Anda di halaman 1dari 18

Asuransi Kesehatan Komersial Sebagai

Alternatif Pembiayaan Kesehatan


Published on 12 September 2014 by Candra Wiguna

Indonesia merupakan negara berkembang yang masih


mencari suatu sistem yang tepat dalam segala bidang kehidupan berbangsa dan
bernegara termasuk dalam sistem pembiayaan kesehatan. Perubahan
paradigma pembangunan kesehatan mengantarkan Indonesia pada perubahan
suatu sistem pembiayaan kesehatan dari sistem purna bayar menjadi sistem
prabayar. Hanya saja pembiayaan kesehatan di Indonesia masih didominasi
oleh masyarakat dan swasta karena kegagalan pemerintah dalam menyediakan
suatu sistem pembiayaan kesehatan yang menjangkau seluruh warga negara
Indonesia.
Asuransi kesehatan merupakan sistem pembiayaan kesehatan yang paling tepat
untuk dapat menjamin kelangsungan pemeliharaan kesehatan masyarakat
(Pande Januraga, 2010). Namun kenyataannya cakupan asuransi kesehatan di
Indonesia masih sangat kecil, yaitu sekitar 18% dari populasi, dimana sebagian
besar yaitu sekitar 7% dari populasi ditangani oleh PT ASKES. Rendahnya
cakupan asuransi kesehatan ini disebabkan oleh karena belum adanya sistem
yang mendorong masyarakat untuk berasuransi kesehatan, sedangkan di sisi
lain kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk berasuransi masih relatif
rendah (Ginting Christiana, 2002).

Sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini masih bergantung pada sistem
pembiayaan kesehatan secara Out of Pocket, dimana pasien atau keluarganya
langsung membayar pada penyedia layanan kesehatan. Dari laporan World
Health Organization di tahun 2006 sebagian besar (70%) masyarakat Indonesia
masih bergantung pada sistem Out of Pocket, dan hanya 8,4% yang dapat
mengikuti sistem pembayaran prabayar/asuransi (WHO: 2009).
Kelemahan sistem Out of Pocket adalah terbukanya peluang bagi pihak
penyedia layanan kesehatan untuk memanfaatkan hubungan Agency
Relationship antara Dokter-Pasien. Dokter mendapat imbalan berupa uang jasa
medik untuk pelayanan yang diberikannya kepada pasien yang besar-kecilnya
ditentukan dari negosiasi antara dokter dan manajemen rumah sakit. Semakin
banyak jumlah pasien yang ditangani, semakin besar pula imbalan yang akan
didapat dari jasa medik yang dibebankan kepada pasien. Dengan demikian,
secara tidak langsung dokter didorong untuk meningkatkan volume
pelayanannya pada pasien untuk mendapatkan imbalan jasa yang lebih banyak.
Ini adalah moral hazard yang menggoda kalangan dokter untuk
mengeksploitasi kuatnya posisi dokter dalam hubungannya dengan pasien.

Pengertian Asuransi Kesehatan Komersial


Asuransi kesehatan merupakan jenis usaha jasa keuangan yang sangat
kompleks yang melibatkan tiga unsur yang tidak dapat dipisahkan yaitu
peserta (enrollee/insured), pemberi pelayanan (provider) dan badan asuransi
(insurer). Sebagai suatu perusahaan jasa keuangan, efisiensi dan profit
merupakan tuntutan utama. Sedangkan sebagai suatu usaha dalam bidang jasa
pelayanan kesehatan, menuntut seni tersendiri, untuk dapat memberi kepuasan
terhadap setiap individu terkait, baik peserta maupun pemberi pelayanan
kesehatan (Rosa Christiana Ginting, 2002).
Dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia terbitan Mitra Pelajar surabaya,
asuransi berarti pertanggungan atau perjanjian antara pihak penanggung
dengan pihak tertanggung bila terjadi kematian, kecelakaan, kerugian, sakit
ataupun sebagainya dengan memberikan sejumlah uang yang telah ditetapkan
di dalam perjanjian. Kata asuransi berasal dari bahasa Inggris yaitu
insurance atau in-sure yang berarti memastikan. Dalam konteks asuransi
kesehatan, pengertian asuransi adalah memastikan bahwa seseorang yang

