Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian yang tinggi. Darah
tinggi merupakan pembunuh tersembunyi yang penyebab awalnya tidak diketahui atau tanpa
gejala sama sekali. Hipertensi bisa menyebabkan berbagai komplikasi terhadap beberapa
penyakit lain,bahkan penyebab timbulnya penyakit jantung dan stroke.1
Meningkatnya arus globalisasi di segala bidang dengan perkembangan teknologi dan
industry telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan gaya hidup pada
masyarakat.
Perubahan gaya hidup,perilaku,sosial ekonomi dan industrialisasi dapat memacu meningkatnya
penyakit seperti hipertensi. Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung,stroke,dan
ginjal.2
Hipertensi merupakan diagnosis primer yang umum di Amerika Serikat,karena
menyerang hampir 50 juta penduduk dimana sekitar 69% orang dewasa yang telah melewati 18
tahun sadar akan hipertensi yang mereka derita dan 58% dari mereka yang dirawat, tetapi hanya
31% yang terkontrol.3,4
Di Indonesia sendiri penyakit hipertensi menempati urutan ketiga setelah penyakit stroke
dan 1eriodic11is.4 Prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 31,7%. Pada kelompok umur
25-34 tahun sebesar 7%,naik menjadi 16% pada kelompok umur 35-44 tahun dan kelompok
umur dengan usia 65 tahun atau lebih menjadi 29%.4
Di Kalimantan Barat sendiri sesuai dengan hasil riskesdas tahun 2007,kasus hipertensi
mencapai 8,4%. Hal ini cukup besar mengingat rerata penyakit hipertensi nasional pada tahun
yang sama hanya mencapai 7,8%.3,4
Pada kabupaten Ketapangan di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Mustika Dharma
tahun 2013 terdapat 20 kasus hipertensi dari 56 orang penghuni panti. Hal ini berarti 35%
penghuni panti menderita penyakit Hipertensi. Tahun 2014 sendiri terdapat 28 kasus dari 60
penghuni panti,terdapat peningkatan 11% penyakit hipertensi dari tahun sebelumnya.
Oleh karena terjadinya peningkatan prevalensi penyakit Hipertensi,maka penulis ingin
membantu dan mengatasi penyakit Hipertensi di Kabupaten Ketapang khususnya di PSTW
Mustika Dharma.
1.2. Pernyataan Masalah
Tingginya angka penyakit Hipertensi di kabupaten Ketapang khususnya di PSTW
Mustika Dharma yang termasuk dalam wilayah kerja puskesmas Kedondong dan belum
dilakukannya intervensi untuk menurunkan angka kejadian penyakit ini.

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan dilakukannya mini project ini adalah untuk membantu mengatasi,meringankan
gejala,serta meningkatkan mutu hidup dari penghuni PSTW Mustika Dharma Kabupaten
Ketapang Kalimantan Barat.

1.4. Manfaat Penelitian


Meningkatkan pengetahuan panti jompo PSTW Mustika Dharma terhadap penyakit
Hipertensi sehingga para penghuni panti dapat mengenali gejala dan mengatasi penyakit
Hipertensi.
hasil dari laporan ini dapat memberikan masukan baik bagi pengurus panti jompo PSTW
Mustika Dharma maupun puskesmas dalam hal ini Puskesmas Kedondong untuk meningkatkan
promosi kesehatan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
HIPERTENSI

2.1. Defenisi
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di
atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Hipertensi diartikan sebagai peningkatan
tekanan darah secara terus menerus sehingga melebihi batas normal. Tekanan darah normal
adalah 110/90 mmHg. Hipertensi merupakan produk dari resistensi pembuluh darah perifer dan
kardiak output.5
2.2. Klasifikasi Hipertensi
2.2.1 Berdasarkan penyebab dikenal dua jenis hipertensi,yaitu :
Hipertensi primer (esensial) adalah suatu peningkatan persisten tekanan arteri yang
dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme 3eriodi 3eriodic33i normal, Hipertensi ini tidak
diketahui penyebabnya dan mencakup + 90% dari kasus hipertensi.5
Hipertensi sekunder adalah hipertensi persisten akibat kelainan dasar kedua selain
hipertensi esensial. Hipertensi ini penyebabnya diketahui dan ini menyangkut + 10% dari kasuskasus hipertensi.6
2.2.2. Berdasarkan bentuk hipertensi,yaitu hipertensi diastolic,campuran,dan sistolik.
Hipertensi 3eriodic3 (diastolic hypertension) yaitu peningkatan tekanan 3eriodic3 tanpa
diikuti peningkatan tekanan sistolik. Biasanya ditemukan pada anak-anak dan dewasa
muda.Hipertensi campuran (sistol dan 3eriodic yang meninggi) yaitu peningkatan tekanan darah
pada sistol dan 3eriodic. Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) yaitu peningkatan
tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan 3eriodic3. Umumnya ditemukan pada usia
lanjut.5
2.2.3. Berdasarkan Join National Comitte (JNC) VII13

