NASKAH PSIKIATRI
Gangguan Cemas Menyeluruh
P 1943 B3
P 1961 B4
BAB I
PENDAHULUAN
Perasaan cemas sering dialami oleh hampir semua manusia. Hal ini ditandai
oleh rasa takut yang difus, tidak menyenangkan, dan sering disertai gejala
otonomik, seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, gelisah, dan sebagainya.
Rasa cemas disebut juga anxietas. Anxietas merupakan gejala yang umum tetapi
non-spesifik yang sering merupakan satu fungsi emosi. Kumpulan gejala tertentu
yang ditemui selama kecemasan cenderung bervariasi, pada setiap orang tidak
sama. Anxietas yang patologik biasanya merupakan kondisi yang melampaui
batas normal terhadap satu ancaman yang sungguh-sungguh dan maladaptif.1,2
Anxietas bisa sebagai gejala yang terdapat pada gangguan psikiatrik,
sebagai sindroma pada neurosis cemas, dan dapat juga sebagai kondisi normal.
Anxietas normal sebenarnya suatu hal yang sehat, karena merupakan tanda bahaya
kondisi jiwa dan tubuh manusia untuk dapat mempertahankan diri. Anxietas juga
dapat bersifat konstruktif, misalnya seorang pelajar yang akan menghadapi ujian,
merasa cemas, maka ia akan belajar secara giat supaya kecemasannya dapat
berkurang.2
Gangguan anxietas memiliki beberapa bentuk, antara lain gangguan anxietas
fobik, gangguan panik, gangguan anxietas menyeluruh, gangguan campuran
anxietas dan depresi, gangguan obsesif-kompulsif dan gangguan stress pasca
trauma. Angka prevalensi untuk gangguan anxietas menyeluruh 3-8% dan rasio
antara perempuan dan laki-laki sekitar 2:1. Pasien gangguan anxietas menyeluruh
sering mengalami komorbiditas dengan gangguan mental lainnya seperti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
DEFINISI
Gangguan anxietas menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder, GAD)
2.2 EPIDEMIOLOGI
Prevalensi GAD 3-8% dari seluruh gangguan anxietas, dengan wanita usia >
40 tahun sekitar 10%. Rasio antara perempuan dan laki-laki sekitar 2:1. Onset
penyakit biasanya muncul pada usia pertengahan hingga dewasa akhir, dengan
insidens yang cukup tinggi pada usia 35-45 tahun. GAD merupakan gangguan
kecemasan yang paling sering ditemukan pada usia tua.4,5
2.3
ETIOLOGI
Beberapa teori yang menjelaskan faktor diduga penyebab terjadinya
Teori Biologi
Terdapat gangguan pada daerah otak yang diduga berkaitan dengan GAD
yakni, lobus oksipitalis (area otak dengan reseptor benzodiazepine tertinggi), basal
ganglia, sistem limbik, dan korteks frontal. Pada pasien GAD juga ditemukan
sistem serotonergik yang abnormal. Neurotransmiter yang berkaitan dengan GAD
adalah
GABA,
serotonin,
norepinefrin,
glutamate,
dan
kolesistokinin.
c.
Teori Psikoanalitik
Hipotesis teori ini bahawa anxietas adalah gejala dari konflik bawah sadar
yang tidak terselesaikan. Mulai dari masalah perpisahan dengan objek cinta
hingga kehilangan cinta dari objek yang penting. Anxietas kastrasi berhubungan
dengan fase oedipal, sedangkan anxietas superego merupakan ketakutan seseorang
untuk mengecewakan nilai dan pandangannya sendiri (merupakan anxietas yang
paling matang).3,6
d. Teori kognitif-perilaku
Penderita GAD berespon secara salah dan tidak tepat terhadap ancaman,
disebabkan oleh perhatian yang selektif terhadap hal-hal yang negative pada
lingkungan, adanya distorsi pada pemrosesan informasi dan pandangan yang
sangat negative terhadap kemampuan diri untuk menghadapi ancaman.3,6
2.4 GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis dinilai dari 2 hal, yaitu gejala somatik dan gejala
psikologik.3,6
1.
Gejala somatik
Gemetar
Ketegangan otot
2.
Parestesia
Sulit menelan
Gejala psikologik
Sulit konsentrasi
Insomnia
Libido menurun
tekanan darah. Selain itu hipotalamus juga berfungsi sebagi pusat dari system
saraf otonom. Sistem ini terbagi atas sistem simpatis dan sistem parasimpatis.
Pada anxietas terjadi sekresi adrenalin berlebihan yang menyebabkan peningkatan
tekanan darah, sedangkan pada anxietas yang sangat berat dapat terjadi reaksi
yang dipengaruhi oleh komponen parasimpatis sehingga akan mengakibatkan
penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung. Pada kecemasan yang
kronis, kadar adrenalin terus meninggi, sehingga kepekaan terhadap rangsangan
yang lain berkurang dan akan terlihat tekanan darah meninggi. Pada gangguan
anxietas menyeluruh yang terutama berperan adalah neurotransmiter serotonin.
Pada saat ini telah diidentifikasi tiga reseptor serotonin, yaitu : 5-HT1, 5-HT2 dan
5-HT3. Reseptor 5-HT1 bersifat sebagai inhibitor, sedangkan reseptor 5-HT2 dan
reseptor 5-HT3 bersifat sebagai eksitator. Menurut Gothert, aktivasi reseptor 5HT1 akan mengurangi kecemasan sedangkan aktivasi reseptor 5-HT2 akan
meningkatkan tekanan darah.7
2.5
DIAGNOSIS
Kriteria diagnostik gangguan anxietas menyeluruh menurut DSM IV-TR:8
a.
b.
c.
Kecemasan atau kekhawatiran disertai tiga atau lebih dari enam gejala berikut
ini (dengan sekurangnya beberapa gejala lebih banyak terjadi dibandingkan
tidak terjadi selama enam bulan terakhir). Catatan : hanya satu nomor yang
diperlukan pada anak :
1.
Kegelisahan
2.
3.
4.
Iritabilitas
5.
Ketegangan otot
6.
Gangguan tidur (sulit tertidur atau tetap tidur, atau tidur gelisah, dan
tidak memuaskan)
d.
f.
Gangguan yang terjadi adalah bukan karena efek fisiologis langsung dari
suatu zat (misalnya penyalahgunaan zat, medikasi) atau kondisi medis umum
(misalnya hipertiroidisme), dan tidak terjadi semata-mata selama suatu
gangguan mood, gangguan psikotik, atau gangguan perkembangan pervasif.
10
Menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode
depresif (F32.-), gangguan anxietas fobik (F40.-), gangguan panik (F41.0), atau
gangguan obsesif-kompulsif (F42.-).
2. 6 DIAGNOSIS BANDING
Gangguan anxietas menyeluruh perlu dibedakan dari kecemasan akibat
kondisi medis umum maupun gangguan yang berhubungan dengan penggunaan
zat. Diperlukan pemeriksaan medis termasuk tes kimia darah, elektrokardiografi,
dan tes fungsi tiroid. Klinisi harus menyingkirkan adanya intoksikasi kafein,
penyalahgunaan stimulansia, kondisi putus zat atau obat seperti alkohol, hipnotiksedatif dan anxiolitik.3
Kelainan neurologis, endokrin, metabolik dan efek samping pengobatan pada
gangguan panik harus dapat dibedakan dengan kelainan yang terjadi pada
gangguan anxietas menyeluruh. Selain itu, gangguan anxietas menyeluruh juga
dapat
didiagnosis
banding
dengan
fobia,
gangguan
obsesif-kompulsif,
Fobia
Pada fobia, kecemasan terjadi terhadap objek/hal tertentu sehingga pasien
11
Hipokondriasis
Pada hipokondriasis maupun somatisasi, pasien merasa cemas terhadap
penyakit serius ataupun gejala-gejala fisik yang menurut pasien dirasakannya dan
berusaha datang ke dokter untuk mengobatinya, sedangkan pada GAD, pasien
merasakan gejala-gejala hiperaktivitas otonomik sebagai akibat dari kecemasan
yang dirasakannya.3
peristiwa ataupun trauma yang sebelumnya dialami oleh pasien, sedangkan pada
GAD kecemasan berlebihan berhubungan dengan aktivitas sehari-hari.3
2.7 PENATALAKSANAAN
1.
Farmakoterapi
a. SSRI ( Selective serotonin re-uptake Inhibitor)
Sertraline dan paroxetin merupakan pilihan yang lebih baik daripada fluoxetin.
Psikoterapi
12
a.
sadar, menilik egostrength, relasi objek, serta keutuhan self pasien. Dari
pemahaman akan komponen-komponen tersebut, dapat diperkirakan sejauh mana
13
pasien dapat diubah untuk menjadi lebih matur, bila tidak tercapai, minimal kita
memfasilitasi
agar pasien
dapat
beradaptasi
pekerjaannya.5
2.8 PROGNOSIS
Gangguan anxietas menyeluruh merupakan suatu keadaan kronis yang
mungkin berlangsung seumur hidup. Prognosis dipengaruhi oleh usia, onset,
durasi gejala dan perkembangan komorbiditas gangguan cemas dan depresi.
Karena tingginya insidensi gangguan mental komorbid pada pasien dengan
gangguan kecemasan menyeluruh, perjalanan klinis dan prognosis gangguan
cemas menyeluruh sukar untuk ditentukan. Namun demikian, beberapa data
menyatakan bahwa peristiwa kehidupan berhubungan dengan onset gangguan
kecemasan umum. Terjadinya beberapa peristiwa kehidupan yang negatif secara
jelas meningkatkan kemungkinan akan terjadinya gangguan cemas menyeluruh.
Menurut definisinya, gangguan kecemasan umum adalah suatu keadaan kronis
yang mungkin seumur hidup. Sebanyak 25% penderita akhirnya mengalami
gangguan panik, juga dapat mengalami gangguan depresi mayor.3
Dalam menentukan prognosis dari gangguan cemas menyeluruh, perlu diingat
bahwa banyak segi yang harus dipertimbangkan. Hal ini berhubung dengan
dinamika terjadinya gangguan cemas serta terapinya yang begitu kompleks.
Keadaan penderita, lingkungan penderita, dan dokter yang mengobatinya ikut
mengambil peran dalam menentukan prognosis gangguan cemas menyeluruh.3
Ditinjau dari kepribadian premorbid, jika penderita sebelumnya telah
menunjukkan kepribadian yang baik di sekolah, di tempat kerja atau dalam
14
masyarakat,
integrasi
perasaan
dengan
perbuatan,
kemampuan
15
16