Anda di halaman 1dari 12

Sejarah

Kerajaan
Tarumanegara

Nama kelompok :
Adib Abyan
(01)
Anica Safitri
(06)
Amalia Tuti N.S (05)
Nico Munasatya (18)
Vita Sri N
(28)

Letak dan Corak serta Tahun Berdirinya

Kerajaan Tarumanegara atau taruma adalah sebuah


kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah pulau Jawa
bagian barat pada abad ke-4 sampai abad ke-7. Kerajaan
Tarumanegara didirikan oleh raja Dirajaguru
Jayasingawarman pada tahun 358M yang kemudian
digantikan oleh putranya ,
Dharmayawarman (382-395).Kerajaan Tarumanegara
bercorak Hindu , letak kerajaan ini dulunya di sungai
Cisadane sebelah barat & sungai Citarum sebelah Timur .

Silsilah Raja-Raja Tarumanegara

Jayasingawarman (358-382)
Dharmayawarman (382-395)
Purnawarman (395-434)
Wisnuwarman (434-515)
Indrawarman (455-515)
Candrawarman
(515-535)
Suryawarman (535-561)
Kertawarman (561-628)
Sudhawarman (628-639)
Hariwangsawarman (639-640)
Nagajayawarman (640-666)
Linggawarman (666-669)

Kehidupan Sosial

Kehidupan gotong royong dalam kehhidupan masyarakat


taruma negara berkembang dengan baik. Hal ini terlihat
dengan adanya peninggalan saluran Gomati. Sebagian
masyarakat beragama Hindu dan Budha. Sedangkan
sebagian masyarakat yang lainnya masih menganut agama
asli.

Kehidupan Ekonomi

Prasasti tugu menyatakan bahwa raja purnawarman


memerintahkan rakyatnya untuk membuat sebuah
terusan sepanjang 6122 tombak. Pembangunan ini
mempunyai arti ekonomis yang besar bagi masyarakat,
Karena dapat dipergunakan sebagai sarana pencegah
banjir serta sarana lalu-lintas pelayaran perdagangan
antardaerah di kerajaan tarumanegara dengan dunia
luar. Juga dengan daerah-daerah di sekitarnya.
Akibatnya, kehidupan perekonomian masyarakat sudah
berjalan teratur.

Politik Dan Pemerintahan


Seperti kerajaan kutai, sumber sejarah politik dan pemerintahan
kerajaan tarumanegara kurang jelas. Meskipun demikian catatan
dari Fa-Hien (sejarawan) mengatakan tarumanegara
menciptakan stabilias politikdi wilayahnya. Kondisi itu
dibuktikan dari laporannya tentang cukaup majunya
perekonomian daerah tersebut. Kuatnya pemerintahan
dibuktikan oleh informasi prasasti mengenai proyek penggalian
saluran Gomati dan sungai Candrabhaga. Proyek itu
membutuhkan tenaga manusia yang cukup besar, sehingga
mungkin terselenggara oleh pemerintahan yang berwibawa,
yang kekuasaanya diakui rakyatnya. Karena merupakan
kerajaan, kekuasaan raja bersifat mutlak. Hal itu tergambar dari
pengakuan Raja Purnawarman sebagai jelmaan Dewa Wisnu.

Proses Kehancuran

Runtuhnya kerajaan Tarumanegara bermula dari kepercayaan


yang diberikan oleh sang raja kepada pemerintah daerah di
bawah raja, untuk mimimpin wilayahnya sendiri. Lalu,
kebiasaan memberikan warisan wilayah atau daerah kepada
putra dan putri mahkota, yang lantas membuat kerajaan baru
diwilayahnya tersebut. Hal itu membuat kekuasaan raja menjadi
lemah dan gampang diserang musuh.
Tahun 669 M, raja Linggawarman yang menjadi raja terakhir,
meyerahkan kekuasaan kepada menantunya yang berasal dari
kerajaan Sriwijaya. Lantas, berakhirlah pemerintah dalam nama
Tarumanegara berganti menjadi kerajaan Sunda.

Peninggalan
Prasasti: Kerajaan Tarumanegara meninggalkan tujuh prasasti, yaitu:
Prasasti Ciaruteun: Prasasti Ciaruteun atau prasasti Ciampea
ditemukan ditepi sungai Ciarunteun, dekat muara sungai Cisadane
Bogor prasasti tersebut menggunakan huruf Pallawa dan bahasa
Sanskerta yang terdiri dari 4 baris disusun ke dalam bentuk Sloka
dengan metrum Anustubh.
Di samping itu terdapat lukisan semacam laba-laba serta sepasang
telapak kaki Raja Purnawarman.Gambar telapak kaki pada prasasti
Ciarunteun mempunyai 2 arti yaitu:
Cap telapak kaki melambangkan kekuasaan dan eksistensi
seseorang (biasanya penguasa) sekaligus penghormatan sebagai
dewa. Hal ini berarti menegaskan kedudukan Purnawarman yang
diibaratkan dewa Wisnu maka dianggap sebagai penguasa sekaligus
pelindung rakyat

Prasasti Jambu : Prasasti Jambu atau prasasti


Pasir Koleangkak, ditemukan di bukit
Koleangkak di perkebunan jambu, sekitar 30
km sebelah barat Bogor, prasasti ini juga
menggunakan bahasa Sanskerta dan huruf
Pallawa serta terdapat gambar telapak kaki
yang isinya memuji pemerintahan raja
Mulawarman.
Prasasti Kebonkopi: Prasasti Kebonkopi
ditemukan di kampung Muara Hilir kecamatan
Cibungbulang Bogor. Yang menarik dari
prasasti ini adalah adanya lukisan tapak kaki
gajah, yang disamakan dengan tapak kaki
gajah Airawata, yaitu gajah tunggangan dewa
Wisnu.
Prasasti Muara Cianten: Prasasti Muara
Cianten, ditemukan di Bogor, tertulis dalam
aksara ikal yang belum dapat dibaca. Di
samping tulisan terdapat lukisan telapak kaki

Prasasti ciaruteun

Prasasti
Jambu

Prasasti tugu

SEKIAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai