Anda di halaman 1dari 26

Peran dan Upaya Mahasiswa dalam

Memberantas Korupsi
19 Mei 2012Fauziah Nasional Meninggalkan komentar
OVERVIEW
Kata korupsi sudah bukan hal yang asing bagi kita. Korupsi berasal dari bahasa latin
Corruptio (Fockema Andreae: 1951) atau Corruptus (Webster Student Dictionary: 1960).
Selanjutnya dari bahasa latin itu turun ke dalam bahasa Eropa seperti Inggris: Corruption,
Corrupt kemudian dalam bahasa Belanda yaitu Corruptie. Kemudian arti kata korupsi yang
telah diterima dalam perbendaharaan kata bahasa Indonesia disimpulkan oleh
Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia: Korupsi ialah perbuatan yang buruk
seperti pengertian penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya
(Poerwadarminta : 1976).1) Sedangkan pengertian korupsi menurut UU No 31 Tahun 1999 jo
UU No.20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi adalah perbuatan setiap
orang baik pemerintahan maupun swasta yang melanggar hukum melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi yang dapat merugikan keuangan
negara.2)

Korupsi sudah merebak di hampir seluruh lapisan masyarakat dan sepertinya sudah menjadi
sebuah kebudayaan masyarakat Indonesia maka tidak mengherankan apabila negara
seringkali mengalami kerugian finansial yang cukup signifikan. Misalnya pada tahun 2006,
negara menderita kerugian akibat tindakan korupsi, terutama dalam sektor BUMN sehingga
mencapai angka yang cukup mengejutkan yaitu Rp 161 triliun. Angka ini mengalami
akselerasi yang cukup cepat karena sebelumnya di tahun 2005 yaitu Rp 125 triliun (data ICW
2006). Akibat tindak kejahatan korupsi ini juga meletakkan Indonesia pada posisi 134 dari
163 negara (yang diurutkan dari negara terbersih sampai ke negara terkorup) dan TI
Perception Index Indonesia 2,4. Jumlah kasus juga banyak terjadi, terutama di daerah Barat,
Jakarta, Sumatra Selatan dan Bangka Belitung yang mencapai 14-17 kasus per tahun.3)
Banyaknya uang negara yang mengalir di kantong-kantong orang-orang tidak bertanggung
jawab tentu menimbulkan beberapa dampak menurut Soejono Karni yaitu:

a. Rusaknya sistem tatanan masyarakat.


b. Ekonomi biaya tinggi dan sulit melakukan efisiensi.
c. Munculnya berbagai masalah sosial di masyarakat.
d. Penderitaan sebagian besar masyarakat di sektor ekonomi, administrasi,
politik, maupun hukum yang pada akhirnya menimbulkan sikap frustasi, ketidakpercayaan,
apatis terhadap pemerintah yang berdampak kontraproduktif terhadap pembangunan.4)
Berdasarkan penjelasan-penjelasan sebelumnya maka sangat penting dalam menangani
tindakan korupsi. Maka ada beberapa strategi menurut Hong Kong dengan ICAC-nya dengan
pendekatan tiga pilar yaitu:
a. Strategi Preventif
Upaya pencegahan korupsi melalui perbaikan sistem dan prosedur dengan membangun
budaya organisasi yang mengedepankan prinsip-prinsip fairness, transparency, accountability
and responsibility yang mampu mendorong setiap individu untuk melaporkan segala bentuk
korupsi yang terjadi.
b. Strategi Investigative
Upaya memerangi korupsi melalui deteksi, investigasi dan penegakan hukum terhadap para
pelaku korupsi.
c. Strategi Edukatif
Upaya pemberantasan korupsi dengan mendorong masyarakat untuk berperan serta
memerangi korupsi dengan sesuai dengan kapasitas dan kewenangan masing-masing maka
masyarakat perlu ditanamkan nilai-nilai kejujuran (integrity) serta kebencian terhadap
korupsi melalui pesan-pesan moral.5)
Tiga pilar strategi yang dijelaskan di atas pada intinya membutuhkan usaha keras dari
pemerintah dalam memberantas korupsi juga sangat penting dalam melibatkan partisipasi
masyarakat.
PERAN DAN UPAYA MAHASISWA DALAM MEMBERANTAS KORUPSI
Penjelasan sebelumnya telah dipaparkan bahwa pentingnya peran masyarakat dalam
memberantas korupsi. Masyarakat yang akan dibahas dalam artikel ini adalah masyarakat
intelektual atau kaum terpelajar terutama mahasiswa. Mengapa harus mahasiswa? Karena
mahasiwa adalah elemen masyarakat yang paling idealis dan memiliki semangat yang sangat
tinggi dalam memperjuangkan sesuatu. Selama ini mahasiswa dipandang bisa cukup
signifikan dalam mempengaruhi perubahan kebijakan atau struktur pemerintahan. Di sisi lain
mahasiswa juga bisa mempengaruhi lapisan masyarakat lainnya untuk menuntut hak mereka
yang selama ini kurang diperhatikan oleh pemerintah. Peran mahasiswa bisa dilihat dalam
sejarah perjuangan kemerdekaan mengenai kebangkitan bangsa Indonesia dalam melawan
penjajahan Belanda yang mana dipelopori oleh para mahasiswa kedokteran Stovia. Presiden
pertama Indonesia, Soekarno sang Proklamator Kemerdekaan RI merupakan tokoh
pergerakan dari kalangan mahasiswa. Selain itu peristiwa lain yaitu pada tahun 1996, ketika
pemerintahan Soekarno mengalami keadaan politik yang tidak kondusif dan memanas
kemudian mahasiswa tampil dengan memberikan semangat bagi pelaksanaan Tritura yang
akhirnya melahirkan orde baru. Akhirnya, ketika masa orde baru, mahasiswa juga menjadi
pelopor dalam perubahan yang kemudian melahirkan reformasi.6)

Begitulah perjuangan mahasiswa dalam memperjuangkan idealismenya yaitu untuk


memperoleh cita-cita dalam menciptakan keadilan dan kesejahteraan di masyarakat. Maka
tentunya mahasiswa dituntut utuk benar-benar konsisten atau memegang teguh idelisme
mereka. Memang tidak dipungkiri sekarang ini banyak mahasiswa yang sudah luntur
idealismenya karena terbuai dengan budaya konsumtif dan hedonisme. Hal tersebuut ternyata
membuat mereka semakin berfikir dan bertindak apatis terhadap fenomena yang ada di
sekitar mereka dan kecenderungan memikirkan diri mereka sendiri. Padahal perjuangan
mahasiswa tidak berhenti begitu saja ada hal lainnya yang menanti untuk diperjuangankan
oleh mereka, yaitu dalam melawan dan memberantas korupsi.
Faktanya fenomena korupsi selalu tidak berhenti menggrogoti negeri kita, korupsi merupakan
kejahatan yang bukan hanya merugikan negara tetapi juga masyarakat. Artinya keadilan dan
kesejahteraan masyarakat sudah mulai terancam. Maka saatnya mahasiswa sadar dan
bertindak. Adapun upaya-upaya yang bisa dilakukan oleh mahasiswa adalah:
a. Menciptakan lingkungan bebas dari korupsi di kampus.
Hal ini terutama dimulai dari kesadaran masing-masing mahasiswa yaitu menanamkan
kepada diri mereka sendiri bahwa mereka tidak boleh melakukan tindakan korupsi walaupun
itu hanya tindakan sederhana, misalnya terlambat datang ke kampus, menitipkan absen
kepada teman jika tidak masuk atau memberikan uang suap kepada para pihak pengurus
beasiswa dan macam-macam tindakan lainnya. Memang hal tersebut kelihatan sepele tetapi
berdampak fatal pada pola pikir dan dikhawatirkan akan menjadi kebiasaan bahkan yang
lebih parah adalah menjadi sebuah karakter.
Selain kesadaran pada masing-masing mahasiswa maka mereka juga harus memperhatikan
kebijakan internal kampus agar dikritisi sehingga tidak memberikan peluang kepada pihakpihak yang ingin mendapatkan keuntungan melalui korupsi. Misalnya ketika penerimaan
mahasiswa baru mengenai biaya yang diestimasikan dari pihak kampus kepada calon
mahasiswa maka perlu bagi mahasiswa untuk mempertanyakan dan menuntut sebuah
transparasi dan jaminan yang jelas dan hal lainnya. Jadi posisi mahasiswa di sini adalah
sebagai pengontrol kebijakan internal universitas.
Dengan adanya kesadaran serta komitmen dari diri sendiri dan sebagai pihak pengontrol
kebijakan internal kampus maka bisa menekan jumlah pelaku korupsi.
Upaya lain untuk menciptakan lingkungan bebas dari korupsi di lingkungan kampus adalah
mahasiswa bisa membuat koperasi atau kantin jujur. Tindakan ini diharapkan agar lebih
mengetahui secara jelas signifikansi resiko korupsi di lingkungan kampus.
Mahasiswa juga bisa berinisiatif membentuk organisasi atau komunitas intra kampus yang
berprinsip pada upaya memberantas tindakan korupsi. Organisasi atau komunitas tersebut
diharapkan bisa menjadi wadah mengadakan diskusi atau seminar mengenai bahaya korupsi.
Selain itu organisasi atau komunitas ini mampu menjadi alat pengontrol terhadap kebijakan
internal kampus.
Sebagai gambaran, SACW yang baru saja dibentuk pada kabinet KM (semacam BEM) ITB
2006/2007 lalu sudah membuat embrio gerakannya. Tersebar di seluruh wilayah Indonesia,
anggota SACW dari UIN Padang sudah mulai mengembangkan sayap. Begitu pula mereka
yang berada di UnHalu Sulawesi sudah melakukan investigasi terhadap rektorat mereka yang
ternyata memang terjerat kasus korupsi.7)
b. Memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang bahaya melakukan korupsi.
Upaya mahasiswa ini misalnya memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai

bahaya melakukan tindakan korupsi karena pada nantinya akan mengancam dan merugikan
kehidupan masyarakat sendiri. Serta menghimbau agar masyarakat ikut serta dalam
menindaklanjuti (berperan aktif) dalam memberantas tindakan korupsi yang terjadi di sekitar
lingkungan mereka. Selain itu, masyarakat dituntut lebih kritis terhadap kebijakan pemerintah
yang dirasa kurang relevan. Maka masyarakat sadar bahwa korupsi memang harus dilawan
dan dimusnahkan dengan mengerahkan kekuatan secara massif, artinya bukan hanya
pemerintah saja melainakan seluruh lapisan masyarakat.
c. Menjadi alat pengontrol terhadap kebijakan pemerintah.
Mahasiswa selain sebagai agen perubahan juga bertindak sebagai agen pengontrol dalam
pemerintahan. Kebijakan pemerintah sangat perlu untuk dikontrol dan dikritisi jika dirasa
kebijakan tersebut tidak memberikan dampak positif pada keadilan dan kesejahteraan
masyarakat dan semakin memperburuk kondisi masyarakat. Misalnya dengan melakukan
demo untuk menekan pemerintah atau melakukan jajak pendapat untuk memperoleh hasil
negosiasi yang terbaik.
KESIMPULAN
Korupsi adalah tindakan yang harus diberantas segera karena mengancam keadilan dan
kesejahteraan masyarakat. Sehingga perlu peran serta semua lapisan masyarakat. Mahasiswa
adalah salah satu bagian masyarakat yang mempunyai pengaruh signifikan dalam
memperngarhi kebijakan pemerintah dan menggerakkan lapisan masyarakat yang lain.
Sehingga pemberantasan korupsi bisa lebih efektif. Upaya-upaya yang dilakukan mahasiswa
adalah menciptakan lingkungan bebas dari korupsi di kampus, memberikan pendidikan
kepada masyarakat tentang bahaya melakukan korupsi dan menjadi alat pengontrol terhadap
kebijakan pemerintah. Maka mahasiwa harus lebih berkomitmen dalam memberantas korupsi
supaya upaya mereka berjalan semaksimal mungkin.
FOOTNOTE
1) ___, Pengertian Dasar-Dasar Korupsi, dalam http://antikorupsi.org, 2004, diakses tanggal
10 April 2010 pukul 03.40 pm.
2) Risbiyantoro, Mohamad, Peranan Mahasiswa dalam Memerangi Korupsi, dalam
http://www.bpkp.go.id, 2005, diakses tanggal 10 April 2010 pukul 02.21 pm.
3) Qyonglee, Mahasiswa dan Korupsi, dalam http://qyonglee.multiply.com, 2008, diakses
tanggal 10 April 2010 pukul 03.10 pm.
4) Risbiyantoro, Mohamad, Peranan Mahasiswa dalam Memerangi Korupsi, Op cit.
5) Ibid.
6) Ibid.
7) Erica, Peran Gerakan Mahasiswa dalam Pemberantasan Korupsi, dalam
http://ericamourissa.ngeblogs.com, 2007, diakses tanggal 10 April 2010 pukul 02.37 pm.
REFERENSI

_____. 2004. Pengertian Dasar-Dasar Korupsi. Dalam http://antikorupsi.org. Diakses


tanggal 10 April 2010 pukul 03.40 pm
Erica. 2007. Peran Gerakan Mahasiswa dalam Pemberantasan Korupsi. Dalam
http://ericamourissa.ngeblogs.com. Diakses tanggal 10 April 2010 pukul 02.37 pm
Qyonglee. 2008. Mahasiswa dan Korupsi. Dalam http://qyonglee.multiply.com. Diakses
tanggal 10 April 2010 pukul 03.10 pm
Risbiyantoro, Mohamad. 2005. Peranan Mahasiswa dalam Memerangi Korupsi. Dalam
http://www.bpkp.go.id. Diakses tanggal 10 April 2010 pukul 02.21 pm
Oleh: Fauziah

PERAN MAHASISWA DALAM


GERAKAN ANTI KORUPSI
2 Desember 2014 | angelarani

Definisi Korupsi

1. Korupsi berdasarkan pemahaman pasal 2 Undang-Undang Nomor 31


Tahun 1999 yang diubah menjadi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.
Korupsi merupakan tindakan melawan hukum untuk memperkaya diri
sendiri/orang lain (perseorangan atau sebuah korporasi) , yang secara
langusng maupun tidak langsung merugikan keuangan atau prekonomian
negara, yang dari segi materiil perbuatan itu dipandang sebagai
perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai keadilan masyarakat.
2. Resuah berasal dari bahasa Arab risywah menurut kamus umum ArabIndonesia artinya sama dengan korupsi (Andi Hamzah: 2002). Risywah
(suap) berarti pemberian yang diberikan seseorang kepada hakim atau
lainnya untuk memenangkan perkaranya dengan cara yang tidak
dibenarkan atau untuk memperoleh kedudukan.
3. Baharuddin Lopa mengutip pendapat David M. Chalmers, menguraikan
istilah korupsi dalam berbagai bidang, yakni menyangkut masalah
penyuapan, yang berhubungan dengan manipulasi bidang ekonomi, dan
yang menyangkut kepentingan umum.
4. Korupsi sebagai suatu fenomena sosial bersifat kompleks, sehingga sulit
untuk mendefisinikannya secara tepat tentang ruang lingkup konsep
korupsi.

BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Peranan Pendidikan Anti Korupsi Dini di Kalangan Mahasiswa dalam Mencegah
Terjadinya Tindak Korupsi
Pendidikan budi pekerti adalah salah satu pendidikan penting untuk
bekal hidup setiap orang. Disini murid belajar memahami nilai-nilai yang diterima dan
harus ditaati dalam masyarakat tempat dia tinggal dan dalam masyarakat dunia. Dalam
mempelajari nilai-nilai ini akan ditemui manfaat jika kita mematuhi pagar aturan tersebut dan
apa akibatnya jika kita melanggarnya. Sebetulnya inti dari pendidikan anti korupsi adalah
bagaimana penanaman kembali nilai-nilai universal yang baik yang harus dimiliki oleh setiap
orang agar dapat diterima dan bermanfaat bagi dirinya sendiri serta lingkungannya.Di antara
sifat-sifat itu ada jujur, bertanggung jawab, berani, sopan, mandiri, empati, kerja keras, dan
masih banyak lagi. Pendidikan adalah salah satu penuntun generasi muda untuk ke jalan yang
benar. Jadi, sistem pendidikan sangat memengaruhi perilaku generasi muda ke depannya.
Termasuk juga pendidikan anti korupsi dini. Pendidikan, sebagai awal pencetak pemikir
besar, termasuk koruptor sebenarnya merupakan aspek awal yang dapat merubah seseorang
menjadi koruptor atau tidak. Pedidikan merupakan salah satu tonggak kehidupan masyarakat
demokrasi yang madani, sudah sepantasnya mempunyai andil dalam hal pencegahan korupsi.
Salah satu yang bisa menjadi gagasan baik dalam kasus korupsi ini adalah penerapan anti
korupsi dalam pendidikan karakter bangsa di Indonesia, khususnya ditujukan bagi
mahasiswa. Karena pada dasarnya mereka adalah agen perubahan bangsa dalam perjalanan
sejarah bangsa.
Pendidikan anti korupsi sesungguhnya sangat penting guna mencegah tindak pidana korupsi.
Jika KPK dan beberapa instansi anti korupsi lainnya menangkapi para koruptor, maka
pendidikan anti korupsi juga penting guna mencegah adanya koruptor. Seperti pentingnya
pelajaran akhlak dan moral. Pelajaran akhlak penting guna mencegah terjadinya kriminalitas.
Begitu halnya pendidikan anti korupsi memiliki nilai penting guna mencegah aksi korupsi.
Satu hal yang pasti, korupsi bukanlah selalu terkait dengan korupsi uang. Seperti yang
dilansir dari program KPK yang akan datang bahwa pendidikan dan pembudayaan
antikorupsi akan masuk ke kurikulum pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi mulai tahun
2012. Pemerintah akan memulai proyek percontohan pendidikan antikorupsi di pendidikan
tinggi. Jika hal tersebut dapat terealisasi dengan lancar maka masyarakat Indonesia bisa
optimis di masa depan kasus korupsi bisa diminimalisir.
3.2 Peran Mahasiswa dalam Mencegah Tindak Korupsi
Pemuda khususnya mahasiswa adalah aset paling menentukan kondisi zaman tersebut dimasa
depan. Mahasiswa salah satu bagian dari gerakan pemuda. Belajar dari masa lalu, sejarah
telah membuktikan bahwa perjalanan bangsa ini tidak lepas dari peran kaum muda yang
menjadi bagian kekuatan perubahan. Tokoh-tokoh Sumpah Pemuda 1928 telah memberikan
semangat nasionalisme bahasa, bangsa dan tanah air yang satu yaitu Indonesia. Peristiwa
Sumpah Pemuda memberikan inspirasi tanpa batas terhadap gerakan-gerakan perjuangan
kemerdekaan di Indonesia. Peranan tokoh-tokoh pemuda lainnya adalag Proklamasi
Kemerdekaan tahun 1945, lahirnya Orde Baru tahun 1966, dan Reformasi tahun 1998. Tidak
dapat dipungkiri bahwa dalam peristiwa-peristiwa besar tersebut mahasiswa tampil di depan
sebagai motor penggerak dengan berbagai gagasan, semangat dan idealisme yang mereka
miliki dan jalankan.

Untuk konteks sekarang dan mungkin masa-masa yang akan datang yang menjadi musuh
bersama masyarakat adalah praktek bernama Korupsi. Peran penting mahasiswa tersebut
tidak dapat dilepaskan dari karakteristik yang mereka miliki, yaitu: intelektualitas, jiwa muda
dan idealisme. Dengan kemampuan intelektual yang tinggi, jiwa muda yang penuh semangat,
dan idealisme yang murni terlah terbukti bahwa mahasiswa selalu mengambil peran penting
dalam sejarah perjalanan bangsa ini. Dalam beberapa peristiwa besar perjalanan bangsa ini
telah terbukti mahasiswa berperan penting sebagai agen perubahan (agent of change).
Mahasiswa didukung oleh kompetensi dasar yang mereka miliki, yaitu: intelegensia, ide-ide
kreatif, kemampuan berpikir kritis, dan keberanian untuk menyatakan kebenaran. Dengan
kompetensi yang mereka miliki tersebut mahasiswa diharapkan mampu menjadi agen
perubahan, mereka mampu menyuarakan kepentingan`rakyat, mampu mengkritisi kebijakankebijakan yang koruptif, dan mampu menjadi watch dog lembaga-lembaga negara dan
penegak hukum.
3.3 Upaya Mahasiswa
Faktanya fenomena korupsi selalu tidak berhenti menggrogoti negeri kita, korupsi merupakan
kejahatan yang bukan hanya merugikan negara tetapi juga masyarakat. Artinya keadilan dan
kesejahteraan masyarakat sudah mulai terancam. Maka saatnya mahasiswa sadar dan
bertindak. Adapun upaya-upaya yang bisa dilakukan oleh mahasiswa adalah:
1. Menciptakan lingkungan bebas dari korupsi di kampus.

Hal ini terutama dimulai dari kesadaran masing-masing mahasiswa yaitu menanamkan
kepada diri mereka sendiri bahwa mereka tidak boleh melakukan tindakan korupsi walaupun
itu hanya tindakan sederhana, misalnya terlambat datang ke kampus, menitipkan absen
kepada teman jika tidak masuk atau memberikan uang suap kepada para pihak pengurus
beasiswa dan macam-macam tindakan lainnya.
Memang hal tersebut kelihatan sepele tetapi berdampak fatal pada pola pikir dan
dikhawatirkan akan menjadi kebiasaan bahkan yang lebih parah adalah
menjadisebuahkarakter. Selain kesadaran pada masing-masing mahasiswa maka mereka juga
harus memperhatikan kebijakan internal kampus agar dikritisi sehingga tidak memberikan
peluang kepada pihak-pihak yang ingin mendapatkan keuntungan melalui korupsi. Misalnya
ketika penerimaan mahasiswa baru mengenai biaya yang diestimasikan dari pihak kampus
kepada calon mahasiswa maka perlu bagi mahasiswa untuk mempertanyakan dan menuntut
sebuah transparasi dan jaminan yang jelas dan hal lainnya. Jadi posisi mahasiswa di sini
adalah sebagai pengontrol kebijakan internal universitas.
Dengan adanya kesadaran serta komitmen dari diri sendiri dan sebagai pihak pengontrol
kebijakaninternal kampus maka bisa menekan jumlah pelaku korupsi. Upaya lain untuk
menciptakan lingkungan bebas dari korupsi di lingkungan kampus adalah mahasiswa bisa
membuat koperasi atau kantin jujur. Tindakan ini diharapkan agar lebih mengetahui secara
jelas signifikansi resiko korupsi di lingkungan kampus.Mahasiswa juga bisa berinisiatif
membentuk organisasi atau komunitas intra kampus yang berprinsip pada upaya
memberantas tindakan korupsi. Organisasi atau komunitas tersebut diharapkan bisa menjadi
wadah mengadakan diskusi atau seminar mengenai bahaya korupsi. Selain itu organisasi atau
komunitas ini mampu menjadi alat pengontrol terhadap kebijakan internal kampus.

Sebagai gambaran, SACW yang baru saja dibentuk pada kabinet KM (semacam BEM) ITB
2006/2007 lalu sudah membuat embrio gerakannya. Tersebar di seluruh wilayah Indonesia,
anggota SACW dari UIN Padang sudah mulai mengembangkan sayap. Begitu pula mereka
yang berada di UnHalu Sulawesi sudah melakukan investigasi terhadap rektorat mereka yang
ternyata memang terjerat kasus korupsi.
1. Memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang bahaya melakukan
korupsi. Upaya mahasiswa ini misalnya memberikan penyuluhan kepada
masyarakat mengenai bahaya melakukan tindakan korupsi karena pada
nantinya akan mengancam dan merugikan kehidupan masyarakat sendiri.
Serta menghimbau agar masyarakat ikut serta dalam menindaklanjuti
(berperan aktif) dalam memberantas tindakan korupsi yang terjadi di
sekitar lingkungan mereka. Selain itu, masyarakat dituntut lebih kritis
terhadap kebijakan pemerintah yang dirasa kurang relevan. Maka
masyarakat sadar bahwa korupsi memang harus dilawan dan
dimusnahkan dengan mengerahkan kekuatan secara massif, artinya
bukan hanya pemerintah saja melainakan seluruh lapisan masyarakat.
2. Menjadi alat pengontrol terhadap kebijakan pemerintah.

Mahasiswa selain sebagai agen perubahan juga bertindak sebagai agen pengontrol dalam
pemerintahan. Kebijakan pemerintah sangat perlu untuk dikontrol dan dikritisi jika dirasa
kebijakan tersebut tidak memberikan dampak positif pada keadilan dan kesejahteraan
masyarakat dan semakin memperburuk kondisi masyarakat. Misalnya dengan melakukan
demo untuk menekan pemerintah atau melakukan jajak pendapat untuk memperoleh hasil
negosiasi yang terbaik.
1. Memiliki tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan kontrol
sosial terkait dengan kepentingan publik.
2. Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh.
3. Melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan mulai dari pemerintahan
desa hingga ke tingkat pusat/nasional.
4. Membuka wawasan seluas-luasnya pemahaman tentang penyelenggaraan
peme-rintahan negara dan aspek-aspek hukumnya.
5. Mampu memposisikan diri sebagai subjek pembangunan dan berperan
aktif dalam setiap pengambilan keputusan untuk kepentingan masyarakat
luas.