menderita sakit akan mendapatkan pelayanan yang ia butuhkan tanpa harus


mempertimbangkan keadaan ekonominya karena ada pihak yang akan
menjamin atau menanggung biaya pengobatan atau perawatannya (Hasbullah
Thabrany, 2001). Definisi asuransi menurut ketentuan Pasal 1 Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian adalah perjanjian antara
dua pihak atau lebih dimana pihak penanggung mengikatkan diri kepada
tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian
kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan
yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang
mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak
pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas
meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Dalam UU
Asuransi pihak penyelenggara asuransi disebut asuradur. Manfaat asuransi
kesehatan adalah mendekatkan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan,
membantu mengubah sesuatu yang tidak pasti menjadi pasti dan terencana
khususnya dalam hal pembiayaan kesehatan, membantu mengurangi risiko
perorangan menjadi risiko kelompok melalui mekanisme membagi risiko atau
risk sharing antara mereka yang berisiko tinggi dan rendah (Henni Djuhaeni,
2007).
Private insurance atau asuransi kesehatan komersial menurut UU No 2 Tahun
1992 Tentang Usaha Perasuransian adalah suatu perjanjian asuransi yang
bersifat sukarela, diselenggarakan atas kehendak pribadi dengan maksud untuk
melindungi dirinya dari kemungkinan terjadi kerugian karena suatu peristiwa
yang tidak tertentu. Pada umumnya private insurance diusahakan oleh
perusahaan swasta, firma, maupun pemerintah.
Asuransi kesehatan merupakan salah satu bentuk manajemen risiko yang
memindahkan risiko atau mentransfer risiko kepada perusahaan asuransi.
Asuransi kesehatan komersial telah ditawarkan di Indonesia pada awal tahun
1970an oleh perusahaan asuransi multinasional yang memiliki kantor cabang
atau unit usaha di Indonesia (Hasbullah Thabrany, 2001). Saat ini bisnis
asuransi kesehatan komersial yang awalnya dilakoni oleh perusahaan swasta
mulai dilirik oleh PT Askes yang merupakan perusahaan milik pemerintah.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1991 PT Askes (Persero)
memiliki peluang untuk mengembangkan kepesertaannya pada Badan Usaha
dan Badan Lainnya, yang diselenggarakan sebagai Program Askes Komersial.

Pengembangan perusahaan Askes Komersial yang dibentuk oleh PT. Askes


disebut PT Asuransi Jiwa InHealth Indonesia dibentuk dengan tujuan untuk
membantu perusahaan secara profesional dalam mengurangi beban
administrasi, memberi kepastian biaya pelayanan kesehatan yang dibutuhkan,
serta meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan sumber biaya
perusahaan sehingga manajemen dapat lebih fokus kepada core business nya
(Suara Pembaharuan, 2009).
Perkembangan penjualan asuransi komersial yang dijual oleh perusahaan
asuransi sebelum tahun 1992 tidak berkembang pesat karena landasan hukum
tidak begitu jelas. Asuransi kesehatan komersial pada saat itu umumnya dijual
sebagai produk tumpangan (rider) yang dijual oleh perusahaan asuransi
kerugian, bukan asuransi jiwa karena asuransi kesehatan merupakan asuransi
kerugian. Tetapi setelah tahun 1992 sampai sekarang, produk asuransi
kesehatan boleh dijual oleh perusahaan asuransi jiwa berdasarkan UndangUndang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Asuransi yang menyatakan bahwa
perusahaan asuransi jiwa boleh menjual produk asuransi kesehatan. Dengan
keluarnya Undang-Undang asuransi ini, maka perusahaan asuransi jiwa
maupun asuransi kerugian dapat menjual produk asuransi kesehatan dan
turunannya. Pertumbuhan pasar asuransi kesehatan kemudian berkembang
sangat pesat karena dukungan dari PP 14 Tahun 1993 tentang Jamsostek yang
membolehkan opt out sehingga banyak perusahaan yang memilih membeli
asuransi kesehatan dari swasta dibandingkan dengan mengikuti program JPK
(Jaminan Pemeliharaan Kesehatan) PT Jamsostek (Hasbullah Thabrany, 2001).
Asuransi komersial (Commercial Health Insurance) kini berkembang menjadi
asuransi kesehatan komersial dengan regulasi (Regulated Health Insurance)
yang dalam laporan Bank Dunia pada tahun 1993 disarankan untuk
dilaksanakan sebagai pengganti prinsip Commercial/ Private Health
Insurance. Namun di Indonesia sendiri Regulated Health Insurance belum
dikembangkan mengingat peraturan dan sistem perundang-undangan yang
mengatur secara jelas dan tegas mengenai sistem asuransi kesehatan komersial
belum ada.