2.3. Etiologi Hipertensi


Hipertensi tergantung pada kecepatan denyut jantung, volume sekuncup dan Total
Peripheral Resistance (TPR).7,8 Maka peningkatan salah satu dari ketiga 4eriodic yang tidak
dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi.
Peningkatan kecepatan denyut jantung dapat terjadi akibat rangsangan abnormal saraf
atau 4eriodi pada nodus SA. Peningkatan kecepatan denyut jantung yang berlangsung kronik
sering menyertai keadaan hipertiroidisme. Namun, peningkatan kecepatan denyut jantung
biasanya dikompensasi oleh penurunan volume sekuncup atau TPR, sehingga tidak meninbulkan
hipertensi.9
Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi apabila terdapat
peningkatan volume plasma yang berkepanjangan, akibat gangguan penanganan garam dan air
oleh ginjal atau konsumsi garam yang berlebihan. Peningkatan pelepasan 4eriod atau aldosteron
maupun penurunan aliran darah ke ginjal dapat mengubah penanganan air dan garam oleh ginjal.
Peningkatan volume plasma akan menyebabkan peningkatan volume 4eriodic4 akhir sehingga
terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah. Peningkata preload biasanya berkaitan
dengan peningkatan tekanan sistolik.7.9
Peningkatan Total Periperial Resistence yang berlangsung lama dapat terjadi pada
peningkatan rangsangan saraf atau 4eriodi pada arteriol, atau responsivitas yang berlebihan dari
arteriol terdapat rangsangan normal. Kedua hal tersebut akan menyebabkan penyempitan
pembuluh darah. Pada peningkatan Total Periperial Resistence, jantung harus memompa secara
lebih kuat dan dengan demikian menghasilkan tekanan yang lebih besar, untuk mendorong darah
melintas pembuluh darah yang menyempit. Hal ini disebut peningkatan dalam afterload jantung
dan biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan 4eriodic4. Apabila peningkatan afterload
berlangsung lama, maka ventrikel kiri mungkin mulai mengalami hipertrifi (membesar). Dengan
hipertrofi, kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin meningkat sehingga ventrikel harus
mampu memompa darah secara lebih keras lagi untuk memenuhi kebutuhan tesebut. Pada
hipertrofi, serat-serat otot jantung juga mulai tegang melebihi panjang normalnya yang pada
akhirnya menyebabkan penurunan kontraktilitas dan volume sekuncup.10
2.4. Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat
vasomotor, pada 4eriodi di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna 4eriodi spinalis ke ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai
faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsang vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat 4eriodic4 terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.9
Pada saat bersamaan dimana 4eriod saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas

vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks


adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapt memperkuat respon vasokontriktor
pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
menyebabkan pelepasan 5eriod. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut
cenderung mencetus keadaan hipertensi.11
Perubahan 5eriodic55 dan fungsional pada 5eriod pembuluh darah perifer bertanggung
jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan
penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer.8,7
2.5. Tanda dan Gejala Hipertensi
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi,
tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan
cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus
optikus). Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai bertahuntahun. Gejala bila ada menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas
sesuai 5eriod organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Perubahan
patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam
hari) dan azetoma [peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin]. Keterlibatan
pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang
bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam
penglihatan.9,10
Sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun
berupa :Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan
tekanan darah 5eriodic55is,Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi,Ayunan
langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat,Nokturia karena peningkatan
aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus,Edema dependen dan pembengkakan akibat
peningkatan tekanan kapiler.7
Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah,
sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain.5,9
2.6. Faktor-faktor Hipertensi
Faktor resiko Hipertensi meliputi:

Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya umur
maka semakin tinggi mendapat resiko hipertensi. Insiden hipertensi makin meningkat dengan
meningkatnya usia. Ini sering disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang
mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan 6eriodi. Hipertensi pada yang berusia kurang dari
35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian premature.6,9
Jenis kelamin juga sangat erat kaitanya terhadap terjadinya hipertensi dimana pada masa
muda dan paruh baya lebih tinggi penyakit hipertensi pada laki-laki dan pada wanita lebih tinggi
setelah umur 55 tahun, ketika seorang wanita mengalami menopause.12
Perbandingan antara pria dan wanita, ternyata wanita lebih banyak menderita hipertensi.
Dari laporan sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi 6% dari pria dan 11% pada
wanita. Laporan dari Sumatra Barat menunjukan 18,6% pada pria dan 17,4% wanita. Di daerah
perkotaan Semarang didapatkan 7,5% pada pria dan 10,9% pada wanita. Sedangkan di daerah
perkotaan Jakarta didapatkan 14,6 pada pria dan 13,7% pada wanita.12
Riwayat keluarga juga merupakan masalah yang memicu masalah terjadinya hipertensi
hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika seorang dari orang tua kita memiliki
riwayat hipertensi maka sepanjang hidup kita memiliki kemungkinan 25% terkena hipertensi.11,12
Garam dapur merupakan faktor yang sangat dalam 6eriodic hipertensi. Hipertensi hampir
tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam yang minimal. Asupan garam
kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan hipertensi yang rendah jika asupan garam antara 5-15
gram perhari, prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-20%. Pengaruh asupan garam
terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan
tekanan darah.11
Garam mengandung 40% sodium dan 60% klorida. Orang-orang peka sodium lebih
mudah meningkat sodium, yang menimbulkan retensi cairan dan peningkatan tekanan darah.7
Garam berhubungan erat dengan terjadinya tekanan darah tinggi gangguan pembuluh
darah ini hampir tidak ditemui pada suku pedalaman yang asupan garamnya rendah. Jika asupan
garam kurang dari 3 gram sehari prevalensi hipertensi presentasinya rendah, tetapi jika asupan
garam 5-15 gram perhari, akan meningkat prevalensinya 15-20%.8
Garam mempunyai sifat menahan air. Mengkonsumsi garam lebih atau makanmakanan
yang diasinkan dengan sendirinya akan menaikan tekanan darah. Hindari pemakaian garam yang
berkebih atau makanan yang diasinkan. Hal ini tidak berarti menghentikan pemakaian garam
sama sekali dalan makanan. Sebaliknya jumlah garam yang dikonsumsi batasi.13
Merokok merupaka salah satu faktor yang dapat diubah, adapun hubungan merokok
dengan hipertensi adalah nikotin akan menyebabkan peningkatan tekana darah karena nikotin
akan diserap pembulu darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan oleh pembulu dadarah hingga
ke otak, otak akan bereaksi terhadap nikotin dengan member sinyal pada kelenjar adrenal untuk
melepas efinefrin (Adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembulu darah dan
memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi.Selain itu, karbon
monoksida dalam asap rokokmenggantikan iksigen dalam darah. Hal ini akan menagakibatkan
tekana darah karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup kedalam
orga dan jaringan tubuh.6,8

Aktivitas sangat mempengaruhiterjadinya hipertensi, dimana pada orang yang kuat


aktivitas akan cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot
jantung akan harus bekerja lebih keras pada tiap kontraksi.Makin keras dan sering otot jantung
memompa maka makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri.9,10
Stress juga sangat erat merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi dimana
hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan
saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu). Stress yang
berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum
terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di
pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat
yang tinggal di kota.6
2.7. Komplikasi Hipertensi
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus yang
terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada
hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan
menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri
otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan
terbentuknya aneurisma.5
Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti, orang bingung, limbung
atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit
digerakan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara jelas)
serta tidak sadarkan diri secara mendadak.6
Infark Miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak dapat
menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk 7eriodic yang menghambat
aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Karena hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel,
maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia
jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan
perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia,
hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan.6
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapilerkepiler ginjal, glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus, darah akan mengalir keunit-unit
fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian.
Dengan rusaknya 7eriodic glomerolus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan 7eriodi
koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.6
Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya
kejantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru,kaki dan jaringan lain sering
disebut edma.Cairan didalam paru paru menyebabkan sesak napas,timbunan cairan ditungkai
menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan edema.1
Ensefalopati dapat terjadi terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang
cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan

mendorong cairan ke dalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Neronneron
disekitarnya kolap dan terjadi koma serta kematian.12
2.7. Pencegahan Hipertensi
2.7.1. Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial yaitu usaha pencegahan predisposisi terhadap hipertensi, belum
terlihat adanya faktor yang menjadi risiko hipertensi, contoh adanya peraturan pemerintah
membuat peringatan pada rokok, dengan melakukan senam kesegaran jasmani untuk
menghindari terjadinya hipertensi.7,8,9
2.7.2. Pencegahan Primer
Pencegahan primer yaitu upaya awal pencegahan sebelum seseorang menderita
hipertensi, dimana dilakukan penyuluhan faktor-faktor risiko hipertensi terutama pada kelompok
risiko tinggi. Tujuan pencegahan primer adalah untuk mengurangi insidensi penyakit dengan cara
mengendalikan penyebab-penyebab penyakit dan faktor-faktor risikonya.
Upaya-upaya yang dilakukan dalam pencegahan primer terhadap hipertensi antara lain:
1. Pola Makan yang Baik
a. Mengurangi asupan garam dan lemak tinggi
Terlalu banyak mengonsumsi garam dapat meningkatkan tekanan darah hingga ke
tingkat yang membahayakan. Panduan terkini dari British Hypertension Society
menganjurkan asupan natrium dibatasi sampai kurang dari 2,4 gram sehari. Jumlah
tersebut setara dengan 6 gram garam, yaitu sekitar 1 sendok I per hari. Penting untuk
diingat bahwa banyak natrium (sodium) tersembunyi dalam makanan, terutama makanan
yang diproses. Mengurangi asupan garam.
b. Meningkatkan konsumsi sayur dan buah
Jenis makanan ini sangat baik untuk melawan penyakit hipertensi. Dengan
mengonsumsi sayur dan buah secara teratur dapat menurunkan risiko kematian akibat
hipertensi, stroke, dan penyakit jantung koroner, menurunkan tekanan darah, dan
mencegah kanker. Sayur dan buah mengandung zat kimia tanaman (phytochemical) yang
penting seperti flavonoids, sterol, dan phenol. Mengonsumsi sayur dan buah dengan
teratur dapat menurunkan tekanan darah TDS/TDD 3/1 mmHg.

2. Perubahan Gaya Hidup


a. Olahraga teratur
Olahraga sebaiknya dilakukan teratur dan bersifat 8eriodi, karena kedua sifat inilah yang
dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga 8eriodi maksudnya olahraga yang dilakukan secara
terus-menerus dimana kebutuhan oksigen masih dapat dipenuhi tubuh, misalnya jogging, senam,
renang, dan bersepeda. Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan

pengeluaran tenaga dan 9eriod (pembakaran kalori). Aktivitas fisik sebaiknya dilakukan
sekurang-kurangnya 30 menit perhari dengan baik dan benar. Salah satu manfaat dari aktivitas
fisik yaitu menjaga tekanan darah tetap stabil dalam batas normal. Contoh dari aktivitas fisik
yang dapat menjaga kestabilan tekanan darah misalnya turun bus lebih awal menuju tempat kerja
yang kira-kira menghabiskan 20 menit berjalan kaki dan saat pulang berhenti di halte yang
menghabiskan kira-kira 10 menit berjalan kaki menuju rumah, atau membersihkan rumah selama
10 menit, dua kali dalam sehari ditambah 10 menit bersepeda, dan lain-lain. Melakukan olahraga
secara teratur dapat menurunkan tekanan darah sistolik 4-8 mmHg. Latihan fisik 9eriodic9
seperti angkat besi dapat meningkatkan tekanan darah dan harus dihindari pada penderita
hipertensi. Di usia tua, fungsi jantung dan pembuluh darah akan menurun, demikian juga
elastisitas dan kekuatannya. Tetapi jika berolahraga secara teratur, maka 9eriod kardiovaskular
akan berfungsi maksimal dan tetap terpelihara.
b. Menghentikan rokok
Tembakau mengandung nikotin yang memperkuat kerja jantung dan menciutkan arteri
kecil hingga sirkulasi darah berkurang dan tekanan darah meningkat. Berhenti merokok
merupakan perubahan gaya hidup yang paling kuat untuk mencegah penyakit kardiovaskular
pada penderita hipertensi.
c. Membatasi konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol dalam jumlah sedang sebagai bagian dari pola makan yang sehat dan
bervariasi tidak merusak kesehatan. Namun demikian, minum alkohol secara berlebihan telah
dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah. Pesta minuman keras (binge drinking) sangat
berbahaya bagi kesehatan karena alkohol berkaitan dengan stroke. Wanita sebaiknya membatasi
konsumsi alkohol tidak lebih dari 14 unit per minggu dan laki-laki tidak melebihi 21 unit
perminggu. Menghindari konsumsi alkohol bisa menurunkan TDS 2-4 mmHg.
3. Mengurangi Kelebihan Berat Badan
Di antara semua faktor risiko yang dapat dikendalikan, berat badan adalah salah satu
yang paling erat kaitannya dengan hipertensi. Dibandingkan dengan yang kurus, orang yang
gemuk lebih besar peluangnya mengalami hipertensi. Penurunan berat badan pada penderita
hipertensi dapat dilakukan melalui perubahan pola makan dan olahraga secara teratur.
Menurunkan berat badan bisa menurunkan TDS 5-20 mmHg per 10 kg penurunan BB.

