Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba Pada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba Pada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Akademis
Dalam Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata I
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang
Disusun Oleh :
RATNA SARI CIPTO HARYONO
L2A000147
TIRTA RAHMAN MAULANA
L2A000172
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISIS PENGGUNAAN
STRUKTUR PONDASI SARANG LABA-LABA
PADA GEDUNG BNI 46 WILAYAH 05
SEMARANG
Disusun Oleh :
Ratna Sari Cipto Haryono
NIM L2A000147
NIM L2A000172
Semarang,
Mei 2007
Disetujui,
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Ir. Muhrozi, MS
NIP. 131672478
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Ratna
kata pengantar
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkah, rahmat, dan hidayahNya yang tak ternilai. Sholawat dan salam selalu tertuju pada Nabi Muhammad SAW
yang senantiasa mendoakan keselamatan umatnya. Tak ada yang pantas terucap
selain Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dalam
menganalisis penggunaan struktur pondasi sarang laba-laba pada pembangunan
gedung BNI 46 wilayah 05 Semarang.
Laporan tugas akhir ini diselesaikan guna memenuhi salah satu persyaratan
akademis bagi mahasiswa dalam menyelesaikan pendidikan sarjana strata I (S-I) di
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang.
Tugas akhir merupakan salah satu cara agar mahasiswa dapat belajar dan
memahami serta mengerti hal-hal dan permasalahan dan dapat membandingkan serta
menghubungkan dengan teori-teori yang telah didapat di bangku kuliah.
Sebagai manusia biasa, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam
isi laporan ini. Keterbatasan pikiran, kemampuan, tidak membatasi penulis untuk terus
berusaha semaksimal mungkin. Oleh karena itu penulis memohon maaf dan
mengharapkan masukan demi kesempurnaan laporan ini.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dan membimbing selama proses penyusunan
laporan ini baik secara moril maupun materil, terutama kepada :
1. Bapak Ir. Bambang Pudjianto, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro Semarang.
2. Ibu Ir. Sri Sangkawati, MS selaku Sekretaris Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro Semarang.
3. Bapak Ir. Arif Hidayat, CES, MT selaku Koordinator Bidang Akademik Jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang.
4. Ibu Ir. Siti Hardiyati, SP1. MT selaku dosen pembimbing I Tugas Akhir yang telah
sabar membimbing dan memberi masukan kepada penulis hingga dapat
menyelesaikan tugas ini.
5. Bapak Ir. Muhrozi, MS selaku dosen pembimbing II Tugas Akhir yang telah
membimbing dan juga memberi masukan kepada penulis dalam menyelesaikan
tugas ini.
6. Bapak Ir. Robert J. Kodoatie, M.Eng dan Bapak Ir. Hari Warsianto, MS selaku
Dosen Wali penulis di Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UNDIP Semarang.
Laporan Tugas Akhir
iii
Ratna
Tirta Rahman Maulana
7. Bapak Ir. Aris, Site Manager PT. Hutama Karya (Persero) selaku kontraktor
pelaksana pada proyek pembangunan gedung BNI 46 wilayah 05 Semarang.
8. Seluruh staf PT. Hutama Karya (Persero) yang telah membantu dan memberikan
data-data yang dibutuhkan penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
9. Seluruh staf pengajaran Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro Semarang yang membantu dalam pengurusan surat perijinan sehingga
penulis dapat melaksanakan tugas akhir dengan lancar.
10. Tirta thank,s to Mama, Papa, Abang, Torri, Prima, Dedek, Andin, dan Tipong.
Akhirnya
11. Tirta special thanks to Angela Thea Kalangsari for the spirit, sweetest memories
and for the unforgettable moments, juga untuk kesabaran, kesetiaaan, menemani,
menunggu, di setiap keadaan apapun. Terima kasih bi...
12. Tirta thanks to Gondrong, Ringgo, Ari Gondrong. Ayo semangat bro, masa depan
telah menunggu kita. Dan untuk H 3946 JG (No comment).
13. Teman-teman semua, terutama mahasiswa Teknik Sipil khususnya angkatan 2000,
terus berjuang.
14. Serta semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Setitik air akan sangat berarti saat kita berada ditengah padang pasir yang
kering. Itulah harapan penulis, meskipun sedikit, namun laporan ini diharapkan
bermanfaat dan dapat menambah wawasan serta memberi warna yang indah bagi
perkembangan ilmu rekayasa sipil, khususnya di Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro Semarang. Amin.
Semarang,
Mei 2007
iv
Ratna
daftar isi
Tirta Rahman
Maulana
DAFTAR ISI
Halaman Judul --------------------------------------------------------------------------------------- i
Lembar Pengesahan ------------------------------------------------------------------------------- ii
Kata Pengantar -------------------------------------------------------------------------------------- iii
Daftar Isi------------------------------------------------------------------------------------------------ v
Daftar Gambar---------------------------------------------------------------------------------------- viii
Daftar Tabel ------------------------------------------------------------------------------------------- x
Daftar Simbol ----------------------------------------------------------------------------------------- xi
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Ratna
Tirta Rahman
Maulana
2.6 Analisis Dan Perancangan Struktur Bawah ----------------------------------------------- II-24
2.6.1 Daya Dukung Tanah -------------------------------------------------------------------- II-24
2.6.2 Pengaruh Muka Air Tanah ------------------------------------------------------------- II-27
2.6.3 Daya Dukung Ijin ------------------------------------------------------------------------- II-28
2.6.4 Analisis Tegangan Tanah -------------------------------------------------------------- II-29
2.6.5 Penurunan / Settlement ---------------------------------------------------------------- II-30
2.6.6 Perancangan Struktur Bawah --------------------------------------------------------- II-36
2.7 Perhitungan Konstruksi Sarang Laba-Laba----------------------------------------------- II-38
2.7.1 Ketebalan Ekivalen Pada KSLL ------------------------------------------------------ II-38
2.7.2 Perkiraan Daya Dukung Tanah ------------------------------------------------------- II-39
2.7.3 Perhitungan Tegangan Tanah Maksimum yang Timbul ----------------------- II-40
2.7.4 Perhitungan Rib Konstruksi------------------------------------------------------------ II-40
2.7.5 Perhitungan Pelat ------------------------------------------------------------------------ II-42
2.7.6 Kontrol KSLL ------------------------------------------------------------------------------ II-43
vi
Ratna
Tirta Rahman
Maulana
4.5.3 Perhitungan Penurunan / Settlement ----------------------------------------------- IV-22
4.6 Perhitungan Rib Konstruksi ------------------------------------------------------------------- IV-26
4.6.1 Tebal Ekivalen Rib Konstruksi -------------------------------------------------------- IV-26
4.6.2 Tinggi Rib Konstruksi-------------------------------------------------------------------- IV-28
4.6.3 Dimensi Dan Penulangan Rib Konstruksi ------------------------------------------ IV-29
4.7 Perhitungan Rib Settlement ------------------------------------------------------------------- IV-38
4.7.1 Tebal Ekivalen Rib Settlement -------------------------------------------------------- IV-38
4.7.2 Tinggi Rib Settlement ------------------------------------------------------------------- IV-39
4.7.3 Dimensi Dan Penulangan Rib Settlement ----------------------------------------- IV-40
vii
viii
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Faktor Keutamaan Struktur Ditinjau Dari Kategori Bangunannya --------- II-22
Tabel 2.2 Faktor-Faktor Bentuk, Kedalaman Dan Kemiringan Untuk Persamaan
Daya Dukung Meyerhof -------------------------------------------------------------- II-26
Tabel 2.3 Faktor Kapasitas Daya Dukung Tanah ------------------------------------------- II-26
Tabel 2.4 Faktor Pengaruh Untuk Tekanan Vertikal Dengan Beban Merata -------- II-30
Tabel 2.5 Faktor Pengaruh Yang Tergantung Dari Bentuk Pondasi Dan Kekakuan
Pondasi (Iw) ----------------------------------------------------------------------------- II-32
Tabel 2.6 Angka Poisson Ratio () Menurut Jenis Tanah -------------------------------- II-32
Tabel 2.7 Nilai Sifat Elastisitas Tanah (Es) Menurut Jenis Tanah ----------------------- II-33
Tabel 4.1 Summary Of Soil Data Gedung BNI 46 Semarang -------------------------- IV-3
Tabel 4.2 Hubungan Indeks Plastisitas dengan Jenis Tanah Menurut Atterberg --- IV-4
Tabel 4.3 Friction Ratio (fr) ----------------------------------------------------------------------- IV-5
Tabel 4.4 Conus Resistence (qc) --------------------------------------------------------------- IV-6
Tabel 4.5 Korelasi Antara Jenis tanah Nilai Gs ------------------------------------------- IV-6
Tabel 4.6 Hasil Korelasi Antara Jenis Tanah Nilai --------------------------------------- IV-6
Tabel 4.7 Korelasi Uji Penetrasi Standart (N - SPT) --------------------------------------- IV-7
Tabel 4.8 Hasil Korelasi Antara qc --------------------------------------------------------- IV-7
Tabel 4.9 Korelasi Antara Jenis Tanah - Angka Pori (e) ---------------------------------- IV-7
Tabel 4.10 Hasil Korelasi Antara Jenis Tanah - Angka Pori (e)--------------------------- IV-8
Tabel 4.11 Korelasi Antara e Cc ---------------------------------------------------------------- IV-8
Tabel 4.12 Hasil Analisa Sondir ------------------------------------------------------------------- IV-8
Tabel 4.13 Tabel Summary of Soil Data Sampai -35.00 m -------------------------------- IV-8
Tabel 4.14 Faktor Pengaruh Newmark ---------------------------------------------------------- IV-19
Tabel 4.15 Hasil Analisis Tegangan Tanah Akibat Beban Bangunan (P) ------------ IV-20
Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Tekanan Efektif Tanah (Po) -------------------------------- IV-22
Tabel 4.17 Hasil perhitungan Penurunan / Settlement -------------------------------------- IV-25
DAFTAR SIMBOL
As
As
Jarak dari serat tekan / tarik terluar beton ke pusat tulangan tekan / tarik
fc
fy
Mu
qc
Conus resistance
R1
Vu
xi
Tirta Rahman
Maulana
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
URAIAN
Pada
perencanaan
pembangunan
gedung
bertingkat
tinggi
harus
diperhatikan beberapa aspek penting, seperti lingkungan, sosial, ekonomi, serta aspek
keamanan. Untuk itu diperlukan suatu perencanaan yang matang sehingga setiap
hambatan yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang dapat teratasi dengan baik.
Hal tersebut haruslah menjadi landasan utama dalam setiap pekerjaan khususnya di
bidang Teknik Sipil seperti pembuatan gedung, jalan, waduk, bendung, saluran irigasi,
jembatan dan struktur-struktur yang lainnya.
Semua struktur bangunan yang ada di atas tanah didukung oleh sistem
pondasi pada permukaan tanah. Pondasi merupakan bagian dari suatu sistem
rekayasa yang meneruskan beban yang ditopang dan beratnya sendiri kepada dan
kedalam tanah dan batuan yang terletak dibawahnya. Pemilihan sistem pondasi yang
digunakan pada dasarnya merupakan studi alternatif ekonomis. Hal-hal yang ikut
dipertimbangkan tidak hanya material dan tenaga kerja, tetapi juga biaya-biaya lain
seperti mengendalikan air tanah, cara-cara mengatasi agar seminimal mungkin
kerusakan pada bangunan didekatnya dan waktu yang digunakan untuk membangun.
Selain itu perlu juga diperhatikan bahwa pada waktu pelaksanaan pembangunan
struktur tidak boleh merusak lingkungan sekitar.
Yang terpenting dari semua aspek diatas adalah aspek keamanan, dimana
gedung diharapkan terjamin keutuhan strukturnya selama umur rencana termasuk di
dalamnya penentuan jenis pondasi yang digunakan.
1.2
LATAR BELAKANG
Kota Semarang sebagai ibukota provinsi Jawa Tengah, selain sebagai pusat
pemerintahan, juga menjadi urat nadi bagi perekonomian Jawa Tengah. Kota
Semarang adalah salah satu kota besar dengan tingkat keamanan yang paling baik,
jika dibandingkan dengan Jakarta, Bandung, dan kota besar lainnya di Indonesia. Hal
ini jelas akan berdampak terhadap iklim investasi yang terus menggeliat di Kota
Semarang. Mulai banyaknya investor-investor yang menanamkan modalnya, membuat
semakin meningkatnya kegiatan perbankan di Kota Semarang.
Bank Negara Indonesia 1946 Tbk merupakan salah satu bank pemerintah
terbesar dan dipercaya oleh jutaan penduduk Indonesia, merasa perlu untuk
Laporan Tugas Akhir
I-1
Tirta Rahman
Maulana
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan membangun suatu kantor
wilayah yang representatif dan memadai sebagai antisipasi dari hal tersebut.
Pembangunan
Gedung
Kantor
Wilayah
Bank Negara
Indonesia
1946
Tbk,
kegagalan konstruksi, karena akan sulit untuk memperbaiki suatu sistem pondasi.
Menurut Suyono (1984), pemilihan jenis pondasi dipengaruhi oleh beberapa factor,
antara lain adalah :
1. Keadaan tanah pondasi, meliputi jenis tanah, daya dukung tanah, kedalaman tanah
keras dan lainnya.
2. Batasan-batasan akibat konstruksi di atasnya, meliputi kondisi beban (besar
beban, arah beban, penyebaran beban), sifat dinamis bangunan atas (statis
tertentu atau tak tentu, kekakuan dan lainnya).
3. Batasan-batasan di sekelilingnya, meliputi kondisi lokasi proyek, pekerjaan pondasi
tidak boleh mengganggu atau membahayakan bangunan dan lingkungan
sekitarnya.
4. Waktu dan biaya pelaksanaan pekerjaan. Pada dasarnya waktu berbanding lurus
dengan biaya pelaksanaan, semakin sedikit waktu yang digunakan maka dapat
mereduksi biaya proyek. Akan tetapi hal ini tidak mutlak terjadi, karena masih ada
berbagai faktor yang andil dalam proses pembangunan di antaranya mutu material
yang digunakan, jenis peralatan yang dipakai dan lain-lain.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemilihan jenis pondasi secara garis
besar ditentukan berdasarkan faktor teknis, ekonomis dan lingkungan. Kompleksnya
Laporan Tugas Akhir
I-2
Tirta Rahman
Maulana
sifat, perilaku dan parameter tanah membuat Sarjana Sipil terus berusaha mencari
solusi yang tepat untuk membuat suatu sistem pondasi yang tepat berdasarkan faktor
teknis, ekonomis dan lingkungan sehingga dapat digunakan pada kondisi tanah yang
sesuai. Jika bangunan akan dibangun di daerah dengan daya dukung tanah relatif
rendah atau tinggi bangunan yang tanggung (tidak tinggi ataupun rendah atau antara 3
sampai 8 lantai) diharapkan kombinasi Pondasi Sarang Laba-Laba mampu menjadi
salah satu solusi yang tepat. Karena, jika menggunakan pondasi dalam, misalnya
dengan tiang pancang, maka harga bangunan akan naik hingga 30%, sedangkan jika
digunakan pondasi dangkal harus mempertimbangkan resiko penurunan bangunan
secara tidak merata (irregular differential settlement) ditambah dengan total settlement.
Konstruksi
Sarang
Laba-Laba
merupakan
struktur
kombinasi
yang
1.3
ini mencakup analisis Pondasi Konstruksi Sarang Laba-Laba yang meliputi daya
dukung tanah, tebal ekivalen, tekanan tanah maksimum, kontrol terhadap tegangan
geser, dimensi dan penurunan (settlement).
Sedangkan batasan masalah dari penyusunan Tugas Akhir ini meliputi :
1. Analisis secara konvensional
2. Konstruksi Sarang Laba-Laba
Laporan Tugas Akhir
I-3
Tirta Rahman
Maulana
Secara sederhana Konstruksi Sarang Laba-Laba (KSLL) dapat digambarkan
sebagai berikut :
Merupakan pelat pipih menerus, yang bawahnya dikakukan oleh rib-rib tegak yang
pipih tapi tinggi.
Rib-rib tegak pengaku penempatannya diatur sedemikian rupa sehingga denah /
tampak atas dari pada susunan rib-rib tersebut membentuk petak-petak segitiga.
Dalam penggunaannya sebagai pondasi yang memikul beban-beban terpusat /
kolom maka susunan rib-rib diatur sedemikian rupa sehingga titik-titik pertemuan
rib-rib dengan titik kerja beban / kolom berimpit.
Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, penulis melakukan perhitungan
berdasarkan teori-teori dasar Teknik Pondasi dan Mekanika Tanah, sehingga penulis
menyadari bahwa perhitungan yang terdapat pada Laporan Tugas Akhir ini mungkin
tidak sama persis dengan perhitungan aslinya mengingat perhitungan asli pondasi
KSLL dilindungi hak paten dan hanya diketahui oleh pencipta pondasi KSLL sendiri,
yaitu Ir. Ryantori dan Ir. Sutjipto.
1.4
1.5
SASARAN
Laporan Tugas Akhir ini merupakan salah satu kurikulum yang harus
I-4
Tirta Rahman
Maulana
2. Melakukan perhitungan dan analisis secara cermat, tepat sasaran dan efisien
dengan menggunakan asumsi yang tepat sehingga diperoleh hasil perencanaan
struktur pondasi yang aman, ekonomis dan efisien.
3. Menjadikan penyusunan Laporan Tugas Akhir sebagai latihan awal dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan dengan penuh tanggung jawab dan selesai
tepat waktu sebelum terjun di masyarakat.
1.6
SISTEMATIKA PENULISAN
Laporan Tugas Akhir ini disusun dalam 3 bagian yang mencakup bagian
awal, bagian pokok dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari halaman judul, lembar
pengesahan, kata pengantar, daftar isi dan daftar lampiran, daftar gambar, daftar tabel,
dan daftar simbol. Pada bagian akhir terdiri dari daftar pustaka, surat-sarat, data-data
proyek, dan gambar-gambar proyek.
Sebagian besar dari penyusunan Laporan Tugas Akhir ini terletak pada
bagian pokok yang garis besar sistematikanya adalah :
BAB I
PENDAHULUAN
Berisi uraian umum, latar belakang, ruang lingkup dan batasan
masalah, maksud dan tujuan, sasaran, dan sistematika penulisan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Berisi landasan teori tentang klasifikasi tanah, jenis-jenis pondasi,
landasan teori pondasi KSLL dan perhitungannya, pembebanan pada
struktur atas, analisis daya dukung dan tegangan tanah, penurunan /
settlement, dan perancangan struktur bawah.
BAB III
METODOLOGI
Berisi tentang tinjauan umum, metode-metode dan langkah-langkah
yang dipakai dalam menyelesaikan dan menyusun Laporan Tugas
Akhir.
BAB IV
BAB V
I-5
Tirta Rahman
Maulana
BAB VI
BAB VII
PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan hasil perhitungan dan analisis KSLL serta
kesimpulan terhadap hasil perhitungan anggaran biaya nya dan juga
saran-saran berdasarkan kesimpulan yang telah diambil.
I-6
Tirta Rahman
Maulana
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
TINJAUAN UMUM
Dalam pembangunan suatu struktur perlu dilakukan suatu analisis ataupun
desain dengan dibatasi oleh berbagai kriteria yang digunakan sebagai ukuran terhadap
struktur yang akan didirikan.
Dalam proses perancangan perlu dicari derajat kedekatan antara sistem
struktural yang digunakan dengan tujuan desain (tujuan yang dikaitkan dengan
masalah arsitektural, efisiensi, serviceability, kemudahan pelaksanaan dan biaya).
Aspek Arsitektural
Hal ini berkaitan dengan denah dan bentuk struktur yang dipilih dikaitkan dari segi
arsitektur.
Aspek Fungsional
Berkaitan dengan kegunaan dari struktur yang akan dibangun.
dalam
perancangan
suatu
struktur
terdapat
berbagai
alternatif
pembangunan, maka salah satu faktor yang berperan di dalamnya adalah masalah
biaya (yang dalam hal ini dikaitkan dengan keadaan ekonomi pada saat
pembangunan) dan kemudahan pelaksanaan pembangunan di lapangan.
daya dukungnya tentulah amat disayangkan. Untuk menghindari kasus yang serupa
maka ada beberapa point yang harus diperhatikan agar pelaksanaan suatu proyek
dapat dikategorikan berhasil :
Perencanaan yang mantap dan pelaksanaan konstruksi dengan metode kerja yang
tepat
II - 1
Tirta Rahman
Maulana
2.2
KLASIFIKASI TANAH
Tanah merupakan materi dasar yang menerima sepenuhnya penyaluran
beban yang ditimbulkan akibat dari konstruksi suatu bangunan yang dibuat diatasnya.
Tanah mempunyai karakteristik dan sifat yang berbeda-beda, sehingga diperlukan
pemahaman yang baik tentang masalah tanah ini.
Klasifikasi tanah diperlukan untuk memberikan gambaran sifat-sifat tanah
dalam perencanaan dan pelaksanaan suatu konstruksi. Beberapa metode klasifikasi
tanah :
1. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Ukuran Butir
2. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Sistem AASHTO
3. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Sistem UNIFIED
2.2.1
butir sebagai dasar pembuatan sistem klasifikasi. Dikarenakan deposit tanah alam
pada umumnya terdiri atas berbagai ukuran-ukuran partikel, maka perlu dibuat suatu
batasan-batasan berdasarkan distribusi ukuran butir yang kemudian menentukan
prosentase tanah bagi setiap batasan ukuran.
Meskipun ukuran butir tanah menyajikan cara yang sangat baik dalam
mengkasifikasikan tanah, tetapi masih juga mempunyai kekurangan yaitu hanya sedikit
sekali hubungan antara ukuran butir dan sifat-sifat fisis bagi tanah butir halus, misalnya
karakteristik konsistensi dan plastisitas dari fraksi halus tanah yang ada.
2.2.2
pada tahun 1929 sebagai Public Road Administration Clasification System. Sistem ini
sudah mengalami beberapa perbaikan, versi yang saat ini berlaku adalah yang
diajukan oleh Comittee on Classification of Materials for Subgrade and Granular Type
Road of the Highway Research Board dalam tahun 1945 (ASTM Standard no D-3282,
AASHTO metode M145). Sistem klasifikasi AASHTO yang dipakai saat ini diberikan
dalam tabel 1.
Pada sistem ini, tanah diklasifikasikan ke dalam tujuh kelompok besar, yaitu
A-1 sampai dengan A-7. Klasifikasi tanah A-1, A-2, dan A-3 adalah tanah berbutir di
mana 35% atau kurang dari jumlah butiran tanah tersebut lolos ayakan No. 200. Tanah
di mana lebih dari 35% butirannya lolos ayakan No.200 diklasifikasikan ke dalam
Laporan Tugas Akhir
Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
II - 2
Tirta Rahman
Maulana
kelompok A-4, A-5, A-6, dan A-7. Butiran dalam kelompok A-4 sampai dengan A-7
tersebut sebagian besar adalah lanau dan lempung. Sistem klasifikasi ini didasarkan
pada kriteria di bawah ini :
a. Ukuran Butir
Kerikil :
Bagian tanah yang lolos ayakan 75 mm dan tertahan pada ayakan No. 20
(2mm).
Pasir :
Bagian tanah yang lolos ayakan No. 10 (2mm) dan tertahan pada ayakan No. 200
(0,075 mm).
Lanau dan Lempung :
Bagian tanah yang lolos ayakan No. 200 (0,075 mm).
b. Plastisitas
Nama berlanau dipakai apabila bagian-bagian yang halus dari tanah mempunyai
indeks plastisitas (PI) sebesar 10 atau kurang. Nama berlempung dipakai bilamana
bagian-bagian yang halus dari tanah mempunyai indeks plastis sebesar 11 atau
lebih.
c. Apabila batuan (ukuran > 75 mm) ditemukan di dalam contoh tanah yang akan
ditentukan klasifikasinya, maka batuan-batuan tersebut terlebih dahulu harus
dikeluarkan. Persentase dari batuan yang dikeluarkan tersebut harus dicatat.
