Anda di halaman 1dari 10

PORTOFOLIO

BAHASA INDONESIA KELAS VI B

Ubaidillah

Serigala dan Monyet


Di sebuah hutan belantara, hiduplah seekor serigala yang sedang hamil tua. Pada saat
ia berjalan menyusuri hutan mencari mangsa, tiba-tiba terdengar bayi yang sedang menangis
di sela-sela semak belukar. Ketika serigala itu menghampiri, ternyata seekor anak monyet
yang masih bayi tergolek sendirian tanpa diketahui kemana dan siapa induknya.

Serigala iba melihatnya. Karena iapun merasa penat dan terasa akan melahirkan, maka
ia memutuskan untuk istirahat di situ, sampai akhirnya ia melahirkan 2 ekor bayi. Meskipun
demikian, induk serigala tidak ingin meninggalkan anak monyet tersebut sendirian. Maka ia
berniat mengurus 3 anak, di antaranya 1 anak monyet, dan lagi anaknya. Dengan penuh kasih,
induk serigala tersebut mengasuh dan menyusi ketiganya. Anehnya anak monyet tidak segansegan menyusu ke induk serigala
Semakin lama ketiga anak tersebut semakin besar dan mulai bisa berjalan, tetapi anak
monyet itu masih merasa bahwa induk serigala adalah ibunya. Setelah mereka mulai bisa
makan, barulah terasa ada perbedaan diantara mereka. Anak monyet gemar memakan buahbuahan. Dengan mudahnya ia mamanjat pepohonan yang ada di hutan itu untuk memetik
buahnya. Berbeda dengan anak-anak serigala. Mereka lebih suka memakan daging dan kerap
kali induk serigala membawa mangsanya untuk diberikan kepada anak-anaknya. Setelah
anak-anak serigala itu dapat mencari makanannya sendiri, barulah induk serigala melepasnya.

Ketika mereka semakin dewasa, anak-anak serigala dan monyet pun akhirnya mulai
mandiri. Mereka bertiga bermain, mencari mangsa dan tidur bersama. Dalam perjalan
mencari mangsa yang jauh, tanpa disadari satu dari anak serigala itu terpisah dari mereka dan
hilang entah kemana, sehingga mereka tinggal berdua menyusuri hutan belantara. Tiba-tiba
mereka mendengar lolongan serigala yang minta tolong, suaranya syup-sayup terdengar amat
jauh. Keduanya baru mengetahui bahwa satu diantaranya tidak ada. Mereka berpikir
bagaimana caranya menemukan anak serigala yang hilang itu .
Karena anak monyet bisa memanjat, dia mencarinya sambil bergelantung di atas
pohon. Anak serigala yang satu berlari mengikuti monyet dari bawah. Sangat sulit menembus
hutan belantara yang lebat itu. Lolongan serigala itu pun tiada henti dan semakin lama
terdengar semakin dekat. Anak serigala mulai mengendus-endus dengan penciumannya yang
tajam. Akhirnya, karena kecerdikannya, mereka berhasil menemukan tempat dimana anak
serigala itu berada. Ternyata ia tercebur ke dalam sumur perangkap yang dibuat para
pemburu.

Untuk menolong saudaranya, monyet membuat tali yang terbuat dari kulit pohon
yang ada di sekitar tempat itu. Dimasukkannya tali tersebut kedalam sumur. Sementara anak
serigala yang satu menggigit ujung tali tersebut dengan giginya yang sangat kuat dari atas,
anak monyet masuk ke dalam sumur. Setelah sampai dibawah, monyet merasa iba melihat
keadaan anak serigala yang lemas tak berdaya. Kasihan sekali engkau, sudah dua hari
lamanya kita berpisah, dan pasti kau tidak makan apapun selama itu. Akhirnya mereka
berhasil menarik anak serigala itu dari dalam sumur. Anak serigala yang satu terharu melihat
keadaan saudaranya lemas hampir tanpa daya.
Dengan cepat monyet memanjat pohon unyuk mencari minum untuk saudaranya itu.
Tidak beberapa lama setelah itu, sang anak serigala pun dengan perlahan kembali segar.
Keduanya amat berterima-kasih kepada monyet karena telah menyelamatkannya. Mereka pun
bersepakat untuk pulang ke sarang menemui induk serigala.
Sesampai di sarang, mereka mendapati induk serigala sedang berjalan kesana-kemari
dengan gelisah. Begitu melihat ketiga anaknya, ia pun berseru, Anak-anakku, kemana saja
kalian selama ini? Aku mencari kalian kemana-mana, bahkan aku berpikir bahwa kalian habis
di mangsa singa atau di makan oleh pemburu.

