sedekah, beramar
makruf dan nahi mungkar yang kalian lakukan untuk saudaranya juga sedekah, dan kalian
menunjukkan jalan bagi seseorang yang tersesat juga sedekah." (HR. Tirmizi dan Abu Dzar).
Salah seorang sahabat, Abdullah bin Harits, pernah menuturkan tentang Rasulullah SAW.,
"Tidak pernah aku melihat seseorang yang lebih banyak tersenyum daripada Rasulullah
SAW". (HR. Tirmidzi).
Namun terkadang walaupun ringan, masih banyak diantara kita yang meremehkan senyuman.
Penyebabnya bisa macam-macam, ada yang enggan, merasa sungkan, cuek, acuh tak acuh,
ataupun malu. Meskipun ringan, senyum merupakan amal kebaikan yang tidak boleh
diremehkan. Rasulullah SAW. bersabda, "Janganlah kamu meremehkan kebaikan sekecil apa
pun, sekalipun itu hanya bermuka manis saat berjumpa saudaramu." (HR. Muslim).
Mungkin kita sering berpikir bahwa sedekah itu berkaitan erat dengan harta benda seperti
pemberian uang, pakaian, atau apa pun yang bisa langsung dinikmati penerima dalam bentuk
materi. Hal itu juga mungkin yang ada dalam pikiran para sahabat Rasulullah SAW., sehingga
mereka sangat gelisah kemudian mempertanyakannya.
Oleh karena itu, kalau bisa seorang Muslim tidak membiarkan satu hari pun berlalu tanpa
dirinya terlibat dalam kegiatan bersedekah. Minimal sebuah senyuman. Jika kita punya
wawasan sempit mengenai pengertian bersedekah, tentu hal itu menjadi mustahil.
Ada beberapa keistimewaan sedekah. Di antara keistimewaan sedekah itu adalah menolak
bala (musibah). Dari Sayyid Ali Ar-Ridha, dari Sayyid Ja'far Ash-Shadiq, dari Sayyid Ali
Zainal Abidin, dari Ali bin Abi Thalib Radiyallahu Anhum, bahwa Rasulullah SAW.
bersabda, "Sedekah itu dapat menghindarkan diri dari kematian yang tidak baik, menjaga diri
dari tujuh puluh macam bencana."
Imam Ibnul Qoyyim RA. dalam bukunya al-Wabil ash-Shayyib berkata, "Sesungguhnya
sedekah bisa memberikan pengaruh yang menakjubkan untuk menolak berbagai bencana,
walaupun pelakunya orang yang Fajir (pendosa), zalim, atau bahkan orang kafir."

Jendela Dunia
Artikel kecanggihan teknologi dalam dunia pendidikan

Galeri
Foto-foto

Pokam (Pojok Kampus)