2.7.3. Pencegahan Sekunder


Pencegahan sekunder yaitu upaya pencegahan hipertensi yang sudah pernah terjadi untuk
berulang atau menjadi berat. Pencegahan ini ditujukan untuk mengobati para penderita dan
mengurangi akibat-akibat yang lebih serius dari penyakit, yaitu melalui diagnosis dini dan
pemberian pengobatan. Dalam pencegahan ini dilakukan pemeriksaan tekanan darah secara
teratur dan juga kepatuhan berobat bagi orang yang sudah pernah menderita hipertensi.

a.

Diagnosis Hipertensi

Data yang diperlukan untuk diagnosis diperoleh dengan cara anamnesis,


pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan penunjang. Peninggian tekanan
darah kadang sering merupakan satu-satunya tanda klinis hipertensi sehingga diperlukan
pengukuran tekanan darah yang akurat. Berbagai faktor bisa mempengaruhi hasil pengukuran
seperti faktor pasien, faktor alat, dan tempat pengukuran. Anamnesis yang dilakukan meliputi
tingkat hipertensi dan lama menderitanya, riwayat dan gejala-gejala penyakit yang berkaitan
seperti penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler dan lainnya, apakah terdapat riwayat
penyakit dalam keluarga, gejala yang berkaitan dengan penyakit hipertensi, perubahan aktivitas
atau kebiasaan (seperti merokok, konsumsi makanan, riwayat dan faktor psikososial lingkungan
keluarga, pekerjaan, dan lain-lain). Dalam pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan
darah dua kali atau lebih dengan jarak dua menit, kemudian diperiksa ulang dengan
kontrolateral.
b.

Penatalaksanaan Hipertensi

(i).

Penatalaksanaan Nonfarmakologis

Pendekatan nonfarmakologis merupakan penanganan awal sebelum penambahan


obat-obatan hipertensi, disamping perlu diperhatikan oleh seorang yang sedang dalam terapi
obat. Pada pasien hipertensi yang terkontrol, pendekatan nonfarmakologis ini dapat membantu
pengurangan dosis obat pada sebagian penderita. Oleh karena itu, modifikasi gaya hidup
merupakan hal yang penting diperhatikan, karena berperan dalam keberhasilan penanganan
hipertensi.
Pendekatan nonfarmakologis dibedakan menjadi beberapa hal:
1. Menurunkan faktor risiko yang menyebabkan atherosclerosis.
2. Olahraga dan aktivitas fisik.
3. Perubahan pola makan:
a. Mengurangi asupan garam.
b. Diet rendah lemak jenuh .
c. Memperbanyak konsumsi sayuran, buah-buahan, dan susu rendah lemak.
4. Menghilangkan 10eriod.

(ii).

Penatalaksanaan Farmakologis

Selain cara pengobatan nonfarmakologis, penatalaksanaan utama hipertensi


primer adalah dengan obat. Keputusan untuk mulai memberikan obat antihipertensi berdasarkan
beberapa faktor seperti derajat peninggian tekanan darah, terdapatnya kerusakan organ target,
dan terdapatnya manifestasi klinis penyakit kardiovaskuler atau faktor risiko lain. Terapi dengan

pemberian obat antihipertensi terbukti dapat menurunkan sistol dan mencegah terjadinya stroke
pada pasien usia 70 tahun atau lebih.
2.8. Lanjut Usia
2.8.1. Pengertian Lansia
Proses menua adalah proses yang terus-menerus (berlanjut) secara alamiah, dimulai sejak
lahir dan umum dialami pada semua makhluk hidup. Lansia bukanlah suatu penyakit, melainkan
suatu masa atau tahap hidup manusia (bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, lanjut usia).
Batasan-batasan lansia menurut WHO, meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age), antara 45 sampai 59 tahun 16
b. Lanjut usia (elderly), antara 60 sampai 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old), antara 75 dan 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old), di atas 90 tahun.
2.8.2. Kesehatan Lansia
Pada umumnya usia tua penuh dengan berbagai gangguan kesehatan. Hal itu terjadi
bukan hanya karena keteledoran orang untuk menjaga kesehatan sejak masa muda tetapi masa
tua memang ditandai dengan berbagai kemunduran fungsi tubuh. Kemunduran itu bersifat
fisiologis dan berjalan secara alamiah. Hingga saat ini belum ada obat atau cara pencegahan
penurunan fisiologis pada lansia. Tapi tetap saja mungkin untuk sehat pada lansia. Hal-hal yang
bisa dilakukan dan harus senantiasa dilakukan untuk tetap sehat pada lansia adalah menjaga
kesehatan dengan baik, mengonsumsi makanan yang bergizi, berolahraga teratur sesuai usia,
menjauhkan pikiran dari pengaruh lingkungan yang 11eriodic, dan secara 11eriodic berkonsultasi
pada dokter minimal 3 bulan sekali.