Kedua anak serigala itu pun akhirnya menceritakan semua peristiwa yang baru saja
mereka alami. Induk serigala merasa terharu dan amat berterimakasih kepada anak monyet. Ia
juga tak henti-hentinya mengucap syukur kepada Tuhan karena mereka semua dapat bertemu

kembali. Setelah keadaan tenang, induk serigala berkata kepada anak-anaknya, Anakanakku, sekarang aku sudah mulai tua, tidak kuat lagi mencari mangsa terlalu jauh. Karena
itu, jika kalian berburu, jangan terlalu lama. Cepat kembali ke sarang iani untuk melihatku.
Tanpa diminta anak monyet berkata, Aku, akulah yang akan menemanimu, ibu. Bagiku
mencari makan tidak harus jauh, di sekitar sini buah-buahhan dan daun-daun muda masih
cukup banyak. Biarlah anak-anak ibu yang lain pergi jauh mencari mangsa, nanti aku akan
memberitahukan keadaanmu pada mereka.

Mendengar apa yang dikatakan monyet padanya, maka tenanglah induk serigala. Ia
bisa menikmati hari tuanya di temani ole monyet dan kedua anaknya. Mereka bisa saling
berbagi disaat suka maupun duka. Monyet pun merasa puas dengan keadaan ini. Ia bersyukur
di berikan kesempatan oleh Tuhan untuk membalas kebaikan serigala.

PETUALANGAN HANSEL DAN GRETEL

Di sebuah desa pada zaman dahulu hiduplah sebuah keluarga bahagia. Mereka
mempunyai dua orang anak yang manis, namanya Hans dan Gretel. Suatu ketika Ibu tercinta
meninggal karena sakit. Sejak kematian sang Ibu, mereka selalu bersedih sepanjang
hari. Agar mereka tidak bersedih, kemudian Ayah mengambil Ibu baru untuk menghIbur
mereka. Ternyata Ibu baru ini sangat jahat dan memperlakukan mereka dengan buruk. Dari
pagi hingga petang mereka disuruh terus bekerja dan hanya diberi makan satu kali. Musim
kemarau pun tiba, dan mereka tidak mempunyai makanan apa-apa.
Sang Ibu menyuruh anak-anak untuk dibawa ke hutan dan meninggalkannya di
sana. Ayah sangat terkejut mendengarnya " Bicara apa kau, apa kau ingin anak-anak mati ?!
" " Kau ini memang bodoh, kalau kita tidak melakukannya, kita semua akan
mati!" Sementara itu dari balik kamar , Hans dan Gretel mendengarkan pembicaraan
mereka. Mereka ketakutan dan Gretel pun menangis.
Akhirnya Ayah tidak bisa berbuat apa-apa karena istrinya terus mendesaknya. "Ah
apa kita akan mati di hutan ?! " " Ssst.., aku punya ide bagus, " ucap Hans. Lalu ia keluar
rumah dan mengumpulkan batu-batu kecil putih yang bila terkena cahaya bulan,
akan bersinar. Pada esok paginya dengan berteriak keras, Ibunya membangunkan Hans dan
Gretel.
Sebelum berangkat ia memberikan sepotong roti kepada mereka. Setelah itu semua
berangkat menuju hutan. Sambil berjalan Hans membuang batu kecil putih satu per satu
yang ada dalam kantongnya. Karena berjalan sambil menoleh ke belakang, Ayah menjadi