Kuliah Gak Harus di Kelas
Setiap kali kita mendengar kata belajar identik dengan sesuatu yang seram dan
membosankan, paradigma atau pola pikir yang dianut oleh pemuda sekarang
kebanyakan berorientasi pada kepragmatisan belaka. Sesuatu yang wajar dalam era
sekarang, dengan berkembangnya teknologi yang canggih berpengaruh pada
hilangnya keseriusan para muda-mudi dalam mencari ilmu. Dengan adanya
monster yang menyeramkan tersebut esensi dari belajar menjadi kabur seiring
dengan pemaknaan kata belajar yang menjadi kewajiban bukan sebuah
kebutuhan.
Kuliah hanyalah bagian kecil dari belajar, sejarah tanah air kita membuktikan dengan
adanya pesantren dan padepokan bahwa akar belajar tidak hanya tertutup di ruang
seperti sekarang dengan nama kuliah. Sistem pembelajaran yang tertutup dalam
ruang dengan segala peraturannya membuat ekspresi dan kreasi para subjek
belajar dalam hal ini adalah mahasiswa menjadi monoton dan kehilangan arah.
Lalu apa solusi dari permasalahan ini, perlukah konsepsi baru dengan sistem
pembelajaran di perkuliahan sekarang? Bagaimana dengan kuliah di luar kelas,
apakah tepat jika diterapkan dalam dunia perkuliahan?
Berkaitan dengan sebuah konsepsi baru, kami mendapati salah satu dosen yang
belakangan ini menerapkan pembelajaran baru yang tidak terkungkung dalam suatu
ruang kelas. Dosen yang kerap disapa dengan nama Pak Har pengampu mata
kuliah Apresiasi Puisi, Kajian Puisi, Apresiasi Drama dan Kajian Drama sering
melakukan kegiatan kuliah di luar kelas. Pada dua bulan awal perkuliahan, beliau
memberikan teori-teori dalam pengajarannya dan selanjutnya adalah praktek yang
kerap kali dilakukan di luar kelas seperti di pantai, gunung maupun di taman wilis
yang terletak tidak jauh dari kampus.
Laki-laki berkarismatik ini menuturkan bahwa konsep perkuliahan di luar kelas
seperti halnya sebuah games yang bisa menunjang mahasiswa. Sebagai contoh
dalam mata kuliah drama ada olah tubuh, olah vokal, dan kemampuan
berkonsentrasi, hal tersebut juga diterapkan dalam games atau permainan yang ia
berikan di sela-sela latihan di luar kelas. Terbukti bahwa respon mahasiswa jauh
lebih antusias dan sangat menikmati.
Efektif atau tidaknya suatu pembelajaran tidak hanya dilihat dari hasil output semata
namun proses dalam penerimaan pembelajaran itu sendiri merupakan point penting
yang perlu untuk diperhatikan. Proses belajar yang terlalu mendikte dan hanya
berkutat pada teori selalu memberikan ketegangan dimana otak tidak dapat
menstimulus informasi dengan maksimal. Proses pembelajaran dengan suasana
baru memang perlu sesekali diterapkan untuk mengurai ketegangan yang ada.
Dosen yang memiliki hobi touring juga menambahkan bahwa perkuliahan di luar
kelas walaupun untuk satu pertemuan namun bobot yang diperoleh lebih

dieksplorasi dan mudah diingat oleh mahasiswa daripada teori di dalam kelas.
Konsep tersebut juga mampu merangsang mahasiswa untuk lebih aktif dalam
berpikir dan memecahkan suatu permaslahan. Meskipun demikian tetap perlu
adanya kombinasi diantara keduanya. Ketika pemahaman teori sudah habis di
dalam setelah itu baru explore (keluar), ucapnya.

Sastra dan Budaya


Kumpulan Puisi dan cerpen
Perindu Hujan
oleh: Ana ceria
kala langit menggemuruh
duduk diam
lekat tatap
tengadah tangan
meraba hujan
titik menitik
sorak sorai gempita dalam dada
hujan merebak
rejeki langit menyapa
tangan-tangan Tuhan berkelana
Ia dan hujan
adalah cinta
menyemat asa
pada payung kecilnya
Semburat Kerlip di Langit Jingga
By Nella M.
Menghitung senja
Mengguratkan kenangannya
Bersandarkan kelembutan lembayung
Ufuk barat mulai menampakkan warna jingga
Irama yang mendayu-dayu
Mengikuti tenggelamnya sang penerang dunia
Mata yang berkilauan
Menunggu taburan cahaya
Bak pasir yang menghampar
Saling belomba
Menampakkan kerlipnya

Tetap Bertahan
By Nella M.
Masih tersadar
Dalam dekapan gelap
Serasa diangkasa luas
Dengan bertebaran alas-alas penopang hidup
Suara sunyi senyap
Diiringi desauan alunan-alunan
Masih tersadar
Terasa berat memang
Namun masih tetap tahan
Untuk bertahan
Yang mulai pasrah
Demi menunggu sinar-sinar senja
Yang akan terus berulang