2.2.3
dan dikenal sebagai sistem AIRFIELD. Sistem ini telah dipakai dengan sedikit
modifikasi oleh U.S. Bureau of Reclamation dan U.S. Corps of Engineers pada tahun
1952. Pada tahun 1969, American Society for Testing and Material (ASTM) telah
mengakui sistem UNIFIED sebagai metode standar guna mengklasifikasikan tanah
untuk maksud rekayasa. Sistem ini mengelompokkan tanah ke dalam 3 kelompok
besar, yaitu :
1. Tanah berbutir kasar (coarse-grained-soil), yaitu tanah kerikil dan pasir di mana
kurang dari 50% berat total contoh tanah lolos ayakan No. 200.
2. Tanah berbutir halus (fine-grained-soil), yaitu tanah di mana lebih dari 50% berat
total contoh tanah lolos ayakan No. 200.
3. Tanah sangat organis, yaitu tanah yang memiliki kadar organik yang tinggi
(gembur).
Laporan Tugas Akhir
Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
II - 3
Tirta Rahman
Maulana
Untuk klasifikasi yang benar, faktor-faktor berikut ini yang perlu diperhatikan :
1. Persentase butiran yang lolos ayakan No. 200 (ini adalah fraksi halus)
2. Persentase fraksi kasar yang lolos ayakan No.40
3. Koefisien keseragaman (Uniformity Coefficient, Cu) dan koefisien gradasi
(Gradation Coefficient, Cc) untuk tanah di mana 0-12% lolos ayakan No. 200
4. Batas cair (LL) dan indeks plastisitas (PI) bagian tanah yang lolos ayakan No. 40
(untuk tanah di mana 5% atau lebih lolos ayakan No. 200).
2.3
KLASIFIKASI PONDASI
Pondasi merupakan struktur bawah yang berfungsi untuk meletakkan
bangunan diatas tanah dan meneruskan beban ke tanah dasar. Persyaratan umum
yang harus dipenuhi oleh pondasi antara lain :
1. Terhadap tanah dasar :
Pondasi harus mempunyai bentuk, ukuran dan struktur sedemikian rupa sehingga
tanah dasar mampu memikul gaya-gaya yang bekerja.
Penurunan yang terjadi tidak boleh terlalu besar / tidak merata.
Bangunan tidak boleh bergeser atau mengguling.
2. Terhadap struktur pondasi sendiri :
Struktur pondasi harus cukup kuat sehingga tidak pecah akibat gaya yang bekerja.
Pemilihan jenis pondasi yang akan digunakan sebagai struktur bawah (Sub
Structure) dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain kondisi tanah dasar, beban
yang diterima pondasi, peraturan yang berlaku, biaya, kemudahan pelaksanaannya
dan sebagainya. Secara umum pondasi dapat dibagi menjadi dua macam yaitu
pondasi dalam (deep foundation) dan pondasi dangkal (Shallow Foundation).
2.3.1
seringkali diidentikkan sebagai pondasi tiang yaitu suatu struktur pondasi yang mampu
menahan gaya orthogonal ke sumbu tiang dengan menyerap lenturan. Pondasi tiang
dibuat menjadi satu kesatuan yang monolit dengan menyatukan pangkal tiang yang
terdapat dibawah konstruksi dengan tumpuan pondasi. Untuk keperluan perencanaan,
tiang dapat dibagi menjadi dua golongan :
a. Tiang yang tertahan pada ujung (end bearing pile atau point bearing pile).
Tiang semacam ini dimasukkan sampai lapisan tanah keras, sehingga daya
dukung tanah untuk pondasi ini lebih ditekankan pada tahanan ujungnya. Untuk
Laporan Tugas Akhir
Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
II - 4
Tirta Rahman
Maulana
tiang tipe ini harus diperhatikan bahwa ujung tiang harus terletak pada lapisan
keras. Lapisan keras ini boleh dari bahan apapun, meliputi lempung keras sampai
batuan keras.
b. Tiang yang tertahan oleh pelekatan antara tiang dengan tanah (friction pile)
Kadang-kadang diketemukan keadaan tanah dimana lapisan keras sangat dalam
sehingga pembuatan tiang sampai lapisan tersebut sukar dilaksanakan. Maka
untuk menahan beban yang diterima tiang, mobilisasi tahanan sebagian besar
ditimbulkan oleh gesekan antara tiang dengan tanah (skin friction). Tiang semacam
ini disebut friction pile atau juga sering disebut sebagai tiang terapung (floating
piles).
Pondasi dalam sering dibuat dalam bentuk tiang pancang maupun kaison (D/B
4).
2.3.2
Kedalaman pondasi dangkal pada umumnya D/B 1 tetapi mungkin agak lebih.
Apabila kedalaman pondasi lebih kecil atau sama dengan lebar pondasi, maka
pondasi tersebut bisa dikatakan sebagai pondasi dangkal.
II - 5
Tirta Rahman
Maulana
Pada umumnya pondasi dangkal berupa pondasi telapak yaitu pondasi yang
mendukung bangunan secara langsung pada tanah pondasi, bilamana terdapat lapisan
tanah yang cukup tebal dan berkualitas baik yang mampu mendukung suatu bangunan
pada permukaan tanah.
Pondasi telapak dapat dibedakan sebagai berikut :
Pondasi tumpuan
Pondasi menerus
Pondasi kombinasi
Pondasi Telapak
Pondasi setempat
Pondasi pelat /
Rakit / Mat
Pelat datar
Pelat dengan pertebalan di bawah kolom
Pelat dengan balok pengaku dua arah
Pelat datar dengan kolom pendek
Pelat dengan struktur seluler
Pondasi pelat terapung
Sumber : Rekayasa Fundasi II Fundasi Dangkal dan Fundasi Dalam, penerbit Gunadarma &
Rekayasa Pondasi II, Ir. Indrastono Dwi Atmanto M.Eng
Gambar 2.4 Flow Chart Klasifikasi Pondasi Telapak
yang tidak terletak dalam satu garis lurus, jadi seluruh bangunan menggunakan satu
telapak bersama. Jika jumlah luas seluruh telapak melebihi setengah luas bangunan,
lebih ekonomis digunakan pondasi rakit, dan juga untuk mengatasi tanah dasar yang
Laporan Tugas Akhir
Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
II - 6
Tirta Rahman
Maulana
tidak homogen, misal ada lensa-lensa tanah lunak, supaya tidak terjadi perbedaan
penurunan cukup besar. Secara struktur, pondasi rakit merupakan pelat beton
bertulang yang mampu menahan momen, gaya lintang, geser pons yang terjadi pada
pelat beton, tetapi masih aman dan ekonomis. Apabila beban tidak terlalu besar dan
jarak kolom sama maka pelat dibuat sama tebal (gb.2.5a). Untuk mengatasi gaya
geser pons yang cukup besar, dilakukan pertebalan pelat dibawah masing-masing
kolom atau diatas pelat (gb.2.5b dan gb.2.5d). Pemberian balok pada kedua arah
dibawah pelat bertujuan menahan momen yang besar (gb.2.5c) dapat juga dipakai
pelat dengan struktur seluler (gb.2.5e). Sedangkan untuk mengurangi penurunan pada
tanah yang kompresible dibuat pondasi yang agak dalam, struktur ini disebut pondasi
pelat terapung / floating foundation (gb.2.5).
2.4
2.4.1
Tinjauan Umum
Pondasi
KSLL
merupakan
kombinasi
konstruksi
bangunan
bawah
konvensional yang merupakan perpaduan pondasi plat beton pipih menerus yang di
bawahnya dikakukan oleh rib-rib tegak yang pipih tinggi dan sistem perbaikan tanah di
antara rib-rib. Kombinasi ini menghasilkan kerja sama timbal balik yang saling
menguntungkan sehingga membentuk sebuah pondasi yang memiliki kekakuan
(rigidity) jauh lebih tinggi dibandingkan sistem pondasi dangkal lainnya. Dinamakan
sarang laba-laba karena pembesian plat pondasi di daerah kolom selalu berbentuk
sarang laba-laba. Juga bentuk jaringannya yang tarik-menarik bersifat monolit yaitu
berada dalam satu kesatuan. Ini disebabkan plat konstruksi didesain untuk multi fungsi,
Laporan Tugas Akhir
Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
II - 7
Tirta Rahman
Maulana
untuk septic tank, bak reservoir, lantai, pondasi tangga, kolom praktis dan dinding. Rib
(tulang iga) KSLL berfungsi sebagai penyebar tegangan atau gaya-gaya yang bekerja
pada kolom. Pasir pengisi dan tanah dipadatkan berfungsi untuk menjepit rib-rib
konstruksi terhadap lipatan puntir.
Sesuai dengan definisinya, maka Konstruksi Sarang Laba-Laba terdiri dari 2
bagian konstruksi, yaitu :
1. Konstruksi beton
Konstruksi beton pondasi KSLL berupa pelat pipih menerus yang dibawahnya
dikakukan oleh rib-rib tegak yang pipih tetapi tinggi.
Ditinjau dari segi fungsinya, rib-rib tersebut ada 3 macam yaitu rib konstruksi, rib
settlement dan rib pengaku.
Bentuknya bisa digambarkan sebagai kotak raksasa yang terbalik (menghadap
kebawah).
Penempatan / susunan rib-rib tersebut sedemikian rupa, sehingga denah atas
membentuk petak-petak segitiga dengan hubungan yang kaku (rigid).
II - 8
Tirta Rahman
Maulana
Keterangan :
1a - pelat beton pipih menerus
1b - rib konstruksi
1c - rib settlement
1d - rib pembagi
2a - urugan pasir dipadatkan
2b - urugan tanah dipadatkan
2c - lapisan tanah asli yang ikut terpadatkan
2. Perbaikan tanah / pasir
Rongga yang ada diantara rib-rib / di bawah pelat diisi dengan lapisan tanah / pasir
yang memungkinkan untuk dipadatkan dengan sempurna.
Untuk memperoleh hasil yang optimal, maka pemadatan dilaksanakan lapis demi
lapis dengan tebal tiap lapis tidak lebih dari 20 cm, sedangkan pada umumnya 2
atau 3 lapis teratas harus melampaui batas 90% atau 95% kepadatan maksimum
(Standart Proctor). Adanya perbaikan tanah yang dipadatkan dengan baik tersebut
dapat membentuk lapisan tanah seperti lapisan batu karang sehingga bisa
memperkecil dimensi pelat serta rib-ribnya. Sedangkan rib-rib serta pelat KSLL
merupakan pelindung bagi perbaikan tanah yang sudah dipadatkan dengan baik.
Pada dasarnya pondasi KSLL bertujuan untuk memperkaku sistem pondasi
itu sendiri dengan cara berinteraksi dengan tanah pendukungnya. Seperti diketahui
bahwa jika pondasi semakin fleksibel, maka distribusi tegangan / stress tanah yang
timbul akan semakin tidak merata, terjadi konsentrasi tegangan pada daerah beban
terpusat. Dan sebaliknya, jika pondasi semakin kaku / rigid, maka distribusi tegangan /
stress tanah akan semakin merata. Hal ini mempengaruhi kekuatan pondasi dalam hal
penurunan yang dialami pondasi.
Dengan pondasi KSLL, karena mempunyai tingkat kekakuan yang lebih
tinggi, maka penurunan yang terjadi akan merata karena masing-masing kolom dijepit
dengan rib-rib beton yang saling mengunci.
Menurut Lokakarya yang diadakan di Bandung pada pertengahan tahun 2004
oleh Puslitbang Depkimpraswil yang dihadiri oleh para pakar gempa dan tanah,
disimpulkan kelebihan-kelebihan pondasi KSLL adalah sebagai berikut :
1. KSLL memiliki kekakuan yang lebih baik dengan penggunaan bahan bangunan
yang hemat dibandingkan dengan pondasi rakit (raft foundation).
2. KSLL memiliki kemampuan memperkecil differential settlement dan mengurangi
irregular differential settlement apabila dibandingkan dengan pondasi rakit.
Laporan Tugas Akhir
Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
II - 9
Tirta Rahman
Maulana
3. KSLL mampu membuat tanah menjadi bagian dari struktur pondasi karena proses
pemadatannya akan meniadakan pengaruh lipat atau lateral buckling pada rib.
4. KSLL berpotensi untuk digunakan sebagai pondasi untuk bangunan bertingkat
rendah (2 lantai) yang dibangun di atas tanah lunak dengan mempertimbangkan
total settlement yang mungkin terjadi.
5. Pelaksanaannya tidak menggunakan alat-alat berat dan tidak mengganggu
lingkungan sehingga cocok diterapkan baik di lokasi padat penduduk maupun di
daerah terpencil.
6. KSLL mampu menghemat pengunaan baja tulangan maupun beton.
7. Waktu pelaksanaan yang diperlukan relatif lebih cepat dan dapat dilaksanakan
secara padat karya.
8. KSLL lebih ekonomis dibandingkan pondasi konvensional rakit atau tiang pancang,
lebih-lebih dengan pondasi dalam, sehingga cocok digunakan oleh negara-negara
sedang berkembang sebab murah, padat karya dan sederhana.
2.4.2
Gambar 2.7 Pelat Pipih Menerus Yang Dikakukan Oleh Rib Tegak, Pipih dan Tinggi
di Bawahnya
Dengan,
t
tebal plat
tebal rib
tinggi rib
te =
tebal ekivalen
tb =
II - 10
Tirta Rahman
Maulana
Bentuk konstruksi seperti ini, dengan bahan yang relatif sedikit (tb) akan diperoleh
pelat yang memiliki kekakuan/tebal ekivalen (te) yang tinggi. Pada umumnya te =
2.5 - 3.5 tb, dengan variasi tergantung desain. Bentuk ketebalan ekivalen tersebut
tidak berbentuk merata, melainkan bergelombang.
II - 11
Tirta Rahman
Maulana
Dalam perencanaan pondasi KSLL sebagai pondasi bangunan gedung harus
sedemikian rupa sehingga titik pertemuan rib-rib berimpit dengan titik kerja
beban/kolom-kolom tersebut. Hal ini menghasilkan grafik penyebaran beban yang
identik bentuknya dengan grafik ketebalan ekivalen, sehingga dimensi konstruksi
yang dihasilkan (pelat dan rib) lebih ekonomis.
Susunan rib yang membentuk petak-petak segitiga dengan hubungan yang kaku
menjadikan hubungan antar rib menjadi hubungan yang stabil terhadap pengaruh
gerakan / gaya horisontal.
Rib-Rib Settlement Yang Cukup Dalam
Penempatan rib yang cukup dalam diatur sedemikian rupa sehingga membagi
luasan
masing luasnya tidak lebih dari 200 m2. Adanya rib-rib settlement memberi
keuntungan-keuntungan yaitu mereduksi total penurunan, mempertinggi kestabilan
bangunan terhadap kemungkinan terjadinya kemiringan, mampu melindungi
perbaikan tanah terhadap kemungkinan bekerjanya pengaruh-pengaruh negatif
dari lingkungan sekitar, misalnya kembang susut tanah dan kemungkinan
timbulnya degradasi akibat aliran tanah dan yang terakhir yaitu menambah
kekakuan pondasi dalam tinjauannya secara makro.
Kolom Mencengkeram Pertemuan Rib-Rib Sampai Ke Dasar Rib
Gambar 2.10 Kolom Yang Mencengkeram Pertemuan Rib-Rib Sampai Ke Dasar Rib
Hal ini membuat hubungan konstruksi bagian atas (upper structure) dengan
konstruksi bangunan bawah (sub structure) menjadi lebih kokoh. Sebagai
gambaran, misal tinggi rib konstruksi
dengan pondasi KSLL juga akan setinggi 120 cm. Untuk perbandingan,
pada
pondasi tiang pancang, hubungan antara kolom dengan pondasi hanya setebal
pondasinya (kisarannya antara 50 - 80 cm).
Laporan Tugas Akhir
Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
II - 12
Tirta Rahman
Maulana
Sistem Perbaikan Tanah Setelah Pengecoran Rib-Rib
Pemadatan tanah baru dilakukan setelah rib-rib selesai dicor dan berumur
sedikitnya 3 hari. Pemadatan sendiri harus dilaksanakan lapis demi lapis dan harus
dijaga agar perbedaan tinggi antara petak yang sedang dipadatkan dengan petakpetak yang bersebelahan tidak lebih dari 25 cm, sehingga mudah untuk mencapai
kepadatan yang tinggi. Di samping hasil kepadatan yang tinggi pada lapisan tanah
di dalam petak rib-rib, lapisan tanah asli di bawahnya akan ikut terpadatkan
walaupun tidak mencapai kepadatan setinggi tanah yang berada dalam petak ribrib. Hal itu pun sudah memberikan hasil yang cukup memuaskan bagi peningkatan
kemampuan daya dukung dan bagi ketahanan kestabilan terhadap penurunan
(settlement).
Adanya Kerja Sama Timbal Balik Saling Menguntungkan Antara Konstruksi Beton
Dan Sistem Perbaikan Tanah.
Rib-rib beton, di samping sebagai pengaku pelat dan sloof, juga sebagai dinding
penyekat dari sistem perbaikan tanah, sehingga perbaikan tanah dapat dipadatkan
dengan tingkat kepadatan yang tinggi (mencapai 100 % kepadatan maksimum
Standar Proctor), dan setelahnya rib-rib akan berfungsi sebagai pelindung bagi
perbaikan tanah terhadap pengaruh-pengaruh dari banjir, penguapan dan
degradasi. Perbaikan tanah akan memberi dampak lapisan tanah menjadi seperti
lapisan batu karang sehingga dapat memperkecil dimensi ribnya.
2. Aspek Ekonomis
Di atas telah dijelaskan aspek-aspek teknis yang juga memberi keuntungan
dilihat dari aspek ekonomis, seperti dimensi rib yang relatif kecil, penggunaan tanah
sebagai bagian dari konstruksi yang menghemat pemakaian beton dan sebagainya.
Aspek ekonomis yang juga dapat dilihat pada pondasi KSLL adalah pengerjaan
pondasi yang memerlukan waktu yang singkat karena pelaksanaannya mudah dan
padat karya serta sederhana dan tidak menuntut keahlian yang tinggi.
Selain itu
pembesian pada rib dan plat, cukup dengan pembesian minimum, pada umumnya,
hanya diperlukan volume beton 0,2 0,35 m3 beton/m2 luas pondasi, dengan
pembesian 90 - 120 kg/m3 beton. Pondasi KSLL memanfaatkan tanah hingga mampu
berfungsi sebagai struktur bangunan bawah dengan komposisi sekitar 85 persen tanah
dan 15 persen beton.
Dari uraian-uraian di atas dapat dirangkum dalam point-point berikut :
I.
Aspek Teknis
II - 13
Tirta Rahman
Maulana
b) Ketahanan terhadap differential settlement yang tinggi karena bekerjanya tegangan
akibat beban sudah merata di lapisan tanah pendukung. Hal ini juga disebabkan
oleh penyusunan rib yang sedemikian rupa sehingga membagi luasan pondasi
KSLL menjadi petak-petak yang masing-masing luasnya tidak lebih dari 200 m2
sehingga pondasi KSLL memiliki ketahanan tinggi terhadap differential settlement.
c) Total settlement menjadi lebih kecil karena meningkatnya kepadatan pada lapisan
tanah pendukung di bawah KSLL akibat pengaruh pemadatan yang efektif pada
lapisan tanah perbaikan di dalam KSLL serta bekerjanya tegangan geser pada rib
terluar dari KSLL.
d) Ketahanan terhadap gempa menjadi lebih tinggi sebab KSLL merupakan suatu
konstruksi yang monolit dan kaku.
e) Perbaikan tanah di dalam KSLL memiliki kestabilan yang bersifat permanen karena
adanya perlindungan dari rib-rib KSLL
f)
KSLL juga dapat menggantikan fungsi dari berbagai konstruksi selain fungsinya
sebagai pondasi, antara lain :
Sebagai pondasi kolom, dinding dan tangga
Sebagai sloof/balok-balok pengaku
Sebagai konstruksi pelat lantai (dasar)
Urugan/perbaikan tanah dengan pemadatan tanah
Dinding penahan urugan di bawah lantai
Konstruksi pengaman terhadap kestabilan (kepadatan) perbaikan tanah yang ada
di bawah lantai
Pasangan dan plesteran tembok di bawah lantai dasar
Kolom di bawah peil lantai dasar
Septic tank dan resapan
Bak reservoir (bila diperlukan)
Pelebaran KSLL terhadap luas lantai dasar dapat diatur sedemikian rupa,
sehingga dapat dimanfaatkan sebagai trotoar atau tempat parkir.
II - 14
Tirta Rahman
Maulana
a) 30 % untuk bangunan 3 - 8 lantai
b) 20 % untuk bangunan 2 lantai
c) 30 % untuk bangunan gudang-gudang Kelas I
Sumber : Konstruksi Sarang Laba-Laba, Ir. Sutjipto
2.4.3
Pengaruh Kekakuan Ekivalen dan Letak Pelat di Sisi Atas Rib pada
Pondasi KSLL Terhadap Proses Penyebaran Beban
Proses penyebaran beban pada pondasi KSLL pada Gambar 2.11 di atas,
kiranya dapat dijelaskan sebagai berikut :
Beban lalu diteruskan ke tanah dasar dengan sudut penyebaran beban sebesar
450. Pada gambar 2.11, beban P1 dan P2 diuraikan menjadi beban yang nilainya
lebih kecil dan tersebar secara merata untuk melawan tekanan tanah w.
II - 15
Tirta Rahman
Maulana
2.5
pembebanan pada struktur bangunan atas (upper structure), setelah itu didapat beban
yang bekerja pada struktur bawah (sub structure) yaitu pondasi tersebut.
2.5.1
Beban Statik
Beban statik adalah beban yang bekerja secara terus-menerus pada suatu
struktur. Beban statik juga diasosiasikan dengan beban-beban yang secara perlahanlahan timbul serta mempunyai variabel besaran yang bersifat tetap (steady states).
Dengan demikian, jika suatu beban mempunyai perubahan intensitas yang berjalan
cukup perlahan sehingga pengaruh waktu tidak dominan, maka beban tersebut
dikelompokkan sebagai beban statik (static load). Deformasi dari struktur akibat beban
statik akan mencapai puncaknya jika beban ini mencapai nilai yang maksimum. Beban
statis pada umumnya dibagi lagi menjadi beban mati, beban hidup, dan beban khusus.
1. Beban Mati
Yaitu beban-beban yang bekerja vertikal ke bawah pada struktur dan
mempunyai karakteristik bangunan, seperti misalnya penutup lantai, alat mekanis, dan
partisi. Berat dari elemen-elemen ini pada umumnya dapat diitentukan dengan mudah
dengan derajat ketelitian cukup tinggi. Untuk menghitung besarnya beban mati suatu
elemen dilakukan dengan meninjau berat satuan material tersebut berdasarkan volume
elemen. Berat satuan (unit weight) material secara empiris telah ditentukan dan telah
banyak dicantumkan tabelnya pada sejumlah standar atau peraturan pembebanan.
Berat satuan atau berat sendiri dari beberapa material konstruksi dan komponen
bangunan gedung dapat ditentukan dari peraturan yang berlaku di Indonesia yaitu
Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983 atau Peraturan Tahun 1987.