3.4 Hambatan dalam Penerapan Pendidikan Anti Korups di Lingkungan Kampus


1. Minimnya role-models atau pemimpin yang dapat dijadikan panutan dan
kurangnya political-will dari pemerintah untuk mengurangi korupsi.
2. Penegakan hukum yang tidak konsisten dan cenderung setengah
setengah.
3. Karena beberapa perilaku sosial yang terlalu toleran terhadap korupsi.
4. Struktur birokrasi yang berorientasi ke atas, termasuk perbaikan birokrasi
yang cenderung terjebak perbaikan renumerasi tanpa membenahi struktur
dan kultur.
5. Peraturan perundang-undangan hanya sekedar menjadi huruf mati yang
tidak pernah memiliki roh sama sekali.

6. Kurang optimalnya fungsi komponen-komponen


pengontrol, sehingga tidak ada check and balance.

pengawas

atau

7. Banyaknya celah/lubang-lubang yang dapat dimasuki tindakan korupsi


8. pada sistem politik dan sistem administrasi Indonesia.
9. Kesulitan dalam menempatkan atau merumuskan perkara, sehingga dari
contoh-contoh kasus yang terjadi para pelaku korupsi begitu gampang
mengelak dari tuduhan yang diajukan oleh jaksa.
10.Taktik-taktik koruptor untuk mengelabui aparat pemeriksa dan masyarakat
yang semakin canggih.
11.Kurang kokohnya landasan moral untuk mengendalikan diri dalam
12.menjalankan amanah yang diemban.

3.5 Pentingnya Peran Mahasiswa


Tiga pilar strategi yang dijelaskan di atas pada intinya membutuhkan usaha keras dari
pemerintah dalam memberantas korupsi juga sangat penting dalam melibatkan partisipasi
masyarakat/mahasiswa. Penjelasan sebelumnya telah dipaparkan bahwa pentingnya peran
masyarakat dalam memberantas korupsi. Masyarakat yang akan dibahas dalam artikel ini
adalah masyarakat intelektual atau kaum terpelajar terutama mahasiswa. Mengapa harus
mahasiswa? Karena mahasiwa adalah elemen masyarakat yang paling idealis dan memiliki
semangat yang sangat tinggi dalam memperjuangkan sesuatu. Selama ini mahasiswa
dipandang bisa cukup signifikan dalam mempengaruhi perubahan kebijakan atau struktur
pemerintahan. Di sisi lain mahasiswa juga bisa mempengaruhi lapisan masyarakat lainnya
untuk menuntut hak mereka yang selama ini kurang diperhatikan oleh pemerintah. Peran
mahasiswa bisa dilihat dalam sejarah perjuangan kemerdekaan mengenai kebangkitan bangsa
Indonesia dalam melawan penjajahan Belanda yang mana dipelopori oleh para mahasiswa
kedokteran Stovia. Presiden pertama Indonesia, Soekarno sang Proklamator Kemerdekaan RI
merupakan tokoh pergerakan dari kalangan mahasiswa. Selain itu peristiwa lain yaitu pada
tahun 1996, ketika pemerintahan Soekarno mengalami keadaan politik yang tidak kondusif
dan memanas kemudian mahasiswa tampil dengan memberikan semangat bagi pelaksanaan
Tritura yang akhirnya melahirkan orde baru. Akhirnya, ketika masa orde baru, mahasiswa
juga menjadi pelopor dalam perubahan yang kemudian melahirkan reformasi.
Begitulah perjuangan mahasiswa dalam memperjuangkan idealismenya yaitu untuk
memperoleh cita-cita dalam menciptakan keadilan dan kesejahteraan di masyarakat. Maka
tentunya mahasiswa dituntut utuk benar-benar konsisten atau memegang teguh idelisme
mereka. Memang tidak dipungkiri sekarang ini banyak mahasiswa yang sudah luntur
idealismenya karena terbuai dengan budaya konsumtif dan hedonisme. Hal tersebuut ternyata
membuat mereka semakin berfikir dan bertindak apatis terhadap fenomena yang ada di
sekitar mereka dan kecenderungan memikirkan diri mereka sendiri. Padahal perjuangan
mahasiswa tidak berhenti begitu saja ada hal lainnya yang menanti untuk diperjuangankan
oleh mereka, yaitu dalam melawan dan memberantas korupsi. Bentuk bentuk peran serta
mayarakat dalam pemberantasan tindak pidana korupsi menurut UU No. 31 tahun 1999
antara lain adalah SBB :
1. Hak Mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya dugaan
tindak pidana korupsi

2. Hak untuk memperoleh layanan dalam mencari, memperoleh, dan


memberikan informasi adanya dugaan telah tindak pidana korupsi kepada
penegak hukum

3. Hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab


kepada penegak hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi

4. Hak memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporan yg di berikan


kepada penegak hukum waktu paling lama 30 hari

5. Hak untuk memperoleh perlindungan hukum


6. Penghargaan pemerintah kepada mayarakat
7. BAB II
8. LANDASAN TEORI
9.
10. A. Pengertian Korupsi secara Teoritis
11. Kata Korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio-Corrumpere yang artinya
busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik atau menyogok. Menurut Dr.
Kartini Kartono, korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan
wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan,

dan merugikan

kepentingan umum. Korupsi menurut Huntington(1968) adalah perilaku


pejabat publik yang menyimpang dari norma-norma yang diterima oleh
masyarakat, dan perilaku menyimpang ini ditujukan dalam rangka memenuhi
kepentingan pribadi. Maka dapat disimpulkan korupsi merupakan perbuatan
curang yang merugikan Negara dan masyarakat luas dengan berbagai
macam modus.
12. Banyak para ahli yang mencoba merumuskan korupsi, yang jka dilihat dari
struktrur bahasa dan cara penyampaiannya yang berbeda, tetapi pada
hakekatnya mempunyai makna yang sama. Kartono (1983) memberi batasan
korupsi sebagi tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan
jabatan guna mengeduk keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum
dan negara. Jadi korupsi merupakan gejala salah pakai dan salah urus dari
kekuasaan, demi keuntungan pribadi, salah urus terhadap sumber-sumber
kekayaan negara dengan menggunakan wewenang dan kekuatankekuatan
formal (misalnya denagan alasan hukum dan kekuatan senjata) untuk
memperkaya diri sendiri.
13. Korupsi terjadi disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang dan jabatan
yang dimiliki oleh pejabat atau pegawai demi kepentingan pribadi dengan
mengatasnamakan pribadi atau keluarga, sanak saudara dan teman.
Wertheim (dalam Lubis, 1970) menyatakan bahwa seorang pejabat dikatakan

melakukan tindakan korupsi bila ia menerima hadiah dari seseorang yang


bertujuan

mempengaruhinya

agar

ia

mengambil

keputusan

yang

menguntungkan kepentingan si pemberi hadiah. Kadang-kadang orang yang


menawarkan hadiahdalam bentuk balas jasa juga termasuk dalam korupsi.
Selanjutnya, Wertheim menambahkan bahwa balas jasa dari pihak ketiga
yang diterima atau diminta oleh seorang pejabat untuk diteruskan kepada
keluarganya atau partainya/ kelompoknya atau orang-orang yang mempunyai
hubungan pribadi dengannya, juga dapat dianggap sebagai korupsi. Dalam
keadaan yang demikian, jelas bahwa ciri yang paling menonjol di dalam
korupsi adalah tingkah laku pejabat yang melanggar azas pemisahan antara
kepentingan pribadi dengan kepentingan masyarakat, pemisaham keuangan
pribadi dengan masyarakat.
14. B. Tindak Pidana Korupsi Menurut Undang-Undang
15. Memperhatikan Undang-undang nomor 31 tahun 1999 Undang-undang
Nomor 20 tahun 2001,maka tindak Pidana Korupsi itu dapat dilihat dari dua
segi yaitu korupsi Aktif dan Korupsi Pasif.
16. I. Korupsi Aktif
17. Secara melawan hukum memperkaya diri sendiri atau orang lain atau
Korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
Negara (Pasal 2 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999)
18. - Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau Korporasi
yang menyalahgunakan kewenangan,kesempatan atau dapat merugikan
keuangan Negara,atau perekonomian Negara (Pasal 3 Undang-undang
Nomor 31 Tahun 1999)
19. Memberi hadiah Kepada Pegawai Negeri dengan mengingat kekuasaan
atau wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya,atau oleh
pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan
tersebut (Pasal 4 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999)
20. Percobaan pembantuan,atau pemufakatan jahat untuk melakukan Tindak
pidana Korupsi (Pasal 15 Undang-undang Nomor 20 tahun 2001)
21. Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau
Penyelenggara Negara dengan maksud supaya berbuat atau tidak berbuat
sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya (Pasal 5
ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 20 tahun 2001)
22. Memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau Penyelenggara negara
karena atau berhubung dengan sesuatu yang bertentangan dengan

kewajibannya dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya (Pasal 5 ayat