Tuhor
Langit masih menunjukkan kemegahan jubah kelamnya. Semilir angin malamyang
masuk silih berganti dari celah jendela kamar yang sengaja kubuka sedikit, mengusikku
untuk segera bersuara. Aku masih diam. Gangguan angin tak mampu menggetarkan indra
perasaku. Partaonan, kekasihku yang sedari tadi menantikan untaian kata dari mulutku
semakin lemas dan pasrah. Aku semakin diam. Bisu. Di sisa keputusasaannya, Partaonan
mengulangi kembali pertanyaannya. Pertanyaan yang jawabannya menyangkut masa depan
kami berdua.
Hasian1, kita sudah berpacaran selama lima tahun, sudah pernah merasakan susah
dan senang bersama. Tahu kelebihan dan kekurangan masing-masing. Apa rentetan kisah
yang kita bangun bersama ini belum cukup untuk menyakinkanmu bahwa aku bisa
membahagiakanmu. Apakah jalinan suci yang telah kita bangun akan putus hanya karena
tuntutan dari kedua orang tuamu?
Dia melanjutkan, Kita sudah dewasa hasian, kita berhak menentukan masa depan kita.
Kenapa harus mematuhi aturan adat yang mempersulit kita untuk bersatu? Ayolah hasian,
tentukan pilihanmu agar aku bisa menentukan langkahku untuk kita. Aku rasa cara terbaik
adalah kita kawin lari saja. Tidak akan ada orang yang mencela. Sekarang zamannya sudah
beda. ini zaman modern. Hidupku ya hidupku, hidupmu ya hidupmu. Atur dan urus
kehidupan masing-masing.
Aku masih diam tak bergeming.
Aku tidak bisa hidup tanpamu hasianku. Aku sudah terlanjur sayang kamu.Apa
pernah aku melanggar aturan yang kau buat sendiri? Atau apa aku pernah meninggalkanmu di
saat kamu terpuruk? Apa saja yang kamu minta selalu aku usahakan, dan jarang sekali
usahaku untuk memenuhi permintaanmu itu gagal. Aku pasti datang dengan apa yang
menjadi pesananmu.
Malam semakin pekat, kau pun semakin hanyut dalam kekalutan. Pikirkanlah
hasian. Putuskan apa yang terbaik untuk kita. Besok malam aku akan datang lagi untuk
menagih keputusanmu itu. Itu adalah kunjungan terakhirku. Kuharap keputusanmu tidak
mengecewakanku. Beristirhatlah hasianku, selamat malam.
Kudengar Partaonan mulai meninggalkan jejak kakinya di bawah jendelaku. Semakin
jauh ia melangkah. Semakin pilu rasa hatiku.Ingin rasanya aku mengikuti jejak
langkahnya.Namun, aku tak sanggup melakukannya.Aku cinta dia tapi aku juga cinta dan
butuh keluargaku.Tak bijak rasanya jika aku meninggalkan keluarga yang begitu peduli
dengan kehidupanku.

1Sayang

Sudah tiga malam berturut-turut aku dan Partaonan markusip2. Namun, aku belum
bisa meyakinkan diriku untuk mengambil satu keputusan. Terlalu berat untukku
meninggalkan keluarga ini, di sisi lain aku ingin sekali hidup bersanding dengan kekasihku.
Aku pikir sikap baik dan terbuka keluargaku untuknya merupakan lampu hijau untuk
hubungan kami. Keluargaku memang tidak pernah melarangku untuk bergaul dengan siapa
saja selama aku nyaman. Namun, untuk masalah calon suami ternyata keluargaku memilki
pandangan yang berbeda. Terngiang kembali diingatanku kejadian minggu kemarin pada saat
Partaonan membawa kedua orang tuanya ke rumahku dan bermaksud melamarku.
Kedatangan mereka disambut hangat oleh kedua orang tuaku.Dengan sedikit malu-malu tapi
tanpa mengurangi keraguannya Partaonan angkat bicara. Kedatangan saya kali ini agak
berbeda dengan sesudahnya. Kali ini saya membawa kedua orang tua saya untuk
membuktikan kesungguhan hati saya kepada boru Udak, Zizah. Barangkali udak juga sudah
mengetahui hubungan serius yang saya jalani dengan Zizah.
Mendengar pengakuan dari Partaonan, kedua orang tua saya tidak menunjukkan
perubahan ekspersi. Wajah mereka tetap tenang dan santai. Tidak adak perubahan. Melihat
raut wajah kedua orang tuaku yang masih tetap hangat namun belum memberikan tanggapan,
Pardomuan, ayah Partaonan bersuara. Keluarga kami sebenarnya tidak layak untuk
mamungut boru3 dari keluarga kamu. Siapalah saya dan siapa kamu. Saya hanya seorang
petani sedang kamu seorang pegawai negeri.Tapi saya lihat kamu adalah orang yang tidak
membeda-bedakan status. Itu yang membuat saya berani melangkahkan kaki memasuki
rumah ini, mengantarkan anak saya untuk mengutarakan keinginannya. Ucap ayah
Partaonan tenang.
Kedua orang tuaku tetap tidak merubah ekspresi wajahnya mendengar tuturan
Pardomuan.Namun masih tetap belum juga memberi respon.Keluarga Partaonan pun memilih
tak mengeluarkan kalimat lagi sebelum kalimat mereka yang sudah terlanjur dikeluarkan
mendapat respon. Setelah beberapa saat hening. Akhinya ayahku membuka katup mulutnnya,
dan mengeluarkan satu kalimat.
Berapa tuhor4 yang kau siapkan untuk boruku? tanyanya tenang.
2Artinya berbisik.Kegiatan markusip dilakukan pada waktu tengah malam agar
tidak diketahui oleh orang lain. Dalam hal ini, pemuda dengan cara sembunyisembunyi mendatangi rumah tempat kekasihnya tidur. Kemudian dengan
menggunakan sandi atau kode sang pemuda akan membangunkan kekasihnya
dari balik dinding atau jendela rumah tersebut. Untuk membangunkan sang
kekasih, biasanya pemuda menjentik-jentik jendela rumah dengan jari tangannya
secara perlahan-lahan.
3Artinya mengambil boru (anak perempuan)
4Merupakan sejenis mahar yang menjadi tradisi turun temurun dari masyarakat
Mandailing Natal.Menjadi hukumyang tidak tertulis dalam perjanjian pernikahan
namun memiliki nilai historis dan sosiologis yang subtantif.Tuhor merupakan hak
dari boru untuk kesejahteraannya.Besarnya tuhor ditentukan oleh tingkat
pendidikan dan status boru tersebut di masyarakat.Dan biasanyanya pihak dari
boru yang menentukan besarnya tuhor. Tuhor bisa dibayar tunai atau