Adapun nilai-nilai berat satuan atau berat sendiri mati untuk gedung adalah :
Baja
7850 kg/m3
Beton
2200 kg/m3
Batu belah
1500 kg/m3
Beton bertulang
2400 kg/m3
Kayu
1000 kg/m3
Pasir kering
1600 kg/m3
Pasir basah
1800 kg/m3
Pasir kerikil
1850 kg/m3
Tanah
II - 16
Tirta Rahman
Maulana
Berat dari beberapa komponen bangunan dapat ditentukan sebagai berikut :
Atap genting, usuk, dan reng
50 kg/m2
20 kg/m2
10 kg/m2
21 kg/m2
24 kg/m2
250 kg/m2
200 kg/m2
15 kg/m2
2. Beban Hidup
Yaitu beban yang bisa ada atau tidak ada pada struktur untuk suatu waktu
yang diberikan. Meskipun berpindah-pindah, beban hidup masih dapat dikatakan
bekerja perlahan-lahan pada struktur. Beban yang diakibatkan oleh hunian atau
penggunaan (occupancy loads) adalah beban hidup. Yang termasuk beban
penggunaan adalah berat manusia, perabot, dan sebagainya. Beban yang diakibatkan
oleh salju atau air hujan, juga temasuk beban hidup. Semua beban hidup mempunyai
karakteristik dapat berpindah atau bergerak. Secara umum beban ini bekerja dengan
arah vertikal ke bawah, tetapi kadang-kadang dapat juga berarah horisontal.
Beban hidup untuk bangunan gedung adalah sebagai berikut :
Beban hidup pada atap
= 100 kg/m2
= 200 kg/m2
Lantai sekolah, perkantoran, hotel, asrama, pasar, rumah sakit = 200 kg/m2
Panggung penonton
= 500 kg/m2
= 400 kg/m2
= 300 kg/m2
Lantai bawah
= 800 kg/m2
= 400 kg/m2
II - 17
Tirta Rahman
Maulana
tidak ekonomis. Berhubung peluang untuk terjadinya beban hidup penuh yang
membebani semua bagian dan semua elemen struktur pemikul secara serempak
selama umur rencana bangunan sangat kecil, maka pedoman-pedoman pembebanan
mengijinkan untuk melakukan reduksi terhadap beban hidup yang dipakai.
Reduksi beban dapat dilakukan dengan mengalikan beban hidup dengan
suatu koefisien reduksi yang nilainya tergantung pada penggunaan bangunan.
Besarnya koefisien reduksi beban hidup untuk perencanaan portal, ditentukan :
Perumahan : Rumah tinggal, asrama hotel, rumah sakit
= 0,75
= 0,90
= 0,90
= 0,60
= 0,90
= 1,00
3. Beban Khusus
Yaitu beban yang dipengaruhi oleh penurunan pondasi, tekanan tanah,
tekanan air atau pengaruh temperatur / suhu. Untuk beban akibat tekanan tanah atau
air biasanya terjadi pada struktur bangunan yang terletak di bawah permukaan tanah,
seperti dinding penahan tanah, terowongan atau ruang bawah tanah (basement).
Struktur tersebut perlu dirancang untuk menahan tekanan tanah lateral. Jika strukturstruktur ini tenggelam sebagian atau seluruhnya, maka perlu juga diperhitungkan
tekanan hidrostatis dari air pada struktur. Sebagai ilustrasi, di bawah ini diberikan
pembebanan yang bekerja pada dinding dan lantai dari suatu ruang bawah tanah.
Beban
Ruang Bawah
Tanah
Muka air
Tekanan air
ke atas
Tekanan lateral
akibat beban
Tekanan
tanah
Tekanan
hidrostatis
II - 18
Tirta Rahman
Maulana
Akibat tanah dan air, pada dinding basement akan mendapat tekanan lateral
berupa tekanan tanah dan tekanan hidrostatis. Sedangkan pada pelat lantai basement
akan mendapat pengaruh tekanan air ke atas (uplift pressure). Jika pada permukaan
tanah di sekitar dinding basement tersebut dimuati, misalnya oleh kendaraan, maka
akan terdapat tambahan tekanan lateral akibat beban kendaraan pada dinding.
2.5.2
Beban Dinamik
Yaitu beban yang bekerja secara tiba-tiba pada struktur. Pada umumya,
beban ini tidak bersifat tetap (unsteady-state) serta mempunyai karakterisitik besaran
dan arah yang berubah dengan cepat. Deformasi pada struktur akibat beban dinamik
ini juga akan berubah-ubah secara cepat.
1. Beban Dinamik Bergetar
Yaitu beban yang diakibatkan getaran gempa, angin atau getaran mesin.
Beban Angin
Struktur yang berada pada lintasan angin akan menyebabkan angin berbelok atau
dapat berhenti. Akibatnya, energi kinetik angin akan berubah menjadi energi
potensial berupa tekanan atau hisapan pada struktur. Besarnya beban angin yang
bekerja pada struktur bangunan tergantung dari kecepatan angin, rapat massa
udara, letak geografis, bentuk dan ketinggian bangunan, serta kekakuan struktur.
Pedoman yang berlaku di Indonesia mensyaratkan beberapa hal sebagai berikut :
Tekanan tiup angin harus diambil minimum 25 kg/m2
Tekanan tiup angin di laut dan di tepi laut sampai sejauh 5 km dari pantai, harus
diambil minimum 40 kg/m2
Untuk tempat-tempat dimana terdapat kecepatan angin yang mengakibatkan
tekanan tiup yang lebih besar. Tekanan tiup angin (p) dapat ditentukan berdasarkan
rumus empris : p = V2/16 (kg/m2), dimana V adalah kecepatan angin (m/detik).
Tekanan
Hisapan
Bangunan
Kecepatan angin
Denah Bangunan
Gambar 2.13 Pengaruh Angin pada Bangunan Gedung
Laporan Tugas Akhir
Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
II - 19
Tirta Rahman
Maulana
Berhubung beban angin akan menimbulkan tekanan dan hisapan, maka
berdasarkan percobaan-percobaan,
telah
ditentukan koefisien-koefisien
bentuk
tekanan dan hisapan untuk berbagai tipe bangunan dan atap. Tujuan dari penggunaan
koefisien-koefisien ini adalah untuk menyederhanakan analisis. Sebagai contoh, pada
bangunan gedung tertutup, selain dinding bangunan, struktur atap bangunan juga akan
mengalami tekanan dan hisapan angin, dimana besarnya tergantung dari bentuk dan
kemiringan atap. Pada bangunan gedung yang tertutup dan rumah tinggal dengan
tinggi tidak lebih dari 16 m, dengan lantai dan dinding yang memberikan kekakuan
yang cukup, struktur utamanya (portal) tidak perlu diperhitungkan terhadap angin.
0,02+0,4
0,4
Kemiringan atap ()
0,9
0,4
Gambar 2.14 Koefisien Angin Untuk Tekanan dan Hisapan Pada Bangunan
Beban Gempa
Menyusul maraknya peristiwa gempa bumi di Indonesia akhir-akhir ini,
bangunan tahan gempa menjadi tren dalam permintaan desain gedung yang akan
dibangun. Jika dulu beban gempa tidak terlalu dianggap penting, kecuali untuk daerahdaerah rawan gempa, maka sekarang beban gempa mendapat perhatian serius dari
perencana-perencana bangunan. Besarnya beban gempa yang terjadi pada struktur
bangunan tergantung dari beberapa faktor, yaitu massa dan kekakuan struktur, waktu
getar alami dan pengaruh redaman dari struktur, kondisi tanah, dan wilayah
kegempaan di mana struktur bangunan tersebut didirikan
Massa dari struktur bangunan merupakan faktor yang sangat penting, karena
beban gempa merupakan gaya inersia yang bekerja pada pusat massa, yang menurut
hukum gerak dari Newton besarnya adalah :
V = m.a = (W/g).a
Dimana :
a : percepatan pergerakan permukaan tanah akibat getaran gempa
m : massa bangunan = berat bangunan dibagi percepatan gravitasi (W/g)
Laporan Tugas Akhir
Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
II - 20
Tirta Rahman
Maulana
Gaya gempa horisontal :
V = W.(a/g) = W.C
Dimana C = koefisien gempa (a/g). Dengan demikian gaya gempa merupakan gaya
yang didapat dari perkalian antara berat struktur bangunan dengan suatu koefisien.
Pada bangunan gedung bertingkat, massa dari struktur dianggap terpusat
pada lantai-lantai bangunan, dengan demikian beban gempa akan terdistribusi pada
setiap lantai tingkat. Selain tergantung dari massa di setiap tingkat, besarnya gaya
gempa pada suatu tingkat tergantung juga pada ketinggian tingkat tersebut dari
permukaan
tanah.
Berdasarkan
pedoman
yang
berlaku
di
Indonesia
yaitu
Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Rumah dan Gedung (SNI 03-17262003), besarnya beban gempa horisontal V yang bekerja pada struktur bangunan,
dinyatakan sebagai berikut :
V =
C .I
R
Wt
Dimana,
C : Koefisien gempa, besarnya tergantung wilayah gempa dan waktu getar struktur
Harga C ditentukan dari
= 0,30
= 0,50
= 0,50
= 0,30
= 0,80
= 0,50
= 0,90
II - 21
Tirta Rahman
Maulana
Besarnya nilai faktor keutamaan struktur (I) ditentukan pada tabel berikut :
Kategori Gedung / Bangunan
Gedung umum seperti untuk penghunian, perniagaan dan
perkantoran.
Monumen dan bangunan monumental.
Gedung penting pasca gempa seperti rumah sakit, pembangkit
tenaga listrik, instalasi air bersih, pusat penyelamatan dalam
keadaan darurat, fasilitas radio dan televisi.
Gedung untuk menyimpan bahan berbahaya seperti gas,
produk minyak bumi, asam, bahan beracun.
Cerobong, tangki di atas menara
Faktor Keutamaan
I1
I2
I
1,0
1,0
1,0
1,0
1,4
1,6
1,0
1,6
1,4
1,6
1,0
1,6
1.5
1,0
1,5
2. Beban Impak
Yaitu beban akibat ledakan atau benturan, getaran mesin dan pengereman
kendaraan. Secara sistematis, klasifikasi beban tersebut diuraikan sebagi berikut :
Beban Mati :
Beban akibat berat sendiri struktur
Beban akibat berat elemen struktur
Beban
Statik
Beban Hidup :
Beban akibat hunian atau penggunaan
(peralatan, kendaraan)
Beban akibat air hujan
Beban pelaksanaan / konstruksi
Beban Khusus :
Pengaruh penurunan pondasi
Pengaruh tekanan tanah/tekanan air
Pengaruh temperatur / suhu
Beban Pada
Struktur
Beban
Dinamik
II - 22
Tirta Rahman
Maulana
Pada umumnya perencanaan suatu bangunan memperhitungkan kombinasi
beban untuk mendapat hasil perhitungan yang aman. Kombinasi beban ditentukan
berdasarkan kondisi daerah tempat bangunan dibangun, keadaan angin, fungsi
bangunan, zona wilayah gempa tempat bangunan dibangun dan faktor-faktor lainnya.
Hal penting dalam menentukan beban desain pada struktur adalah apakah
semua beban tersebut bekerja secara simultan atau tidak. Beban mati akibat berat
sendiri dari struktur harus selalu diperhitungkan. Sedangkan beban hidup besarnya
selalu berubah tergantung dari penggunaan dan kombinasi beban hidup. Sebagai
contoh, tidak wajar merancang struktur bangunan untuk mampu menahan beban
maksimum yang diakibatkan oleh gempa dan beban angin maksimum, sekaligus
memikul beban hidup dalam keadaan penuh. Kemungkinan bekerjanya beban-beban
maksimum pada struktur di saat yang bersamaan sangat kecil. Struktur bangunan
dirancang untuk memikul semua beban maksimum yang bekerja secara simultan.
Tetapi struktur yang dirancang demikian akan mempunyai kekuatan yang sangat
berlebihan untuk memikul kombinasi pembebanan yang secara nyata mungkin terjadi
selama umur rencana struktur. Dari sudut pandang rekayasa struktur, desain struktur
dengan pembebanan seperti ini tidak realistis dan sangat mahal. Berkenaan dengan
hal ini, maka banyak peraturan yang merekomendasikan untuk mereduksi beban
desain pada kombinasi pembebanan tertentu. Untuk pe mbebanan pada bangunan
gedung bertingkat banyak, tidak mungkin pada saat yang sama semua lantai memikul
beban hidup yang maksimum secara simultan. Oleh karena itu diijinkan untuk
mereduksi beban hidup untuk keperluan perencanaan elemen-elemen struktur dengan
memperhatikan pengaruh dari kombinasi pembebanan dan penempatan beban hidup.
Berikut ini adalah kombinasi pembebanan yang dipakai untuk struktur portal menurut
Tatacara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung SNI 03-2847-2002 :
II - 23
Tirta Rahman
Maulana
Dimana :
D = Beban mati
= Beban hidup
A = Beban atap
= Tekanan fluida
R = Beban hujan
W = Beban angin
E = Beban gempa
T
beban-beban
tersebut, yang disebut faktor beban (load factor). Sedangkan faktor 0.5 dan 0.9
merupakan faktor reduksi.
Sistem dan elemen struktur harus diperhitungkan terhadap dua kombinasi
pembebanan, yaitu Pembebanan Tetap dan Pembebanan Sementara. Momen lentur
(Mu), momen torsi atau puntir (Tu), gaya geser (Vu), dan gaya normal (Pu) yang terjadi
pada elemen-elemen struktur akibat kedua kombinasi pembebanan yang ditinjau,
dipilih yang paling besar harganya, untuk selanjutnya digunakan pada proses desain.
Untuk keperluan analisis dan desain suatu struktur bangunan gedung, perlu
dilakukan perhitungan mekanika rekayasa dari portal beton dengan dua kombinasi
pembebanan yaitu Pembebanan Tetap dan Pembebanan Sementara. Kombinasi
pembebanan untuk perencanaan struktur bangunan gedung yang sering digunakan di
Indonesia adalah U = 1.2 D + 1.6 L + 0.5 (A atau R) dan U = 1.2 D + 1.0 L 1.0 E.
Pada umumnya, sebagai gaya horisontal yang ditinjau bekerja pada sistem
struktur portal adalah beban gempa, karena di Indonesia beban gempa lebih besar
dibandingkan dengan beban angin. Beban gempa yang bekerja pada sistem struktur
dapat berarah bolak-balik, oleh karena itu pengaruh ini perlu ditinjau di dalam
perhitungan. Beban mati dan beban hidup selalu berarah ke bawah karena merupakan
beban gravitasi, sedangkan beban angin atau beban gempa merupakan beban yang
berarah horisontal.
2.6
2.6.1
mendukung beban baik dari segi struktur pondasi maupun bangunan di atasnya tanpa
terjadi keruntuhan geser. Daya dukung batas (ultimate bearing capacity) adalah daya
dukung terbesar dari tanah. Daya dukung ini merupakan kemampuan tanah untuk
mendukung beban dengan asumsi tanah mulai mengalami keruntuhan. Besar daya
dukung yang diijinkan sama dengan daya dukung batas dibagi angka keamanan ;
Laporan Tugas Akhir
Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
II - 24
Tirta Rahman
Maulana
qu =
qult
FK
Pondasi menerus :
qu = c Nc + q Nq + 0,5 B N
Pondasi lingkaran :
qu = 1,3 c Nc + q Nq + 0,3 B N
Dimana,
c
= Kohesi (kg/m2)
a2
2 cos 2 (45 / 2)
= e tan ( 0.75 - / 2 )
Nc = ( Nq - 1 ) cot g.
Ng =
tan
. ( Kp/cos2 - 1 )
2
Nilai Sc dan Sg :
Bentuk :
Sc
Sg
a. Menerus
1.0
1.0
b. Lingkaran
1.3
0.6
c. Bujur sangkar
1.3
0.8
II - 25
Tirta Rahman
Maulana
Nilai-nilai N untuk sebesar 340 dan 480 adalah nilai Terzaghi yang asli dan
digunakan untuk menghitung balik Kpg
Faktor
Bentuk
Nilai
Sc = 1 + 0.2 Kp
Sq = s = 1 + 0.1 Kp
Sq = s = 1
Kedalaman
dc = 1 + 0.2
Untuk
Semua
Kp
B
L
> 10o
=0
Semua
o
dq = d = 1 + 0.1 > 10
Kp
=0
dq = d = 1
Kemiringan
Ic = iq = 1
90 0
i = 1 0
Semua
> 10o
=0
i = 1
Di mana Kp = tan2 ( 450 + /2 )
Tabel 2.2 Faktor-Faktor Bentuk, Kedalaman dan Kemiringan
Untuk Persamaan Daya Dukung Meyerhof
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Nc
5,7
7,3
9,6
12,9
17,7
25,1
37,2
57,8
95,7
Nq
1,0
1,6
2,7
4,4
7,4
12,7
22,5
41,4
81,3
N
0,0
0,5
1,2
2,5
5,0
9,7
19,7
42,4
100,4
Nq/Nc
0,18
0,22
0,28
0,34
0,42
0,51
0,60
0,72
0,85
Tan
0,00
0,08
0,18
0,27
0,36
0,47
0,56
0,70
0,84
Sumber : Diktat Kuliah Rekayasa Pondasi II, Ir. Indrastono Dwi Atmanto, M.Eng.
Tabel 2.3 Faktor Kapasitas Daya Dukung Tanah
II - 26
Tirta Rahman
Maulana
Pada studi kasus dalam analisa ini adalah pola keruntuhan geser setempat
(local shear failure). Hal ini dikarenakan kondisi tanah relatif sangat lunak, sehingga
setelah beban pondasi bekerja akan terjadi penurunan.
2.6.2
ini
kita
membahas
persamaan
daya
dukung
tanah
yang
mengasumsikan bahwa permukaan air tanah berada pada kedalaman lebih besar dari
lebar pondasi. Kapasitas daya dukung tanah berkurang dengan adanya muka air tanah
yang tinggi. Dalam kasus ini ada tiga keadaan yang berbeda mengenai lokasi
permukaan air tanah terhadap dasar pondasi seperti ditunjukkan dalam gambar 2.16.
Sekarang kita akan membahas keadaan tersebut secara singkat.
o
sat. =
Gs e
1 e
II - 27
Tirta Rahman
Maulana
Gambar 2.16 Pengaruh Lokasi Muka Air Tanah Terhadap Daya Dukung Pondasi Dangkal
(a) keadaan I, (b) keadaan II, (c) keadaan III
2.6.3
Q ijin =
q
u
Fs
II - 28
Tirta Rahman
Maulana
Pada umumnya angka aman besarnya sekitar 3, digunakan untuk
menghitung daya dukung yang diijinkan untuk tanah di bawah pondasi. Hal ini
dilakukan mengingat bahwa dalam keadaan yang sesungguhnya tanah tidak homogen
dan tidak isotropis sehingga pada saat mengevaluasi parameter-parameter dasar dari
kekuatan geser tanah ini kita menemukan banyak ketidakpastian.
2.6.4
Didapatkan persamaan :
(z)o = q ( 2mn(m2+n2+1)1/2 m2+n2+2 ) + tan-1
4
m2+n2+m2n2+1 m2+n2+1
2mn(m2+n2+1)1/2
m2+n2-m2n2+1
: (z)o = KN . q
Dimana :
KN = faktor pengaruh newmark (tabel 2.4)
Laporan Tugas Akhir
Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
II - 29
Tirta Rahman
Maulana
Tekanan vertikal di pusat sama dengan 4 kali tekanan vertikal di sudut O, dengan
demikian untuk tekanan vertikal di pusat dapat ditentukan dengan persamaan :
z = 4l . q
n
0.1
0.1
0.0047
0.2
0.0092
0.3
0.0132
0.4
0.0168
0.5
0.0198
0.6
0.0222
0.7
0.0242
0.8
0.0258
0.9
0.0270
1.0
0.0279
1.2
0.0293
1.4
0.0301
1.6
0.0306
1.8
0.0309
2.0
0.0311
2.5
0.0314
3.0
0.0315
5.0
0.0316
10.0 0.0316
~
0.0316
0.2
0.0092
0.0179
0.0259
0.0328
0.0387
0.0435
0.0474
0.0504
0.0528
0.0547
0.0573
0.0589
0.0599
0.0606
0.0610
0.616
0.0618
0.0620
0.0620
0.0620
0.3
0.0132
0.0259
0.0374
0.0474
0.0559
0.0629
0.0686
0.0731
0.0766
0.0794
0.0832
0.0856
0.0871
0.0880
0.0887
0.895
0.898
0.0901
0.0902
0.0902
0.4
0.0168
0.0328
0.0474
0.0602
0.0711
0.0801
0.0873
0.0931
0.0977
0.1013
0.1063
0.1094
0.1114
0.1126
0.1134
0.1145
0.1150
0.1154
0.1154
0.1154
0.5
0.0198
0.0387
0.0559
0.0711
0.0840
0.0947
0.1034
0.1104
0.1158
0.1202
0.1263
0.1300
0.1324
0.1340
0.1350
0.1363
0.1368
0.1374
0.1375
0.1375
0.6
0.0222
0.0435
0.0629
0.0801
0.0947
0.1069
0.1168
0.1247
0.1311
0.1361
0.1431
0.1475
0.1503
0.1521
0.1533
0.1548
0.1555
0.1561
0.1562
0.1562
0.7
0.0242
0.0474
0.0686
0.0873
0.1034
0.1168
0.1277
0.1365
0.1436
0.1491
0.1570
0.1620
0.1652
0.1672
0.1686
0.1704
0.1711
0.1719
0.1720
0.1720
0.8
0.0258
0.0504
0.0731
0.0931
0.1104
0.1247
0.1365
0.1461
0.1537
0.1598
0.1684
0.1777
0.1836
0.1874
0.1899
0.1915
0.1938
0.1947
0.1956
0.1958
0.9
0.0270
0.0528
0.0766
0.0977
0.1158
0.1311
0.1436
0.1537
0.1619
0.1684
0.1777
0.1836
0.1874
0.1899
0.1915
0.1938
0.1947
0.1956
0.1958
0.1958
1.0
0.0279
0.0547
0.0794
0.1013
0.1202
0.1361
0.1491
0.1598
0.1684
0.1752
0.1851
0.1914
0.1955
0.1981
0.1999
0.2024
0.2034
0.2044
0.2046
0.2046
Tabel 2.4 Faktor Pengaruh Untuk Tekanan Vertikal Dengan Beban Merata
Berbentuk Luasan Persegi Berdasarkan Persamaaan Newmark
2.6.5
Penurunan / Settlement
Penurunan pondasi akibat beban yang bekerja pada pondasi dapat
II - 30
Tirta Rahman
Maulana
B =
lebar pondasi
Iw =
Es =
Dimana :
qekstrim
= besarnya tegangan
R =
A =
My =
Mx =
II - 31
Tirta Rahman
Maulana
Wy =
Wx =
Circle
Square
Rectangle :
L/B = 0.2
0.5
1.5
2.0
5.0
10.0
100.0
Rigid
Shape
Center
Average
Iw
Im
1.0
1.12
0.04
0.56
0.85
0.95
0.88
0.82
6.0
3.7
1.36
1.53
2.10
2.54
4.01
0.68
0.77
1.05
1.27
2.00
1.15
1.30
1.83
2.25
3.69
1.06
1.20
1.70
2.10
3.40
2.29
3.33
4.12
4.38
4.82
4.93
5.00
Type of soil
Clay saturated
Clay unsaturated
Sandy clay
Silt
Sand (dense)
Coarse (void ratio = 0.4-0.7)
Fined-grained (void ratio = 0.40.7)
Rock
Loess
Ice
Conerate
0.4 0.5
0.1 0.3
0.2 0.3
0.3 0.35
0.2 0.4
0.15
0.25
0.1 0.4
(depends somewhat on type of rock)
0.1 0.3
0.36
0.15
II - 32
Tirta Rahman
Maulana
Soil
Clay : Very soft
Soft
Medium
Hard
Sandy
Glacial till : Loose
Dense
Very dense
Loess
Sand : Silty
Loose
Dense
Sand and Gravel : Loose
Dense
Shale
Silt
Es
ksf
50 250
100 500
300 1000
1000 2000
500 5000
200 3200
3000 15000
10000 30000
300 1200
150 450
200 500
1000 1700
1000 3000
2000 4000
3000 3000000
40 - 400
MPa
2 15
5 25
15 50
50 100
25 250
10 153
144 720
478 1440
14 57
7 21
10 24
48 81
48 144
96 192
144 14400
2 - 20
arah pemampatan dan aliran air pori terjadi hanya dalam arah vertikal
II - 33
Tirta Rahman
Maulana
II - 34
Tirta Rahman
Maulana
Penurunan konsolidasi primer dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
Tanah Normal Konsolidasi
Apabila lengkungan bertambah secara tajam (patah) mendekati tekanan tanah
efektif akibat beban yang berada diatasnya (Po), maka dapat dianggap bahwa
tanah tersebut terkonsolidasi normal. Artinya struktur tanah terbentuk akibat
akumulasi tekanan pada saat deposit yang ada bertambah dalam. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.21.