curiga. " Sedang apa, Hans ? " " Aku sedang memandang kucing yang ada di atas rumah,"
jawab Hans berbohong. Lalu tibalah mereka di tengah hutan. Ayah dan Ibunya pergi ke
hutan yang lebih jauh lagi untuk menebang kayu dan meninggalkan mereka. Rasa sedihpun
berganti gembira setelah di tengah hutan Hans menemukan seekor kupu- kupu dan Gretel
membuat kalung dari bunga.
Mereka sangat gembira karena bisa bermain- main bersama teman baru mereka
seperti kelinci, bajing dan burung-burung kecil. Tanpa terasa waktu berlalu, mataharipun
mulai tenggelam dan hari mulai gelap. Suara burung- burung yang indah kini berganti
dengan suara angin yang berdesir. Gretel menangis tersedu-sedu karena takut. Hans berkata
menenangkan, "Jangan menangis, jika cahaya bulan muncul, kita pasti akan pulang dengan
selamat ". Tak lama kemudian, dari sela-sela pohon muncullah cahaya bulan yang bersinar
dengan terang.
Hans segera mengajak Gretel untuk pulang ke rumah. Hans memegang tangan Gretel
dan menyusuri jalan di hutan tanpa ragu-ragu. " Kak, kok bisa berjalan tanpa bingung di
hutan yang gelap begini?" "Oh batu kecil putih yang kujatuhkan ketika kita datang,
bersinar karena kena sinar bulan dan itu akan menolong kita pulang ke rumah." Tibalah
mereka di rumah, sang Ibu heran melihatnya dan mencari tahu bagaimana mereka bisa
sampai di rumah dengan mudah. Ketika ia membuka pintu, ia melihat batu kecil putih yang
bersinar.
Agar mereka tidak bisa mengumpulkan batu putih itu lagi, Ibu mengunci pintu kamar
mereka. Hans dan Gretel menjadi panik karenanya. Sebelum tidur mereka berdoa pada
Tuhan, meminta perlindungan. Keesokan harinya seperti kemarin, Ibu membangunkan
mereka dan membawa mereka ke hutan. Hans tidak kehabisan akal. Dengan
terpaksa ia mencuil-cuil potongan roti dan menjatuhkannya di jalan sambil berjalan. Tapi
malang, jejak yang sudah dIbuatnya susah payah dimakan oleh burung-burung
kecil. Sampailah mereka di dalam hutan.
Kembali Ayah dan Ibunya meninggalkan mereka dan masuk ke hutan yang lebih
jauh. Merekapun bermain-main dengan binatang- binatang di dalam hutan. Akhirnya
malampun tiba. Ketika cahaya bulan mulai bersinar mereka beranjak pulang. Dengan susah
payah dicarinya potongan-potongan roti sebagai petunjuk jalan untuk pulang ke
rumah. "Kak, apa yang telah terjadi dengan potongan- potongan roti itu ?" teriak Gretel
cemas. "Mungkin dimakan oleh burung -burung kecil " " Uhh.., kalau begitu kita tidak bisa