Partaonan sedikit kaget mendengar tuturan ayahku. Dia mengira kedudukan ayahku sebagai
pegawai negeri akan merubah cara pandangnya. Ternyata tidak. Ayahku mempersoalkan
tuhor untukku. Itu artinya, ayahku masih memegang teguh aturan adat dan
memberlakukannya untuk kami. Dengan sedikit ragu Partaonan mengatakan.
Saya punya uang dua juta untuk tuhornya Udak.Jawab Partaonan dengan suara yang
dipelankan.
Dua juta? Apa menurutmu itu layak kau berikan untuk boruku? tanya ayahku.
Sebelumnya mohon maaf Udak. Saya rasa kita tidak usah terlalu mempersoalkan
besarnya tuhor. Yang terpenting saya punya uang yang cukup sebagai mahar dan menggelar
horja5di pernikahan kami.Itu sudah cukup. Ucap Partaonan hati-hati.
Iya saya yakin itu.Kamu sudah mempersiapkan segalanya untuk bisa menyanding
boruku.Namun, perlu diingat. Kita ini adalah suku Batak Mandailing. Kita punya adat yang
harus dijunjung tinggi demi menghormati leluhur-leluhur kita.Jika kau ingin menikahi
boruku. Nikahi dia secara adat. Harus ada tuhornya. Dan penuhi tuhor itu sesuai dengan
keadaan boruku Ayahku berpendapat.
Partaonan diam sejenak dan memberanikan diri untuk menanyakan berapa tuhor yang
diminta Ayahku.Meskipun aku yakin dia hanya ingin tahu berapa ayahku menghargai aku
dengan rupiah tanpa bisa menyanggupi permintaan ayahku tersebut.
Saya tidak terlalu mematok berapa tuhornya.Semua itu saya kembalikan lagi ke kau
sebagai seorang yang mengaku mencintai anak saya. Kau sudah tahu dan melihat.Anak saya
baru saja menyelesaikan S2 di USU (Universitas Sumatra Utara). Dia mengambil S2 dengan
gajinya sendiri sebagai seorang Guru di SMA. Kau tentu dapat mengira berapa tuhor yang
pantas diberikan untuk anak saya. Nada ayahku tetap tenang menguraikan kalimat ini.
Kulihat Partaonan berpikir keras.Saya rasa tiga puluh juta rupiah adalah harga yang
sesuai untuk boru udak.Tapi udak juga tau dan melihat sendiri keadaan saya dan keluarga
saya.Saya hanyalah seorang supir angkot.Butuh waktu bertahun-tahun untuk mengumpulkan
tuhor sebanyak itu.Jadi tolong beri saya kemudahan agar tuhornya ditangguhkan.Saya akan
menyicilnya setiap bulan.
Ayahku langsung membantah pendapat itu dengan lembut. Boruku selama kuliah
tidak pernah menangguhkan biaya. Dia menggapai angannya setelah ada biaya yang cukup
ditangannya. Jika tuhornya ditangguhkan dan kau menyicil selama sebulan sekali. Aku rasa
nilai rasa dari tuhor tersebut sudah berkurang, karena pasti boruku akan menggunakan tuhor
yang menjadi haknya itu untuk kebutuhan rumah tangga kalian. Dan aku tidak mengharapkan
itu terjadi. Ayahku mengucapkannya tetap dengan nada tenang.
Amarah Partaonan mulai terpancing, dengan sedikit bertenaga dia melontarkan
kalimat panas ke muka ayahku. Tuhor itu bisa dicari udak.Tapi butuh waktu. Apa udak tega