Kekurangan dan Kelebihan Asuransi Kesehatan


Komersial

Dalam setiap program yang dibuat pastilah memiliki kekurangan dan


kelebihan, berikut ini adalah daftar kekurangan dan kelebihan asuransi
kesehatan komersial.
Kelebihan:
Pihak penyelenggara tidak terbatas
Manajemen responsif dan kreatif
Memiliki pelayanan yang bervariasi
Pengajuan klaim lebih mudah dan tidak berbelit-belit
Kepuasan peserta menjadi tinggi karena manfaat yang diberikan sesuai
pilihan peserta
Memiliki produk tambahan (rider) sesuai keinginnan konsumer
Kekurangan:
Terjadi Seleksi bias khususnyaadserve selection.
Subsidi silang tidak terlalu luas karena kepersertaan tidak bersifat wajib
Tidak mencakup semua penduduk/ kurang universal coverage
Besarnya premi tinggi
Kepersertaan bersifat sukarela (compulsory) sehingga pool menjadi kecil
Biaya administrasi mahal
Memiliki administrasi yang rumit
Memungkinkan munculnya moral hazard dari pihak penyelenggara
maupun konsumen
Biaya yang tinggi untuk promosi dan pemasaran produk

Harus disadari bahwa tidak ada sistem pembiayaan kesehatan yang sempurna,
masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Namun, sistem
ekonomi pasar yang bergerak bebas tanpa aturan harus diatur dalam sebuah
sistem pembiayaan kesehatan yang komprehensif, yang dapat mengurangi
kemungkinan dampak buruk hubungan penyedia dan pencari layanan
kesehatan. Walaupun berat dan kompleks, sedikit demi sedikit hal ini harus
dapat diwujudkan untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
Indonesia secara efektif dan efisien.

Perbedaan Asuransi Kesehatan Sosial dengan


Asuransi Kesehatan Komersial
Pada prinsipnya, asuransi kesehatan sosial dan komersial memiliki banyak
perbedaan dari segi kepersertaan, perhitungan premi, manfaat yang
ditawarkan, premi yang dibayarkan, kegotongroyongan, peran pemerintah
maupun tujuan pengelolaan. Berikut ini adalah tabel perbandingan asuransi
kesehatan sosial, asuransi kesehatan komersial dan asuransi kesehatan
komersial yang diregulasi.
No Aspek