BAB III
METODE

III.1. Jenis Metode


Mini project ini menggunakan beberapa metode yaitu pendataan. Setelah pendataan
dilakukan intervensi yaitu penyuluhan dan pengobatan.

III.2. Sasaran
Untuk pendataan, penyuluhan dan pengobatan dilakukan di panti jompo Mustika Dharma
di wilayah kerja Puskesmas Kedondong.
III.4. Populasi dan Sampel
Sampel adalah seluruh penghuni panti jompo Mustika Dharma di wilayah kerja
Puskesmas Kedondong.
III.5. Media
Media yang digunakan untuk penyuluhan adalah power point dan proyektor yang
disediakan dari Puskesmas Kedondong, untuk pengobatan digunakan obat dari Puskesmas
Kedondong.

BAB IV
HASIL
IV.1. Profil Komunitas Umum
Kelurahan Sukaharja merupakan salah satu kelurahan dari kecamatan Delta Pawan, yang
merupakan kecamatan terkecil dengan luas 74 km2, termasuk kecamatan dengan jumlah
penduduk terbanyak sebanyak 71.201 jiwa dan tingkat kepadatan penduduknya paling tinggi 92
km2 di kabupaten Ketapang. Penduduknya rata-rata bekerja sebagai pedagang, petani, pegawai
PNS, bidan, perawat, dan swasta.
Di wilayah kerja Puskesmas Kedondong terdapat panti jompo. Panti sosial Tresna
Werdha Mustika Dharma terletak di kelurahan Sukaharja dengan total penghuni panti
sebanyak 60 orang yang terdiri dari 27 orang laki-laki dan 33 perempuan.
IV.2. Data Geografis

IV.2.1. Puskesmas Kedondong


Letak wilayah kerja Puskesmas Kedondong berada di pusat kota Ketapang, dengan batasbatas wilayah sebagai berikut :
-

Utara : Berbatasan dengan sungai Pawan

Timur : Berbatasan dengan sungai Pawan

Selatan: Berbatasan dengan kelurahan Tengah, kelurahan Mulia Baru

Barat : Berbatasan dengan sungai Sampit

IV.2.2. Panti Sosial Tresna Werdha Mustika Dharma


Panti Sosial Tresna Werdha Mustika Dharma terletak di jl. Brigjen Katamso KM 3,
kelurahan Sukaharja, kecamatan Delta Pawan, kabupaten Ketapang, provinsi Kalimantan Barat.
Luas tanah bangunan seluruhnya mencapai 1.030 m2 dengan ketinggian dari laut 5 m.

IV.3. Data Demografik


Dari data puskesmas yang didapat, jumlah penduduk di kelurahan Sukaharja tahun 2013
sebanyak 12.400 jiwa dengan tingkat laju pertumbuhan penduduk 1,73 %. Terdiri dari laki-laki
6384 jiwa, perempuan 6094 jiwa.
IV.4. Sumber Daya Kesehatan
Berdasarkan data tahun 2013 sumber daya kesehatan yang berada diwilayah kerja
Puskesmas Kedondong : 2 dokter umum, 1 dokter gigi, 12 perawat, 3 perawat gigi, 6 bidan, 2
analis lab, 4 tenaga kesehatan masyarakat, 2 tenaga sanitasi, 2 tenaga farmasi, dan 4 tenaga gizi.
IV.5. Sarana Pelayanan Kesehatan Yang Ada
Tabel sarana kesehatan di wilayah Puskesmas Kedondong tahun 2013
No.

FASILITAS KESEHATAN

PEM.

PEM.

PEM.

PUSAT

PROV

KAB/KOTA

TNI/POLRI

BUMN

SWASTA

JUMLAH

1.