ditangguhkan sesuai kesepakatan.


5Acara adat

melihat aku dan boru udak terbelenggu demi memenuhi kebutuhan adat yang latah?
tanyanya berapi-api.
Dengan santai ayahku menjawab, Aku hanya mengikuti adat.
Apakah kita harus selalu mengikuti adat yang terkadang malah mempersulit kita
dalam menjalani kehidupan ini udak? Hidup hanya sekali, manfaatkan itu dengan sebaikbaiknya.Ucap Partaonan dengan masih berapi-api.
Justru adat dibuat untuk memudahkan serta menyadarkan kita dalam menjalani
kehidupan sesuai dengan kemampuan kita. Aku memintamu memberi tuhor besar kepada
boruku bukan karena aku ingin mempersulit melainkan karena aku memikirkan
kesejahteraannya.Dia sarjana S2, dia layak sejahtera. Jika kau tidak sanggup mensejahterakan
boru S2, cari boru lain yang mampu kau sejahterakan sesuai dengan kemampuanmu. Jangan
memaksakan kehendak jika tidak mampu.Bersikaplah qonaah, menerima rezeki yang
ditetapkan oleh Allah untukmu. Aku rasa itu lebih bijak daripada kau menyiksa dirimu sendiri
untuk mendapatkan apa yang kau mau. Tidak semua keinginan dapat dikabulkan. Tutur
ayahku yang masih menjaga sikap tenangnya.
Mendengar tuturan ayahku tersebut, Partaonan tidak memiliki perbendaharaan yang
tepat untuk membalasnya. Akhirnya dia pergi meninggalkan kedua orangtuaku tanpa
mengucapkan sepatah kata pun. Melihat aksi anaknya, kedua orang tua Partaonan mengikuti
hal yang sama. Ayah dan ibuku menyaksikan dengan saksama kepergian mereka tanpa ada
komentar.
Aku mendengarkan semua perbincangan mereka dari dalam kamar, tapi aku tidak
berani menanyakan atau meminta solusi kepada ayahku agar aku bisa bersanding dengan
kekasihku.Sebenarnya tanpa tuhor pun aku yakin Partaonan pasti bisa mensejahterakan aku
dengan kasih dan sikap tulusnya. Namun, ayahku berkehendak lain atas diriku dan calon
suamiku. Ayah dan ibu bersikap seperti biasanya tanpa menganggap apa yang terjadi
merupakan masalah bagiku. Mereka tidak pernah menyinggung masalah itu dengan
menanyakan bagaimana sebenarnya keinginanku, aku juga tidak berani jika harus membuka
suara terlebih dahulu untuk membahas masalah ini.
Malam setelah kejadian itu, Partaonan mendekati jendela kamarku untuk markusip.
Dia mengajakku untuk kawin lari saja agar kami dapat bersama tanpa harus memikirkan adat
yang membelenggu kisah cinta kami karena ketidakberdayaan ekonominya. Tiga malam
sudah dia mendatangiku, tapi aku belum bisa mengambil keputusan. Dan tadi dia berkata
bahwa besok adalah kunjungan terakhirnya, tapi aku tetap belum bisa menentukan pilihan.
Beberapa hari kemudian kampungku geger karena seorang petani menemukan mayat yang
hampir sempurna busuk di sungai Batang Gadis.

Anda mungkin juga menyukai