pulang ke rumah." Di dalam hutan bergema suara lolongan keras. Mereka berdua amat
ketakutan. "Kak, aku takut, kita akan mati !" Gretel mulai menangis. " Jangan khawatir dik,
Ibu yang ada di surga pasti menolong kita." Karena lelah, mereka akhirnya tertidur
dengan pulas di bawah pohon. Cahaya matahari pun mulai bersinar dan mengenai wajah
mereka.
Hans dan Gretel terbangun dan disambut suara kicauan burung. Tiba-tiba mereka
mencium bau masakan yang lezat. Segera mereka berlari ke arah datangnya bau lezat itu.
Seperti mimpi mereka melihat rumah kue, atapnya terbuat dari tart, pintunya dari coklat dan
dindingnya dari biscuit. Cepat-cepat mereka mendekati rumah itu dan memakannya.
Tiba-tiba terdengar suara keras yang bergetar. "Siapa itu, berani memakan rumah
kue kesayanganku?", muncullah seorang nenek sihir tua dengan wajah menyeramkan
serta mata merah yang bersinar, lalu menangkap mereka berdua. " Hi Hi. Hi. anakanak yang lezat, sebagai hukuman karena telah memakan rumput kue kesukaanku, aku akan
memakan kalian ." Dengan kasar nenek sihir itu menyeret Hans masuk ke dalam penjara.
Setelah itu ia berkata kepada Gretel, "Mula-mula aku akan menggemukkan anak laki-laki
itu, lalu aku akan memakannya. " "Sekarang kau buat makanan yang enak biar makannya
banyak ! "
Nenek sihir itu sudah tua sekali dan matanya mulai rabun. Pada saat itu Hans dan
Gretel saling berpegangan tangan memberi semangat supaya mereka tabah. " Tabahlah
Gretel, Ibu yang ada di surga pasti melindungi kita ". Suatu hari nenek mendekati penjara
Hans untuk melihat apakah tubuh Hans sudah menjadi gemuk atau belum. "Aku lapar,
sudah seberapa gemuk tubuhmu, ayo ulurkan tanganmu! " Hans yang pintar tidak
kehilangan akal, ia mengetahui kalau mata nenek sudah rabun segera dikeluarkannya tulang
sisa makanan kepada nenek yang rabun lalu nenek memegangnya.
Betapa kecewanya nenek karena sedikitpun Hans tidak bertambah gemuk. Karena
kecewa lalu ia bermaksud untuk memakan Gretel. Kemudian Gretel disuruh membakar
roti. Selagi Gretel menyalakan api di tungku, si nenek mencoba mendorongnya ke nyala
api. Untunglah Gretel mengetahui maksud nenek, cepat-cepat ia berbalik pergi ke depan
tungku. "Nek, aku tidak bisa membuka tutup tungku ini ." Nenek sihir tidak sadar kalau ia
sedang diperdaya Gretel dan ia membuka tutup tungku. Tanpa membuang kesempatan,
Gretel mendorong nenek ke tungku. "Ahh tolong. panas ! " teriak nenek kesakitan.
Gretel tidak memperdulikan teriakan nenek malah dengan cepat ia menutup pintu tungku,

lalu berlari ke arah penjara untuk menolong Hans. "Gretel, kau berhasil. Ibu yang di surga
telah melindungi kita." Karena bahagia mereka berpelukan. Ketika akan pergi dari rumah
kue tanpa sengaja mereka menemukan banyak harta karun.
Setelah itu mereka keluar rumah, tetapi malang jalan itu terpotong oleh sungai
besar. Mereka menjadi bingung. Saat itu entah dari mana datangnya tiba-tiba muncul seekor
angsa cantik. " Ayo, naiklah ke punggungku, " ucap angsa itu ramah. Satu per satu angsa itu
mengantarkan mereka menyeberang sungai. Setelah sampai, angsa itu menunjuk-kan
jalan bagi mereka berdua dari atas langit. Sampailah mereka di batas hutan. Tanpa mereka
ketahui sebenarnya angsa itu adalah Ibu mereka yang ada di surga. Angsa itu kemudian
menghilang. Setelah itu muncullah Ayah mereka yang sangat cemas. "Anak-anakku
tersayang, maafkanlah Ayah. Ayah tidak akan meninggalkan kalian lagi ". Lalu Ayah
menceritakan kepada mereka bahwa Ibu tiri yang jahat sudah meninggal karena sakit.
Akhirnya mereka pun hidup bahagia selamanya.

PANTUN
Buah masak dipilah-pilah
Bawa kepasar dengan pedati
Barang siapa enggan sekolah
Jikalau besar menyesal nanti
Pohon kelapa tumbuh berjajar
Berjajar rapi sepanjang pantai
Barang siapa mau rajin belajar
Tentulah ia akan cepat pandai
Jambu subur jambu pertukal
Tumbuh rindang lebat buahnya
Ilmu itu kekayaan yang kekal
Penyuluh hidup kuasai dunia
Pisang muda beli dipasar
Dapat dibuat makanan lezat
Masa muda rajinlah belajar
Agar selamat dunia akhirat
Pohon kelapa tampak hijau
Tampak hijau dipinggir kota
Barang siapa sering berguru
Baik berilmu ketimbang berharta
Pohon coklat dimana tumbuh
Tumbuh dekat pohon rambutan
Tuntutlah ilmu dengan sungguh
Agar selamat di masa depan