(1) huruf b Undang-undang Nomor 20 Tagun 2001)
23. Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada Hakim dengan maksud untuk
mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili
(Pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001)
24. Pemborong,ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan atau
penjual

bahan

bangunan

bangunan,melakukan

yang

perbuatan

pada
curang

waktu
yang

menyerahkan
dapat

bahan

membahayakan

keamanan orang atau barang atau keselamatan negara dalam keadaan


perang (Pasal (1) huruf a Undang-undang Nomor 20 tahun 2001)
25. Setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau penyerahan
bahan bangunan,sengaja membiarkan perbuatan curang sebagaimana
dimaksud dalam huruf a (Pasal 7 ayat (1) huruf b Undang-undang Nomor 20
tahun 2001)
26. Setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan Tentara
nasional Indonesia atau Kepolisian negara Reublik Indonesia melakukan
perbuatan curang yang dapat membahayakan keselamatan negara dalam
keadaan perang (Pasal 7 ayat (1) huruf c Undang-undang Nomor 20 tahun
2001)
27. Setiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang keperluan
Tentara nasional indpnesia atau Kepolisian Negara Republik Indonesia
dengan sengaja mebiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam
huruf c (pasal 7 ayat (1) huruf d Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001)
28. Pegawai negeri atau selain pegawai negeri yyang di tugaskan
menjalankan suatu jabatan umum secara terus-menerus atau untuk
sementara waktu,dengan sengaja menggelapkan uang atau mebiarkan uang
atau surat berharga tersebut diambil atau digelapkan oleh orang lain atau
membantu dalam melakukan perbuatan tersebut (Pasal 8 Undang-undang
Nomor 20 tahun 2001)
29. Pegawai negeri atau selain Pegawai Negeri yang diberi tugas
menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau sementara
waktu,dengan sengaja memalsu buku-buku atau daftar-daftar khusus
pemeriksaan administrasi (Pasal 9 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001)
30. Pegawai negeri atau orang selain Pegawai Negeri yang diberi tugas
menjalankan suatu jabatan umum secara terus-menerus atau untuk
sementara

waktu

dengan

sengaja

menggelapkan

menghancurkan,merusakkan,atau

mebuat

tidak

dapat

dipakai

barang,akta,surat atau daftar yang digunakan untuk meyakinkan atau


membuktikan di muka pejabat yang berwenang yang dikuasai karena
jabatannya

atau

membiarkan

orang

menghilangkan,menghancurkan,merusakkan,attau

membuat

lain
tidak

dapat

dipakai barang, akta, surat atau daftar tersebut (Pasal 10 Undang-undang


Nomor 20 tahun 2001)
31. Pegawai negeri atau Penyelenggara Negara yang Dengan maksud
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum atau
dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan
sesuatu atau menerima pembayaran dengan potongan atau mengerjakan
sesuatu bagi dirinya sendiri (pasal 12 e undang-undang Nomor 20 tahun
2001) Pada waktu menjalankan tugas meminta,menerima atau memotong
pembayaran kepada pegawai Negeri atau Penyelenggara negara yang lain
atau kas umum tersebut mempunyai hutang kepadanya.padahal diketahui
bahwa hal tersebut bukan merupakan hutang (huruf f) Pada waktu
menjalankan tugas meminta atau menerima pekerjaan atau penyerahan
barang seplah-olah merupakan hutang pada dirinya,padahal diketahui bahwa
hal tersebut bukan merupakan hutang (huruf g) Pada waktu menjalankan
tugas telah menggunakan tanah negara yang di atasnya terdapat hak
pakai,seolah-olah

sesuai

dengan

peraturan

perundang-undangan,telah

merugikan orang yang berhak,apadahal diketahuinya bahwa perbuatan


tersebut bertentangan dengan peraturan perundang-undangan atau baik
langsung maupun tidak langsung dengan sengaja turut serta dalam
pemborongan,pengadaan,atau

persewaan

yang

pada

saat

dilakukan

perbuatan,untuk seluruhnya atau sebagian ditugaskan untuk mengurus atau


mengawasinya (huruf i)
32. Memberi hadiah kepada pegawai negeri dengan mengingat kekuasaan
atau wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya,atau oleh
pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan itu
(Pasal 13 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999).
33.
34. II. Korupsi Pasif
35. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima pemberian
atau janji karena berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya yang

bertentangan dengan kewajibannya (pasal 5 ayat (2) Undang-undang Nomor


20 tahun 2001)
36. Hakim atau advokat yang menerima pemberian atau janji untuk
mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili
atau untuk mepengaruhi nasihat atau pendapat yang diberikan berhubung
dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili (Pasal 6
ayat (2) Undang-undang nomor 20 Tahun 2001)
37. Orang yang menerima penyerahan bahan atau keparluan tentara
nasional indonesia, atau kepolisisan negara republik indonesia yang
mebiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a
atau c Undang-undang nomor 20 tahun 2001 (Pasal 7 ayat (2) Undangundang nomor 20 tahun 2001.
38. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau
janji padahal diketahui atau patut diketahui atau patut diduga bahwa hadiah
atau janji tersebut diberikan utnuk mengerakkan agar melakukan atau tidak
melakukan

sesuatu

dalam

jabatannya

yang

bertentangan

dengan

kewajibannya,atau sebaga akibat atau disebabkan karena telah melakukan


atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan
kewajibannya (pasal 12 huruf a dan huruf b Undang-undang nomor 20 tahun
2001)
39. Hakim yang enerima hadiah atau janji,padahal diketahui atau patut
diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk mempengaruhi
putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili (pasal 12 huruf c
Undang-undang nomor 20 tahun 2001)
40. Advokat yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut
diduga,bahwa hadiah atau janji itu diberikan untuk mempengaruhi nasihat
atau pendapat uang diberikan berhubungan dengan perkara yang diserahkan
kepada pengadilan untuk diadili (pasal 12 huruf d Undang-undang nomor 20
tahun 2001)
41. Setiap pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima
gratifikasi yang diberikan berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan
dengan kewajiban atau tugasnya (pasal 12 Undang-undang nomor 20 tahun
2001).
42.
43. C. Teori Budaya Korupsi

44. Di Indonesia, korupsi telah menjadi kebiasaan zaman lampau. Korupsi


menjadi budaya dalam sistem tersebut, dimana kekuasaan menjadi harga
mati bagi kalangan ningrat dan golongannya.
45. Korupsi merupakan tindakan penyimpangan dalam kehidupan sosial, budaya,
kemasyarakatan, dan kenegaraan. Perilaku korupsi sudah terjadi dimanamana. Antara pengusaha dan pejabat birokrat yang mempunyai kekuasaan
atau antara warga bertaraf ekonomi menengah ke bawah. Sepertinya dalam
berbagai perbincangan, kata korupsi merupakan kata yang sudah tidak aneh
lagi. Seolah telah menjadi bahasa lumrah dalam perbincangan.
46. Korupsi sudah tidak dianggap lagi sebagai pelanggaran etika individual
melainkan dianggap sebagai pelanggaran etika sosial sebagai kesepakatan
umum. Para anggota dewan, birokrasi, dan penegak hukum masih
menganggap bahwa korupsi merupakan tindakan pelanggaran etika individual
yang

harus

dihindari.