Sumber : Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah) Edisi kedua, Joseph E. Bowles
Gambar 2.21 Metode Casagrande Untuk Menentukan Jenis Konsolidasi
Cv
H2
. t primer
Tv = . .U2
Dimana :
Scp = penurunan / Settlement ( cm )
Cc
eo
= angka pori
Cv
= derajat konsolidasi
= tambahan tegangan
Po
Pc
= preconsolidation pressure
II - 35
Tirta Rahman
Maulana
Tanah over konsolidasi
Sedangkan apabila patahan yang terjadi pada tekanan yang lebih besar dari Po,
maka dapat dianggap tanah tersebut mengalami over konsolidasi. Tanah over
konsolidasi adalah tanah yang pernah menderita beban tekanan efektif yang lebih
besar daripada tegangan yang sekarang.
2) Penurunan konsolidasi sekunder
Penurunan sekunder didefinisikan sebagai tekanan yang terjadi pada saat
terdapatnya tekanan pori yang berlebih pada lapisan yang ditinjau (atau pada
contoh di laboratorium). Pada tanah yang jenuh tidak akan mungkin terdapat
pengurangan angka pori tanpa terbentuknya sejumlah tekanan pori yang berlebih.
Tingkat penurunannya sangat rendah sehingga tekanan pori yang berlebih tidak
dapat diukur. Tekanan sekunder merupakan penyesuaian kerangka tanah yang
berlangsung beberapa saat sesudah tekanan pori yang berlebih menghilang.
Penurunan akibat konsolidasi sekunder dapat dihitung dengan persamaan :
Scs = C . H (log t total + t primer)
1 + eo
t primer
Dimana :
Scs = penurunan / Settlement (cm)
C
eo
= angka pori
= penurunan total
Si
= penurunan seketika
II - 36
Tirta Rahman
Maulana
ekonomis. Selain itu beban seluruh struktur harus dapat ditahan oleh lapisan tanah
yang kuat agar tidak terjadi penurunan diluar batas ketentuan yang dapat
menyebabkan kegagalan struktur. Oleh karena itu, pemilihan sistem struktur
merupakan sesuatu yang penting karena menyangkut faktor resiko dan efisiensi kerja
baik waktu maupun biaya.
Suatu bangunan yang didirikan di atas tanah akan berdiri tegak kalau tanah
dasar di bawahnya cukup kuat untuk mendukungnya. Beban bangunan akan
dilimpahkan kepada tanah dasar melalui pondasi. Karena itu, letak pondasi harus
cukup kokoh di dalam tanah dasar. Untuk itu, jenis pondasi harus dipilih sesuai dengan
kondisi tanahnya, sedangkan konstruksi pondasi itu sendiri harus cukup kokoh untuk
menerima beban dan melimpahkannya ke tanah dasar. Sebelum menentukan jenis
pondasi maka terlebih dahulu diadakan penyelidikan tanah untuk menentukan
kekuatan daya dukung tanah.
Yang termasuk perancangan sub struktur dalam proyek ini adalah :
1. Perancangan Pondasi Konstruksi Sarang Laba-Laba
Pondasi berfungsi menyalurkan semua beban yang bekerja pada struktur ke
dalam tanah, yaitu sampai kedalaman tertentu yang mampu menerima beban tanpa
mengalami deformasi yang membahayakan bangunan. Ada beberapa faktor yang
harus diperhatikan dalam menentukan jenis pondasi yang akan digunakan, antara lain
Faktor ekonomi
sifatnya teknis maupun non teknis, maka digunakan pondasi Konstruksi Sarang LabaLaba yang memadai untuk mendukung beban yang telah direncanakan, tetapi juga
ekonomis dan mudah untuk dilaksanakan serta tidak menimbulkan banyak dampak
yang merugikan lingkungan sekitar.
Adapun bagian dari Konstruksi Sarang Laba-Laba adalah sebagai berikut :
Rib Settlement, merupakan rib utama yang memiliki dimensi paling besar dan
diasumsikan akan menerima beban paling besar, terletak pada tepi bangunan serta
pada bentang-bentang utama.
Rib Konstruksi, memiliki dimensi penampang yang bervariasi. Rib ini membentuk
diagonal ruang pada pertemuan antar rib pembagi, dan antara rib pembagi dengan
rib settlement.
II - 37
Tirta Rahman
Maulana
Rib Konstruksi Bervoute, dibuat membentuk sudut 45 tehadap arah vertikal rib
settlement pada sudut tegak lurus pertemuan antar rib settlement dan pada
perpanjangan rib pembagi yang tegak lurus dengan rib settlement pada sisi dalam
atau luar rib settlement.
Rib Pembagi, rib ini dibuat mengikuti denah ruangan dari bangunan yang dibuat
dengan fungsi untuk mendukung dalam beban diatasnya.
Pelat Penutup, Pelat ini dibuat menutupi seluruh permukaan lantai dasar. Pelat
penutup ini berfungsi untuk menyebarkan beban yang diterimanya dari kolom ke
seluruh rib dan tanah urug di dalamnya.
2.7
2.7.1
II - 38
Tirta Rahman
Maulana
Statis momen terhadap sisi atas :
2
.Rt 2 4b(hk t 2 )
2.Rt 8b(hk t)
Ix
12
te 3
(2.R)(t e )
12.I x
2 .R
te = hk
qa pondasi rakit =
qult
q ult
n
(n = angka keamanan = 3)
Untuk = 0, maka :
qult
= 5,14 c (1 + sc + dc + ic) + q
Df
ic, iq, ig
qa
(KSLL)
diambil 1,5 qa
(pondasi rakit)
II - 39
Tirta Rahman
Maulana
Untuk beban dan luasan yang sama, KSLL memiliki kekakuan lebih tinggi daripada
pondasi rakit.
Sistem pemadatan tanah yang efektif didalam KSLL ikut memperbaiki dan
menambah kepadatan / meningkatkan daya dukung dari tanah pendukung.
Penyebaran beban dimulai dari dasar pelat dibagian atas rib, yang menyebabkan
tegangan yang timbul akibat beban sudah merata pada lapisan tanah pendukung.
2.7.3
qo R(
1
A
eX
IY
eY
IX
Dimana :
= P = Resultante dari gaya-gaya vertical dari beban-beban kolom dan beban-
= Luasan KSLL
LB3
12
Iy
BL3
12
ex,ey = Eksentrisitas dari gaya-gaya vertical terhadap titik pusat luasan pondasi
x,y
2.7.4
a)
II - 40
Tirta Rahman
Maulana
b)
Keseimbangan Beban :
P
= F.qa
= qa (a + 3,4 hki + 1) (b + 3,4 hki + 1)
Dari persamaan di atas akan didapatkan hki atau tinggi rib konstruksi ideal di
mana beban terdistribusi habis.
Untuk memperoleh desain yang ekonomis atau menggunakan pembesian
minimum, ditentukan :
hk
maka,
0,8 hki
q0 =
P
(a 3,4 h
1)(b 3,4 h 1)
ki
ki
P1 = qa (a + 3,4 hk + 1) (b + 3,4 hk + 1)
Dimana P1 = sebagian dari beban yang terdistribusi habis
Ps = P - P1
Ps = Psisa
II - 41
Tirta Rahman
Maulana
c)
p
Luas penyebaran F
1 q
a
p 1
. c
n 2
2.7.5
Perhitungan Pelat
II - 42
Tirta Rahman
Maulana
Dengan pembebanan lajur (sebesar c), akan diperoleh dimensi dan pembesian
pelat yang minimum
2.7.6
Kontrol KSLL
t = tebal pelat
kontrol : F p
II - 43
BAB III
METODOLOGI
3.1
TINJAUAN UMUM
Dalam analisis suatu pekerjaan diperlukan tahapan-tahapan atau metodologi
yang jelas untuk menentukan hasil yang ingin dicapai agar sesuai dengan tujuan yang
ada. Data-data yang diperoleh kemudian diolah sehingga diketahui sifat-sifat dan
karakteristik yang ada. Dari hasil tersebut dapat dilakukan analisis untuk pemecahan
masalah dari data tersebut.
3.2
penyusunan laporan tugas akhir dapat dikelompokkan dalam dua jenis data yaitu data
primer dan data sekunder.
3.2.1
Data Primer
Data primer adalah data-data yang didapatkan melalui peninjauan dan
Proyek
Pembangunan
Gedung
Kantor
Fungsi Bangunan
Pemilik Proyek
Kontraktor Pelaksana
Jumlah Lantai
6 (enam).
Penyelidikan Tanah
III - 1
2. Struktur Utama
Struktur utama pada bangunan gedung terdiri dari pelat, balok, dan kolom,
menggunakan beton ready mix k275, sedangkan untuk struktur bawah (pondasi
Konstruksi Sarang Laba-Laba) menggunakan beton ready mix K-225.
3. Data Tanah
Data tanah yang diperoleh dari hasil penyelidikan dan pengujian tanah oleh
Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas
Diponegoro Semarang, terdiri dari:
Data Sondir
Data Boring
Direct Shear Test
Atterberg Limits
Grain Size Analysis
Consolidation
Dari data tanah diatas dapat dianalisis karakteristik tanah, kkususnya pada struktur
bawah bangunan (pondasi).
3.2.2
Data Sekunder
Data sekunder merupakan data pendukung yang dipakai dalam proses dan
penyusunan Laporan Tugas Akhir. Yang merupakan klasifikasi data sekunder adalah
data tanah, literatur-literatur penunjang, grafik, tabel, dan peta/denah yang berkaitan
erat dengan proses perancangan struktur bangunan.
Langkah yang dilakukan setelah mengetahui data-data yang diperlukan
adalah menentukan metode pengumpulan data. Adapun metode pengumpulan data
yang dilakukan adalah :
a. Observasi
Observasi yaitu pengumpulan data melalui peninjauan dan pengamatan langsung di
lapangan.
b. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan mengambil data-data dari hasil
penyelidikan, tes, uji laboratorium, pedoman, bahan acuan, maupun standart yang
diperlukan dalam perencanaan bangunan melalui perusahaan ataupun instansi
pemerintah terkait.
III - 2
3.3
perhitungan
pondasi
sarang
laba-laba
dan
analisis
terhadap
struktur
pada
Start
Perumusan Masalah
Survey Lapangan & Pengumpulan Data
Analisis Data
Menentukan Nilai-Nilai Beban Terpusat (p)
Pada Struktur Atas Yang Membebani Pondasi
Perhitungan Pondasi KSll, Meliputi :
Tebal Ekivalen, Tegangan Tanah Maksimum,
Perhitungan Rib Konstruksi /Settlement, Perhitungan Pelat,
Control Pons Rib Konstruksi / Settlement
Perhitungan Penurunan
Perhitungan Rencana Anggaran Biaya
Analisis Hasil Perhitungan
III - 3
3.4
PENYAJIAN LAPORAN
Penyajian Laporan Tugas Akhir ini disesuaikan pedoman Laporan Tugas
Akhir yang diterbitkan oleh Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro Semarang yang terdiri dari sistematika penulisan, penggunaan bahasa
dan bentuk laporan.
III - 4
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PERHITUNGAN
4.1
ANALISIS DATA
Merupakan hasil analisis beberapa data yang diperlukan untuk memprediksi
besarnya penurunan / settlement yang terjadi. Data-data yang dianalisis antara lain
analisis data tanah, analisa beban, analisa daya dukung tanah, analisa tegangan tanah
dan analisa tekanan tanah efektif.
4.2
Titik
Bor
Kedalaman ( m )
N SPT
(coklat)
Pasir lepas mengandung cangkang
5 10
(abu-abu)
Lempung kelanauan sangat lunak
23
mengandung humus (abu-abu)
Lempung kelanauan teguh mengandung pasir
68
halus (abu-abu)
Lempung kepasiran sangat kaku
20 30
(abu-abu kekuningan)
Lempung sangat kaku mengandung pasir
35
(hitam)
Pasir kelempungan padat
29
(abu-abu kecoklatan)
Lempung sangat kaku sampai sangat kaku
23 27
(abu-abu kecoklatan)
Lempung kelanauan sangat kaku sedikit pasir
26 34
halus dan kerikil (abu-abu kekuningan)
IV - 1
(keabu-abuan)
Lempung lunak
(coklat keabu-abuan)
Pasir lepas sampai setengah padat
78
mengandung cangkang (abu-abu kecoklatan)
Lempung sangat lunak sampai lunak
39
(abu-abu)
Pasir setengah padat
28
(abu-abu)
Lempung kepasiran kaku sampai sangat kaku
25
(coklat kehitaman)
Pasir kelempungan padat mengandung kerikil
28
(coklat)
Pasir setengah padat
26
(coklat keabua-abuan)
Lempung kepasiran kaku mengandung kerikil
18 23
(hitam)
Lempung sangat kaku
26
(abu-abu kecoklatan)
Lempung kelanauansangat kaku mengandung
25 34
sedikit pasir halus (abu-abu kecoklatan)
Kedalaman
Water
(m)
content (%)
-04,50 50,00
27.70
-09,50 10,00
51.58
-14,50 15,00
59.70
-19,50 20,00
66.82
-24,50 25,00
35.23
-29,50 30,00
44.40
-34,50 35,00
44.08
-39,50 40,00
44.40
-44,50 45,00
41.96
-49,50 50,00
43.48
-54,50 55,00
38.91
-59,50 60,00
44.00
BH. II -04,50 50,00
23.15
-09,50 10,00
44.99
-14,50 15,00
59.08
-19,50 20,00
59.79
-24,50 25,00
33.13
-29,50 30,00
36.20
-34,50 35,00
43.42
-39,50 40,00
30.32
-44,50 45,00
33.55
-49,50 50,00
32.13
-54,50 55,00
33.58
-59,50 60,00
32.91
Gs
2.7058
2.6398
2.6196
2.5989
2.6396
2.6964
2.6160
2.6447
2.6496
2.6597
2.6575
2.6632
2.7051
2.6455
2.6374
2.6312
2.6289
2.6381
2.6282
2.6155
2.7083
2.6574
2,6522
2.6712
(gr/cm3)
1.7661
1.6514
1.6359
1.6085
1.6774
1.7044
1.6890
1.6962
1.7077
1.7270
1.7226
1.7344
1.7361
1.6391
1.6295
1.6430
1.7000
1.7058
1.7010
1.7125
1.7088
1.7194
1.7108
1.7463
d
(gr/cm3)
1,3830
1.0895
1.0243
0.9642
1.2404
1.1803
1.1723
1.1746
1.2030
1.2037
1.2401
1.2044
1.4097
1.1305
1.0243
1.0282
1.2769
1.2524
1.1869
1.3141
1.2795
1.3013
1.2808
1.3139
IV - 2
BH. II
4.2.1
C (kg/cm2)
0.05
0.10
0.11
0.13
0.32
0.33
0.34
0.30
0.34
0.33
0.31
0.34
0.03
0.11
0.13
0.14
0.14
0.28
0.32
0.36
0.34
0.33
0.32
0.36
Kedalaman (m)
-04,50 05,00
-09,50 10,00
-14,50 15,00
-19,50 20,00
-24,50 25,00
-29,50 30,00
-34,50 35,00
-39,50 40,00
-44,50 45,00
-49,50 50,00
-54,50 55,00
-59,50 60,00
-04,50 05,00
-09,50 10,00
-14,50 15,00
-19,50 20,00
-24,50 25,00
-29,50 30,00
-34,50 35,00
-39,50 40,00
-44,50 45,00
-49,50 50,00
-54,50 55,00
-59,50 60,00
()
25
7
8
9
18
19
16
14
25
15
18
18
23
6
7
9
28
18
19
18
20
17
20
20
Titik Kedalaman
Gs
Bor
(m)
HB.I
-5.00
2.7056
HB.II
-5.00
2.7051
Rata - Rata
2.7054
HB.I
-10.00
2.6398
HB.II
-10.00
2.6455
Rata - Rata
2.6427
-15.00
HB.I
2.6196
-15.00
HB.II
2.6374
Rata - Rata
2.6285
b
(gr/cm3)
1,7661
1,7361
1,7511
1,6514
1,6391
1,6453
1,6359
1,6295
1,6327
d
(gr/cm3)
1,3830
1,4097
1,3964
1,0895
1,1305
1,1100
1,0243
1,0243
1,0243
IP
0.9564
0.9189
0.9377
1.4230
1.3402
1.3816
1.5573
1.5748
1.5661
32.14
38.43
35.285
31.85
34.38
33.115
(kg/cm2) ( )
0,05
25
0,03
23
0,04
24
0,10
7
0,11
6
0,105 6,5
0,11
8
0,13
7
0,12
7,5
Cc
0.5301
0,5670
0,5486
0,4608
0,5382
0,4995
Keterangan :
Gs : Spesific Gravity
: AngkaPori
IP : Indeks Plastisitas
Cc : Indeks Pemampatan
IV - 3
IP
Jenis Tanah
Plastisitas
Kohesi
Pasir
Non Plastis
Non Kohesif
<7
Lanau
Rendah
Agak Kohesif
7- 17
Lempung berlanau
Sedang
Kohesif
> 17
Lempung murni
Tinggi
Kohesif
4.2.2
kg/cm2). Nilai konus qc sampai kedalaman -60,00 m antara 2 - 90 kg/cm2, nilai jumlah
hambatan pelekat 1858,67 - 2160,00 kg/cm.
Dalam analisa ini data sondir digunakan untuk memprediksi lapisan-lapisan
tanah yang berada di bawah, hingga elevasi terdalam pengujian sondir dilakukan.
Tanah dapat diasumsikan memiliki perilaku yang sama jika memiliki jangkauan nilai qc
dan Rf yang sama. Sehingga dengan cara menginterpolasikan nilai qc dan Rf pada
Gambar 4.1, menurut Robertson dan Campanella (1983) dapat diprediksi jenis tanah
dengan kedalaman tertentu.
IV - 4
Dari pembacaan grafik dan data sondir mulai kedalaman -15,00 sampai 35,00 m, tanah dibagi dalam 3 (tiga) lapis, yaitu :
Lapis 1
Lapis 2
Lapis 3
Hasil pembacaan grafik dan data sondir ketiga lapisan tersebut diatas, dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Parameter
Kedalaman (m)
-15,00 s/d -20,00
fr SM.1 (%)
4,44 8,89
3,03 6,67
5,33 6,49
fr Rata-rata (%)
5,00 7,00
4,00 5,00
6,00
fr SM.2 (%)
6,67 10,00
0,74 10,00
4,64 7,41
fr Rata-rata (%)
7,00 9,00
1,00 9,00
5,00 6,00
fr SM.3 (%)
6,67 13,33
3,92 6,49
fr Rata-rata (%)
7,00 - 12,00
3,92 10,00
4,00 9,00
fr SM.4 (%)
2,67 8,89
3,92 8,00
4,44 6,67
fr Rata-rata (%)
3,00 7,00
4,00 7,00
5,00
7,00
4,00
5,00
fr analisis (%)
4,00 5,00
IV - 5
Parameter
2
qc SM.1 (kg/cm )
2
qc Rata-rata(kg/cm )
2
qc SM.2 (kg/cm )
2,00 8,00
8,00 24,00
30,00 74,00
3,00 4,00
4,00 15,00
35,00
2,00 8,00
10,00 20,00
24,00 76,00
3,00
5,00
27,00 - 35,00
2,00 8,00
10,00 12,00
24,00 74,00
2,00 - 3,00
4,00 - 5,00
28,00 35,00
2,00 8,00
10,00 16,00
30,00 90,00
2,00 5,00
10,00 15,00
32,00 35,00
3,00
5,00
35,00
qc Rata-rata(kg/cm )
2
qc SM.3 (kg/cm )
2
qc Rata-rata(kg/cm )
2
qc SM.4 (kg/cm )
2
qc Rata-rata(kg/cm )
2
qc analisis (kg/cm )
Lapis 1
lanau berlempung
Lapis 2
lempung
Lapis 3
lempung
Gs
2,65 2,68
2,65 2,68
2,62 2,68
2,58 2,65
2,68 2,75
Kedalaman (m)
-15,00 s/d -20,00
-20,00 s/d -25,00
-25,00 s/d -35,00
Jenis tanah
Lanau berlempung
Lempung
Lempung
Gs
2,6151
2,6343
2,6221
Menurut Miki dalam Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi, 2000, untuk
pengujian penetrasi dengan bikonus Belanda (Dutch Cone Penetration Test) harga qc
dapat dikorelasikan untuk mencari harga N (jumlah tumbukan yang dilakukan untuk
mengambil sampel) yaitu dengan rumus :
Laporan Tugas Akhir
Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
IV - 6
qc = 3N atau N =
qc
3
0 -10
11 -30
31 -50
> 50
12 -16
14 18
16 -20
18 -23
Sudut geser
25 32
28 -36
30 -40
> 35
Keadaan
Lepas
Sedang
Padat
Sangat padat
Tanah Kohesif
N
Berat isi , KN/m
qu , KPa
Konsistensi
<4
46
6 -15
16 - 25
> 25
14 18
16 18
16 -18
16 - 18
> 20
< 25
20 50
30 -60
40 - 200
>100
Sangat lunak
Lunak
Sedang
Kenyal (Stiff)
Keras
Kohesif
qc
(kg/cm2)
3,00
(KN/m3)
14 18
b
(KN/m3)
16,26
d
(KN/m3)
9,96
20,00 25,00
Kohesif
5,00
14 18
16,89
12,59
25,00 35,00
Kohesif
35,00
14 18
16,95
11,80
Kedalaman (m)
Sifat Tanah
15,00 20,00
Tanpa pori
0,00
Pasir
0,35 1,00
Lempung
0,67 1,50
Tanah organik
9,00
IV - 7
Jenis Tanah
15,00 20,00
Lanau berlempung
1,50
20,00 25,00
Lempung
1,09
25,00 35,00
Lempung
1,22
Tabel 4.10 Hasil Korelasi antara Jenis Tanah - Angka Pori (e)
Menurut Nagaraj dan Murthy (1985), persamaan untuk Indeks kompresi dapat
dinyatakan sebagai berikut :
Cc = 0.2343 x e
Dengan memasukkan nilai e pada rumus diatas akan didapatkan nilai Cc,
yang ditunjukkan pada tabel 4.11.
Kedalaman (m)
Cc
15,00 20,00
1,50
0,3515
20,00 25,00
1,09
0,2554
25,00 35,00
1,22
0,2858
2,6151
o
()
9
b
3
(t/m )
1,626
d
3
(t/m )
0,996
20,00 25,00
2,6343
23
1,689
25,00 35,00
2,6221
17,5
1,695
Kedalaman
(m)
15,00 20,00
Gs
1,50
sat
3
(t/m )
1,6460
0,3515
C
2
(Kg/cm )
0,135
1,259
1,09
1,7820
0,2554
0,23
1,180
1,22
1,7307
0,2858
0,33
Cc
Sehingga dari hasil boring dan sondir didapatkan Summary of Soil Data dari
kedalaman -0.00 m s/d -35.00 m, sebagai berikut :
2,7054
o
()
24
b
3
(t/m )
1,7511
d
3
(t/m )
1,3964
5,00 10,00
2,6427
6,5
1,6453
10,00 15,00
2,6285
7,5
15,00 20,00
2,6151
20,00 25,00
25,00 35,00
Kedalaman
(m)
0,00 5,00
0,9377
sat
3
(t/m )
1,8801
0,2197
C
2
(Kg/cm )
0,04
1,1100
1,3816
1,6897
0,5486
0,105
1,6327
1,0243
1,5661
1,6346
0,4995
0,12
1,626
0,996
1,50
1,6460
0,3515
0,135
2,6343
23
1,689
1,259
1,09
1,7820
0,2554
0,23
2,6221
17,5
1,695
1,180
1,22
1,7307
0,2858
0,33
Gs
Cc
IV - 8
ANALISA PEMBEBANAN
Analisa pembebanan penting untuk mengetahui beban-beban apa saja yang
4.3.1
Beban Balok
Ukuran atau dimensi balok yang digunakan pada konstruksi bangunan
Gedung BNI 46 wilayah 05 Jl. Dr. Cipto 128 Semarang adalah sebagai berikut :
Type balok B1
: 20 x 40
Type balok B2
: 15 x 30
Type balok B3
: 30 x 50
Type balok B4
: 30 x 65
Type balok B5
: 30 x 60
(gambar terlampir)
4.3.2
Beban Kolom
Type kolom yang digunakan pada konstruksi bangunan Gedung BNI 46
Type kolom K1
: 80 x 80
Type kolom K2
: 60 x 60
: 60 x 60
Type kolom K3
: 40 x 40
Type kolom K4
: 30 x 70
: 65 x 65
Type kolom K5
: 40 x 80
: 40 x 80
: 40 x 80
Type kolom K6
: 25 x 70
Type kolom K7
: 30 x 70
Type kolom KL
: 35 x 35
: 30 x 40
(gambar terlampir)
IV - 9
94
95
96
97
98
99
100
85
86
87
88
89
90
91
92
77
78
79
80
81
82
83
84
69
70
71
72
73
74
75
76
63
64
65
66
67
68
P63
106,181 ton
P81
177,245 ton
P64
173,073 ton
P82
123,935 ton
P65
173,592 ton
P84
123,040 ton
P66
136,237 ton
P85
179,676 ton
P67
86,459 ton
P86
265,677 ton
P68
48,138 ton
P87
268,008 ton
P69
179,733 ton
P88
222,096 ton
P70
265,689 ton
P89
156,064 ton
P71
268,033 ton
P90
114,731 ton
P72
222,198 ton
P92
132,902 ton
P73
156,383 ton
P93
106,205 ton
P74
109,871 ton
P94
173,146 ton
P76
61,860 ton
P95
173,630 ton
P77
207,070 ton
P96
136,206 ton
P78
303,219 ton
P97
86,376 ton
P79
306,465 ton
P98
65,663 ton
P80
254,570 ton
P100
66,046 ton
IV - 10
qult
Gs = 2,7054
1,75 m
0,15 m
L = 22 m
B = 22 m
= 22 m
= 22 m
= 0,15 m
Nc
= (Nq 1) cot
= (9,6 1) cot 24
= 19,3
IV - 11
= tan2 ( 45 + /2 )
= tan2 ( 45 + 24/2 )
= 2,3712
sc
= 1 + 0,2 . Kp ( B/L )
= 1 + 0,2 . 2,3712 ( 22/22 )
= 1,4742
sq
= 1 + 0,1 . Kp ( B/L )
= 1 + 0,1 . 2,3712 (22/22 )
= 1,2371
= sq = 1,2371
dq
= dq = 1,001
Beban dianggap beban vertikal sehingga tidak membentuk sudut, maka nilai
dari ic = i q = i = 1.
qult
= c . Nc . sc . ic . dc + q . Nq . sq . i q . dq + . B. . N . s . i . d
= b . 190
= ( 1,7511 . 10-3 . 190 )
= 0,3327 kg/cm2
qult
qa (pondasi rakit) =
=
qult
SF
186,92
3
62,307 t/m2
IV - 12
dibawah ini :
e x e y y
x
A Iy
Ix
qo R
R My.x Mx.x
qo
Iy
Ix
A
atau
Dimana,
: Luasan KSLL.
Ix, Iy
ex, ey
x, y
A
93
94
95
96
85
86
87
88
79
80
y
ex
77
ey
78
y = 10,335 m
1
69
70
71
72
x = 11,515 m
22 m
22 m
0,15 m
1,9 m
beton
2,5 t/m3
tanah
1,7 t/m3
IV - 13
L.B 3
12
2200.2200 3
12
12
= 1,952.10 cm4
Iy =
L3 .B
12
2200 3.2200
12
= 1,952.1012 cm4
R = P
= (P69+P70+P71+P72+P77+P78 + P79 + P80+P85+P86+P87+P88+P93+P94+P95+P96) + (q . L)
=(179,733+265,689+268,033+222,198+207,070+303,219+306,465+254,570+179,6
76+265,677+268,008+222,096+106,205+173,146+173,630+136,206) + (4,54.22)
= 3531,621 t
My = P . x
= (P67+P77+P85+P93) (-11) + (P70+P78+P86+P94) (-4) + (P71+P79+P87+P95) (4) +
(P72+P80+P88+P96) (11)
= (179,733+207,070+179,676+106,205)(-11)(265,689+303,219+265,677+173,146)
(-4) + (268,033+306,465+268,008+173,630) (4) + (222,198+254,570+222,096+
136,206) (11)
= 1816,866 tm
Mx = P . y
= (P69+P70+P71+P72) (-11) + (P77+P78+P79+P80) (-3) + (P85+P86+P87+P88) (5) +
(P93+P94+P95+P96) (11)
= (179,733+265,689+268,033+222,198)(11)+(207,070+303,219+306,465+254,570)
(-3)+(179,676+265,677+268,008+222,096)(5)+(106,205+173,146+173,630+
136,206) (11)
= -2347,817 tm
Menentukan nilai eksentrisitas :
Statis momen terhadap as 1 = 0
y
1
R
={(207,070+303,219+306,465+254,570).8+(179,676+265,677+268,008+222,096).1
6+(106,205+173,146+173,630+136,206).22)}.
1
3531,621
= 10,335 m
Laporan Tugas Akhir
Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
IV - 14
1
R
={(265,689+303,219+265,677+173,146).7+(268,033+306,465+268,008+173,630).1
5 + (222,198+254,570+222,096+136,206).22}.
1
3531,621
= 11,515 m
Eksentrisitas ex dan ey :
ex = 11,515 11 = 0,515 m
ey = 10,335 11 = -0,665 m
R My.x Mx.y
qo
Iy
Ix
A
1
1
22.22
3
3
.22.22
.22.22
12
12
Kolom
x (m)
y (m)
69
70
71
72
77
78
79
80
85
86
87
88
93
94
95
96
-11
-11
-11
-11
-3
-3
-3
-3
5
5
5
5
11
11
11
11
-11
-4
4
11
-11
-4
4
11
-11
-4
4
11
-11
-4
4
11
q max
(t/m2)
6,302
6,284
6,264
6,246
7,046
7,028
7,008
6,989
7,790
7,772
7,752
7,734
8,348
8,330
8,310
8,292
q min
(t/m2)
8,292
8,309
8,330
8,348
7,548
7,566
7,586
7,604
6,804
6,822
6,842
6,860
6,246
6,294
6,284
6,302
Jadi, dari hasil perhitungan diatas didapat tegangan tanah maksimum sebesar
8,348t/m2.
Laporan Tugas Akhir
Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
IV - 15
lain : tegangan tanah akibat beban bangunan (P) dan tekanan tanah efektif (Po).
4.5.1
atas pondasi. Metode pengaruh Newmark digunakan untuk memperoleh tekanan tanah
dibawah sudut suatu beban merata berbentuk persegi dengan dimensi 2a x 2b pada
kedalaman z.
y = q . I
dimana : y = tegangan tanah,
q
22 m
22 m
Gambar 4.3 Denah Floating Foundation yang Dianalisis
22 m
D
C
22 m
B
Z
IV - 16
M=L/Z
N=B/Z
Tegangan
ABCD
22
7,333
22
7,333
0,249
2,0787
H
22 m
I
Z
Bidang
M=L/Z
N=B/Z
Tegangan
IHCB
11
3,667
22
7,333
0,249
2,0787
IADH
11
3,667
22
7,333
0,249
2,0787
11 m
E
F
Z
Bidang
M=L/Z
N=B/Z
Tegangan
FGBI
11
3,667
11
3,667
0,249
2,0787
FIAE
11
3,667
11
3,667
0,249
2,0787
FEDH
11
3,667
11
3,667
0,249
2,0787
FHCG
11
3,667
11
3,667
0,249
2,0787
IV - 17
C
11 m
G
Z
Bidang
M=L/Z
N=B/Z
Tegangan
GBAE
22
7,333
11
3,667
0,249
2,0787
GEDC
22
7,333
11
3,667
0,249
2,0787
IV - 18
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1.0
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.8
2.0
2.5
3.0
5.0
10.0
0.005
0.009
0.013
0.017
0.020
0.022
0.024
0.026
0.027
0.028
0.029
0.029
0.030
0.030
0.030
0.031
0.031
0.031
0.032
0.032
0.032
N =B/y 1.200
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1.0
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.8
2.0
2.5
3.0
5.0
10.0
0.029
0.057
0.083
0.106
0.126
0.143
0.157
0.168
0.178
0.185
0.191
0.196
0.200
0.203
0.205
0.210
0.212
0.215
0.216
0.217
0.218
0.200
0.009
0.018
0.026
0.033
0.039
0.043
0.047
0.050
0.053
0.055
0.056
0.057
0.058
0.059
0.059
0.061
0.061
0.062
0.062
0.062
0.062
0.300
0.013
0.026
0.037
0.047
0.056
0.063
0.069
0.073
0.077
0.079
0.082
0.083
0.085
0.086
0.086
0.088
0.089
0.089
0.090
0.090
0.090
0.400
0.017
0.033
0.047
0.060
0.071
0.080
0.087
0.093
0.098
0.101
0.104
0.106
0.108
0.109
0.110
0.111
0.113
0.114
0.115
0.115
0.115
0.500
0.020
0.039
0.056
0.071
0.084
0.095
0.103
0.110
0.116
0.120
0.124
0.126
0.128
0.130
0.131
0.134
0.135
0.136
0.137
0.137
0.137
1.300
0.030
0.058
0.085
0.108
0.128
0.146
0.160
0.171
0.181
0.189
0.195
0.200
0.204
0.207
0.209
0.215
0.217
0.220
0.221
0.222
0.223
1.400
0.030
0.059
0.086
0.109
0.130
0.147
0.162
0.174
0.184
0.191
0.198
0.203
0.207
0.210
0.213
0.218
0.221
0.224
0.225
0.226
0.227
1.500
0.031
0.061
0.086
0.110
0.131
0.149
0.164
0.176
0.186
0.194
0.200
0.205
0.209
0.213
0.216
0.221
0.224
0.227
0.228
0.230
0.230
1.800
0.031
0.061
0.088
0.113
0.134
0.152
0.167
0.180
0.190
0.198
0.205
0.210
0.215
0.218
0.221
0.227
0.230
0.233
0.235
0.237
0.237
M=L/y
0.600
0.022
0.043
0.063
0.080
0.095
0.107
0.117
0.125
0.131
0.136
0.140
0.143
0.146
0.147
0.149
0.152
0.153
0.155
0.156
0.156
0.156
M=L/y
2.000
0.031
0.062
0.089
0.113
0.135
0.153
0.169
0.181
0.192
0.200
0.207
0.212
0.217
0.221
0.224
0.230
0.232
0.236
0.238
0.240
0.240
0.700
0.024
0.047
0.069
0.087
0.103
0.117
0.128
0.137
0.144
0.149
0.154
0.157
0.160
0.162
0.164
0.167
0.169
0.170
0.171
0.172
0.172
0.800
0.026
0.050
0.073
0.093
0.110
0.125
0.137
0.146
0.154
0.160
0.165
0.168
0.171
0.174
0.176
0.80
0.181
0.183
0.184
0.185
0.185
0.900
0.027
0.053
0.077
0.098
0.116
0.131
0.144
0.154
0.162
0.168
0.174
0.178
0.181
0.184
0.186
0.190
0.192
0.194
0.195
0.196
0.196
1.000
0.028
0.055
0.079
0.101
0.120
0.136
0.149
0.160
0.168
0.175
0.181
0.185
0.189
0.191
0.194
0.198
0.200
0.202
0.203
0.204
0.205
2.500
0.031
0.062
0.089
0.114
0.136
0.155
0.170
0.183
0.194
0.202
0.209
0.215
0.220
0.224
0.227
0.233
0.236
0.240
0.024
0.244
0.244
3.000
0.031
0.062
0.090
0.115
0.137
0.155
0.171
0.184
0.195
0.203
0.211
0.217
0.222
0.226
0.230
0.237
0.240
0.244
0.246
0.249
0.249
5.000 10.000
0.032 0.032
0.062 0.062
0.090 0.090
0.115 0.115
0.137 0.137
0.156 0.156
0.172 0.172
0.185 0.185
0.196 0.196
0.204 0.205
0.212 0.212
0.217 0.218
0.222 0.223
0.226 0.227
0.230 0.230
0.237 0.237
0.240 0.240
0.244 0.244
0.246 0.247
0.249 0.249
0.249 0.249
1.100
0.029
0.056
0.082
0.104
0.124
0.140
0.154
0.165
0.174
0.181
0.186
0.191
0.195
0.198
0.200
0.205
0.207
0.209
0.211
0.212
0.212
IV - 19
Rata-rata
2,0787
2,0787
2,0787
2,0787
2,0787
2,0369
2,0369
2,0035
1,9367
1,9367
1,9367
1,8032
1,7531
1,7030
1,6362
1,6362
1,5527
1,5527
1,4609
1,4609
1,3524
1,3524
1,2188
1,2188
1,2188
1,0685
1,0685
1,0685
1,0685
0,8932
0,8932
0,8932
0,8932
4,1574
4,1239
4,0738
4,0070
3,8401
3,6898
3,5896
3,4895
3,3392
3,2056
3,0220
2,7381
2,7048
2,4376
2,3875
2,3875
2,0703
2,0703
2,0035
2,0035
1,6362
1,6362
1,5528
1,5528
1,5528
1,1520
1,1520
1,1520
1,1520
1,0518
1,0518
1,0518
1,0518
4,1574
4,1239
4,0070
4,0070
3,8401
3,7065
3,5896
3,4895
3,3726
3,2056
3,0220
2,7381
2,7048
2,4376
2,3875
2,3875
2,0703
2,0703
2,0035
2,0035
1,6362
1,6362
1,5528
1,5528
1,5528
1,1520
1,1520
1,1520
1,1520
1,0518
1,0518
1,0518
1,0518
8,3148
8,1476
8,0141
7,7469
7,2127
6,8120
6,5448
6,2109
5,8436
5,4095
4,8752
4,2742
4,2742
3,5729
3,5729
3,5729
2,8049
2,8049
2,8049
2,0035
2,0035
2,0035
2,0035
2,0035
1,2355
1,2355
1,2355
1,2355
1,2355
1,2355
1,2355
1,2355
1,2355
4,6771
4,6206
4,5434
4,4599
4,2429
4,0618
3,9402
3,7984
3,6230
3,4394
3,2140
2,8884
2,8592
2,5378
2,4960
2,1246
2,1246
2,0682
2,0682
1,6571
1,6571
1,5820
1,5820
1,5820
1,1520
1,1520
1,1520
1,1520
1,1520
1,0518
1,0518
1,0518
1,0518
4.5.2
Untuk data hasil penyelidikan tanah sampai pada kedalaman -35 m dapat dilihat pada
gambar Soil Profil berikut ini :
Laporan Tugas Akhir
Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
IV - 20
Titik BM1
eo = 0,9377 kg/cm
M.A.T
5m
Gs = 2,7054
eo = 1,3816 kg/cm
10m
25m
; Gs = 2,6427
; Gs = 2,6285
; sat = 1,6346 t/m
; Gs = 2,6151
; sat = 1,6460 t/m
Cc = 0,3515
eo = 1,36 kg/cm
= 1,7511 t/m
; b
Cc = 0,4995
eo = 1,50 kg/cm
20m
Cc = 0,5486
eo = 1,5661 kg/cm
15m
; Gs = 2,6343
3
Cc = 0,2554
eo = 1,22 kg/cm2
; Gs = 2,6221
Cc = 0,2858
35m
= 0 t/m2
= b . h1
= 1,7511 t/m3 . 1 m
= 1,7511 t/m2
= Po1 + b . h2
= 1,7511 t/m2 + 1,7511 . 1 m
= 3,5022 t/m2
= Po2 + b . h3
= 3,5022 t/m2 + 1,7511 t/m3 . 1 m
= 5,2533 t/m2
= Po3 + b . h4
= 5,2533 t/m2 + 1,7511 t/m3 . 1 m
= 7,0044 t/m2
= Po4 + ( sat - w ) . h5
= 7,0044 t/m2 + ( 1,8801 t/m3 1 t/m3 ).1m
= 7,8845 t/m2
= Po5 + ( sat - w ) . h6
= 7,8845 t/m2 + ( 1,6897 t/m3 1 t/m3 ).1m
= 8,5742 t/m2
keterangan :
IV - 21
Kedalaman
Tekanan tanah efektif / Po
2
(m)
( t/m )
1
1,7511
2
3,5022
3
5,2533
4
7,0044
5
7,8845
6
8,5742
7
9,2639
8
9,9536
9
10,6433
10
11,333
11
11,9676
12
12,6022
13
13,2368
14
13,8714
15
14,506
16
15,152
17
15,298
18
16,444
19
17,09
20
17,736
21
18,518
22
19,3
23
20,082
24
20,864
25
21,646
26
22,3767
27
23,1074
28
23,8381
29
24,5688
30
25,2995
31
26,0302
32
26,7609
33
27,4916
34
28,2223
35
28,953
Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Tekanan Efektif Tanah (Po)
Dari perhitungan didapatkan Tegangan Tanah Efektif (Po) pada kedalaman 35 m sebesar 28,953 ton/m2 atau sebesar 289,530 kN/m2.
4.5.3
a)
bangunan yang berada diatas pondasi maupun berat sendiri pondasi tanpa disertai
dengan keluarnya air pori didalam tanah sebagai perletakan pondasi. Adapun
persamaan untuk mencari besarnya penurunan langsung ialah :
Laporan Tugas Akhir
Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
IV - 22
B = lebar pondasi
Iw = faktor pengaruh yang tergantung dari bentuk pondasi dan kekakuan pondasi
( tabel 2.5 )
8,348 kN/m
22 m
22 m
Si q . B .
1 2
Es
. I w 8,348kN/m 2 . 22m .
1 0,2 2
15000kN/m 2
. 1,15
= 0,0135 m = 1,35 cm
b)
Penurunan Konsolidasi
Ialah penurunan yang disebabkan oleh pembebanan baik itu beban / berat
bangunan yang berada diatas pondasi maupun berat sendiri pondasi yang disertai
dengan keluarnya air pori. Adapun persamaan mencari penurunan / settlement akibat
konsolidasi primer (tanah normal konsolidasi) yaitu:
S=
p p
log o
1 eo
po
C c .H
IV - 23
= Waktu ( detik )
U = Derajat konsolidasi
Cc .H1
1 e0
log
p0 p
p0
S=
0,2197.1m
1 0,9377
log
1,7511t/m 2 0t/m 2
1,7511t/m 2
S = 0,1134 m . log 1
S = 0 cm.
Cc .H2
1 e0
log
p0 p
p0
S=
0,2197.1m
1 0,9377
log
3,5022t/m 2 0t/m 2
3,5022t/m 2
S = 0,1134 m . log 1
S = 0 cm.
Cc .H3
1 e0
log
p0 p
p0
S=
0,2197.1m
1 0,9377
log
5,2533t/m2 4,6771t/m2
5,2533t/m2
Cc .H4
1 e0
log
p0 p
p0
S=
0,2197.1m
1 0,9377
log
7,0044t/m2 4,6206t/m2
7,0044t/m2
Cc .H5
1 e0
log
p0 p
p0
S=
0,2197.1m
1 0,9377
log
7,8845t/m2 4,5434t/m2
7,8845t/m2
IV - 24
Cc .H6
1 e0
log
p0 p
p0
S=
0,5486.1m
1 1,3816
log
8,5742t/m 2 4,45991t/m2
8,5742t/m2
Po
p
2
2
( t/m )
( t/m )
0,2197
0,9377
1,7511
0,2197
0,9377
3,5022
0,2197
0,9377
5,2533
4,6771
0,2197
0,9377
7,0044
4,6206
0,2197
0,9377
7,8845
4,5434
0,5486
1,3816
8,5742
4,4599
0,5486
1,3816
9,2639
4,2429
0,5486
1,3816
9,9536
4,0618
0,5486
1,3816
10,6433
3,9402
0,5486
1,3816
11,333
3,7984
0,4995
1,5661
11,9676
3,6230
0,4995
1,5661
12,6022
3,4394
0,4995
1,5661
13,2368
3,2140
0,4995
1,5661
13,8714
2,8884
0,4995
1,5661
14,506
2,8592
0,3515
1,50
15,152
2,5378
0,3515
1,50
15,298
2,4960
0,3515
1,50
16,444
2,1246
0,3515
1,50
17,09
2,1246
0,3515
1,50
17,736
2,0682
0,2554
1,09
18,518
2,0682
0,2554
1,09
19,3
1,6571
0,2554
1,09
20,082
1,6571
0,2554
1,09
20,864
1,5820
0,2554
1,09
21,646
1,5820
0,2858
1,22
22,3767
1,5820
0,2858
1,22
23,1074
1,1520
0,2858
1,22
23,8381
1,1520
0,2858
1,22
24,5688
1,1520
0,2858
1,22
25,2995
1,1520
0,2858
1,22
26,0302
1,1520
0,2858
1,22
26,7609
1,0518
0,2858
1,22
27,4916
1,0518
0,2858
1,22
28,2223
1,0518
0,2858
1,22
28,953
1,0518
Tabel 4.17 Hasil perhitungan Penurunan / Settlement
Cc
eo
Settlement
( cm )
0
0
3,136
2,495
2,241
4,189
3,771
3,423
3,15
2,891
2,236
2,040
1,838
1,599
1,521
0,946
0,923
0,863
0,716
0,691
0,562
0,540
0,421
0,406
0,374
0,363
0,370
0,264
0,256
0,249
0,242
0,217
0,211
0,206
0,201
IV - 25
Cv
Tv =
. .U2 ; bila U = 90 %
Tv =
. .U2
Tv =
. 3,14 . ( 0,9 ) 2
Tv =
0,63585
Tv =
Cv
H2
.t
.t
Tv.H 2
0,63585.(3 5 m 2 )
0,0045cm 2 / det
2
778,91625 m
0,00000045 m 2 / det
1730925000 det
= 54,887 tahun
Cv
1730925000 det
365 x 24 x 60 x 60
1,35 cm + 43,551 cm
44,901 cm
4.6
4.6.1
IV - 26
Kolom
= 80 x 80 (cm2)
= 15 cm
hk
= 200 cm
P
qa
check
P
qa
.R 2
306,465
.93,46
P
qa
= 1,02 m = 102 cm
R > 0,5 . a1
102 cm > 0,5 . 80 cm
102 cm > 40 cm
Maka, diambil nilai R = 102 cm
Statis momen terhadap sisi atas pada gambar diatas :
1
hk t
t 2R . t 8b (hk t) .
t 2R.t 8b hk t y
2
2
Rt 2 4b (hk 2 t 2 )
2Rt 8b (hk t)
= 77,28 cm
IV - 27
1
1
hk t
3
Ix
.2Rt 2Rt y t 8. .b hk t 8b hk t
t y
12
2
12
1
1
3
. 2 .102 .15 3 + 2 . 102.15 . 77,28 .15 + 8. .15 200 15 + 8
12
12
2
.15.
Ix 3
130580030, 1 3
t e 12.
= 12.
= 134,72 cm 135 cm
2 .102
2R
te (max)
qo
Keseimbangan beban :
P
= F . qo
IV - 28
= b = 0,80 m
hk
= 2m
qo
= 8,348 t/m
= 0,165 m
Maka,
hk
qo
Pmax
a 3,4.hk 1,3 b 3,4.hk 1,3
qo
661,245
qo = 101,787 t/m2
P1 = qa ( a + 3,4.hk + 1,3 ) . ( b + 3,4.hk + 1,3 )
= 93,46 ( 0,80 + 3,4 . 0,132 + 1,3 )2
= 607,152 t
Ps = P P1 = 661,245 607,152
= 54,093 t
Dimana, Ps = Psisa
P1 = sebagian dari beban yang terdistribusi habis
4.6.3
Luas penyebaran F
P
qa
IV - 29
Pygbekerja
F
306,465
7,08
q
ijin
93,46 t/m2
= tegangan maksimum
= 8,348 t/m
7,5 m
Bidang Momen
Bidang Momen :
M
39,131 tm
39,131 tm
1 .
12
q.L2
1 .
12
8,348 . 7,52
= 39,131 tm
-
Mmax =
24
. q.L2
24
. 8,348 . 7,52
= 19,566 tm
19,566 tm
Bidang Geser
Bidang Geser
D
31,305 t
. q.L
. 8,348 . 7,5
= 31,305 t
31,305 t
Laporan Tugas Akhir
Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
IV - 30
4 16
10 15 cm
200
10 15 cm
4 19
15
= 240 MPa
= 0,15 m
= 15 cm
= 2m
= 200 cm
= 40 mm
= 4 cm
tulangan utama
= 19 mm = 1,9 cm
tulangan sengkang = 10 mm = 1 cm
As = 8,04 cm2 (416)
As = 11,34 cm2 (419)
d
4500
f' c
max .
.0,85.
1 6000 fy
fy
= 0,85.
'
As
b.d
As'
b.d
min
6000 2400
11,34
15.193
14
fy
4500
8,04
15.193
.0,85.
178,9
2400
= 0,0289
0,0039
0,0028
14
2400
0,0058
IV - 31
As
b.d
22,68
15.193
0,0078
Rl d' 6000
152,065 5,95
6000
. . .
0,85.
.
.
= 0,0028
1 fy d 6000 fy
2400 194,05 6000 2400
Rl d' 6000
> . . .
dan < max, maka :
1 fy d 6000 fy
F ' .
K F 1
fy
Rl
0,005.
2400
152,065
0,079
0,079
0,079 1
0,076
2
2
4 16
10 15 cm
200
10 15 cm
4 19
15
Laporan Tugas Akhir
Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
IV - 32
= 193 cm
= 1940,5 mm
= 15 cm
= 150 mm
= 8,348 t
= 83,48 kN
Vu
terpakai
Vn
Vu
terpakai
296,851
0,6
494,752 kN
2
3
. f' c .b.d
2
3
2
3
. f' c .b.d
Vc
2
0,6.
Vu > .
209,925
2
62,789 kN
Vc
2
IV - 33
Av.d.fy
Vn Vc
S = 254 mm <
157.1940,5 .240
285457
d
2
1940,5
2
256 mm
970,25 mm
Penulangan Pelat
Diketahui :
Wu = qa . c = 93,46 . 0,056 = 5,234 tm
fc = 17,89 MPa
fy
= 240 Mpa
= 40 mm
tul. Utama = 4 cm = 40 mm
max 1.
4500
6000 fy
= 0,85.
min
14
fy
.0,85.
4500
6000 2400
14
2400
= 15 cm = 150 mm
f' c
fy
.0,85.
178,9
2400
= 0,0289
0,0058
IV - 34
Ly
Lx
0,132
0,056
= 2,4
x = 99,4
x = 21,6
x = 112
Mty = - 0,001. Wu . Lx . x
Mtx = . Mlx
Momen lapangan arah x
Mlx = 0,001 . Wu . Lx2 . x
0,0016
= 0,444 t = 444 kg
1.0,06 2
= .0,8.fy 1 - 0,588
fy
f' c
2400
178,9
= 2 . 10-5
< min, maka :
As = min . b . dx
= 0,058 . 1. 0,06
= 3,48 . 10-4 m2 = 348 mm2
As = 348 mm2, akan digunakan tulangan 10 - 150 (As = 524 mm2)
Check : =
As
b.dx
5,24.10 4
1.0,06
= 0,0087
min < < max
0,0058 < 0,0087 < 0,0289...........Aman!!!
Momen lapangan arah y
Mly = 0,001 . Wu . Lx2 . x
= 0,001 . 5,234 . 0,0562. 21,6
= 3,5 . 10-4 tm
Laporan Tugas Akhir
Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
IV - 35
3,5 . 10 - 4
1.0,04 2
= 0,21875 t = 218,75 kg
fy
f' c
= .0,8.fy 1 - 0,588
2400
178,9
As
b.dy
5,24.10 4
1.0,04
= 0,0131
min < < max
0,0058 < 0,0131 < 0,0289...........Aman!!!
Momen tumpuan arah y
Mty = 0,001. Wu . Lx2 . x
= 0,001 . 5,234 . 0,0562. 112
= 3,28 . 10-3 tm
Mty
b.dy 2
Mty
b.dy
3,28 . 10 - 3
1.0,04 2
= 2,05 t = 2050 kg
= .0,8.fy 1 - 0,588
fy
f' c
2400
178,9
IV - 36
As
5,24.10 4
b.dy
1.0,04
= 0,0131
8 . 10 - 4
= 0,2222 t = 222,2 kg
1.0,06 2
= .0,8.fy 1 - 0,588
fy
f' c
2400
178,9
As
b.dx
5,24.10 4
1.0,06
= 0,0087
min < < max
0,0058 < 0,0087 < 0,0289...........Aman!!!
IV - 37
4.7.1
Kolom
= 80 x 80 (cm2)
= 15 cm
hk
= 250 cm
P
qa
P
qa
.R 2
306,465
.93,46
P
qa
= 1,02 m = 102 cm
Check :
R > 0,5 . a1
102 cm > 0,5 . 80 cm
102 cm > 40 cm
Maka, diambil nilai R = 102 cm
Statis momen terhadap sisi atas pada gambar diatas :
1
hk t
t 2R . t 8b (hk t) .
t 2R.t 8b hk t y
2
2
IV - 38
Rt 2 4b (hk 2 t 2 )
2Rt 8b (hk t)
Ix
1
12
.2Rt 3 2Rt y
= 100,72 cm
1
1
hk t
3
t 8. .b hk t 8b hk t
t y
2
12
2
1
3
=
. 2 .102 .15 + 2 . 102.15 . 100,72 .15 + 8. .15 250 15 +
12
12
2
8.15.
Ix 3
241979150, 9 3
t e 12.
= 12.
= 165,47 cm 166 cm
2 .102
2R
te (max)
qo
IV - 39
= F . qo
Dimana, a
= b = 0,80 m
hk
= 2,5 m
qo
= 8,348 t/m
Pmax = 8,348 . (0,80 + 3,4 . 2,5 + 1,3 ) . ( 0,80 + 3,4 . 2,5 + 1,3 )
= 937,98 t
Untuk qo = qa, maka :
Pmax = F . qa
Pmax = qa ( a + 3,4 hki + 1,3 ) . ( b + 3,4 hki + 1,3 )
937,98 = 93,46 . (0,80 + 3,4 . hki + 1,3)2
937,98 = 93,46 . (4,41+14,28 hki +11,56 hki2)
0 = 11,56 hki2 + 14,28 hki - 5,626
Dari persamaan tersebut didapatkan nilai :
hki
= 0,3 m
Maka,
hk
qo
Pmax
a 3,4.hk 1,3 b 3,4.hk 1,3
937,98
= 110,31 t/m2
P1 = qa ( a + 3,4.hk + 1,3 ) ( b + 3,4.hk + 1,3 )
= 93,46 ( 0,80 + 3,4 . 0,24 + 1,3 )2
= 794,70 t
Ps = P P1
= 937,98 794,70 = 143,28 t
Dimana, Ps = Psisa
P1 = sebagian dari beban yang terdistribusi habis
4.7.3
Luas penyebaran F
P
qa
IV - 40
937,98
= 0,13 m
Check : q
Pygbekerja
F
306,465
10,087
q
ijin
93,46 t/m2
Bidang Momen
44,523 tm
Bidang Momen :
44,523 tm
1 .
12
q.L2
1 .
12
8,348 . 82
= 44,523 tm
Mmax =
22,261 tm
24
. q.L2
24
. 8,348 . 82
= 22,261 tm
Bidang Geser
Bidang Geser
D
33,392 t
. q.L
. 8,348 . 8
= 33,392 t
33,392 t
Laporan Tugas Akhir
Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
IV - 41
4 16
10 15 cm
250
10 15 cm
4 19
15
= 240 MPa
= 0,15 m
= 15 cm
= 2,5 m
= 250 cm
= 40 mm
= 4 cm
tulangan utama
= 19 mm = 1,9 cm
tulangan sengkang = 10 mm = 1 cm
As = 8,04 cm2 (416)
As = 11,34 cm2 (419)
d
4500
f' c
max .
.0,85.
1 6000 fy
fy
= 0,85.
'
As
b.d
As'
b.d
min
4500
6000 2400
11,34
15.244,05
8,04
15.244,05
14
fy
14
2400
.0,85.
178,9
2400
= 0,0289
0,0031
0,0022
0,0058
IV - 42
As
b.d
22,68
15.244,05
0,0062
K F 1
fy
Rl
0,004.
2400
152,065
0,0631
0,0631
0,0631 1
0,0611
2
2
= (0,0611.15.244,052.152,065) + (8,04.2400.(244,05-5,95))
= 12895166,31 kgcm
4 16
10 15 cm
250
10 15 cm
4 19
15
Laporan Tugas Akhir
Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
IV - 43
= 333,92 kN
= 244,05 cm = 2440,5 mm
= 15 cm
= 150 mm
= 8,348 t
= 83,48 kN
terpakai
Vn
Vu
terpakai 313,547
522,578 kN
0,6
2
3
. f' c .b.d
2
3
2
3
. f' c .b.d
Vc
2
0,6.
Vu > .
263,223
2
78,967 kN
Vc
2
IV - 44
Av.d.fy
Vn Vc
S = 355 mm <
157.2440,5 .240
259355
d
2
2440,5
2
355 mm
1220,25 mm
Penulangan Pelat
Diketahui :
Wu = qa . c = 93,46 . 0,13 = 12,15 tm
fc = 17,89 MPa
fy
= 240 MPa
= 40 mm
Lx = 0,13 m
tul. atas
= 1 cm = 10 mm
= 15 cm = 150 mm
Ly = 0,24 m
tul. bawah = 1 cm = 10 mm
max 1.
4500
6000 fy
= 0,85.
.0,85.
4500
6000 2400
f' c
fy
.0,85.
178,9
2400
= 0,0289
min
14
fy
14
2400
= 0,0058
IV - 45
Ly
Lx
0,24
0,13
= 1,8
x = 99,4
x = 21,6
x = 112
Mty = - 0,001. Wu . Lx . x
Mtx = . Mlx
Momen lapangan arah x
Mlx = 0,001 . Wu . Lx2 . x
= 0,001 . 12,15 . 0,132. 99,4
= 0,015 tm
Mlx
0,015
=
= 4,1667 t = 4166,7 kg
2
1.0,06 2
b.dx
Mlx
b.dx
= .0,8.fy 1 - 0,588
fy
f' c
2400
178,9
As
b.dx
5,24.10 4
1.0,06
= 0,0087
IV - 46
5,54 . 10 - 3
1.0,04 2
= 3,465 t = 3465 kg
= .0,8.fy 1 - 0,588
fy
f' c
2400
178,9
IV - 47
2-5
Lt
2,50 5,00 2,50
1,13 2,50 2,50
0,81 1,80 2,50
2,50 5,00 2,50
0,80 4,00 2,50
1,35 3,00 2,50
0,20 2,00 2,50
0,78 3,10 1,25
0,63 2,50 0,63
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
2
3
4
5
6
7
Ly
m
Lx
m
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
50
50
50
50
50
50
50
25
50
50
50
50
50
50
50
50
33
33
33
33
33
33
33
17
33
33
33
33
33
33
33
33
21
14
20
28
34
13
18
34
18
22
14
21
28
34
13
18
34
30
40
50
18
25
50
25
31
20
30
40
50
18
25
50
124,36
12196,56
435,77
516,23
737,77
263,97
2003,00
8115,47
13256,19
146,82
543,92
124,36
435,77
516,23
737,77
263,97
2003,00
8484,36
kg
Volume
11
23
11
23
4. Plat lantai
VI - 14
BAB V
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT
5.1
pekerjaan
adalah
jumlah
hari
kalender
yang
diperlukan
untuk
V-1
permulaan
pekerjaan
adalah
tanggal
yang
dipastikan
dalam
diberi
tanggal,
stempel,
dan
tandatangan
Direktur
Utama
Perusahaan.
b. Lampiran I berisi perincian biaya rangkap 3 (tiga) dari kertas doorslag.
c. Lampiran II berisi daftar analisa biaya rangkap 3 (tiga) dari kertas doorslag.
Laporan Tugas Akhir
V-2
g. Fotocopy surat fiscal yang masih berlaku 1 (satu) lembar pada waktu
pembukaan pelelangan, surat fiscal asli diperlihatkan oleh pemborong atau
rekanan pada waktu pelelangan.
h. Rencana kerja 1 (satu) lembar.
i.
j.
Daftar tenaga ahli (full timer) yang dipakai bila mendapatkan pekerjaan rangkap
3 (tiga) dari kertas doorslag.
k. Referensi bank asli, bahwa pemborong adalah nasabah bank yang baik.
l.
Daftar kontrak pekerjaan yang sedang dikerjakan tahun ini meliputi lokasi
pekerjaan, besarnya harga borongan, kemajuan prestasi pada saat mengikuti
penawaran dan keterangan lainnya.
3. Surat penawaran beserta lampirannya tersebut ayat 1 pada pasal ini dimasukkan
dalam sampul tidak tembus baca yang berukuran 25 cm x 40 cm kemudian di
bagian belakang di lem, dan tidak boleh diberi kode cap preusan atau kode lainnya.
Sampul Surat Penawaran di sebelah kiri atas dan sebelah kanan supaya ditulis
Surat Penawaran.
Surat penawaran tidak sah, jika :
a. Tidak memenuhi pasal 7, pasal 8 ayat 2 dan pasal 10 ayat 3.
b. Tidak jelas besarnya jumlah penawaran baik dengan huruf penawaran maupun
dengan angka.
c. Harga-harga yang tercantum dalam angka tidak sesuai dengan yang tercantum
dalam huruf.
4. a. Pemasukan surat penawaran paling lambat pada :
Hari
Tanggal
Tempat
Jam
Tanggal
V-3
Jam
:
Pasal 10
Jaminan Penawaran
1. Penawar harus menyediakan Jaminan Penawaran berupa Jaminan Bank dari bank
pemerintah atau bank yang ditunjuk. Besarnya jaminan penawaran ditentukan
sebesar minimum 2% dari harga penawaran dan berjangka waktu selama 90 hari.
2. Jaminan penawaran dimaksudkan agar penawar apabila dinyatakan
menang,
Tanggal
Waktu
Tempat
3. Pada waktu pemberian penjelasan mengenai gambar, rencana kerja dan syaratsyarat (RKS) serta keterangan perubahan-perubahan lainnya yang menjadi dasar
pelaksanaan pekerjaan, dibuat Berita Acara yang ditandatangani oleh Panitia dan
sekurang-kurangnya 2 (dua) orang wakil dari peserta.
Laporan Tugas Akhir
V-4
Tanggal
Waktu
Tempat
V-5
V-6
Indonesia,
dalam
hal
yang
demikian
jaminan
penawaran
yang
V-7
V-8
Foto copy surat pengakuan kualifikasi dan klasifikasi yang masih berlaku
Time Schedule
Gambar pelaksanaan yang terdiri dari gambar pokok dan gambar detail
V-9
V - 10
tersebut
memuat
laporan
penandatanganan
bahan
bangunan,
V - 11
Kontraktor
harus
mendatangkan
gantinya
untuk
kelancaran
pelaksanaannya.
10. Kontraktor harus menjaga jangan sampai terjadi kebakaran, perusakan atau
sabotase ditempat pekerjaan. Alat-alat pemadam kebakaran atau lainnya untuk
keperluan yang sama harus ada ditempat pekerjaan.
Pasal 9
Kebersihan dan Ketertiban
Laporan Tugas Akhir
V - 12
V - 13
V - 14
V - 15
V - 16
dalam
pemeliharaan
terjadi
kerusakan-kerusakan
akibat
kurang
sempurnanya mutu bahan yang digunakan, maka pihak pemborong harus segera
memperbaiki
dan
menyempurnakan
kembali
setelah
pihak
pemborong
V - 17
V - 18
V - 19
1. Pada keadaan apapun dimana pekerjaan yang telah dilaksanakan telah mendapat
persetujuan oleh direksi tidak berarti membedakan kontraktor atas tanggung
jawabnya kepada pekerjaan sesuai dengan isi kontrak.
2. Tenaga-tenaga kerja yang digunakan harus tenaga yang ahli atau terlatih dan
berpengalaman dalam bidangnya dan dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku serta petunjuk-petunjuk dari
direksi.
3. Kontraktor harus mengusahakan atas pertanggungjawaban, langkah-langkah,
peralatan yang perlu untuk melindungi pekerja-pekerja, atau bahan-bahan yang
digunakan agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diharapkan.
4. Kontraktor harus menyediakan perlengkapan-perlengkapan yang dibutuhkan
direksi untuk memperlancar pekerjaan serta menjamin kualitas pekerjaan.
5. Kontraktor harus selalu membuat laporan-laporan secara tertulis hal ikhwal yang
terjadi dalam angka pelaksanaan proyek kepada direksi secara periodik.
Pasal 26
Penyerahan Pekerjaan Pada Sub Kontraktor
1. Pada dasarnya pekerjaan harus diselesaikan oleh pihak kedua dan apbila bagianbagian pekerjaan tersebut oleh pihak kedua akan diborongkan kepada pihak ketiga
atau sub kontraktor dan golongan ekonomi lemah setempat, maka terlebih dahulu
mendapat persetujuan pihak kesatu atau direksi dan tanggung jawab penyelesaian
pekerjaan tetap di pihak kedua.
2. Apabila terdapat kepastian bahwa pihak kedua telah diborongkan pada pihak
ketiga tanpa persetujuan pihak kesatu, maka setelah pihak kesatu memberikan
pernyataan tertulis pada pihak pemborong, pihak kedua
harus mengembalikan
keadaan sehingga sesuai dengan perjanjian pemborong ini dan semua biaya yang
Laporan Tugas Akhir
V - 20
V - 21
pekerjaan-pekerjaan
persiapan
dan
perlengkapan
untuk
keperluan
V - 22
Pekerjaan persiapan yang harus dilakukan oleh pihak pemborong atau kontraktor
meliputi penyediaan air bersih dan pengadaan penerangan di lokasi proyek.
Pasal 4
Pekerjaan Pagar Proyek
1. Pagar pengaman dibuat sebagai batas bangunan (satu sisi) setinggi 2m terbuat
dari seng gelombang. Pada jalan keluar dibuat pintu yang kuat dan dapat dibuka
sempurna, serta dibuat pos penjagaan pada bagian tertentu.
2. Pagar proyek harus dijaga keutuhannya selama pembangunan.
3. Pembongkaran dilakukan setelah mendapat ijin dari pengawas dan bekas
pembongkaran pagar proyek menjadi milik pemborong.
Pasal 5
Gambar Gambar Pekerjaan
1. Gambar-gambar rencana pekerjaan.
Terdiri dari gambar bestek, gambar detail situasi dan lain sebagainya yang akan
disampaikan kepada pemborong atau kontraktor beserta dokumen-dokumen
lainnya. Kontraktor tidak boleh menambah atau mengurangi tanpa persetujuan dari
pemilik proyek atau direksi, gambar-gambar tersebut tidak boleh diserahkan
kepada pihak lain yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan borongan ini
atau digunakan untuk maksud-maksud lain.
2. Gambar-gambar tambahan.
Pemborong atau kontraktor harus membuat gambar detail (gambar kerja) yang
disahkan direksi, gambar-gambar tersebut menjadi milik direksi.
3. As-built drawing.
Yang dimaksud dengan as-built drawing adalah gambar-gambar yang disesuaikan
dengan yang dilaksanakan. Untuk pekerjaan ulang yang belum ada dalam bestek,
kontraktor harus membuat gambar-gambar yang sesuai dengan apa yang
dilaksanakan dan memperhatikan perbedaan antara gambar kontrak dan gambar
pelaksanaan. Gambar-gambar tersebut harus diserahkan rangkap tiga dan biaya
pembuatannya ditanggung oleh kontraktor.
4. Gambar-gamabar ditempat pekerjaan.
Pemborong harus menyimpan ditempat satu bendel gambar kontrak lengkap
termasuk RKS, Berita Acara Aanwijzing, Time Schedule dan semuanya dalam
keadaan baik (dapat dibaca dengan jelas), termasuk perubahan-perubahan terakhir
dalam masa pelaksanaan pekerjaan, hal ini untuk menjaga jika pemberi tugas atau
wakilnya sewaktu-waktu memerlukannya.
Laporan Tugas Akhir
V - 23
1. Areal tanah untuk daerah kerja pada dasarnya disediakan oleh Pemberi Tugas,
penggunaan daerah yang disediakan menjadi tanggung jawab dan atas usaha
pemborong.
2. Kontraktor harus menutup daerah kerja bagi umum untuk keamanan kerja alat dan
bahan selama pelaksanaan kerja berlangsung.
3. Pada daerah yang telah disediakan, pemborong harus merencanakan penggunaan
yang pada dasarnya akan membantu kelancaran pelaksanaan pekerjaan. Rencana
tersebut harus disetujui oleh direksi, sebelum penggunaan areal kerja.
4. Pemborong diharuskan membuat kantor lapangan, gudang dan sebagainya guna
menunjang pelaksanaan pekerjaan.
5. Sebelum pelaksanaan dimulai seluruh daerah kerja harus dibersihkan terlebih
dahulu.
Pasal 8
Peralatan Kerja
1. Pemborong harus menyediakan peralatan dengan baik dan siap dipakai yang
diperlukan untuk pekerjaan pembangunan.
2. Untuk pelaksanaan pekerjaan ini pemberi tugas atau direksi tidak menyediakan
atau meminjamkan atau menyewakan peralatan kerja.
3. Untuk pengamanan pelaksanaan pekerjaan kontraktor harus menyediakan alat-alat
keselamatan kerja sesuai dengan Peraturan Pemerintah yang berlaku.
Pasal 9
Pengukuran
1. Ukuran-ukuran, patokan-patokan dan ketinggian telah ditetapkan dalam gambargambar dan peil bangunan 0.00 diambil pada permukaan tanah asli.
V - 24
V - 25
dan
lain-lain
yang
dapat
mengganggu
konstruksi
yang
akan
dilaksanakan.
2. Penggalian tanah untuk saluran, pondasi harus dilakukan dengan kedalaman
sebagaimana tersebut dalam gambar, terkecuali ditetapkan lain oleh direksi
berkenaan dengan keadaan tanah setempat.
3. Lebar galian harus cukup memberikan ruang kerja yang sesuai dengan lebar
pondasi yang akan dibuat.
4. Kemiringan tebing harus dibuat sedemikian rupa agar tidak terjadi longsoran.
Apabila terpaksa dibuat curam, maka perlu diambil tindakan-tindakan pengamanan.
5. Dalam pekerjaan penggalian ini termasuk juga pekerjaan pembersihan segala apa
yang terdapat didalam tanah galian tersebut.
6. Untuk tanah galian yang tidak terpakai untuk timbunan tanah, maka harus dibuang
ketempat lain dan diatur sebaik-baiknya sesuai petunjuk direksi.
Laporan Tugas Akhir
V - 26
pelaksanaan
ditanggung
oleh
kontraktor
dengan
pengawasan
dari
pengawas. Pengetesan harus dilakukan dari material yang diambil dari tempat
penyimpanannya. Pengujian harus mengikuti ketentuan dalam PBI 71, terutama
untuk menentukan tingkat pengikatannya yang mana dapat diikuti tes dari ASTM C
227 dengan tidak memperlihatkan sesuatu yang merugikan beton dalam kurun
waktu sedikitnya 3 bulan.
V - 27
V - 28
c. Pasir paduan : Paduan dari pasir buatan dan pasir alam dengan perbandingan
campuran sehingga dicapai gradasi (susunan butiran) yang
dikehendaki.
2. Semua pasir alam yang dibutuhkan untuk pekerjaan pembangunan harus
disediakan oleh kontraktor dan dapat diperoleh dari sungai atau tempat lain sumber
alam yang disetujui. Jika pasir alam didapat dari sumber-sumber yang tidak dimiliki
atau dikuasai kontraktor, kontraktor harus mengadakan persetujuan dengan
pemiliknya dan harus membayar semua sewa atau lain-lain biaya yang
bersangkutan dengan hal tersebut.
3. Persetujuan untuk sumber-sumber pasir alam tidak dimaksudkan sebagai
persetujuan keseluruhan untuk semua bahan yang diambil dari alam tersebut, dan
kontraktor harus bertanggung jawab untuk kualitas satu demi satu dari bahan
sejenis yang dipakai dalam pekerjaan.
4. Pasir untuk beton, adukan dan grouting harus merupakan pasir alam, pasir hasil
pemecahan batu dapat pula digunakan untuk mencampur agar didapat gradasi
pasir yang baik. Pasir yang dipakai harus mempunyai kadar air yang merata, stabil
dan harus terdiri dari butiran yang keras, padat, tidak terselaput oleh material lain.
5. Pasir yang ditolak oleh pengawas harus segera disingkirkan dari lapangan kerja.
Dalam membuat adukan baik untuk plesteran maupun grouting, pasir tidak dapat
digunakan sebelum mendapat persetujuan pengawas mengenai mutu dan
jumlahnya.
Laporan Tugas Akhir
V - 29
V - 30
V - 31
V - 32
V - 33
secara
sebtral
atau
pada
batching
plant,
kontraktor
harus
menyediakan sarana agar proses pengadukan dapat diawasi dengan baik dari
tempat yang tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan pengadukan. Alat
pengaduk tidak boleh digunakan untuk mengaduk adukan dengan volume yang
melebihi kapasitasnya, kecuali diinstruksikan pengawas.
4. Alat pengaduk yang digunakan harus menunjukkan dengan jelas data-data dari
pabriknya yang menunjukkan :
Gross volume dari ruang pengaduk
Maksimum dan minimum kecepatan pengadukan dengan disertai data-data tentang
ruang pengaduk, sirip pengaduk dan lain-lain.
5. Alat pengaduk harus benar-benar kosong dan bersih sebelum diisi bahan-bahan,
dan harus segera dicuci bersih setelah selesai mengaduk. Pada saat memulai
pengadukan yang pertama-tama dengan beton molen yang bersih, harus
mengandung koral dengan jumlah perbandingan separuh dari jumlah perbandingan
normal untuk menjaga adanya material halus dan semen tertinggal melekat pada
bagian dalam beton molen. Juga lama pengadukan dengan kondisi pertama harus
dilakukan sedikitnya 1 menit lebih lama dari waktu pengadukan.
6. Pengadukan dengan cara manual tidak diperkenankan, terkecuali untuk jumlah
yang kecil sekali dan hal ini diperkenankan setelah mendapat persetujuan dari
Laporan Tugas Akhir
V - 34
jangan
sampai
terjadi
pemisahan
bahan-bahan
adukan
beton
(segregation), kehilangan unsur-unsur betonnya dan menjaga tidak timbulnya halhal negatif yang diakibatkan naiknya temperatur atau berubahnya kadar air pada
adukan. Adukan yang diangkut harus segera dituangkan pada formwork (bekisting)
yang sedekat mungkin dengan tujuan akhirnya untuk menjaga pengangkutan lebih
lanjut, serta penuangan adukan tidak diperkenankan dengan menjatuhbebaskan
adukan dengan tinggi jatuh lebih dari satu meter.
2. Alat-alat yang digunakan untuk mengangkut adukan beton harus terbuat dari metal
dengan permukaannya halus dan kedap air.
3. Adukan beton harus sampai ditempat dan dituangkan dengan kondisi benar-benar
merata (homogen), slump test yang dilakukan untuk sampel yang diambil pada
saat adukan dituangkan ke bekisting, harus tidak melewati batas-batas toleransi.
Pasal 20
Pengecoran
1. Sebelum adukan dituangkan pada bekistingnya, kondisi permukaan dalam dari
bekisting harus benar-benar bersih dari segala macam kotoran. Semua bekasbekas beton tercecer pada besi tulangan dan bagian dalam bekisting harus segera
dibersihkan.
2. Juga air yang tergenang pada bekisting harus segera dihilangkan. Aliran air yang
dapat mengalir ketempat beton dicor, harus cegah dengan mengadakan drainase
yang baik atau dengan metode lain yang disetujui pengawas untuk mencegah
jangan sampai beton yang baru dicor menjadi terkikis pada saat atau setelah
proses pengecoran.
Laporan Tugas Akhir
V - 35
adukan
beton
yang
sudah
diangkut
sama
sekali
tidak
diperkenankan. Adukan beton yang sudah terlanjur agak mengeras tapi belum
dicorkan harus segera dibuang.
8. Seluruh pekerjaan-pekerjaan beton harus diselesaikan segera sebelum adukannya
mulai mengeras dan segala langkah perlindungan harus segera dilakukan terhadap
beton yang baru dicor, dimulai saat-saat beton belum mengeras.
9. Dalam hal terjadinya kerusakan alat pada saat pengecoran, atau dalam hal
pelaksanaan suatu pengecoran tidak dapat dilaksanakan dengan menerus,
kontraktor harus segera memadatkan adukan yang sudah dicorkan sampai suatu
batas tertentu dengan kemiringan yang merata dan stabil saat beton masih dalam
keadaan
plastis.
Bidang
pengakhiran
ini
harus
dalam
keadaan
lembab
V - 36
V - 37
V - 38
V - 39
V - 40
: 3 hari
: 14 hari
: 21 hari
: 28 hari
Untuk kondisi-kondisi dimana pelat dan balok yang masih ada sistem lain
diatasnya, maka pembukaan bekisting dan penyangga harus dengan persetujuan
pengawas, dalam hal ini segala kemungkinan beton yang akan bekerja serta umur
beton yang terbebani harus ditinjau dengan teliti.
Pasal 28
Pekerjaan Besi Tulangan
Umum
Pemasangan besi tulangan harus mengikuti ketentuan-ketentuan dalam PBI 71. Besi
tulangan harus dipasang sesuai dengan gambar rencana atau seperti yang
diinstruksikan pengawas. Pengukuran pada pemasangan besi tulangan harus
dilakukan terhadap as dari besi tulangan. Besi tulangan yang terpasang harus sesuai
ukuran, bentuk panjang, posisi dan banyaknya yang akan diperiksa setelah kondisi
terpasang.
Pembersihan
Sebelum dipasang, besi tulangan harus dalam keadaan bersih, bebas dari karat,
kotoran, lemak atau material lain yang seharusnya tidak melekat pada besi tulangan
tadi yang dapat mengurangi atau menghilangkan lekatan antara beton dan besi
tulangan. Kebersihan ini harus dijaga sampai proses pengerasan beton.
Pembongkaran
V - 41
V - 42
V - 43
Adukan 1 semen : 2 pasir dipakai untuk plesteran rapat air dengan ditambah
cairan additive sebagai bonding agent yang setara dengan abacrete.
Adukan 1 semen : 2 pasir dipakai untuk plesteran seluruh dinding lainnya dengan
ditambah cairan additive sebagai bonding agent yang setara dengan abacrete.
Syarat-Syarat Pelaksanaan
V - 44
V - 45
V - 46
V - 47
Ratna
BAB VI
RENCANA ANGGARAN BIAYA
6.1
6.2
Jenis Bahan
Satuan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Batu kali
Kerikil
Batu bata
Pasir urug
Pasir pasang
Pasir beton
Kapur
Portland cement
Seng gelombang
Seng plat
Kayu dolken (8x10x400 cm)
Kayu kruing
Keramik (30x30 cm)
Besi
Kawat besi
Multipleks
Meni besi
Paving block
Kayu jati
Angkur
Kayu kamfer
Lem kayu
Kaca
Cat tembok
m3
m3
bh
m3
m3
m3
m3
zak
lbr
m'
btg
m3
m2
kg
kg
lbr
kg
bh
m3
bh
m3
ltr
m2
kg
Harga Satuan
Rp.
135.000
140.000
240
70.000
110.000
130.000
135.000
29.500
42.000
18.000
14.000
4.500.000
34.000
9.500
10.000
87.500
19.000
700
16.000.000
7.500
6.500.000
20.000
45.000
7.000
Jenis Bahan
Satuan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pekerja
Mandor
Tukang Kayu
Kepala Tukang Kayu
Tukang Batu
Kepala Tukang Batu
Tukang Besi
Kepala Tukang Besi
Tukang Cat
Kepala Tukang Cat
Org/hr
Org/hr
Org/hr
Org/hr
Org/hr
Org/hr
Org/hr
Org/hr
Org/hr
Org/hr
Harga Satuan
Rp.
22.500
35.000
35.000
40.000
35.000
40.000
35.000
40.000
32.000
40.000
VI - 1
Ratna
Upah
Kerja
Rp
4
No
Uraian Pekerjaan
Analisa / Satuan
2
PEKERJAAN PERSIAPAN
1,250
0,072
2,500
0,005
btg
m3
kg
m3
0,009
0,060
0,450
1,200
0,020
0,020
0,200
0,400
Hrg
Bahan
Rp
5
Jumlah
Rp
6
Kayu dolken
Kayu kruing
Portland cement
Pasir beton
14.000
63.000
737,5
130.000
17.500
4.536
1.843,75
650
17.500
4.536
1.843,75
650
m
kg
kg
lbr
org
Kerikil
Paku
Meni besi
Seng gelombang
Mandor
140.000
8.000
18.000
42.000
35.000
1.260
480
8.100
48.000
700
1.260
480
8.100
48.000
700
org
org
org
40.000
35.000
25.000
800
7.000
10.000
18.500
800
7.000
10.000
100.869,75
82.369,75
org
org
org
Mandor
Kep. Tukang kayu
Tukang kayu
35.000
40.000
35.000
1.750
2.000
1.750
1.750
2.000
1.750
0,100
org
Pekerja
25.000
2.250
2.250
7.750
7.750
m3
kg
m3
Kayu Kruing
Paku
Kayu papan Kruing
0,005
0,010
0,100
0,100
org
org
org
org
Mandor
Kep. Tukang kayu
Tukang kayu
Pekerja
63.000
8.000
4.500.000
35.000
40.000
35.000
25.000
756
160
31.500
175
400
3.500
2.500
6.575
II
PEKERJAAN TANAH
org
Pekerja
756
160
31.500
175
400
3.500
2.500
32.416
38.991
35.000
1.400
1.400
25.000
10.000
10.000
11.400
11.400
VI - 2
Ratna
org
org
35.000
25.000
665
4.800
665
4.800
5.465
5.465
1.750
12.500
1.750
12.500
14.250
14.250
Mandor
Pekerja
org
org
Mandor
Pekerja
35.000
25.000
m3
org
org
org
Pasir urug
Mandor
Pekerja
Kep. Tukang batu
70.000
35.000
25.000
40.000
350
6.750
12.000
84.000
350
6.750
12.000
0,300
org
Tukang batu
35.000
10.500
10.500
84.000
29.600
III
PEKERJAAN PASANGAN
bh
kg
m3
m3
org/hr
Batu bata
Portland cement
Pasir pasang
Kapur
Mandor
0,320
0,100
0,010
org/hr
org/hr
org/hr
Pekerja
Tukang batu
Kep. Tukang batu
113.600
16.800
3.318,5
5.500
2.025
240
737,5
110.000
135.000
35.000
525
16.800
3.318,5
5.500
2.025
525
25.000
35.000
40.000
8.000
3.500
400
8.000
3.500
400
12.425
2
84.000
27.643,5
40.068,5
m3
Tegel
0,020
0,016
0,032
0,025
0,025
zak
m3
m3
org
org
Portland cement
Kapur
Pasir pasang
Mandor
Kep. Tukang batu
0,250
0,500
org
org
Tukang batu
Pekerja
18.000
18.000
18.000
29.500
135.000
110.000
35.000
40.000
540
1.840
2.880
875
1.000
540
1.840
2.880
875
1.000
35.000
25.000
8.750
11.250
8.750
11.250
21.875
IV
kg
m3
Portland cement
Kerikil
737,5
130.000
23.260
45.135
171.100
67.600
171.100
67.600
VI - 3
Ratna
m
org
org
org
org
Pasir beton
Mandor
Kep.tukang batu
Tukang batu
Pekerja
140.000
35.000
40.000
35.000
25.000
109.200
2.800
1.000
6.750
41.250
53.800
1,050
kg
Besi
2,000
0,0003
0,0007
0,007
0,007
kg
org
org
org
org
Kawat beton
Mandor
Kep. Tukang besi
Tukang besi
Pekerja
7.000
8.000
35.000
40.000
35.000
25.000
7.350
120
120
10,5
28
245
175
7.470
7.928,5
160.000
32.000
10,5
28
245
175
m3
kg
org
org
Kayu cetakan
Paku
Mandor
Kep. Tukang kayu
5,000
2,000
org
org
Tukang besi
Pekerja
400.000
8.000
35.000
40.000
3.500
20.000
160.000
32.000
3.500
20.000
35.000
25.000
175.000
50.000
175.000
50.000
248.500
4
7.350
458,5
3
347.900
109.200
2.800
1.000
6.750
41.250
401.700
192.000
440.500
1 m2 bongkar bekisting
0,007
248.500
Pekerjaan cetakan
PEKERJAAN PLESTERAN
Plesteran 1 Pc : 3 Ps tebal 20 mm
9,300
kg
Portland cement
0,018
0,260
0,200
0,020
m3
org
org
org
Pasir pasang
Pekerja
Tukang batu
Kep. Tukang batu
0,013
org
Mandor
737,5
6.858,75
6.858,75
110.000
25.000
35.000
40.000
1.980
6.500
7.000
800
1.980
6.500
7.000
800
35.000
455
455
14.755
VI
PEKERJAAN KAYU
m3
0,300
6,000
20,00
2,000
org
org
org
org
Mandor
Pekerja
Tukang kayu
Kep. Tukang kayu
1.739,5
16.500.000
35.000
25.000
35.000
40.000
10.500
150.000
700.000
80.000
8.838,75
23.593,75
19.200.000
19.200.000
10.500
150.000
700.000
80.000
VI - 4
Ratna
0,0196
0,030
0,300
1,000
0,600
m3
kg
ltr
lbr
org
2,000
0,200
0,030
org
org
org
Tukang kayu
Kep. Tukang kayu
Mandor
15.000
127.400
240
6.000
65.000
15.000
35.000
40.000
35.000
70.000
8.000
1.050
70.000
8.000
1.050
198.640
292.690
227.500
227.500
m3
0,800
2,000
0,200
0,040
org
org
org
org
Pekerja
Tukang kayu
Kep. Tukang kayu
Mandor
6.500.000
25.000
35.000
40.000
35.000
20.000
70.000
8.000
1.400
20.000
70.000
8.000
1.400
227.500
326.900
m
kg
org
org
org
org
6.000.000
8.000
25.000
35.000
40.000
35.000
PEKERJAAN PENGECATAN
162.000
1.600
162.000
1.600
6.250
12.250
1.400
437,5
163.600
183.937,5
900
700
13.000
6.250
12.250
1.400
437,5
20.337,5
VII
0,100
0,100
0,260
0,020
kg
kg
kg
org
Plamir
Cat dasar
Cat penutup 2 kali
Pekerja
9.000
7.000
50.000
25.000
500
900
700
13.000
500
0,063
0,0063
0,0025
org
org
org
Tukang cat
Kep. Tukang cat
Mandor
35.000
40.000
25.000
2.205
252
87,5
2.205
252
87,5
3.044
2
127.400
240
6.000
65.000
6.500.000
8.500
20.000
65.000
25.000
99.400
4
20.140.500
94.050
3
19.200.000
14.600
17.644,5
kg
Cat meni
19.000
3.800
3.800
0,150
0,170
0,260
kg
kg
kg
Plamur
Cat dasar
Cat penutup 2 kali
12.000
13.000
27.000
1.800
2.210
7.020
1.800
2.210
7.020
VI - 5
Ratna
org
org
org
org
Mandor
Kep. Tukang cat
Tukang cat
Pekerja
35.000
40.000
35.000
25.000
87,50
240
3.675
1.750
2.392,5
VIII
1
17.222,5
35.000
11.000
35.000
11.000
46.000
10.000
700
800
700
58.200
bh
m3
Paving block
Pasir pasang
700
110.000
0,400
0,020
0,020
0,020
org
org
org
org
Pekerja
Mandor
Kep. Tukang batu
Tukang batu
25.000
35.000
40.000
35.000
I.
Pekerjaan Persiapan
1. Pagar Proyek
10.000
700
800
700
12.200
( 28 + 43,246 ) x 2 = 142,492 m
2. Pembersihan Lapangan =
( 28 x 43,246 )
= 1210,888 m2
3. Pemasangan bouwplank =
( 63 + 33 ) x 2
= 192,000 m
= 1 bh
Pekerjaan Tanah
=
635,860 m3
301,549 m3
1. Pekerjaan Galian
III.
14.830
6.4
II.
87,50
240
3.675
1.750
Pekerjaan Beton
1. Pekerjaan Plat Lantai
Lantai 1
Type Plat
Tebal
Lx
Ly
Jumlah
Volume
(m)
(m)
(m)
(buah)
(m3)
0,15
23
86,25
0,15
2,5
11
20,625
0,15
1,8
2,7
0,15
7,5
0,15
0,15
4,5
0,15
1,5
0,15
3,1
6,975
0,15
2,5
2,5
1,875
134,925
VI - 6
Ratna
Tebal
Lx
Ly
Jumlah
Volume
(m)
(m)
(m)
(buah)
(m3)
0,15
22
82,5
0,15
2,5
11
20,625
0,15
1,8
2,7
0,15
7,5
0,15
0,15
4,5
0,15
1,5
122,325
Lantai 5
Type Plat
Tebal
Lx
Ly
Jumlah
Volume
(m)
(m)
(m)
(buah)
(m3)
0,15
23
86,25
0,15
2,5
11
20,625
0,15
1,8
2,7
0,15
7,5
0,15
0,15
4,5
0,15
1,5
126,075
Jumlah
Volume
(m)
(m)
(m)
(buah)
(m3)
BA 1
10
0,2
0,4
11
8,8
BA 2
0,15
0,3
0,45
BA 3
2,5
0,3
0,5
0,75
BA 4
5,3
0,3
0,65
2,067
BA 5
5,14
0,3
0,60
1,850
13,917
Lantai 1
Type
Jumlah
Volume
(m)
(m)
(m)
(buah)
(m3)
BI 1
10
0,3
0,48
12
17,28
BI 2
0,3
0,48
39
28,08
BI 3
2,5
0,3
0,48
14
5,04
VI - 7
Ratna
5,3
0,3
0,48
1,53
BI 5
5,14
0,3
0,48
1,48
BI 6
5,1
0,3
0,48
2,94
BI 7
1,8
0,3
0,48
0,52
BI 8
0,3
0,48
0,86
BI 9
0,3
0,48
1,15
58,88
Jumlah
Volume
(m)
(m)
(m)
(buah)
(m3)
BI 1
10
0,3
0,48
12
17,28
BI 2
0,3
0,48
39
58,88
BI 3
2,5
0,3
0,48
14
5,04
BI 4
5,3
0,3
0,48
1,53
BI 5
5,14
0,3
0,48
1,48
BI 6
5,1
0,3
0,48
2,94
BI 7
1,8
0,3
0,48
0,52
BI 8
0,3
0,48
0,86
BI 9
0,3
0,48
1,15
89,68
4. Pekerjaan Kolom
Lantai 1 Lantai 2
Type
Jumlah
Volume
(m)
(m)
(m)
(buah)
(m3)
K1
0,8
0,8
19,24
K2
0,6
0,6
14
20,16
K2A
0,6
0,6
5,76
K3
0,4
0,4
2,56
K4
0,3
0,7
1,68
K4A
0,6
0,6
5,76
K5
0,4
0,8
12
15,36
K5A
0,4
0,8
10,24
K5B
0,4
0,8
2,56
K6
0,25
0,7
5,6
K7
0,3
0,7
6,72
KL
0,35
0,35
12
5,88
KL1
0,3
0,4
1,92
103,84
VI - 8
Ratna
Jumlah
Volume
(m)
(m)
(m)
(buah)
(m3)
K1
0,75
0,75
10
20,76
K2
0,5
0,5
21
18,48
K2A
0,6
0,6
6,88
K4
0,3
0,7
2,52
K4A
0,6
0,6
7,76
K5A
0,4
0,7
12
12,80
KL
0,35
0,35
18
8,82
KL1
0,3
0,4
2,88
80,90
5. Pekerjaan Tangga
Type
Jumlah
Volume
(m)
(m)
(m)
(buah)
(m3)
Bordes
1,4
0,12
12
6,048
Tangga
1,3
0,3
0,17
144
9,547
Plat tangga
4,12
1,3
0,12
12
7,713
23,308
6. Pekerjaan Poer
Type
Jumlah
Volume
(m)
(m)
(m)
(buah)
(m3)
4,9
2,4
0,6
12
98,78
5,4
2,4
0,6
15,55
2,4
2,4
0,6
27,65
3,6
1,8
0,6
7,78
2,7
2,7
0,6
17,5
1,3
1,3
0,6
2,03
169,29
7. Pekerjaan Pondasi
Type
Diameter
Jumlah
Kedalaman
Volume
(m)
(buah)
P1
2,2
28
2,45
150,92
P2
2,2
2,45
43,12
P3
1,6
2,45
15,68
P4
2,5
2,45
24,5
P5
1,1
2,45
5,39
239,61
VI - 9
Ratna
IV.
Panjang
Jumlah
Volume
(m)
(m)
(m)
(buah)
(m3)
0,35
0,45
7,6
7,18
0,35
0,45
2,65
1,67
0,35
0,45
2,6
25
10,24
0,35
0,45
2,3
1,09
0,35
0,45
3,7
0,58
0,35
0,45
3,15
0,99
0,35
0,45
3,08
0,97
0,35
0,45
2,98
0,94
0,35
0,45
7,9
2,49
10
0,35
0,45
7,45
4,69
11
0,35
0,45
2,45
1,54
12
0,35
0,45
1,45
0,46
13
0,35
0,45
2,9
1,83
61
34,67
Pekerjaan Pembesian
1. Kolom
Tulangan Utama
Lt.
1
2
3
4
5
(mm)
Jumlah
Tul.