Anda mungkin juga menyukai

  • Assessment of Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL
    Assessment of Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL
    Dokumen7 halaman
    Assessment of Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat
  • Fistula Ani, JAN 10
    Fistula Ani, JAN 10
    Dokumen25 halaman
    Fistula Ani, JAN 10
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat
  • 2.1 Penanganan Fraktur
    2.1 Penanganan Fraktur
    Dokumen39 halaman
    2.1 Penanganan Fraktur
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat
  • Osteomyelitis
    Osteomyelitis
    Dokumen46 halaman
    Osteomyelitis
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat
  • PEMBENTUKAN Batu
    PEMBENTUKAN Batu
    Dokumen37 halaman
    PEMBENTUKAN Batu
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat
  • Penyuluhan Oa
    Penyuluhan Oa
    Dokumen25 halaman
    Penyuluhan Oa
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat
  • Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan DL Posyandu
    Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan DL Posyandu
    Dokumen3 halaman
    Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan DL Posyandu
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat
  • Rectal Toucher
    Rectal Toucher
    Dokumen39 halaman
    Rectal Toucher
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat
  • Osteomyelitis
    Osteomyelitis
    Dokumen46 halaman
    Osteomyelitis
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat
  • Porto Polio Najuwa
    Porto Polio Najuwa
    Dokumen7 halaman
    Porto Polio Najuwa
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat
  • Fraktur
    Fraktur
    Dokumen48 halaman
    Fraktur
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat
  • Tonsilitis Lia
    Tonsilitis Lia
    Dokumen15 halaman
    Tonsilitis Lia
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat
  • Case Report Rinitis Alergi
    Case Report Rinitis Alergi
    Dokumen36 halaman
    Case Report Rinitis Alergi
    Jessie Widyasari
    Belum ada peringkat
  • Polio Lia
    Polio Lia
    Dokumen11 halaman
    Polio Lia
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat
  • Porto Polio Najuwa
    Porto Polio Najuwa
    Dokumen7 halaman
    Porto Polio Najuwa
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat
  • Bab I Luka Bakar Lia
    Bab I Luka Bakar Lia
    Dokumen19 halaman
    Bab I Luka Bakar Lia
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat
  • Cacingan
    Cacingan
    Dokumen3 halaman
    Cacingan
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat
  • Laporan Promkes
    Laporan Promkes
    Dokumen5 halaman
    Laporan Promkes
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat
  • Ppok
    Ppok
    Dokumen32 halaman
    Ppok
    Om Zainul
    Belum ada peringkat
  • Laporan Bells Palsy Lia
    Laporan Bells Palsy Lia
    Dokumen13 halaman
    Laporan Bells Palsy Lia
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Luka Bakar
    Lapsus Luka Bakar
    Dokumen22 halaman
    Lapsus Luka Bakar
    Evita Adiningtyas
    Belum ada peringkat
  • Pamflet PHBS
    Pamflet PHBS
    Dokumen2 halaman
    Pamflet PHBS
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat
  • Babi
    Babi
    Dokumen17 halaman
    Babi
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat
  • Penyuluhan Sikat Gigi Dan Cuci Tangan
    Penyuluhan Sikat Gigi Dan Cuci Tangan
    Dokumen13 halaman
    Penyuluhan Sikat Gigi Dan Cuci Tangan
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat
  • Isi Rinitis Alergi
    Isi Rinitis Alergi
    Dokumen10 halaman
    Isi Rinitis Alergi
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat
  • Lapkas Bedah Appendisitis Akut
    Lapkas Bedah Appendisitis Akut
    Dokumen7 halaman
    Lapkas Bedah Appendisitis Akut
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus Ppok 2
    Laporan Kasus Ppok 2
    Dokumen4 halaman
    Laporan Kasus Ppok 2
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus Aph
    Laporan Kasus Aph
    Dokumen9 halaman
    Laporan Kasus Aph
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat
  • Ketoasidosis Diabetik
    Ketoasidosis Diabetik
    Dokumen7 halaman
    Ketoasidosis Diabetik
    Moses Octo Dicorintus Simbolon
    Belum ada peringkat