RUMAH SAKIT UMUM


PUSKESMAS NON

2.

PERAWATAN

3.

PUSKESMAS KELILING

4.

PUSKESMAS PEMBANTU

PRAKTEK DOKTER

5.

6.

PERORANGAN
PRAKTEK PENGOBATAN
TRADISIONAL

12

12

7.

POLINDES/POSKESDES

8.

POSYANDU

13

13

9.

APOTEK

10

10

10.

TOKO OBAT

IV.6. Data Kesehatan Masyarakat


Berdasarkan data januari hingga desember 2014, jumlah penderita penyakit Hipertensi
adalah sebagai berikut :
Tabel jumlah penderita penyakit Hipertensi di Puskesmas Kedondong tahun 2013
PENYAKIT

KODE

JUMLAH

HIPERTENSI

I10

1.692

Tabel jumlah penderita Hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha Mustika Dharma
PENGOBATAN TANGGAL 12 FEBRUARI 2015
NAMA

UMUR

JENIS KELAMIN

TEKANAN DARAH

ABDULLAH

70 tahun

Laki-laki

190/90

ABU

61 tahun

Laki-laki

160/60

BAKYAH

65 tahun

Perempuan

160/90

DARE ALMAR

84 tahun

Perempuan

160/90

DARE SURYA

57 tahun

Perempuan

220/110

HARJO

63 tahun

Laki-laki

160/90

HASYIM

45 tahun

Laki-laki

150/90

JAMALIAH

67 tahun

Perempuan

140/100

JAMALIYAH

67 tahun

Perempuan

140/100

KASTAWI

99 tahun

Laki-laki

150/70

MAHRUNI

65 tahun

Laki-laki

170/70

MUKHLIS

72 tahun

Laki-laki

160/90

NURHASIKIN

60 tahun

Perempuan

140/100

RAHMAN

64 tahun

Laki-laki

170/100

RIONO

64 tahun

Laki-laki

170/60

SAKANON

76 tahun

Perempuan

190/80

SAODAH 1

60 tahun

Perempuan

160/100

SAODAH 2

67 tahun

Perempuan

160/130

SAODAH 3

62 tahun

Perempuan

150/90

SHALUNG

85 tahun

Perempuan

170/80

SITI ARMAH

53 tahun

Perempuan

160/90

SITI JUWARIAH

55 tahun

Perempuan

180/80

SURYANI

52 tahun

Perempuan

170/100

JUMLAH

23 orang
PENGOBATAN TANGGAL 18 FEBRUARI 2015

NAMA

UMUR

JENIS KELAMIN

TEKANAN DARAH

ABDULLAH

70 tahun

Laki-laki

150/90

DARE SURYA

57 tahun

Perempuan

220/90

JUMINTEN

71 tahun

Perempuan

160/90

MUKHLIS

72 tahun

Laki-laki

180/100

RAHMAN

64 tahun

Laki-laki

160/90

SAKANON

61 tahun

Perempuan

170/100

SAODAH 1

60 tahun

Perempuan

150/90

SAODAH 2

63 tahun

Perempuan

160/100

SITI ARMAH

53 tahun

Perempuan

150/80

JUMLAH

9 orang

PENGOBATAN TANGGAL 24 FEBRUARI 2015


NAMA

UMUR

JENIS KELAMIN

TEKANAN DARAH

SAKANON

61 tahun

Perempuan

160/100

SAODAH 2

63 tahun

Perempuan

150/90

SAODAH 1

60 tahun

Perempuan

160/80

MAHRUNI

65 tahun

Laki-laki

160/100

ARMIK

69 tahun

Perempuan

170/90

SITI JUWARIAH

63 tahun

Perempuan

150/70

ABDULLAH

70 tahun

Laki-laki

180/110

DARE ALMAR

84 tahun

Perempuan

150/100

MUHLI

65 tahun

Laki-laki

170/70

DARE SURYA

57 tahun

Perempuan

230/100

JUMINTEN

71 tahun

Perempuan

160/90

RAHMAN

64 tahun

Laki-laki

190/100

JUMLAH

A. Masalah Kesehatan Masyarakat

12 orang

Sebelum Intervensi
Dilihat dari angka kejadian tahun 2014 sampai dengan sekarang yang dimana
terjadi peningkatan kasus Hipertensi, maka mini project ini dilakukan.

Intervensi
Dilakukan pendataan Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kedondong. Maka
dipilih panti sosial Tresna Werdha Mustika Dharma menjadi tempat dilakukannya mini
project dan dilakukan penyuluhan dengan metode power point serta dilakukan
pengobatan.