(btg)
Jumlah
Kolom
(btg)
10
4700
12
24
4039,142
K2
10
4900
12
20
3509,184
K5
10
4000
190,876
K3
10
4700
16
24
5385,523
Type
Panjang
(m)
K1
Volume
(kg)
K4A
10
4900
16
20
4678,912
K4
10
4700
20
24
6731,904
K5A
10
4900
24
20
7018,368
K1
10
4700
24
24
8078,285
K2
10
4900
24
20
7018,368
K2
10
5000
16
24
5729,28
K1
10
5250
12
20
3759,84
10 = 0,627 kg/m
VI - 10
Ratna
Lt Kolom b
h
p
Sk
mm mm mm mm
K1
500 500 40 10
Joint 500 500 40 10
1 K2
500 500 40 10
Joint 500 500 40 10
K5
250 250 30 10
Joint 250 250 30 10
K3
500 500 40 10
2 Joint 500 500 40 10
K4A 500 500 40 10
Joint 500 500 40 10
K4
500 500 40 10
3 Joint 500 500 40 10
K5A 500 500 40 10
Joint 500 500 40 10
K1
500 500 40 10
4 Joint 500 500 40 10
K2
500 500 40 10
Joint 500 500 40 10
K2
500 500 40 10
5 Joint 500 500 40 10
K1
500 500 40 10
Joint 500 500 40 10
10 = 0,627 kg/
Pjg
Sk
mm
1680
1680
1680
1680
760
760
1680
1680
1680
1680
1680
1680
1680
1680
1680
1680
1680
1680
1680
1680
1680
1680
Tinggi
Jarak Sk
Jml Sk
Jml
Tump Lap Tump Lap Tump Lap Klm Vol.
mm mm mm mm Btg Btg buah
kg
2200 2200 50
100
45
23
24 1719,08
5
24
126,40
2200 200 50
200
45
12
20 1200,83
9
20
189,60
2200 200 50
100
45
23
2
3
2
0,00
2200 200 100 200
23
12
24
884,82
5
24
126,40
2200 200 75
150
30
16
20
969,09
9
20
189,60
2200 200 100 200
23
12
24
884,82
4
24
101,12
2200 200 75
150
30
16
20
969,09
8
20
168,54
2200 200 100 150
23
12
24
884,82
3
24
75,84
2200 200 75
200
30
16
20
969,09
8
20
168,54
2200 200 100 200
23
12
24
884,82
3
24
75,84
2200 200 75
150
30
16
20
969,09
5
20
105,34
2. Balok Anak
Tulangan Utama
Lt
1
2
3
4
5
mm
mm
16
5000
16
5000
16
5000
16
5000
12
5000
16 = 1,578 kg/m
12 = 0,888 kg/m
Tul. Tump
Atas
4
4
4
4
4
Bawah
2
2
2
2
2
Tul. Lap
Atas
2
2
2
2
2
Bawah
4
4
4
4
4
Jml
Balok
Buah
11
11
11
11
11
Pjg Tul
Volume
Tump Lap
mm
mm
kg
2500 2500 520,740
2500 2500 520,740
2500 2500 520,740
2500 2500 520,740
2500 2500 293,040
VI - 11
Ratna
Pjg
Panjang
Jarak Sk
Jml Sk
Jml
L
b
h
p
Sk Sk Tump Lap Tump Lap Tump Lap Balok Vol.
mm mm mm mm mm mm mm mm mm mm
Btg Btg buah
kg
5000 200 300 20 10 1040 2500 2500 100
200
26
14
11 180,752
20
200
26
14
11
180,752
20
200
26
14
11
180,752
20
200
26
14
11
180,752
20
200
26
14
11
180,752
Lt
10 = 0,627 kg/m
3. Balok induk
Tulangan
Tulangan
Tumpuan
Lapangan
Lt
mm mm Atas Bwh Atas Bwh
22
5000
5
3
2
2
5000
3
2
2
2
22 10000
8
5
3
5
10000
5
3
2
3
1
22
2500
5
3
2
2
2500
3
2
2
2
22
1800
4
3
2
2
22
3000
4
3
2
2
22
4000
4
3
2
2
D
22
22
2
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
Tul.
Jml
Bagi
Balok
D
Pjg
buah
10 5000
24
10 5000
20
10 10000
10
10 10000
2
10 2500
10
10 2500
2
10 1800
2
10 3000
2
10 4000
2
Tump
2500
2500
5000
5000
1250
1250
900
1500
2000
Pjg Tul.
5000
5000
10000
10000
2500
2500
1800
3000
4000
5
3
8
5
5
3
4
5
5
3
2
5
3
3
2
3
3
3
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
5
3
2
3
2
2
2
10 5000
10 5000
10 10000
10 10000
10 2500
10 2500
10 1800
10 3000
10 4000
24
20
10
2
10
2
2
2
2
2500
2500
5000
5000
1250
1250
900
1500
2000
5000
5000
10000
10000
2500
2500
1800
3000
4000
5
3
8
5
5
3
4
5
5
3
2
5
3
3
2
3
3
3
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
5
3
2
3
2
2
2
10 5000
10 5000
10 10000
10 10000
10 2500
10 2500
10 1800
10 3000
10 4000
24
20
10
2
10
2
2
2
2
2500
2500
5000
5000
1250
1250
900
1500
2000
Volume
Lap
kg
2500 2.223,72
2500 1.405,50
5000 3.195,90
5000
400,46
1250
463,28
1250
77,74
900
61,34
1500
102,23
2000
136,31
8.066,48
2500 2.223,72
2500 1.405,50
5000 3.195,90
5000
400,46
1250
463,28
1250
77,74
900
61,34
1500
111,19
2000
148,25
8.087,36
2500 2.223,72
2500 1.405,50
5000 3.195,90
5000
400,46
1250
425,98
1250
77,74
900
61,34
1500
102,23
2000
136,31
8.029,18
VI - 12
Ratna
22
22
22
22
19
19
19
19
19
19
5000
5000
10000
10000
2500
2500
1800
3000
4000
5
2
7
5
3
2
3
3
3
3
2
4
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
5
3
2
2
2
2
2
10 5000
10 5000
10 10000
10 10000
10 2500
10 2500
10 1800
10 3000
10 4000
24
20
10
2
10
2
2
2
2
2500
2500
5000
5000
1250
1250
900
1500
2000
5000
5000
10000
10000
2500
2500
1800
3000
4000
5
3
5
3
3
3
3
3
3
3
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
3
3
5
3
3
3
3
3
3
10 5000
10 5000
10 10000
10 10000
10 2500
10 2500
10 1800
10 3000
10 4000
24
20
10
2
2
2
2
2
2
2500
2500
5000
5000
1250
1250
900
1500
2000
2500 2.223,72
2500 1.256,30
5000 2.897,50
5000
400,46
1250
351,38
1250
62,82
900
55,97
1500
84,33
2000
112,44
7.444,91
2500 2.402,76
2500 1.554,70
5000 2.449,90
5000
310,94
1250
388,68
1250
77,74
900
55,97
1500
93,28
2000
124,38
7.458,34
22 = 2,984 kg/m
19 = 2,226 kg/m
VI - 13
Ratna
VI - 14
Ratna
VI.
VII.
723,168 m2
2. Lantai 2
883,872 m2
3. Lantai 3
810,216 m2
4. Lantai 4
( 4,4 x 22 x 4,4 )
425,92 m2
5. Lantai 5
( 4,4 x 22 x 4,4 )
425,92 m2
3269,069 m2
(150,660 x 2) + 806,916 =
1108,236 m2
2. Lantai 2
(200,880 x 2) + 806,916 =
1208,676 m2
3. Lantai 3
(184,140 x 2) + 583,355 =
951,635 m2
4. Lantai 4
(96,800 x 2) + 586,586 =
780,186 m2
5. Lantai 5
96,800 + 586,586
683,386 m2
4732,119 m2
3370,359 m2
20,092 m3
481,380 m2
56,000 m2
VIII.
Pekerjaan Kayu
4. Langit-langit
IX.
X.
4686,090 m2
Pekerjaan Pengecatan
1. Cat tembok
= 10774,800 m2
2. Cat kayu
909,848 m2
285,531 m2
VI - 15
Ratna
Volume
Sat
142,492
1,000
1210,888
1,000
1,000
192,000
1,000
1,000
m
ls
m2
ls
ls
m
bh
ls
Harga Satuan
Harga
Rp
Rp
PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Pagar Proyek
2. Pengukuran
3. Pembersihan Lahan
4. Fasilitas Kerja
5. Mobilisasi Bahan dan alat
6. Pemasangan Bouwplank
7. Pekerjaan papan nama
8. Administrasi dan dokumentasi
100.869,75
3.000.000,00
7.750,00
15.000.000,00
10.000.000,00
38.991,00
100.000,00
5.000.000,00
14.373.132,42
3.000.000,00
9.384.382,00
15.000.000,00
10.000.000,00
7.486.272,00
100.000,00
5.000.000,00
64.343.786,42
No
II
Jenis Pekerjaan
Volume
Sat
Harga Satuan
Harga
Rp
Rp
PEKERJAAN TANAH
1.Galian tanah biasa
2.Mengurug tanah kembali
3.Tanah diratakan dan dipadatkan
4.Urugan pasir
635,860
301,549
301,549
301,549
m3
3
m
m3
m3
11.400,00
5.465,00
14.250,00
113.600,00
7.248.804,00
1.647.965,29
4.297.073,25
34.255.966,40
47.449.808,94
No
III
Jenis Pekerjaan
Volume
Sat
Harga Satuan
Harga
Rp
Rp
PEKERJAAN PONDASI
1. Pekerjaan beton
a. Pile cap
b. Sloof
c. Pondasi
2. Pekerjaan pembesian
a. Pile cap
b. Sloof
c. Pondasi
3. Pekerjaan cetakan beton
a. Pile cap
b. Sloof
c. Pondasi
4. Pekerjaan pembongkaran cetakan
a. Pile cap
b. Sloof
c. Pondasi
169,290
34,670
239,610
m3
m3
m3
401.700,00
401.700,00
401.700,00
68.003.793,00
13.926.939,00
96.251.337,00
13.898,393
15.753,887
21.110,714
kg
kg
kg
7.928,50
7.928,50
7.928,50
110.934.408,90
124.904.693,10
167.376.295,90
3
169,290 m
3
34,670 m
3
239,610 m
440.500,00
440.500,00
440.500,00
74.572.245,00
15.272.135,00
105.548.205,00
3
169,290 m
3
34,670 m
3
239,610 m
1.739,50
1.739,50
1.739,50
294.479,96
60.308,47
416.801,60
1.035.420.436,00
VI - 16
Ratna
IV
Jenis Pekerjaan
Volume
Harga Satuan
Harga
Rp
Rp
Sat
PEKERJAAN STRUKTUR
1. Lantai 1
a. Pekerjaan beton
Kolom
Balok Induk
Balok anak
Pelat lantai
Tangga
b. Pekerjaan tulangan besi
Kolom
Balok Induk
Balok anak
Pelat lantai
Tangga
c. Pekerjaan cetakan beton
Kolom
Balok Induk
Balok anak
Pelat lantai
Tangga
d. Pekerjaan bongkar cetakan
Kolom
Balok Induk
Balok anak
Pelat lantai
Tangga
103,84
148,56
13,917
134,925
23,308
m3
m3
m3
3
m
m3
401.700,00
401.700,00
401.700,00
401.700,00
401.700,00
41.712.528,00
59.676.552,00
5.590.458,90
54.199.372,50
9.362.823,6
10.975,112
8.066,48
701,492
13.256,19
265,638
kg
kg
kg
kg
kg
7.928,50
7.928,50
7.928,50
7.928,50
7.928,50
87.016.175,49
63.955.086,68
5.561.779,32
105.101.702,40
2.106.047,46
103,84
148,56
13,917
134,925
23,308
m3
m3
m3
m3
m3
440.500,00
440.500,00
440.500,00
440.500,00
440.500,00
45.741.520,00
65.440.680,00
6.130.438,50
59.434.462,50
10.267.174,00
103,84
148,56
13,917
134,925
23,308
m3
m3
m3
m3
m3
1.739,50
1.739,50
1.739,50
1.739,50
1.739,50
180.629,68
258.420,12
24.208,62
234.702,04
40.544,27
489.277.610,59
2. Lantai 2
a. Pekerjaan beton
Kolom
Balok Induk
Balok anak
Pelat lantai
Tangga
b. Pekerjaan tulangan besi
Kolom
Balok Induk
Balok anak
Pelat lantai
Tangga
c. Pekerjaan cetakan beton
Kolom
Balok Induk
Balok anak
Pelat lantai
Tangga
103,84
148,56
13,917
122,325
23,308
m3
m3
m3
m3
m3
401.700,00
401.700,00
401.700,00
401.700,00
401.700,00
41.712.528,00
59.676.552,00
5.590.458,90
49.137.952,50
9.362.823,60
12.234,35
8.807,36
701,492
12.196,56
265,63
kg
kg
kg
kg
kg
7.928,50
7.928,50
7.928,50
7.928,50
7.928,50
97.000.043,98
69.829.153,76
5.561.779,32
96.700.425,96
2.106.047,46
103,84
148,56
13,917
122,325
23,308
m3
m3
m3
m3
m3
440.500,00
440.500,00
440.500,00
440.500,00
440.500,00
45.741.520,00
65.440.680,00
6.130.438,50
53.884.162,50
10.267.174,00
VI - 17
Ratna
103,84
148,56
13,917
122,325
23,308
m3
m3
m3
m3
m3
1.739,50
1.739,50
1.739.50
1.739,50
1.739,50
180.629,68
258.420,12
24.208,62
212.784,34
40.544,27
618.858.327,51
3. Lantai 3
a. Pekerjaan beton
Kolom
Balok Induk
Balok anak
Pelat lantai
Tangga
b. Pekerjaan tulangan besi
Kolom
Balok Induk
Balok anak
Pelat lantai
Tangga
c. Pekerjaan cetakan beton
Kolom
Balok Induk
Balok anak
Pelat lantai
Tangga
d. Pekerjaan bongkar cetakan
Kolom
Balok Induk
Balok anak
Pelat lantai
Tangga
80,90
148,56
13,917
122,325
23,308
m3
m3
m3
m3
m3
401.700,00
401.700,00
401.700,00
401.700,00
401.700,00
32.497.530,00
59.676.552,00
5.590.458,90
49.137.952,50
9.362.823,60
15.873,85
8.029,18
701,49
12.196,56
265,63
kg
kg
kg
kg
kg
7.928,50
7.928,50
7.928,50
7.928,50
7.928,50
125.855.819,70
63.659.353,63
5.561.779,32
96.700.425,96
2.106.047,46
80,90
148,56
13,917
122,325
23,308
m3
m3
m3
m3
m3
440.500,00
440.500,00
440.500,00
440.500,00
440.500,00
35.636.450,00
65.440.680,00
6.130.438,50
53.884.162,50
10.267.174,00
80,90
148,56
13,917
122,325
23,308
m3
m3
m3
m3
m3
1.739,50
1.739,50
1.739,50
1.739,50
1.739,50
140.725,55
258.420,12
24.208,62
212.784,34
40.544,27
618.858.327,51
4. Lantai 4
a. Pekerjaan beton
Kolom
Balok Induk
Balok anak
Pelat lantai
Tangga
b. Pekerjaan tulangan besi
Kolom
Balok Induk
Balok anak
Pelat lantai
Tangga
c. Pekerjaan cetakan beton
Kolom
80,90
148,56
13,917
122,325
23,308
m3
m3
m3
m3
m3
401.700,00
401.700,00
401.700,00
401.700,00
401.700,00
32.497.530,00
59.676.552,00
5.590.458,90
49.137.952,50
9.362.823,60
17.194,95
7.444,91
701,49
12.196,56
265,63
kg
kg
kg
kg
kg
7.928,50
7.928,50
7.928,50
7.928,50
7.928,50
136.330.161,10
59.026.968,94
5.561.763,47
96.700.425,96
2.106.047,46
80,90
m3
440.500,00
35.636.450,00
VI - 18
Ratna
148,56
13,917
122,325
23,308
m3
m3
m3
m3
440.500,00
440.500,00
440.500,00
440.500,00
65.440.680,00
6.130.438,50
53.884.162,50
10.4267.174,00
80,90
148,56
13,917
122,325
23,308
m3
m3
m3
m3
m3
1.739,50
1.739,50
1.739,50
1.739,50
1.739,50
140.725,55
258.420,12
24.208,62
212.784,34
40.544,27
722.026.271,83
5. Lantai 5
a. Pekerjaan beton
Kolom
Balok Induk
Balok anak
Pelat lantai
b. Pekerjaan tulangan besi
Kolom
Balok Induk
Balok anak
Pelat lantai
c. Pekerjaan cetakan beton
Kolom
Balok Induk
Balok anak
Pelat lantai
d. Pekerjaan bongkar cetakan
Kolom
Balok Induk
Balok anak
Pelat lantai
80,90
148,56
13,917
126,075
m3
m3
m3
m3
401.700,00
401.700,00
401.700,00
401.700,00
32.497.530,00
59.676.552,00
5.590.458,90
50.644.327,50
11.524,21
7.458,34
473,792
12.196,56
kg
kg
kg
kg
7.928,50
7.928,50
7.928,50
7.928,50
91.369.698,99
59.133.448,69
3.756.459,87
96.700.425,96
80,90
148,56
13,917
126,075
m3
m3
m3
m3
440.500,00
440.500,00
440.500,00
440.500,00
35.636.450,00
65.440.680,00
6.130.438,50
55.536.037,50
80,90
148,56
13,917
126,075
m3
m3
m3
m3
1.739,50
1.739,50
1.739,50
1.739,50
140.725,55
258.420,12
24.208,62
219.307,46
562.755.169,66
No
Jenis Pekerjaan
V PEKERJAAN FINISHING
1. Pekerjaan pasangan
a. Pasangan batu bata
b. Keramik
2. Pekerjaan plesteran
3. Pekerjaan kayu
a. Kusen-kusen pintu / jendela
b. Daun pintu / jendela kaca
c. Langit-langit
4. Pekerjaan pengecatan
a. Cat tembok
b. Cat kayu / besi
Volume
Sat
Harga Satuan
Harga
Rp
Rp
729,28
3.370,36
4.732,12
m3
m2
m2
40.068,50
45.135,00
23.593,75
29.221.155,68
152.121.198,60
111.648.456,30
20,09
481,38
4.686,09
m3
m3
lbr
20.140.500,00
326.900,00
183.937,50
404.622.645,00
157.363.122,00
861.947.679,40
10.774,80
909,85
m2
m2
17.644,50
17.222,50
190.115.958,60
15.669.891,63
VI - 19
Ratna
ls
ls
bh
bh
titik
titik
bh
5.000.000,00
10.000.000,00
50.000,00
5.000,00
50.000,00
4.500,00
10.000,00
5.000.000,00
10.000.000,00
2.500.000,00
50.000,00
6.000.000,00
337.500,00
750.000,00
2,00 unit
35,00 unit
35,00 bh
205.000
55.000,00
200.000,00
410.000,00
175.000,00
7.000.000,00
bh
ls
ls
m2
ls
630.000,00
25.000.000,00
5.000.000,00
58.200,00
1.000.000,00
9.450.000,00
25.000.000,00
5.000.000,00
16.617.846,00
1.000.000,00
1,00
1,00
5,00
10,00
120,00
75,00
75,00
15,00
1,00
1,00
285,53
1,00
7.497.020.333,00
6.6
No
Jenis Pekerjaan
Harga (Rp)
Pekerjaan Persiapan
64.449.786,42
II
Pekerjaan Tanah
47.449.808,94
III
Pekerjaan Pondasi
1.035.420.436,00
IV
Pekerjaan Struktur
3.015.101.710,56
Pekerjaan Finishing
7.497.020.333,00
Sub Total
11.659.442.074,92
PPN 10%
1.165.944.207,00
Total
12.825.386.281,92
Dibulatkan
12.825.387.000,00
Terhitung :
Dua belas milyard delapan ratus dua puluh lima juta tiga ratus delapan
puluh tujuh ribu rupiah
VI - 20
BAB VII
PENUTUP
7.1
KESIMPULAN
Dari hasil perhitungan pada analisis pondasi sarang laba-laba pada gedung
Bank Negara Indonesia 1946 Tbk Wilayah 05 Semarang, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Daya dukung tanah KSLL (qa) sebesar 93,46 t/m2.
Daya dukung yang dihasilkan menjadi lebih besar dari 1,5 kali daya dukung pada
pondasi rakit. Hal ini disebabkan bekerjanya faktor-faktor yang menguntungkan
dari Konstruksi Sarang Laba-Laba (KSLL) :
Bekerjanya tegangan geser pada rib settlement terluar dari Konstruksi Sarang
Laba-Laba.
Penyebaran beban dimulai dari dasar pelat yang terletak di bagian atas rib,
sehingga beban yang timbul sudah merata pada lapisan pendukung.
2. Tebal ekivalen :
Rib konstruksi
= 135 cm
VII - 1
4 16
10 15 cm
200
10 15 cm
4 19
As = 4 16
As = 4 19
15
Rib Settlement
10 15 cm
15
4 16
10 15 cm
250
10 15 cm
4 19
As = 4 16
As = 4 19
15
VII - 2
64.449.786,42
b) Pekerjaan Tanah
: Rp.
47.449.808,94
c) Pekerjaan Pondasi
: Rp. 1.035.420.436,00
d) Pekerjaan Struktur
: Rp. 3.015.101.710,56
e) Pekerjaan Finishing
: Rp. 7.497.020.333,00
7.2
SARAN
Dari hasil analisis terhadap tugas akhir ini, maka diberikan beberapa saran
VII - 3
1. Atmanto, Indrastono, Ir., Diktat Kuliah Mekanika Getaran dan Gempa, Himpunan
Mahasiswa Sipil, Semarang, 2005.
2. Bowles, Joseph E., Analisa dan Desain Pondasi Edisi Keempat Jilid I, Erlangga,
Jakarta, 1992.
3. DAS, Braja M., Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid 1,
Erlangga, Jakarta, 1991.
4. DAS, Braja M., Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid 2,
Erlangga, Jakarta, 1993.
5. Hardiyanto, Christady, H., Mekanika Tanah I, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 1987.
6. Indarto, Himawan, Ir., MS., Diktat Mata Kuliah Mekanika Getaran dan Gempa,
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang, 2005.
7. Kusuma, Gideon H., Ir., M.Eng., dan Andriono, Takim, Dr., Ir., Desain Struktur
Rangka Beton Bertulang di Daerah Rawan Gempa Edisi Kedua Seri Beton 3,
Erlangga, Jakarta, 1993.
8. Peck, Ralph B, Teknik Fondasi, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1986.
9. Rekayasa Fundasi II (Fundasi Dangkal dan Fundasi Dalam), Penerbit Gunadarma,
Jakarta, 1997.
10. Ryantori, Ir., dan Sutjipto, Ir., Konstruksi Sarang Laba-Laba, Penerbit PT.
Dasaguna, Surabaya, 1984.
11. Sunggono, Ir., K.H., Mekanika Tanah, Nova, Jakarta, 1984.
12. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SKSNI T15-199103, Jakarta, 1997.
13. Terzaghi, Karl, Mekanika Tanah Dalam Praktek Rekayasa Jilid 1, Erelangga,
Jakarta, 1987.
14. Udiyanto, Ir., Menghitung Beton Bertulang, Biro Pengembangan Profesionalisme
Sipil Universitas Diponegoro, Semarang, 2000.
15. Vis, Ir., W.C., dan Kusuma, Gideon H., Ir., M.Eng., Grafik dan Tabel Perhitungan
Beton Bertulang Seri Beton 4, Erlangga, Jakarta, 1997.
16. Wesley, L.d., Mekanika Tanah, Badan Penerbit Umum, Jakarta, 1987.
17. Widjatmoko, Ir., Struktur Beton, Badan Penerbit Universitas Semarang, Semarang,
1999.
xii