Sosial
Health
Insurance

Wajib / pokok Sukarela,

Kepesertaan

Commercial/
Private Health
Insurance

perorangan,

Regulated
Health
Insurance
Sukarela atau
kelompok

atau kelompok
2

Perhitungan premi Group rating / Rating by class, Community ratin


community

sex, age, dll

Menyeluruh/

Sesuai kontrak

Sesuai kontrak

komprehensif

pada polis

pada polis

rating
3

Manfaat / Benefit

Premi / iuran

Persentase gaji Angka absolut

Angka absolut

Kegotong-

Kaya miskin Sehat sakit

Sehat sakit

royongan

Sehat sakit

High risk low

(solidaritas sosial) Tua muda

risk

High risk

Tua muda

low risk
6

Kenaikan biaya

Rendah

Tinggi

Sedang

Peran pemerintah

Tinggi

Rendah

Sedang

Pengelolaan

Not for profit

For profit

For profit

Kesimpulan
Asuransi kesehatan komersial adalah asuransi kesehatan yang kepersertaannya
bersifat sukarela dengan membayar sejumlah premi yang besarnya sesuai
keinginan individu pemilik asuransi berdasarkan tingkatan yang ditetapkan
oleh provider.
Asuransi kesehatan komersial memiliki kelebihan dan kekurangan diantaranya
asuransi kesehatan komersial mampu menyediakan pelayanan yang lebih
bervariasi, sistem manajemen yang responsive dan kreatif tetapi asuransi
kesehatan komersial tidak mampu menyediakan layanan yang universal
coverage, terjadi seleksi bias khususnya adverse selection, premi yang
dibayarkan tinggi dan lain-lain.
Asuransi kesehatan sosial dan komersial memiliki banyak perbedaan dari segi
kepersertaan, perhitungan premi, manfaat yang ditawarkan, premi yang
dibayarkan, kegotongroyongan, peran pemerintah maupun tujuan pengelolaan
asuransi

INDIKATOR DERAJAT KESEHATAN


A. AKI (Angka kematian ibu )
1. Defenisi

Angka

Kematian

Ibu

(AKI)

adalah

banyaknya

kematian

perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi


kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang
disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan
karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup.

Angka kematian ibu merupakan indikator kesehatan yang cukup


penting.

Angka kematian ibu

diketahui dari jumlah kematian

karena kehamilan, persalinan dan ibu nifas per jumlah kelahiran


hidup di wilayah tertentu dalam waktu tertentu.

Angka

Kematian Ibu mencerminkan resiko yang dihadapi ibu-

ibu selama kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh :


keadaan sosial ekonomi dan kesehatan menjelang kehamilan,
kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, serta
tersedianya
2.

dan

penggunaan

fasilitas

pelayanan

termasuk pelayanan prenatal dan obstetric.

kesehatan
Kegunaan

Informasi mengenai tingginya MMR akan bermanfaat untuk


pengembangan

program

peningkatan

kesehatan

reproduksi,

terutama pelayanan kehamilan dan membuat kehamilan yang


aman bebas risiko tinggi (making pregnancy safer), program
peningkatan
kesehatan,

jumlah

kelahiran

penyiapan

sistim

yang
rujukan

dibantu
dalam

oleh

tenaga

penanganan

komplikasi kehamilan, penyiapan keluarga dan suami siaga dalam


menyongsong

kelahiran,

yang

semuanya

bertujuan

untuk

mengurangi Angka Kematian Ibu dan meningkatkan derajat


kesehatan reproduksi.
3. Cara Menghitung
mudian kematian ibu dapat diubah menjadi rasio kematian ibu dan
dinyatakan per 100.000 kelahiran hidup, dengan membagi angka
kematian dengan angka fertilitas umum. Dengan cara ini diperoleh
rasio kematian ibu kematian maternal per 100.000 kelahiran
4. Rumus
Dimana:

Jumlah Kematian Ibu yang dimaksud adalah banyaknya kematian


ibu yang disebabkan karena kehamilan, persalinan sampai 42 hari
setelah melahirkan, pada tahun tertentu, di daerah tertentu.
Jumlah kelahiran Hidup adalah banyaknya bayi yang lahir hidup
pada tahun tertentu, di daerah tertentu.
Konstanta =100.000 bayi lahir hidup.
Contoh
Berdasarkan data SDKI 2002 - 2003, Angka Kematian Ibu atau
Maternal Mortality Ratio(MMR) di Indonesia untuk periode
tahun1998-2002, adalah sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup.
5.