Sesudah Intervensi
Dilakukan penyuluhan dan pengobatan pada tanggal 12 Februari 2015, 18
Februari 2015, dan 24 Februari 2015 di panti sosial Tresna Werdha Mustika Dharma.
Hasil penyuluhan dan pengobatan tidak bisa dilihat saat ini. Hasil akan dipantau 5 sampai
6 bulan kemudian oleh petugas Puskesmas Kedondong.

Anda mungkin juga menyukai

  • Assessment of Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL
    Assessment of Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL
    Dokumen7 halaman
    Assessment of Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat
  • Fistula Ani, JAN 10
    Fistula Ani, JAN 10
    Dokumen25 halaman
    Fistula Ani, JAN 10
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat
  • 2.1 Penanganan Fraktur
    2.1 Penanganan Fraktur
    Dokumen39 halaman
    2.1 Penanganan Fraktur
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat
  • Osteomyelitis
    Osteomyelitis
    Dokumen46 halaman
    Osteomyelitis
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat
  • PEMBENTUKAN Batu
    PEMBENTUKAN Batu
    Dokumen37 halaman
    PEMBENTUKAN Batu
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat
  • Penyuluhan Oa
    Penyuluhan Oa
    Dokumen25 halaman
    Penyuluhan Oa
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat
  • Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan DL Posyandu
    Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan DL Posyandu
    Dokumen3 halaman
    Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan DL Posyandu
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat
  • Rectal Toucher
    Rectal Toucher
    Dokumen39 halaman
    Rectal Toucher
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat
  • Osteomyelitis
    Osteomyelitis
    Dokumen46 halaman
    Osteomyelitis
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat
  • Portofolio Ubet
    Portofolio Ubet
    Dokumen10 halaman
    Portofolio Ubet
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat
  • Fraktur
    Fraktur
    Dokumen48 halaman
    Fraktur
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Luka Bakar
    Lapsus Luka Bakar
    Dokumen22 halaman
    Lapsus Luka Bakar
    Evita Adiningtyas
    Belum ada peringkat
  • Case Report Rinitis Alergi
    Case Report Rinitis Alergi
    Dokumen36 halaman
    Case Report Rinitis Alergi
    Jessie Widyasari
    Belum ada peringkat
  • Porto Polio Najuwa
    Porto Polio Najuwa
    Dokumen7 halaman
    Porto Polio Najuwa
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat
  • Porto Polio Najuwa
    Porto Polio Najuwa
    Dokumen7 halaman
    Porto Polio Najuwa
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat
  • Polio Lia
    Polio Lia
    Dokumen11 halaman
    Polio Lia
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat
  • Pamflet PHBS
    Pamflet PHBS
    Dokumen2 halaman
    Pamflet PHBS
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat
  • Cacingan
    Cacingan
    Dokumen3 halaman
    Cacingan
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat
  • Ppok
    Ppok
    Dokumen32 halaman
    Ppok
    Om Zainul
    Belum ada peringkat
  • Tonsilitis Lia
    Tonsilitis Lia
    Dokumen15 halaman
    Tonsilitis Lia
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat
  • Bab I Luka Bakar Lia
    Bab I Luka Bakar Lia
    Dokumen19 halaman
    Bab I Luka Bakar Lia
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat
  • Laporan Bells Palsy Lia
    Laporan Bells Palsy Lia
    Dokumen13 halaman
    Laporan Bells Palsy Lia
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat
  • Laporan Promkes
    Laporan Promkes
    Dokumen5 halaman
    Laporan Promkes
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat
  • Penyuluhan Sikat Gigi Dan Cuci Tangan
    Penyuluhan Sikat Gigi Dan Cuci Tangan
    Dokumen13 halaman
    Penyuluhan Sikat Gigi Dan Cuci Tangan
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat
  • Isi Rinitis Alergi
    Isi Rinitis Alergi
    Dokumen10 halaman
    Isi Rinitis Alergi
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat
  • Lapkas Bedah Appendisitis Akut
    Lapkas Bedah Appendisitis Akut
    Dokumen7 halaman
    Lapkas Bedah Appendisitis Akut
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus Ppok 2
    Laporan Kasus Ppok 2
    Dokumen4 halaman
    Laporan Kasus Ppok 2
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus Aph
    Laporan Kasus Aph
    Dokumen9 halaman
    Laporan Kasus Aph
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat
  • Ketoasidosis Diabetik
    Ketoasidosis Diabetik
    Dokumen7 halaman
    Ketoasidosis Diabetik
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat