sensitifitas dan spesifisitas juga uji ramal positif dan uji ramal negatif. dimana
sensitifitas dan spesifisitas 100%. Uji tuberkulin dilaporkan mempunyai hasil negatif
10-25% maka uji tuberkulin dapat diulang 3 bulan setelah suntikan pertama. Hasil uji
tuberkulin yang positif dapat diartikan sebagai seseorang tersebut sedang terinfeksi
basil TB. Hasil yang dilaporkan adalah indurasi lokal (bukan kemerahan) dengan
palpasi, diameter transversal dan dicatat dalam millimeter. Interpretasi ukuran
diameter uji tuberkulin. Dengan dasar sensitifitas dan spesifisitas, prevalensi TB
masing-masing kelompok dapat dibedakan. Terdapat 3 cut-off point yang
direkomendasikan untuk mengartikan reaksi uji tuberkulin.
Indurasi 5mm
Close contac dgn
individu yang
diketahui/suspek TB
dalam waktu 2 tahun.
Suspek TB aktif dengan
bukti dari klinis dan
radiologis.
Terinfeksi HIV
Individu dengan
perubahan radiologis
berupa fibrotik, tanda TB
Individu yang
transplantasi organ dan
imuncompromised.
Indurasi 10mm
Datang dari daerah
dengan prevalensi tinggi
TB
Individu dengan HIV
negatip tetapi pengguna
napza
Konversi uji tuberkulin
menjadi 10 mm dalam 2
tahun
Individu dengan kondisi
klinis yang merupakan
resiko tinggi TB :
DM, malabsorbsi, crf,
tumor di leher dan
kepala, leukemia,
lymphoma, penurunan
bb > 10% dan silikosis
Indurasi 15mm
Bukan resiko tinggi
tertular TB
Konversi uji tuberkulin
menjadi > 15 mm
setelah 2 tahu
Diagnosis TB
Diagnosis pasti TB ditegakkan dengan ditemukannya M. Tuberculosis pada
pemeriksaan sputum atau bilasna lambung, cairan serebrospinal , cairan pleura
atau pada biopsi jaringan. Kesulitan menegakkan diagnosa pasti pada anak yaitu
sedikitnya jumlah kuman (paucibaciliary) dan sulitnya pengambilan sputum
Pertimbangkan tuberkolosis pada anak jika :
Anamnesis
Gejala sistemik/umum TB anak adalah sebagai berikut:
1. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau berat badan tidak naik
dengan adekuat atau tidak naik dalam 1 bulan setelah diberikan upaya
perbaikan gizi yang baik.
2. Demam lama (>2 minggu) dan atau berulang tanpa sebab yang jelas
(bukan demam tifoid, infeksi saluran kemih, malaria, dan lain-lain).
Demam umumnya tidak tinggi.
3. batuk lama >3 minggu, batuk bersifat non-remitting (tidak pernah reda
atau intensitas semakin lama semakin parah) dan sebab lain batuk telah
dapat disingkirkan. dengan atau tanpa wheeze.
4. Riwayat kontak dengan pasien TB paru dewasa
5. Nafsu makan tidak ada (anoreksia) atau berkurang, disertai gagal tumbuh
(failure to thrive).
6. Lesu atau malaise, anak kurang aktif bermain.
7. Diare persisten/menetap (>2 minggu) yang tidak sembuh dengan
pengobatan baku diare.
Pemeriksaan Fisik
1. Pembesaran kelenjar limfe leher, aksila, dan inguinal
2. Pembengkan progresif atau deformitas tulang, sendi, lutut dan phalang
3. Uji Tuberkulin. Biasanya positif pada anak TB paru tetapi bisa negatif pada
anak dengan TB milier atau yang juga menderita HIV/AIDS, gizi buruk atau
baru menderita campak.
4. Pengukuran berat badan menurut umur atau lebih baik pengukuran berat
badan menurut panjang atau tinggi badan.
Sistem Skoring TB
Catatan
Diagnosis sitem skoring ditegakkan oleh dokter
Jika dijumpai skrofuloderma (TB pada kelenjar dan kulit) pasien langsung
didiagnosis tuberkolosis
Berat badan dinilai saat pasien datang
Demam dan batuk tidak respon terhadap terapi sesuai baku puskesmas
Foto dada bukan alat diagnostik utama pada TB Anak
Semua anak dengan Reaksi cepat BCG (Reaksi lokal timbul <7 hari setelah
penyuntikan harus dievaluasi dengan sistem skoring Tb anak
Anak didiagnosis TB jika jumlah skor 6 (skor maksimal 13)
Pasien usia balita yang mendapat skor 5, dirujuk ke RS untuk evaluasi
lebh lanjut.
Patofisiologi DHF
Patofisiologi DHF