Keterbatasan
AKI sulit dihitung, karena untuk menghitung AKI dibutuhkan
sampel yang besar, mengingat kejadian kematian ibu adalah
kasus yang jarang. Oleh karena itu kita umumnya dignakan AKI
yang telah tersedia untuk keperluan pengembangan perencanaan
program.

B. AKB (angka kematian bayi )

1.
Definisi

Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi


berusia dibawah satu tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu
tahun tertentu.

Salah satu indikator yang paling menonjol dalam menilai derajat


kesehatan adalah Angka Kematian Bayi

(AKB = IMR). Angka

Kematian Bayi dihitung dari banyaknya kematian bayi berusia


kurang 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada waktu yang sama.
Manfaat dari IMR ini, adalah untuk mengetahui gambaran tingkat
permasalah kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor
penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi
ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi
lingkungan dan sosial ekonomi.

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah


lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun.

Angka kematian bayi diklasifikasikan menjadi empat kelompok


yaitu :

4.

1.

Rendah jika AKB kurang dari 20.

2.

Sedang jika AKB antara 20 49.

3.

Tinggi jika AKB antara 50 99.

Sangat Tinggi AKB lebih dari 100.


Cara Menghitung

Dimana:
AKB
D

= Angka Kematian Bayi / Infant Mortality Rate (IMR)

0-<1th

=Jumlah Kematian Bayi (berumur kurang 1 tahun) pada

satu tahun tertentu di daerah tertentu.


lahir hidup = Jumlah Kelahiran Hidup pada satu tahun tertentu
di daerah tertentu (lihat modul fertilitas untuk definisi kelahiran
hidup).
K = 1000
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah
bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak
faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar,
dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu
endogen dan eksogen.
Kematian

bayi

endogen

atau

yang

umum

disebut

dengan

kematian neonatal; adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan


pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktorfaktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang
tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan.
Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah
kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai
menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor
yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.
2. Sumber Data

Data mengenai jumlah anak yang lahir jarang tersedia dari


pencatatan atau registrasi kependudukan, sehingga sering dibuat
perhitungan/estimasi tidak langsung dengan program "Mortpak
4". Program ini menghitung AKB berdasarkan data mengenai
jumlah Anak yang Lahirkan Hidup (ALH) atau Children Ever Born
(CEB) dan Jumlah Anak Yang Masih Hidup (AMH) atau Children Still
Living (CSL) (catatan: lihat definisi di modul fertilitas).

C. AKABA (angka kematian balita )


1. Konsep dan definisi
Akaba adalah jumlah anak yang dilahirkan pada tahun tertentu
dan meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun, dinyatakan
sebagai angka per 1000 kelahiran hidup. Nilai normatif Akaba >
140 sangat tinggi, antara 71 140 sedang dan < 20 rendah.
2. Manfaat
Indikator ini terkait langsung dengan target kelangsungan hidup
anak dan merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan
anak-anak bertempat tinggal termasuk pemeliharaan
kesehatannya. Akaba kerap dipakai untuk mengidentifikasi
kesulitan ekonomi penduduk.
Mengingat kegiatan registrasi penduduk di Indonesia belum
sempurna sumber data ini belum dapat dipakai untuk menghitung

Akaba. Sebagai gantinya Akaba dihitung berdasarkan estimasi


tidak langsung dari berbagai survei. Brass.
Metode Perhitungan
Rumus yang digunakan:
Banyaknya penduduk yang
Akaba meninggal pada usia kurang
X 1000
dari 5 tahun
=
Banyaknya balita
Sumber data:
BPS (SP, SDKI, Kor Susenas) dan Departemen Kesehatan
D. UHH ( usia harapan hidup )
1. Defenisi
Usia harapan hidup (Life Expectancy Rate) merupakan lama hidup
manusia di dunia. Usia harapan hidup perempuan lebih tinggi
dibandingkan

laki-laki.