Berkembangnya

sikapsemacam

ini

justru

membahayakan. Jika terjadi di kalangan anggota dewan dan berkaitan erat


dengan penegak hukum. Hal ini disebabkan karena korupsi di DPR dilakukan
dalam peraturan perundang-undangan yang sah sebagai kebijakan negara
(corruption by policy).Hal ini tentu akan merusak cita-cita dan tujuan bangsa.
47. Terungkapnya berbagai kasus korupsi di lingkungan DPR, telah membuktikan
bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia. DPR adalah lembaga
yang memegang kedaulatan rakyat. Dimana rakyat menaruh harapan banyak
kepada para DPR. Namun tidak semua DPR melakukan korupsi, tetapi
dengan adanya DPR yng melakukan korupsi akan mengubah persepsi
masyarakat sehingga menjadi tidak percaya lagi terhadap kinerja DPR.
48. Masalah lain yaitu korupsi di tingkat pegawai negeri. Dalam hal ini salah satu
pemicunya adalah gaji pegawai yang rendah. Dengan gaji pegawai yang
rendah danbanyaknya kepentingan partai politik maka semua ini akan
mendorong pada tindakan korupsi dalam birokrasi dan dalam masyarakat.
49. Selain itu, pada masyarakat menengah ke bawah tanpa sadar juga sering
melakukan tindakan korupsi. Misalnya saja pada pemilihan kepala desa, para
calon memberikan uang kepada para warga dengan maksud agar warga
memilih calon kepala desa tersebut. hal ini juga termasuk dalam tidakan
suap. Perilaku korupsi juga tak hanya berlaku pada siapa yang menerima
uang pelicin, tetapi juga pada siapa yang memberikan uang pelicin

tersebut. (Semma, 2008:36). Jadi, terhadap pemberi suap maupun penerima


suap sama-sama telah melakukan perilaku korupsi.
50. Di lingkup pendidikan misalnya saja seorang guru yang membocorkan
kuncijawaban UNAS kepada murid-muridnya agar bisa lulus semua dengan
nilai yang memuaskan. Tentu hal ini juga terbilang korupsi dalam tingkat yang
kecil. Murid sudah diajarkan terlebih dahulu untuk berbuat kecurangan yaitu
seperti tidak jujur dalam mengerjakan soal UNAS. Semestinya dalam
lingkup pendidikan anak sudah mulai diajarkan sejak dini untuk selalu
berperilaku jujur.
51. Melihat hal di atas memang sangat mengkhawatirkan. Hampir semua orang di
negeri ini sudah mulai melakukan perilaku korupsi mulai dari taraf yang
rendah hingga sampai taraf tinggi. Korupsi memang sudah menjadi budaya di
negeri ini. suatu upaya untuk menghilangkan korupsi tersebut dari
masyarakat sama saja memusnahkan kebudayaan masyarakat yang
merupakan warisan. Salah satu cara yang bisa dilakukan yaitu dengan cara
mengubah budaya pada masyarakat yang masih mengagungkan kebudayaan
lama yang dianut. Seberapa kuat kebudayaan lama, jika kita lama-lama
mampu mengikis secara terus menerus akan terlihat dampak dengan mulai
berkurangnya perilaku korupsi.
52.
53. D. Faktor Penyebab Korupsi
54. Menurut Yamamah, ketika perilaku konsumtif dan materialistic masyarakat
serta sistem politik yang masih mendewakan materi maka dapat memaksa
terjadinya permainan uang dan korupsi (Ansari Yamamah: 2009).
55. Nur Syam (2000) memberikan pandangan bahwa penyebab seseorang
melakukan korupsi adalah karena ketergodaannya akan dunia materi atau
kekayaan yang tidak mampu ditahannya. Cara pandang terhadap kekayaan
yang salah akan menyebabkan cara yang salah dalam mengakses
kekayaan. Secara umum faktor penyebab korupsi dapat terjadi karena faktor
politik, hukum, ekonomi, sebagaimana dalam buku berjudul Peran Parlemen
dalam Membasmi Korupsi (ICW: 2000) yang mengidentifikasikan empat factor
penyebab korupsi yaitu faktor politik, faktor hukum, faktor ekonomi dan
birokrasi serta faktor transnasional.
56.
57. 1. Faktor Politik
58. Politik salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal ini dilihat ketika terjadi
instabilitas politik, kepentingan politis para pemegang kekuasaan bahkan

ketika meraih dan mempertahankan kekuasaan. Menurut Susanto (2002)


korupsi level pemerintahan adalah dari sisi penerimaan, pemerasan uang
suap, pemberian perlindungan, pencurian barang-barang publik untuk
kepentingan pribadi, disebabkan suatu hal yang disebut konstelasi politik.
Sementara menurut De Asis, korupsi politik misalnya perilaku curang (politik
uang) pada pemilihan anggota legislatif atau pejabat-pejabat eksekutif, dana
illegal untuk pembiayaan kampanye, penyelesaian konflik parlemen melalui
cara-cara illegal dan teknik lobi yang menyimpang (De Asis: 2000). Dapat
dikatakan bahwa korupsi adalah hasil dari adanya monopoli (kekuasaan)
ditambah dengan kewenangan yang begitu besar tanpa keterbukaan dan
pertanggungjawaban.
59.
60. 2. Faktor Hukum
61. Faktor hukum bisa dilihat dari dua sisi, di satu sisi dari aspek perundangundangan dan sisi lain lemahnya penegakan hukum. Tidak baiknya substansi
hukum, mudah ditemukan dalam aturan-aturan yang diskriminatif dan tidak
adil, rumusan yang tidak jelas-tegas sehingga menjadi multi tafsir, kontradiksi
dan overlapping dengan peraturan lain, sanksi yang tidak equivalen dengan
perbuatan yang dilarang, sehingga tidak tepat sasaran, dan sebagainya,
memungkinkan peraturan tidak kompatibel dengan realitas di masa
mendatang akan mengalami resistensi. Banyak produk hukum menjadi ajang
perebutan legitimasi bagi berbagai kepentingan kekuasaan politik, untuk
tujuan mempertahankan dan mengakumulasi kekuasaan. Bibit Samad
Riyanto (2009) mengatakan lima hal yang dianggap berpotensi menjadi
penyebab timbulnya korupsi.
62. Pertama, sistem politik; kedua, intensitas moral seseorang atau kelompok;
ketiga, remunerasi (pendapatan) yang minim; keempat, pengawasan baik
bersifat internal-eksternal; kelima, budaya taat aturan. Hal senada juga
dikemukakan oleh Basyaib, dkk (Basyaib: 2002) yang menyatakan bahwa
lemahnya sistem peraturan perundang-undangan memberikan peluang untuk
melakukan tindak pidana korupsi. Di samping itu, praktik penegakan hukum
juga masih dililiy berbagai permasalahan yang menjauhkan hukum dari
tujuannya.
63.
64. 3. Faktor Ekonomi

65. Faktor ekonomi merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal itu
dapat dijelaskan dari pendapatan atau gaji yang tidak mencukupi kebutuhan.
Pendapat ini tidak mutlak benar karena dalam teori kebutuhan Maslow,
korupsi seharusnya dilakukan orang untuk memenuhi dua kebutuhan yang
paling bawah dan hanya dilakukan oleh komunitas masyarakat yang paspasan yang bertahan hidup. Namun di saat ini korupsi dilakukan oleh orang
kaya dan berpendidikan tinggi (Sulistyantoro: 2004).

Pendapat lain

menyatakan kurangnya gaji dan pendapatan pegawai negeri merupakan


faktor paling menonjol menyebabkan meluasnya korupsi di Indonesia. Dari
keinginan pribadi untuk keuntungan yang tidak adil, ketidakpercayaan sistem
peradilan, banyak faktor motivasi orang kekuasaan, anggota parlemen
termasuk warga biasa, terlibat dalam perilaku korup.
66.
67. 4. Faktor Organisasi
68. Menurut Tunggal (2000). Aspek-aspek penyebab terjadinya korupsi dari
sudut pandang organisasi meliputi: (a) kurang adanya teladan dari pimpinan,
(b) tidak adanya kultur organisasi yang benar, (c) system akuntabilitas di
instansi pemerintah kurang memadai, (d) manajemen cenderung menutupi
korupsi di dalam organisasinya. Melalui tujuan organisasi para anggota dapat
memiliki arah yang jelas tentang segala kegiatan dan tentang apa saja yang
tidak, serta apa yang dikerjakan dalam kerangka organisasi.

Tujuan

organisasi dapat berfungsi menyediakan pedoman-pedoman praktis bagi


anggotanya. Tujuan organisasi menghubungkan anggota dengan berbagai
tata cara dalam kelompok. Standar tindakan anggota organisasi akan menjadi
tolok ukur dalam menilai bobot tindakan. Sebuah organisasi berfungsi baik,
bila anggotanya bersedia mengintegrasikan diri di bawah sebuah pola
tingkah laku (yang normatif), sehingga dapat dikatakan kehidupan bersama
mungkin apabila anggota-anggota bersedia memenuhi aturan yang telah
ditentukan.
69.
70. E. Gerakan Anti Korupsi
71. Upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan selama ini belum dapat
menunjukkan hasil maksimal. Hal ini antara lain terlihat dari masih rendahnya
angka Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia. Berdasarkan UU No.30
Tahun 2002, Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dirumuskan sebagai
rangkaian tindakan untuk mencegah dan memberanas tindak pidana korupsi

melalui upaya koordinasi, supervisi, monitor, penyidikan, penuntutan, dan


pemeriksaan di sidang pengadilan, dengan peran serta masyarakat
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
72.
73. Dengan demikian dalam strategi pemberantasan korupsi terdapat 3 (tiga)
unsur utama, yaitu: pencegahan, penindakan, dan peran serta masyarakat.
Salah satu upaya pemberantasan korupsi adalah dengan sadar melakukan
suatu Gerakan Anti-Korupsi di masyarakat. Dengan tumbuhnya budaya antikorupsi di masyarakat diharapkan dapat mencegah munculnya perilaku
koruptip. Gerakan anti-korupsi adalah suatu gerakan jangka panjang yang
harus melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang terkait, yaitu
pemerintah, swasta, dan masyarakat. Pada dasarnya korupsi yang terjadi
jika ada pertemuan antara tiga factor utama, yaitu: niat, kesempatan, dan
kewenangan. Sehingga upaya memerangi korupsi pada dasarnya adalah
upaya untuk menghilangkan atau setidaknya meminimalkan ketiga faktor
tersebut. Karena, gerakan anti korupsi adalah suatu gerakan yang
memperbaiki perilaku individu dan sistem untuk mencegah
74. terjadinya perilaku koruptif, sehingga dapat memperkecil

peluang

berkembang luasnya korupsi di negeri ini. Upaya perbaikan perilaku manusia


antara lain dapat dimulai dengan menanamkan nilai-nilai yang mendukung
terciptanya perilaku anti-koruptif. Nilai-nilai yang dimaksud antara lain adalah
kejujuran, kepedulian, kerja keras, kemandirian, kedisiplinan, tanggungjawab,
kesederhanaan, keberanian dan keadilan. Penanaman nilai-nilai ini kepada
masyarakat dilakukan dengan berbagai cara yang disesuaikan dengan
kebutuhan. Penanaman nilai-nilai ini juga penting dilakukan
mahasiswa.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
85.
86.
87.

kepada

88.
89.
90.
91.
92.
93.
94.
95.
96.
97.
98. BAB III
99. PEMBAHASAN
100.
101.
102.

A. Peran Mahasiswa dalam Mencegah Tindak Korupsi


Korupsi atau rasuah (bahasa
Latin: corruptio dari

kerja corrumpere yang


memutarbalik,

bermakna

menyogok)

adalah

busuk,rusak,
tindakan

kata

menggoyahkan,
pejabat

publik,

baik politisi maupunpegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam
tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidaklegal menyalahgunakan
kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan
keuntungan sepihak[1].
103.
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar
memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
104.

perbuatan melawan hukum,


105.

penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana,


106.

memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi, dan


107.

merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.


108.
Jenis tindak pidana korupsi di antaranya, namun bukan semuanya,
adalah
109.

110.

111.

112.

memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan),


penggelapan dalam jabatan,
pemerasan dalam jabatan,
ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara

negara), dan
113.

menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara)


114.
115.
Pemuda khususnya mahasiswa adalah aset paling menentukan
kondisi zaman tersebut dimasa depan. Mahasiswa salah satu bagian dari
gerakan pemuda. Belajar dari masa lalu, sejarah telah membuktikan bahwa
perjalanan bangsa ini tidak lepas dari peran kaum muda yang menjadi bagian
kekuatan perubahan. Tokoh-tokoh Sumpah Pemuda 1928 telah memberikan
semangat nasionalisme bahasa, bangsa dan tanah air yang satu yaitu

Indonesia. Peristiwa Sumpah Pemuda memberikan inspirasi tanpa batas


terhadap gerakan-gerakan perjuangan kemerdekaan di Indonesia. Peranan
tokoh-tokoh pemuda lainnya adalag Proklamasi Kemerdekaan tahun 1945,
lahirnya Orde Baru tahun 1966, dan Reformasi tahun 1998. Tidak dapat
dipungkiri bahwa dalam peristiwa-peristiwa besar tersebut mahasiswa tampil
di depan sebagai motor penggerak dengan berbagai gagasan, semangat dan
idealisme yang mereka miliki dan jalankan. Untuk konteks sekarang dan
mungkin masa-masa yang akan dating yang menjadi musuh bersama
masyarakat adalah praktek bernama Korupsi. Peran penting mahasiswa
tersebut tidak dapat dilepaskan dari karakteristik yang mereka miliki, yaitu:
intelektualitas, jiwa muda dan idealisme. Dengan kemampuan intelektual
yang tinggi, jiwa muda yang penuh semangat, dan idealisme yang murni
terlah terbukti bahwa mahasiswa selalu mengambil peran penting dalam
sejarah perjalanan bangsa ini. Dalam beberapa peristiwa besar perjalanan
bangsa ini telah terbukti mahasiswa berperan penting sebagai agen
perubahan (agent of change). Mahasiswa didukung oleh kompetensi dasar
yang mereka miliki, yaitu: intelegensia, ide-ide kreatif, kemampuan berpikir
kritis, dan keberanian untuk menyatakan kebenaran. Dengan kompetensi
yang mereka miliki tersebut mahasiswa diharapkan mampu menjadi agen
perubahan, mereka mampu menyuarakan kepentingan`rakyat, mampu
mengkritisi kebijakan-kebijakan yang koruptif, dan mampu menjadi watch dog
lembaga-lembaga negara dan penegak hukum.
116.
117.
118.
119.
120.
121.
122.
123.
124.
125.
126.
127.
128.
B. Keterlibatan Mahasiswa
129.
130.
1. Di Lingkungan Keluarga
131.
Internalisasi karakter anti korupsi di dalam diri mahasiswa dapat
dimulai dari lingkungan keluarga. Pelajaran yang dapat diambil dari

lingkungan keluarga ini adalah tingkat ketaatan seseorang terhadap


aturan/tata tertib yang berlaku. Substansi dari dilanggarnya aturan/tata tertib
adalah dirugikannya orang lain karena haknya terampas.
132.
Tahapan proses internalisasi karakter anti korupsi di dalam diri
mahasiswa yang diawali dari lingkungan keluarga yang sangat sulit dilakukan.
Justru karena anggota keluarga adalah orang-orang terdekat, yang setiap
saat bertemu dan berkumpul, maka pengamatan terhadap adanya perilaku
korupsi yang dilakukan di dalam keluarga seringkali menjadi bias.
133.
134.
2. Di Lingkungan Kampus
135.
Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi di lingkungan
kampus dapat dibagi ke dalam dua wilayah, yaitu: untuk individu
mahasiswanya sendiri, dan untuk komunitas mahasiswa. Untuk konteks
individu, seseorang mahasiswa diharapkan dapat mencegah agar dirinya
sendiri tidak akan berperilaku koruptif dan tidak korupsi. Sedangkan untuk
konteks komunitas seorang mahasiswa diharapkan dapat mencegah rekanrekannya sesame mahasiswa dan organisasi kemahasiswaan kampus untuk
tidak berperilaku koruptif dan tidak korupsi.
136.
137.
3. Di Masyarakat Sekitar
138.
Hal yang sama dapat dilakukan mahasiswa atau kelompok mahasiswa
untuk mengamati lingkungan di lingkungan masyarakat sekitar.
139.
140.
4. Di Tingkat Lokal dan Nasional
141.
Mahasiswa dengan kompetensi yang dimilikinya dapat menjadi
pemimpin (leader) dalam gerakan massa anti korupsi baik yang bersifat lokal
maupun nasional. Kegiatan-kegiatan anti korupsi

yang dirancang dan

dilaksanakan secara bersama dan berkesinambungan oleh mahasiswa dari


berbagai

perguruan

tinggi

akan

mampu

membangunkan

kesadaran

masyarakat akan buruknya korupsi yang terjadi di suatu Negara.


142.
143.
C. Peranan Pendidikan Anti Korupsi Dini di Kalangan Mahasiswa
dalam Mencegah Terjadinya Tindak Korupsi
144.
Pendidikan budi pekerti adalah salah satu pendidikan penting untuk
bekal hidup setiap orang. Disini murid belajar memahami nilai-nilai yang
diterima dan harus ditaati dalam masyarakat tempat dia tinggal dan dalam
masyarakat dunia. Dalam mempelajari nilai-nilai ini akan ditemui manfaat jika
kita mematuhi pagar aturan tersebut dan apa akibatnya

jika

kita

melanggarnya. Sebetulnya inti dari pendidikan anti korupsi adalah bagaimana


penanaman kembali nilai-nilai universal yang baik yang harus dimiliki oleh
setiap orang agar dapat diterima dan bermanfaat bagi dirinya sendiri serta
lingkungannya. Di antara sifat-sifat itu ada jujur, bertanggung jawab, berani,
sopan, mandiri, empati, kerja keras, dan masih banyak lagi. Pendidikan
adalah salah satu penuntun generasi muda untuk ke jalan yang benar. Jadi,
sistem pendidikan sangat memengaruhi perilaku generasi muda ke
depannya. Termasuk juga pendidikan anti korupsi dini. Pendidikan, sebagai
awal pencetak pemikir besar, termasuk koruptor sebenarnya merupakan
aspek awal yang dapat merubah seseorang menjadi koruptor atau tidak.
Pedidikan merupakan salah satu tonggak kehidupan masyarakat demokrasi
yang madani, sudah sepantasnya mempunyai andil dalam hal pencegahan
korupsi. Salah satu yang bisa menjadi gagasan baik dalam kasus korupsi ini
adalah penerapan anti korupsi dalam pendidikan karakter bangsa di
Indonesia, khususnya ditujukan bagi mahasiswa. Karena pada dasarnya
mereka adalah agen perubahan bangsa dalam perjalanan sejarah bangsa.
Pendidikan anti korupsi sesungguhnya sangat penting guna mencegah tindak
pidana korupsi. Jika KPK dan beberapa instansi anti korupsi lainnya
145.
menangkapi para koruptor, maka pendidikan anti korupsi juga penting
guna mencegah adanya koruptor. Seperti pentingnya pelajaran akhlak dan
moral. Pelajaran akhlak penting guna mencegah terjadinya kriminalitas.
Begitu halnya pendidikan anti korupsi memiliki nilai penting guna mencegah
aksi korupsi.
146.
Satu hal yang pasti, korupsi bukanlah selalu terkait dengan korupsi
uang. Seperti yang dilansir dari program KPK yang akan datang bahwa
pendidikan dan pembudayaan antikorupsi akan masuk ke kurikulum
pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi mulai tahun 2012. Pemerintah
akan memulai proyek percontohan pendidikan antikorupsi di pendidikan
tinggi. Jika hal tersebut dapat terealisasi dengan lancar maka masyarakat
Indonesia bisa optimis di masa depan kasus korupsi bisa diminimalisir.
147.
148.
D. Hambatan dalam Penerapan Pendidikan Anti Korupsui di
Lingkungan Kampus
149.
1. Minimnya role-models atau pemimpin yang dapat dijadikan panutan
dan kurangnya

political-will dari pemerintah untuk mengurangi korupsi.

150.

2. Penegakan hukum yang tidak konsisten dan cenderung setengah-

setengah.
151.
3. Karena beberapa perilaku sosial yang terlalu toleran terhadap
korupsi.
152.
4. Struktur birokrasi yang berorientasi ke atas, termasuk perbaikan
birokrasiyang cenderung terjebak perbaikan renumerasi tanpa membenahi
strukturdan kultur.
153.
5. Peraturan perundang-undangan hanya sekedar menjadi huruf mati
yang tidak pernah memiliki roh sama sekali.
154.
6. Kurang optimalnya fungsi komponen-komponen

pengawas

ataupengontrol, sehingga tidak ada check and balance.


155.
7. Banyaknya celah/lubang-lubang yang dapat dimasuki tindakan
korupsipada sistem politik dan sistem administrasi Indonesia.
156.
8. Kesulitan dalam menempatkan atau merumuskan perkara,
sehingga daricontoh-contoh kasus yang terjadi para pelaku korupsi begitu
gampang mengelak dari tuduhan yang diajukan oleh jaksa.
157. 9. Taktik-taktik koruptor untuk mengelabui aparat

pemeriksa

dan

masyarakat yang semakin canggih.


158.
10. Kurang kokohnya landasan moral untuk mengendalikan diri dalam
menjalankan amanah yang diemban.
159.
160.
161.
162.
163.
BAB IV
164.
KESIMPULAN DAN SARAN
165.
166.
Kesimpulan
167.
1. Pendidikan anti korupsi dini sebagai langkah awal terhadap
penanganan kasus korupsi yang bermula dari diri sendiri dan diharapkan
berimplikasi terhadap kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
168.
2. Dalam jangka panjang, pendidikan anti korupsi dini diharapkan
mampu mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN serta
mampu melaksanakan Undang-Undang Dasar 45 demi terwujudnya good
goverment.
169.
3. Pendidikan anti korupsi dini diharapkan mampu memberikan pola
pikir baru terhadap generasi muda dalam mewujudkan negara yang bebas
dari KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme).
170.
4. Pedidikan merupakan salah satu tonggak kehidupan masyarakat
demokrasi yang madani, sudah sepantasnya mempunyai andil dalam hal

pencegahan korupsi. Salah satu yang bisa menjadi gagasan baik dalam
kasus korupsi ini adalah penerapan anti korupsi dalam pendidikan karakter
bangsa di Indonesia, khususnya ditujukan bagi mahasiswa. Karena pada
dasarnya mereka adalah agen perubahan bangsa dalam perjalanan sejarah
bangsa.
171.
5. Dengan kemampuan intelektual yang tinggi, jiwa muda yang penuh
semangat, dan idealisme yang murni terlah terbukti bahwa mahasiswa selalu
mengambil peran penting dalam sejarah perjalanan bangsa ini. Dalam
beberapa peristiwa besar perjalanan bangsa ini telah terbukti mahasiswa
berperan penting sebagai agen perubahan (agent of change).
172.
173.
174.
175.
176.
177.
178.
179.
Saran-Saran
180.
1. Perlu peningkatan peran keluarga dalam penerapan pendidikan anti
korupsi dini sebagai figur dalam pembentukan karakter. Karena pendidikan
utama yang paling awal didapatkan generasi muda berasal dari keluarga.
181.
2. Pemerintah dalam halnya melalui Dinas Pendidikan memformulas
kan pendidikan anti korupsi dalam mata pelajaran pada jenjang pendidikan
formal.
182.
3. Pendidikan anti korupsi (PAK) seharusnya diterapkan di bangku
Perguruan Tinggi sebagai mata kuliah wajib maupun pilihan. Karena,
Mahasiswa sebagai salah satu bagian dari generasi penerus bangsa memiliki
kompetensi intelektual, ide-ide inovatif, kebijakan, dan pola pikir yang lebih
diplomatis menjadikan mereka agen perubahan pembelajaran kehidupan
kebangsaan.
183.
4. Pendidikan Anti Korupsi (PAK) di tingkat Perguruan Tinggi
memberikan pembelajaran lebih efektif dan pengalaman aktif bagi mahasiswa
tentang realitas sosial, masalah-masalah yang berkaitan dengan profesi,
pelayanan umum, dll. Sehingga termotivasi untuk kreatif dan mandiri
mengajak dirinya sendiri, keluarga dan lingkungannya untuk proaktif
memberantas korupsi.

184.

5.

Pemerintah seharusnya mampu memperbaiki kinerja lembaga

peradilan baik dari tingkat kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan lembaga


pemasyarakatan.
185.
6. Adanya kerjasama masyarakat, pemerintah serta instansi terkait
secara sinergis untuk dapat mengimplementasikan

dan menerapkan

pendidikan anti korupsi dini di segala aspek kehidupan.


186.
7. Salah satu cara memberantas korupsi adalah dengan membentuk
lembaga yang independen yang khusus menangani korupsi.
187.
188.
189.
190.
191.
192.
193.
DAFTAR PUSTAKA
194.
Indah wahyu utami : http://library.stmikdb.ac.id/files/disk1/1/-indahwahyu-46-1-- indahw-i.pdf
195.
http://makalainet.blogspot.com/2013/10/korupsi.html (24/11/2014)
196.
http://nurulayuislam.blogspot.com/2014/01/budaya-korupsi-diindonesia.html
197.
Razib, Rizal : 2013. Peran Pemuda dalam Pemberantasan Korupsi di
Indonesia; Internalisasi Tiga Ajaran Ki Hajar Dewantara.
http://rizalrazib.blogspot.com/2011/11/peran-pemudadalampemberantasan.html
198.
199.
Khoiri, Mishad : 2013. Pendidikan Anti Korupsi.
http://kualitaindonesia.blogspot.com/2012/03/pendidikan-antikorupsi.html
200.
201.
http://ridwanmuslim.wordpress.com/2013/04/03/makalah-korupsiindonesia/
202.
203.
Rizani, Ahmad. 2013. Peran serta Pemuda sebagai Agen
Pemberantasan
204.
Korupsi.http://kompasiana.com/post/hukum/2011/01/29/peransertapemuda-sebagai-agen-pemberantasan-korupsi/
205.
206.
http://nurulsolikha.blogspot.com/2011/03/upaya-pemberantasankorupsi-di.html
207.
(diakses tanggal 24 November 2014 )

Anda mungkin juga menyukai