Harapan

hidup

penduduk

Indonesia

mengalami peningkatan jumlah dan proporsi sejak 1980. Harapan


hidup perempuan adalah 54 tahun pada 1980, kemudian 64,7
tahun

pada

1990,

dan

70

tahun

pada

2000.

Meningkatnya usia harapan hidup penduduk Indonesia membawa


implikasi bertambahnya jumlah lansia. Berdasarkan data, wanita
Indonesia yang memasuki masa menopause saat ini semakim
meningkat setiap tahunnya. Meningkatnya jumlah itu sebagai
akibat bertambahnya populasi penduduk usia lanjut dan tingginya
usia

harapan

masyarakat.

hidup

diiringi

membaiknya

derajat

kesehatan

2. Penyebab
Penyebab panjangnya umur manusia, diluar soal takdir tentunya,
tergantung dari
Penyakit bawaan dari lahir: mereka yang diberi berkah oleh Tuhan
Yang Maha Kuasa untuk menjalani hidup lebih panjang adalah
orang-orang yang terkait dengan rendahnya penyakit degeneratif.
Yaitu penyakit-penyakit yang mengancam kehidupan manusia,
seperti penyakit kanker, jantung koroner, diabetes dan stroke.
Lingkungan tempat tinggal Stress atau tekanan.

Pasien Sehat: Kekurangan Dan


Kelemahan BPJS Kesehatan
Posted by Sucipto Kuncoro

Sebelumnya kami telah menulis kelebihan dan keuntungan BPJS


Kesehatan. Agar berimbang, inilah kekurangan dan kelemahan BPJS
Kesehatan.
1. Tarif INA CBGs Dinilai Rendah
Pada beberapa kasus tarif INA-CBGs, sebagai standar tarif JKN dinilai
terlalu rendah. Standar tarif ini berbeda untuk setiap tipe rumah sakit. Ada
beberapa tindakan yang sebenarnya bisa dilakukan di RS tipe C atau D,
tapi tidak dapat dilakukan karena tarifnya rendah, sehingga pasien harus
dirujuk ke RSUP. Seperti yang kita lihat saat ini, pasien BPJS lebih
membludak di RSUP. Hal ini juga berlaku untuk obat-obatan yang
ditanggung BPJS.
2. Tidak Ada Akad Saat Pendaftaran

BPJS selalu bilang semua ditanggung, namun sistemnya tidak


demikian. RS memang harus melayani semua jenis penyakit
tanpa memungut biaya lagi, namun kalau biaya pemeriksaan,
perawatan, obatnya jauh lebih besar dari tarif yang diberikan
BPJS -dan percayalah dengan tarif yang masih rendah saat ini
untuk beberapa kasus tertentu, hal ini banyak terjadi.
Otomatis RS akan menyesuaikan, misal harusnya diperiksa A,
B, C jadi tidak. Harusnya rawat ruang intensif jadi rawat ruang
biasa, harusnya dikerjakan tindakan A jadi tidak dikerjakan.
Hal hal ini tidak diutarakan ke Anda sebagai peserta. Anda
hanya tahunya pemeriksaan 1 hari 1 tindakan tidak bisa
sekaligus, ruangan tidak tersedia, atau mendadak dirujuk ke
RS lain yang lebih besar. Semua ini pastinya tidak tertulis di
perjanjian kerjasamanya.

3. Belum Semua Rumah Sakit Taat Peraturan


Karena BPJS tidak mau jujur dengan masyarakat bahwa
asuransi yang diberikan ada keterbatasan. Dia (melalui
pemerintah) tetapkan tarif sendiri secara sepihak yang harus
mau diterima oleh RS yang kerjasama. Dan ini sifatnya wajib
menurut UU. Ketika ada pesertanya yang dirawat dan butuh
biaya besar, BPJS tetap bilang ditanggung semuanya dan
pasien tidak boleh ditarik iur biaya. Sisanya RS yang terpaksa
nanggung. Ilustrasinya begini, pasien sakit berat harus dirawat
di ruang intensif (ICU) habis 50 juta. Tarif INA CBGs hanya 20
juta. Sisanya 30 juta harus ditanggung RS. Jelas tidak ada RS
yang mau tanggung sisanya. Terpaksa pasien diakali harus
naik kelas diluar haknya dan bayar sisanya.

4. Ada Unsur Pemaksaan

Pada 2019 masyarakat, perusahaan, bahkan seluruh fasilitas


kesehatan harus sudah ikut BPJS. Padahal belum tentu perlu
dan diuntungkan dengan ikutnya. Banyak perusahaan sudah
punya jaminan kesehatan sendiri yang dinilai lebih baik, tapi
kini terpaksa mengikutkan karyawannya ke BPJS kesehatan.
Banyak karyawan perusahaan yang tadinya punya sistem
kesehatan sendiri yang lebih nyaman kini keberatan karena
harus ikut BPJS Kesehatan.

5. Ada Riba
Untuk Anda yang sudah jadi peserta BPJS Kesehatan,
kemudian lupa atau telat bayar iuran. Anda dikenakan bunga
2% per bulan karena telat bayar. Belum lagi jika kita bicara
dimana BPJS menginvestasikan dana yang dikelolanya.

6. Antriannya Lama, Kamar Penuh


Sudah pasti antriannya lama. Loket pasien umum dan loket
pendaftaran BPJS berbeda. Sementara yang berobat di RS
kebanyakan adalah pasien BPJS. Jumlah pasien BPJS terus
bertambah tapi tidak diimbangi dengan penambahan loket
pendaftaran karena keterbatasan ruangan/bangunan. Ini juga
berlaku untuk kamar yang sering penuh.

7. Rujukan Berjenjang
Kalau asuransi lain Anda bisa langsung berobat ke rumah sakit
yang bekerjasama atau rekanan, tapi kalau di BPJS Anda harus
ke faskes 1 (klinik atau puskesmas), setelah di faskes 1 dapat
rujukan baru Anda ke rumah sakit yang bekerjasama dengan
BPJS, sebenarnya langsung ke rumah sakit bisa tapi untuk

kasus gawat darurat saja. Jika Anda biasa pakai asuransi


swasta pasti akan mengeluh dengan prosedur seperti ini.

8. Tidak Menanggung Kecelakaan Lalu Lintas


Kecelakaan lalu lintas adalah ranahnya Jasa Raharja.
Penjaminan jasa raharja itu sistemnya reimburst (mengganti
biaya), jadi pasien harus biaya sendiri dulu, setelah selesai
baru minta ganti dengan ngurus ke kantor jasa raharja. Untuk
pasien yang tidak mampu tentu sangat berat sekali. Dulu di
era Jamkesmas/Jamsostek aturan ini tidak terjadi. Mungkin
pemerintah menyadari, dulu Jasa Raharja terlalu 'keenakan'
hanya mengutip premi tanpa membayar klaim karena ketika
terjadi KLL ditanggung Jamkesmas.

Meskipun
BPJS Kesehatan

memiliki banyak kekurangan dan kelemahan, harus kita akui bahwa


manfaatnya sangat besar. Kalau kita mau melihat kondisi rumah sakit
sekarang ini, pasien yang berobat 90% menggunakan BPJS dan asal mau
repot sedikit, biaya pengobatan yang sangat besar jumlahnya tertutupi
dengan jadi peserta BPJS. Tapi kami berharap kedepannya sistemnya bisa
dibenahi sehingga pasien dapat ditangani secara optimal dan tenaga
kesehatan dapat bekerja dalam kondisi yang lebih baik dan menunjang
dibandingkan saat ini.
*Rekomendasi: Kelebihan Dan Keuntungan Menjadi Peserta BPJS
Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai