Anda di halaman 1dari 380

SUATU Keberanian Mendamaikan Iman dan Kebebasan

Irshad Manji

Renebook
Jl. Siaga Raya No. 21 C Pejaten Barat Jakarta Selatan 12510
Telp. (021) 456 73324
E-mail: redaksi@renebook.com

Suatu Keberanian Mendamaikan Iman dan Kebebasan


Diterjemahkan dari Allah, Liberty and Love: the Courage to Reconcile Faith and
Freedom karya Irshad Manji, terbitan Random House Canada, Canada, 2011.
Copyright 2011 Irshad Manji
Published by Random House Canada, a division of Random House of Canada Limited,
Toronto, and simultaneously in the United States of America by Free Press, a division of
Simon & Schuster, New York.
xxviii + 352 hal; 14 x 21 cm
ISBN: 978-602-19153-4-9
Penerjemah: Meithya Rose Prasetya
Editor: Wiyanto Suud
Desainer Sampul: Alta Rivan
Lay Outer: Ade Damayanti
Cetakan 1, Mei 2012

Mengenang nenekku, Leila Liberty

Catatan Penulis
Allah adalah sebutan untuk Tuhan dalam bahasa Arab
Tuhan kebebasan dan cinta yang berlaku universal. Aku sa
dar, pemahaman ini tidak sama persis dengan persepsi ke
banyakan orang tentang Allah. Tapi seperti yang akan aku
tunjukkan, Tuhan begitu mencintaiku dengan memberiku pi
lihan-pilihan dan kebebasan untuk menentukannya. Pada gi
lirannya, mencintai sesama makhluk Tuhan berarti meyakini
akan kemampuan mereka untuk menentukan pilihan sendiri.
Dengan demikian, cinta menuntutku melakukan dua hal secara
bersamaan: memperjuangkan kebebasan, bukan sekadar untuk
diriku sendiri, dan melawan penjajah-kekuasaan yang mencuri
pilihan-pilihan itu dari kita sebagai manusia merdeka. Di masamasa yang kacau-balau begini, hubungan antara kebebasan dan
cinta harus dieksplorasi secara jernih. Sebagaimana yang akan
ku
perlihatkan, keharmonisanku dengan Allah membantuku
untuk melakukan itu.
Memang, kejernihan memerlukan nalar yang selalu meng
arah pada pertanyaan Bagaimana kau tahu Tuhan itu ada? Aku
tidak tahu, tapi aku meyakininya. Sejak dini, aku mengakui

vii

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

ini, supaya tidak merendahkan kecerdasan para pembaca yang


agnostik dan ateis. Namun, aku juga akan memperlihatkan
bahwa cara terbaik untuk menghargai kecerdasan manusia
adalah dengan memiliki keyakinan akan potensi kita untuk
menjadi agen perubahan dalam kehidupan ini, daripada duduk
melamun dengan harapan fatalistik tentang kehidupan setelah
kematian. Melalui keyakinanku akan kapasitas kreatif setiap
individu, aku berharap dapat berbicara dengan penuh hormat
kepada mereka yang beragama maupun yang tak beragama.
Faktanya, individu-individu dari berbagai keyakinanlah
yang membentuk pemikiranku. Jadi, izinkan aku bercerita se
dikit tentang narasumberku. Selama satu dasawarsa terakhir,
di antara guru-guru yang paling mempengaruhiku berasal
dari kalangan Muslim dan non-Muslim yang berhubungan
langsung dengankubaik di berbagai acara, di facebook, atau me
lalui surel1. Sebagai bentuk rasa terima kasih yang mendalam,
kujalin kisah mereka menjadi buku ini. Sebagian besar, aku
hanya mencantumkan nama depan mereka. Dan ketika me
nyadari bahaya yang akan menimpa korespondenku, aku pun
mengubah nama mereka.
Begitu banyak penelitian tambahan untuk memperkaya
buku Allah, Liberty and Love ini, sehingga mencantumkan semua
catatan kaki akan menghambur-hamburkan jumlah halaman.
Supaya buku ini enak dibaca dan terjangkau, sekaligus untuk
menghindari pemangkasan yang terlalu banyak, aku meng
unggah semua catatan kaki di situs webku, irshadmanji.com.
Aku juga menggunakan catatan kaki untuk menerangkan se
jumlah pernyataan. Jika Anda ingin memperdalam tentang
1

surat elektronik atau email

viii

IRSHAD MANJi

segala sesuatu yang telah Anda baca di sini, silakan kunjungi


situs webku.
Akhir kata, di halaman belakang buku ini, aku menyajikan
daftar rekomendasi bacaanbeberapa di antaranya masih mem
buatku terkesan. Semoga bacaan itu bisa menjadi inspirasi se
kaligus sumber informasi bagi Anda.

ix

Kata Pengantar
Dari Amarah Menuju Aspirasi
Di suatu sore yang dingin di bulan Februari 2007, aku tiba di
Texas untuk pertama kalinya. Universitas Rice di Houston me
ngundangku untuk berbicara tentang bukuku The Trouble with
Islam Today: A Wake-Up Call for Honesty and Change.2 Dalam
perjalanan menuju pusat dialog antaragama itu, aku dan tuan
rumah mendiskusikan tentang (apa lagi kalau bukan) sains.
Kami terkagum dengan temuan teori para fisikawan yang
mengeksplorasi dunia di luar materi, dan kami gembira karena
teori super-senar, sebagai sebuah perjalanan spiritual yang
penuh misteri, memiliki pendukung sekaligus pihak-pihak
yang meragukannya. Tak berapa lama kemudian, di dalam
auditorium modern bernama Shell Oil, aku berdiri di hadapan
barisan manusia yang merefleksikan Bible Belt3 (Jalur Injil) tapi
dengan keragamannya: Muslim, Nasrani, Yahudi, Buddha,
2
3

Diterbitkan di Indonesia dengan judul Beriman Tanpa Rasa Takut: Tantangan Umat
Islam Saat Ini.
Wilayah bagian Selatan dan Barat Tengah Amerika Serikat, yang didominasi oleh
kaum Kristiani taat dan ketat.

xi

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Politeis, Ateis, danTuhan mencintai kita semuaorang-orang


yang terpinggirkan.
Terpesona dengan apa yang disaksikannya, sang tuan
rumah memanfaatkan keragaman ini dan memperkenalkanku
sebagai Muslim yang dianugerahi Chutzpah Award oleh
Oprah Winfrey, seorang keturunan Afrika-Amerika (chutzpah
merupakan sebutan dalam bahasa Yahudi untuk keberanian
yang hampir mendekati gila). Para peserta tertawa. Malu-malu.
Setiap orang bisa merasakan kegelisahan. Tulisan tentang ke
butuhan perubahan dalam Islam tidak akan memenangkan
mu dalam diplomasi, bahkan di Texas sekalipun. Aku men
deklarasikan diriku sebagai penutur-kebenaran, tapi banyak
di antara para peserta yang merasa khawatir, justru itu akan
memicu ketegangan.
Aku ke sini untuk menjalin percakapan, aku menenang
kan mereka, percakapan tentang Islam yang sangat berbeda.
Kita semua tahu tentang Islam yang muncul di tajuk utama
media massa: tiga serangkai kengerian, yaitu pe
ngeboman,
pe
menggalan, dan darah. Kita juga tahu, menurut Muslim
moderat, Islam itu damai. Setiap orang boleh jadi telah mem
berikan hal yang kurang lebih sama, tapi bukan itu misiku.
Aku janji, cerita yang akan kututurkan, berkisar satu gagasan
sangat besar, yang kuyakini memiliki kapasitas untuk meng
ubah dunia untuk selamanya.
Gagasan itu adalah ijtihadtradisi dalam Islam yang men
cakup perbedaan pendapat, penalaran, dan penafsiran kembali.
Untuk para peserta non-Muslim, aku melafalkannya secara
hati-hati: ij-tee-had. Kata ini berasal dari akar yang sama dengan
kata jihad, berjuang, tapi tidak seperti jihad (berjuang) yang

xii

IRSHAD MANJi

penuh kekerasan, ijtihad terkait dengan perjuangan untuk me


mahami dunia kita dengan menggunakan pikiran. Tentu, ini
berimplikasi pada penggunaan kebebasan untuk mengajukan
pertanyaanyang terkadang terasa begitu tidak nyaman. Aku
bicara mengenai mengapa kita semua memerlukan ijtihad, baik
bagi kaum Muslim maupun non-Muslim.
Yang membuatku tak sabar untuk bercerita adalah surel
dari Jim, salah seorang pembacaku dari Amerika. Pesan ten
tang ijtihad, tentang mengajukan pertanyaan, berguna bukan
hanya bagi umat Muslim, ungkapnya dengan penuh antusias.
Buanglah sekat-sekat kebenaran politik dan berdiskusilah, ber
debatlah, tantanglah, dan belajarlah. Seorang perempuan Mus
lim berkulit cokelat (aku) menginspirasi seorang lelaki Nasrani
berkulit putih! Bukankah kebebasan itu mengagumkan?
Aku hampir saja teringat betapa mengagumkannya ke
bebasan. Diskusi malam itu menyisakan pertanyaan di benak
ku: Bagaimana dengan persoalan di dunia Barat? Akankah
perempuan yang memulai reformasi dalam Islam? Bagaimana
kau menggunakan ijtihad untuk mengalahkan para teroris? Di
penghujung malam, seorang mahasiswa Muslim diam-diam
menghampiriku dan berkata bahwa ia baru mendengar ijtihad
ketika masuk universitas di Amerika Serikat. Mengapa? ia
bertanya, tidakkah kita diajarkan mengenai tradisi Islam ini
di madrasah kita? Aku mengarahkan dia ke bagian di buku
ku yang membahas tentang pertanyaannya. Ia berterima kasih
padaku dan berbalik. Baru separuh jalan, ia berhenti untuk me
ngajukan satu pertanyaan lagi, Bagaimana aku mendapatkan
chutzpah Anda?

xiii

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Selama delapan tahun terakhir, aku sudah mengalami ratusan


percakapan seperti ini. Mereka membawaku ke suatu perjalanan
surealis yang berujung pada buku yang sedang Anda pegang
saat ini. Marilah sejenak kita kilas balik.
Pada pagi hari tanggal 11 September 2001, untuk pertama
kalinya aku mengadakan rapat sebagai produser eksekutif dari
sebuah saluran TV yang didedikasikan untuk spiritualitas. Aku
sama sekali tidak tahu mengenai tragedi World Trade Centre
sampai selesai rapat dan aku kembali ke satu ruangan kantor
yang semua karyawannya terpaku mencondongkan tubuh ke
arah TV. Segera sesudah itu, aku menulis editorial tentang ke
napa umat Muslim tak bisa lagi menunjuk golongan non-Mus
lim untuk menerangkan disfungsi kita. Sudah terlalu lama
kita menyelewengkan Islam dari Al-Quran surah 13, ayat 11,
Tuhan tidak mengubah nasib suatu kaum sampai mereka mengubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Itulah solusi 13:11 bagi
kekejaman tragedi 9/11.
Editorialku, Permohonan Seorang Muslim untuk Intro
speksi, memicu banjir respons sehingga penerbit bermaksud
membuatnya ke dalam satu buku yang utuh. Aku harus me
mutuskan apakah aku akan menyerahkan pekerjaan impianku
demi menuangkan isi hatiku ke dalam suatu bentuk yang mung
kin umat Muslim belum siap mendengarnya. Pertanyaan-per
tanyaan, seperti yang pernah kuajukan kepada guru madrasah
ku di Vancouver dua puluh tahun silam, Mengapa aku tidak
boleh berteman dengan Nasrani dan Yahudi? Mengapa wanita
tidak boleh menjadi imam shalat? Mengapa aku menghindar
untuk menyelidiki Al-Quran dan memahaminya? Bukankah
semua ini merupakan resep untuk memberantas kebusukan?
Sebelum 9/11, tidak seorang pun tampak peduli.

xiv

IRSHAD MANJi

Aku mengikuti nuraniku, menulis The Trouble with Islam


Today sebagai surat terbuka bagi sesama Muslim. Persoalan
dalam Islam, menurut argumenku, tidak semata terletak pada
kaum militan, justru kaum Muslim arus utamalah yang telah
mengubah agama Islam menjadi ideologi ketakutan. Terbukti,
pertanyaan-pertanyaan yang kuajukan memancing reaksi keras
justru dari mereka yang tergolong kaum Muslim arus utama.
Ketika terbit di bulan September 2003 di negaraku Kanada,
buku itu menjadi nomor satu selama berbulan-bulan, dan juga
menjadi buku terlaris di Amerika Serikat. Satu per satu, negaranegara Eropa menerbitkan edisi terjemahannya, diikuti oleh
negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia.
Terlepas dari gebyar perhatian internasional, aku sebe
narnya memulai apa yang Al-Quran sebut sebagai jalan me
nanjak. Aku menemukan diriku berkonfrontasi dengan wakil
presiden Iran mengenai kejahatan merajam wanita sampai
meninggal dunia. Presiden Pakistan, Pervez Musharraf, me
nyuruhku untuk Duduk! karena ia tidak menyukai perta
nyaanku terkait catatan pelanggaran HAM yang dilakukannya.
Pemimpin politik dari sebuah kelompok teroris, Islamic Jihad,
mengusirku dari Gaza ketika ia tak bisa mencari justifikasi di
dalam Al-Quran untuk taktik kekerasan yang katanya me
limpah dalam khasanah Islam.
Tapi, sesungguhnya, perjumpaanku yang paling berkesan
justru datang dari warga biasa. Tur buku ini berkembang men
jadi isu global, yang membawaku ke semua negara di Amerika
Utara dan Eropa Barat, sebagian Eropa Timur dan beberapa di
Timur Tengah, begitu juga India, Australia, dan Indonesiadi
mana kaum Muslim puritan yang kaku dan seorang transeksual

xv

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Muslim yang percaya diri menghadiri pesta bukuku. (Lebih


banyak tentang ini akan kupaparkan nanti).
Di Amerika Serikat sendiri, aku mengunjungi empat puluh
empat negara bagian, menemui kawan dan lawan di per
pustakaan, teater, ruang-ruang kelas, ruang olahraga, kapel,
dan biara. Tapi, tidak satu pun di dalam masjid. Semua un
dangan dari umat Muslim dihadang oleh imam masjid yang
menganggapku sebagai biang onar. Tetap saja, banyak Muslim
menghadiri acara-acaraku di depan publik. Banyak yang datang
untuk mencela. Tapi, banyak juga yang datang untuk mencari
ketenangan. Karena, ternyata, ada seseorang yang mengatakan
apa yang mereka ingin katakan, tetapi mereka merasa tidak
sanggup. Seorang pembaca bernama Ayesha meringkaskannya
dalam surelnya, Jutaan orang berpikir seperti Anda namun
takut untuk muncul ke publik dengan pandangan-pandangan
mereka, karena takut menghadapi hukuman. Aku mengerti:
Ada hari-hari aku menerima begitu banyak surel yang penuh
kebencian, sampai-sampai aku harus menari bak Muhammad
Ali untuk menerima pukulan dan bertahan.
Surel Ayesha ditampilkan di muka situs webku, irshadmanji.
com. Setiap beberapa minggu sekali, aku mengunggah beberapa
pesan baru, disertai jawabanku. Situs
ku langsung berubah
menjadi ajang perdebatan, yang menghubungkanku dengan
apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh orang-orang yang
memiliki keyakinan sangat berbeda tentang reformasi Islam
dan tentang mengapa aku tidak menganggap reaksi buruk itu
sebagai sesuatu yang personal. Aku sudah membaca unggahan
di situs webmu, tulis Jonathan. Bahkan, kalaupun kau seperti
yang dikatakan oleh para kritikuskafir, penghina Tuhan,

xvi

IRSHAD MANJi

pembenci-diri, peracun-pikiran, pengeruk-uang, lesbian Zionis


(apakah ada yang terlewat?)hal itu tidak akan berhasil karena
pemikiranmu tidak men
datangkan manfaat. Ia mengutip
filsuf Yahudi abad ke-12 Maimonides, yang dipengaruhi oleh
kaum Muslim pemikir bebas: Kebenaran tidak akan menjadi
lebih benar hanya karena seisi dunia menyetujuinya, atau ku
rang benar jika seisi dunia tidak menyetujuinya. Balasanku
pada Jonathan, Yeah, tapi kau kan cuma seorang pembencidiri, peracun pikiran, pengeruk-uang, Yahudi pecinta lesbian.
Titik.
Aku mulai menanggapi ancaman kematian secara serius
ketika ancaman itu diikuti dengan hal-hal spesifik, yang
membuktikan bahwa musuh-musuhku sudah merencanakan
khayalan eksekusi mereka. Beberapa surel seperti itu aku serah
kan kepada kepolisian. Pakar-pakar antiterorisme menyarankan
agar aku tidak menggunakan ponsel karena pihak-pihak
yang bermaksud buruk bisa dengan mudah memanfaatkan
teknologi untuk melacakku. Dan pernah suatu waktu aku
memiliki pengawal pribadi. Tampan pula. Tapi aku pensiunkan
dini, supaya kaum muda Muslim menyaksikan bagaimana
aku menghadapi konsekuensi-konsekuensi akibat muncul di
depan publik dengan pertanyaan-pertanyaanku, dan aku tidak
ingin mereka mengasumsikan bahwa satu-satunya cara untuk
selamat adalah dengan menyewa pengamanan seharian penuh.
Keputusan untuk melepaskan keamanan 24-jam berhasil
mem
buka komunikasi dengan para pemuda Muslimdan
kesempatan untuk mewujudkan perubahan. Kotak masukku
dibanjiri pesan dari Timur Tengah yang menanyakan kapan
bukuku diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, supaya kaum

xvii

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

reformis generasi baru di sana bisa berbagi dengan teman-te


man mereka. Aku ingin sekali, jawabku, tapi sebutkan satu saja
penerbit Arab yang bersedia mendistribusikan buku seperti ini.
Banyak kaum muda yang kemudian membalas, Lalu kenapa?
Mereka mendorongku untuk mengunggah hasil terjemahan
Arab di situs webku, yang nantinya bisa mereka unduh secara
gratis. (mereka memang masih muda tapi bukan anak kemarin
sore.) Aku pun berpikir, Keren. Sungguh subversif. Mana
mungkin aku menolaknya?
Di tahun 2005, aku mengunggah bukuku dalam terjemahan
Arab ke situs webku yang bisa diunduh para pembacaku secara
gratis. Setahun kemudian, sejumlah aktivis demokrasi mem
berhentikanku di jalanan Kairo. Kamu Irshad, kan? tanya
mereka. Dalam banyak kasuskeamanan masih menjadi per
masalahan tersendiriaku mengiyakan mereka. Sekali waktu,
mereka berkata kepadaku kalau mereka sudah membaca bu
kuku secara online. Di lain waktu, aku duduk bersama se
orang jurnalis yang memperlihatkan bukuku dalam edisi ter
je
mahan yang diedarkan oleh kalangan pemuda Arab. Ini
menginspirasikanku untuk memberikan akses yang sama pada
pembaca di Iran, di mana bukuku dilarang beredar. Sejauh ini,
berbagai terjemahan yang diunggah di situsku sudah diunduh
lebih dari dua juta kali.

Di tengah deru ancaman pembunuhan, sesuatu pun terjadi


pada diriku. Saat menyaksikan kalangan Muslim sangat haus
akan reformasi, aku semakin mendewasakan dirikuberanjak
dari amarah menjadi aspirasi. Aku ingat satu kejadian yang

xviii

IRSHAD MANJi

luar biasa: Hamza, seorang remaja Kanada keturunan Pakistan,


memohon kepadaku dalam surelnya agar tidak meninggalkan
Islam karena kami benar-benar membutuhkan orang seperti
Anda. Tapi, ia mengecam, terkadang Anda mengkritik Islam
terlalu berlebihan. Barangkali Anda bisa mendorong Islam un
tuk lebih berpikiran terbuka dan menatap ke depan... Aku
menerima tantangannya; ia memperlihatkan keyakinan akan
kapasitasku untuk tumbuh.
PBS (Americas public broadcaster) mendekatiku untuk
membuat film dokumenter berdasarkan bukuku, dan kujawab
dengan penawaran: jangan fokus pada persoalan-persoalan di
dalam Islam, tetapi lebih pada apa yang bisa kita cintai dari
Islamdari perspektif pihak yang berseberangan. Salah satu
di antara banyak tempat, aku dan kru mengambil gambar
di Yaman. Di sana, kami me
wawancarai mantan pengawal
Osama bin Laden, yang dengan bangga mengutarakan harap
an agar putranya yang berusia lima tahun, Habib, suatu hari
nanti akan menjadi seorang martir. Aku tersentak kaget. Se
panjang pembuatan film, kaum Muslim moderat sering seka
li menghindari pertanyaanku yang mendasar: apa yang bisa
kita lakukan untuk menyucikan keimanan agar sesuai dengan
ayat yang mengagumkan di dalam Al-Quran, Tuhan tidak
mengubah nasib suatu kaum sampai mereka mengubah keada
an yang ada pada diri mereka sendiri? Demi semua rasa
cintaku terhadap Islam, aku tak akan menyelaraskan diriku de
ngan praktik-praktik kaum Muslim tertentu.
Faith Without Fear, film dokumenterku, tayang pertama kali
di bulan April 2007. Aku pun menjalani serangkaian tur, bertemu
dengan banyak orang yang mengatakan padaku bahwa mereka

xix

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

berjuang dengan budaya, tradisi, dan struktur kekuasaan yang


membatasi pengalaman religius mereka. Walau
pun Muslim
menjadi sorotan sejak 9/11, tidak berarti komunitas lain duduk
manis. Aku mendengarkan umat Nasrani, Yahudi, Hindu, dan
Sikh yang bertekad meninggalkan kungkungan mereka yang
sempitsampai merasa dibangkitkan semangatnya oleh per
juangan dari kaum pembaharu Islam. Diskusi-diskusi itu me
maksaku untuk berpikir lagi tentang perbedaan antara iman
dan dogma. Iman tidak melarang eksplorasi. Dogmalah yang
melarang. Secara intrinsik, dogma terancam oleh pertanyaanpertanyaan, sementara iman menerima pertanyaan-pertanyaan
karena iman meyakini bahwa Tuhan yang Maha Pengasih, bisa
menghadapi semua itu. Itulah Tuhan yang rahmat-Nya bisa
dirasakan oleh individu-individu yang penuh rasa ingin tahu
di manapun juga.
Kemudian, seorang teman yang agnostik mengenalkanku
pada konsep keberanian moral, sebuah frase yang belum
pernah kudengar. Robert F. Kennedy menggambarkan kebera
nian moral sebagai kesediaan untuk berbicara kebenaran pada
pihak kuasa dalam komunitasmu demi kebaikan yang lebih
besar. Keberanian moral memungkinkan masing-masing dari
kita untuk menggunakan nurani, menggantikan konsensus de
ngan individualitas, dan lebih mendekatkan kepada Sang Pen
cipta melalui pengenalan terhadap diri sendiri. Semakin jelas
bagiku, betapa pentingnya keberanian moral bagi siapa saja
yang ingin hidup sempurnaintegritasnyabaik di dalam tra
disi keagamaan maupun di luar agama.
Para akademisi di Universitas New York mulai menyadari
pentingnya integritas. Setelah menyaksikan filmku di Robert

xx

IRSHAD MANJi

F. Wagner Graduate School of Public Service, sang dekan bertanya


kepadaku: apakah aku mau mempertimbangkan untuk melun
curkan Gerakan Keberanian Moral (Moral Courage Project) ber
samanya. Kami akan mengajarkan individu untuk bersuara lan
tang di dunia yang sering kali menginginkan kita bungkam. Di
tahun 2008, aku menjadi direktur pendiri Gerakan Keberanian
Moral. Begitu aku nyaman di New York, menyelenggarakan
kelas pertamaku dan bernapas lega, aku kembali memulai bab
berikutnya dalam perjalanan ini: mengaitkan misi reformasi di
kalangan Muslim dengan pesan keberanian moral yang univer
sal bagi kita semua.

Dikelilingi oleh banyak sekali surel, surat yang ditulis-tangan


dari masyarakat, dan catatan yang kutorehkan untuk diriku
sendiri selama bertahun-tahun, aku menyaring dan memilah.
Pola pun bermunculan. Muslim takut mencemari keluarga
mereka dan Tuhan, jika mereka jujur mengakui apa yang me
reka yakini. Sementara itu, non-Muslim takut tercemar sebagai
orang yang berprasangka, jika mereka mengutarakan perta
nya
an mereka mengenai apa yang dilakukan Muslim atas
nama Islam. Hasilnya adalah kebungkaman kolektif, yang, se
cara budaya, tidak sensitif terhadap kekejian. Misalnya, pem
bunuhan terhadap wanita dan gadis yang hina di Timur
Tengah, di Eropa, di Asia, dan yang kian meningkat di Amerika
Utara, sebetulnya terlahir dari budaya, bukan agama. Namun
di dunia yang multikultural, budaya menjelma seumpama de
wabahkan di kalangan orang sekuler. Karena ketakziman
terhadap multikulturalisme yang tidak pada tempatnya, terlalu

xxi

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

banyak di antara kita melanggengkan kebungkaman yang me


matikan.
Ketidakadilan semacam itu membuatku sedih. Bagaimana
bisa kita bisa acuh tak acuh terhadap penyelewengan kekuasaan
yang begitu nyata, hanya karena ketidakacuhan itu dianggap
sebagai ketersinggungan? Di mana kompas yang bisa diguna
kan untuk memandu kita keluar dari kebohongan ini? Dan
kebaikan apa lagi yang lebih mengagumkan dari orang-orang
luar biasa dalam spektrum budaya, yang berusaha untuk hidup
berdampingan? Pesan dari para pembacaku membantuku me
ngaitkan titik-titik ini.
Helene menulis: Anda mendorong pemeluk Nasrani se
pertiku untuk melihat kelompok Islam dengan penuh kasih
dan pemahaman, bukan ketakutan dan amarah. Aku sekarang
bisa menyuarakan pendapatku tanpa dibebani perasaan sangat
bersalah karena merasa tidak toleran, setelah menyadari kalau
aku telah mempertimbangkan segala sesuatunya secara arif dan
bijaksana. Kita semua bisa menjadi instrumen perubahan. Aku
kemudian mengalihkan perhatian ke surel dari Zahur, yang
memprediksikan bahwa para reformis Muslim akan meng
ajarkan Barat betapa berharganya kebebasan berekspresi bagi
masyarakat yang beradab dan berfungsi dengan baik. Tanyalah
generasi muda Iran bagaimana perasaan mereka tentang itu.
Bicara tentang refleksi pada kematangan cinta mereka ter
hadap kebebasan, aku teringat kembali dengan satu kejadian
yang mengganggu perjalananku. Di kampus-kampus univer
sitas Barat, kaum non-Muslim yang baik hati membisiki bahwa
mereka ingin mendukung misiku tapi mereka merasa tidak
berhak untuk terlibat. Di tempat yang sama, para penegak

xxii

IRSHAD MANJi

supremasi Islam merasa jauh lebih bebas daripada Muslim


liberal dalam mempertahankan interpretasi mereka terhadap
Al-Quran. Ini konyol, aku bergumam sendiri ketika meng
ingatnya. Pembenci kebebasan begitu menghargai kebebasan
mereka dengan memanfaatkannya untuk menekan orang lain.
Bagaimana bisa kita membiarkan mereka lolos begitu saja?
Dari situlah, aku mulai menyadari tentang tantangan ke
beranian moral di zaman kita. Muslim dan non-Muslim yang
hidup di alam demokrasi harus mengembangkan keberanian
untuk memperluas kemerdekaan individu, bukan malah meng
hambatnya. Karena, tanpa kebebasan untuk berpikir dan ber
ekspresi, tidak mungkin ada integritasbaik dalam diri mau
pun masyarakat.
Aku menenggelamkan diriku dalam penelitian tentang
bagaimana gerakan-gerakan pembebasan sebelumnya bisa ber
hasil. Martin Luther King, Jr. memiliki arti bagi gadis Muslim ini
(yaitu aku), begitu juga guru-guru King: filsuf Socrates, teolog
Reinhold Niebuhr, novelis Lilian Smith, yang berkampanye
demi reformasi budaya kehormatan di AS bagian Selatan
sumber segregasi ras yang sudah bertahan lama. Aku juga
mempelajari Islam versi Gandhi. (Ya, memang ada! Aku akan
menceritakan kisahnya kepadamu, yang bisa menjadi panduan
bagi kita semua.)
Mereka dan agen-agen keberanian moral lainnya memacu
ku untuk memikirkan pertanyaan-pertanyaan besar yang ku
dengar dari orang-orang dari setiap latar belakang dan keya
kinan berbeda: Mengapa aku harus mempertaruhkan reputa
siku untuk mengatakan kebenaranku? Bagaimana aku meng

xxiii

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

hadapi masyarakat yang tidak setuju? Apa hubungannya


Tuhan dengan semua ini?
Bahkan kegagalan perekonomian kita semakin memperkuat
arah baru dari perjalanan ini. Orang-orang biasa, yang jaminan
keuangannya berantakan, walaupun sibuk dengan urusan sen
diri, mulai protes tentang perubahan ekonomi yang tidak bisa
diserahkan hanya kepada orang-orang di dalam Wall Street.
Bagaimanapun juga, orang-orang Wall Street ini berusaha untuk
mempertahankan status mereka. Tentu saja. Pemahaman ini
juga berlaku dalam Islam, sebagai agama global yang dinamika
internalnya mempengaruhi begitu banyak kehidupan di luar
agama ini sendiri. Muslim dan non-Muslim saling membutuh
kan demi memperluas lingkaran kebebasan.

Di tahun 2010, satu perdebatan yang buruk terjadi terkait


dengan pengajuan pembangunan pusat kajian keislaman dan
masjid di area Ground Zero. Politik busuk yang mengadu dom
ba antara Islam dengan Barat telah mengacaukan Eropa selama
bertahun-tahun. Kebusukan itu menyebar ke Amerika. Dan
aku menerima lebih banyak surat yang bernada kebencian.
Penegak supremasi Islam sudah lama menjadikan para re
formis muslim sebagai sasaran kemarahan mereka, tapi kini
lawan mereka yang paling vokalpengecam Islamjustru
menargetkan golongan reformis sepertiku, hanya karena tetap
menjadi Muslim. Islam merupakan ideologi para Fasis yang
melakukan pembantaian massal dan kalian adalah kaum
Muhammad yang terbelakang, barbar, dan bodoh, kata satu
surel yang menggambarkan iklim kita. Di suatu lingkungan

xxiv

IRSHAD MANJi

yang emosional, yang individu-individunya melebur ke dalam


kelompok suku, keberanian moral terkadang seperti mimpi di
siang bolong.
Itulah mengapa, sekaranglah waktu yang tepat untuk bu
ku ini. Keberanian moral sangat dibutuhkan, dan ini dimulai
dengan cinta. Namun untuk benar-benar berani, cinta perlu
didampingi dengan berpikir. Saat ini, masyarakat bebas meng
hadapi dilema yang menuntut pemikiran berani. Bagaimana,
misalnya, kita menghasilkan masyarakat pluralis (memiliki to
leransi terhadap berbagai perspektif), tanpa menjadi relativis
(membenarkan semua hal lantaran tidak memiliki pendirian)?
Negara-negara demokrasi harus mengajukan pertanyaan-per
tanyaan itu, bukan lantas membungkam mereka karena takut
tidak mampu bersikap dewasa.
Jika Anda yakin, seperti yang kuyakini, bahwa Tuhan kita
yang sama menganugerahi rahmat untuk tumbuh berkembang,
maka kita sangat mampu menghadapi pertanyaan-pertanyaan
seperti itu. Untuk memantapkan diriku, aku bersandar pada
dua tonggak rahmat Tuhan. Pertama, hampir setiap surah dalam
Al-Quran dimulai dengan memuji Tuhan sebagai yang Maha
Pengasih dan Penyayang, bukan yang plin-plan dan jahat. Ke
dua, Al-Quran berisi tiga kali lebih banyak ayat-ayat yang men
desak umat Islam untuk berpikir dibandingkan ayat-ayat yang
menganjurkan ketaatan buta. Dengan menggabungkan anjuran
Kitab Suci untuk menggunakan akal dan afirmasi Tuhan yang
Mahabijak, aku mendapatkan jalan untuk menyelaraskan Allah,
kebebasan, dan cinta.
Aku ingin menunjukkan kalau Anda pun tetap bisa hidup
dengan bebasapa pun agama Anda. Sejak 9/11, kalian telah

xxv

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

mem
bentuk perjalananku, dan pertumbuhan yang kualami
telah membawa tujuh pelajaran untuk hidup dengan penuh
keberanian moral dan akan dipaparkan di dalam buku yang
akan Anda baca ini. Aku membagi pelajaran-pelajaran ini ke
pada Anda, dengan harapan akan semakin banyak yang ber
gabung denganku ke dalam salah satu gerakan reformasi pen
ting di abad ini. Di buku ini, Anda akan belajar bagaimana
mentransformasi sikap defensif yang tinggi terhadap Pihak
Lain (the Other) dan ekspektasi yang rendah pada diri sendiri
menjadi kebalikannya: ekspektasi yang tinggi pada diri sendiri
dan sikap defensif yang rendah terhadap Pihak Lain. Anda
akan membangun keberanian untuk mengajukan pertanyaan
pada komunitas Anda. Dan Anda akan menemukan Tuhan
yang mencintai pertanyaan-pertanyaan itu. Tuhan bisa menjadi
nurani Anda, Pencipta Anda, atau gabungan keduanya yang
sungguh memesona, yang dikenal sebagai integritas.

xxvi

Daftar Isi
Catatan Penulisvii
Kata Pengantar: Dari Amarah Menuju Aspirasixi
1. Beberapa Hal yang Lebih Penting Daripada Rasa Takut1
2. Identitas Bisa Menjebakmu, Tapi Integritas akan
Membebaskanmu49
3. Budaya Itu Tidak Sakral95
4. Kaulah yang Menentukan Kehormatanmu 145
5. Tersinggung adalah Harga dari Keragaman193
6. Atas Nama Krisis Moral, Tinggalkan Sikap Moderat241
7. Kehilangan Makna Adalah Ancaman Kematian yang
Sesungguhnya291
Resep: Teh Chai Ala Irshad339
Rekomendasi Bacaan341
Ucapan Terima Kasih347
Tentang Penulis349

xxvii

1
Beberapa Hal yang Lebih Penting
Daripada Rasa Takut
Dapatkah kau bayangkan hidupku tanpamu? Cobalah ba
yangkan sesaat saja!
Bagaimana rasanya kalau kata-kata itu datang dari ibumu
sendiri? Apa yang kau bayangkan kalau ibumu memintamu
untuk meredakan seruanmu kepada Muslim moderat agar
mereka berbicara terang-terangan menentang kaum ekstremis
yang destruktif? Saat itu kami sedang di meja makan, cangkircangkir teh bermotif bunga terhampar di hadapan kami, na
mun hampir tak tersentuh. Mama tak bisa menelan sekarang.
Setiap hari aku hidup dalam ketakutan, dengan lembut ia
mengingatkanku. Air mukanya tampak seakan ia mau muntah.
Syukurlah, hatinya menghalangi kerongkongannya.
Ketika Mama mendadak terdiam, mulutnya masih agak
terbuka, seolah siap menangkis apa pun yang terbetik di be
nakku sebagai pembelaan yang lemah. Dan memang, pem

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

belaan
ku terasa lemah, karena masalah yang terpenting di
sini bukanlah untuk memenangkan perdebatan dengan ibuku.
Tapi mematuhi hukum semesta bahwa anak-anaklah yang se
harusnya mengubur orangtua mereka, bukan sebaliknya.
Beberapa tahun silam Mama pernah menasihatiku, Apa
pun yang kau lakukan, jangan buat Allah marah! Bisa kau
bayangkan, harus memikirkan kalau Tuhan yang Mahaadil dan
Penyayang akan murka kepadamu karena ideologi kekerasan
mungkin akan membuatmu melanggar kaidah orangtua-ha
rus-mati-terlebih-dulu! Bicara tentang pukulan telak. Aku tak
mau berbohong pada ibuku. Jadi, ketika ia menanyakan ten
tang ancaman kematian yang terakhir, aku pun menjawabnya.
Bagaimana dengan yang terbaru? kata Mama dengan lirih.
Apa yang mereka katakan? lanjutnya. Kubilang ke dia kalau
salah satunya diakhiri dengan, Ini peringatan terakhir buatmu.
Dapatkah kau bayangkan, bagaimana ibumu bersikap te
nang, sementara kau bersikeras bahwa meringkuk dalam ke
takutan hanya akan membuat musuh-musuh kemanusiaan
menjadi lebih kuat daripada sebelumnya? Bahwa mereka bisa
saja memberimu peringatan terakhir, tapi kau menolak mem
beri mereka kata-kata terakhir? Aku tidak berharap ibuku
setuju. Yang kuharapkan darinya adalah keyakinanbukan
agar aku hidup lebih lama, karena umur panjang bukanlah ja
minan bagi kita semua; melainkan, keyakinan bahwa kalau pun
aku mati esok hari, aku akan pergi dengan nurani yang utuh
dan jiwa yang tetap berkobar hidup.
Pelajaran Pertama: Beberapa hal yang lebih penting daripada
rasa takut.

IRSHAD MANJi

Sungguh luar biasa, Salman Rushdie hidup lebih lama dari


pada Ayatollah Khomeini! Pada 14 Februari 1986, Khomeini
mengerahkan mesin pembunuh di Republik Islam Iran untuk
menjanjikan kematian Rushdie, sang pengarang The Satanic
Verses (Ayat-Ayat Setan). Namun, novelis ini melawan ulama
paling terkenal di dunia itu. Saat mengikuti bincang publik di
Kota New York untuk memperingati dua puluh tahun Fatwa
tersebut, Rushdie bercerita kepadaku tentang salah seorang
ang
gota keluarganya. Aku memiliki seorang paman yang
menjabat sebagai Jenderal di angkatan bersenjata Pakistan. Aku
tidak suka padanya, tapi begitulah dia. Dia juga membenciku.
Disfungsi keluarga itu normal, aku menyela. Anda te
mui itu di mana-mana.
Well, sebetulnya, tidak begitu normal, Rushdie mengo
reksi ucapanku. Setelah fatwa Khomeini, dia menunjukkan
satu iklan di koran lalu mengatakan, pada dasarnya kita me
mang tak pernah suka [Salman].
Kisahnya itu mengingatkanku pada sesuatu yang diucap
kan oleh seorang kerabatku yang cukup terpelajar beberapa
tahun silam. Anda masih tinggal di tempat yang sama? tanya
Rushdie.
Ya, jawabku.
Kalau begitu, mungkin ancaman terhadap keselamatan
itu tidak sungguhan. Maksud saya, sepertinya kaum Muslim
itu tidak sungguh-sungguh mengincar Anda.
Aku suka pria inidia bersikap baik kepada ibuku, ketika
ibuku sangat membutuhkan dukungan. Namun, seperti yang
juga diamini oleh Rushdie, paman-paman Muslim memang
mengucapkan hal-hal yang mengutuk.

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Mempertaruhkan risiko tidak disetujui oleh keluarga me


rupakan ketakutan terbesar di kalangan Muslim. Ini memang
berlaku pada semua orang, lebih-lebih di kalangan Muslim.
Budaya kehormatan kamiyang akan kujelaskan sebentar la
gimembuat kami percaya bahwa kami harus melindungi
keluarga dari aib terlebih dahulu, dibandingkan mengklaim
martabat untuk diri sendiri. Sederhananya, martabat seseorang
tidak akan ada tanpa konsensus masyarakat. Tak heran, aku
me
nerima pesan-pesan se
macam ini dari kalangan Muslim
yang tinggal di Timur dan Barat:

Saya membaca buku Anda di Internet dan Anda benar, kita mem
butuhkan seruan untuk bangkit. Saya lahir di Irak bagian Utara.
Keluarga saya menjadi warga negara Uni Emirat Arab. Saya
adalah generasi abad ini dan akan hidup sesuai cara hidup masa
kini, bukan zaman kuno... Kaum muslimin masih terikat dengan
aturan mereka. Perlu lebih banyak orang seperti Anda dan saya,
untuk menghancurkan dinding baja ini. Ingin rasanya saya mem
beritahukan dunia tentang perasaan saya, tapi saya sayang
keluarga dan tak mau menghancurkan hidup mereka.
Alya
Saya mengamati sesama Muslim yang lain dan bertanya ke
mereka, apakah mereka memiliki keraguan terhadap Islam.
Mereka semua menjawab tidak tanpa ragu-ragu. Apa ada se
suatu yang salah denganku? Mengapa orang-orang sepertinya
menerima saja apa diajarkan pada mereka? Saya sangat frustrasi
saat ini, karena tak bisa berbuat apa-apa kecuali hanya meratapi
nya. Yang saya inginkan adalah sebentar saja jauh dari agama,
supaya saya bisa menemukan jati diri saya tanpa pengaruh luar.

IRSHAD MANJi

Tapi untuk melakukan itu, saya harus meninggalkan keluarga.


Mereka takkan pernah lagi bicara dengan saya jika saya meng
ambil jalan yang saya kehendaki. Setiap kali hendak mengajukan
pertanyaan kepada mereka, saya dibentak, dibilang tidak boleh
bertanya, atau disuruh menerima penjelasan yang langsung
dikutip dari Al-Quran. Saya tak pernah mengatakan bahwa untuk
memercayai penjelasan itu, saya perlu memiliki keyakinan kuat
terhadap Al-Quran. Setelah bertahun-tahun lamanya, saya kini
berada dalam kondisi tertekan. Jika Anda memiliki saran apa pun,
saya akan menghargainya.

Yasmin
Banyak pertanyaan di situs web Anda mengangkat pasangan
Muslim dan non-Muslim. Saya pernah menjalani hubungan se
macam itu. Tapi sekarang sudah berakhir, karena saya sadar
tidak ada harapan lagi. Satu-satunya harapan adalah saya me
ninggalkan keluarga saya, namun keluarga terlalu penting untuk
itu... Saya tipe orang yang menyimpan sendiri perasaan demi
keluarga. Bagaimana saya bisa menjadi orang yang saya ingin
kan? Atau menjadi diri saya yang sebenarnya, kalau saya terlalu
takut untuk bersuara?

Phirdhoz
Saya seorang Muslim dan bercita-cita menjadi penulis. Ibu saya
seorang Nasrani dan ayah saya seorang Muslim. Karena itu, saya
terbiasa dengan pandangan miring dari sesama Muslim. Namun
demikian, seiring bergulirnya waktu, saya menemukan jati diri
saya terbelah antara menjadi pendukung reformasi Islam dan
melepaskan agama saya seutuhnya. Seakan tidak cukup umat
Muslim menerima cercaan dari non-Muslim dan harus berjuang
terus-menerus untuk melepaskan diri dari cap teroris, kita pun
sepertinya harus menghadapi penghakiman dari sesama Muslim.

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Ada kalanya, saya mengalami masa-masa lemah, ketika saya


merasa sudah tidak ada yang berharga lagi; orang-orang ini tidak
bisa diubah. Tapi pencarian jiwa yang membutuhkan shalat dan
surah-surah Al-Quran yang menenteramkan jiwa, yang setiap
hari kubaca adalah bagian dari diri yang sangat saya sukai. Saat
ini, saya sedang menghadapi kesulitan di keluarga. Semua paman
dan bibi yang lebih tua selalu saja punya bahan kritikan. Mereka
bicara di belakangmu karena mereka merasa benar sendiri.
Apakah ada cara, menurut pengalaman Anda, untuk membuat
mereka melihat hal-hal dari perspektif yang berbeda dan bahkan
mungkin menunjukkan belas kasih?
Elizabeth
Kampung halaman saya di Solo, Jawa Tengah. Daerah saya ini
juga menjadi rumah bagi Majelis Mujahidin Indonesia, sebuah
organisasi Islam radikal. Sejak tahun 2005, saya sudah bergabung
dalam sebuah kelompok kepemudaan yang mengampanyekan
reformasi Islam dan pluralisme. Kami bergerak dengan me
nyebarkan publikasi ke banyak universitas. Beberapa tahun yang
lalu, kami menyelenggarakan sebuah seminar tentang pluralisme,
dan kami menerima telepon yang mengatakan kalau mereka
akan mengirim ratusan laskar Allah untuk menghentikan kami.
Keluarga saya juga sangat konservatif. Setiap karya saya
dipublikasikan, mereka mengirimi surat-surat ancaman. Barubaru ini, saya sangat dikecewakan oleh seorang kerabat yang
merupakan imam lokal. Ia terlibat dalam salah satu kelompok
teroris. Sekarang ia dipenjara, meninggalkan seorang istri dan
putra tanpa perawatan yang sepatutnya. Jihad macam apa itu?
Tapi betapa pun konservatifnya mereka, saya tetap mencintai
keluarga saya, dan saya ingin mereka mencintai saya karena
apa yang saya yakini. Saya sering kali tak berdaya ketika ber

IRSHAD MANJi

hadapan dengan ayah. Saat itulah saya berbohong. Saya tidak


menyuarakan pikiran saya. Tak mau menyakitinya dan tak ingin
ayah menyakiti saya, karena saya tak mau membencinya. Jadi,
bagaimana saya menggunakan kebebasan saya untuk berbicara?
Sakdiyah
Tanggapanku ke mereka semua adalah, sebelum kalian me
mutuskan tak sanggup mengecewakan keluarga, renungkan
lah salah satu ayat yang paling tidak diindahkan di dalam AlQuran: Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak ke
adilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri
atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu. (4:135). Ayat ini me
rupakan panggilan untuk jujur, tanpa peduli siapa pun yang
akan tersinggung karenanya. Bagaimana mungkin keluarga
tradisional mau melawan Al-Quran? Mereka tidak akan berani
mencobanya.
Namun begitu, mereka akan selalu mencari-cari dalih
untuk mengecilkan makna yang dimaksud ayat tersebut, se
hing
ga mengutip ayat saja tidaklah cukup untuk berbicara
benar terhadap pihak yang berkuasa dalam keluargaatau
komunitas Muslim. Kecurigaan terhadap kaum Muslim yang
berpikiran reformis akan tetap berlangsung, dan masing-ma
sing kita harus bergumul dengan pertanyaan yang diajukan
Yasmin: Apa ada yang salah dengan saya?
Di satu sisi, memang ada yang salah. Kau peduli dengan
Islam. Kau merasa sakit justru karena kau memedulikan inte
gritas keyakinanmu. Nuranimu penting, dan itulah yang meng
undang rasa sakit. Seandainya saja Alya, Yasmin, Phirdhoz,
Elizabeth, dan Sakdiyah tidak peduli, maka otomatis mereka
akan apatis. Barangkali, itulah yang terjadi pada banyak ke

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

luarga dan teman-teman mereka, begitu juga diriku. Ironisnya,


mereka yang mengaku beragama menyatakan kalau Muslim
yang berpikiran reformis itu tidak beriman. Padahal, kami
mungkin lebih terfokus dengan keimanankarena banyaknya
pertanyaan yang menghantui kamidibandingkan umat yang
tidak memiliki pertanyaan sama sekali.
Meskipun demikian, ada sesuatu yang tidak perlu begitu
kita pedulikan: persetujuan orang lain. Jika mereka tidak me
nolerir rasa ingin tahu kita, mengapa mereka yang berpikiran
sempit dapat menikmati kekuasaan untuk mendefinisikan mar
tabat kita? Aku teringat saat bertanya kepada ibuku sendiri
(yang pertalian darahnya begitu berarti segala-galanya), Ji
ka si anu bukan keluarga kita, akankah aku menghormatinya
sampai ingin menjadikannya sebagai teman? Sultan Abdul
hameed, seorang guru yang sangat aktif terlibat dalam Gerakan
Reformis Muslim di New York, dalam rangkaian esainya yang
mengandung pembebasan, The Quran and the Life of Excellence
(Al-Quran dan Hidup Penuh Keunggulan), memperingatkan
agar tidak menuhankan keluarga, Jika kita membiarkan di
dikte oleh takhayul dan prasangka yang diturunkan oleh nenek
moyang kita, maka kita mengatribusikan kewenangan pada
sesuatu selain Tuhan, yang menginginkan kita untuk hidup
secara sadar dan bertanggung jawab atas kehidupan kita.
Berlebihan? Tidak, menurut seorang reformis sadar-Tu
han bernama Martin Luther King, Jr. Bahkan sebelum ia berha
dapan melawan segregasi kulit putih, King harus menantang
prasangka kuat sang ayah, seorang pendeta Kristen yang me
mesona sekaligus tokoh terkemuka di Atlanta, Georgia. Seja
rawan Taylor Branch menulis, Daddy King (Ayah King) ber

IRSHAD MANJi

usaha mencegah putranya untuk bergabung dengan dewan


mahasiswa antar-ras yang baru dibentuk dari beberapa Pergu
ruan Tinggi Kulit Putih dan Perguruan Tinggi Negro di Atlanta.
Argumennya, M.L. sebaiknya tetap bersama golongannya dan
tidak perlu mempertaruhkan dirinya untuk dikhianati oleh
mahasiswa kulit putih. King berpikir, ide putranya itu tidak
masuk akal.
Bertahun-tahun kemudian, sebagai pemimpin hak-hak sipil,
King harus memilih antara ayahnya atau nuraninya. Waktu itu
menjelang akhir pekan Paskah tahun 1963. Para aktivis sudah
diberikan peringatan tertulis agar tidak melakukan pawai di
Birmingham, Alabama, yang boleh jadi merupakan wilayah
pendukung rasisme paling kuat di Amerika Serikat pada masa
itu. Apakah King mengikuti hukum dan mematuhi peringatan
tersebut? Dilema membuncah. Seiring meningkatnya per
ta
ruhan rasa bersalah, kewajiban, dan rasa hormat, kedudukan
ayahnya, secara terang-terangan, menginginkan putranya kem
bali ke gereja di saat akhir pekan yang paling meriah dalam
kalender Kristiani. King mundur ke ruang lain untuk berdoa.
Ketika muncul kembali, ia tak perlu mengucapkan sepatah kata
pun. Menurut Branch, Fakta bahwa ia muncul dengan celana
blue jeans menyatakan kalau Saya tak akan pergi ke kebaktian
yang penuh bunga-bunga, lagu gereja, dan paduan suara yang
megah. Saya akan pergi ke suatu tempat dengan celana blue
jeans, yang berarti masuk penjara.

Di banyak keluarga Muslim saat ini, orangtua menuntut peng


hormatan gaya robotsampai pada kondisi di mana anak-anak

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

mereka terbiasa melakukan sensor-diri (dihantui bayangbayang kehormatan orangtua mereka). Tapi baru saja kita si
mak beberapa surat dari generasi muda Muslim yang menya
takan sensor-diri tidaklah mendatangkan ketenangan pikiran.
Jika agama damai dianut oleh sekian banyak nurani yang
secara diam-diam bergejolak, maka tak ada lagi perdamaian
yang perlu dibicarakan. Tak ada juga keyakinan. Yang ada
hanyalah dogma. Pada kondisi ini, pertanyaannya bukanlah
apakah hukum menuntut kepatuhan, tapi apakah hukum la
yak mendapat kepatuhan. Kita tahu di mana posisi King atas
pertanyaan ini. Jawabannya terletak di blue jeans-nya.
Setiap Muslim yang berpikiran-reformis harus mengambil
risiko untuk menerima reaksi yang tidak menyenangkan demi
melapangkan jalan Islam. Umat Muslim memandang Islam
adalah jalan yang lurusaturan hidup yang sederhana dan
jelas. Tetapi jalan yang lurus pun bisa berupa jalan lapang,
yang menghubungkan kita kepada Tuhan yang lebih tinggi
daripada keluarga biologis, melampaui komunitas lokal, dan
lebih transenden daripada kelompok Muslim internasional.
Muslim adalah monoteis. Untuk menjadi monoteis, Anda harus
menerima bahwa Allah mengetahui kebenaran yang utuh,
sementara manusia tidak. Sebagai monoteis, kita pun tidak
mung
kin memainkan peran Tuhan. Mengakui Tuhan yang
Maha Bijaksana berarti mengetahui kebijaksanaan kita terbatas
dan karena itu membolehkan beragam gagasan berkembang.
Sehingga, menciptakan masyarakat yang di dalamnya kita bisa
tidak bersetuju satu sama lain tanpa saling menyakiti secara
fisik, dan memaklumi bahwa itu tergolong tindakan beriman.

10

IRSHAD MANJi

Mengabdikan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa sama artinya


dengan membela kebebasan.
Dalam melapangkan jalan Islam, pengorbanannya tinggi
tapi begitu pula imbalannya. Mengingat betapa dunia kini telah
saling terhubung, pola pikir Muslim reformis berkesempatan
untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi sebagian
besar penghuni di bumi Tuhan yang hijau ini. Tentang hal ini,
aku diingatkan Ahmadollah, seorang seniman yang mengirim
surel dari Mesir, tiga tahun sebelum terjadinya pemberontakan
untuk kebebasan di negaranya pada Januari 2011:

Meskipun saya seorang Muslim tradisional dan sangat taat men


jalani shalat lima waktu dalam sehari, saya tidak akan langsung
memutuskan membunuh Anda. Buku Anda membuat saya
mempertanyakan beberapa fakta dan membuka pikiran saya
untuk mencoba hal buruk yang disebut berpikir bebas. Misalnya,
mengapa media di Mesir menunjuk Israel sebagai musuh jahat?
Anda tahu, putra Ariel Sharon di penjara, sementara Gamal
Mubarak mengendarai mobil-mobil pemerintah dengan pe
ngawalan keamanan yang besar? Mengapa seorang insinyur
muda berkebangsaan Mesir terbang dan menabrakkan diri
ke gedung WTC, apa pesan yang ingin dia sampaikan, dan
pendidikan macam apa yang mendorongnya melakukan per
buatan bodoh itu?
Saya yakin, persoalannya adalah kita hidup di alam berpikir yang
terus-menerus ditekan. Maksud saya, kami, bangsa Mesir, berhak
bersorak-sorak dalam pertandingan bola, tapi kami tidak punya
hak untuk memprotes urusan politik atau agama. Tahukah Anda
bahwa ada seorang gadis ditangkap karena dia membuat grup di
facebook yang menyerukan pemogokan? Dan seorang jurnalis
terkenal dipenjara karena ia mengatakan Mubarak mungkin,

11

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

mungkin saja, sakit lantaran tidak menghadiri sebuah upacara


peringatan baru-baru ini?
Seperti yang kita tahu sekarang, Ahmadollah tidak me
lebih-lebihkan. Sewaktu aku melakukan perjalanan ke Mesir
pada bulan Mei 2006, banyak spanduk mengumandangkan ke
terbukaan, tetapi wilayah itu dikotori otoritarianisme. Pekan
itu di Kairo, antek-antek sewaan Presiden Mubarak memukuli
para aktivis demokrasi di jalanan. Saya bisa memahami ke
putusasaan Ahmadollah ketika ia menuntaskan pesannya ke
padaku, Oh, Irshad, terkadang aku nekat bertanyaketika
saya sedang bersembunyi dalam kegelapanapakah ada ha
rapan bagi kita?
Aku yakin, harapan itu masih ada. Bukan hanya karena
rakyat Mesir telah menunjukkan kalau mereka mampu memo
bilisasi masa demi memperjuangkan kebebasan politik, tetapi
juga karena adanya tanda-tanda halus yang memperlihatkan
hausnya kebebasan beragama. Seseorang yang menyebut diri
nya Mahasiswa Hukum Syariah di Universitas Al-Azhar,
Kairo, menulis kepadaku disertai sebuah ikrar, Saya akan men
jadi seorang sarjana yang reformis dan saya akan mendukung
lesbian dan gay. Bisakah kita berhenti di sini sebentar? Pikir
kan tentang kemauan intelektual dan kekuatan moral yang di
perlukan untuk menjadi diri sendiri di fakultas Syariah, Uni
versitas Al-Azhar, sebuah perguruan tinggi terkenal di dunia
Muslim. Semoga Tuhan menolongnya. Mahasiswa, yang mem
bubuhkan namanya dan aku berkewajiban melindunginya de
ngan tidak mencantumkan namanya, memahami betapa ba
nyak rintangannya:

12

IRSHAD MANJi

Saya sedang menempuh pendidikan di salah satu universitas


Islam terbesar, namun demikian, tak seorang pun menggunakan
akalnya atau kritis berpikir kreatif. Saya tak bisa mengutarakan
keinginan, perasaan, atau pikiran saya mengenai hijab, kaum
Yahudi, dan lain-lain. Jika saya menyuarakan apa yang saya
pikirkan, saya akan dituding kafir [tidak beriman] lalu keluarga
saya akan terluka, atau sebaliknya, keluarga saya akan melukai
saya. Hal terbaik saat ini adalah, memiliki seorang sahabat yang
bersedia mendengarkan saya. Sudah saya putuskan bahwa saya
akan mendukung Anda sebisanya dan saya tidak akan membaca
Al-Quran atau Sunnah (ucapan dan perbuatan Nabi Muhammad
SAW) dengan cara seperti dulu... Saya sangat butuh dukungan
Anda dan saya ingin Anda tahu bahwa Saya, sebagai pemimpin
masa depan, insya Allah [Jika Allah Menghendaki] mendukung
Anda.
Kita yang mencintai kebebasan, berutang kepada pemuda
ini, karena kesuksesannya akan membantu menyelamatkan
kebebasan melampaui batasan-batasannya sendiri. Bagi kita
yang cukup beruntung berada di kelompok masyarakat yang
terbuka, maka kita bertanggung jawab untuk menghargai apa
yang dilakukan pemuda ini: yaitu ada hal-hal yang lebih pen
ting daripada rasa takut. Inilah pelajaran yang membuatku ber
semangat dan bersyukur.

Aku dan keluargaku adalah pengungsi dari Uganda. Jenderal


Idi Amin, sang diktator militer, mengusir kami dan ratusan
ribu penduduk Muslim lainnya. Kami bermukim di dekat
Van
couver. Kami memasuki Kanada melalui pelabuhan di

13

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Montreal. Petugas imigrasi yang tengah bertugas tidak punya


alasan untuk memedulikan kami, tapi toh ia mengajak ibuku
bicara. Kenapa Anda ingin tinggal di Montreal? petugas itu
bertanya dalam bahasa Prancis.
Mama besar di Belgia-Kongo (kini dikenal dengan nama
Republik Demokratik Kongopenj.) dan dapat berbahasa Prancis.
Kenapa kami ingin tinggal di Montreal? jawab ibuku, meng
ulur waktu. Begini... Montreal berawalan huruf M, dan nama
keluarga kami berawalan huruf M. Jadi, mungkin Tuhan ber
pikir kami pas di sini.
Merasakan kegelisahan ibuku, petugas itu meyakinkan
bahwa pertanyaannya bukanlah interogasi. Saya hanya melihat
ketiga putri Anda, katanya, dan saya sadar mereka semua
berpakaian untuk cuaca tropis. Madam Manji, pernahkah Anda
melihat salju?
Masih mengira ini sebagai dalih untuk menolak kami
masuk, ibuku berseru, Belum, tapi saya tak sabar untuk me
lihat salju!
Kalau begitu, Anda datang ke negara yang tepat, petugas
tersebut menegaskan. Tapi dengan izin Anda, saya ingin me
ngirim Anda dan putri-putri Anda ke daerah terdekat yang me
miliki cuaca yang sejuk. Setelah beberapa cap dokumen, ke
mudian kami terbang ke bagian lain di Kanadake Vancouver.
Beberapa orang memandang petugas imigrasi ini sebagai
pengawas yang dingin terhadap tenaga kerja imigran murah,
tapi menurutku, ia lebih kompleks daripada perannya sebagai
tokoh yang tidak berperasaan. Dengan menggali hal-hal lain
yang mungkin kita butuhkankedamaian, kepastian, juga ke
hangatanpetugas ini melawan birokrasi yang sedingin es,

14

IRSHAD MANJi

mengundang perhatian dari rekan-rekannya, dan kemungkinan


besar mempertaruhkan pekerjaannya. Bagiku, tindakan sepe
lenya meluangkan waktu untuk mengajukan pertanyaan yang
penuh belas kasih ini merupakan sebuah momen yang memuat
pesan mendidik. Di tengah masyarakat terbuka, individu sa
ngatlah penting. Begitu pula dengan pilihan-pilihannya.
Lebih dari tiga dasawarsa berlalu, aku masih tetap bangun
dalam keadaan bersyukur kepada Tuhan. Karena sebagai pe
ngungsi, aku berakhir di belahan dunia yang aku bisa mewu
judkan banyakjika tidak semuapotensiku. Syukur adalah
esensi hubunganku dengan Allah. Itulah kenapa, aku harus
tertawa kecil ketika dihujat kafir atau kuffar (pengejaan dalam
berbagai cara, sebagaimana Anda lihat nanti). Kata ini merujuk
pada dua hal, orang yang ingkar agama dan orang yang tidak
bersyukur kepada Allahtak satu pun berlaku untukku.
Selain bersyukur, aku memohon kepada Allah agar mem
bantuku menjadi warga negara yang bermanfaat di masyara
kat terbuka. Sebab, kebebasan demi mewujudkan masa de
pan yang lebih gemilang daripada masa lalu adalah harta
yang tidak kudapatkan. Ketika ibuku, saudari-saudariku, dan
aku menginjakkan kaki di bumi Kanada yang indah, kami di
anugerahi kebebasan. Tak seorang pun dari kami meminta-minta
kebebasan ini, terlebih lagi dengan menyandang senjata atau
secara sembunyi-sembunyi berjuang meraihnya. Di Vancouver,
kebebasan diserahkan ke
pada kami, bersamaan dengan jas
hujan. Kini, aku merasa berkewajiban memanfaatkan anugerah
ini untuk menegakkan martabat mereka yang belum menikmati
kebebasan berpikir, bernurani, atau berekspresi. Sebagaimana
mahasiswa Al-Azhar tadi, yang takut dicap kafir, aku memilih

15

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

untuk mengajukan pertanyaan. Berbeda dengannya, aku bisa


meneriakkan pertanyaanku. Pada saat itulah, pertanyaan-per
tanyaan menjadi maslahat bagi masyarakatku dan bukan dia
log dalam diri semata.
Sedih hatiku melihat orang-orang di negara yang relatif
bebas dan demokratis, menjalani hidup seakan-akan kebebasan
mereka untuk memilih hanyalah abstraksi yang terpisah dari
kehidupan sehari-hari. Sebulan sebelum 9/11, aku memutuskan
untuk meninggalkan posisiku sebagai presenter di stasiun TV
yang paling keren di Toronto waktu itu. Setelah berada di sana
selama tiga tahun, dan memperoleh apa yang telah menjadi
visiku, aku menerima jabatan sebagai produser eksekutif sebuah
saluran digital yang mengangkat spiritualitas. Gempuran inter
net sudah meledak saat itu, membuat peluncuran semua yang
berbau digital menjadi penuh tantangan. Jadi, aku mengira ka
lau ucapan selamat dari rekan-rekanku pasti terkait dengan
eksekusi kesempatan ini. Tak dinyana, seolah ada polisi pe
rusahaan yang membuntuti, mereka menarik lenganku lalu
berseru berulang-ulang, Kamu berani sekali mengundurkan
diri!
Apa maksudmu? kutanya mereka satu per satu. Semua
jawaban mereka dapat diartikan, Aku muak dengan cara me
reka (pihak manajemen perusahaan) mem
perlakukanku di
sini. Pertanyaanku berikutnya (dengan suara keras), Kalau
begitu, kenapa kalian tetap bertahan di sini?
Jawaban yang membuatku tercengang datangnya dari pe
muda lajang tak beranak dan, kemungkinan besar, tidak memi
liki hipotek. Gengsi, katanya, menggemakan jawaban banyak
orang. Semua orang di luar sana ingin bekerja di sini. Pekerjaan

16

IRSHAD MANJi

ini memberiku harga-diri. Lupakan khotbah panjang-lebar


tentang asal-usul harga diri yang sejati: aku ingin menunjukkan
satu hal lain. Bagi teman-temanku yang manja di stasiun TV
yang sangat keren itudi mana mereka merasa kurang keren
setiap harinyaujian keberanian bukanlah sekadar keluar da
ri pekerjaan. Mereka seharusnya bisa melakukan itu tanpa ada
drama. Kalau yang melakukan itu lantas dianggap se
bagai
seorang pahlawan, maka jangan terkejut jika jiwa pengungsi
dalam diriku akan marah. Tetapi aku hanya tersenyum me
nanggapi alasan mereka dan mengucapkan semoga mereka
baik-baik saja menjalaninya. Kuakui, aku merasa jijik dengan
betapa kita, penerima manfaat dari keberadaan masyarakat
terbuka, menjadi manja, lemah, dan merasa tidak aman. Mengapa
tindakan meninggalkan pekerjaan yang buruk justru diang
gap sangat berani, padahal kau hanya perlu menafkahi dirimu
seorang?
Tapi kini, aku berempati pada rekan-rekan lamaku itu,
karena aku akhirnya menyadari tantangan untuk mengajarkan
ke
beranian. Di Universitas New York, aku menjelaskan ke
mahasiswa-mahasiswaku bahwa yang dimaksud dengan ke
beranian adalah berani bicara kebenaran. Kemudian aku beri
kan mereka beberapa insentif konkret, agar mereka memperli
hatkan keberanian dalam lingkup kelas yang aman: silabus mata
kuliahku menyatakan bahwa sebagian nilai mereka bergantung
pada frekuensi dan kualitas tantangan mereka kepadaku. Te
rus-menerus. Kuingatkan mahasiswaku, menolak secara jujur
asumsi dan kesimpulanku bukan hanya diperbolehkan, tapi
dianjurkan. Dengan memberitahukan alasan mengapa aku sa
lah, mereka dapat memperoleh nilai A. Semuanya demi pen

17

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

cerahan diri. Beberapa kali aku harus memberi umpan ini,


hanya untuk memastikan keraguan yang kami pahami, tapi
kemudian didiamkan begitu saja, sehingga tidak mau mem
beberkan permasalahan secara lebih mendalam.
Aku undang mahasiswa-mahasiswaku untuk membantuku
memahami mengapa membicarakan kebenaran tampaknya su
lit untuk diwujudkan. Secara terpisah, mereka menekankan
bahwa mereka mengasosiasikan ruangan kelas dengan kepa
sifan, lingkungan pendidikan yang semakin mapan dengan
banjirnya komputer dan layar video, tapi hilangnya rasa ke
sadaran untuk menggunakan keyboard demi hal-hal yang be
rani. Simak percakapan berikut ini dengan salah seorang pe
muda paling menjanjikan, yang saya kenal di Kota New York.
Saya mengobrol dengan dia mengenai blogging untuk sebuah
kampanye pemberantasan pelanggaran HAM terhadap perem
puan di Iran.
Dia: Anda mau aku menulis blog?
Aku: Tentu. Kamu seorang pemikir yang serius dan

peduli terhadap keadilan. Inilah kesempatan


untuk mengekspresikan gagasan-gagasanmu.
Dia: Aku tak yakin kalau aku bisa.
Aku: Kenapa tidak?
Dia: Aku tidak tahu, apa yang akan digunakan

untuk melawanku.
Inilah pemuda berusia dua puluhan yang mencari jalan
keluar dari lingkungan yang penuh kejahatan, kemudian ber

18

IRSHAD MANJi

tengger sebagai asisten dekan dan berencana masuk fakultas


hukum. Aku dan dia telah melakukan riset perbandingan ten
tang kepemimpinansalah satu alasan yang membuatku tahu
kalau dia termasuk pribadi yang penuh pertimbangan. Di
tambah lagi keberanian untuk berbagi pemikiran itu menjadi
goyah lantaran khawatir kata-katanya yang bisa saja tanpa
sengaja akan menyinggung perasaan seseorang. Singkatnya:
apa yang akan mereka pikirkan tentang diriku?
Aku:

Segala sesuatu bisa digunakan untuk melawan


mu. Selalu begitu. Tapi jujurlah, apa kau yakin
diam akan melindungimu? Jika semuanya
bisa digunakan untuk melawanmu, begitu
juga dengan tidak bertindak. Pikirkan itu,
bacalah blog dan beri tahu aku kalau kau ikut
bergabung. Itu menjadi pilihanmu sepenuh
nya.

Akhirnya, ia bergabung dalam kampanye HAM sebagai


seorang blogger. Beberapa bulan kemudian, ia memperlihatkan
ke
padaku sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa da
lam sejarah Amerika, para pemimpin kulit hitam yang paling
berhasil tidak mencemaskan siapa pun yang berbicara tentang
diri mereka. Ketika mendengarkan ini, kegembiraanku bukan
pada penelitiannya, melainkan lebih terkait pada pertumbuh
annyadan termasuk pertumbuhanku juga.
Aku akan meringankan beban generasi mahasiswa ini: ke
takutan akan dihakimi ini sudah dimulai sejak sebelum generasi
mereka. Pada tahun 1960-an, seorang ilmuwan psikologi Stanley

19

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Milgram melakukan serangkaian eksperimen mengenai me


ngapa orang patuh pada otoritasatau, lebih akuratnya, pada
penyalahgunaan otoritas. Apakah kepribadian dapat mendo
rong kepatuhan buta, saat kebijaksanaan konvensional tidak
ada? Atau mungkin ini berkaitan dengan keadaan situasinya?
Subjek pertama yang diuji oleh Milgram adalah para mahasiswa
di Universitas Yale. Setiap peserta diminta mengoperasikan
sebuah alat yang mereka yakini dapat menyetrum peserta
lain. Dan mereka melakukan itu, hanya karena seseorang yang
berjas lab memerintahkannya. Seluruh sampel Milgram, yang
merupakan mahasiswa kampus bergengsi, menyerah pada oto
ritarianisme. Alhasil, Milgram harus mencari lebih banyak lagi
perwakilan sampel di luar universitas, termasuk orang-orang
yang suka berpikir untuk dirinya sendiri.
Masalah ini tidak hanya menjadi masalah anak muda. Se
bagian besar eksekutif investasi dan ekonom, di masa-masa
menjelang kejatuhan ekonomi global tahun 2008, ternyata juga
mengesampingkan pemikiran mandiri. Jika mereka memiliki
keraguan terhadap kebijakan saham, perumahan atau kredit,
hanya sedikit di antara mereka yang berani membeberkannya.
Seperti yang diungkapkan mantan Wakil Presiden Senior
Lehman Brothers, Setiap orang di level kami, yang memiliki
pandangan berbeda dengan manajemen senior, akan segera
menemukan dirinya di tempat lain. Anda tidak dibayar untuk
mengguncang perahu (artinya, melakukan sesuatu yang meng
ganggu keadaan saat itupenj.). Tetapi, ketika perahu terba
lik, mereka justru kehilangan bayaran. Dan setelah itu, cepat
atau lambat, mereka akan mati!

20

IRSHAD MANJi

Inilah benang merah yang menghubungkan kaum muda


Muslim, yang berhenti bersuara di dalam rumah keluarganya,
dan orang-orang penting di Wall Street, yang bungkam di
gedung-gedung saham. Yang pertama kali ada di pikiran me
reka bukan kematian, tapi cemoohan orang lain.

Aku mengerti perasaan itu. The Trouble with Islam Today meng
inspirasi (atau memicu) sejumlah kecaman dari sesama Muslim
di situs webku. Untuk saat ini, aku akan sejenak melepas ke
tegangan dan membagi beberapa percakapan lucu:

Kami mestinya menendang pantatmu ke neraka, biar bisa me


rasakan api neraka membakarmu hidup-hidup. Kau memang
sepalsu neraka, jangan muncul dengan buku-buku bodohmu
tentang Islam.
Mo
Biar aku luruskan, Mo. Aku ini sepalsu neraka, tapi pantatku
harus ditendang ke nerakayang menurut penjelasanmu,
adalah tujuan yang palsu? Mau coba lagi?
Halo Nona Irshad sang Lesbian Feminis Liberal. Aku seorang
Muslim moderat yang berpendidikan, dan kurasa kamu ini ber
khayal demi ketenaran dan ketamakan. Nah, ini judul yang bagus
dan bisa kau pertimbangkan untuk buku-bukumu selanjutnya:
Bagaimana aku bisa membodohi Barat agar berpikir homo
seksualitas diterima dalam Islam. Satu lagi, Bagaimana menjual
dirimu pada setan. Aku tak akan membeli bukumu! Kecuali kau
memberikan gratis padaku. Aku akan membakarnya di cerobong
asap rumahku.

21

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

PS: Tetangga sebelahku adalah pasangan Lesbian dan kami


sangat menghormati satu sama lain, jadi coba cari sudut pandang
lain dalam bantahanmu.
S.R
Salam Tetangga Liberal. Trims atas surelmu yang menarikdan
judul-judul buku barunya. Aku pasti akan mempertimbangkan
semuanya, karena aku masih terus menimbun kekayaan sambil
menolak penerbit-penerbit yang semakin menginginkanku dan
moralitas ketidakislamanku. Trims juga karena bersedia mem
bakar bukuku kalau diberi gratis. Tapi setelah kupikir panjang
dan keras apakah memang harus, maka keputusanku adalah...
(tolong bunyikan genderang)... Tidak. Kau kan tahu, aku ini
memang terlalu tamak mengeruk keuntungan, sampai tak
mau memberikan gratis. Buat apa menyangkal ketamakanku?
Karena dalam buku ini, aku menyerukan kejujuran, maka se
baiknya aku menjadi contoh. Namun begitu, bersenang-senang
lah dengan tetanggamu. Aku yakin, mereka adalah wanita baikbaik. Semoga saja, mereka sadar betapa baiknya dirimu.
Mantan-saudari se-Islam, Irshad: Apa agama pasangan lesbi
Anda? Yahudi?
Anonim
Aku bertemu pasanganku di gereja Anglikan, ketika menghadiri
kebaktian sebagai bagian dari penelitianku untuk program TV
baru. Terkait pertanyaanmu, aku meminta dia berterus terang
mengenai agamanya. Aku menuntut kebenaran. Jawaban dia,
Panggil saja aku Shlomo. Aku masih menyesuaikan diri.
Anda sudah membuat gusar 98,9 persen umat Islam sejati di
dunia ini. Islam bukan agama yang sulit untuk dimengerti, dan

22

IRSHAD MANJi

saya tak perlu membaca buku Anda untuk memahami apa yang
salah dengannya. Tidak ada yang salah dengan Islam. Saya setuju
kalau banyak sekali individu dan kelompok Islam yang bingung
atau memanipulasi ajaran agama Islam demi mencapai agenda
pribadi atau politik. Anda mengingatkan saya pada Islam ekstrem
kanan yang membunuh orang tanpa pandang bulu, hanya saja
Anda ada di posisi ekstrem kiri. Buku Anda muncul sebagai
produk tanpa nilai akademis, dibeli oleh para ibu rumah tangga
yang penasaran karena suka menonton CNN sepanjang hari.
Tolong jangan bahas topik yang Anda tak punya urusan untuk
membahasnya. Tulis saja buku tentang fashion atau hal lain.
Anonim
Pertama, haruskah aku diam karena kau merasa tersinggung?
Kalau aku katakan bahwa aku juga merasa tersinggung oleh
ketersinggunganmu, maka mengikuti logikamu, bukankah kau
seharusnya juga diam? Maukah kau diam?
Kedua, bagaimana kau bisa menentukan kalau 98.9 persen
Muslim sejati di dunia ini akan tersinggung olehku? Kenapa
bukan 98.7 persen atau 99.1 persen? Tolong kutip sumbersumbermu, seperti yang kulakukan dalam setiap klaimku di
bukuku yang sepenuhnya tidak akademis.
Terakhir, kuhargai usulmu untuk menulis tentang mode. Aku
bisa menyampaikan satu judul sekarangDosa Para Kardinal:
Apa yang Dapat Dipelajari Biara Katolik yang Membosankan
tentang Berbusana untuk Sukses dari Para Ibu Rumah Tangga
Wahabi yang Alim dengan Sport Prada, Gucci, dan Perhiasan
di Balik Burqa Mereka. Seperti kau tahu, aku tidak mahir men
ciptakan judul-judul buku yang tidak memicu sakit hati, jadi
kalau kau punya judul lebih baik yang bisa diajukan (seperti

23

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

yang pernah dilakukan orang lain), sebut saja. Sementara itu,


inilah aku, Cosmo.
Anda bilang Anda seorang Muslim. Saya sarankan, Anda untuk
mengubahnya menjadi Muslim Binal yang Tidak Mempraktikkan
Agama. Anda sesungguhnya harus memeriksa peraturan agama
tentang memiliki potongan rambut seperti itu.
Shauaib
Aku sudah mengkaji Fatwa tentang Mode #4866 dan di situ
dinyatakan, Haram hukumnya menggunakan gel rambut yang
mengandung alkohol. Sedangkan serpihan daging babi yang
menyangkut di sela-sela rambut yang diberi gel, hukumnya
adalah halal, karena tidak menyerap ke dalam kepala, insya
Allah.
Izinkan aku mengawali dengan mengatakan, betapa bermanfaat
buku Anda sesungguhnya. Menurutku, ternyata, buku itu jauh
lebih murah digunakan sebagai tisu toilet ketimbang paket tisu
toilet biasa. Tapi, aku ada keluhan: lembaran-lembarannya sedikit
kasar di bagian tertentu, sementara kulitku sensitif. Lalu, terlintas
ide bagus. Buku kamu akan bertambah laku kalau disertai pe
lembab... Tolong beritahu, kalau kau setidaknya memikirkan ide
ini. Aku jamin, ini ada gunanya bagi penjualan bukumu, walau
aku lebih suka metode kebersihan yang tradisional. Tentang citra
kamu, tak banyak yang bisa aku katakan atau sarankan untuk
perbaikan. Menyewa seorang humas mungkin ada gunanya (atau
memecat yang sekarang). Sukses dan terus menulis.
Falaha
Salam pantat kasar! Mengenai masalah pencitraanku, aku
bukan orang yang mengumbar kebiasaanku di kamar mandi

24

IRSHAD MANJi

pada dunia. Tapi aku lega (begitulah kira-kira), kalau jadwal


buang air besarmu kelihatannya teratur. Dan artinya, kau meng
ambil bukuku secara teratur juga. Intinya, aku tak pernah
butuh humas, selama aku memilikimu.
Humor untuk melepas ketegangan bisa memperkaya jiwa.
Aku tak bermaksud itu sebagai pembelaan diri. Cercaan jus
tru semakin membuatku berani berterus terang mengapa aku
meyakini apa yang kuyakinidan apakah aku perlu mem
percayainya secara mutlak. Dari sisi ini, para pengritik yang
sarkastis pun bisa menjadi sahabat dalam evolusiku. Merekalah
yang berulang kali mengajarkanku bahwa beberapa hal lebih
penting dari sekadar rasa takut. Pena mereka adalah zenku.

Orang-orang yang bertindak atas keberanian moral akan se


lalu menghadapi pertentangan. Memiliki keberanian moral
berarti menentang kemapanan dalam kelompok kitabaik itu
kelompok agama, budaya, ideologi, maupun profesionaldan
melakukannya demi kebaikan yang lebih universal. Faktanya,
keberadaan frase keberanian moral sendiri mengungkapkan
sesuatu yang menenteramkan: walaupun aku merasa terkucil,
walaupun orang-orang Muslim mengatakan aku gila, walaupun
kaum non-Muslim sering meyakinkanku bahwa Islam pada
dasarnya fasis dan aku berjuang tanpa kemenangan, aku tetap
bisa mengandalkan tradisi kaum pendobrak. Literatur tentang
kepemimpinan mengenal istilah keberanian moral, karena orangorang yang mengadopsi pendekatan ini setia pada nu
rani

25

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

mereka sambil mengangkat komunitas mereka dari dalam.


Aku tidak sendiriandan tidak akan pernah sendirian.
Bagaimanapun, memilih untuk menghadapi intimidasi,
penghinaan, dan luka yang berasal dari kalangan kita sendiri,
terdengar seperti gagasan yang mustahil. Pada tahun 1966,
Robert F. Kennedy mendesak mahasiswa Afrika Selatan untuk
melawan Apartheid, suatu kebijakan pemisahan kulit hitam
dan kulit putih. Dalam menembus penghalang berbasis rasial,
Kennedy mengakui, Sedikit orang yang bersedia menghadapi
tentangan dari kawan-kawannya, kecaman dari rekan-rekan
nya, dan kemarahan dari masyarakat. Keberanian moral adalah
komoditas yang lebih langka daripada keberanian di medan
perang ataupun kejeniusan. Selain itu, ia pun merupakan kua
litas yang esensial dan penting bagi mereka yang hendak meng
ubah dunia yang paling sulit diubah.
Keberanian moral berada di atas sifat-sifat unggul lain
karena tak ada luka yang lebih dalam selain dikucilkan oleh
orang-orang kalian sendiri. Manusia sering terpancing untuk
menyalahkan orang asing. Dan, wah, rasanya enak. Ketika me
nuduh orang di luar kelompok, kau bisa menggunakan kema
rahanmu se
bagai lambang kredibilitas kelompokmu. Lihat
aku, katamu untuk menarik perhatian, karena aku membela
kita di hadapan mereka. Aku tahu aku ada di mana. Per
hatikan pujian yang datang menghujani. Tapi, jika kau mem
beberkan ketidakadilan yang dilakukan oleh kelompokmu
sendiri, maka hilanglah rasa aman karena menjadi bagian dari
sesuatu yang lain. Nah, sekarang bagaimana kau tahu siapa
dirimu?

26

IRSHAD MANJi

Selamat datang di salah satu kesempatan yang paling mem


bebaskan di zaman kita: kebangkitan dari politik identitas.
Politik ini mereduksi individu ke dalam maskot kelompok ma
syarakat yang menjadi identitas kita: Muslim, Nasrani, Yahudi,
feminis, queer (sebutan bagi kaum homoseksualpenj.), bankir,
penggemar Bollywood, tinggal sebut saja. Di mana ada ortodok
si, di situ pasti ada sebuah identitas yang dilanggengkan dan
seperangkat aturan yang merepresentasikan identitas tersebut
secara benar. Kami melihat politik ini berperan dalam kirim
an surel dari para pengkritikku yang lucu. Namun, gelak tawa
tidak mengalihkan kita dari pemahaman bahwa orang yang tu
lus pun dapat terlena.

Saya tidak sependapat dengan judul buku Anda. Seharusnya ber


judul The Trouble with Muslims. Hanya karena Muslim yang me
lakukan hal-hal yang menyakitkan dan penuh kebencian, bukan
berarti itu adalah bagian dari ajaran Islam. Jika pesan Al-Quran
disalahtafsirkan, bukan Islam yang salah.
Shawn
Seandainya aku memberi judul The Trouble with Muslims, para
pelobi profesional yang menggadaikan diri mereka sebagai
perwakilan Muslim, pasti sudah menuduhku menjajakan ke
bencian terhadap kelompok-kelompok yang teridentifikasi.
Bayangkan tuntutan hukumnya. Pembangkanganku ini
bisa masuk persidangan beberapa kali. Bagus sekalikalau
tujuanmu hanya untuk menjual buku. Aku tidak. Aku me
lakukan ini untuk menyadarkan kaum Muslim supaya me
nyadari hak-haknya dan bertanggung jawab untuk berpikir.
Berani-beraninya kau masih mengaku Muslim? Siapa yang kau
wakili? Aku seorang perempuan Muslim. Aku tidak menutup

27

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

rambutku dan menikah dengan pria non-Muslim berkebangsaan


Amerika. Tapi, suamiku merasa umat Muslim adalah orang-orang
terbaik sedunia, dan dia berharap umat Nasrani memiliki moral
yang sama seperti bangsa Arab. Semua masalah di Timur Tengah
dikarenakan Israel. Aku sendiri seorang pengungsi Palestina sejak
1968. Aku dan keluargaku bertebaran di mana-mana. Kenapa
kau tidak bisa mengatakan apa pun demi membantu Palestina?
Aku tahu, kami adalah bangsa terbaik yang dipilih Allah. Semoga
Allah menolong kami dari orang-orang sepertimu dan Osama Bin
Laden.
Mona
Aku tidak terkejut bila kau menuduhku mengabaikan bangsa
Palestina. Dalam lingkungan kita yang terpolarisasi secara
politis, kalau kalian menyebut (seperti yang kulakukan) bangsa
Israel dan bangsa Arab memikul kesalahan yang sama atas
penderitaan bangsa Palestina, maka kau adalah anti-Palestina
jika bukan anti-Muslim. Alasannya? Karena kalian tidak
menyebutkan Israel adalah penindas tunggal. Aku tidak ter
makan dengan itu, Mona. Begitu juga banyak bangsa Palestina,
yang marah akan korupsi pemimpin-pemimpin mereka dan
juga kehadiran militer IDF. Kedua kependudukan itu harus ber
akhir.
Ambil contoh, Dr. Eyad Serraj, pendiri Gaza Community Mental
Health Program (Program Kesehatan Mental Komunitas Gaza).
Menurut beliau, Kami bangsa Arab dan bangsa Palestina
perlu banyak mengkritik diri sendiri karena di dalam
struktur kesukuan, perbedaan pendapat dianggap sebagai
pengkhianatan. Struktur kesukuan itulah, katanya kepada
ku, yang menjadi alasan mengapa kami belum berhasil me
ngembangkan gagasan negara bagi warga (a state of citizenry),

28

IRSHAD MANJi

di seluruh negara Arab, di mana semua orang setara di hadapan


hukum. Jadi, Mona, kutinggalkan kau dengan beberapa per
tanyaan: Pertama, dapatkah semua masalah di Timur Tengah
benar-benar dibebankan pada Israel? Kedua, tidakkah kau ter
dengar seperti Zionis sejati saat kau bersikeras Allah telah me
milih bangsa Arab sebagai bangsa terbaik? Ketiga, apakah kau
mengerti mengapa aku tidak terganggu meskipun kau meng
anggapku Muslim yang buruk?
Apa yang tidak kau singgung adalah bagaimana Muslim dapat
berinteraksi dengan budaya-budaya lain dan dunia yang lebih
luas tanpa kehilangan identitas mereka. Beberapa kalangan
Muslim takut kehilangan jati diri mereka di tengah budaya Barat.
Bongo
Kata kunci di sini adalah takut. Peradaban Islam telah me
letakkan dasar bagi Renaisans Eropa. Apakah ini tidak me
nunjukkan kalau dikotomi antara Islam dan Barat se
betulnya artifisial?
Saya tidak menentang fakta kalau kau menyuarakan pandangan
mu tentang Islam. Tapi orang-orang yang tidak kenal Islam
sebelum tragedi September 11 mungkin akan memegang buku
mu sebagai kebenaran dan tidak mau lagi mempelajari aspekaspek lain dari agama mulia kita. Kau seharusnya menekankan
pada karakteristik positif utama Islam sebelum lanjut dengan
aspek-aspek negatif, supaya bisa mendidik masyarakat yang haus
akan pengetahuan tentang Muslim. Ketika orang terus menatapi
kita, atau mencoba melindas kita dengan mobil mereka (seperti
yang baru-baru ini menimpaku), kuingin kau menyadari kalau
bukumu mungkin berkontribusi terhadap kesulitan dalam ke
hidupan saudara sesama Muslim. Kau tidak lepas dari apa yang

29

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

orang-orang yakini tentang Muslim. Kau masih menjadi salah


satu dari kami.
Anonim
Terima kasih atas peringatannya. Tapi sudahkah kau membaca
bukuku? Jika sudah, maka kau akan tahu bahwa aku me
nekankan apa yang dulunya menjadi nilai positif, pluralistik,
dan progresif tentang Islam: ijtihad, sebuah tradisi mengenai
berpikir mandiri. Kita, kaum Muslim, dapat menghidupkan itu
kembali jika kita pedulidan berani. Inilah yang membawaku
kepada kontradiksi dasar dari argumentasimu. Di satu sisi,
kau mengatakan bahwa masyarakat haus akan pengetahuan
tentang Muslim. Di sisi lain, kau berspekulasi bahwa orangorang akan berhenti membaca begitu mereka selesai membaca
bukuku. Jika orang-orang kehausan, maka mengapa mereka
memperlakukan bukuku sebagai kesimpulan akhir dalam
mempelajari Islam? Kau terlalu berlebihan dalam menilai ke
kuatanku dan sekaligus terlalu kecil menilai publik.
Berikut tiga saranku: Pertama, mereka yang mencoba
mencelakaimu dengan mobil adalah penjahat; laporkan mereka
ke polisidemi keselamatan semua orang. Kedua, kenalilah
bahwa ketika mengasumsikan non-Muslim itu kekanakkanakan, kau memberikan stereotip ke mereka sebagaimana
kau khawatir kalau mereka akan menstereotipkanmu. Menarik
bukan, kendati kau merasa menjadi korban, kau sendiri justru
menerapkan kuasamu untuk menuduh orang lain sesuai dengan
khayalanmu. Ketiga, yakinlah pada sesama manusia, seperti
kau ingin mereka yakin kepadamu.
Saya menulis dari Irak. Kau mungkin merasa sudah melakukan
pekerjaan yang luar biasa dan sangat berani dalam bukumu, tapi

30

IRSHAD MANJi

itu tidak beda dari yang sudah dilakukan Mullah dan ekstremis,
yaitu menyimpangkan Islam lebih jauh. Pada dasarnya, Muslim
TIDAK diidentifikasikan dengan Islam. Kalau kau buruk dan kau
seorang Marxis, bukan berarti Marx itu jelek.
Nizar
Muslim tidak diidentifikasikan dengan Islam? Jelas itu
tidak logis. Aku setuju kalau teori Islam, sebagaimana teori
Marxisme, berbeda dari apa yang kebanyakan dilakukan oleh
para praktisinya. Namun nilai dari teori itu terbatas jika tidak
diterjemahkan ke dalam bentuk perilaku. Sebenarnya, Islam
adalah apa yang dibentuk oleh kita sebagai Muslim. Seandainya
Muslim tidak ada hubungannya dengan Islam, maka kita tak
bisa menyelamatkan Islam dari kerusakan. Pendekatanmu tidak
menawarkan harapan. Untungnya. Nabi Muhammad punya
gagasan lain. Menurut sebuah riwayat, beliau bertanya, Apa
kah agama itu? Dan beliau menjawab, Agama adalah cara
kita berperilaku terhadap orang lain. Sesuai definisi tersebut,
bagaimana kita, sebagai Muslim, berperilaku maka itu adalah
Islam.
Mengapa kau menyebut dirimu seorang Muslim? Kami tidak
perlu duri dalam daging. Silakan bergabung saja dengan agama
lain. Saya yakin, Kristen akan menerima lesbian dengan tangan
terbuka.
Siddique
Kau benar tentang satu hal. Banyak umat Kristen yang me
nerimaku. Umat Kristen yang tidak-liberal akan menolak pen
dekatanku, dan untuk alasan yang sama kau pun begitu: fakta
bahwa aku seorang lesbian yang menggugat penafsiran harfiah.
Tidakkah kau mengerti apa artinya ini, Siddique? Kau memiliki

31

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

persamaan dengan umat Nasrani yang kau benci! Demi Tuhan,


aku senang sekali dapat membangun jembatan buat kalian.
Tapi kupikir kau keliru mengenai hal lainnya. Kau bilang, Muslim
tidak perlu duri dalam daging. Sebetulnya, setiap masyarakat,
budaya dan agama perlu ada provokatororang keras kepala
ala Sokrates yang menghapus mentalitas gerombolan dengan
memberikan pertanyaan yang tidak nyaman secara terbuka.
Lihatlah Martin Luther King, Jr. Ia dituduh oleh rekan-rekan
pastor (orang-orang Kristen kau kutuk) karena menciptakan
ketegangan yang tidak perlu. Respons MLK? Harus kuakui,
aku tidak takut dengan kata ketegangan. Saya sesungguh
nya menentang ketegangan yang mengandung kekerasan,
namun ada tipe ketegangan konstruktif dan tanpa kekerasan
yang diperlukan untuk perubahan. Seperti Socrates yang
merasa perlu menciptakan ketegangan dalam pikiran supaya
individu dapat keluar dari kungkungan mitos dan kebenaran
yang setengah-setengah menuju ke alam analisis kreatif dan
penilaian objektif yang tanpa kekangan, maka kita juga harus
melihat adanya kebutuhan akan pengganggu-pengganggu
tanpa-kekerasan yang menciptakan ketegangan di masyarakat.
Mereka ini akan membantu manusia keluar dari kegelapan
prasangka dan rasisme menuju kemuliaan pemahaman dan
persaudaraan. Banyak umat Nasrani yang tidak mau duri
dalam dagingtetapi, mereka memerlukannya. Waktunya
sudah tiba, Siddique, untuk Muslim mengambil tindakan yang
serius.
Perhatikan asumsi berulang dari para pembaca ini perihal
diriku yang harus menyesuaikan dengan pemikiran, sikap, dan
pendekatan umum. Aku perlu merepresentasikan orang lain

32

IRSHAD MANJi

sebelum bisa berbicara untuk diriku sendiri. Itu bukan untuk


integritas diriku; itu untuk identitas mereka. Mengembangkan
individualitas untuk menyuarakan kebenaran diriku dianggap
berada di luar jalur regulasi ini. Dalam tekanan seperti itu, kita
bisa melihat bagaimana ketakutan yang terus-menerus dapat
menyiksa kevokalan siapa saja.
Tentu saja, umat Islam bukanlah satu-satunya pihak yang
mengusung ilusi kemurnian (purity) dengan berusaha memak
sakan standar umum (atau anggapan umum) ke tingkat indi
vidual. Seandainya aku seorang perempuan pribumi Australia,
maka aku pasti tersentak dengan arogansi yang ditunjukkan
oleh salah seorang juru bicara kaumku. Di tahun 2008, sebuah
buku terlaris di Inggris terbit di Australia. Buku berjudul
Daring Book for Girls (Buku Petualangan Nekat Bagi Remaja Pu
tri) mengajarkan gadis muda melakukan apa yang terlarang
buat mereka. Sengaja tidak menghiraukan maksud judul ini,
ketua asosiasi pendidikan Aborigin di Australia, Mark Rose,
menuduh penerbit telah melakukan kecerobohan ekstrem
karena lancang memasukkan bab tentang bermain didgeridoo,
sebuah instrumen yang diperlakukan sebagai kegiatan eksklusif
pria di kalangan pribumi.
Kita jelas sekali tahu, ada serangkaian konsekuensi bagi
wanita yang menyentuh didgeridoo, ucap Rose. Minimal, ke
mandulan. Ia menambahkan, Saya sendiri tidak akan mem
biarkan putri saya menyentuhnya. Tampaknya, buku itu juga
tak boleh disentuholeh siapa saja. Nasihat si pendidik itu
terhadap penerbit: Hancurkan saja. HarperCollins Australia
mengalah. Penerbit ini meminta maaf secara terbuka dan
berjanji akan mengganti bab yang menyinggung itu di cetakan

33

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

berikut
nya. Nah, lihatlah: sebuah buku tentang keberanian
justru kehilangan nyali. Suatu hari nanti, gadis-gadis pribumi
akan memperjuangkannya. Dengan apa pengorbanannya, aku
tidak tahu.
Paling tidak, konsekuensinya berupa ancaman verbal. Ran
dall Kennedy adalah seorang profesor bidang Hukum di Uni
versitas Harvard dan keturunan Afrika-Amerika. Saya dipang
gil sang pembelot pada beberapa kesempatan, kenangnya.
Salah satu alasannya? Ia mempertanyakan apakah akademisi
non-kulit putih memiliki wawasan khususyang ditentukan
secara rasialterhadap undang-undang tentang hubungan
ras, dan apakah, terkait dengan prosedur akademis, statusras-minoritas harus dipandang sebagai kredensial intelektual.
Aduh, sungguh seperti bom nuklir. Akibat pertanyaan ini,
Kennedy mendapat julukan Si Tonto1 berbahaya versi kulit
hitam yang punya motif menyelamatkan kehormatan orang
kulit putih, terutama yang akan memberinya jabatan.
Tak satu pun dari cemoohan ini mampu menghentikan
penyelidikan Kennedy. Di tahun 2003, ia mengeluarkan sebuah
buku berjudul Nigger: The Strange Career of A Troublesome Word
(Negro: Riwayat Aneh Tentang Satu Kata Yang Bermasalah). Di
buku itu, Kennedy bersaksi, Council on Black Internal Affairs
(Dewan Urusan Internal Kulit Hitam) mengkritikku sebagai
tukang bonceng rasial yang mereka benci [sejak dulu]. Mereka
menegaskan, aku telah secara oportunis menggunakan status
[ku] sebagai intelektual publik terkenal berkulit hitam untuk
mengeruk keuntungan dan ketenaran yang tidak beralasan...
1

34

Tonto adalah tokoh fiksi Amerika dalam The Lone Ranger, karakter koboi yang populer
di Amerika. Tonto adalah pria asli pribumi Amerika dan digambarkan sebagai teman
Lone Ranger yang cerdas.

IRSHAD MANJi

Setelah bersaksi di pengadilan atas kasus penggunaan kata Ne


gro yang vulgar, Kennedy si pengeruk-keuntungan ini pun
menemukan dirinya dicap pelacur murahan. Murah karena
Saya tidak menerima bayaran apapun untuk kesaksianku.
Saya bertindak pro-bono (pro
fesional yang bekerja volunteer
-ed.)... Saya tidak bisa membayangkan apa yang akan orang
katakan tentang saya kalau saya dibayar.
Adapun dewan yang dengan cemerlangnya dinamakan
Council on Black Internal Affairs, Kennedy mengatakan pada
waktu itu, puncak prestasi dewan adalah publikasi berjudul The
American Directory of Certified Uncle Toms: Being a Review of the
History, Antics, and Attitudes of Handkerchief Heads, Aunt Jemimas,
Head Negroes in Charge, and House Negroes Against the Freedom
Aims of the Black Race. Sepertinya Dewan tidak keberatan meng
gunakan istilah yang merendahkan itu di dalam judul publi
kasinya sendiri. Ironi tidak? Dalam novel Harriet Beecher Stowe,
tokoh Uncle Tom memilih untuk mati ketimbang membiarkan
majikannya menang. Sungguh sebuah pembelotan!
Namun kritikan untuk pembelot Afrika-Amerika berbeda
dari apa yang harus dihadapi oleh Muslim berpikiran reformis.
Kennedy mengemukakan satu hal penting: Saya tidak merasa
terancam oleh musuh-musuh ideologis mana pun. Tidak pula
saya merasa meletakkan diri saya dalam bahaya serius akibat
pemikiran yang saya tulis itu. Hal yang sama tak mungkin
bisa diklaim oleh reformis Muslim. Beda keduanya seperti
antara hidup dan mati.

35

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Kita, umat Muslim, harus memiliki ekspektasi yang lebih tinggi


terhadap diri sendiri. Kita pernah memperlakukan pikiran kita
seperti seni; menghidupkan begitu banyak pilihan di dalam pe
ngamalan iman. Pada Islam seribu tahun yang lalu, semangat
ijtihaddalam diskusi, debat, dan perbedaan pendapatme
ngalami perkembangan. Bukan kebetulan, pada masa itu, per
adaban Islam memimpin dunia dengan cerdik cendekia. Di
bawah rezim yang menguasai Andalusia, atau Muslim Spanyol,
para siswa dapat berdialog dengan Al-Quran dari berbagai
segi. Sejarawan George Makdisi menulis, madrasah di abad ke19 merupakan sumber dari kebebasan akademik di masa kini.
Terdengar seperti klaim yang berlebihan mengingat madrasah
saat ini bersifat reaksioner dan tidak sesuai zaman, tetapi di
masa itu, kebebasan bukanlah hal yang aneh. Seorang tokoh
Andalusia yang skeptis di abad ke-11, Ibnu Bajjah, secara terbuka
memperkenalkan inteligensia aktif. Ia juga mem
postulasi
bahwa ketika pikiran rasional berhubungan dengan Sang Ilahi,
maka individu tersebut akan menemukan kebahagiaan. Pe
nguasa yang tidak suka pun memasukkan dia ke penjara. Tapi
imam dari sebuah masjid berpengaruh, La Mezquite, turun
tangan, dan Ibnu Bajjah dibebaskan. Dari sekitar abad ke-8
sampai abad ke-12, 135 sekolah tafsir Islam tumbuh subur,
sementara itu kota-kota yang lebih kosmopolitan menyediakan
70 perpustakaan, menyaingi jumlah perpustakaan di sebagian
besar kota besar di Amerika Serikat saat ini.
Praktisi ijtihad bahkan mewariskan beberapa budaya po
puler di Barat. Di setiap perbincangan publik, aku selalu ber
foya-foya dengan contoh seperti berikut ini: Muslim mem
berikan kopi moka pada dunia (Terima kasih kembali, Star

36

IRSHAD MANJi

bucks!), juga gitar (Terima kasih kembali, Springsteen!), dan


bahkan mungkin ekspresi Ol!dari bahasa Arab Allah!
(Terima kasih kembali, Spanyol!). Aku bisa begitu bersemangat
hanya dengan memikirkan tentang metabolisme pertanyaanpertanyaan di kalangan leluhur kita yang menjadi praktisi
ijtihad.
Kemudian matahari pun tenggelam di abad ke-12. Kaum
Muslim fanatik dari Maroko melintasi Selat Gibraltar dan
menduduki Spanyol. Imperium Islam, yang membentang dari
Spanyol di bagian Barat sampai ke Irak bagian Timur, terpecah
belah. Pecahan-pecahan yang saling berlawanan mendeklara
sikan pemerintahan mereka sendiri. Khalifah yang berbasis
di Baghdad, yang merupakan gabungan negarawan dan ro
haniwan, mengambil tindakan keras dan menutup barisan
untuk mengamankan kesatuan politik Imperium. Sebaliknya,
kaum Muslim menjadi seragam di balik kedok kesatuan ini.
Dalam beberapa generasi saja, gerbang ijtihad menyempit,
terutama di bawah dominasi sekte Islam, Suni. Dari 135 sekolah
pemikiran Suni, hanya empat yang bertahanmasing-masing
lebih atau kurang sedikit ortodoks. Kematian pemikiran kri
tis sekaligus memberikan legitimasi terhadap pembacaan AlQuran yang kaku. Kaum intelektual menjungkirbalikkan fat
wa, atau opini hukum, dengan pertaruhan diri yang tinggi.
Berpikir untuk diri sendiri berarti memancing hukuman berat,
termasuk eksekusi.
Sudah tiba masanya untuk bertindak lebih baik. Aku tidak
me
nyerukan umat Muslim untuk memutar kembali waktu
dan menggali sisa-sisa Islam di abad ke-11 yang sudah pasti
tidak relevan untuk abad ke-21. Tak perlu nostalgia; nanti

37

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

kau akan lihat bagaimana ijtihad masih bisa relevan untuk


saat ini. Pun, aku tidak mengharuskan sulitnya pekerjaan ahli
fikih dipopulerkan dan dipaparkan secara terbuka. Ahli fikih
memiliki tempat tersendiritapi jauh di bawah Tuhan, jangan
lupa itu. Aku hanya menyerukan agar semangat ijtihad di
sebarluaskan, tidak hanya sebatas untuk akademisi dan teolog.
Singkirkan elitisme yang menanamkan pola kepatuhan di ka
langan Muslimkepatuhan menghentikan kita untuk menyu
arakan dogma yang dipolitisasi dan ketinggalan zaman.
Ingrid Mattson, seorang pakar dari Seminari Hartford dan
mantan Presiden Islamic Society of North America (Masyarakat
Islam di Amerika Utara), mengajak kaum Muslim di garis utama
untuk mengkaji dogma mereka. Karena sangat sempitnya
visivisi legalistik dan model pengambilan keputusan yang
kita milikikita mengabaikan orang-orang yang mungkin
menawarkan visi berbeda untuk masa depan, begitu pernya
taannya dalam sebuah percakapan dengan pakar-pakar lain di
tahun 2004. Mattson bahkan bergerak lebih jauh dengan men
dorong ijtihad di kalangan komikus, penyair dan musisi. Ol!
Memperbaharui semangat ijtihad berarti menegakkan in
tegritas, yang dimulai dengan integritas Islam. Dalam sebuah
esai yang elok, Innovation and Creativity in Islam (Inovasi dan
Kreativitas dalam Islam), salah seorang pemikir Muslim dunia
yang sangat dihormati menggambarkan ijtihad sebagai tugas
besar spiritual. Di masa awal Islam, tulis Umar Faruq AbdAllah, setiap orang yang melakukan ijtihad pada dasarnya ada
lah benarbahkan jika salah secara teknis. Namun kemudian
tibmul perdebatan antara teolog dan ahli fikih mengenai apa
kah mungkin ada lebih dari satu jawaban yang benar untuk

38

IRSHAD MANJi

satu pertanyaan. Nah, apakah ada? Mayoritas ulama cukup


puas dengan mengatakan bahwa setiap orang yang melakukan
ijtihad menerima pahala ketika keliru, bukan berdasarkan ke
salahannya tetapi karena kepatuhan kepada Tuhan dalam me
menuhi perintah-Nya untuk melakukan ijtihad.
Itulah yang perlu diketahui oleh keluarga Alya, Yasmin,
Phirdhoz, Elizabeth, dan Sakdiyah. Jika para pemuda-pemudi
Muslim ini merasa gentar, saat berpikir akan membuat murka
keluarga dengan pertanyaan-pertanyaan tentang Islam, aku
akan berkata: Taruh buku ini. Kunjungi lamanku. Ketik AbdAllah di mesin pencari. Unduh esai beliau. Bacalah. Kemudian
beritahukan orangtuamu. Fakta bahwa otoritas tradisional telah
mengesahkan makalah ini mungkin akan mengurangi sikap
defensif mereka terhadap keinginanmu untuk melepaskan diri
dari kepatuhan.
Aku bisa jamin kalau strategi ini sering kali berhasil karena
beberapa pemuda Muslim sudah menjalankannya ketika meng
hadapi satu isu populer di abad ke-21: pernikahan antaragama.
Semakin banyak Muslim yang lahir di Barat atau pindah ke
sini, mereka bertemu dengan pemeluk agama lain dan jatuh
cinta. Orangtua Muslim dan para imam sering memberitahu
anak-anak mereka dan anak-anak muda bahwa Islam melarang
merekaterutama wanitamenikahi non-Muslim. Benarkah
demikian? Aku sering mendapat pertanyaan begitu, kepa
nikan menjalari suara para penanyaku. Apakah aku harus
meninggalkan kekasihku demi mempertahankan agamaku?
Itulah pertanyaan yang paling jamak diajukan di dalam ko
tak masuk lamanku selama beberapa tahun terakhir. Cinta
antaragama merupakan fenomena yang meluas dan memiliki

39

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

implikasi yang luar biasa dalam pengintegrasian komunitas.


Melihat risikonya, aku harus memastikan kalau jawaban
ku
menyertakan otoritas supaya pasangan antaragama ini dapat
menerangkan ke keluarga mereka.
Aku melibatkan Khaleel Mohammed, seorang imam dan
profesor di bidang Islam yang dididik di sekolah Suni dan
Syiah di Timur Tengah. Dengan menggunakan ijtihad, Imam
Mohammed menafsir ulang bagian Al-Quran terkait, dan
menghasilkan dua halaman berisi restu Islam terhadap perni
kahan antaragama. Pada tahun 2006, aku memasang restu ber
bahasa Inggris ini di lamanku. Dalam kurun waktu enam bulan,
dokumen ini menjadi bahan yang populer diunduh sampai aku
harus memasangnya dalam dua puluh bahasa.
Setahun kemudian, aku memberikan kuliah di Berlin. Se
usai salah satu ceramahku, sekelompok wanita Muslim Jer
man tetap tinggal untuk mengucapkan terima kasih atas do
kumen restu pernikahan antaragama. Kini di usia dua puluh
an, mereka sudah melewati ambang usia menikah. Orang
tua mereka memaksa mereka untuk menikah dengan lelaki
Muslim yang tidak mereka kenal, apalagi cintai. Wanita-wanita
ini memperlihatkan restu pernikahan antaragama di depan
orangtua, paman dan saudara-saudara lelaki mereka. Karena
seorang imam yang menulisnya, maka keluarga dengan eng
gan menerima kredibilitasnya. Terlebih, karena restu ini bisa
diunduh dalam bahasa Jerman, Arab, dan Turki, keluarga
mereka tidak punya alasan bahasa untuk tidak tahu. Seperti
yang diungkapkan salah seorang wanita kepadaku, Ayahku
tidak menyukai cara berpikir imam itu, tapi sekarang dia tahu,
setidaknya ada seorang otoritas Islam yang akan menikahkan

40

IRSHAD MANJi

aku dengan pacarku yang berkebangsaan Jerman. Akhirnya,


aku bisa berhenti mengkhawatirkan bagaimana reaksi keluarga
atas pilihanku.
Pilihan-pilihan pribadi, seperti pilihan wanita ini, bisa
sangat meningkatkan kemampuan masyarakat untuk meng
atasi ketakutan terhadap Pihak Lain (Others). Semakin lama
aku meneliti apa yang memotivasi keberanian moral, semakin
aku terkejut dengan apa yang sepertinya kebetulan, bahwa
mereka yang rela mengorbankan diri demi koeksistensi se
ring kali menikah dengan orang yang dianggap musuh. Paul
Rusesabagina menyelamatkan hampir 1300 nyawa saat terjadi
genosida penduduk Rwanda. Sebagai manajer salah satu ho
tel terbaik di Kigali, ia memberikan penampungan pada
rakyat Rwanda yang ketakutan di tempat kerjanya dengan
mempertaruhkan nyawanya sendiri. Sebagai anggota suku
Hutu yang menikahi anggota suku Tutsi, Rusesabagina me
mahami bahwa yang terpenting dari pihak lain adalah ma
nusia. Ketika mertua dan kerabat dari suku Tutsi datang
meminta bantuan kepadanya, ia menanggapi mereka sebagai
individu, bukan sebagai suku Tutsi, tutur penulis Courageous
Resistance (Perlawanan Yang Berani), suatu kajian tentang orang
biasa yang menghadapi korupsi di komunitas mereka.
Pernikahan antaragama juga terjadi di puncak kemenangan
yang singkat, dan hampir mustahil, terhadap Nazi. Kejadiannya
bulan Februari 1943. Untuk mengantisipasi dorongan terakhir
Jerman di Perang Dunia Kedua, pihak berwenang menawan
lebih dari 1500 lelaki di pusat komunitas yang terletak di salah
satu jalan utama di Berlin, Rosenstrasse. Para lelaki Yahudi ini
memiliki istri non-Yahudi, dan Hitler belum memutuskan apa

41

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

yang harus dilakukan kepada mereka. Para istri ini secara


terbuka menuntut untuk dipertemukan dengan suami mereka.
Setiap hari, mereka muncul di Rosentrasse, diceramahi panjang
lebar oleh polisi untuk mengosongkan jalan. Akhirnya, dan
tanpa satu pun tembakan, Nazi menyerah. Hitler dan Goebbels
enggan mengganggu warga wanita di Berlin pada saat Menteri
Propaganda baru saja menyerukan mobilisasi untuk perang
total, demikian kesimpulan sejarawan Richard J. Evans. Nazi
bahkan melepaskan tiga puluh lima Yahudi pelaku pernikahan
antaragama yang sudah berangkat ke Auschwitz. Ketika cinta
menyelubungi hati para pemberontak Rosenstrasse, pernikahan
antaragama itu sendiri membantu menguatkan mereka. Selama
bertahun-tahun mereka melawan pelecehan sosial dan gang
guan petugas untuk menceraikan suami mereka. Non-konfor
mitas menjadi sebuah kebiasaan.
Hubungan antara pernikahan antaragama dan keberanian
moral tidaklah kuat, tetapi nilai yang diterapkan pernikahan
antaragama dapat melapangkan jalan Islam. Satu predisposisi
penting [yang] dimiliki oleh banyak penentang yang berani
adalah pandangan dunia mereka yang luas, kata penulis Cou
rageous Resistance. Mereka melihat penduduk bumi yang lain
sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri (yaitu, orangorang yang sepertiku) dan karenanya berhak diperlakukan
setara. Dalam kasus tersebut, identitas bukanlah sesuatu yang
rapuh; identitas selalu disertai dengan kemauan untuk me
negosiasikan makna keluarga.
Edip Pilku berayahkan Muslim Albania dan ibu Jerman.
Pada tahun 1942, orangtuanya memberikan perlindungan ke
pada Gerechters, keluarga Yahudi dari Hamburg, Jerman. Se

42

IRSHAD MANJi

tiap kali tentara Nazi datang ke rumah mereka, keluarga Pilku


akan memperkenalkan keluarga Gerechters sebagai kerabat
suatu pendefinisian kembali tentang keluarga dan sekaligus
taktik untuk Gestapo (akronim dari Geheime Staatspolizei,
polisi rahasia jerman pada masa Nazi -ed.). Tentu saja, Pilku
mengakui tentang semua orang yang terlibat, mereka ke
takutan. Tapi seperti para wanita yang menjalani pernikahan
antaragama di Rosentrasse, ibunya, Liza, berhasil menghadapi
situasi yang sulit. Suatu hari, jalanan mereka berubah menjadi
adegan anjing-memburu-Yahudi yang dilepas Gestapo. Ibuku
keluar rumah dan memaki Gestapo di Jerman, kenang Pilku.
Ibu meminta mereka jangan pernah kembali lagi, sambil meng
ingatkan kalau dia juga orang Jerman. Pasukan pengacau itu
pun pergi.
Muslim Albania lainnya, Nadire Proseku, bersaksi bahwa
ia dan suaminya, Islam, menampung Yahudi karena kami me
mandang [mereka] seperti saudara. Sebagai muslim religius na
mun liberal, kami hanya melakukan kewajiban kami. Proseku
lebih lanjut menggambarkan keluarganya. Sekarang cucu saya
menganut Kristen Evangelis, katanya tanpa ditanya. Tidak
masalah buat putraku dan saya. Hanya ada satu Tuhan.
Devad Karahasan, seorang artis Bosnia yang menikah
dengan orang Serbia, mendukung optimismeku tentang mak
na keluarga yang dapat dinegoisasikan, bahkan di masa-masa
penuh keraguan. Selama kampanye pembersihan etnis di ta
hun 1990, ibu mertuanya dibunuh karena menyembunyikan
dua keluarga Muslim. Di antara cerita pedih yang ditutur
kan Karahasan di Sarajevo, Exodus of a City (Sarajevo, Eksodus

43

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

sebuah Kota), salah satunya melibatkan masjid di lingkungan


nya:
Beberapa kejadian di malam sebelumnya, yang menyi
sakan lubang rudal yang sangat besar di jalanku, me
yakinkanku bahwa daerah terbuka di atas bumi me
rupakan undangan bagi kematian untuk mengunjungi
kami. Batu bata yang ada di ruang bawah tanah tidak
cukup. Jadi, kuputuskan untuk mengambil beberapa
ashlar [batu segi-empat] dari Masjid Magribiya. Berapa
banyak rudal dan peluru yang menghantam masjid ini
sampai bisa meruntuhkannya?... Boleh saya ambil?
tanyaku ke imam Masjid Magribiya, yang berdiri dekat
situ.
Tentu saja, jawab imam. Jika batu-batu ini akhirnya
me
nyelamatkan nyawa seseorang, atau pun sekadar
menghilangkan ketakutan orang, maka mereka benarbenar sakral. Dan inilah yang seharusnya dilakukan
oleh tempat ibadahmereka membebaskan kita dari
ketakutan.
Pernahkah terpikir, kau akan mendengar tentang masjid
yang membebaskan manusia dari ketakutan? Ini mungkin saja
terjadi dalam suatu masyarakat yang selalu memberi-dan-me
nerima, sebuah pola pikir yang para filsuf menamakannya
dialektik. Karahasan berhasil meretas gagasan itu. Silakan
membaca cerita di bawah ini secara perlahan, seperti yang ku
lakukan, sampai nuansanya meresap:

44

IRSHAD MANJi

Setiap anggota dari sistem budaya yang dramatis mem


butuhkan pihak lain sebagai bukti atas identitasnya,
karena kekhasan seseorang dibuktikan dan diartikula
si
kan dalam hubungannya dengan kekhasan pihak
lain. Tetapi dalam sistem dialektik, pihak lain hanya
tampaknya saja sebagai pihak lain, padahal sebetulnya
ia adalah saya yang bertopeng, atau bagian lain dari
diri saya.
Secara sederhana, fakta yang berlawanansuami dan
istri, Bosnia dan Serbia, Muslim dan non-Muslimsesung
guhnya adalah satu fakta.
Sebagai Muslim, aku percaya Kemahaesaan. Aku percaya
bahwa Islam, bagaimanapun juga, merupakan kelanjutan dari
agama Yahudi dan Kristen. Aku percaya Sang Pencipta semesta.
Aku percaya kehidupan abadi setelah ke
matian, kehendak
bebas, juga nabi-nabi yang rentan terhadap kesalahan. Umat
Muslim berhutang pada non-Muslim untuk landasan-landasan
keimanan ini. Apa yang selama ini kita anggap sebagai ajaran
murni agama kita, juga ada di agama lain. Jadi, ketika kita
merasa unggul dibanding yang lain, sebenarnya kita tengah
mengobarkan perang sipil melawan bagian dari diri kita sendiri.
Kita takut menjadi tidak murniatau tidak unggul. Untuk
mengendalikan ketakutan itu, individu-individu Muslim ha
nya perlu merekonsiliasi identitasnya dengan integritas hibrida
Islam.

45

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Identitas merupakan bangunan rentan yang dikonstruksikan


orang lain untuk mengkotak-kotakkanmu. Tetapi integritas ada
lah keutuhan yang tak bisa dipecah-pecahkan dan dikuasai,
yang kau ciptakan untuk diri sendiri. Dua pembacaku me
nunjukkan maksudnya dengan sikap menentang:

Aku bertunangan dengan seorang pria berkarakter yang luar


biasa dan bukan Muslim. Hal ini membuat Ayahku marah besar,
dan ia memberitahukanku kalau keluarga Mesirku tidak akan
pernah menerimanya. Jika aku meneruskan, maka aku tak boleh
mengunjungi mereka lagi di Timur Tengah. Aku sulit memahami
mengapa, dalam Islam, ayahku boleh dengan mudah menikahi
perempuan keturunan Prancis-Kanada, tapi aku sendiri tak punya
hak memilih pasanganku. Aku percaya bahwa kita menerima
seseorang itu apa adanya, dan aku menolak terlibat dalam ke
munafikan dengan meminta tunanganku pindah agama hanya
demi memuaskan keyakinan agama orang lain.
Mariam
Sebagai orang Amerika yang menikahi lelaki Pakistan, aku
memiliki hubungan yang dekat dengan Islam dan Pakistan.
Suamiku selalu bilang, Al-Quran adalah firman langsung Tuhan
karena Al-Quran sendiri menyatakan ayat-ayatnya tidak bisa di
ubah dengan cara apapun. Aku lalu bertanya: Bagaimana jika
kalimat ITU-lah yang pertama kali diubah? Suamiku mencoba
memahami sudut pandangnya, tapi kupikir kami tidak akan
benar-benar mendapatkan jalan tengah. Setelah 35 tahun dalam
masa pencarian (aku dibesarkan sebagai pemeluk Katolik), aku
akhirnya memahami bahwa diriku bukanlah bagian dari agama
mana pun, tapi aku secara tegas meyakini Tuhan. Untuk pertama
kalinya, aku tak peduli apa yang dipikirkan orang lain! Seandainya

46

IRSHAD MANJi

pun hal ini mengakhiri pernikahanku, maka biarlah. Ini adalah


keputusan yang membebaskan.
Katherine
Selamat buat mereka! Masalahnya, integritas memerlukan
ketenangan dan refleksi diri. Kau harus bertanya pada dirimu,
apa yang kau yakini dan mengapa. Tapi identitas mengandung
emosi yang meledak-ledak dan berputar terus di baliknya. Da
lam persaingan sengit antara identitas dan integritas, tebak ma
na yang biasanya menang?

Aku sudah berpacaran dengan pasanganku selama tiga tahun ter


akhir. Ia adalah Muslim Afghanistan. Aku mencintainya sepenuh
hati, tapi hubungan kami tidak lebih baik dari yang sekarang.
Tepatnya: berbohong kepada orangtuanya, sembunyi-sembunyi,
lari dari sampingku saat pacarku melihat seseorang yang
dikenalnya. Dia selalu merasa bersalah. Aku ingin membangun
kehidupan bersamanya, tapi dia tidak melepaskan ketakutannya
bahwa ia melanggar Islam, dan keluarganya akan menolaknya.
Giovanny
Delapan tahun yang lalu, aku bertemu pria impianku. Kami jatuh
cinta dan memulai hubungan yang sangat jujur dan dewasa yang
diketahui oleh keluarga dan teman-teman kami. Aku seorang
Sikh dan dia Muslim. Aku bilang kepadanya kalau aku tidak akan
berpindah agama demi menikahinya, meskipun demikian, aku
sangat menghormati agamanya sehingga tidak keberatan jika
anak-anak kami kelak dibesarkan sebagai Muslim. Dan dia pun
tidak masalah, dengan mengatakan dia tak akan pernah me
mintaku pindah agama karena yang penting baginya adalah aku
percaya Tuhan. Namun seiring pertambahan usia, pandangan dia
berubah sampai-sampai dia mengatakan kalau kami tidak bisa

47

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

menikah kecuali aku menjadi Muslim sejati dan mengamalkan


ajaran Islam. Dia takut perbedaan kami akan membingungkan
anak-anak kami kelak dan dia akan melawan Tuhan... Kami men
derita karena situasi ini. Sekarang dia berencana menikahi se
orang gadis Muslim, hanya karena gadis itu memeluk Islam.
DS
Aku berasal dari keluarga Muslim tapi aku juga seorang agnostik
dan sedang menjalin hubungan dengan seorang wanita Muslim.
Menurutnya, dia melakukan dosa ketika bersamaku dan tak bisa
menikahiku. Kami saling tergila-gila dan ingin menghabiskan sisa
hidup kami bersama. Tapi dia akan meninggalkanku karena dia
takut akan membuat Allah tidak senang. Hati kami pun hancur.
Ehsan
Kuberitahu apa yang membuat hatiku hancur: identitas
Muslim yang diselubungi ketakutan justru mengecilkan Allah.
Dengan mendefinisikan diri kita secara sempit, umat Muslim
membatasi kemungkinan-kemungkinan akan cinta Allah. Sang
Maha Pencipta yang berdaulat tidak terancam oleh pe
nge
tahuan-diri kita; hanya laskar-laskar Sang Pencipta yang ke
bakaran jenggot yang merasa demikian. Mari kita tinggalkan
penuhanan rasa takut yang palsu, perluaslah gerbang ijtihad
dan jelajahi apa terjadi ketika kita mendahulukan integritas.

48

2
Identitas Bisa Menjebakmu, Tapi
Integritas akan Membebaskanmu
Kaum Muslim reformis memang belum sepenuhnya mem
proklamirkan diri mereka sebagai pemikir bebas. Justru lamakelamaan mereka semakin lumpuh dan membutuhkan dukungan
terbaik kita. Seperti Kareem, seorang remaja yang bercakap-ca
kap denganku di dunia maya.

Saya adalah blasteran Irlandia-Arab. Saya menetap di Libya dan


sekarang ini menghadapi masalah yang serius dengan keyakinan
saya. Tingkat kebencian yang dibangkitkan negara ini terhadap
bangsa Yahudi dan Eropa sungguh luar biasa. Di buku-buku
sejarah kami, tidak pernah menyebutkan Yahudi tanpa kata
rasis terlebih dahulu, dan tidak pernah menyebutkan Eropa
tanpa kata teroris sebelumnya. Di satu waktu, mereka me
ngajarkan kami bahwa Islam agama yang damai, kemudian ber
balik menyerang berbagai kelompok, termasuk kaum gay (yang
saya pun baru menyadari bahwa saya adalah salah satunya).
Saya bersyukur kepada Tuhan karena mengaruniai saya seorang

49

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

ibu yang membantu saya memahami bahwa cinta adalah lebih


baik daripada agama. Tetapi, ayah menyalahkan akses saya ke
dunia luar dan berusaha merampas laptop, koneksi Internet,
juga telepon genggam saya. Diam saja, seperti yang cenderung
saya lakukan sebelum ini, tidak akan lagi berhasil. Saya tahu
Anda sibuk sekali, tetapi saya sangat menghargai jika Anda mem
berikan saya sedikit saja dukungan.
Sedikit dukungan? Jelas tidak, kawan! Aku bahkan akan
menjadikanku sekutumu. Simak seorang pemuda Muslim
lainnya yang surelnya langsung kuterima setelah surelmu:
Saya tinggal dan bekerja di Abu Dhabi. Pemikiran dan moralitas
adalah pegangan hidup saya, lebih dari kewarganegaraan saya,
yaitu Emirati. Saya menyurati Anda karena kita berbicara dengan
bahasa yang sama, mempertahankan keyakinan dengan an
tusiasme yang sama, dan dikelilingi oleh mereka yang menjuluki
kita kafir... Saya memahami ketika Anda menyerahkan ini ke
pada Tuhan, bahwa hanya Dia satu-satunya yang memiliki
Kebenaran, sedangkan kita hanya para pencari Kebenaran.
Saya selalu berusaha mengungkapkan ini! Bahkan, saya selalu
mengatakan, apa yang saya lakukan atau yakini mungkin saja
salahtetapi dengan akal, pengetahuan, pengalaman, dan
lain sebagainyasaya telah menemukan beberapa kesimpulan
yang saya akui kebenarannya. Apa pun yang terjadi, saya akan
meneruskan hidup ini dengan penuh kejujuran dan kehormatan.
TUHAN mengenal diriku jauh lebih baik daripada siapa pun, pasti
mengetahui betapa saya berjuang memperkecil jurang antara
pikiran, perkataan, dan perbuatan saya. Hal inilah yang membuat
saya siap menghadapi hari pembalasan!
Fatema

50

IRSHAD MANJi

Nah, Kareem, apa yang sudah kita pelajari dari Fatema? Kita
belajar bahwa identitas diri Fatema, sebagai seorang Arab
atau Muslim, tidak lebih penting daripada integritas dirinya
sebagai seorang individuseorang makhluk ciptaan Tuhan
yang kompleks dan penuh lika-liku, yang tidak mungkin Tuhan
yang Agung menolaknya. Karena, Tuhan yang pantas di
sembah harus lebih daripada sekadar Pencipta perangkat kecil
dan robot ini. Dengan meletakkan Tuhan yang transenden di
pusat keimanannya, Fatema mengabaikan gangguan negatif
yang senantiasa dilemparkan oleh manusia atas nama tuhan
kecil. Kareem, jika keyakinanmu sangat tergantung pada per
setujuan orang lain, maka lepaskan keyakinanmu itu. Karena
sesungguhnya itu bukanlah keyakinan. Itu adalah hingar-bingar
budaya dan agama yang sudah karatan. Raihlah kekuatan dari
Fatema, yang telah menemukan nurani dan Sang Penciptanya di
dalam situasi kerak teologi yang mengeras.
Pelajaran Kedua: Identitas bisa menjebakmu, Tapi Integritas
akan Membebaskanmu.

Identitas tidak akan lepas. Sebagai produk pernikahan cam


puran, tanpa basi-basi Kareem mengakui dirinya seorang gay,
separuh Irlandia dan separuh Arab. Ayah Kareem bertindak
melampaui kelompok keturunan biologisnya demi menikahi
seseorang yang berbeda secara akidah, tetapi dia masih me
nyalahkan dunia luar karena kepercayaan anaknya yang ter
goyahkan. Wajar saja, teknologi informasi akan menjadi ben
cana bagi orangtua seperti itu. Teknologi mengacaukan batas
an-batasannya yang memang sudah kacau.

51

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Dalam buku The Geopolitics of Emotion, seorang analis Pran


cis Dominique Mosi mengatakan bahwa identitas melibatkan
lebih banyak kontrol, bahkan menghujam di hati sanubari
orang-orang Barat.
Di masa Perang Dingin, tidak pernah timbul alasan
untuk bertanya, Siapakah kita? Jawabannya tampak
jelas di setiap peta yang menggambarkan dua sistem
berlawanan, yang membelah dunia menjadi dua kubu.
Tetapi di dunia yang terus-menerus berubah tanpa ba
tas, pertanyaan itu amatlah relevan. Identitas sangat
terkait dengan kepercayaan diri, dan pada gilirannya,
kepercayaan diri atau justru kekurangpercayaan diri,
diekspresikan dalam bentuk emosi...
Kita semua berada dalam perjalanan yang kerasterka
dang secara harfiah. Di bulan April 2008, seorang supir bus
berhenti di tepi jalan di London dan menurunkan para pe
numpangnya supaya dia bisa melakukan shalat Zuhur. Begi
tu selesai, ia mempersilakan para penumpang yang ditelan
tarkannya untuk kembali menaiki bus. Tetapi, para penumpang
yang menyadari kalau dia memiliki ranselmirip dengan yang
dibawa oleh para pengebom London 2005menolak untuk
naik kembali, khawatir jika supir tersebut merupakan seorang
fanatik yang akan meledakkan bus tersebut, lapor Al-Arabiya.
net. Situs berita itu mengangkat kabar tersebut dari tabloid
terkenal London, The Sun, yang tentu saja telah dibaca oleh
umat Muslim maupun non-Muslim. Apa pun yang dipahami
oleh para pembaca dari kisah itu, aku hanya dapat mendengar

52

IRSHAD MANJi

seruan liar. Aku pun praktis mengeluarkan salah satu kisahku


sendiri.
Hanya beberapa bulan sebelumnya, Al-Arabiya.net me
muat berita bahwa Sainsburys, sebuah jaringan pasar swalayan
besar di Inggris, telah memutuskan mengecualikan karyawan
Muslim mereka untuk mengurusi alkohol. Langkah itu telah
memicu kekhawatiran kelompok agama lainnya yang mungkin
akan meminta perlakuan yang sama. Katolik beranggapan
menjual alat kontrasepsi sebagai pelanggaran terhadap doktrin
mereka, dan Yahudi menuntut pengecualian untuk menjual
babi. Maafkan aku, karena aku merasa frustrasi di sini.
Kemudian ada kisah di bulan Maret 2010 tentang seorang
wanita Muslim dari Mesir yang hijrah ke Quebec. Sebagai ahli
farmasi, ia memilih mengenakan cadar dengan alasan keyakinan
agama dan bersikukuh mempertahankan penampilannya itu di
kelas bahasa Prancis yang diikutinya. Sang instruktur meng
gunakan berbagai solusi untuk mengakomodasi pilihannya,
termasuk membiarkannya melakukan presentasi dengan pung
gung menghadap teman-teman kelasnya. Pada akhirnya, mes
kipun demikian, ia tidak bisa mendapatkan nilai dalam materi
pelafalan bahasa karena mulutnya tertutup. Wanita ini merasa
syok, karena dikeluarkan dari kelas. Ia pun menuduh telah
terjadi rasisme.
Pada waktu yang hampir bersamaan, seorang pria Muslim
di Swedia memenangkan beberapa ribu dolar dalam bentuk
kompensasi setelah memprotes tentang perlakuan diskriminasi
yang dialaminya. Cerita ini dimulai ketika ia mendaftarkan diri
pada sebuah program pelatihan karyawan. Ia menghadiri wa
wancara kerja, di mana sang CEO wanita mengulurkan tangan

53

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

nya saat bertemu. Pria tersebut tidak membalas uluran tangan


sang CEO. Ia hanya meletakkan tangan ke dadanya sambil
menerangkan bahwa Islam melarang kontak fisik dengan wanita
yang bukan muhrim. Selanjutnya, perusahaan itu menolak untuk
menawarkan magang, dan menyatakan bahwa kualifikasinya
kurang. Kemudian, agen penempatan memberhentikan pria itu
dari program. Diperlakukan demikian, pria tersebut menuntut
secara hukumdan menang. Begitu berita itu tersebar, banyak
pengguna dunia maya yang penasaran, mengapa pria itu justru
tidak dituntut atas diskriminasi seksual.
Politik identitas menciptakan lebih banyak kekacauan, yang
kebanyakan tak lagi dianggap cukup heboh untuk dijadikan
berita utama. Gadis-gadis Muslimah berjilbab ditolak menda
patkan kerja paruh waktu untuk membolak-balik burger. Re
maja Muslim enggan mengikuti eksperimen sains di sekolah
menengah jika spesimen mereka berbau formaldehida alkohol.
Teman-teman di Eropa sering membocorkan perseteruan-per
seteruan kecil yang tidak muncul ke permukaan. Mereka ke
hilangan semangat karena multikulturalisme yang tanpa pikir
panjang mungkin saja membuktikan adanya benturan per
adaban.
Menurut Dominique Mosi, apa yang disebut benturan
peradaban sebenarnya adalah benturan emosi. Saat bangsa
dan orang-orang berlomba-lomba meraih kehormatan di abad
baru ini, kita pun terhanyut dalam gelombang harapan, keta
kutan, dan keterhinaan. Emosi, seperti juga individu-individu
yang merasakannya, tidak sekadar saling berbaur; sering kali,
mereka juga saling bersinggungan. Di antara kita yang berjuang
menjadi warga dunia yang solid, pasti ingin merasakan harapan.

54

IRSHAD MANJi

Kalau tidak, maka kita tenggelam dalam perasaan bersalah dan


malu. Ketika terganggu oleh emosi-emosi yang bertentangan
seperti harapan yang tertahan, ketakutan yang serius, dan malu
karena takutberarti kita kehilangan orientasi. Kita tidak tahu
apa yang harus dilakukan.

Saya seorang wanita Belanda yang tinggal di Prancis. Saya di


besarkan dalam tradisi Kristen, tapi sejak lama saya telah men
jadi seorang humanis, bukan agamis. Di Belanda ada kebebasan
berbicara, kebebasan beragama, tiap kelompok bebas mem
bangun sekolah mereka sendiri, keadilan untuk semua orang.
Tapi warga semakin berang satu sama lain, dan semakin takut.
Apa yang bisa kami lakukan, sebagai non-Muslim? Bagaimanakah
kita harus bersikap terhadap Muslim yang (hanya segelintir,
tidak semua) masih menyimpan wanita mereka di dalam rumah,
bersiul ke wanita Kristen, memanggil wanita dengan julukan,
menganiaya kaum gay, atau orang-orang yang hanya bisa melihat
tanpa berbuat apa-apa? Semua ini memunculkan pertentangan
antarkelompok. Bagaimana untuk mengambil tindakan sekarang
ini?
Boukje
Saya seorang Muslim Suni berusia 18 tahun yang menetap di
London. Sejak 12 bulan terakhir, saya sudah mencari sekian
banyak topik tentang Islam. Dan jujur, saya tidak menyukai
banyak hal yang berhubungan dengan Islam. Misalnya, pe
rajaman terhadap kaum homoseksual, murtad, penzina, dan
kenyataan bahwa seorang wanita boleh ditampar jika dia tidak
patuh. Bisakah kita menolak beberapa bagian yang mengerikan
dalam Islam tanpa menimbulkan kemarahan Yang Mahakuasa?
Tetapi saya juga bergulat dengan serangan xenofobia (ketakutan
terhadap bangsa lain) terhadap Muslim. Ada berbagai kelompok

55

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

yang tampaknya bertekad untuk mengadu domba kita. Saya


mulai menjadi sangat ketakutan. Bagaimana saya menghadapi
masalah-masalah ini?
Osman
Aku menjajarkan Osman dan Boukje karena dua alasan.
Pertama, mereka mengekspresikan situasi sulit dengan solusi
yang mustahil, yang juga dialami oleh masyarakat terbuka.
Umat Muslim merasa dihina oleh para xenofobia non-Muslim,
sementara para humanis merasa dihina oleh Muslim yang ma
sih memegang tradisi lama. Kedua pengalaman ini nyata dan
berlangsung secara bersamaan. Kelihatannya, situasi semakin
memburuk karena Boukje dan Osman mewakili identitas yang
saling bertentangan. Atau apakah mereka memang begitu?
Haruskah setiap orang mewakili berdasarkan label? Tidak bo
lehkah kita mewakili melalui nilai-nilai kita? Berikut adalah
surel ketiga yang mengobarkan harapanku:

Irshad, sekilas kita tidak memiliki persamaan. Saya adalah maha


siswa dari Praha dan pria heteroseksual yang tidak percaya pada
Tuhan. Tetapi, ada sesuatu bisa kita bagi, yaitu kecintaan kita
terhadap kebebasan dan keberanian. Fakta bahwa dua orang
dengan latar belakang berbeda berbagi nilai yang sama me
nunjukkan bahwa nilai-nilai ini sangat universal Saya tahu,
fokus utama Anda adalah dunia Muslim tapi pasti Anda juga
tahu, bahkan di alam demokrasi liberal di dunia Barat sekalipun
(termasuk juga, menurut saya, di Republik Ceko), perjuangan
menuju pemikiran bebas masih jauh dari kemenangan.
Michal

56

IRSHAD MANJi

Voila!2 Komunitas tidak harus didefinisikan dengan sebuah


identitas tinggal-pasang yang diberikan kepadamu; komunitas
bisa dibentuk oleh orang-orang berbeda yang mengamalkan
nilai-nilai yang sama. Itulah alasan kedua untuk menjajarkan
Boukje dan Osman. Boukje tidak berteriak-teriak kalau semua
Muslim memenjarakan kaum wanita dan menganiaya kaum
gay. Hanya sebagian, demikian ia mengatakan, dan merekalah
yang menyebabkan masyarakatnya defensif terhadap nilai-nilai
kesetaraan. Nilai-nilai Osman mencerminkan nilai-nilai Boukje.
Osman akan setuju bahwa terlalu banyak Muslim yang ber
tindak tidak manusiawi terhadap kaum wanita dan gay, suatu
pandangan merendahkan yang tidak ingin diterimanya. Karena
itulah, Osman melemparkan pertanyaan tabu yang tidak perlu
dikhawatirkan oleh para humanis: dapatkah Muslim menolak
bagian-bagian Islam yang mengerikan tanpa menimbulkan ke
marahan Yang Mahakuasa?
Aku melihat Osman adalah sekutu Boukje. Jika masyarakat
terbuka ingin menjadi utuh dan meraih integritas, maka Mus
lim dan non-Muslim saling membutuhkan. Osman perlu tahu
bahwa humanis seperti Boukje akan melakukan lebih dari
mengundangnya makan malam bersama. Osman harus per
caya bahwa Boukje akan membelanya dari siapa pun yang
meng
anggap Osman tidak bisa menjadi warga Barat yang
baik hanya karena dia seorang Muslim. Seperti yang nanti
akan kita temukan, bukan hanya xenofobia yang melakukan
asumsi-asumsi keliru, tetapi banyak kalangan progresif pun
melakukannya. Dengan alasan yang sama, Boukje pun perlu
tahu bahwa Osman dan Islam liberalnya ada. Boukje tidak
2

Lihatlah ini! (bahasa Prancis)

57

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

mendengar suaranya karena Osman belum berbicara menge


nai perlunya mereformasi Muslim. Dan ia belum berbicara
karena masih berayun-ayun di antara emosi-emosi yang saling
bertentangan.
Osman perlu memahami secara emosionaltidak sekadar
intelektualbahwa Tuhan mencintai individu yang bergerak
menuju keutuhan. Kesempurnaan ilahiah bukanlah keadaan
tanpa cacat, tulis Uskup Desmond Tutu dan putrinya Mpho
dalam Made for Goodness (Diciptakan untuk Kebaikan). Ke
sempurnaan ilahiah adalah keutuhan. Sebagai ilustrasi, ayah
dan putrinya ini menceritakan kepada kita tentang Beyers
Naud, seorang menteri beragama Kristen dan keturunan se
buah dinasti politik pada era apartheid di Afrika Selatan.
Ayah Naud membantu mendirikan Afrikaner Broederbond, ke
lompok persaudaraan Kristiani rasis yang sangat berkuasa.
Se
telah banyak doa, belajar, dan renungan, putra Naud
menyimpulkan bahwa Injil dan Kristus tidak membenarkan
apartheid. Lantunan penyangkalan tidak bisa menenangkan ke
benaran: segregasi memecah belah jiwa kita. Naud mengalami
krisis hati nurani. Uskup Tutu kemudian bercerita, menyebut
temannya dengan nama awal:
Beyers memilih kepatuhan terhadap nurani. Satu hari di
bulan September 1963, ia mengumumkan keputusannya kepada
para jemaatnya, Kita harus menunjukkan loyalitas lebih besar
kepada Tuhan dibandingkan kepada manusia, ucapnya. Lalu,
ia menggantungkan jubahnya ke mimbar dan berjalan keluar
gereja Anggota Afrikaner lainnya mengucilkan dia dan ke
luarganya. Hidupnya terlihat berantakan... [Namun] pandang
an Beyers telah dibuktikan kebenarannya ketika Nelson Mandela

58

IRSHAD MANJi

menjadi presiden pertama yang terpilih secara demokratis. Be


yers menjalani lima tahun terakhir hidupnya sebagai seorang
jemaah di Aasvolkop, yaitu kumpulan kebaktian di Johannes
burg yang pertama kali mendengar deklarasinya tentang nu
rani. Ia telah memberanikan diri untuk berdiri sebagai saksi
tunggal atas ketidakadilan yang dilakukan oleh orang-orang
di kelompoknya. Ia telah memperdagangkan kesempurnaan
palsu untuk mendapatkan keutuhan ilahiah.
Seperti yang akan kuilustrasikan, Osman yang berusia 18
tahun bisa berusaha menuju keutuhan juga. Integritas dirinya
dan juga integritas Islam, bergantung pada usaha itu.

Jika kita ragu-ragu menuju momen harmoni yang saling men


dukung, maafkan sebelumnya, karena aku akan merusak mo
men itu. Setelah mendengarkan salah satu wawancaraku di
BBC, seorang remaja berusia 18 tahun mengirim surel:

Bagaimana kau bisa memanggil dirimu Muslim? Jika Tuhan


menginginkan kita menjadi robot untuk-Nya, maka itulah yang
harus kita jalani. Aku seorang Muslim yang tinggal di dunia Barat,
jangan salah, aku pernah berbuat salah. Aku penghisap berat
ganja dan menganiaya orang Yahudi serta kulit putih kapan pun
aku mau, bersama anak-anak geng yang juga Muslim. Tetapi,
orang Yahudi dan kulit putih itu kafir di mata Allah, sementara
kita Muslim adalah golongan beriman. Tak peduli jawabanmu
nantinya, tapi aku sudah menyampaikan maksudku, dan sudah
pasti, aku akan bertindak lebih kasar kepada kaum kafir yang me
nentang Allah!
Kessar

59

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Meskipun aku seorang Muslim yang memiliki kehidupan


bersih, haruskah kuberharap kalau Kessar sedang mabuk saat ia
menuliskan maha karya ini? Apakah penting jika dia menonton
TV kafir Barat (yang barangkali diproduksi oleh orang kulit
putih yang dikendalikan oleh Yahudi)? Di mana fatwa yang
bisa membantuku memahami persoalan ini? Untungnya, aku
tidak perlu fatwa untuk menyadari kalau Kessar ini seorang
penganut segregasi. Ia membagi galaksi kita menjadi Kaum
Beriman dan Kafir. Pemuda ini tidak tertarik dengan in
tegritas karena termakan oleh identitas siap jadidan dia sama
sekali tidak luar biasa.
Ibrahim, seorang Muslim moderat, mengawali dengan me
yakinkanku bahwa ia senang karena aku memanfaatkan
demokrasi dan kebebasan bersuara. Namun demikian, Islam
mengatakan bahwa jika saudara sesama Muslim melakukan
sesuatu yang salah, maka adalah tanggung jawabmu untuk
meluruskannyatetapi luruskanlah di dalam Islam, secara ter
tutup atau di luar penglihatan kaum kafir. Ketika kafir melihat
Muslim berdebat, mereka akan menertawakan kita, dan setelah
kafir menertawakan kitaapakah ada yang lebih buruk untuk
Islam?
Baiklah. Ibrahim mungkin orang awam yang bodoh, tidak
berpendidikan, kurang sukses, dan segudang alasan yang bisa
kita duga untuk meminimalisir sikap moderatnya yang tidak
moderat. Nah, kalau begitu, bagaimana dengan pengalaman
Fatema? Ia adalah wanita muda di Abu Dhabi yang telah ku
singgung di awal bab ini. Fatema bersaksi kalau Muslim sering
mengkritiknya sebagai seorang kafir. Syukurlah, ia tidak
akan menghadapi cacian mereka. Seharusnya, Muslim yang

60

IRSHAD MANJi

berpikiran reformis belajar dari Fatema, karena kita sedang


menghadapi suatu bentuk yang lebih besar daripada pecandu
mariyuana dan bajingan.
Dorongan segregasi yang tersebar luas mengalir melalui
praktik-praktik Islam saat ini. Semua agama memiliki umat
yang menganut segregasi, tetapi agama apa selain Islam yang
kaum moderatnya marah-marah dengan cara begini? Kita me
nyaksikannya sejak kau masih kecil, kata Taj Hargey, kepala
Muslim Education Centre di Oxford, Inggris. Kita didoktrin
bahwa orang-orang itu, mereka adalah kuffar, mereka tidak
beriman. Mereka tidak setara denganmu. Hargey dan istrinya,
Jackie, memerangi apartheid di tanah kelahiran mereka di
Afrika Selatan. Kini, ia adalah salah satu dari segelintir imam
yang menjadi penghulu bagi akad nikah antar agama untuk
wanita Muslim. Baginya, dan juga bagiku, seluruh pola pe
ngondisian menjadi fokus ketika Muslim merasa berhak untuk
menganiaya kaum Yahudi dan kulit putih karena mereka
Kafir. Tentu saja, sebagian besar Muslim arus utama tidak
mem
bagi-bagikan lintingan ganja dan berkumpul di kedai
makan Yahudi (kecuali mereka ingin memuaskan nafsu makan
setelah mengisap ganja). Tetapi ada pemujaan dogma kamiversus-mereka di kalangan Muslim arus utama, dan ini mem
buat keutuhan individu berada dalam pengaruh pemikiran
kelompok (groupthink).
Seorang pelopor sosiolog berkebangsaan Maroko, Fatema
Mernissi, memperbesar poin ini dalam Islam and Democracy:
Fear of the Modern World (Islam dan Demokrasi: Ketakutan
Dunia Modern). Ia menggambarkan ketakutan Muslim yang
sudah umum adalah mengungkapkan opini individual akan

61

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

melemahkan kelompok dan dapat dimanfaatkan oleh pihak


lawan... Identitas kelompok mengandung kecenderungan
emosional yang dimanfaatkan oleh mereka yang mengusung
kata-kata seperti kafirbahasa yang cukup untuk membuat si
tertuduh menjadi sasaran hukuman yang sah. Dan karena soli
daritas kelompok terbentuk dengan mengorbankan kreativitas
kelompok, dunia Muslim [telah] bergerak menuju jurang me
diocrity (keadaan yang biasa-biasa saja), di mana segala sesua
tunya berjalan pasifmediocrity dilekatkan kepada kita sebagai
esensi otensitas kita. Dengan kata lain, politik identitas men
diktekan bahwa untuk menjadi seorang Muslim otentik, aku
harus menyesuaikan diri dengan pemikiran segregasiatau
lebih baiknya, tak berpemikiran. Setia kepada sifat Islam yang
pluralistik menjadikanku kafir.
Tak heran Mernissi mencurigai ada yang tidak beres. Meng
ikatkan diri pada kelompok artinya terlalu mengecilkan iden
titas individual Muslim bahkan saat ini menyulitkan integritas
individu Muslim. Bagaimana? Yaitu dengan menggantikan ka
sih sayang Tuhan dengan politik manusia. Al-Quran meyakin
kan kita bahwa Allah lebih dekat daripada urat leher kita
(50:16), supaya kita mengenal Sang Pencipta dengan mengenali
diri kita sendiri. Integritas dimulai dengan menerima apa yang
membuat kita sebagai individu. Dalam Quran and the Life of
Excellence (Al-Quran dan Kehidupan yang Luar Biasa), Sultan
Abdulhameed menguraikan:
Di saat kemapanan dipaksakan, banyak orang tumbuh
berkembang dengan ketergantungan yang sangat be
sar pada pengakuan bahwa mereka memiliki sedikit

62

IRSHAD MANJi

inisiatif dalam kehidupan dewasa. Anda menjadi sa


ngat tergantung pada tokoh-tokoh otoritas, sehingga
Anda tak mampu mengenali kehendak Anda sendiri.
Anda terjebak dalam suatu karir yang dipilihkan orang
lain untuk Anda, Anda menikahi seseorang yang di
pilihkan orang lain untuk Anda, Anda tinggal di rumah
yang dipilihkan orang lain untuk Anda, dan Anda
membacakan doa yang dipilihkan orang lain untuk
Anda. Hidup demi penampilan adalah sebuah keru
gian besar. Anda hanya memiliki sekali kesempatan
hidup, dan Anda sanggup melepaskannya untuk mem
bahagiakan orang lain. Anda tidak menggunakan ke
sempatan ini untuk menemukan apakah yang membuat
Anda istimewa dan berbeda. Anda tidak menghargai
bahwa keunikan Anda adalah anugerah Tuhan kepada
dunia.
Sultan Abdulhameed yakin, kita takut akan kesempatankesempatan ini karena kita rancu antara keimanan spiritual
dengan politik identitas. Identitas kelompok mewajibkan kita
untuk masuk ke dalam berbagai kategori, namun keimanan
adalah serangkaian kepercayaan yang membebaskanmu dari
batasan-batasan dan meningkatkan potensi-potensi dalam hi
dup. Islam, jalan yang lurus, dengan demikian menjadi su
atu jalan lapang untuk menyelaraskan banyak sisi dalam diri
kita. Individu dari semua golongan, termasuk Osman yang
berpikiran reformis, dapat berjalan menuju Tuhan secara ju
jur tanpa khawatir akan membuat-Nya murka. Bagi Osman,

63

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Kareem, dan Fatema, jalan yang lurus dan lapang untuk menuju
integritas dapat diringkas ke dalam tiga pernyataan:
Mencintai keunikanmu adalah mencintai yang telah men
ciptakannya, Sang Penciptamu.
Mencintai Penciptamu adalah mencintai ciptaan-Nya yang
beragam, yang keutuhannya belum sepenuhnya terwujud.
Mencintai ciptaan-Nya adalah mencintai mereka yang ter
aniaya dengan membela mereka tanpa menganiaya yang
lain sebagai balasan.
Satu Tuhan. Tiga pernyataan. Pilihan hidup yang berke
limpahan.

Namun sejak kematian ijtihad, umat Muslim yang bersuara


paling vokal telah menjadikan identitas kelompok seperti inte
gritas individu. Lebih buruknya lagi, mereka membuat premis
integritas dengan tiga rumusan yang tidak mengandung cinta:
Persatuan setara dengan keseragaman. Untuk bertahan meng
hadapi penyerangentah dia seorang Mongol, Barbar, Tentara
Salib, Utsmaniyah, atau Amerikasetiap anggota ummah (ka
um Islam internasional) harus berpikiran sama. Berpikir dengan
cara berbeda akan mengakibatkan runtuhnya kekuasaan. Oleh
karena itu, keseragaman adalah prasyarat bagi persatuan.
Perdebatan sama dengan perpecahan. Keberagaman penafsir
an, yang dulunya merupakan penghargaan atas kehebatan Sang
Pencipta, kini menjadi pukulan telak bagi persatuan yang ha
rus diperlihatkan di depan mereka, yang diam-diam ingin
melemahkan kita. Perdebatan menimbulkan keretakan. Ke

64

IRSHAD MANJi

retakan memecah-belah. Jadi, perdebatan mengakibatkan per


pecahan (fitna).
Perpecahan sama dengan bidah. Begitu gerbang ijtihad di
tutup rapat-rapat, gagasan-gagasan inovasi pun menjadi suatu
penyimpangan (bidah). Inovasi memecah-belah Muslim me
lalui cara merayu kita agar menyimpang dari tradisi. Kelom
pok nontradisional mestilah, secara otomatis, bidah. Jadi, per
pecahan menandakan bidah.
Berdasarkan asumsi-asumsi itu, mungkinkah ada sepeng
gal misteri mengenai mengapa Islam belum menyaksikan re
formasi liberalnya? Sekitar tahun 1930-an, Mernissi menulis,
para feminis Mesir membangun suatu gerakan menghormati
individu sebagai keimanan yang mendasar. Dengan me
lakukan hal tersebut, mereka berani mencoba memperbarui
ijtihad, tetapi mereka gagal karena pihak lawan memelintir isu
itu sebagai kontestasi antara pecah atau bersatu. Kaum anti
modernis bersikeras bahwa menghidupkan ijtihad berarti me
rangkul ide-ide Barat dan menjilat para penjajah Eropa. Seruan
mereka untuk solidaritas Muslimkeseragaman di bawah ben
dera persatuanmemenangkan pertandingan itu.
Sementara semua itu masih berlaku, dan jauh melampaui
Mesir. Pada tahun 2006, Judea Pearl, ayah dari seorang war
tawan Wall Street Journal yang tewas dibunuh, Danny Pearl,
menghubungiku dengan satu pertanyaan. Ia pernah menemui
seorang Alim ulama Muslim di Amerika untuk mengajarkan
bukuku. Alim ulama itu memberitahukanku kalau buku itu
cenderung memecah-belah, sesal Pearl. Itulah. Cuma begitu
saja, alasan dia tidak mau mengajarkannya. Bagaimana bisa
begini?

65

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Pada saat itu, aku sudah menghadapi julukan misfit


(orang aneh) dan Ms. Fitna (nona biang kerok). Ibuku datang
ke sebuah masjid di pinggir kota Vancouver. Suatu malam,
sang imam menyampaikan ceramah. Ia menyatakan diriku se
bagai penjahat yang lebih besar daripada Osama bin Laden.
Alasannya: di kalangan Muslim, bukuku diduga telah me
nimbulkan lebih banyak perdebatan, dan mengakibatkan per
pecahan, dibandingkan yang sudah dilakukan para teroris alQaeda. Ketika ibu meneleponku setelah itu, dengan muram ia
menyiratkan kalau aku sudah menimbulkan masalah untuk
sesuatu yang tak berarti. Ibu merasa dipermalukan dan iden
titasnya terluka.
Demi kepentingan integritasdia dan akuaku dengan
hormat memintanya merenung daripada mengikuti emosi. Apa
kah aku memerintahkan pesawat menabrak gedung yang di
penuhi manusia? aku tanya ke ibuku. Tidak? Kalau begitu
runtuhlah perbandingan antara aku dengan bin Laden. Tolong
pikirkan, Mom! Jika Muslim lebih marah pada pembangkang
tak bersenjata sepertiku dibandingkan pembunuh yang royal
seperti bin Laden, tidakkah hal itu menjelaskan sesuatu untuk
mu? Dan jika Muslim tidak boleh memperdebatkan isu-isu
penting, mengapa Tuhan menganugerahkan kita akal dan nu
rani?
Dengan reaksi yang dipolitisasi, imam itu melebih-lebihkan
kekuatan gaib bukukunamun demikian, ada juga makna dari
apa yang diucapkannya. Memang benar, Muslim lebih takut
pada imbauan para reformis dibandingkan ideologi-ideologi
teroris, bahkan di sebuah negara yang kelihatan moderat seperti
Yordania. Aku tidak membaca buku Anda karena aku tinggal

66

IRSHAD MANJi

di Yordania dan mereka tidak memperbolehkan membacanya,


isi surel Tareq padaku.

Berpikir dilarang. Tapi saya membaca sebuah artikel yang


mengkritik Anda di satu koran lokal dan saya melakukan pe
nelusuran di internet. Tak pernah terpikir ada orang lain yang
bisa memandang dengan cara yang sama sepertiku. Islam mem
butuhkan gerakan reformasi...
Belajar untuk memberikan hidup yang lebih baik untuk generasi
mendatang agar mereka bisa hidup dengan sukses, sehat, dan
bahagia merupakan cara terbaik untuk beribadah kepada Tuhan.
Kesuksesan sosial membutuhkan kerja keras dan pengetahuan
luas. Banyak Muslim religius melarikan diri ke agama untuk me
nutupi kegagalan mereka. Saya tidak keberatan menjadi bagian
dari suatu kelompok, tetapi kelompok yang diwakili oleh Islam
saat ini adalah yang terjauh dari saya. Saya lebih memilih iman
dibandingkan agama.
Tareq memilih integritas yang dipandu oleh iman daripada
identitas yang dihasilkan oleh dogma. Identitas agama insti
tusional lebih menghargai in-group (kelompok mereka), tetapi
integritas keyakinan pribadi memprioritaskan hubungan indi
vidu dengan Tuhan. Bagaimana bisa umat Muslimatau di
antara kitamelawan pemikiran kelompok (groupthink) yang
rakus, yang melahap integritas individu?

Slavenka Drakuli, seorang wartawati Kroasia, pernah menyak


sikan Perang Balkan. Pertanyaan yang serupa mencengkeram
nya, Bagaimana seseorang yang merupakan produk dari se

67

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

buah masyarakat totaliter belajar tentang tanggung jawab,


individualitas, dan inisiatif? Ia menjawab, Dengan menga
ta
kan tidak. Tetapi ini dimulai dengan mengatakan aku,
memikirkan aku, dan melakukan akudi depan publik mau
pun privat. Drakuli menegaskan, perbedaan antara kita
dan aku bukan bersifat semantik. Kita berarti ketakutan,
penyerahan, kepasrahan, kerumunan yang hangat, dan orang
lain yang memutuskan takdir Anda, tulisnya. Aku berarti
memberikan kesempatan pada individualitas dan demokrasi.
Ia mencatat bahwa individualitas selalu berada di bawah ko
munisme, disingkirkan dari wilayah publik dan kehidupan
po
litik, serta diterapkan secara tertutup. Tapi sampai hari
ini, sungguh sulit menghubungkan aku yang umum dan
pribadi: untuk mulai percaya bahwa pendapat, inisiatif, atau
suara individu benar-benar dapat membuat perbedaan. Masih
sangat besar bahaya orang akan menarik diri mereka ke dalam
kelompok anonim kita.
Wawasannya mengingatkanku pada konflik yang kualami
dengan seorang wanita Muslim yang sering mengunjungi la
man facebookku. Ia menekankan pada semua pengguna face
book bahwa Irshad tidak mewakili kita semua. Sehingga
banyak pengguna facebook yang membalas kalau aku tidak
pernah berpra-puraagak berlawanan, mengingat perbedaan
pendapatku dengan kalangan Muslim arus utama. Menurut
pandanganku, wanita yang cemas itu sedang memproyeksikan
perjuangan pribadinya dengan aku yang berpikir, berbicara,
dan berbuat. Ia mengasumsikan bahwa semua orang yang
berbicara sebagai Muslim juga berbicara atas nama kelompok
kita. Kita ini mirip konsep ummah. Totalitas. Masih banyak

68

IRSHAD MANJi

orang yang memiliki asumsi demikian. Beberapa tahun silam,


aku mencurahkan tulisan di salah satu buku catatanku. Isinya,
Untuk para Muslimlah yang mengkritikku:
Begitu kalian menyelaraskan diri dengan individualitas
kalian, kalian tidak akan merasa terancam dengan ka
ta-kataku karena kalian akan mampu melihat pandang
anku apa adanyapandanganku. Kalian akan mampu
melihat kalau aku berbicara mewakili diriku, bukan
mewakili seluruh Muslim. Daripada sibuk meyakinkan
diri kalian kalau dia bukan seorang Muslim, kalian
bisa mencibir, Dia bukan Muslim tipeku. Dan kalian
pasti benar. Yang artinya, kalian tidak perlu takut ka
lau kalian diwakili secara buruk, karena kalian sama
sekali tidak diwakilkan. Aku berdoa, suatu hari nanti,
kita semua akan cukup rendah hati mewakili diri kita
sendiri.
Saat merenung kembali, aku melihat bahwa katarsisku me
ngandung pencerahan. Ketika umat Muslim mempraktikkan
kerendah-hatian pada aku yang berpikir, berbicara, dan
be
rbuatdi

depan publik maupun privatreformasi Islam


akan dimulai. Sudah pasti Muslim reformis akan dituduh nar
sistik, maniak yang mencintai diri sendiri yang menghina kelu
arga, masyarakat kita, dan otoritas yang paling agung, Tuhan.
Tetapi sekali lagi, mari becermin pada integritas untuk men
jinakkan emosi yang ada di balik identitas. Jika aku terlalu
memperhatikan bagaimana penampilanku untuk orang lain,

69

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

maka artinya aku terobsesi dengan citraku. Mana sisi yang


saleh atau rendah hati dari pemujaan-citra?
Aku berdebat untuk individualitasbukan individualisme.
Individualisme merusak komunitas dengan pernyataan, Aku
lah yang penting dan aku tak peduli apakah masyarakat akan
mendapat manfaatnya. Sebaliknya, individualitas menyata
kan, Aku adalah diriku, dan masyarakat tumbuh ketika aku
mengekspresikan keunikanku. Ada perbedaannya. Ada juga
paradoksnya: kita memperluas komunitas melalui keberanian
untuk mengembangkan individualitas. Jalan Islam yang lapang
menciptakan ruang untuk paradoks ini.
Khaled Abou El Fadl, yang mengajarkan Hukum Islam di
Universitas California (Los Angeles), menulis The Great Theft:
Wrestling Islam from the Extremists (Pencurian Akbar: Mem
perjuangkan Islam dari Kaum Ekstremis). Di dalam bukunya
itu, ia menyoroti sebuah pesan dari Nabi Muhammad: barang
siapa yang mengenali dirinya, maka dia mengenali Tuhan
nya. Karena itu, aku mencerap keesaan Tuhan dengan me
ngakui berbagai dimensi yang kumiliki, termasuk bakat dan
pemikiran yang akan dimusuhi oleh orangtua dan politisi.
Kewajiban untuk mengenal Tuhan itu melebihi rasa bersalah
yang ditimbulkan oleh tuhan-tuhan palsu dalam keluarga dan
bangsa.
Pada bulan Februari 2005, sewaktu kunjungan dadakan ke
An-Najah National University di jantung Tepi Barat, Palestina, aku
mendapati diriku dikelilingi oleh mahasiswa yang tak sabar ingin
bicara. Sekarang, karena Arafat sudah tiada, salah seorang
dari mereka memecah kebisuan, waktunya untuk menerima
Israel. Saya ingin penjajahan ini berakhir, tapi saya juga manusia

70

IRSHAD MANJi

dengan impian dan harapan untuk masa depan. Untuk meraih


impianku sebagai seorang individu, aku perlu hidup aman da
mai dengan Yahudi dan kita semua harus menyongsong masa
depan. Mahasiswa ini menyampaikan pernyataan yang meng
agumkan itu di depan mahasiswa lain, yang salah satunya
mungkin bisa mengecamnya demi mempertahankan kesucian
kampanye kemerdekaan negara. Mereka bahkan tidak meng
kritik keputusannya untuk mengidentifikasi dirinya sebagai
seorang individu. Pernyataannya ituyang memang di
se

ngaja dan tegasmengisyaratkan bahwa ia tidak ingin disa


makan dengan kelompok gabungan yang tidak jelas oleh pi
hak penjajah lainnya: para pemimpin Arab. Bagi sebagian dari
mereka, kenyamanan adalah prioritas nomor satu, seolah ko
munitas tidak bisa menolerir individualitas. Mahasiswa AnNajah tadi memastikan bahwa itu adalah pilihan yang salah.
Dalam shalat berjemaah sekalipun, kau tidak perlu me
ninggalkan individualitasmu. Pada Maret 2008, Abdullah Ah
med An-Naim, seorang profesor di bidang HAM dari Uni
versitas Emory, menunjukkan hal ini kepadaku di sebuah dis
kusi publik tentang keberanian moral. Saat saya berdiri dalam
shalat sebagai seorang Muslim, saya berdiri di antara barisan
orang yang sangat banyak, ujarnya. Meskipun demikian, Kita
masing-masing shalat sebagai dirinya sendiri.
Bukankah sikap ini melanggar konsep Islam tentang um
mahbangsa yang global dan seragam? tanyaku.
Itu hanya mitos, ketusnya dengan kilauan di matanya.
Sejarah Islam menunjukkan, tidak pernah ada ummah yang
seragam. An-Naim menambahkan terkadang umat Muslim
an. Namun perbedaan bukanlah hal yang buruk. Saya tidak

71

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

tahu, kenapa orang-orang sangat gelisah dengan perbedaan


dan pertentangan Masing-masing kita adalah individu. Yang
buruk adalah kekerasan.
Diasingkan dari Sudan karena aktivitas reformisnya, AnNaim terlihat sangat bahagia sebagai pengembara di jalan
Islam yang luas. Ia telah memelopori sebuah konferensi yang
dengan genitnya dinamakan Celebration of Bidah: Critical
Thinking for Islamic Reform (Perayaan Ajaran Bidah: Pemikiran
Kritis untuk Reformasi Islam). Beberapa delegasi menolak ka
ta bidah, merasa takut kalau kalangan Muslim arus utama
akan memberikan stigma karena sudah terang-terangan meng
gunakannya. An-Naim tidak peduli dengan pemberian stigma
tersebut, dan akhirnya, para peserta pun berubah sikap karena
ketenangannya. Mereka sadar kalau kita bisa melepaskan
stigma dengan cara menyambutnya dengan tersenyum. Tapi,
selama kita bungkam dalam ketakutan, gerakan reformasi aga
ma yang masih hijau ini akan gagal. Penyensoran diri, secara
harfiah, bukanlah awal. Aku adalah awal yang diperlukan
untuk memperoleh kita yang utuh dalam Islam.

Kata kita dapat menjadi semacam obat pada era pasca


kolonial. Kita sudah menjadi penghibur bagi kemanusiaan,
menjadi sebentuk aturan yang mengatakan kaum kulit putih
menjadi milik (belong to) dari satu keluarga yang lebih hebat
daripada kekaisaran-kekaisaran di masa lalu. Terpujilah, tapi
kata pemilikan (belonging) bukanlah suatu gagasan yang tanpa
cela. Termasuk bisa berarti memilih untuk mengidentifikasikan
dengan atau bisa juga termasuk sudah dipunyai. Fatema,

72

IRSHAD MANJi

sahabat kita di Abu Dhabi, memberitahukan kita kalau Saya


adalah milik pemikiran dan nurani saya, daripada kewarga
negaraan saya...
Hebat! Begitulah seharusnya, karena pilihan harus dibuat
oleh dirinya sendiri. Ia menentukan kita-nya sendiri. Tetapi,
pemuda Muslim lainnya memiliki kita. Bagaimanapun, pe
muda Muslim lainnya mempunyai kita yang dirancang untuk
mereka sendiri, bahkan ketika mereka hidup di dunia Barat.
Mereka sering menghadapi asumsi bahwa, sebagai anak-anak
imigran Muslim, mereka dimiliki oleh komunitas etnik ayah
mereka. Kultur sang ayah harus menjadi kultur sang anak juga.
Dengan pemilikan yang sudah begitu pasti, individualitas
generasi baru, generasi Eropa, tertutup di dalam kita orang
lain. Dalam bab berikutnya, aku akan memperkenalkan seorang
antropolog yang mendokumentasikan bagaimana ketidakadil
an ini, yang terjadi di tangan para huma
nitarian. Saat ini,
cukuplah sekadar menyampaikan bahwa umat non-Muslim
memainkan peran yang sama dalam memudarkan Muslim,
atau membiarkannya kian bersinar.
Karena itulah, mengapa non-Muslim dapat memanfaatkan
kursus kilat tentang sejarah identitas kelompok Barat itu sen
diri. Menurut Aristoteles, sebagai contoh, individu bukan agency
(pelaku)tidak juga. Kau adalah apa yang kau inginkan saat
dilahirkan. Dalam sebuah sistem yang luhur, setidaknya, bah
kan budak pun akan tahu tempatnya dan memiliki tempat,
yang membuat eksistensinya berarti. Ia menjadi bagian. Sekitar
dua ribu tahun kemudian, Thomas Hobbes mengusulkan se
baliknya. Individu memiliki sejumlah agency. Dan demi kesta
bilan sosial, seorang penguasa harus menekan ambisi setiap

73

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

manusia. Karena itu perlunya Leviathan, agen tertinggi rak


yat yang berdaulat secara politik. Dari kedua perspektif yang
sangat berbeda, Aristoteles dan Hobbes telah mencapai satu
kesimpulan yang bisa diperbandingkan: kemajuan yang teratur
menuntut suatu sistem yang menenggelamkan individu.
Kelompok Nazi pun menjadikan kesimpulan tersebut se
bagai klimaks yang mengerikan, ditopang dengan gagasan
Volkgeist di abad ke-19. Sebagai produksi dari zaman Roman
tisme Jerman, Volkgeist merujuk pada mengasah karakter kolektif
sebagai esensi orang-orang demi memperkuat rasa kebangsaan
mereka dan mengilhami mereka bahwa kehormatan berada di
atas segalanya. Dalam pidatonya yang membakar semangat di
Beer Hall pada tahun 1923 (di antara sekian banyak lainnya),
Hitler memberikan imbauan kepada rakyat Jerman yang ke
hormatannya tercabik-cabik. Masih dalam masa pemulihan
dari Perang Dunia Pertama dan gampang dipengaruhi oleh
penderitaan sehari-hari, para pendengar Hitler ini mendukung
dengan penuh gegap-gempita. Alain Finkielfraut, seorang fil
suf Prancis, menelusuri kembali epidemi kita yang tribal
politik identitasyang langsung mengarah pada persoalan
Volkgeist.
Dan inilah hasilnya. Ya, individualitas berjalan berlawanan
dengan praktik Islam selama berabad-abad, tetapi ia juga ber
seteru dengan kebanyakan tradisi Eropa. Non, Madam, Non!
kaum pemurni identitas Eropa mungkin akan menggoyanggoyangkan jari (tanda tidak setuju). Jangan pernah menya
makan tribalisme Islam dengan perilaku Barat. Siapa yang
menikahi seorang yang berumur sembilan tahun? Nabi
Muhammad, tentunya! Apakah ini kemudian akan selesai?

74

IRSHAD MANJi

Non! Seorang ilmuwan terkemuka di zaman Pencerahan


Eropa, Antoine Lavoisier, menikahi seorang gadis berusia
tiga belas. Istri Lavoisier yang masih kanak-kanak itu men
jadi asisten laboratoriumnyawalaupun tidak lama. Dengan
taktik yang cocoknya dilakukan kalangan diktator Arab yang
berpengalaman, algojo Revolusi Prancis telah memenggal ke
pala Lavoisier. Selanjutnya: ayah mertuanya. Entah itu atas
nama Tuhan atau tanpa tuhan, kaum dogmatis ini sanggup me
lakukan tindakan yang sangat kejam. Ketika aku mengunjungi
situs web resmi Korea Utara yang berbahasa Inggris di bulan
Februari 2006, aku membaca satu pernyataan yang kemudian
sudah dihapus. Kediktatoran menjajakan dirinya sebagai sesu
atu yang merangkul sains dan rasionalisme Kaum ateis tak
boleh merasa girang.
Begini, aku tidak tertarik dengan pertandingan kandang
antara pihak ateis, humanis, dan ortodoks agama. Sebuah
kandang niscaya membatasi ruang dan mensirkulasikan uda
ra yang apek; berada di dalam kandang, tidak sepenuhnya
men
dorong pemikiran terbuka. Di luar kandang, kita bisa
menemukan nilai-nilai yang memperbolehkan kita untuk ber
pindah dan berintegrasi tanpa perlu terlalu terikat. Itulah ke
bajikan dari individualitas. Berkat implikasinya yang menem
bus batas, individualitas menjadi universal. Individualitas pun
ditakuti oleh pengusung identitas murni, sehingga inilah yang
menjadikan individualitas sebagai pusat untuk menerapkan
keberanian moralkeinginan untuk menembus pemikiran ke
lompok, di dalam dan di luar Islam.

75

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Nabi Muhammad mengajarkan bahwa apa yang kuinginkan


untuk diriku sendiri, aku pun harus menginginkannya untuk
orang lain. Immanuel Kant, seorang nabi pada zaman Pen
cerahan Eropa, menegaskan kembali ajaran Muhammad: Saya
hanya boleh bertindak berdasarkan prinsip-prinsip yang bisa
diterapkan secara universal. Ketika ditangkap dengan rasa
kebencian, maka pesan ini bisa mematikan. Misalnya, seorang
khalifah Islam yang universal adalah hal terakhir yang ku
inginkan. Tetapi sebagian Muslim juga menginginkannya, dan
mereka bisa menghancurkan kalimat Muhammad yang me
ngandung anti-tribal agar sesuai dengan tujuan totalitarian
mereka, persis seperti yang dilakukan sosialis internasional,
ala Trotsky, terhadap Kant. Camkan, universalis semacam itu
merupakan hipokrit yang paling rendah. Polarisasigolongan
beragama versus kafir, kapitalis versus proletarmengentalkan
pandangan dunia (worldview) mereka.
Namun demikian, aspek lain dari kemunafikan mereka
membuatku senang. Para pengkhotbah kemurnian ini mem
buktikan bahwa kita semua meminjam dari imam-imam Imi
gran asing di Barat yang menyerukan jihad kekerasan terhadap
golongan kafir, berhutang sebagian kebebasan mereka pada
Voltaire yang seorang ateis. Banyak dari imam-imam tersebut
tergesa-gesa mencari tempat untuk mulai praktik kembali se
telah diusir dari kampung halaman mereka: Voltaire juga
harus melewati perbatasan untuk menghindari penyiksaan dan
tetap mempertahankan pendapatnya, tulis Jacques Barzun
dalam kajian monumentalnya mengenai Barat modern, From
Dawn to Decadence (Dari Kebangkitan hingga Kejatuhan). Ia
melanjutkan, Bahkan teroris yang mengemudikan mobil yang

76

IRSHAD MANJi

dipenuhi dinamit menuju ke sebuah bangunan di negara yang


dibencinya adalah bagian dari apa yang ingin ia musnahkan:
senjatanya merupakan hasil karya Alfred Nobel dan para pe
nemu mesin pembakaran internal.
Chauvinistik di zaman Pencerahan Eropa seharusnya me
merhatikan pelajaran yang sama: kita semua meminjam. Ibnu
Rusyd, cendekiawan Muslim di abad ke-12, telah merangsang
berpikir di kalangan Yahudi dan Latin terpelajar sampai tahun
1600-an. Daya pikat Ibnu Rusyd di universitas-universitas Italia
berdampak langsung pada munculnya sains modern, de
mikian catatan filsuf Paul Kurtz. Di luar konteks ini muncullah
Galileo. Begitu juga dengan teleskop sederhana Galileo, yang
telah menyingkap galaksi Tuhan yang tiada batas bagi seorang
penyair Inggris John Milton. Seperti yang Dick Teresi, pendiri
majalah Omni, nyatakan:
Milton menyinggung tentang Galileo dalam Paradise
Lost, menjulukinya Seniman Tuscan dan menulis ten
tang bulan yang dilihat lewat Kaca Optik seniman
itu... Semesta ala Aristotelian yang diakui sebelumnya,
dengan seluruh bintang yang tersusun rapi dalam bi
dang yang tiada batas, kini tidak berlaku, digantikan
oleh visi bintang yang lebih besar yang bertebaran di
ruang angkasa. Seperti juga Star Wars dan Star Trek
yang terinspirasi oleh kosmologi modern, puisi di abad
ke-17 pun ditransformasikan oleh Copernicus dan Galileo.

77

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Dan begitulah Ibnu Rusyd, seorang Muslim penuh optimis


yang menyatukan rasionalitas dan iman dengan melakukan pe
nyelidikanyang berbeda dari keraguan.
Rasa penasaran juga melanda sosok di balik Patung
Liberty di Amerika, yang melahirkan gagasan besarnya di Ti
mur Tengah. Sekitar pertengahan 1800-an, pemahat Prancis
Frdric-Auguste Bartholdi mengunjungi Luxor di Mesir, di
mana ia terpesona pada arsitektur kuno yang membuat serasa
dikirim ke masa depan tanpa batas. Setelah itu, saat pem
bukaan Terusan Suez, sebuah visi menyelubungi Bartholdi.
Ia ingin mengukir rupa seorang wanita petani Mesir yang
mengacungkan obor kebebasan. Monumen itu, dua kali lebih
tinggi dari Sphinx, akan menjaga jalur masuk terusan kanal,
tulis sejarawan Michael Oren. Namanya bakal dipanggil Egypt
(atau Kemajuan) Membawa Cahaya kepada Asia. Tapi sebelum
karyanya selesai, para donatur Arab mengalami kebangkrutan.
Bartholdi mengobati kekecewaannya dengan berlayar ke
Amerika Serikat. Begitu memasuki pelabuhan New York, rasa
penasaran kembali melandanya dan ia membayangkan lagi
si pembawa obor. Melalui pengumpulan dana, negosiasi, dan
pembangunan proyek itu selama bertahun-tahun, ia masih tetap
terhubung dengan Timur Tengah: insinyur Patung Liberty asal
Amerika, Charles Pomeroy Stone, bertugas sebagai jenderal
militer di masa pemberontakan Mesir melawan Inggris. Setelah
dianugerahi medali Star of Egypt, Stone mengundurkan diri, saat
mengikuti kata-katanya, lenyap semua harapan untuk mem
bangun sebuah negara merdeka. Sejak mengetahui hubunganhubungan ini, aku terkadang menyebut Lady Liberty sebagai
Leila Libertyuntuk mendiang nenekku, Leila Nasser, yang

78

IRSHAD MANJi

mungkin bisa menjadi model wanita petani Mesir untuk Bar


tholdi, dan yang menganggap Amerika menakjubkan tak ada
habis-habisnya.
Demi mewujudkan janji Lady Liberty, tokoh-tokoh anti
perbudakan Amerika juga meminjam. W.E.B Du Bois melintasi
batas warna kulit dalam karya kesastraan yang membahas
nilai-nilainya dibandingkan labelnya. Aku bergerak bersamasama Balzac dan Dumas, di mana para pria yang tersenyum
dan para wanita yang menyambut dengan hangat berjalan di
dalam aula yang mewah, ucapnya lepas. Dalam benakku,
aku memanggil Aristoteles dan Aurelius dan siapa pun yang
kuinginkan, dan mereka semua datang dengan penuh keang
gunan tanpa cemooh atau sikap merendahkan. Jadi, mengabdi
pada Kebenaran, aku hidup di luar tabir.
Tokoh penting lainnya dalam pembebasan perbudakan
adalah Frederick Douglass, seorang budak pelarian. Ia menun
jukkan betapa orator-orator Inggris yang penuh daya pikat itu
menyuarakan pemikiran-pemikiran dari jiwaku, yang kerap
terlintas dalam benakku, dan lenyap dalam keinginan untuk
diucapkan... Apa yang kuperoleh dari Sheridan adalah pe
ngecaman yang berani atas perbudakan, dan pembelaan yang
kuat terhadap HAM. Membaca dokumen-dokumen ini, men
dorongku untuk mengutarakan segala pemikiranku.
Meminjam adalah nama permainan peradaban. Jika HAM
merupakan konsep yang hanya dimiliki Barat, bagaimana men
jelaskan Cyrus Agung? Sebagai Bapak Kekaisaran Persia, Cyrus
sudah menjadikan kebebasan beragama sebagai prinsip se

belum banyak orang memahaminya. Pandangannya yang ke


depan menjadi acuan utama bagi komisi PBB untuk merancang

79

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia setelah Perang Dunia


Kedua. Dipimpin oleh Eleanor Roosevelt, wakil pimpinan ko
mite adalah Ghasseme Ghani dari Iran.
India, Libanon, Cina, Uni Soviet, Filipina, Cili, Mesirpara
delegasi ini duduk berdampingan dengan utusan negara-negara
Barat untuk menghasilkan sebuah dokumen yang mampu meng
gerakkan masyarakat mereka menuju ekspektasi yang lebih
tinggi. Terkadang deklarasi ini lebih mirip seperti gabungan
dari prioritas-prioritas budaya yang saling bertentangan diban
dingkan pernyataan yang mulus mengenai HAM, tetapi kontra
diksi dalam piagam ini menguatkan maksudku: tak seorang
pun dapat secara sah melukiskan para perancangnya sebagai
tokoh-tokoh bayangan dalam sebuah konspirasi Anglo-Saxon.
Mereka sering meminjam satu sama lain.
Dietrich Bonhoeffer pun meminjam. Sebagai seorang pen
deta Lutheran berkebangsaan Jerman yang terkenal melawan
rezim Nazi, Bonhoeffer mengangkat kisah inspiratif tentang
pemuridan (discipleship) Kristen dari kaum Afrika-Amerika pa
da tahun 1930. Ia menempuh pendidikan di Union Theological
Seminary di bagian Utara Manhattan. Tapi justru di Harlem, ke
yakinannya menjadi tersalurkan. Sementara gereja di Jerman
tanpa sadar menjual jiwanya, demikian pengamatan pendeta
Metodis John Hay, Jr., Bonhoeffer mendambakan, menemukan,
dan mengeksplorasi apa yang tidak pernah ditawarkan oleh
gereja di tempat asalnyaperasaan berkomunitas sesuai Al
kitab... Saat gerejanya dengan tenang menjalin sekutu dengan
pemerintahan, hati Bonhoeffer dihangatkan oleh saksi dari Ge
reja Baptis Abyssinian Sementara gerejanya menyelaraskan

80

IRSHAD MANJi

masa depannya bersama Hitler, Bonhoeffer menemukan cara


tanpa kekerasan yang kreatif.
Mahatma Gandhi pun meminjam, meskipun hanya untuk
afirmasi. Dilahirkan di India, ia berkampanye melawan struktur
yang rasis di negara tempat ia berimigrasi sebagai panitera
muda di Afrika Selatan. Menghadapi sikap apatis dari orangorang India di sana, semangat Gandhi tak jarang melemah. Di
saat-saat demikian, buku-buku Barat memberikan ketenangan
sebagaimana teks-teks Timur. Misalnya, para wanita pendemo
di Inggris yang memperjuangkan hak pilih suara, menerima
pemenjaraan sebagai satu langkah dalam perjuangan hak pilih
suara wanita. Keteladanan mereka membangkitkan Gandhi
untuk menantang konstituennya, Jika wanita saja sudah mem
perlihatkan keberanian seperti itu, akankah rakyat India gagal
dalam tugas mereka dan takut akan penjara?
Di balik jeruji, Gandhi menyelami esai Henry David
Thoreau, On the Duty of Civil Disobedience (Tentang Tugas dari
Ketidakpatuhan Sipil). Sebuah kontribusi klasik untuk indi
vidualitas di Amerika, pembelaan Thoreau terhadap perbedaan
pen
dapat yang benar telah memberikan Gandhi argumen
yang mendukung perjuangan kita.
Ke mana Thoreau berpaling untuk kebanyakan inspirasi
nya? Dunia Timur. Ia menulis literatur Amerika penting lain
nya, Walden, sebuah perenungan atas eksperimennya dalam
hidup sederhana. Thoreau memasukkan kisah seorang pria
yang berniat mengukir sebatang tongkat secara sempurna dan
kehilangan teman-temannya karena fokus untuk pemenuhan
kepuasannya. Cuplikan berikut ini menekan tombol univer
salisku:

81

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Dan sekarang ia melihat di dekat tumpukan gerusan


kayu yang masih segar di kakinya, bahwa, demi dirinya
dan karyanya, waktu yang berlalu telah menjadi ilusi,
dan tak ada lagi waktu berlalu daripada yang dibutuh
kan untuk satu kilatan cahaya dari otak Brahma yang
terpancar dan menyalakan otak manusia. Material ini
murni, dan seninya pun murni; bagaimana bisa meng
hasilkan selain sesuatu yang mengagumkan?
Otak Brahma menjadi indikasi awal apa yang psikologi
positif sebut hanyut, suatu keadaan yang terhanyut dalam
me
lakukan apa yang kau cintai. Kehanyutan memudahkan
pencarian kebahagiaan. Betapapun sangat Amerikanamun
demikian sangat Asia juga.
Martin Luther King, Jr. meminjamdari keyakinan tanpakekerasan Gandhi sampai ajaran cinta Kristus, dari Hindu Gita
sampai Konstitusi US. Keterpengaruhan ini membuatku ter
pikat. Gita mempengaruhi Thoreau. Thoreau mempengaruhi
Gandhi. Gandhi mempengaruhi King. Dan di ujungnya, semua
itu mempengaruhi rakyat Iran untuk berdemo demi meraih ke
bebasan mereka. Ramin Jahanbegloo, seorang pakar HAM di
Universitas Toronto sekaligus mantan narapidana di Iran, me
nyebut Momen Gandhi terkait teman-teman seperjuangan
nya di Negara Republik Islam itu.
Bertahun-tahun silam, seorang teman dari Iran bernama Ali
telah memicu Momen King pribadiku dengan mendesakku
membaca Martin Luther King, Jr. agar aku bisa secara efektif
melawan kaum pemurni identitas di zaman sekarang. Pemim
pin hak sipil itu mendapati dirinya terjepit antara kaum rasis

82

IRSHAD MANJi

berkulit putih dan mitra pendukung supremasi mereka, ka


langan nasionalis kulit hitam. Di atas itu semua, ia mesti meng
hadapi desakan untuk puas diri (force of complacency). Itulah
istilah yang digunakan King untuk memotret pola pikir Negro
yang, sebagai akibat dari penindasan yang sangat panjang, su
dah kehilangan rasa hormat terhadap diri sendiri dan perasaan
sebagai seseorang (somebodiness) sehingga mereka sudah me
nyesuaikan diri dengan pemisahan warna kulit...
Temanku membandingkan mereka dengan Muslim yang
menerima keadilan hanya ada di akhirat. Perasaan mereka un
tuk menjadi seseorang harus menunggu kehidupan berikut
nya, atau setidaknya mereka sudah dibohongi supaya percaya.
King mungkin akan memperbaiki rasa cepat puas diri itu. Ada
cara jauh lebih baik untuk cinta dan protes tanpa kekerasan,
ia mengusulkan dalam Letter from Birmingham Jail. Buat King,
akhirat adalah urusan Tuhan; di sini dan saat ini adalah urusan
kita. Untuk temanku, begitu juga untuk banyak warga Iran,
universalitas dari cara yang jauh lebih baik ini berarti me
negakkan martabatdi sini, saat ini juga.

Dengan berkelana dari Timur ke Barat dan kembali lagi, kita


telah mengumpulkan serangkaian nilai-nilai kemanusiaan: ke
merdekaan individu, kebebasan nurani, dan pluralisme ideide tanpa kekerasan. Nilai-nilai kemanusiaan telah melampaui
batasan-batasan yang diciptakan oleh para segregasi, penjajah,
kaum pengusung pemisahan diri, dan para penindas lainnya.
Nilai-nilai kemanusiaan memungkinkan individu untuk me

83

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

nerapkan keberanian moral, dan jika dilakukan secara masif,


maka kita akan melenyapkan aksi-aksi supremasi.
Aku bersyukur pada Mona Eltahawy. Seorang kolumnis
biro surat kabar yang berbasis di New York, ia membuat
orang heran karena tidak membiarkan identitas Muslimnya
me
ngecilkan integritasnya menjadi seorang individu me
mi
liki keberanian moral. Pada bulan Maret 2008, Eltahawy me
nyuarakan sesuatu yang jarang diucapkan banyak orang: Sa
saran utama kekerasan Muslim adalah saudara sesama Muslim
di dalam dunia Muslim
Demonstrasi yang sering dilakukan di dunia Muslim
tidak menyerukan penghentian terhadap pembantaian
Muslim oleh sesama Muslim, tetapi menuntut sesegera
mungkin agar dunia berhenti menyakiti hati umat
Muslim. Bagi Muslim ini, tidak ada jumlah kartun Den
mark atau film Belanda yang lebih menyakiti daripada
tujuh serangan bunuh diri yang telah menewaskan
se
dikitnya 100 orang di Pakistan dalam waktu tiga
minggu terakhir saja.
Aku bersyukur pada Akbar Ladak, yang tinggal di India
dan menyatakan akusecara publik. Jauh sebelum serangan
teroris Bombay pada bulan November 2008, Ladak menyusun
sebuah manifesto untuk saudara-saudara Muslim yang hidup
dalam masyarakat terbuka. Setelah pengeboman terjadi, aku
menampilkan pernyataannya di laman webku:
Aku tidak akan surut dalam melawan fanatisme Islam
ini. Aku hidup di sebuah negara sekuler yang demokra

84

IRSHAD MANJi

tis, di mana aku memiliki kebebasan untuk mengamal


kan keyakinanku, Islam. Aku bersyukur menjadi se
orang Muslim karena Islam memberiku suatu kerang
ka moral untuk menjalani hidup ini. Sementara aku
merasa kerangka yang diberikan oleh agamaku adalah
yang paling cocok buatku, aku memahami kalau rekanrekan sewarga negara dan sesama manusia lain
nya
menemukan agama atau filosofi lain lebih cocok bagi
hidup mereka.
Aku berhutang budi pada demokrasi di negaraku, ken
dati tidak sempurna, karena membiarkanku memilih
keyakinan yang kujalani. Aku juga menghargai segala
kesempatan ada di dalam kelompok masyarakatku un
tuk sependapat, berdebat, dan berteman dengan me
reka yang memiliki pandangan berbeda dariku. Aku
mungkin akan menjadi orang yang lebih malang se
andainya tidak dilahirkan di negara seperti ini.
Bagi mereka yang banyak diberi, maka akan banyak
yang diharapkan darinya.
Hari ini, masyarakat kita yang relatif bebas dan semakin
multikultural, berada dalam ancaman. Pertama, oleh
ekstremis Muslim yang menyatakan niat mereka untuk
mewujudkan khalifah global. Filsafat penuh kebencian
dan misoginis3 mereka, didanai oleh para diktator yang
kaya minyak. Hal ini memutarbalikkan keyakinan yang
saya cintai untuk menjustifikasi ideologi yang terlalu
me
nyederhanakan sehingga memikat umat Muslim
3

Orang yang membenci wanita

85

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

yang belum pernah terekspos oleh berbagai variasi ide


dan ketegangan di dalam Islam.
Kita, umat Muslim yang hidup dalam masyarakat ter
buka, harus berada di baris terdepan dalam perjuangan
ini. Kita berjuang tidak hanya demi keamanan dan
integritas masyarakat tempat tinggal kita, tetapi juga
demi ruh keyakinan kita. Hanya kita yang bisa me
nyampaikan interpretasi alternatif mengenai Islam yang
mengusung visi keamanan, kemajuan, dan kesetaraan.
Jadi, hari ini marilah berjanji demi keyakinan, negara,
dan diri kita sendiri. Kita tidak akan tinggal diam ketika
seseorang memanfaatkan agama kita untuk melegitimasi
kefanatikan, misoginis, atau kekerasan. Kita akan mela
wan sekuat-kuatnya. Kita tidak akan digertak oleh me
reka yang menunjuk dirinya sebagai penjaga agama,
yang mengatakan Islam yang mereka tahu lebih murni
daripada Islam yang kita tahu. Muslim mendefinisikan
Islam, dan kita semua adalah penjaganya.
Kita mesti mempertahankan masyarakat demokratis
kita meskipun sebagian orang curiga dan meragukan
motif kita karena keyakinan kita. Agama dan negara
kita membutuhkan kita sekarang. Kita tidak bisa, dan
jangan sekali-sekali mundur dari perlawanan ini.
Ladak memulai dengan aku tetapi mengakhiri dengan
kita. Sebagaimana Islam meminjam dari Judaisme dan Kris
ten, Ladak memperkaya manifestonya dengan satu pandangan
dari Injil, Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, daripadanya

86

IRSHAD MANJi

akan banyak dituntut (Lukas 12:48). Dan ia memerhatikan bah


wa hanya karena ia menganut Islam, ia akan langsung dira
gukan oleh sebagian orang. Tapi toh Ladak tetap maju. Sikap
defensif yang rendah dan ekspektasi tinggi menjadikan dia
sebagai teladan bagi Osman, pemuda 18 tahun di London yang
bimbang antara mengambil haknya untuk melakukan reformasi
atau menyerah pada sikap defensif. Ladak tidak hanya berhasil
menentukan pilihannya; lebih radikal lagi, ia menyadari kalau
dirinya memiliki pilihan.
Kita semua punya pilihan. Umat Muslim mengingatkanku
akan hal ini ketika mereka menasihatiku agar pesan-pesanku
dibuat sesuai dengan tradisi identitas mereka supaya aku ti
dak banyak dikritik. Tetapi, identitas Muslim arus utama me
ngarantina individu dan memadamkan api nurani, maka me
nyesuaikan dengan tradisi-tradisi itu dapat menghalau tujuan
reformasi. Konsekuensinya, pertanyaanku bagi umat Muslim
adalah, Apakah yang lebih pentingpopularitas di antara
kalian sendiri atau integritas kalian di hadapan Allah? Aku
berharap agar ada sebagian orang yang terusik hingga mau
memikirkan pilihan tersebut. Jika mereka mengetahui cerita
yang akan kusampaikan, mungkin bisa mengubah pikiran me
reka.

Ketika Nabi Muhammad pertama kali menerima wahyu tentang


Tuhan yang Esa, ia tahu bahwa ia akan menghadapi masamasa berbahaya dari sesama orang Arab. Sejarawan Muslim di
masa-masa awal, al-Tabari, meriwayatkan bahwa Nabi pernah
berniat bunuh diri dengan menghempaskan diri dari gunung

87

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

ketimbang menyebarkan pesan yang akan membuatnya ter


dengar gila. Khadija, istri Nabi, menenangkan suaminya dan
meyakinkannya untuk menerima status barunya sebagai utusan
terpilih ilahi, meskipun sesosok manusia. Di waktu yang sama
paman Khadija, Waraqa, pun berterus terang akan tantangan
yang menghadang di depan. Waraqa memberitahu Nabi, Me
reka akan memanggilmu pembohong, menganiaya, mengusir,
dan memerangimu. Kaum Arab Mekkah nyatanya sesuai de
ngan yang diperkirakan. Mereka mengejek Nabi sebagai ke
rasukan jin. Sekalipun kepercayaan dirinya lemah, nabi tetap
berdiri tegar. Semakin lama ia bertahan, semakin intens pula
ancaman yang diterimanya.
Bagaimanapun juga, pesannya mengenai keesaan Tuhan
mem
bahayakan pelancong yang sering berkunjung. Orangorang dari seluruh pelosok Arab berziarah untuk menyembah
tiga dewa lokal: al-Lat, al-Uzza dan Manat. Tidak hanya para
peziarah ini membawa uang untuk dihamburkan, mereka ju
ga mem
buat kaum pagan di Mekah bangga akan budaya
mereka. Sebaliknya, Nabi mempermalukan masyarakatnya. Ia
mengecam tuhan-tuhan palsu, kemudian melawan tradisi pe
nindasan seperti perbudakan dan pembunuhan bayi perem
puan. Dituduh berkhianat luar biasa, Muhammad dianggap
mencemarkan reputasi sukunya yang luhur, Quraisy.
Merasakan tekanan yang tidak menyenangkan akibat be
berapa orang yang berganti agama dan meningkatnya keben
cian, Nabi pun membuat keputusan strategis: ia mengurangi
intensitas pesannya demi memenangkan hati warga Mekah.
Pertama-tama, Muhammad mengganti sebutan bagi Tuhan.
Apa yang awalnya ia sebut sebagai ilah (Tuhan) kemudian

88

IRSHAD MANJi

menjadi AllahKaum Pagan Qurais sudah akrab dengan


kata Allah, tulis Subhash C. Inabdar dalam Muhammad and the
Rise of Islam (Muhammad dan Kebangkitan Islam). Tetap saja,
kemarahan atas dakwahnya justru semakin memuncak.
Muncullah ayat-ayat setan. Yaitu, surah-surah Al-Quran
yang mana Nabi, dengan kemampuan penalarannya sebagai
manusia bisa keliru, mengakuinya sebagai wahyu ilahi. Ia mem
buat riwayatnya dengan bantuan sahabat-sahabatnya, hanya
untuk menyadari kemudian bahwa ayat-ayat ini menuhankan
berhala-berhala kaum pagan. Muhammad kemudian menarik
ayat-ayat itu, menyalahkan kesalahannya akibat tipu daya se
tan. Ini merupakan contoh klasik untuk Setan menyuruhku
melakukannya. Tetapi, jika cinta Allah yang tidak tergoyahkan
senantiasa membimbing Nabi, mengapa justru Setan yang ber
hasil? Saat kita mengajukan pertanyaan ini, maka kisah ini
menjadi lebih menarik: ini menjadi pencerahan.
Ternyata, setan memanfaatkan hasrat Nabi untuk tetap di
percayai oleh sukunya. Kita semua membutuhkan legitimasi
demi menjual sebuah pesan, jadi apa salahnya mengemas pesan
ini sesuai identitas kelompok supaya bisa dipasarkan secara
maksimal? Memang benar, ketika kaum Quraisy mendengar
dewi-dewi mereka dipuja-puji, mereka sangat senang, demi
kian al-Tabari menyampaikan. Untuk pertama kalinya, suku
itu tunduk, dengan mengatakan Muhammad telah menyebut
tuhan-tuhan kita dengan sangat baik. Kredibilitas Nabi di
mata warga langsung meroket. Orang-orang yang tulus mau
pun munafik mendengarkan, di mana umat yang tulus tidak
mencurigai adanya hasrat berlebihan atau kekeliruan pada
pihak utusan Allah ini.

89

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Masalahnya, sikap tunduk mengarah kepada pembingung


an. Nabi belum menyampaikan kebenaran. Apa yang beliau
sampaikan pada kaum pagan Arab ini adalah pengecilan Islam
yang benar secara budaya: sebuah versi yang melemahkan,
bahkan menghancurkan, tantangan reformasi pribadi. Alih-alih
menekankan bahwa penyembahan berhala adalah siasat dagang
untuk memikat turis datang ke Mekkah, dan bahwa berhala se
harusnya diganti dengan Tuhan tunggal yang memperlakukan
semua ciptaan-Nya dengan penuh belas kasih, Nabi justru me
muaskan diri dengan ritual yang dangkal. Begitu inginnya di
dengarkan, sehingga ia menghilangkan makna misinya.
Ibnu Ishaq, seorang sejarawan Muslim, menceritakan satu
legenda yang terjadi setelah itu, berkat cinta Tuhan:
[Malaikat] Jibril mendatangi Rasul dan berkata. Apa
yang telah engkau lakukan, Muhammad? Kau telah
menyatakan pada orang-orang ini sesuatu yang tidak
ku
sampaikan dari Tuhan kepadamu dan kau telah
mengatakan apa yang Dia tidak katakan kepadamu.
Rasul pun begitu sedih dan sangat ketakutan kepada
Tuhan. Maka Tuhan pun menurunkan (sebuah wahyu)
tentang Dia mengampuninya, menenangkannya, dan
me
ringankan urusan itu, serta mengatakan padanya
bahwa setiap nabi dan rasul sebelumnya juga memiliki
hasrat seperti ia berhasrat dan menginginkan apa yang
ia inginkan dan Setan pun menyela membisikkan se
suatu ke dalam hasratnya... Tuhan pun menganulir apa
yang telah dihasut oleh Setan.

90

IRSHAD MANJi

Dalam kisah ini, ketakutan akan diberikan stigma oleh ko


munitasnya membuat Nabi mengompromikan prinsip utama.
Bukankah ada pelajaran di sini bagi banyak Muslim? Kita di
minta untuk meneladani Muhammad, tapi kita tidak dididik
untuk melakukannya dengan menolak menjadi tawanan bagi
politik identitas. Seorang pembacaku dari Arab memperjelas
pelajaran ini untukku: Lebih baik berbicara kebenaran, betapa
pun menyakitkan, daripada tetap diam tentangnya. Itulah tra
disi Nabi Muhammad. Muslim perlu memahami bahwa setiap
isu harus diperdebatkan. Semuanya. Bagiku, itulah apa yang
diajarkan oleh kisah perjumpaan ayat-ayat setan: identitas ke
lompok bukan alasan untuk melemahkan kritikan pada ke
luarga, komunitas, atau negara seseorang.
Namun, sampai saat ini, aku belum menggunakan kisah
perumpamaan ini untuk menggambarkan kekeliruan dalam
politik identitas. Kenapa? Karena aku malu untuk mengatakan
bahwa aku sendiri pun takut untuk dituduh bergaya bak utusan
Tuhan di zaman sekarang. Simak surel berikut:

Ada apa sih denganmu, Irshad? Apa yang sedang coba kau
lakukan? Memangnya satu orang sepertimu bisa mengubah
dunia? Banyak sekali Muslim yang mengalami perasaan yang
sama persis sepertimu. Tapi saya tidak melihat banyak orang
yang berkampanye sepertimu. Allah menciptakan agama ini.
Ini adalah agama-Nya. Jika sesuatu yang buruk terjadi pada
agama-Nya, bukankah Dia akan mengutus seseorang untuk me
nyelamatkannya? Apakah itu kamu? Apakah kamu orang yang
terpilih itu? Sebagai seorang manusia, aku berterima kasih, tapi
HENTIKAN ini!
Syed

91

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Bagaimana aku harus menjawab pertanyaan ini? Jika aku


mengingatkan Syed bahwa Nabi adalah manusia juga, arti
nya aku akan sama seperti kecurigaannya yang meng
ung
kapkan kalau aku menganggap diriku sebagai nabi. Tidak
membantu sama sekali. Para pejihad, tentu saja, tidak raguragu untuk menganggap diri mereka penting, biasanya dengan
menyatakan Muhammad sebagai avatar mereka. Sementara itu,
kelompok Muslim reformis layu. Dengan mengikuti teladan
Muhammad, aku menerjunkan diri ke dalam permainan yang
sama seperti para pejihad, suatu persekutuan Muslim yang
mengecamku. Tetapi menegakkan sisi tanpa kekerasan dari
sesosok nabi yang sangat manusiawi ini hampir sama sekali
tidak mengikuti aturan main para pejihad.
Bagaimanapun, banyak di antara kita yang merasa tidak
layak menjalankan tugas itu karena tafsiran liberal tentang
ke
nabian, seperti juga apapun yang bersifat Islami, sangat
sulit untuk diterima dibandingkan tafsiran konservatif. Itulah
mengapa kita harus melangkah maju dan mau mengungkapkan
cerita-cerita semacam ini. Jika tidak, kita hanya akan mem
biarkan kaum konservatif mendominasi lebih banyak wilayah,
yang lebih jauh lagi akan mempersempit kesempatan untuk
melapangkan jalan Islam.
Setelah introspeksi yang sehat tentang apakah aku terpe
rosok ke dalam gangguan Muhammad-kompleks, lalu aku
menanggapi Syed:

Kau mengakui bahwa banyak Muslim tahu ada masalah dengan


Islam arus utama saat ini, tapi karena kebanyakan Muslim tidak
melakukan apa-apa tentang itu, maka kau pun tidak mau aku
melakukannya juga. Kau telah membawa kemapanan pada level

92

IRSHAD MANJi

tingkat yang baruatau, harus kubilang, justru kemerosotan


yang baru. Bacalah kisah mengenai bagaimana Nabi hampir
mengubah pesan Tuhan demi menyesuaikan dengan budaya
pagan.
Tuhan telah mencegah Muhammad untuk berkompromi. Aku
menafsirkan ini sebagai perintah ilahi: jangan menyesuaikan
dengan kebodohan dan ketidakadilan suatu budaya. Mengikuti
perintah itu tidak serta-merta membuatku sebagai yang
terpilih, Syed. Ini membuatku sadar akan pilihan-pilihanku.
Episode ayat-ayat setan menunjukkan bahwa apa pun yang
budaya kita nyatakan sebagai perilaku normal, bukan budaya
yang membuat pilihanindividulah yang melakukannya. Bu

daya tidak mengambil keputusanindividulah yang me


la
ku
kannya. Dan jika tradisi-tradisi tertentu mengarah pada
penindasan, seperti yang terjadi pada ritual-ritual di Mekkah
yang ditentukan oleh ekonomi dan moral yang rendah, maka
tradisi-tradisi itu harus diekspos tanpa memedulikan siapa
yang mengutuk ayah kita, nenek kita, dan anak-anak kita di
masa depan.
Muslim sering kali mudah mempercayai prinsip ini, bersi
keras bahwa tak ada masalah dengan Islam. Padahal, budayalah
yang merendahkan praktik-praktik keislaman. Kalau begitu,
mengapa bukan kita yang bangkit melawan kejahatan budaya
yang sudah menodai agama kita? Di bab berikutnya, aku akan
mengajukan argumen bahwasanya Muslim harus berhenti meng
ambil sikap seolah-olah budaya adalah hal yang sakral. Begitu
kita mengakhiri sandiwara itu, kita akan menjadi Muslim
kontra-budayasebuah identitas baru yang mengabadi pada
integritas dengan menghadapi budaya yang mencuri Islam

93

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

dari cinta Tuhan. Aku juga akan menjelaskan bahwa kaum nonMuslim harus menjadi kontra-budaya sesuai dengan caranya
masing-masing, dengan menolak multikulturalisme ortodoks.
Entah memiliki landasan religius atau humanis, tidak ada yang
sakral mengenai budaya.

94

3
Budaya Itu Tidak Sakral
Pada Hari Natal 2009, Umar Farouk Abdulmutallab, pria
berusia 23 tahun, mendarat di Detroit dengan bom di selang
kangan dan banyak hal yang harus dijelaskan. Ia gagal men
jalankan misinya meledakkan sebuah pesawat dari Amsterdam.
Bom, yang disimpan di celana dalam yang dipakainya, tidak
meledak. Setidaknya ia mempertahankan kehormatan: di salah
video, al-Qaeda membaptis pelaku bom pakaian dalam ini
sebagai pahlawan. Bukan pertama kalinya, budaya kehormatan
Arab berpindah dari Timur Tengah ke Detroit. Aku sendiri
punya pengalaman pribadi dengan dampak kehormatan ter
hadap pemuda Muslim di Amerika.
Tak lama sebelum Faith Without Fear ditayangkan, aku
dan Mama pergi ke Detroit untuk pemutaran perdana. Ibuku,
Mumtaz, membintangi film dokumenterku. Ketegangan antara
tradisionalisme ibuku dan liberalismeku terpancar sepanjang
film, sehingga PBS merasa akan menyenangkan jika kami meng
eksplorasi perbedaan kami di depan audiens Muslim yang

95

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

kurang bergairah. Seseorang di Perpustakaan Umum Detroit


memiliki pikiran lain mengenai dampak dari rencana me
nyenangkan ini; perpustakaan, yang menjadi tempat awal ka
mi, tanpa klarifikasi membatalkan di menit-menit terakhir. Te
tap saja, acara terus berlanjut.
Diperkirakan, warga keturunan Arab yang tinggal di dae
rah pinggiran kota Detroit lebih banyak dibandingkan dengan
wilayah metropolitan manapun di luar Timur Tengah. Tidak
semuanya Muslimdi beberapa lingkungan, jumlah ArabKristen melampaui Muslimtapi warga Muslimlah yang da
tang berbondong-bondong pada malam itu. Setelah kredit film
berganti gelap, Mama duduk di atas panggung bersamaku,
diapit oleh seorang mahasiswa berhijab, seorang profesor lakilaki Muslim, dan seorang moderator non-Muslim yang begitu
gugup sampai sulit mengendalikan gerakannya. Para panelis,
berkat ibuku, tetap bersikap sopan terhadapku walaupun eng
gan.
Namun demikian, kemarahan audiens mengguncang ibu
ku sampai ke ulu hati. (Beberapa waktu kemudian, ia mem
beritahuku kalau ia akhirnya memahami mengapa aku ter
lalu letih untuk meneleponnya sering-sering. Hubunganku
dengan ibuku pun pulih: satu alasan lagi, kenapa aku sangat
berterima kasih kepada para pengkritikku). Setelah pemutaran
do
kumenter, aku dan Mama menghadiri resepsi publik di
mana aku mendengar kembali anggota audiens, melakukan
wa
wancara dengan media, dan menandatangani bukudi
selenggarakan secara gratis oleh PBS. Memperhatikan panjang
nya barisan, Mama penasaran, Menurutmu, mereka semua
akan membacanya?

96

IRSHAD MANJi

Terlintas di benakku, di suatu tempat di Detroit, ada api


unggun menyala, tapi aku tidak mengatakan itu padanya. Me
nurutmu, sebagian besar dari mereka membaca Al-Quran?
tanyaku ke ibuku. Ia mendesah. Semoga mereka meletakkan
bukuku biar kerabat mereka melihatnya, candaku. Begitulah
cara untuk memulai percakapan. Mama mendesah lagi, kali
ini terdorong oleh percakapan Kami. Apa yang kuanggap
sebagai kesempatan bagi umat Muslim berpikir, ibuku malah
menganggapnya sebagai peluang bagi lebih banyak umat Mus
lim untuk mengkritik anaknya. Aku menghela napas.
Sepanjang malam itu, mata ibuku yang setajam elang meng
amati sesuatu yang lain. Ia memperhatikan beberapa pemuda
Muslim yang bergerombol di sudut aula resepsi dan sering
sekali memandang ke arah kami. Setelah wartawan terakhir
pergi, mereka berjalan menuju ke Mama dan aku. Assalamu
Alaikum, beberapa di antara mereka menyapa malu-malu se
cara hampir bersamaan.
Wa Alaikum Salaam, jawab kami, bahasa tubuh ibuku
meyakini kalau aku akan menghadapi serangan lagi.
Begini, salah seorang gadis memulai percakapan dengan
ragu-ragu. Kami hanya ingin berterima kasih kepada Anda
karena mendukung Irshad. Kami mendukungnya juga. Tamutamu lain malam ini seharusnya menunjukkan rasa hormat
yang lebih atas gagasannya.
Dan kepada Anda, sebagai ibunya, ketus seorang anak
laki-laki.
Bagus, Mama berkata kepada mereka. Sangat bagus,
bahkan. Terima kasih. Keheningan menyeruak muncul, ke
mudian ibuku berbicara tanpa basa-basi. Saya penasaran, oke?

97

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Cuma penasaran. Kenapa kalian tidak mengatakan hal ini saat


sesi tanya-jawab? Segala sesuatu yang kami dengar tadi cukup
pedas.
Gerombolan itu mulai bergerak-gerak. Atau, saranku de
ngan halus, bisakah kalian berbicara kepada kami sebelum se
mua kamera pergi? Jika media dapat menayangkan apa yang
kalian katakan kepada ibuku, maka pemuda Muslim yang ber
pikiran seperti kalian mungkin akan menyadari bahwa mereka
tidak sendirian.
Salah seorang gadis bersitatap dengan Mama. Anda dan
Irshad bisa meninggalkan komunitas ini beberapa jam lagi.
Kami tidak bisa. Keluarga kami di sini. Bisa-bisa kami dituding
mencemarkan nama baik mereka.
Di bawah kode kehormatan Arab, Muslim diajarkan untuk
me
lepaskan individualitas dan menerima takdirnya sebagai
harta milik keluarga. Kehidupan kita bukanlah milik kita; ke
hidupan kita menjadi milik keluarga besar kitabiasanya yang
berhubungan darah. Jika kau melanggar batas-batas mo
ral,
kau memalukan lebih banyak orang selain dirimu sendiri.
Pertimbangkan tekanan padamu untuk membatalkan perta
nyaan ketika kehormatan seluruh keluarga bersandar pada
penyensoran-dirimu. Apakah itu alasan si pelaku bom-di-ce
lana-dalam memutuskan hubungan dengan keluarga biologis
nya ketimbang berterus-terang dengan pertanyaan-pertanyaan
rahasia dirinya? Pertanyaan tentang hasratnya terhadap wanita?
pertanyaan tentang kekhawatirannya untuk menjadi manusia
sempurna dapat mencemarkan reputasi orangtuanya? Perta
nyaan-pertanyaan yang ia kembangkan sebagai mahasiswa di
tengah masyarakat terbuka seperti Inggris?

98

IRSHAD MANJi

Melalui para orangtua yang mencampuradukkan budaya


dengan agama, kehormatan terhadap keluarga besar diekspor
ke luar Timur Tengah untuk menjerat pemuda Muslim di Barat.
Mahasiswa-mahasiswa Detroit tak bisa menanggung aib ke
luarga hanya karena menggunakan kebebasan untuk menyua
rakan kebenaran mereka dengan lantang. Mengapa para pe
muda ini merasa terjebak dengan adat-istiadat yang bukan
milik mereka? Aku berbicara ke Mama. Mereka itu orang
Amerika, demi Tuhan! Begitu aku pulih dari kekecewaan, katakata yang lebih tenang keluar dari rahangku yang mengeras.
Adat kehormatan sudah ada sebelum Islam. Jika kita bertahan
pada budaya dengan mengatasnamakan Islam, maka kita sama
saja menyembah apa yang manusia, bukan Tuhan, ciptakan?
Bukankah itu disebut menyembah berhala? Mama menghela
napas, Itulah kebodohan.
Pelajaran Ketiga: Budaya itu tidak sakral.

Brian Whitaker, mantan editor Timur Tengah di koran The


Guardian, melakukan suatu eksperimen ketika tengah mela
ku
kan penelitian untuk bukunya, Whats Really Wrong with
the Middle East (Apa Yang Sesungguhnya Salah dengan Timur
Tengah). Ia memberikan sepuluh pernyataan kritis tentang
Timur Tengah kepada orang-orang Arab yang diwawancarai
dan meminta mereka untuk memilih mana yang ingin didis
kusikan. Menyisihkan yang lainnya, hanya satu pernyataan
yang di
anggap sebagai persoalan yang paling mendesak
sampai-sampai, Whitaker mengungkapkan, ketika hendak se
lesai, saya berkata ke orang-orang itu: Tolong, jangan bicarakan

99

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

tentang itu lagi. Saya sudah cukup mendengarnya. Apakah


pernyataan itu? Keluarga adalah kendala utama dalam me
reformasi dunia Arab.
Wawancara Whitaker menegaskan sesuatu yaitu, di dalam
masyarakat Arab, keluarga merupakan mekanisme utama ba
gi kontrol sosialpencengkeram pertama pada individualitas
dan pencetak bagi lebih banyak lagi kekangan. Pemimpin po
litik, Whitaker mengutip seorang sosiolog Suriah, mencermin
kan citra ayah, sementara warga mencerminkan citra anak. Oleh
karena itu, Tuhan, sang ayah, dan penguasa memiliki karakter
yang sama. Merekalah penggembala, dan masyarakat adalah
dombanya: warga di negara Arab sering kali disebut raiyyah
(jemaat).
Mona, seorang warga Mesir berusia 37 tahun, mendukung
analisis ini dengan kalimat yang hampir sama. Saya telah
membaca The Trouble with Islam Today, tulisnya dalam surel,

dan tak bisa saya katakan betapa buku ini sangat membuka mata
bagi saya, seorang perempuan muslim, yang dibesarkan untuk
takut kepada ayah, guru, dan Tuhan. Untuk pertama kalinya,
hal-hal yang saya terima begitu saja selama hidup menjelma
menjadi pertanyaan. Saya mulai berpikir dan menalar... Otak
saya kini mengalami kegelisahan, dan saya senang. Saya masih
tak bisa menahan diri mengaitkan setiap kejadian buruk yang
menimpa saya dengan kemurkaan Tuhan atas perbuatan saya,
meskipun saya tidak bersalah. Saya selalu hidup sesuai aturan
dan melakukan hal yang benar. Sepertinya, rasa takut sangat
tertanam di jiwa saya dan semoga suatu hari nanti, saya bisa me
lenyapkannya.

100

IRSHAD MANJi

Budaya, menurut antropolog, adalah seluruh pengetahu


an dan pengalaman yang diperoleh atau dipelajari di tengah
hubungan kolektivitas antarmanusia. Secara definisi, selu
ruh di sini mencakup sifat-sifat yang baik. Jadi, aku menger
ti mengapa seorang blogger terkenal dari Irak, Salam Pax,
membela struktur keluarga Arab. Aku tahu sekali, jika ada
sesuatu yang buruk terjadi, aku selalu bisa bersandar pada se
suatu, tuturnya kepada Whitaker.
Aku akan selalu punya penolong. Itulah kelebihannya.
Tapi sekali lagi, karena aku sangat bergantung pada
keluargaku, maka aku perlu selalu memastikan agar
mereka menyetujui semua keputusanku...
Kebanyakan pemerintah di dunia Arab berfungsi seperti
itu juga. Ada orang yang menjadi kepala keluarga, ke
pala suku, kepala negara, yang menjadi penentu akhir
dari setiap keputusan, dan Anda akan melakukan apa
yang dikatakannya. Sebaliknya, Anda akan selalu di
hantui ketakutan dibuang dari keluarga, yang berarti
aib bagi Anda. Diusir dari keluarga adalah sesuatu
yang harus Anda khawatirkan sejak usia muda...
Individu layaknya orang buangan-yang-menunggu-giliran.
Warga sebagai domba yang harus digembalakan. Otonomi
menjadi suatu ancaman bagi tata tertib sosial. Paradigma kul
tural semacam ini mencerminkan persoalan mendasar, yang
menurut Whitaker, disebut sebagai ketakutan berpikiran mer
deka. Waktulah yang akan menjawab, apakah revolusi Mesir

101

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

2011 berhasil mengenyahkan rasa takut itu untuk selama-lama


nya.
Akan tetapi, menghilangkan kepicikan budaya bukanlah
tantangan bangsa Arab semata, ini adalah tantangan bagi se
bagian besar umat Muslim karena budaya kesukuan telah
melebur dalam praktik keislaman. Mustafa Akyol, se
orang
komentator dari Turki dan Muslim taat, memberi nama pele
buran ini Islamo-tribalisme. Frasenya sesuai dengan gagas
an yang diusulkan kepadaku oleh Eyad Serraj, seorang psiko
log terkenal berkebangsaan Palestina, yang karena keteruste
rangannya mendorong Yasser Arafat memenjarakannya lebih
dari sekali. Islam diturunkan untuk membawa bangsa Arab
keluar dari budaya kesukuan, ujar Dr. Serraj. Tapi Islam tidak
berhasil menaklukkan budaya Arab. Sebaliknya, budaya Arab
yang berhasil menaklukkan Islam.

Para pemerhati bisa saja dimaafkan karena tidak menyadari apa


yang seharusnya menjadi perbedaan antara agama Islam dan
budaya Arab. Lebih dari 80 persen Muslim di dunia bukanlah
bangsa Arab; tetap saja, Islam Arab masih diasumsikan sebagai
Islam yang otentik. Hal ini tidak akan menimbulkan masalah
jika para pengkhotbah Islam menggunakan agama untuk me
nonjolkan aspek-aspek terbaik dari kehidupan Arab seharihari. Keramah-tamahan bisa menjadi adat yang bagus untuk
mendampingi fatwa-fatwa yang keras. Namun, aspek-aspek
kesukuan yang terburuk yang justru direstui dengan pujianpujian dari otoritas Muslim.

102

IRSHAD MANJi

Teman saya dari Yordania adalah saksinya. Ia banyak


menghabiskan waktunya di Zarqa, sebuah kota di Yordania
yang men
jadi tempat masa remaja Abu Musab al-Zarqawi.
Imad kemudian mengirim surel kepadaku:

... baru saja kembali dari penguburan saudara laki-laki dari pe


muda yang bekerja pada ayahku. Syekh berjanggut dengan
pakaian lusuh berdiri di antara 80 lebih orang yang berkumpul
mengelilingi pusara yang masih baru dan mulai berkhotbah.
Semua orang mendengarkan. Berikut petikannya:
Kerjakan apa yang diperlukan di dunia ini demi menghindari
siksa api neraka yang Allah persiapkan bagi mereka yang mem
bangkang kepada-Nya.
Waspadalah terhadap orang-orang kafir. Para penganut
Nasrani, Yahudi, Buddha, Hindu, semua adalah orang-orang yang
ingkar.
Tuhan telah menurunkan Islam kepadamu sebagai jalan hidup
dan panduan tentang segala sesuatu dalam kehidupan. Lupa
kan otakmu, lupakan berfilosofi, semuanya ada dalam Islam,
jawabannya sudah tersedia. Tidak sulit untuk mengikutinya.
Memberi tekanan pada kejijikannya, Imad menegaskan ke
padaku bahwa syekh itu benar-benar mengatakan: lupakan
otakmu. Saya tidak mengada-ada. Persis begitulah yang di
katakannya, dan juga dalam konteks yang jelas... Ini adalah hal
yang umum di sini, tidak sembunyi-sembunyi.
Kaum Muslim modern boleh saja menertawakan ulama
gembel di pusat industri Yordania ini, seakan-akan dia tak
lebih dari orang udik yang tak berbahaya, tapi Imad menulis
kepadaku untuk menunjukkan satu hal yang serius: bagi Mus

103

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

lim yang lugu, suara Tuhan bergaung lewat syekh tersebut.


Apapun yang dia lakukan, berkat budaya, bisa diterima se
bagai ajaran agama. Sang pecundang bukanlah syekh itu; Yang
pecundang adalah Islam, sebuah agama dengan kitab suci yang,
harus kuulangi, mengandung tiga kali lebih banyak bagian
yang mendesak mendahulukan kesadaran yang awas (mindful
awareness) dibandingkan kepatuhan buta. Dan siapakah juru
bicara modern yang kita miliki untuk Islam seperti ini? Bukan
hanya pengkhotbah gemuk dan pendek yang setengah buta
huruf, tetapi juga para pelaku penindasan intelektual yang
terpelajar di Universitas Al-Azhar, Kairo, Harvard-nya Islam
Suni.
Tetapi tidak sampai di situ. Harvard sendiri, yang merupa
kan sebuah benteng bagi kebebasan individual, baru-baru ini
melihat dampak paham tribalisme pada para pemuda Muslim
yang terpelajar. Pada April 2009, koran universitas, The Harvard
Crimson, melaporkan bahwa imam Muslim di kampus tersebut
telah mengeluarkan fatwa hukuman mati bagi yang keluar
dari Islam. Belakangan, Syekh yang memiliki otoritas khusus
itu menyangkal kalau ia secara pribadi menganut pandangan
ini. Namun, ia mengirimkan surel kepada seorang mahasiswa
dengan mengatakan, walaupun ini membuat beberapa orang
tidak nyaman, kita seharusnya tidak menghilangkannya [hu
kuman mati] begitu saja.
Menurutku, koran Harvard ini melewati cerita besarnya,
yaitu reaksi dari mahasiswa. Artikel tersebut menyebutkan be
berapa mahasiswa yang mempertanyakan sikap sang imam,
namun banyak dari mereka yang menentangnya menolak untuk
diidentifikasikarena takut. The Crimson mengutip se
orang

104

IRSHAD MANJi

mahasiswa Muslim yang mengatakan kalau komentar imam


tersebut merupakan langkah awal yang memicu sikap in
toleransi dan menghasut orang menuju kekerasan. Namun
mahasiswa itu juga meminta agar namanya tidak disebutkan
karena takut akan membahayakan hubungannya dengan ko
munitas Islam. Seorang mahasiswa dari Massachusetts Institute
of Technology (MIT) berpendapat sama, sangat mengagetkan
dan sesuatu yang tidak saya perkirakan atau inginkan keluar
dari seorang imam di universitas ternama manapun di Ame
rika. Orang ini juga meminta untuk tetap anonim demi men
jaga hubungannya dengan komunitas Islam.
Penentangan yang paling terang-terangan dari semuanya,
muncul dari seorang mahasiswa ketiga, yang menyatakan de
ngan jelas bahwa syekh itu tidak tergolong sebagai imam
resmi. Jika pendeta Kristen berkata orang-orang yang ber
pindah dari agama Kristen sebaiknya dibunuh, tidakkah Anda
berpikir Universitas [akan] melakukan sesuatu? Kabar baik
nya: mahasiswa dibalik pernyataan yang mengagumkan ini,
mencantumkan identitasnya pada versi cetak cerita ini. Kabar
buruknya: edisi daring-nya menghapus namanya. Mahasiswa
itu diberikan anonimitas karena ia mengungkapkan kalau
kalimatnya itu bisa menimbulkan konflik yang serius dengan
otoritas religius Muslim. Lihat polanya? Takut, ya, tetapi me
miliki ekspektasi yang rendah dan pembelaan diri yang tinggi.
Ekspektasi rendah terhadap sesama Muslim dan pertahanan
yang tinggi terhadap kemungkinan adanya pembalasan.
Hal yang menjengkelkan adalah, pembalasan ini dilakukan
untuk melawan Muslim yang merangkul rahmat Tuhandan
sekaligus keluwesan Al-Quran. Ini yang kumaksud dengan ke

105

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

luwesan: setahun sebelum imam Muslim di Harvard menjadi


berita utama, sebuah keputusan yang mencengangkan tentang
kemurtadan dan pilihan datang di dunia Muslim Suni. Mufti
Agung di Mesir, Syekh Ali Gomaa, memutuskan bahwa seorang
Muslim boleh mengadopsi agama lain dan tak ada kuasa di
alam duniawi ini yang berhak menghukum eks-Muslim karena
meninggalkan Islam. Tuhan mungkin membenci orang yang
murtad, tapi Anda dan saya tidak boleh membenci. Syekh
Gomaa merujuk ke beberapa ayat Al-Quran yang menegaskan
kebebasan nurani: Pertama, Untukmulah agamamu, dan untukku
lah agamaku (109: 6). Kedua, Barangsiapa yang ingin (beriman)
hendaklah ia beriman dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia
kafir. Ketiga, Tidak ada paksaan untuk memasuki agama (2: 256).
Keputusannya menghebohkan Muslim di Mesir dan di tempat
lain. Pengondisian budaya perlahan menghilang. Begitu pula,
Islamo-tribalisme.
Ada pemutarbalikan dalam istilah ini: Islamo-tribalisme
sebagai Islamofobia, atau ketakutan terhadap Islam. Sekarang
ini, hanya ada dua tipe Islamofobia. Mereka yang takut Islam
karena mereka yakin tafsiran apa pun mengandung kekerasan.
Islamofobia ini mengidentikkan Islam sebagai jalan yang sempit.
Selain itu, ada juga mereka yang takut dengan jalan Islam yang
lapangjalan yang mengarah pada kebebasan nurani, pikiran,
dan ekspresi. Islamofobia ini adalah para Muslim yang tunduk
di hadapan budaya kesukuan, takut terhadap Islam sebagai
agama yang mentransformasi pribadi. Mahasiswa-mahasiswa
universitas kita sesuai dengan Islamofobia tipe ini karena me
nolak berbeda pendapat secara publik, melepaskan kebebasan
nurani, pikiran, dan ekspresi mereka.

106

IRSHAD MANJi

Islamo-tribalisme akan berkurang jika umat Muslim ber


henti menjadi budak ketakutan untuk menodai komunitas ki
takeluarga besar kitadan mulai berbicara kebenaran demi
memperoleh kekuatan secara nyata. Hanya pada saat itulah
Muslim akan mentransformasi dirinya menjadi orang yang
se
jalan antara ucapan dan tindakan. Bahasa lainnya, umat
Muslim harus mereformasi dirinya supaya frase Islamo-tri
balisme yang mengganggu dapat digantikan dengan Islam
yang tepat. Bagaimanapun juga, Islam secara teori tidak ber
pengaruh banyak dalam pencapaian perdamaian; Islam secara
praktik yang berperan besar.
Muslim moderat bisa saja dengan antusias meyakinkan
kalangan non-Muslim bahwa Islam berhubungan erat dengan
kebebasan. Akan tetapi, sewaktu kaum moderat yang berpe
rilaku seakan-akan demikianmuncul ke publik membawa
in
dividualitas merekaharuskah mereka membenci orangorang yang mengolok-olok mereka? Bukankah umat Muslim
juga mencemooh ketika Presiden George W. Bush mengumum
kan bahwa Amerika tidak melakukan penyiksaan? Idealnya,
tidak. Namun, kenyataan mengatakan sebaliknya. Demikian
juga, umat Muslim bisa berteori dari menara gading tertinggi
bahwa Islam tidak menimbulkan ketakutan. Dan aku sungguh
yakin, ketakutan memang tidak seharusnya terjadi. Tetapi ke
nyataannya tetap saja, Islam akan selalu terimplikasi dalam
ketakutan selama umat Muslim berjuang di balik anonimitas
dalam menghadapi tantangan yang melibatkan agama dengan
berbagai cara.
Seandainya bisa, aku ingin mengajukan beberapa perta
nyaan kepada para mahasiswa Muslim di Harvard dan MIT itu.

107

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Kalian tidak mau disebutkan nama karena kalian ingin mem


pertahankan hubungan yang baik dengan otoritas agama,
bukan? Inilah yang mengusikku. Kenapa terganggu oleh ego
otoritas agama jika persoalannya bersifat budaya dan bukan
agama?
Mengapa menghargai otoritas agama jika mereka keliru
meng
identikkan budaya dengan agama? Kalian tidak akan
menghargai kebodohan non-Muslim, kan? Mengapa menaruh
ekspektasi yang lebih rendah pada umat Muslim? Apakah
hanya kaum non-Muslim saja yang keliru? Ataukah kalian juga
demikian?
Seperti yang diperlihatkan Syekh Gomaa, Al-Quran menge
mukakan ayat-ayat yang mendukung kebebasan individual.
Ayat-ayat itu dapat dikutip secara gamblang. Lalu, apa yang
mencegah umat Muslimbahkan di dalam demokrasi libe
raluntuk menggugat budaya kesukuan di antara kita? Apa
lagi yang mengacaukan hati dan pikiran umat Muslim yang
merasa dirinya siap untuk menciptakan perubahan positif yang
memperkukuh hidup mereka?

Hawa, salah seorang pembacaku, mengalami kebingungan ini.


Sebagai Muslim, saya sangat menyadari kebutuhan reformasi
dalam Islam, tapi bahkan di Amerika Serikat, kerabat dan
teman-teman Muslim saya merasa ragu mengkritik ortodoksi
Muslim tradisional... Dulu, kaum liberal lebih kritis, tapi se
karang mereka sudah puas diri. Masa-masa ini sangat mem
bingungkan. Hawa benar. Kita hidup di zaman penuh ke
bingungan moral. Banyak orang berasumsi bahwa hanya ka

108

IRSHAD MANJi

rena manusia terlahir setara, maka demikian pula dengan


budaya. Namun budaya tidak dilahirkan; ia dikonstruksikan.
Budaya bukan pemberian Tuhan; ia buatan manusia. Manusia
merupakan sosok yang sama sekali tidak sempurna, budaya
pun demikian.
Poin-poin dasar ini tersingkir seiring ketertundukan kita
terhadap hak-hak budaya. Hanya dalam kurun waktu lima
puluh tahun, mitos hak-hak budaya melompat dari lingkaran
antropologis yang tersembunyi menjadi institusi pembelajaran
tingkat tinggi di pentas dunia. Sejak tahun 1947, di kalangan
antropolog sendiri terjadi perdebatan apakah budaya pantas
mendapatkan proteksi seperti layaknya individu. Di tengah
puing-puing Perang Dunia Kedua yang masih membara, dan
kenangan Holocaust yang masih membakar, Asosiasi Antro
pologi Amerika mengirimkan pernyataan tentang HAM ke
pada Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pernyataan ini diawali de
ngan menegaskan kebutuhan untuk menghormati budayabudaya dari kelompok manusia yang berbeda. Nazi telah
menghancurkan budaya kelompok-kelompok seperti Yahudi
dan gay, dan antroplog-antropolog Amerika ingin memastikan
bahwa penghancuran ini tidak akan pernah lagi terjadi pada
kelompok-kelompok masyarakat yang dapat diidentifikasikan
di mana pun berada.
Pernyataan mereka, meskipun demikian, menuntut satu
per
tanyaan penting: bagaimana kita menghadapi penyalah
gunaan kekuasaan yang terjadi di dalam kolektivitas? Apabila
kelompok-kelompok dan budaya mereka bisa ditolerir seperti
layaknya individu, apa yang kita katakan kepada individuindividu yang menemukan dirinya tertindas oleh tradisi yang

109

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

ber
laku di dalam lingkup kelompok dan budaya tersebut?
Singkatnya, apakah HAM betul-betul universal atau hanya
tersedia bagi mereka yang cukup beruntung terlahir dalam
keluarga dan masyarakat yang sudah mempertahankan kebe
basan individualnya? Untuk pertanyaan semacam ini, pernya
taan tahun 1947 tidak memiliki jawaban.
Selama beberapa dekade, para antropolog bergidik dengan
pernyataan itu. Memang benar, istilah malu (embarrassment) di
gunakan secara terus-menerus, demikian seorang pakar HAM
memberi catatan. Tetapi, premis yang berat-ke-Holocoust
bahwa toleransi kelompok adalah perintah moral (moral impe
rative)hanya mendapatkan perhatian serius. Satu hasilnya:
relativisme, sebuah paham yang sekarang menjamur, yang
menyatakan bahwa tidak ada satu norma budaya yang lebih
unggul atas budaya lainnya. Saat membela kebijakan negara
nya yang memperbolehkan merajam wanita sampai mati, ke
pala komisi HAM Iran baru-baru ini menyatakan pada CNN
bahwa kekejaman adalah gagasan yang sangat relatif secara
budaya.
Terjemahannya: Kau tidak bisa mengkritik budaya lain
karena budayamu juga punya kelemahan. Kecuali kau seorang
kulit berwarna, maka kau boleh mengkritik budaya kulit pu
tih karena kau hanya berbicara benar pada pihak yang ber
kuasa. Kecuali kau membicarakan kebenaran pada pihak yang
berkuasa di dalam budaya, maka kau adalah seorang pem
benci-diri (self-loather). Ya, mungkin juga tidakmungkin kau
seorang pembela HAM sejati. Tapi, orang-orang kulit putih tak
bisa mengkritik karena bisa saja dianggap menghakimi budaya
lain, dan orang tak boleh berkomentar jika dia tidak me

110

IRSHAD MANJi

wakili. Kecuali kau seorang wanita kulit cokelat atau laki-laki


kulit hitam, maka kau boleh menghakimi budaya kulit putih
meskipun kau tidak mewakili. Tapi, orang-orang kulit putih
tidak bisa bilang kepadamu kalau kau tidak mewakili karena
bisa diartikan mereka menjajahmu lagi. Tapi jika penjajahan
yang terjadi berasal dari kalanganmu sendiri, maka ketika ber
suara akan dicap pengkhianat. Itu benar; kau mengkhianati ke
lompok yang tidak menolerirmu tapi menuntut toleransi dari
orang lain. Kau sebut ini kontradiksi? Ya, benar, kau sangat
tidak otentik.
Aku menyebut ini adalah lubang kelinci relativisme. Hal ini
mengingatkanku pada kegilaan yang digambarkan oleh Lewis
Carrol dalam cerita Alice in Wonderland. Alice jatuh ke dalam
sebuah lubang kelinci dan setelah mendarat, membuka pintu
menuju ke alam yang berganti-ganti. Namun relativisme bukan
dongeng. Tanya saja Polly Toynbee, kolumnis pada koran arus
utama, yang kutahu paling pro-Muslim, The Guardian. Toynbee
berkampanye untuk kesetaraan wanita di mana-mana. Tulisan
nya memenangkan beberapa penghargaandi antaranya Is
lamofobia Tahun ini yang dianugerahkan oleh sekelompok
aktivis yang menahbiskan diri mereka sebagai Komisi Hak
Asasi Islam. Mereka menyandingkan Toynbee bersama Nick
Griffin, pemimpin Partai Nasional Inggris dan seorang rasis
yang blak-blakan. Saya sangat syok, Toynbee mengakui. Ta
pi itulah yang terjadi kalau Anda berbicara lantang... Dan tentu
saja, saya menerima begitu banyak surel dari seluruh dunia
karena ini. Saya mendapatkan ribuan sehari, yang sangat kasar,
amat sangat kasar, dan sangat mengancam. Hati-hati dengan
anak-anakmu; kami tahu di mana kau tinggal.

111

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Massoud Shadjareh, salah seorang yang memahkotai Toyn


bee Islamofobia Tahun ini, mengakui bahwa kami perlu
bertemu dan berdiskusi. Tapi, ia secara tegas menambahkan,
Ada batasan
nya untuk itu. Dan tentu saja, ia akan men
definisikan batasan itu secara sepihak. Shadjareh lanjut mem
bandingkan feminis Toynbee dengan Nazi anti-Semit. Aneh,
karena di tempat lain Shadjareh mendorong terjadinya per
cakapan yang bersemangat tentang HAM. Setiap kali kami
mengesampingkan seseorang dari wacana ini karena berda
sarkan minat tertentu mereka [yang dipersepsikan], kami men
ciptakan lagi korban baru dari pelanggaran HAMyaitu, sese
orang yang diabaikan kesempatannya untuk mengekspresikan
fungsi mereka sebagai makhluk rasional.
Kebetulan, Komisi Hak Asasi Islam sering menjadi kon
sultan bagi PBB, sehingga Shadjareh tahu bagaimana menyi
sihkan Toynbee yang tidak benar secara budaya (culturally
incorrect) dari pertemuan dengar pendapat yang utuh dan
adil. Ia bisa dengan gampang berlindung di balik pernyataan
para antropolog Amerika tahun 1947 di PBB, atau di salah
satu badan PBB terkemuka yang menganut politik membeo
terhadap pernyataan tersebut. Pada bulan Juni 2008, David
Littman dari Association for World Education (Asosiasi untuk
Pendidikan Dunia) menghadap ke Dewan Hak Asasi Manusia
PBB. Di sana ia mengajukan bahwa Syekh Agung Universitas
Al-Azhar mengeluarkan fatwa yang menentang kejahatan
merajam wanita sampai mati. Saat itu, delegasi Mesir, Amr
Roshdy Hassan, menyela, Islam tidak akan dikritik keras di
dalam Dewan ini! Dikritik keras? Karena menawarkan jalan

112

IRSHAD MANJi

untuk solusiIslamireligius? Lubang kelinci relativisme pun


semakin dalam dan gelap.
Aku tak bisa menyalahkan siapa pun yang merasa bingung
dengan keanehan yang telah menginfeksi multikulturalisme.
Berpeganganlah erat-eratsebentar lagi aku akan membantu
mu mencari jalan keluar dari lubang kelinci ini. Tapi, pertamatama, kita perlu melihat kenyataan mengenai politik yang
membangkitkan kesengsaraan pada kelompok yang ada saat
ini.
The Organization of the Islamic Conference/OIC (Organisasi
Konferensi Islam/OKI) adalah perhimpunan lima puluh tujuh
negara mayoritas Muslim. Beberapa tahun terakhir ini, OKI
mendorong resolusi yang bermuatan-kehormatan melalui PBB.
Menggunakan istilah Memerangi Penistaan Agama, resolusi
ini mencerminkan logika busuk dari kehormatan tribal. Ke
hormatan tribal mengubah korban menjadi penjahat dengan
membebankan kepada mereka tanggung jawab karena menodai
reputasi keluarga dan, lebih luas lagi, komunitas mereka. (Ingat
kasus anak-anak Detroit?). Dengan menggunakan penalaran
ala budaya, Dewan Hak Asasi Manusia telah membatasi in
tervensinya terhadap perajaman wanita. Dewan ini juga me
nolak pembahasan tentang anak gadis berusia sembilan tahun
yang dijodohkan. Semua hanya karena diplomat Muslim me
ngecam bahwa penyingkapan kawin paksa dan perajaman me
rupakan penistaan Islam.
Tidak mengapa bila kejahatan-kejahatan itu menistakan
Allah karena menyelubungi budaya buatan-manusia sebagai
perintah ilahi. Tidak mengapa bila Islamofobia yang sebenar
nyapara Muslim yang merendahkan derajat cinta Sang Pen

113

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

cipta dan pengampunan Al-Quranmenampilkan diri mereka


sebagai korban Islamofobia. Tak mengapa bila drama kekuasaan
tak berperikemanusiaan diakomodasi oleh Dewan Hak Asasi
Manusia. Tak mengapa bila permainan terkutuk itu melukai
hati banyak Muslim yang tak punya suara di dalam koridor
PBB yang terlalu berhati-hati terhadap budaya. Perasaan ter
singgung hanya akan berarti ketika dialami oleh mereka yang
memiliki otoritas untuk mendefinisikan penghormatan pada
budaya, dan karenanya, mendefinisikan budaya itu sendiri.
Dalam pembelaannya, OKI keberatan dengan tren-tren
baru yang mengancam rangka multikultural di dalam banyak
masyarakat kita. Tren yang dirancang oleh editor Denmark,
pembuat film Belanda, dan guru-guru di Inggris bersenjatakan
teddy bear bernama Muhammad. Tapi tren-tren baru ini tidak
menjelaskan mengapa Pakistan menyampaikan resolusi anti
penistaan agama yang pertama di PBB pada tahun 1999se
belum 9/11, sebelum krisis kartun, dan sebelum George W.
Bush. Tetapi yang bisa menjelaskan adalah satu pernyataan
yang sering diulang-ulang dan menjadi pegangan OKI: bah
wasanya hak fundamental dan kebebasan seharusnya ti
dak hanya dinikmati oleh individu semata tetapi juga oleh
kelompok-kelompok dan masyarakat.
Tuntutan hak budaya semakin banyak didengungkan
bahkan di luar Islam. Pada bulan Juli 2009, Irlandia memper
barui UU tentang Penistaan Agama. Menteri Kehakiman me
misahkan imigrasi dengan alasan untuk mengadaptasi kons
titusi di negaranya, yang hanya melindungi agama Kristen.
Tetapi kenapa tidak sekalian saja menghapus klausa penis
taan? Dengan begitu, tak ada komunitas agama yang akan

114

IRSHAD MANJi

memiliki pelindung konstitusional yang melindunginya dari


pandangan orang lain. Setiap komunitas bisa dengan bangga
menjelaskan secara terperinci apa yang mereka yakini karena
demokrasi liberal melindungi pilihan-pilihan yang dibuat de
ngan bebas, termasuk pilihan untuk tidak beragama. Sang
Mahakuasa tidak butuh alat pencegah politik: wakil-wakil-Nya
yang menunjuk diri sendirilah yang butuh. Para pengambil
kebijakan di Irlandia, sebagaimana OKI, telah memfitnah Sang
Pencipta yang sesungguhnya dapat menerima gangguan kecil
seperti skeptisisme manusia.
Lebih busuknya lagi, bagaimana Gereja Katolik melindungi
politik kekuasaan dengan alasan sensitivitas budaya. Pada
bulan Januari 2008, Vatikan menerapkan hak untuk tidak
boleh dicela. Polisi di Sydney, memperlihatkan kekuasaan yang
tak pernah dilakukan sebelumnya, yaitu dengan menangkap
siapa pun yang mengganggu peserta Hari Pemuda Dunia yang
disponsori Vatikan. Gangguan apa yang bisa ditimbulkan se
seorang? Dengan mendekati daerah festival memakai kaos
yang membela aborsi, kondom, atau orang-orang yang selamat
dari pelecehan seksual. Tidak butuh protes besar-besaran ka
lau kaos katun T-irani bisa melakukannya. Untuk kejahatan
melawan Tubuh Kristus (sebutan lain untuk Gereja Katolik
penj.), hukumannya bisa jadi penggeledahan setengah telan
jang, yang menunjukkan bahwa ketelanjangan memiliki tempat
nonreproduktifnya. Bayangkan! Di akhir bulan itu, pengadilan
federal Australia membatalkan UU yang mengatur kekebalan
Vatikan terhadap penghinaankemunduran kecil dalam gam
baran yang lebih besar.

115

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Jari Paus juga meninggalkan sidiknya pada kasus yang


melibatkan Hak-Hak Sikhsekali lagi, hak-hak suatu ke
lompok (seperti yang didefinisikan oleh pialang kekuasaan)
melebihi hak seorang individu sebagai anggota kelompok.
Beberapa tahun lalu, Gurpreet Kaur Bhatti, seorang Sikh kon
tra-budaya, berencana untuk mementaskan drama di Birming
ham, Inggris. Berjudulkan Behzti (Aib), drama ini menyingkap
rahasia umum melalui penggambaran pelecehan seksual di da
lam kuil. Juru bicara Sikh, yang diundang untuk menghadiri
geladi resik, memanfaatkan kesempatan ini untuk memprotes
penggambaran negatif itu. Negosiasi di antara mereka ber
jalan alot namun Teater Birmingham pantang mundursam
pai beberapa Sikh religius menyerbu tempat itu. Ketika polisi
angkat tangan, Behzti dihentikan dan Bhatti harus hidup dalam
persembunyian.
Sementara itu, perwakilan Paus di Birmingham langsung
menyuruh si penulis naskah mencium cincinnya (sebuah tradisi
dalam keuskupan sebagai tanda penghormatanpenj.). Uskup
Agung Vincent Nichols berkata, Pelanggaran yang disengaja,
walaupun berbentuk fiksi, terhadap tempat ibadah agama Sikh
sama saja merendahkan tempat ibadah semua agama. Ia pasti
tahu bagaimana pelanggaran seksual merendahkan tempat iba
dah, mengingat betapa panasnya tuntutan pelecehan seksual
terhadap Gereja. Seandainya keuskupan Birmingham men
dukung keberanian moral Bhatti, maka ia akan menghadapi
seruan-seruan untuk mengakui adanya perilaku pastor yangseperti-behzti. Lebih aman menyebarkan mitos tentang hakhak budaya supaya budaya memperoleh semacam radiasi-rasemosional dan membuatnya berbahaya untuk dipertanyakan.

116

IRSHAD MANJi

Strategi ini mencapai puncaknyaatau lembahnya, begitu


menurutkupada saat pekan paskah 2010. Ketika skandal se
jumlah pelecehan seksual mencengkeram Vatikan. Penasihat
pri
badi Paus memperlihatkan sikap budaya-sebagai-rasnya.
Pend. Raniero Cantalamessa mengumumkan bahwa seorang
teman Yahudi mengirimkan surat yang menyamakan tuduhan
terhadap gereja itu seperti anti-Semitisme. Teman pendeta itu
menyatakan kalau orang Yahudi segera mengenali gejala-ge
jala yang sama, di kalangan mereka, penggunaan stereotip
itu. Kalkulasi Cantalamessa? Dengan budaya sebagai ras baru,
mereka yang menyingkap sisi buruk tradisi bisa disingkirkan
sebagai fanatik.
Jika tradisi yang dipertanyakan adalah non-Barat, politik
kekuasaan akan terasa kental. Cap non-Barat seharusnya tidak
berarti apa-apa mengingat bahwa peradaban bersifat universal,
sebagai gabungan pengaruh dari semua penjuru. Tetapi hati kita
yang-mendambakan-identitas bergumul dengan kebenaran itu,
sehingga kita memperkuat identitas pemurni tidak hanya me
lalui emosi. Itulah cara lain orang yang cerdas bisa jatuh ke
lubang kelinci relativisme. Di Frankfurt, seorang perempuan
kelahiran Maroko yang dipukul suaminya mengajukan perce
raian kilat. Hakim menolaknya karena dalam budaya Maroko,
bukan hal aneh kalau suami menggunakan hukuman fisik ke
pada istrinya. Hakim ituseorang wanitadicopot dari ka
sus, tapi sesudah jurnalis mengeksposnya. Apakah pihak ber
wenang di Jerman menyingkirkan Madam Keadilan sebagai
tindakan pencitraan saja? Atau mereka secara tulus mengakui
bahwa budaya tidak berarti apa-apa tanpa individu yang ber
tindak atas namanya? Firasatku, bukan yang terakhir.

117

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Karena itu, izinkan aku menjelaskan secara terperinci me


ngapa budaya, bahkan ketika berposisi sebagai agama yang
sakral, tidak pantas memiliki hak. Budaya bukanlah makhluk
suci dengan kehendak bebas dan nurani; individulah yang
demikian. Budaya tidak bicara untuk dirinya sendiri; manusia
lah yang bicara untuknya. Memberikan hak pada sesuatu yang
bisa langgeng hanya melalui penilaian, persepsi, dan tindakan
manusia sungguh lebih dari keterlaluanberbahaya sekali ka
rena memperkuat kekuasaan yang sudah kuat.
Unni Wikan adalah seorang antropolog dengan keberani
an moral. Ia merupakan mantan peneliti PBB yang bidang ker
janya membawa dia sampai ke Mesir dan memiliki spesialisasi
di bidang perkembangan anak. Selama lima belas tahun ter
akhir, Wikan telah menganalisa bagaimana negaranya Norwe
gia melucuti hak-hak anak Muslim imigran dengan meletakkan
budaya orangtua mereka sebagai landasan utama. Para pem
buat kebijakan, pekerja sosial, dan guru berasumsi bahwa anakanak Muslim dimiliki oleh budaya dari mana ayah dan ibu
mereka berasal, satu asumsi yang mencabut rasa keterikatan
yang penuh makna dari anak-anak ini terhadap tempat tinggal
mereka secara de facto, Norwegia.
Imigran Muslim bukanlah satu-satunya yang bersalah di
sini. Proses bermasalah ini tumbuh subur di kalangan penjilat
pribumi Eropa. Terlepas dari Pencerahan Eropa di abad ke18, banyak orang Eropa menjilat ke budaya seolah budaya itu
orang suci di abad ke-14 yang pantang ditanya-tanya. Wikan
menulis:

118

IRSHAD MANJi

Budaya sering digambarkan seakan-akan memiliki oto


ritas yang tidak boleh disandingkan dan diperbanding
kan. Padahal, otoritas itu sebenarnya bersandar pada
mereka yang memegang tampuk kekuasaan. Beberapa
orang memiliki hakatau mengambil hakuntuk
mendefinisikan apa yang penting, dan hasilnya, adalah
kebenaran otoritatif, sering disebut sebagai budaya.
Budaya dan kekuasaan saling berdampingan, di semua
kelompok masyarakat, di sepanjang masa.
Mengangkat hal yang sama, aku pernah terlibat dalam adu
pandangan dengan seorang sarjana Suriah. Kami bertemu di
sebuah konferensi mengenai keamanan global di Washington
D.C. Setelah aku berceramah tentang kebangkitan ijtihad, se
mangat Islam untuk berpikir kritis, sarjana itu mengambil
mikrofon. Ia mendukung isi pesanku dengan satu tambahan:
sudah ada Konsensus Islami mengenai isu-isu penting. Aku
bilang padanya, sampai kaum Muslim dapat mengatasi rasa
takut mereka untuk mengekspresikan diri, konsensus apa
pun adalah ilusi karena hanya segelintir orang dengan hakhak istimewa yang merasa aman untuk bersuara. Aku meng
gambarkannya sebagai konsensus dari mereka yang memiliki
kepastian. Sarjana itu menggeleng kepala dengan jengkel
tidak mengejutkan karena dia adalah bagian dari elite yang
ingin membungkam suara-suara. Itulah hubungan budaya/
kekuasaan yang tersaji secara utuh.
Dengan berpura-pura bahwa budaya memiliki legitimasi
nya sendiri, kita memastikan kalau anggota kelompok yang
percaya-diri akan selalu menguasai anggota terlemah. Sen

119

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

sitivitas pada perbedaan, yang sama sekali tidak dipertimbang


kan, akhirnya menghasilkan musuh dari sensitivitas: toleransi
terhadap penyalahgunaan kekuasaan. Dalam konteks tribal, itu
jelas mematikan. Surel berikut datang dari Ann, seorang pem
baca dari Amerika Serikat:

Seorang tetangga dekat baru saja pensiun sebagai kepala pe


rawat bagian luka fisik di sebuah rumah sakit besar di New
York. Ia memegang posisi itu selama dua puluh tahun lebih
dan memberitahuku kalau ia tidak pernah melihat kekerasan
yang begitu banyak terhadap perempuan sebagaimana yang
dialaminya lima tahun terakhir, yang kebanyakan terjadi di
kalangan perempuan Muslim, yang umumnya berasal dari
Pakistan. Ia masih marah dengan pemukulan sadis yang
dilakukan oleh suami dan kerabat laki-laki mereka.
Sudah menjadi tanggung jawabnya untuk memberitahukan hakhak hukum mereka dan menyarankan mereka untuk mengajukan
tuntutan, agar mereka dapat keluar dari siklus kekerasan. Berkalikali bantuan itu ditolak, sering kali diiringi dengan kalimat, Anda
tidak mengerti, ini bagian dari budaya kami. Laki-laki memiliki
hak untuk melakukan ini. Tetangga saya pun diberitahu oleh
banyak perempuan muda bahwasanya saudara laki-laki mereka
mulai membantu sang ayah memukuli mereka, begitu memasuki
usia 15 atau 16 tahun.
Isu ini harus dibawa ke publik. Tingkat kebenaran politik yang
menjalar di berbagai diskusi tentang Islam hanya membantu
mempertahankan agama, dan pengikutnya berada di zaman
kegelapan.
Kaum Muslim, jangan teralihkan oleh penyebutan Islam
dan bukan budaya oleh Ann. Kita belum membuktikan pada

120

IRSHAD MANJi

nya bahwa tribalisme bisa dihapuskan dari praktik keislaman.


Untuk saat ini, adalah tugas kita untuk menganggap kepri
hatinan Ann ini sebagai pengakuan bahwa wanita Islam ada
lah manusia di atas segala-galanya. Oleh karena itu, mereka
berhak memiliki martabat manusia sebagaimana yang lain
nya. Lebih baik memiliki ekspektasi yang tinggi seperti yang
Ann lakukan daripada memelihara kecurigaan bahwa semua
Muslim menganut adat yang brutal, lalu mengapa harus pe
duli mengatakan sesuatu? Untungnya, Ann peduli. Ada se
suatu dalam perkataannya, Tidak harus seperti ini. Dengan
menuliskannya, mungkin saya bisa melakukan bagian saya.
Itulah petunjuknya, teman-teman Muslim, melakukan bagian
kita. Jadilah Muslim yang kontra-budaya. Bersuaralah. Tun
jukkan individualitasmu yang memancar. Dan pahamilah
bahwa hak-hak budaya seharusnya tidak diterapkan dalam
Islamo-tribalismejika kita menginginkan alasan untuk meng
hilangkan tribalisme dari frase berbahaya itu.
Kaum non-Muslim, kalian pun bisa melakukan lebih dari
Ann. Baik yang berkedudukan sebagai konselor sekolah, ma
najer perusahaan, pendidik di perguruan tinggi, atau pem
buat kebijakan daerah, kalian seharusnya bilang kepada para
Muslim bahwa kalian mengharapkan kami menjadi individu
daripada sebuah produk rakitan budaya. Ini artinya, kalian
percaya pada kemampuan individualitas kami, yang mungkin
akan menuntut kalian untuk mengintrospeksi hal-hal apa
yang diremehkan oleh orang-orang baik di era multikultural
ini. Suatu malam di atas kapal feri, seorang antropolog, Anne
Knudsen, bertemu dengan wanita keturunan Denmark-Turki
yang melarikan diri dari suaminya. Sang suami sering me

121

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

nyiksanya dan wanita itu sekarang memerlukan bantuan dari


keluarganya di Istanbul. Knudsen bertanya mengapa pekerja
sosial Denmark tidak turun tangan. Mereka! balas wanita itu.
Mereka hanya berpikir ini adalah budaya! Tetapi kerabatnya
di Turki adalah orang-orang modern.
Aku memahami orang-orang non-Muslim yang menyerah
dan mencetus, Hah? Bagaimana aku tahu kalau seorang wa
nita Muslim bisa memanfaatkan bantuanku?! Irshad, kau baru
saja menceritakan kepada kami tentang wanita-wanita Pakistan
yang mengklaim penyiksaan terhadap istri sebagai budaya
mereka. Sekarang kau bilang kepada kami, seorang wanita
keturunan Denmark-Turki tidak suka mendengar bagaimana
budaya menjustifikasi penyiksaan terhadap istri. Apa maksud
nya? Selesaikan sendiri dan kirim kami jawabannya. Mengerti.
Dua cerita ini menyoroti dilema yang bisa, dalam beberapa
kasus, dipecahkan.

Jawabannya ada hubungannya dengan bagaimana kita meli


hat potensi orang lain. Kenan Malik, seorang kritikus Inggris
terhadap dogma multikultural dan aktivis antirasisme vete
ran, memaparkannya sebagai berikut: pikirkan kata ke
ter
ikatan dan kapasitas. Dalam analisis Malik, keterikatan
mengimplikasikan kekakuan. Kapasitas, di pihak lain, meng
impli
kasikan keluwesan. Kita harus memilih mana bingkai
yang akan digunakan untuk memandang orang lain. Jika kita
memersepsikan orang melalui bingkai keterikatan, maka kita
memilih untuk melihat mereka seperti orang yang terikat dan
tidak mampu tumbuh. Tetapi jika kita memersepsikan mereka

122

IRSHAD MANJi

melakukan bingkai kapasitas, maka kita memberikan ruang ke


pada mereka untuk tumbuh mekar menjadi diri mereka sendiri.
Contoh wanita-wanita Pakistan tadi. Mereka bilang ke
tetangga Ann, si kepala perawat di rumah sakit New York,
bahwa mereka tidak bisa menerima intervensi karena budaya
mereka menyetujui pemukulan terhadap wanita oleh pria. Ann
bisa saja menafsirkan klaim mereka mengandung arti, Kami
terikat oleh budaya versi ini, jadi mundurlah. Tapi seandainya
mereka mengatakan, Kami tak bisa menanggung kehidupan
lain sendiri, dan sebelum kami mampu, panduan kami hanyalah
budaya yang kami tahu. Lalu apa? Lalu bingkai kapasitas
yang masuk. Jika wanita-wanita ini mampu memimpikan ke
hidupan yang bebas dari bilur dan lebam, maka dengan lebih
banyak pilihan, mereka akan mungkin mengambil keputusankeputusan yang baru. Mungkin.
Aku sadar, bagi kita yang bersuka cita dalam individualitas,
keterikatan merupakan suatu tindakan afirmatif. Mohon ma
af untuk umat Buddha yang percaya bahwa segala penderita
an berasal dari keterikatan, tapi bukankah kau sangat suka
terikat dengan pasanganmu? Atau dengan anak-anakmu? Atau
dengan hobimu? Atau, sepertiku, dengan tujuan hidupku. De
ngan memiliki kehendak bebas, ini semua bisa menjadi keter
ikatan yang positif. Namun Malik meminta kita berempati
dengan mereka yang tidak memiliki kebebasan untuk mengenal
dirinya sebagai individu, mereka yang menempatkan identitas
tribal sebagai integritas pribadi.
Kristen Evangelis dan Yahudi ultra-ortodoks secara rutin
meng
hubungiku terkait persoalan pelik ini. Bagi banyak
orang, tempat mereka di dalam tatanan sosial bergantung

123

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

pada apakah mereka mengikuti aturan-aturan yang didiktekan


kepada mereka. Mereka ingin ruang bernapas tetapi tidak
tahu bagaimana mendapatkannya karena, sejauh ini, budaya
kelompok agama mereka menentukan nilai manusia (human
worth) mereka dan budaya berjemaah adalah satu-satunya kom
pas yang mereka miliki. Secara alamiah, mereka terikat de
ngan itu. Setelah membaca buku ini, mereka akan memiliki
kompas berbedayang memperlihatkan pilihan-pilihan baru.
Aku tidak memaksakan pilihan-pilihan ini kepada mereka, tapi
aku bisa menjelaskan bahwa dogma bukanlah batu karang se
bagaimana yang tampak; dogma tidak pernah merasa aman
dan memaksa kita untuk melekat padanya. Keyakinan, di sisi
lain, memiliki kepercayaan diri dan membebaskan kita untuk
bereksplorasi. Aku memiliki keyakinan pada potensi mereka
untuk tumbuh, maka aku mengadopsi lensa kapasitas, bukan
keterikatan.
Ann, juga, memandang wanita-wanita Pakistan itu melalui
lensa kapasitas daripada keterikatan. Ia memuliakan mereka
dengan sisi kemanusiaan yang dinamis. Alih-alih sebagai makhluk
statis dan barang pusaka budaya yang diawetkan di masa lalu
seseorang, ia melihat wanita-wanita itu layak sebagai individu
dengan kesempatan untuk membentuk masa depan mereka
sendiri. Setidaknya, beberapa pekerja sosial di Denmark dapat
belajar dari Ann. Mereka yang ditugaskan untuk membantu
wanita di kapal menuju Turki memandangnya sebagai kor
ban keterikatan yang tak berdaya. Tetapi, perhatikan baikbaik, wanita ini tidak merasa menikahi budaya asal suami
nya. Bahkan, ia menggunakan kata modern untuk meng
gambarkan keluarganya di Istambul, sungguh kontras yang

124

IRSHAD MANJi

tajam dengan kelompok komunalis di agen pelayanan sosial


Denmark.
Kata modern oleh wanita Muslim itu diartikan sebagai
menghormati individualitas seseorang. Berbeda sekali dari
istilah kesewenang-wenangan, definisi ini datang langsung
dari zaman Pencerahan Eropa, suatu proyek yang berupaya
untuk menggantikan pola pikir bangsa Eropa yang feodal
dan hierarkis dengan etos pencapaian, yang mengunggulkan
individu dengan hak untuk melampaui status sosial yang di
warisinya. Namun, penyerahan diri yang buta pada budaya
tribal telah meracuni penyerapan Pencerahan, seperti juga hal
nya dalam penyerapan Islam. Baik Islam maupun Pencerahan
telah dikhianati oleh penikmat mereka yang tak peduli.
Dengan demikian, benturan bukanlah terjadi antara Islam
dan Pencerahan, melainkan antara praktisi di dalam setiap
tradisi yang mencekik individualitas, dan sekaligus kapasitas
nya. Orang-orang Muslim yang melihat ini terjadi di kalang
an mereka perlu menegur teman-teman mereka. Begitu pula
dengan kaum non-Muslim. Bayangkan kalau kita semua
mengusahakan satu langkah ekstra? Bagaimana jika kita ber
suara tetapi yang lainnya menyalahgunakan tradisi? Wanita
keturunan Denmark-Turki itu mengambil langkah ini dengan
menggambarkan kecenderungan antimodern dari pekerja so
sial yang harus bertengkar dengannya. Permasalahannya tidak
lantas berkurang, aku tahu, tetapi jika lebih banyak Muslim
yang mengekspos bagaimana orang-orang Eropa yang ter
cerahkan tanpa sadar dapat bertindak tribal di zaman seka
rang, mungkinkah pesan ini bisa sampai? Bagaimanapun ju
ga, hal ini harus dimulai dari umat Muslimkarena memiliki

125

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

kredibilitas! (lelucon yang buruk). Paling tidak, kita menanam


kan benih-benih introspeksi pada orang-orang yang mengira
dirinya telah menolong. Padahal tidak.
Sekarang, bayangkan kalau orang non-Muslim mengatakan
hal yang sama ke Islamo-tribalis. Di bab sebelumnya, aku
membahas seorang imigran Mesir di Quebec yang mendaftar
ke kelas bahasa Prancis. Berulang kali instruktur mencari cara
untuk mengakomodasi kebutuhan wanita itu, tapi dia menolak
membuka cadarnya. Hal ini tidak sejalan dengan fakta bahwa
penilaian yang adil untuk pelafalan (pronunciation) mensyaratkan
si instruktur untuk melihat gerakan mulut setiap muridnya.
Akhirnya, wanita itu pun dikeluarkan dari kursus. Tiga ming
gu kemudian, Quebec mengumumkan niat mereka untuk me
larang pemakaian hijab di semua kantor pemerintahandan
menolak memberikan pelayanan publik yang pokok pada wa
nita bercadar, sekalipun dia membayar pajak.
Suatu reaksi yang berlebihan, menurutku, terhadap kebo
dohan Islamo-tribalis. Daripada membiarkan berkepanjangan
seperti itu, si instruktur bisa saja mengatakan kepada muridnya,
Anda menuntut saya untuk menyetujui tribalisme, bukan Islam.
Maaf, tapi tribalisme bukan agama yang diakuiIslam. Dan
jika Anda tidak tahu, Al-Quran dengan jelas mengatakan bah
wa tidak ada paksaan dalam beragama. Sebagai Muslim, Anda
memiliki fleksibilitas saat dibutuhkan. Sebagai instruktur An
da, saya memberitahukan Anda bahwa hal itu dibutuhkan
sekarang. Wanita itu mungkin akan kesal mendengar ucapan
tersebut. Alangkah sayangnya. Tetapi pastinya ia akan mere
nungkan kata-kata instruktur itu nanti. Begitu juga pria Muslim
Swedia yang tidak mau berjabat tangan dengan CEO wanita

126

IRSHAD MANJi

karena Islam. Tidak, ia mungkin tak sanggup mendengarnya,


bukan karena Islam. Tapi karena budaya tribal. Islam sendiri
memiliki kemampuan yang lebih luwes dibandingkan yang kau
perlihatkan. Sebagai Muslim, kau mampu juga melakukannya.
Daniel Bacquelaine, seorang anggota parlemen Belgia, ter
jun ke arah itu pada saat debat negaranya tentang cadar di bu
lan April 2010. Ia berkata kepada para jurnalis, Tidak ada di
Islam, Al-Quran, atau Sunnah yang memaksakan bentuk baju
ini. Bagiku, sepertinya hal ini lebih sebagai tanda ideologis
atau politis. Bravo Bacquelaine! Ia menerjang kaum Islamotribalis dengan fakta-fakta yang tidak nyaman. Masalahnya,
ia mengajukan pernyataan penting ini sebagai dukungan atas
undang-undang untuk mengkriminalisasikan cadarsatu kon
teks yang langsung disambar oleh kaum Islamo-tribalis untuk
mengumumkan bahwa demokrat sekuler telah me
lakukan
pe
mak
saan. Dengan demikian, kebenaran dalam analisis
Bacquelaine pun hilang bagi kaum Muslim yang perlu dipro
gram ulang dari tribalisme ini.
Seharusnya, kita tidak menunggu isu-isu ini menjadi san
tapan perundang-undangan. Di dalam interaksi keseharianlah,
Muslim dan non-Muslim harus saling menekan demi meng
hidupkan aspek-aspek positif dari tradisi kita. Awalnya, tidak
akan ada orang yang dengan mudah menerima upaya ini. Jangan
harap kau akan menerima kartu Hallmark berucapkan terima
kasih dalam surelmu. Tetapi kebajikan berbagi ada di pihak
mu. Al-Quran mengajarkan, Tuhan tidak mengubah nasib
suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan yang ada pada
diri mereka sendiri. begitu juga pemikir zaman Pencerahan
Jean-Jacques Rousseau menegaskan hal yang sama, Karakter

127

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

manusia yang utama adalah kemampuan memperbaiki diri.


Aku tak bisa memikirkan alat penunjuk arah yang manusiawi
apalagi selain kompas yang menunjuk kepada kapasitas.
Ada baiknya aku memberikan contoh terakhir tentang
bagaimana menggunakan kompas kapasitas dalam situasi yang
sulit. Aku akan mendemonstrasikan, sekali lagi, betapa mu
dahnya orang-orang Eropa sering menelan budaya tribal wa
laupun merasa sudah menerapkan politik yang tercerahkan.
Unni Wikan mengingat suatu debat publik di mana ia dan
seorang tamu lagi bertanya pada pemimpin-pemimpin partai
politik tentang kualitas kehidupan imigran di Oslo. Penanya
kedua, yang lahir di Bosnia, sudah tinggal di Norwegia selama
dua puluh tahun dan memperkenalkan dirinya secara empatik
sebagai orang Norwegia, bukan Bosnia. Ia datang dengan
satu pertanyaan khusus buat para kandidat, Mengapa jika
seorang Norwegia yang tidak membiarkan putrinya menikahi
imigran, disebutnya rasisme, tetapi jika seorang imigran tidak
mengizinkan putrinya menikah pria Norwegia, disebutnya bu
daya? demikian kenang Wikan. Para politikus itu tidak bisa
menjawab, maka pria yang bertanya itu berpaling ke aku sete
lahnya dan bertanya, Menurut Anda mereka tidak mengerti
pertanyaanku?
Oh, mereka paham pertanyaannya, tapi yang patut dipikir
kan adalah mengapa pertanyaan itu membuat mereka diam.
Firasatku? Semua pemimpin politik ini memandang orang Nor
wegia otentikkulit putih kelahiran pribumimelalui bingkai
yang berbeda dari yang mereka gunakan untuk memandang
kaum imigran. Orang Norwegia otentik memi
liki kapasitas
pada diri mereka. Kalian mampu bergerak melampaui pra

128

IRSHAD MANJi

sangka budaya Nordik yang sudah dianggap kuno, aku bisa


mendengar politikus-politikus itu meyakinkan seorang sau
dara, rekan, atau teman. Karena aku tahu kau mampu lebih
baik dari itu, maka harus kukatakan kau adalah rasis yang
serba-tanggung. Memang tidak ada alasan untuk menghen
tikan putrimu menikahi pria sopan seperti Haneef. Pergilah ke
fjord (teluk) dan bersantailah.
Tapi bagaimana kalau skenarionya terbalik, di mana orang
tua Haneef menghapus harapan putri mereka untuk menikahi
Lars? Itu bukan rasisme melawan kami, seorang Eropa pro
gresif mungkin akan protes. Itu adalah budaya mereka.
Asumsi dibalik itu: Orangtua Muslim Haneef merasa terikat
pada cara tertentu untuk berperilaku. Sungguh? Maukah poli
tikus-politikus itu menantang orangtuanya Haneef untuk me
lakukan hal sebaliknya, seperti seorang Norwegia berharap
untuk ditantang? Jika tidak, mengapa tidak mau? Mengapa
me
miliki keyakinan terhadap yang satu dan merendahkan
yang lain?
Kenan Malik mengusikku dengan satu wawasan tentang
negaranya, Inggris Raya. Pada tahun 1955, Kantor Kolonial me
mutus
kan bahwa Banyaknya komunitas berwarna se
bagai
ciri yang nampak di kehidupan masyarakat kita akan me
lemahkan... konsep Inggris atau Inggris Raya yang mengikat
orang-orang keturunan Inggris di seluruh Persemakmuran.
Astaga. Keterikatan mereka tidak terlalu melekat, ya? Ternyata,
pemerintahan merendahkan orang-orang itu. Walaupun be
berapa orang keturunan Inggris merasa gelisah (atau jijik)
dengan heterogenitas di sekeliling mereka, kebanyakan orang
Inggris sudah berkembang. Apakah kau akan mengatakan

129

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

bahwa kesediaan mereka untuk tumbuh membuat orang-orang


keturunan Inggris kurang asli keinggrisannya?

Pertanyaan-pertanyaan ini seharusnya membantu Muslim dan


non-Muslim berpikir jernih mengenai bagaimana mereformasi
diri sendiri demi kebaikan yang lebih besar. Umat Muslim
harus memanfaatkan kapasitasmari kita jangan kehilangan
pandangan dari kata ituuntuk mengobarkan jalan Islam yang
lapang. Mari lakukan itu dengan menolak kecenderungan tribal
dan bersuara sebagai individual. Bersuaralah yang kencang.
Jangan khawatirkan kemarahan dari otoritas agama. Protes
kita adalah dengan budaya mereka, bukan Pencipta mereka.
Melengkapi diri kita dengan pengingat ini, serta mengingatkan
keluarga kita mengenai hal ini, akan menumpulkan gigitan
para sesepuh otoritas dan menjadi bagian dari pelindung emosi
kita.
Pada waktu bersamaan, untuk memperbaharui janji Pen
cerahan, kita semua perlu memodernisasi persepsi kita me
ngenai Islam otentik. Jika kita bersandar kepada kaum Islamotribalis untuk mewakili Islam, maka pencerahan akan me
nemui kiamat. Semangat bertanya, yang diperbolehkan oleh
Al-Quran dan digalakkan oleh filsuf, akan digantikan dengan
penyelidikan lebih banyak lagi terhadap Barat yang rasis
dan Muslim yang pembenci-diri. Kita perlu membuktikan
Muslim kontra-budaya adalah bernilai di hadapan Allah, baik
melalui perbincangan sehari-hari antar kita, antar ulama atau
dengan media.

130

IRSHAD MANJi

Tidak diragukan lagi, kau akan mendengar para Islamotribalis menuduh Muslim kontra-budaya pilih-pilih ayat yang
menguntungkan mereka dari Al-Quran. Beritahukan kepada
mereka bahwa dengan menyimpang dari bagian-bagian AlQuran yang pro-kebebasan, mereka pun sama juga selektifnya.
Bedanya, Muslim kontra-budaya memperluas pilihan bagi se
mua orang karena kita menerima bahwa Tuhan dan tidak ada
yang lainnya yang memiliki kebenaran sejati. Paham mono
teisme kita mengakui Sang Pencipta sebagai Hakim dan Juri
Akhir. Tetapi, penggertak-penggertak tribal memainkan peran
Tuhan. Jika itulah satu-satunya Islam otentik yang bisa dibahas,
maka Islamo-tribalis boleh mengatakan itu pada Sang Hakim
Akhir.
Beberapa orang mungkin akan memberi tanggapan bahwa
kau mendapatkan argumen ini dari kafir lesbian Irshad Manji.
Jika demikian, kau memiliki satu kesempatan berharga untuk
bertanya: Apakah kafir lesbian yang menulis surah 3 ayat 7 di AlQuran? Didiklah mereka tentang apa yang secara transparan di
katakan oleh ayat inibahwa ada ayat-ayat yang tersurat dan yang
lain tersirat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong pada
kesesatan, maka mereka akan mengikuti yang tersirat supaya dapat
menyatakan tafsiran tertentu. Ayat ini diakhiri dengan peringatan
terhadap kita bahwa hanya Tuhan yang mengetahui makna dari
kata-kata-Nya. Apakah Irshad Manji menyelipkan kata-kata ini? Jika
tidak, mengapa kalian menyimpang dari Al-Quran dengan mendesak
bahwa tafsiran kalianlah yang paling benar? Apakah kalian termasuk
golongan yang hatinya sesat?
Tidak sedikit Islamo-tribalis, kuduga, yang akan mencoba
mengalihkan perhatianmu dengan berteriak tentang Agenda

131

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

gay-nya Manji dan berkoar-koar bahwa Al-Quran secara jelas


menyatakan homoseksualitas itu dosa. Jika aku boleh mena
warkan pemikiran lebih jauh, lanjutkan mengutip surah 3: 7.
Nah sekali lagi, patahkan keyakinan dengan ayat-ayat Al-Quran
sederhana yang mendorongmu untuk tidak terlalu berlebihan dengan
ayat-ayat yang tersirat. Cerita Sodom dan Gomorahkisah Nabi
Luth dalam Islamtergolong tersirat (ambigu). Kau merasa yakin
kalau surat ini mengenai homoseksual, tapi sebetulnya bisa saja
mengangkat perkosaan pria lurus oleh pria lurus lainnya sebagai
penggambaran atas kekuasaan dan kontrol. Tuhan menghukum ka
um Nabi Luth karena memotong jalur perdagangan, menumpuk ke
kayaan, dan berlaku tidak hormat terhadap orang luar. Perkosaan
antara pria bisa jadi merupakan dosa disengaja (the sin of choice)
untuk menimbulkan ketakutan di kalangan pengembara. Aku tidak
tahu apakah aku benar. Namun demikian, menurut Al-Quran, kau
pun tidak bisa yakin apakah kau benar. Nah, kalau kau masih terobsesi
untuk mengutuk homoseksual, bukankah kau justru yang mem
punyai agenda gay? Dan sementara kau begitu, kau tidak menjawab
pertanyaan awalku: Ada apa dengan hatimu yang sesat?
Untuk bersiteguh dalam menghadapi Islamo-tribalis, kau
perlu berfokus pada perintah utama Islam: bahwa hanya Allah
dan tidak ada selain Allah yang memegang kebenaran mut
lak. Sementara kita, betapapun kasarnya suara atau tinggi
nya jabatan kita, tetap hanya dalam posisi sebagai pencari
kebenaran. Kaum Muslim, begitu kalian selaras dengan pen
dekatan yang penuh kerendah-hatian terhadap keimanan, ka
lian akan memiliki apa yang dibutuhkan untuk menjadi kontrabudaya. Tetapidan ini adalah penting bagi kita semua, ter
masuk non-Muslimkita tidak boleh bersikap rendah hati

132

IRSHAD MANJi

dalam memvalidasi Muslim kontra-budaya. Banyak nyawa yang


dipertaruhkan.

Tiga tahun setelah kunjunganku ke Detroit dan bertemu kaum


muda Muslim Amerika yang hidup dalam dua eksistensi, Samia
mengirim surel ke aku dari kota itu. Ia seorang mahasiswi.
Saya berharap bisa menjadi pengikut Anda di Twitter atau
menjadi penggemar Anda di Facebook, tulisnya, tapi saya
merasa keselamatan dan kewarasan saya akan dipertaruhkan
jika orang lain mengetahuinya. Saya tahu ini sesuatu yang pasti
sudah sering dengar, maka maafkan saya karena mematahkan
semangat Anda bahwa saya tak bisa secara terang-terangan
mendukung Anda. Samia menghubungiku untuk meminta
bantuan memublikasikan ceritanya. Ini mengindikasikan bah
wa ia mampu menunjukkan individualitasnya.
Menurut pengakuannya, ia membutuhkan dorongan se
mangat. Beberapa tahun yang lalu, ia menjalani kekerasan
seksual oleh seorang teman keluarga dan digerogoti rasa ber
salah sejak itu. Samia mengisyaratkan kalau dia tak jauh beda
dari kebanyakan gadis Amerikakecuali perasaannya yang ge
ram terhadap kehormatan keluarga.

Saya tahu di masyarakat Amerika, masyarakat akan mendukung


supaya kejadian ini diceritakan kepada seseorang.... Konflikku
tidak bisa kuceritakan. Bukan karena Aku (ia menekankan) tidak
mau, melainkan karena jika aku bercerita, keluargaku akan mem
benciku. Kehormatan keluarga akan tercoreng, semua hanya
karena sesuatu yang bukan kesalahanku.

133

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Malu, yang diungkapkan Samia, dijunjung tinggi dan


dicegah sedemikian rupa sehingga hati kita steril dari rasa
simpati.
Ia menceritakan kembali bagaimana luapan amarah ibu
nya yang menyengat, yang mendahulukan nama dan kehor
matan keluarga dibandingkan keselamatanku. Malam ketika
terjadinya pelecehan seksual itu, Samia datang terlambat.
Ia ingin ibunya kesal padaku karena ibu khawatir tentang
AKU dan bukan tentang MEREKAyaitu, Muslim lainnya.
Alih-alih, ibunya Samia justru marah besar karena takut para
tetangga Muslim mereka, yang mengintip melalui jendela,
akan menggunjingkan Samia yang pulang larut malam. Saya
ingin cinta, bukan ketakutan, yang ada di keluarga saya. Untuk
sekali saja, saya ingin ibu dan ayah melihat dunia dengan
mata mereka, dan bukan mata tetangga. Untuk melakukan
itu, orangtua Samia harus menghargai gunanya aku yang
berkata, bertindak, dan berpikir. Aku tidak tahu apakah hal
ini sudah terlambat buat mereka, tapi aku tahu ini belum terl
ambat bagi Samia, yang berjuang dengan segenap hati untuk
menyelaraskan nilai-nilai di rumah saya dan nilai-nilai yang
diam-diam diyakini dalam benak saya.
Orangtua Samia, meskipun dari Asia Selatan, memprak
tikkan Islam versi budaya Arab yang mengekspor dua tipe
kehormatan. Dalam masyarakat tradisional Arab, sharaf me
rujuk kepada kehormatan keluarga atau masyarakat, sedang
kan ird mengacu khusus kepada kehormatan wanita. Dalam
kenyataannya, ird menentukan sharaf. Ketika seorang wanita
mencemarkan, maka ia membawa aib bagi keluarga. Semua
anggota keluarga besar akan tercoreng sampai mereka meng

134

IRSHAD MANJi

ambil tindakan drastis pada wanita tersebut. Trad Fayez, se


orang pemimpin suku di Yordania, mendukung analogi berikut,
Seorang wanita ibarat pohon Zaitun. Ketika batangnya ter
kena ulat kayu, maka harus dipotong supaya masyarakat tetap
bersih dan murni.
Bushra, seorang wanita Muslim lainnya, tidak menganut
keterikatan pada adat seperti yang dimiliki pemimpin Yordania
itu. Tapi apakah dia menyadari kapasitasnya? Tidak tanpa
bantuan kita. Warga New York berusia 18 tahun ini mengirimku
surel dengan putus-asa:

Saya lesbian. Saya selalu benci diri saya dan meminta ampunan
dari Allah. Saya hukum diri saya dengan mengiris tubuh. Saya
juga berpikir untuk bunuh diri tapi tahu bahwa saya akan masuk
[neraka] Jahanam. Bahkan saya mencoba untuk suka cowok tapi
tidak berhasil. Jadi rasanya saya tidak bisa mengubah siapa diri
saya, walaupun inginnya bisa. Anda sangat beruntung memiliki
ibu yang menerima diri Anda dan di saat yang sama adalah
Muslim yang saleh. Orangtua saya berpikiran sangat sempit,
kolot, dan ketat. Saya ingin bercerita ke mereka tapi mereka
mungkin akan membunuh saya demi kehormatan atau memaksa
saya menikah dengan orang lain yang mungkin nyaris tidak di
kenal. Anda mungkin mengira saya punya sedikit kebebasan
karena tinggal di New York. Tapi, nyatanya tidak.
Dalam obrolan berikutnya dengan Bushra, aku mengetahui
kalau sudah bertahun-tahun orangtuanya memaksa dia untuk
menikah dengan pria dari negara asal mereka.
Umat Muslim, siapa di antara kalian yang mau berga
bung denganku untuk meyakinkan Bushra bahwa Sang Maha

135

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

kuasa menciptakannya sesuai pilihan-Nya? Siapa yang mau


menjelaskan kepadanya bahwa dengan melawan budaya pe
nyelamatan muka, kita berkontribusi pada budaya penyela
matan iman? Dan karena aku tidak cukup aneh untuk tampil
sendirian, siapa yang akan pergi denganku untuk bicara ke
keluarga Bushra mengenai jalan Islam yang lapang?
Semakin lama kita menunggu untuk mereformasi diri,
maka jalan-jalan ini akan semakin dikotori dengan mayat
seperti Aqsa Parves. Pada Desember 2007, seorang Muslim
Kanada berusia 16 tahun tewas di tangan keluarganya sendiri.
Aqsa sudah lama takut dengan apa yang ayahnya akan lakukan
jika ia bertahan pada keputusannya untuk menolak hijab. Itu
bukan penutup kepala Islami bagi perempuan; hijab adalah
penutup kepala yang dimandatkan oleh kehormatan suku
pra-Islam, yang kemudian dianggap persyaratan agama
yang benar oleh Islamo-tribalis seperti ayah gadis itu. Aqsa
men
curahkan perasaannya pada orang dewasa dan temanteman di sekolah tentang betapa dia merasa lebih aman di
halte dibandingkan di rumahnya. Beberapa guru benar-benar
memahami, tetapi teman-teman sebaya Aqsa menyepelekan
ancaman itu walaupun dia sudah menjelaskan kalau ayahnya
yang kelahiran-Pakistan bersumpah demi Al-Quran bahwa ia
akan membunuh Aqsa jika kabur lagi dari rumah mereka di
Toronto. Teman-temannya meyakinkan dia kalau ayahnya ti
dak mungkin serius. Tiga puluh menit setelah Aqsa kembali
ke rumah dari percobaan melarikan diri yang kedua, Mr. Parves
menelepon 911 untuk bilang ia telah membunuh putrinya.
Penyebab kematian: cekikan di leher.

136

IRSHAD MANJi

Lebih dari dua tahun kemudian, abangnya Aqsa, Waqas,


bergabung dengan pihak yang dituakan oleh keluarga dalam
pengakuan resmi tentang pembunuhan itu. Menurut Surat
Pernyataan yang sudah disetujui, Waqas merasa ter
kekang
seperti Aqsa; ia dilarang, misalnya, menikahi wanita pilihannya.
Ketika polisi menanyakan ibunya Aqsa mengenai pandangan
nya terhadap pembunuhan itu, Mrs. Parves menjawab, Saya
tidak bisa mengatakan apa-apa. Apa pun yang dia pikirkan...
Dia adalah Mr. Parvez, dan pria ini tidak menganggap mencekik
putrinya sebagai tindakan yang memalukan. Padahal, sangat
berkebalikan: Di dalam kode kehormatan tribal, seorang wa
nitalah yang menjadi penanggung aib. Ketika wanita mele
wati parameter moral yang dibuat oleh pria (adat, begitulah
umumnya dikenal), maka ia membawa kehinaan di keluarga
ayahnya. Dia membuatku telanjang, ucap Mr. Parves me
lebih-lebihkan tentang Aqsa. Komunitas saya akan bilang
kalau saya tidak bisa mengendalikan putriku sendiri. Dari
pers
pektif Islamo-tribal, seorang ayah tak memiliki pilihan
selain membersihkan reputasinya di depan mata-mata yang
memangsa sesama Muslimbahkan di daerah pinggiran kota
kosmopolitan Toronto.
Begitu cerita ini menjadi berita, para Islamo-tribalis di
Kanada melakukan penyangkalan, karena siapa yang tahu
apa yang menindas keluarga Aqsa hingga tertekan? Dalam
wawancara media, aku menanggapi bahwa pembunuhan ti
dak akan pernah menjadi pendekatan yang diterima untuk
meredakan tekanan keluarga. Setelah itu, aku menerima be
berapa surel bernada tajam yang mengatakan kalau aku perlu
mempelajari moralitas dasar karena Al-Quran mewajibkan wa

137

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

nita beriman mengenakan hijabsesuatu yang kembar kafir


Irshad dan Aqsa belum mengerti. Tuhan Maha Pengampun.
Satu lagi contoh Islamo-tribalis yang mencampuradukkan an
tara budaya dan agama menjadi satu minuman keras yang ber
nama martini kelalaian moral (virgin martini, tentu saja) dan
berpesta-pora dengan minuman tersebut.
Aku mendidik teman-teman surelku, bahwa hijab berasal
dari budaya sebelum Islam. Al-Quran, di sisi lain, meminta
wanita dan pria untuk berpakaian sopan. Mengapa ini tidak
bisa diartikan sebagai lengan panjang? Dan jika seorang wanita
harus menutup rambutnya, mengapa bukan topi baseball yang
di
pilihnya? Kemudian lagi, mengapa ia harus menutup
ram
but
nya? Apabila kau sebagai pria khawatir terangsang,
mengapa tidak melakukan sebagaimana yang disarankan AlQuran dan menunduk selama yang dibutuhkan hormonmu?
Mengapa kompensasinya harus membebani hanya pada wanita?
Anehnya, aku tidak mendengar balasan dari para pria
Muslim yang keberatan-keberatannya sudah aku sengaja lu
angkan waktu untuk membahasnya.

Yang lebih aneh lagi, politik di kalangan non-Muslim yang seh


arusnya menjadi sekutu Aqsa, Bushra, dan Samia. Di Amerika
Serikat, misalnya, kaum liberal jarang memanggil Muslim
non-liberal sebagai kaum sayap-kanan budaya. Lebih sering,
haluan liberal menyebutnya Muslim Kanan. Setelah 9/11, Pusat
Antar-Agama di New York menyebarkan kartu pos. Kartu ini
memperlihatkan wanita-wanita Muslim dari berbagai usia, ukur
an, dan kulit warna sedang berdoa berdampingan di jalanan

138

IRSHAD MANJi

Manhattan. Seorang wanita yang tertutup penuh duduk di


ujung barisan para pendoa. Gambar menjadi tidak konservatif
dengan setiap pendoa yang berlalu lalang, hanya saja tidak
sampai menampilkan wanita Muslim yang berdoa tanpa ke
rudung. Setiap wanita ditandai sebagai Muslim melalui gaya
pakaian pra-Islam mereka. Tambah tidak logisnya lagi, slogan di
belakang kartu pos itu yang merayakan keragaman komunitas
Muslim di kota. Keragaman? Di dalam kartu penghormatan
pada Islam dengan gambar semua wanita berhijab? Sungguh
stereotip yang parah.
Tetapi mungkin stereotip dianggap penting hanya ketika
muncul dari institusi-institusi yang dipercayai oleh neo-konser
vatif. FBI takluk pada tuntutan dari para pelobi Muslim agar
istilah membunuh demi kehormatan dihapus dari posterposter pencarian buronan pria yang diduga membunuh istri
atau putri mereka demi kehormatan keluarga. FBI, yang tidak
segan-segan pada lawannya, sepertinya malah terpenjara oleh
kerancuan hak-hak budaya. Terlebih lagi, Angkatan Darat AS
tidak memperbolehkan kopral wanita Muslim pertama ber
tugas sebagai penasihat agama. Alasannya, ia tidak boleh
memimpin shalat jamaah pria. Bukan berarti wanita ini tidak
mampu; bukan juga dia tidak mau; ia dilarang oleh normanorma budaya Islamo-tribalis, baik pria dan wanita, yang men
jadi tempat konsultasi Angkatan Darat. Militer AS bisa mengira
memperjuangkan kesetaraan wanita Muslim, tapi tidak di Ame
rika sendiri. Lady Liberty pun menangis.
Bias terhadap Islam konservatif ini juga menjangkau sam
pai keluar Amerika. Ketika Presiden George W. Bush menge
sah
kan penyerangan ke Irak, aku membuat asumsi berani

139

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

yang naif: bahwa pemerintahan Bush akan membangun ikatan


dengan pendukung demokrasi Irak yang paling konsisten
kaum sekularis. Persekutuan dengan mereka pasti akan men
jamin bahwa konstitusi Irak baru akan lebih mengusung hu
kum sipil daripada hukum agama. Dengan begitu, Muslim
fanatik mungkin akan sadar kalau mereka tidak bisa mengelak
dari pelanggaran HAM dengan menggunakan Islam sebagai
kedok.
Namun yang terjadi justru sebaliknya. Irak dan Afghanistan
yang baru saja merdeka mengadopsi hukum syariah dalam
konstitusi mereka. Pasal Dua pada konstitusi Irak jelas me
ngatakan bahwa tidak ada hukum yang bertentangan dengan
ketentuan Islam yang telah berlaku boleh lolos. Mau bertaruh
kalau Islamo-tribalis yang menjadi pengambil keputusan dari
apa yang disebut berlaku dalam Islam? Pasal 3 dalam kons
titusi Afghanistan menyatakan bahwa tidak ada hukum yang
dapat berlawanan dengan keyakinan dan ketentuan agama suci
Islam. Kata suci memastikan bahwa para penguasa saat ini
bisa berbuat sesuai kehendak mereka dengan mengasumsikan
izinnya berasal dari ketentuan Allah. Di bawah pemerintahan
George W. Bush, Amerika Serikat memperkuat tipuan halus ini
dan jatuh ke dalam logika relativismeyakni, begitulah cara
mereka melakukan sesuatu dan siapa kita hingga berhak untuk
memberitahukan mereka yang sebaliknya?
Kesampingkan dulu frase yang mengandung rasa-bersalah
siapa kita? Aku akan membahas pertanyaan itu sebentar lagi.
Pertama-tama, mari menyoroti frase cara mereka melakukan
sesuatu. Budaya adalah bagaimana orang melakukan sesuatu.
Atau, dengan kalimat yang pasif, bagaimana sesuatu itu dila

140

IRSHAD MANJi

kukan. Jadi, budaya merupakan konsep konservatif secara in


trinsik. Kaum konservatif Muslim tidak membutuhkan bantu
an kaum liberal mana pun untuk mempertahankan dunia se
bagaimana adanya; mereka bisa melakukan tugas itu sendiri.
Muslim kontra-budayaAqsa, Bushra, dan Samiayang
membutuhkan kita semua.
Demikianlah tanggapanku terhadap pertanyaan begitulah
cara mereka melakukan sesuatu dan siapa kita hingga berhak
untuk memberitahukan mereka yang sebaliknya? Bila kau
meng
hargai keberanian moralberbicara kebenaran pada
pihak yang berkuasa dalam komunitasmu demi kebaikan yang
lebih besarmaka kau adalah seseorang yang wajib memprio
ritaskan individualitas di atas pemikiran kelompok. Artinya,
kau harus mempertimbangkan dampak tindakan, atau tidak
bertindakmu, pada individu-individu yang berjuang membawa
perspektif baru pada komunitasnya. Ketika hal ini melibatkan
persoalan hidup-mati, tanggung-jawabmu pun semakin besar.
Martin Luther King, Jr. memberikan khotbah serupa. Belajar
dari Reinhold Niebuhr, seorang teolog Kristen dan pecinta
demokrasi liberal, King menyuarakan suatu gagasan yang akan
meresahkan multikulturalisme. Ia menulis, Kelompok cen
derung lebih tidak bermoral daripada individu. Dengan men
cengkeram pernyataan ini baik-baik akan melepaskan pegangan
terhadap kebenaran budaya. Menghabiskan hidupnya dengan
mempelajari konsekuensi-konsekuensi yang tidak diharapkan
dari kebenaran budaya, Unni Wikan membawa kita kembali
pada realitas politik kekuasaan di dalam kelompok. Keanggo
taan dalam komunitas apa pun selalu ada harganya, tetapi
harga itu tidak tersebar rata. Mereka dengan kekuasaan untuk

141

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

memutuskan apa yang penting, dan untuk apa, biasanya men


definisikan adat atau budaya dengan sedemikian rupa sehingga
melayani kepentingan mereka semata. Dengan demikian,
hor
mat terhadap budaya merupakan prinsip moral yang
cacat.
Obat penangkal bagi kebenaran budaya terdiri dari tiga aksi
kecil yang bisa kita lakukan secara individual. Pertama, camkan
dalam pikiran kita bahwa budaya adalah hasil konstruksi ma
nusia yang tidak sempurna. Oleh karenanya, terbuka untuk di
reformasi. Kedua, selalu ajukan satu pertanyaan khusus. Ketiga,
jadikan bertanya sebagai suatu kebiasaan. Pertanyaan khusus
itu adalah: saat aku menghormati adat, apakah ada akibatnya
pada anggota kelompokku yang lebih lemah? Penelitian Wikan
mengonfirmasi bahwa pertanyaan semacam itu perlu untuk
mencegah korban-korban di atas altar budaya... Ia sedang
membicarakan tentang pengorbanan yang dipaksakan kepada
pihak-pihak yang rentanwanita dan anak-anak, contohnya
ketika kita gagal untuk mendiskusikan kekuasaan yang ber
main di dalam budaya.
Martin Luther King, Jr. memperingatkan sekutu kulit pu
tihnya yang setengah-hati, yaitu kaum liberal yang berkuasa
pada saat itu, tentang dorong-dorongan bawah sadar mereka
yang terkait dengan pengorbanan pihak yang rentang. Dengan
menghormati hukum dan tata tertibtata cara melakukan se
suatumereka menuntut kaum kulit hitam untuk melakukan
pengorbanan yang tidak adil. Tidak adil, karena sebagai awal
saja, kaum liberal tidak akan mau mengorbankan diri mereka
sendiri. Di dalam Letter for Birmingham Jail (Surat dari Penjara
Birmingham), King berargumen, Hukum yang tidak adil

142

IRSHAD MANJi

adalah aturan yang dipaksakan kepada kelompok minoritas


oleh sekelompok mayoritas (berdasarkan kekuasaan atau jum
lah), tetapi tidak mengikat kelompok mayoritas itu sendiri.
Ia memberikan penjelasan ini pada para pendeta di Alabama
yang, walaupun mendukung hak-hak sipil, merasa sulit untuk
bergerak sangat cepat. Apakah kau melihat persamaan antara
sikap mereka dan sikap kita? Hasrat mereka untuk berubah,
tetapi tidak terlalu banyak dan tidak begitu cepat, pada dasar
nya termasuk egois. Sikap ini akan melanggengkan beban
penderitaan dari mereka yang paling rentan, yang tidak bisa
bersuara dalam sistem.
Sekarang ini, banyak di antara kita yang mengulangi ke
salahan itu. Kita menjadikan harkat kemanusiaan dari umat
Islam yang paling rentan sebagai persoalan orang lain. Bahkan
lebih egoisnya, kita memaksakan kaum lemah untuk berkorban
supaya kita sendiri bisa merasa lebih baik. Dan kita sendiri
merasa lebih baik dengan terlihat baik di depan orang-orang
yang kita hormati: mereka yang berkuasa di dalam komunitaskomunitas budaya tertentu. Tanpa berpikir dua kali, atau
bahkan sekali, kita memperkuat Muslim non-Liberal dengan
anggapan seolah itu adalah hal yang liberal untuk dilakukan.
Dengan demikian, kita pun perlahan-lahan menghancurkan
jiwa liberalisme: kebebasan individual.
Inilah paradoks klimaksnya. Tidak hanya Muslim yang
tersesat oleh kode kehormatan tribal; dalam urusan keislaman,
non-Muslim pun melakukan hal yang serupa. Kehormatan ke
lompok menuntut seseorang hanya berfokus pada citra publik
nya, meskipun harus menekan nurani pribadinya. Tetapi jika
kita mau memperluas kebebasan, maka kita mesti memikirkan

143

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

betapa jauhnya kita tergelincir ke dalam budaya kehormatan.


Kemudian kita juga harus kembali memikirkan makna kehor
matan yang sebenarnya. Apakah kehormatan berkenaan de
ngan reputasi, atau berkenaan dengan integritasmu?

144

4
Kaulah yang Menentukan
Kehormatanmu
Nona Manji, nama saya Haroun dan saya berasal dari Inggris
Raya. Sepertinya Anda perlu tahu bahwa saya ini ternyata salah
satu sepupu Anda. Walaupun sebagian besar anggota keluarga
saya memiliki pandangan sangat negatif terhadap Anda dan opini
Anda, saya tidak beranggapan demikian. Saya yakin bahwa segala
niat dan ambisi Anda justru mengagumkan, dan meskipun saya
cuma membaca intisari buku Anda, saya tetap bisa memahami
sudut pandang Anda, dan saya pun sependapat dalam banyak
hal. Alasan mengapa saya tidak membeli buku Anda karena saya
tidak diperbolehkanuntuk alasan membeli buku pun orangorang di keluargaku tidak mau mendengarnya. Saya sangat
marah akan hal ini.
Waktu masih kecil, saya dipaksa untuk sependapat dengan orang
tua saya dan juga para guru madrasah, kini usia saya 15 tahun
dan sudah mengerti bahwa tidak semua yang saya dengarkan
itu benar. Buat mereka, sulit untuk mempertimbangkan gagasan

145

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

bahwa mungkin tidak semua hal yang disampaikan oleh para


ulama kepada kita itu benar, dan karena itulah, mereka meng
anggap kalau Anda sedang menyebarkan pandangan-pandangan
negatif tentang Islam. Kebanyakan di antara mereka tidak pernah
membaca buku Anda, namun tiap kali saya mencoba berdebat
tentang poin ini (bahwa mereka tidak boleh menyimpulkan suatu
keputusan yang rasional tanpa setidaknya mencari informasi
tentang buku tersebut), mereka kembali membantahnya dengan
mengungkit sejarah keluarga (yang saya juga yakin ini adalah
bias) atau mengklaim kalau saya tidak religius dan tidak patriotik
terhadap keimanan saya.
Seperti Anda juga, kini saya muak terhadap budaya yang dianut
oleh para Muslim saat ini. Saya melihat beberapa Muslim men
jalani kehidupan yang normal dan merangkul budaya Timur dan
Barat, tetapi ada juga (khususnya keluarga saya) yang masih
bertahan pada satu budaya. Saya melihat mereka memaksakan
gagasan-gagasan keagamaan ke dalam pemikiran anak-anak
mereka dan melarang anak-anak mereka untuk mempertanya
kannya. Keluarga semacam ini hanya menghasilkan apa yang saya
sebut mesin, yaitu mereka yang tidak tahu apa yang mereka
amalkan atau kenapa mereka mengamalkannya.
Saya setuju dengan Anda bahwa manusia diperlakukan secara
tidak adil di dalam budaya. Walaupun saya bukan seorang homo
seksual, saya merasa kasihan ketika mereka sering dilecehkan
dan menjadi sasaran kebencian. Manusia tetaplah manusia,
terlepas dari apa pun pilihan seks, ras, agama, atau keimanan
mereka. Karena inilah saya menjadi marah ketika melihat orangorang mengolok-olok tindakan Anda, yang saya anggap me
ngagumkan.

146

IRSHAD MANJi

Saya melihat, meskipun Anda tidak mengabaikan apa yang Anda


warisi, Anda sudah mengadopsi sebuah gaya Islam yang me
mungkinkan bagi Anda untuk terhubung dengan kebudayaan
Timur dan Barat. Saya pasti akan mendapatkan satu eksemplar
buku Anda, walaupun itu berarti saya terpaksa membelinya se
cara diam-diam!
Pelajaran Keempat: Kaulah yang Menentukan Kehormatanmu.

Secara teoritis, di saat banyak Muslim harus berjuang meng


hadapi budaya kehormatan yang terlalu mementingkan nama
keluarga di atas segalanya, orang-orang non-Muslim mungkin
bisa menyuarakan pikiran mereka. Namun kenyataannya, sa
ngat banyak non-Muslim yang masih terpaku dengan perasaan
takut dipermalukan sebagai orang fanatik, jika mereka mem
bicarakan kebusukan penyalahgunaan kekuasaan di dalam
budaya Muslim kontemporer. Eileen, seorang pembaca di
Belfast, menulis sebuah pesan kepadaku yang bernada sama
dengan beberapa pesan lain yang kuterima:

Sudah tiba saatnya kita miliki keberanian moral untuk mengakui


kebenaran yang Anda sampaikan ke publik. Namun sulit bagi
wanita non-Muslim untuk mengkritisi perlakukan Islam terhadap
wanita tanpa tuduhan rasisme. Saya bekerja dengan para wanita
yang pernah diperkosa dan disiksa. Saya tidak meragukan
tentang bagaimana agama Kristen juga telah digunakan untuk
menaklukkan para wanita. Namun begitu, pembunuhan ke
hormatan, mutilasi alat kelamin wanita, dan pernikahan paksa
yang terjadi di tengah masyarakat Barat sudah diabaikan terlalu

147

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

dalam dengan alasan menghormati budaya lain. Inilah saatnya


agar semua manusia yang bermartabat, tanpa melihat ras,
agama, atau jenis kelamin, bangkit menentang kekejaman dan
tirani.
Kepada Eileen, aku menjawab, Lanjutkan! Aku juga meme
rhatikan bahwa masyarakat Barat sekarang ini menginginkan
dua hal yang berbeda, menggembar-gemborkan universalitas
HAM bersamaan dengan kesetaraan semua budaya. Tapi itu
tidak bisa bertahan lama, demikian aku menjelaskan. Kare
na jika kau percaya semua manusia berhak mendapatkan har
kat kemanusiaan, maka praktik budaya yang melanggar harkat
tersebut tidak boleh dibela. Mereka yang paling berkuasa di
sebuah kelompok, komunitas, atau masyarakat bisa dengan
angkuhnya menentukan makna hormat. Tidak ada jalan
untuk melarikan diri dari keangkuhan mereka. Yang bisa di
ubah adalah kepatuhan kita terhadap keangkuhan mereka.
Nurani kita membisikkan apa yang telah diketahui oleh akal
kita; bahwa menganiaya anggota yang lemah dalam suatu
komunitas adalah hal jelas-jelas salah. Supaya nurani kita mem
peroleh kembali daya kendalinya, maka kita perlu mengajukan
pertanyaan yang lugas. Aku sudah memberikan beberapa ma
sukan dan aku akan menyinggungnya lagi.
Mempersiapkan diri kita untuk mengajukan pertanyaan
berarti akan menghadapi ketidaknyamanan secara pribadi. Ka
langan non-Muslim dengan malu-malu memberitahukanku,
Jika saya mendukung upaya Anda untuk merekonsiliasi Islam
dengan kebebasan, saya akan disebut penjajah, karena men
campuri urusan orang lain. Benar, kau akan disebut penjajah
karena mau memedulikan martabat kemanusiaan. Kau mesti

148

IRSHAD MANJi

membiasakan diri untuk itu. Tapi tak perlu mempercayainya.


Di dunia di mana keamanan negaramu terkait dengan politik
desa nun jauh di sana, maka investasimu dapat untung dan
rugi seiring dengan keberhasilan bangsa-bangsa yang tak per
nah kau kunjungi, di mana penguapan gletser akan mema
naskan wilayah sabuk matahari (wilayah yang paling sering
mendapatkan sinar mataharipenj.) di belahan bumi yang lain,
dan di mana konsep saling-ketergantungan telah menyebar
tidak hanya melalui seminar-seminar perguruan tinggi, apakah
masih ada yang disebut urusan orang lain?
Tidak bagi Martin Luther King, Jr. Ingat kembali kisah
delapan pendeta Alabama yang telah kuceritakan di bab se
belumnya. Mereka menegur King sebagai orang luar (out
sider) karena dia tidak menetap di Birmingham dan tidak
mengetahui budaya setempat. Oleh karena itu, dia tidak boleh
memindahkan perjuangannya atas kesetaraan dari luar ruang
pengadilan ke jalanan yang hiruk-pikuk di Birmingham.
King menanggapinya dengan realitas saling-ketergantungan:
Kita terjebak dalam sebuah hubungan saling timbal-balik
yang tak terhindarkan, terikat dalam secarik kain takdir. Apa
pun yang mempengaruhi seseorang secara langsung, akan
mem
pengaruhi yang lainnya secara tidak langsung. Kita
tidak pernah bisa lagi hidup dengan gagasan pengacau luar
yang sempit dan terbatas. Inilah salah satu pernyataan King
yang paling terkenal, tetapi maknanya masih belum berhasil
dipahami sampai abad ke-21 ini.
Emosi yang intens mendasari ketaatan kita terhadap ke
hormatan kelompok. Lihatlah orang-orang non-Muslim yang,
mau bersusah-payah agar diterima umat Muslim, segera me

149

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

ngecilkan diri mereka. Saya adalah orang Amerika yang ge


muk dan usil, yang telah menguping wawancara Anda di
Oxford minggu lalu, Karl menulis surat kepadaku dari Bir
mingham, Alabama. Dia merujuk pada masa setelah beberapa
pengeboman di jalur transportasi umum London pada bulan
Juli 2005 ketika, secara kebetulan, aku dijadwalkan untuk ber
bicara di sebuah konferensi di lapangan Universitas Oxford.
Para wartawan muncul dengan kekuatan penuh dan Karl pun
mendengarkan secara diam-diam.
Di sela-sela wawancara, aku sempat bicara santai dengan
nya. Dilihat dari kenyamanan perbincangan, dia tidak perlu
merendahkan dirinya dengan mengirimkan surel tindak-lanjut
kepadaku. Tapi Karl merasa tidak begitu yakin tentang itu.
Maka, dia pun melanjutkan: Anda dengan sopan menjawab
per
ta
nyaan bodoh saya tentang Islam tanpa merendahkan
pertanyaan tersebut, merendahkan saya, atau motivasi saya.
Trims! Ia menceritakan usahanya di masa lalu untuk berdialog
dengan Muslim. Setiap kali, Saya menerima jawaban yang
hampir sama, yang bunyinya kurang lebih adalah siapa dirimu,
kenapa mempersoalkannya... Tidak ingin disalahpahami lagi,
Karl pun melakukan introspeksi-diri supaya menjadi orang
yang sangat tulus, bahkan bagi orang Muslim yang sudah
melihatnya demikian. Seakan-akan pilihan yang tersedia ha
nya
lah antara menutup diri (eggshells) dan membuka diri
(bombshells).
Saya tidak membenci kalian, orang-orang non-Muslim
yang ramah ingin umat Muslim mengetahui itu. Dan saya
mau berusaha keras untuk tidak menyakiti hati kalian. Saya rela
berbohong kalau memang harus. Komedi situasi Amerika yang

150

IRSHAD MANJi

populer, Will & Grace mengangkat tema mengenai kesediaan


berbohong sebagai bagian dari permainan multikulturalisme
yang njelimet. Grace, seorang perancang interior, merupakan
wanita kulit putih, Yahudi, dan heteroseksual yang tinggal di
New York bersama Will, seorang pengacara berkulit putih dan
gay. Perbedaan mereka, ditonjolkan dengan karakter neurotik
nya, menunjukkan bahwa Grace siap berduel dengan wanita
mana pun. Kecuali saat dia mempekerjakan seorang wanita
Iran sebagai asistennya. Dengan karakter yang sama-sama neu
rotik, asisten baru itu menghancurkan salah satu desain milik
Grace, dengan melemparkan permen karet ke dalam desain
itu, lalu menjejalkannya ke tong sampah. Grace yang kaget tak
kepalang mengomel: Butuh dua tahun untuk mendapatkan
gagasan desain!
Butuh delapan belas tahun untukku mengumpulkan
uang tiket pesawatku ke Amerika, asisten itu balik menye
rang. Toh, kamu tidak melihatku berteriak-teriak padamu!
Grace meminta maaf. Beberapa waktu kemudian, asistennya
menyebut-nyebut bat mitzvah, sebuah upacara yang meresmikan
gadis Yahudi menjadi wanita dewasa.
Kau Yahudi? Grace terkesiap. Bagus sekali! Aku juga
Yahudi! Aku tidak perlu bersikap toleran terhadap kaumku sen
diri. Aku tidak berhutang apa-apa kepadamu. Kamu dipecat.
Sampai jumpa di Sinagog!
Dapatkah kejujuran dan kehormatan dipersatukan? Abra
ham Lincoln, yang kepemimpinan presidensialnya membantu
menyelamatkan Amerika Serikat, mencatat ini sebagai impian
terdalamnya: Menjadi benar-benar dihargai oleh sesama te
man, dengan menjadikan diriku pantas untuk dihargai. Tetapi

151

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Lincoln secara terbuka bersimpati pada para budak, golongan


yang paling lemah di dalam masyarakatnya. Jika Lincoln meng
inginkan sanjungan, mengapa dia tidak me
ngikuti normanorma yang berlaku saja? Sebab Lincoln ingin menjadi be
nar-benar dihargai, bukan hanya dihargai semata, seperti
yang ditulis oleh sejarawan Robert Faulkner. Si Abe Yang Jujur
mencari dukungan tidak sekadar melalui opini publik, me
lainkan melalui opini dari publik yang terdiskriminasi. Tepat
nya, publik yang anggotanya sudah cukup lama menahan
hasratnya untuk berpikir.
Sungguh suatu fakta yang mencengangkan untuk zaman
sekarang. Mengapa kau mau repot-repot dijunjung tinggi oleh
Muslim yang enggan mendiskusikan secara rasional pertanya
an-pertanyaanmu tentang Islam? Jika mereka tidak mau ber
usaha mendengarkan pandangan-pandanganmu dengan sema
ngat sesuai harapanmu, maka apa yang membuat penilaian
mereka tentang dirimu berarti penting bagimu? Arthur Scho
penhauer, seorang filsuf, mengemukakan pertanyaan serupa:
Apakah seorang musisi merasa tersanjung oleh tepukan ge
muruh dari para pendengarnya ketika mengetahui bahwa,
kecuali satu atau dua orang, para pendengarnya itu terdiri dari
orang-orang yang tuli? Oh, Tidak. Selama bertahun-tahun
aku menghubungkan diriku dengan sisi-Schopenhauer-ku.
Sering kali aku harus bilang ke suara-suara kritikan di dalam
diriku: Kau kira aku membutuhkan dukungan kalian. Tidak
sama sekali. Satu-satunya dukungan yang terpenting buatku
berasal dari nuraniku dan Sang Pencipta. Dengan kejelasan
itu, pilihan yang dimiliki pengkritik-pengkritikku adalah pergi
atau menghadapi pertanyaan-pertanyaanku.

152

IRSHAD MANJi

Pemikiran kedua, mungkin aku juga menghubungkan


diriku dengan sisi Oprah-ku. Di awal karir megawatt-nya di
media, Oprah Winfrey mengundang ejekan dari para akade
misi yang menyamakan dirinya dengan sosok mammy di
dalam sejarah perbudakan Amerika. Sebagai pembantu Negro
yang bertugas mengasuh anak-anak tuannya, mammy lebih
memerhatikan bayi kulit putih daripada darah dagingnya
sendiri. Oprah, dituduh, lebih memperlihatkan ketertarikannya
dalam memihak pemirsa kulit putih dibandingkan menjaga
persaudaraan wanita kulit hitam. Itulah hal yang paling su
lit buatku pada awalnya, ratu acara bincang di televisi ini
mencurahkan isi hatinya ke sebuah majalah wanita AfrikaAmerika. Saya selalu mendapat kritikan. Kemudian Maya
Angelou, seorang penyair, berkata padanya, Kau sendiri saja
sudah cukup. Kau tidak harus menjelaskan apa-apa lagi. Bagi
Oprah, tersingkaplah bahwa arti kehormatan terletak pada
kemampuan untuk menentukan diri sendiri (self-determined).
Akhirnya aku mengerti. Hanya karena kalian adalah bagian
dari budayaku, bukan berarti kalian bisa mengaturku... Begitu
aku paham, aku pun merasa bebas. Aku merasakan kebebasan
Oprah. Betapa indahnya.
Di dalam bukunya, Kecemasan Status, Alain de Botton mem
per
lihat
kan bahwa, sepanjang masa, mereka yang memi
liki
sesuatu untuk diraih dalam hidupnya pernah merasa dihantui
oleh bagaimana mereka dipersepsikan selama proses penca
paian itu. Tetapi untuk meraih apa pun, kita harus menun
dukkan suara-suara pengkritik kita dengan uji nalar. Sebagai
satu contoh, ia merujuk kepada Marcus Aurelius, sang kaisar
Romawi. Aurelius bertanya ke
pada pengikutnya, Apakah

153

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

se
suatu yang jika dipuji akan ber
ubah menjadi lebih baik?
Sebaliknya, apakah sebuah zamrud ber
ubah menjadi lebih
buruk jika tidak dipuji? Dan bagaimana dengan emas, gading,
sekuntum bunga, atau satu tumbuhan kecil? Perhatikan keku
atan bertanyayang sangat lantang!
Pemikiran ketiga, apakah Aurelius melupakan betapa ra
puhnya ego itu? Apa yang sering kali kita khawatirkan bukan
lah kecantikan hakiki dari zamrud itu sendiri. Kita tahu bahwa
permata tidak menjadi lebih baik hanya lewat pujian, tetapi
pengetahuan ini sangat dianggap remeh. Persepsi publik ten
tang permata itulah yang memprovokasi kita, karena ia pasti
mengubah nilai yang dianggap harus dimiliki. Bukankah hal
yang sama berlaku untuk persepsi publik tentang kita?
Salman Rushdie mengalami satu atau dua kali mengenai
penghakiman ini. Novelnya yang berjudul The Satanic Verses
(Ayat-Ayat Setan) berisi lima halaman (dari 550 halaman)
yang membuat syok sekelompok minoritas Muslim Inggris.
Sebagai balasannya, mereka membakar gambarnya dan me
nyerukan pembunuhan terhadap Rushdie. Kontroversi itu ber
kobar di waktu yang tepat bagi Ayatollah Khomeini, yang per
lu mengalihkan perhatian warga Iran dari jumlah korban yang
terus bertambah semasa perang Iran-Iraq. Ayatollah meng
umumkan imbalan jutaan dolar untuk kepala pengarang yang
dicap kafir itu. Hampir tak ada di dalam novelnya, Rushdie
menghasut kita masuk ke penjara yang dibuat sendiri oleh
mereka yang menerima persepsi tentang orang lain yang terlalu
harfiah. Dengan lihai, ia membawa si tokoh protagonis Saladin
Chamcha ke penjara penampungan imigran gelap. Saladin
langsung memperhatikan bahwa manusia yang ditahan itu

154

IRSHAD MANJi

sudah berubah menjadi hewan. Beberapa menjadi reptilia;


beberapa lainnya, kerbau berbulu. Saladin sendiri menjadi
seekor kambing dan bertanya ke sesama tahanan, bagaimana
semua ini bisa terjadi. Tahanan itu menggumam datar, Mereka
yang menggambarkan kita. Itu saja. Mereka yang memiliki ke
kuasaan untuk menggambarkan dan kami pasrah pada gam
baran yang mereka buat.
Bukankah ini bagian dari sesuatu yang menyiksa orangorang baik saat ini? Para penjaga sensitivitas budaya meng
gambarkan siapa pun yang mengkritik Muslim sebagai Islamo
fobia. Tak lama lagi, kita, yang memiliki pertanyaan-pertanyaan
tidak nyaman, akan mulai percaya bahwa itulah kita adanya.
Sehingga kita pun membungkam diri daripada bertanya lebih
banyak lagi. Bagaimana bisa harapan untuk berdialog menjadikanku
seorang Islamofobia? Bukankah aku akan men
jaga jarakkarena
ketakutanjika aku mengalami fobia? Tetapi dalam bertanya, ja
nganlah melibatkan emosi. Emosi ini akan mem
bahayakan
pendirianmu ketika berada di antara mereka yang merasa
gelisah dan merasa kau pun harus gelisah. Maka, jauh lebih
mudah adalah melepaskannya mengalir begitu saja.

Lebih mudah, tetapi sama sekali tidak bermanfaat. Dalam per


jalanan ke Mesir di bulan Mei 2006 untuk World Economic Forum,
aku menjadi moderator pada sebuah diskusi tertutup untuk
para pemuda Timur Tengah dan Afrika Utara. Delegasi Palestina
mengeluh bahwa para politisi Palestina memperlakukan me
reka sebagai tersangka dan pe
nyimpang. Gagasan-ga

155

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

gasan inovatif dilabeli sebagai berbahaya oleh para tetua


yang tidak tersentuh.
Kemudian ini: Kami tidak boleh terus-menerus menyalah
kan orang Israel karena permasalahan kami. Kita semua tahu,
semua opini di dalam masyarakat Arab ditentukan oleh ke
setiaan terhadap keluarga daripada nalar. Aku dan saudara
laki-lakiku melawan sepupuku; sepupuku, saudara laki-lakiku,
dan aku melawan ancaman luar. Tidak ada yang menentang
klaim itu. Percayalah, para mahasiswa ini tahu bagaimana
berargumen. Kau harus menyaksikan bagaimana gadis-gadis
Saudi mendebat para pria. Apa pun keluhan mereka satu
sama lain, semuanya menyimpulkan bahwa kebebasan berarti
adalah kesuksesan sesuai kondisimusebagai individu, bukan
sebagai maskot dalam keluarga atau kehormatan suku. Se
perti para mahasiswa yang kutemui di An-Najah National Uni
versity di bulan Februari 2005, para pemuda Palestina ini telah
memproklamirkan sebuah fatwa imajiner mengenai ke
pen
dudukan, baik tentara Israel maupun para penguasa Arab.
Suara-suara mereka mengantarkanku pada acara tak ter
lupa
kan berikutnya, yang berhubungan seputar Arab World
Competitiveness Report (Laporan Persaingan Dunia Arab). Sete
lah menyimak semua paparan pakar tentang peningkatan
akses pendidikan, teknologi, dan seni, aku menarik napas da
lam-dalam. Kemudian aku mengambil bagian bicara. Kode
kehormatan tribal mengekang para wanita dan pria un
tuk
mengejar impian mereka karena takut membawa aib ke ke
lu
ar
ga mereka, kataku, nekad. Apa peran kehormatan
yang membangkang (defying honor) di dalam renaisans Arab
yang sedang kita bincangkan di sini? Geseran-geseran di

156

IRSHAD MANJi

tem
pat duduk bergema di jantungku yang berdebar-debar.
Berani
lah, aku menyemangati diri dengan apa yang ku
harap adalah senyuman meyakinkan. Aku bicara dengan diri
sendiri sebanyak aku bicara pada panelis, namun respons
mereka tidak menyentuh isu-isunya. Kemudian, seorang wa
nita Suriah mendekatiku untuk menyatakan bahwa aku telah
mengajukan pertanyaan yang sangat sulit dilisankan. Me
ngapa pertanyaan ini tidak harus dilisankan? aku bersikukuh.
Memang tidak boleh, demikian balas wanita itu. Tetapi tuduh
an-tuduhan terhadap rasisme pun mengandung stigma se
perti-fatwa.
Berapa banyak cara seseorang dapat kecewa apabila para
pakar inovasiinovasi!menghasilkan formula yang gagal?
Kapan mereka melakukan manuver pada generasi baru caloncalon visioner? Paling penting, kapan mereka menutup mulut,
tak peduli mereka sudah memuja-muji pencapaian Arab di
masa lalu dalam laporan mereka? Dan roda kehormatan pun
terus berputar, ekspektasi yang rendah saling menguatkan.
Aku tak bisa menyalahkan kepentingan bisnis yang ber
main di World Economic Forum, sebab kebisuan bermotif ke
hormatan berlaku di banyak ideologi. Sara Mohammad se
harusnya menikmati dukungan yang vokal dari para feminis
Barat. Wanita kelahiran Kurdishtan ini tinggal di Swedia. Ia
mengatur perlindungan bagi gadis-gadis imigran Arab yang
diancam akan dibunuh dengan mengatasnamakan kehormatan
keluarga. Kejahatan yang memicu aksi Sara menyangkut se
orang wanita muda, Fadime, yang berhasil menuntut ayah dan
saudara laki-lakinya atas dasar ancaman mereka terhadap diri
nya dan pacarnya yang berkebangsaan Swedia, Patrik. Tak lama

157

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

setelah kasus pengadilanbertepatan di hari ia dan Fadime


pindah untuk tinggal bersamaPatrik tewas dalam sebuah
kecelakaan mobil. Berencana untuk meninggalkan Swedia, Fa
dime mengunjungi ibu dan adik-adik perempuannya sebagai
per
pisahan. Kunjungan itu ternyata untuk selama-lamanya.
Ibu
nya Fadime membocorkan kunjungannya ke suaminya,
yang kemudian menembak putrinya tepat di kepala.
Ketika Fadime masih hidup, jurnalis Rana Husseini
mengungkapkan, ia menarik simpati di kalangan warga Swe
dia, tapi sangat kecil keinginan mereka untuk terlibat karena
hal ini dianggap urusan keluarga. Hanya setelah di
bunuh,
korban muda dari pembunuhan kehormatan ini menerima
banyak perhatian terkait dengan standar ganda budaya yang
sudah sangat lama diperjuangkannya... Standar ganda ini
tidak terkubur bersama Fadime, kata Sara Mohammad, pe
nyelamat para gadis yang mengambil risiko dengan kejahatan
kehormatan di Swedia. Tak jarang, para feminis Swedia me
negurnya karena mereka takut terlihat tidak toleran terhadap
kaum Muslim.
Begitulah emosi bekerja dan mempermainkan pikiran.
Orang-orang Muslim yang mencap Sara tidak toleran tidak
yakin untuk menyelamatkan nyawa gadis-gadis itu. Haruskah
pendapat dari orang-orang yang bebal moral mengalahkan
Muslim yang membela harkat manusia? Ini gila, jerit seorang
anggota komunitasku di Facebook, kita sudah sampai di kon
disi ketika kita khawatir membuat tersinggung mereka yang
tidak peduli pada nyawa dan bahkan menemukan kenikmatan
dalam mencabut nyawa dengan cara yang mengerikan.

158

IRSHAD MANJi

Kaum feminis berargumen bahwa patriarki bersifat global.


Apakah buku pegangan kita sudah ditulis ulang sepenuhnya?
Jika ada, mana edisi revisi buatku? Jika tidak, mengapa pria
Muslim dibebaskan dari tanggung jawab? Apakah aku perlu
mengingatkan teman-teman feminis Swediaku bahwa mereka
tidak benar-benar inklusif dengan mengecualikan Muslim dari
kelompok orang dewasa?
Kontradiksi ini semakin transparan ketika Tiger Woods,
seorang pemain golf terbaik dunia, diketahui terlibat beberapa
hubungan di luar nikah. Elin Nordegren, istrinya yang kela
hiran Stockholm, diduga mengayunkan tongkat golf ke ke
pa
la
nya. (Woods menyangkal telah dipukul dengan keras.)
Ayun
kan lagi, Elin! seru Jan Helin, kepala editor sebuah
koran Swedia bergengsi, Aftonbladet. Lain kali, kuharap dia
menggunakan tongkat yang lebih besar, dengus salah satu
wartawan andalannya, Ann Sderlund. Britta Svensson, se
orang kolumnis untuk Expressen, mengakui bahwa, Jiwa
Swedia kami meluapkan kebanggaan, karena Elin tidak ter
makan emosi. Persis, gadis Swedia memang tangguh. Elin ada
lah pahlawan kami.
Mengapakah sangat sedikit feminis Swedia yang meng
inginkan gadis-gadis imigran Arab ini memiliki kebebasan
pikiran, hati, dan jiwa seperti yang mereka kagumi dari Elin?
Apakah Elin adalah bagian dari kami sementara imigran Arab
tidak? Apakah karena feminis Swedia meyakini kemampuan
Elin untuk melawan, tetapi tidak bagi gadis-gadis Arab itu?
Harus
kah kita kembali ke perbedaan yang sangat penting
antara kapasitas dan keterikatan?

159

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Secara pribadi, aku meyakini kapasitas dari banyak wanita


Swediabahkan, banyak orang di segala tempatuntuk tum
buh melampaui ortodoksi multikultural. Di tengah kesadaran
terhadap pembunuhan Fadime, Aftonbladet memantau per
debatan publik. Perbedaan pendapat yang paling menonjol,
diketahui, tidak banyak menyangkut pribumi versus imigran
melainkan nilai-nilai kemanusiaan versus tradisi patriarki. Itu
lah perbedaan yang benar. Tetapi, itu bukanlah satu-satunya
alasanku menaruh ekspektasi tinggi pada orang Swedia. Setelah
tur di Stockholm di tahun 2009, aku menerima sebuah surel dari
gadis biasa di Swedia, begitulah si pengirim memperkenalkan
dirinya. Dia mendesakku untuk terus bertahan. Kemudian dia
menulis, Hal ini sangat aneh bagi saya, tapi saya terus ber
pikir, Anda mulai terdengar seperti penerus Olof Palme.
Perdana Menteri Palme memimpin Partai Demokratik Sosial
di Swedia. Ia ditembak mati di sebuah jalan di Stockholm pada
tahun 1986. Jutaan rakyat Swedia mengeluk-elukkan semangat
reformis revolusioner Palme, begitulah ia digambarkan. Di
antara mereka yang mengelukan adalah si gadis biasa yang
menyamakan aku, seorang Muslim, dengan pahlawan Swedia.
(Aku lebih memilih menjadi Pippi Longstocking daripada Olof
Palme, tapi dua-duanya menyenangkan!) Karena gadis ini bisa
memahami tantangan saya, maka banyak alasan untuk berha
rap rekan-rekan sewarganegaranya dapat membuka hati me
reka untuk menerima tantanganku.
Sebagai warga Swedia yang cermat, gadis ini bermain mata
dengan ketakutan dipersepsikan sebagai rasis. Saya tidak
menentang Islam atau Al-Quran, dia meyakinkan di awal
surelnya, lalu menambahkan bahwa Islam bukanlah yang

160

IRSHAD MANJi

mempengaruhi hidupku selama ini. Tetapi sebetulnya tidak


demikian. Pada akhirnya, inilah yang harusnya umat nonMuslim sadari, demi mengenali mengapa urusan Muslim adalah
urusan mereka juga. Ketika budaya kehormatan ternyata benar.
Inilah yang perlu disadari para non-Muslim demi menghargai
alasan bahwa urusan para Muslim adalah urusan mereka juga.
Ketika budaya kehormatan terjalin di dalam praktik Islam, ini
menjadi persoalan bagi seluruh dunia.
Sekarang aku akan menyintesiskan bagian-bagian yang
meny
edihkan. Menurut para Islamo-tribalis, malu terletak di
wanita. Dibandingkan saudara laki-laki, anak laki-laki, atau
pamannya, seorang wanita menanggung beban seluruh repu
tasi keluarga. Sebagai akibatnya, pria pun terlepas dari ke
wajiban. Kaum pria dianggap lemah moral sehingga mereka
bisa dibebaskan untuk memilih. Karena pengendalian diri pria
yang seperti anak-anak, maka tergantung wanita untuk mem
batasi pilihan pria. Inilah alasan mengapa wanita harus me
nutupi rambutnya dan terkadang seluruh tubuh mereka. Me
reka mengimbangi kekurangan pria yang mengabaikan tun
tunan Al-Quran untuk menurunkan pandangan mata mereka
di depan wanita. Ini pula yang menjadi alasan wanita tidak
diperkenankan memimpin shalat berjemaah; para pria tidak
akan kuat menahan diri saat memandang bagian belakang
tubuh wanita. Setidaknya, sebagai awalnya saja, kita tahu kalau
mereka tidak memiliki kemampuan mengikuti Al-Quran.
Bisa dikatakan, asumsi budaya tentang pria ini merendah
kan kedua jenis kelamin artinya mengecilkan pertanyaan yang
meremehkan. Ketika norma Arab menetapkan ekspektasi yang
kekanak-kanakan terhadap pria, maka muncullah satu hal:

161

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

mentalitas korban yang membolehkan pria Muslim melakukan


berbagai penyalahgunaan kekuasaan, termasuk menyerang
siapa pun yang mempermalukan identitas diri mereka yang
lemah dan terpecah-pecah. Entah nyata atau imajinasi, trauma
mereka membahayakan keamanan banyak orang, mulai dari
keluarga mereka sampai warga di Barat.
Jika aku gila, maka begitu juga sosiolog Fatema Mernissi.
Kesopanan wanita Arab menjadi tonggak sistem, demikian ia
menulis. Dalam praktik Islam saat ini, yang merancukan budaya
dengan agama, wanita mendapati diri mereka tertindas oleh
hukum kelompok. Setelah terlalu lama ditekan untuk diam,
lagu mereka pun mendendangkan kebebasan dengan indi
vidualitas... Di mana wanita Muslim memiliki ruang batin
untuk bangkitsedangkan di masyarakat terbuka seperti Ero
pa, Amerika Utara, dan Australiakonsepsi tentang pria pun
bisa juga berkembang dengan baik. Tetapi perkembangan tidak
akan terjadi jika wanita dipaksa untuk bergaya sopan-denganburqa, karena bagaimana, tolong beritahukanku, bisa mem
bedakan sifat maskulin jika sifat feminin diharamkan untuk
diperlihatkan, apakah kewanitaan itu berupa lubang hitam,
celah bisu, wajah yang tidak ada ekspresi?
Pertanyaan Mernissi mengantar kita pada pertanyaan
mengapa ini menjadi perjuangan semua orang. Apa yang di
maksud Mernissi dengan dampak segregasi yang me
lum
puhkan hanya bisa dimulai dengan kaum wanita. Mereka
menjadikan ketakutan terhadap liyan (Other) berdampak luas,
dengan Islamo-tribalis yang membagi kemanusiaan menjadi
dua kategori yang dipolitisasi: yang asing (the foreign) dan yang
otentik (the authentic). Mengidentifikasi demokrasi sebagai

162

IRSHAD MANJi

penyakit Barat, dan menutupinya dengan sebutan pihak asing,


merupakan operasi strategis bernilai jutaan dolar dari hasil
minyak. Seperti yang kita tahu, strategi itu memiliki gaung
secara global. Dalam dunia yang saling tergantung, hal-hal
internal di Islam dapat berdampak seismik terhadap hal-hal
di luar Islam. Adalah kepentingan semua orang untuk me
reformasi norma-norma budaya yang melemahkan harkat se
mua orangbaik pria atau wanita, Muslim atau non-Muslim.

Kau ingin bicara norma-norma budaya yang melemahkan


harkat semua orang? Bisa kubayangkan perbincangan ini akan
memanas. Lihat kode kehormatan yang menyedihkan di Ame
rika Serikat bagian Selatan. Kode ini memicu arogansi majikan
kulit putih yang tidak hanya memperbudak wanita dari ka
langan mereka tetapi juga orang-orang kulit hitam. Taruh itu
dalam pipa hookah-mu dan hisaplah! Tenang. Aku sependapat
denganmu. Dosa orisinal bangsa Amerika, yaitu perbudakan,
bersumber dari kehormatan budaya lokal yang me
lakukan
penindasan demi memelihara reputasi pria kulit putih. Hukum
mereka melarang kaum kulit hitam untuk melek-huruf guna
menutup sumber-sumber kontaminasi eksternal, seperti
yang Kenneth S. Greenberg dokumentasikan dalam Honor &
Slavery. Di pengadilan, kesaksian dari orang kulit hitam tidak
ada nilainyawalaupun tercatat. Dan pemerkosaan terhadap
budak, yang merupakan salah satu bentuk kekerasan terhadap
kulit hitam, tidak terdaftar di pemerintahan sebagai tindak ke
jahatan berat yang aktual.

163

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Peringatan Unni Wikan bahwa budaya mengandung nuansa


kekuasaan adalah sangat lantang dan jelas di sini. Satu cerita
yang disampaikan Greenberg mewakili sekian banyak kisah
lagi:
Harriet Jacobs sangat mengerti hubungan antara ke
hormatan dan kekuasaan saat dia mencoba memper
tahan
kan topeng kehormatan sembari berjuang me
lawan rayuan seksual tuannya. Ketika ia berusia lima
belas tahun, majikannya yang berusia lima puluh tahun,
Dr. James Norcom, mulai membisikkan kata-kata ko
tor di telinganya. Dia bilang padaku bahwa aku ada
lah miliknya, Jacobs mengingatnya di kemudian hari,
bahwa aku harus tunduk dengan keinginannya dalam
semua hal, sang tuan selalu mengikutinya ke mana saja
sambil berusaha membuatnya terbujuk oleh rayuan
nyabahkan ketika Jacobs berjalan keluar setelah se
harian bekerja, atau bersimpuh di samping pusara ibu
nya. Ada kalanya tuannya itu mengacungkan pisau di
lehernya.
Kini, kebanyakan warga Amerika bangga akan fakta bahwa
elemen tersadis dari budaya Selatan mereka telah berlalu. Kami
me
ngalahkan gagasan-gagasan tersebut beserta individu-in
dividu, pemimpin, dan institusi yang menyebarkannya, dan
kami melakukannya dengan sangat ganas sampai lima gene
rasi mendatang dari keturunan mereka masih belum bisa me
maafkan warga Utara. Demikian tulis Tom Friedman, seorang
kolumnis The New York Times di bidang urusan luar negeri,

164

IRSHAD MANJi

dalam sebuah komentarnya tentang perlunya menumpas para


pejihad kekerasan sampai ke akar-akarnya. Ini adalah hal yang
mendesak tidak hanya dari perspektif kontra-terorisme tetapi
juga dari HAM.
Bagaimanapun, budaya kehormatan yang menopang hu
bungan majikan-budak di Amerika memiliki kemiripan men
colok dengan budaya kehormatan di komunitas Arab (dan yang
dipengaruhi Arab). Buta huruf di kalangan wanita dan gadis,
meskipun saat ini jumlahnya lebih rendah dibandingkan dua
puluh tahun silam, sering disebut-sebut sebagai penghambat
pembangunan ekonomi Arab. Selain itu, kejahatan berbasiskehormatan terhadap wanita sering tidak terdaftar sebagai
kejahatan sama sekali karena kesaksian dari wanita diragukan
keabsahannya. Bahkan ketika pria Muslim melakukan tindak
kejahatan di Barat, tidak jarang mendengar tuntutan mereka
untuk berurusan hanya dengan petugas polisi pria. Semua
wanita di anggap lebih rendah dari mereka.
Akhirnya, seperti Harriet Jacobs yang dianggap komoditi,
para wanita yang hidup di bawah kode kehormatan tribal
men
jadi milik tuan mereka. Seorang calon suami, menurut
Rana Husseini, menganggap keperawanan sebagai bukti ke
pemilikan eksklusif. Darah pada selaput dara istrinya yang
pecah membuktikan bahwa barang benar-benar baru dan
istrinya tidak akan mampu membandingkan performanya de
ngan pria lain. Ketika rumor beredar kalau barangnya terlihat
bersama pria yang bukan muhrimnya, pemilik wanita itu dapat
bertindak kejam bak pembeli yang menyesal. Dia pun bisa
membunuhnya.

165

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Di Yordania, Husseini telah mewawancarai para pria mu


da yang berdalih bahwa perlakuan mereka yang kurang manu
siawi terhadap wanita sebagai perintah budaya. Tidak, saya
tidak menyesal telah membunuh Kifaya, Khalid mengakui
perbuatannya terhadap saudara perempuannya. Namun, sa
at mengenang kembali, ia mau mengambil pilihan lain me
ngenai bagaimana mengendalikan properti ini: Saya akan
mengikatnya seperti domba di dalam rumah sehingga dia
mati atau seseorang menikahinya. Dalam kejadian lain,
Husseini berbicara dengan Sarhan, yang menembak saudara
perempuannya setelah seorang saudara ipar memerkosanya.
Yasmin menjadi barang yang rusak, saat tidak lagi perawan.
Hanya dengan mengorbankan Sarhan, nama baik keluarga
akan kembali pulih. Inilah definisi kehormatan berat sebelah
yang mengubah korban menjadi pelaku.
Lebih buruknya lagi, pelaku yang sebenarnya tidak diper
lakukan seperti orang dewasa. Sebagaimana Khalid dan Sarhan
pun mengaku tak berdaya. Tak ada orang yang ingin mem
bunuh saudara perempuannya, ia memberitahukan Husseini,
tetapi tradisi dan masyarakat yang memaksakan keadaan
kepada kami... Apakah dia akan melakukannya lagi? Aku
akan membunuh saudara perempuanku dan saudara pe
rempuan siapa saja yang mengalami hal yang sama. Inilah
masyarakat kami, inilah cara kami dibesarkan, dan ini tak akan
pernah berubah.
Tidak pernah? Husseini memiliki ekspektasi yang lebih
tinggi, dan keyakinan lebih besar, terhadap sesama warga
Yordania. Ia dan beberapa orang temannya membentuk sebuah
komite yang menuntut agar hukum pidana Yordania diubah.

166

IRSHAD MANJi

Di bagian pembukaan petisi, mereka menggambarkan diri


mereka sebagai individu bebas yang digerakkan oleh satu
isu bersama: masyarakat yang mematuhi Konstitusi yang
memastikan kesetaraan hak dan kewajiban semua orang di ha
dapan hukum. Martin Luther King, Jr. bisa tersenyum cerah.
Komite dari Husseini mendapat kabar dari para guru pria yang
ingin mengetahui apakah para siswa mereka menandatangani
petisi tersebut. Hussesini pun mendekati satu per satu pelang
gan di restoranaudiens yang tak punya pilihan!yang
sering menandatangani dengan senang hati. Begitu juga pe
layan pria, pelayan wanita, koki, tukang pembersih dan ma
najer. Bahkan seorang pemulung juga andil dalam aksi itu.
Tentu, saya akan tanda tangani, Husseini mengenang kata
si pemulung, karena kejahatan berdasarkan kehormatan ber
tentangan dengan agama kami. Sesuatu yang jauh berbeda
datang menteri kabinet Yordania yang pernah mengeluh kepada
Husseini, Apa yang bisa kita lakukan? Konsep kehormatan
keluarga telah tertanam secara sosial dalam masyarakat kita.
Ketika akhirnya para politisi menyentuh isu ini, mereka
melakukan pemungutan suara dengan sangat cepat sampai
Husseini hampir melewatkannya. Ia dengan rasa sesal me
laporkan, Undang-Undang ini ditolak tanpa memperhitung
kan perolehan suara. Tapi jangan putus asa dulu. Dua hari
kemudian, terlepas dari seorang mantan penasihat kerajaan
memastikan ke Hussesini bahwa monarki Yordania tidak akan
memprovokasi kaum tradisionalis yang mendominasi kekua
saan, Pangeran Ali menyerukan demonstrasi ke Parlemen untuk
memprotes melawan pembunuhan atas nama kehormatan.
Sekali lagi, komite Husseini mengeluarkan sebuah pernyataan

167

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

pers yang mendesak bahwa setiap orang memiliki hak indi


vidual
Hukum pidana Yordania tetap tidak berubah, meskipun
upaya komite ini telah menghasilkan dua UU baru. Salah satu
nya melonggarkan peraturan untuk wanita Yordania yang me
nuntut cerai, sungguh keajaiban kecil mengingat tidak seorang
pun anggota Parlemen wanita hadir dalam sidang pengusulan
isu ini. Menurut Husseini, Mereka semua memasuki gedung
Parlemen lewat pintu belakang pada hari itu. Tersingkap
pulauntuk lebih baiknya lagievolusi baru: prasangka yu
disial terlihat makin melemah di Yordania. Sarhan, yang telah
membunuh Yasmin yang telah diperkosa, mendapatkan hakim
yang bersikap lunak kepadanya. Dengan menghapus dugaan
individu telah merencanakan tindak kejahatan sebelumnya,
hakim tersebut memberitahu Husseini bahwa pembunuhan
ini merupakan produk dari budaya kita. Sekarang, tulisnya
mengesankan kelegaan, para hakim dan jaksa penuntut umum
ingin sekali saya mengetahui keputusan-keputusan keras yang
pernah mereka lihat. [Dalam] kebanyakan kasus, peradilan
menolak argumen yang marah-marah tanpa kendali.
Selain segunung pujian perlu diberikan atas keberanian
moral pada kampanye Husseini, dia pun pantas dihargai atas
program yang didanai-Inggris untuk melatih para hakim, jaksa
penuntut, polisi, penyidik, dokter, karyawan sosial, dan bahkan
ulama untuk lebih peduli dengan kejahatan terhadap wanita.
Upaya ini, Husseini yakin, terbayar lewat kasus bersejarah
yang melibatkan dua saudara perempuan yang dipotong-po
tong oleh saudara laki-laki mereka dengan kapak. Mereka
tidak bisa diselamatkan. Namun demikian, semua pelaku me

168

IRSHAD MANJi

nerima vonis hukuman lebih lama dari yang diperkirakan war


ga Yordania sepuluh tahun yang lalu.

Seperti di Yordania, kehormatan tribal di Amerika Serikat ba


gian Selatan tidak terkikis dalam tempo singkat, tetapi juga tidak
dibiarkan ambruk dengan sendirinya. Campur tangan asing
istilah sindiran yang digunakan sebagian orang saat inimem
percepat usaha-usaha di dalam negeri. Pada tahun 1788, mi
salnya, seorang perajin tembikar dan aktivis antiperbudakan
berkebangsaan Inggris, Josiah Wedgwood, mengirimi Benjamin
Franklin beberapa medali yang bergambar seorang Afrika se
dang duduk berlutut, tangan dan kaki dibelenggu, dan ber
tanya kepada sesama manusia, Apakah Aku Bukan Seorang
Manusia dan Saudara? Pesan dari Inggris Raya itu akan
menggemparkan gerakan antiperbudakan di Amerika. Entah
kita sedang membicarakan anggota gerakan penghapusan
perbudakan atau individu-individu di Kanada dan Amerika
Serikat bagian Utara yang menolong membebaskan budakbudak melalui Jalan Kereta Api Bawah Tanah, para putra-putri
yang-bukan-dari-Selatan ini berhasil menghancurkan bangun
an yang seakan mustahil untuk diruntuhkan.
Seabad kemudian, saat sisa-sisa diskriminasi perbudakan
harus ditangani, para demonstran hak sipil saling bergandeng
tangan dengan umat Kristen, Yahudi, agnostik, dan ateis dari
berbagai lapisan masyarakat. Rosa Parks, seorang tukang jahit
berkulit hitam yang tidak mau memberikan tempat duduknya
di bus kepada seorang pria kulit putih, tidak dapat mengikuti
perjalanan Desember 1955yang menjadi tonggak sejarah bagi

169

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

penegakan harkat manusiatidak perlu dilatih terlebih dahulu


dalam aktivisme sosial oleh masyarakat kulit putih dan kulit
hitam.
Meski banyak UU yang telah diluluskan sebelum dan se
telah aksinya yang terkenal itu, supremasi hukumnya masih
ketinggalan. Sehingga warga Utara dan Selatan pun ha
rus
berkolaborasi kembali. Bulan Mei 1961, tujuh relawan ku
lit hitam dan enam relawan kulit putih duduk bersama da
lam Freedom Ride, sebuah perjalanan dengan bus yang me
lewati kubu pengusung pemisahan ras di Deep South (Bagian
paling Selatan di Amerika Serikatpenj.) Beberapa di antara
relawan ini adalah seorang anggota Serikat Michigan, se
orang mahasiswa teologi asal Tennessee, seorang kapten Ang
katan Laut, dan pialang Wall Street. Tidak lama kemudian,
segerombolan massa mengepung bus itu, menyayat ban, mem
bakar bus tersebut, kemudian menutup pintu bus rapat-rapat,
hingga semakin cepat semua penumpang terbakar menjadi
abu. Hampir tidak bisa lolos, tim pertama Freedom Riders kemu
dian digantikan oleh tim keduakali ini diserang oleh anggota
Ku Klux Klan. Dengan kebebasan yang diberikan polisi se
tempat, para anggota Klan ini memisahkan relawan kulit pu
tih untuk menerima pemukulan yang lebih kejam. Di antara
mereka: seorang pejabat Departemen Kehakiman yang dikirim
oleh Jaksa Agung Robert F. Kennedy untuk bergabung dengan
Freedom Riders.
Ditelantarkan oleh mobil ambulans, mereka yang sudah
bersimbah darah akhirnya dibawa ke rumah sakit oleh ma
syarakat kulit hitam setempat, yang menunjukkan keberanian
moral untuk turut campur tangan. Tanpa campur tangan

170

IRSHAD MANJi

inigerakan orang-orang di tempat yang tidak menginginkan


merekatak akan ada rekonsiliasi. Se
sungguh
nya, Freedom
Rides bermula dari suatu perjalanan bus di tahun 1947 yang
dipimpin oleh dedengkot hak sipil Bayard Rustin, dan dikenal
sebagai Perjalanan Perdamaian (Journey of Reconciliation).
Sepanjang perjalanan yang sulit untuk mencapai rekon
siliasi ini, kaum kulit putih telah memberikan dukungan fi
nansial yang serius. Seorang pria tua Yahudi menceritakan
ke
padaku tentang pertemuannya dengan Rustin, yang ke
mu
dian menjadi ketua penyelenggara March on Washington
(Demonstrasi di Washingtonpenj.) pada tahun 1963 ketika
Martin Luther King, Jr. mengumandangkan mimpi-mimpinya.
Rustin telah mendatangi pria tersebut untuk dukungan dana,
juga menjelaskan kenapa para Yahudi sering bisa diandalkan
untuk menyumbang lebih banyak dari siapa pun, walaupun di
saat mereka tidak punya banyak yang bisa diberi. Perbudakan
Yahudi di zaman dahulu, bagi banyak orang, tetap menjadi
alasan bagi mereka berempati dan turut ambil bagian dalam
aksi.
Sekarang ini, para wanita di Iran memperjuangkan ke
setaraan mereka dengan menggunakan pelajaran-pelajaran
yang di
petik dari gerakan antiperbudakan di Amerika dan
Inggris. Seorang aktivis Iran mempertanyakan bagaimana mo
ral suatu masyarakat yang memperlakukan satu jenis kelamin
seperti majikan dan satunya lagi sebagai kumpulan hamba
sahaya yang hanya sedikit atau tanpa hak? Pertanyaannya
itu merujuk ke halaman sebuah buku tentang Iranian Womens
One Million Signatures Campaign for Equality (Kampanye Sejuta

171

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Tanda Tangan Wanita Iran Untuk Kesetaraan), yang mendidik


para wanita sambil mengumpulkan tandan tangan mereka.
Jika petisi kedengarannya seperti pendekatan yang kurang
garang menuju perubahan undang-undang, maka ingatlah
se
jarah pembebasan perbudakan. Apa yang sesungguhnya
berhasil mengakhiri peran Inggris dalam perdagangan-budak
lintas atlantik adalah kampanye petisi nasional ke Parlemen,
ungkap Kwame Antony Appiah dalam The Honor Code: How
Moral Revolutions Happen (Kode Kehormatan: Bagaimana Re
volusi Moral Terjadi). Di Amerika, tanda tangan menjadi hal
yang penting yang tidak bisa ditawar oleh para politisi degil.
Ada satu masa ketika Kongres melarang petisi antiperbudakan.
Tindakan itu menginjak-injak kebebasan berbicara bagi kulit
putih, yang justru mendorong lebih banyak petisi selama ber
tahun-tahun. Seiring waktu, perbudakan semakin dilihat seba
gai musuh kebebasan semua orang. Kampanye Sejuta Tanda
Tangan Wanita Iran memiliki latar belakang yang universal.
Dari Amerika sampai dunia Arab, dari Iran sampai India,
reformasi budaya atas nama kehormatan membutuhkan pe
ran serta semua pihak. Rana Husseini secara tersurat mendu
kung hak-hak individu sebagai pendorong. Bahkan di Barat,
hak individu harus diperlakukan lebih serius. Polisi Inggris
mulai membuka kembali kasus-kasus pembunuhan yang se
lama ini telah dipahami sebagai pembunuhan atas nama ke
hormatan. Polisi, semoga Tuhan mencurahkan rahmatnya ke
pada mereka, menanggung beban yang aneh di zaman multi
kultural ini. Mereka harus menegakkan ketertiban, tetapi di
sekeliling mereka seperti di masjid, penegakan ketertiban bisa
menjadi suara massal untuk memantapkan kekuatan para

172

IRSHAD MANJi

Islamo-tribalis. Keamanan masyarakat akan terancam ketika


polisi tetap netral.
Mereka seharusnya mendengarkan para Muslim kontrabudaya seperti Asra Nomani. Pada bulan Februari 2010, Nomani
menulis tentang pemberontakan melawan segregasi gender di
Islamic Center, Washington, D.C. Dalam satu kejadian yang
hampir mirip dengan penolakan Rosa Parks untuk memberikan
tempat duduknya, empat wanita Muslim menunaikan shalat
di bagian untuk pria di masjid. Polisi D.C, yang dihubungi oleh
pegawai masjid, menemui para demonstran tersebut:
Petugas polisi Barry Goodwin akhirnya tiba dan dengan
canggung berjalan ke arah barisan wanita ituSaya
bukan Muslim. Saya ke sini hanya untuk melaksanakan
tugas saya, jelasnya dengan sopan. Ibu-ibu, memang
beginilah peraturannya. Anda sekalian harus mengikuti
aturan Gereja ini Maaf. Gereja atau kuil. Apapun se
butannya. Kalian harus mematuhi peraturannya Jika
mereka meminta kalian pergi, kalian harus pergi. Bila
tidak mau pergi, petugas itu menjelaskan, ini akan
menjadi alasan penangkapan karena masuk tanpa izin.
Nomani mencoba membantu Petugas Goodwin, yang me
rupakan keturunan Afrika-Amerika, supaya memahami situa
sinya.
Pikirkan pendudukan demonstran, 1960-an, saya bi
lang. Seandainya pun ia menghargai pelajaran sejarah
dari saya ini, dia tidak mengakuinya. Petugas itu berja
lan keluar untuk meminta bantuan. Konflik tersebut

173

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

meningkat ketika petugas polisi R.S. Lowery meng


ancam akan menangkap para wanita ini jika mereka
menolak pergi.
Agar jangan sampai ada orang yang mengabaikan hubungan
antara aksi pendudukan di masjid dan keamanan anak-anak
mereka di masa depan, Nomani menanamkan jejaknya dengan
jelastidak diragukan lagi, karena selalu membayangkan pu
tra kecilnya. Apakah masjid yang memisahkan wanita dari pria
merupakan satu indikasi tafsiran Islam yang dipraktikkan
berunsurkan fanatisme dan dogmatis, atau terbuka dan inklu
sif. Satu pilihan saja menjadi pertanda... Pertanda praktik
yang membolehkan pembunuhan kehormatan, pengeboman
bunuh, diri [dan] kekerasan secara umum. Bukan kebetulan,
Nomani menambahkan, Minggu ini, seorang ulama garis ke
ras dari Saudi mengeluarkan fatwa berbahasa Arab di situs
webnya, yang menyerukan pembunuhan para Muslim yang
tidak melaksanakan pemisahan jenis kelamin secara ketat.
Tapi, kenyataan ini tidak berarti menggambarkan warga
Amerika non-Muslim bersih tanpa cela. Bayangan kehormatan
patriarkal juga menerpa kehidupan umat Kristen di AS. Tak
lama setelah laporan Nomani, aku membaca di koran tentang
pamflet bermuatan Injil yang tersebar di sekitar Bristol, Vir
ginia. Pamflet ini berargumen bahwa kaum wanita, yang ber
pakaian minim, membuat kaum pria ingin berbuat dosa.
Ternyata pria Kristen pun tidak bisa mengendalikan berahi
mereka. Sewaktu diperkosa, demikian pertanyaan di pamflet
ini, dapatkah wanita itu sungguh-sungguh mengatakan kalau
mereka adalah korban yang tidak bersalah?

174

IRSHAD MANJi

Aku merenungkan mengapa semua fitnah yang sudah basi


tentang keberahian wanita dan kekanak-kanakan pria bisa di
anggap sebuah berita. Artikel itu, menurutku, telah menjawab
pertanyaanku. Secara akurat, artikel itu menggambarkan isi
pamflet sebagai contoh salah satu rumor Kristen yang luar
biasa ekstrem. Bahkan kotak surelku dibanjiri oleh pesanpesan dari pria (dan beberapa wanita) Muslim moderat yang
meyakini pandangan di pamflet itu. Ketika pembelaan wanitayang-menyebabkan-pria-melakukannya menjadi luar biasa
ekstrem di kalangan Muslim, kehormatan pasti akan dikaji
ulang.
Warga Arab seperti Rana Husseini, warga Amerika se
perti Asra Nomani, warga India seperti Akbar Ladak, dan
warga Eropa seperti Sara Mohammad menawarkan harapan
agar kehormatan hendaklah didasari oleh nurani pribadi se
seorang daripada konsensus kelompok yang tirani. Sebagai
agen keberanian moral, individu-individu ini dapat menarik
pelajaran dari Frederick Douglass, seorang budak pelarian se
kaligus tuan bagi dirinya sendiri semasa abad ke-19. Seorang
patriot adalah yang mencintai negaranya dengan mengkritik
dan tidak memaafkan dosa-dosa (negaranya). Aku hidup un
tuk tercapainya masa ketika lebih banyak Muslim bersedia men
deklarasikandengan keyakinan teguhbahwa umat yang
sejati adalah yang mencintai Tuhannya dengan mengkritik dan
tidak memaafkan dosa-dosa adat.
Sebelum masa itu terjadi, kita akan tetap memiliki anakanak muda Muslim di Detroit yang ciut dengan gagasan untuk
mengekspresikan patriotisme spiritual mereka ala Douglass.
Kita akan memiliki para mahasiswa Muslim di Harvard dan

175

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

MIT yang menghapus nama mereka saat menentang seorang


imam yang senang melihat pembunuhan pada orang-orang
yang beralih dari Islam. Kita akan mengalami peningkatan
jumlah wanita Muslim di Barat yang kabur dari rumah, dan
pen
deritaan mereka bertambah oleh tindakan para pekerja
kesejahteraan sosial yang dianggap mulia. Umat Muslim ini
mungkin kelihatannya hidup dalam kebebasan, tetapi kehor
matan tribal sangat sering menindas diri mereka yang sesung
guhnya. Itu pula yang terjadi pada umat non-Muslim yang akan
bertanya terang-terangan seandainya tidak takut dianggap
anti-Islam. Sungguh simbiosis yang mematikan.
Individualitas merupakan esensi dari kehormatan yang di
definisikan kembali, sesuatu yang mendorong kita semua me
lakukan apa yang benar meskipun dihakimi oleh mereka yang
keliru mengartikan perasaan dengan pemikiran. Aku teringat
sepupuku, Haroun. Karena tinggal di Inggris, ia dengan mu
dah menunjuk hantu rasisme sebagai penyebab ia diperma
lukan. Sebaliknya, ia sangat marah pada keluarganya, yang
telah mencekokinya dengan tuduhan-tuduhan. Haroun men
dambakan kemandirian. Tindakan subversifmembeli buku
secara diam-diamadalah pernyataan bahwa kehormatannya
adalah jelas: miliknya. Untuk terus maju, Haroun yang sadar
diri memerlukan dukungan komunitas yang lebih luas. Siapa
yang siap bertindak dan tahu bagaimana, adalah penting. Ini
lah waktunya memberikan teladan yang konkret tentang ba
gaimana kita bisa membantu para pemuda Muslim dalam pen
carian untuk mendamaikan iman dan kebebasan.

176

IRSHAD MANJi

Sejak pengeboman di London tahun 2005, aku sudah bicara


dengan sejumlah pria Muslim yang mengenal Mohammad
Sidique Khan, sang pemimpin jaringan berusia 29 tahun. Se
cara terpisah, mereka menceritakan kepadaku bahwa Khan me
ninggalkan masjid moderat keluarganya demi suatu organisasi
yang didanai oleh Saudi di kemudian hari. Di situ, dia dapat
mempelajari teologi dan membalikkan imam-imam arus utama
yang tradisi feodalnya mengandung peringatan: laksanakan
sesuai yang diperintahkan. Pasti rasanya me
nyakit
kan bagi
Khan lantaran direndahkan di masjid milik keluarganya. Khan
yang diperlakukan seperti anak kecil tidak sesuai dengan fakta
bahwa ia dan teman-temannya telah mengambil inisiatif untuk
memberantas kecanduan narkoba dan kejahatan di dalam ling
kungan mereka. Mereka menjuluki diri mereka sebagai Pemuda
Mullah (Mullah Boys). Para Mullah ini membenci ulama-ulama
tak tersentuh yang menjadi acuan orangtua mereka. Para
ulama ini memiliki kecenderungan tribal yang menyepelekan
pemikiran Khan dan nyaris menghancurkan hatinya.
Ia pun sangat berhasrat menikahi seorang Muslim India
yang berasal dari luar komunitas kesukuan Pakistan, tetapi di
larang oleh orangtua dan pir mereka, yaitu figur otoritas ke
agamaan tradisional, yang diminta orangtuanya untuk mem
bujuk putra mereka. Kaum IslamisMuslim yang menafsirkan
Islam sebagai suatu ideologi politisberhasil merangkul ke
sedihan Khan. Mereka meyakinkan Khan bahwa keluarganya
sudah merusak Islam dengan menghalangi pernikahannya ha
nya karena calon pengantin perempuan tidak diterima secara
budaya. Untuk yang satu ini, para Islamis ini berkata benar.
Mereka pun menarik Khan yang dimabuk cinta ke masjid

177

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

mereka, lalu menghujaninya dengan lebih banyak alasan ka


rena merasa terhina: Iraq, Afganistan, Chechnya, Palestina,
Kashmir.
Shiv Malik, seorang jurnalis investigasi, membedah radi
kalisasi Khan. Malik menyimpulkan:
Khan mungkin merasa gusar dengan kebijakan luar
negeri Barat, seperti juga yang dirasakan oleh pelaku
kampanye antiperang, tetapi bukan itu alasan ia me
mimpin sekelompok kecil pemuda untuk membunuh
diri mereka sendiri dan 52 orang pemakai kereta di
London. Inti dari kejadian ini adalah konflik yang ber
langsung antara generasi Pakistan Inggris yang pertama
dan generasi berikutnyadengan banyak pemuda yang
menggunakan Islamisme sebagai teologi pembebasan
demi menegaskan hak mereka dalam memilih cara
hidup. Inilah konflik antara tradisi dan individualitas,
budaya dan agama, tribalisme dan universalisme, ke
pasifan dan aksi.
Seandainya Mohammad Sidique Khan bertemu dengan
Abdul Ghaffar Khan sebelum bergabung bersama para Islamis.
Khan mungkin akan bertanya, Abdul Siapa? Abdul. Ghaffar.
Khan. Dia juga dikenal sebagai BadshahSang Rajahanya
saja dia tidak mengenakan atribut kerajaan. Apa yang dilaku
kan Ghaffar Khan adalah membentuk laskar Tuhan (army of
God) yang melakukan pelayanan masyarakat dan memerangi
imperialisme tanpa kekerasan. Mereka yang putus asa karena

178

IRSHAD MANJi

tidak bisa mendefinisikan kehormatan untuk diri sendiri, maka


harus mendengarkan kisah seorang pria Muslim beriman
yang bertubuh tinggi dan tegap ini. Pria ini pantas dipuji atas
usahanya sendiri, tetapi untuk tujuan kita, dia adalah bagian
pertanyaan yang sudah lama muncul, Di mana Ghandi dalam
Islam?
Abdul Ghaffar Khan adalah seorang reformis Muslim abad
ke-20. Ia merupakan putra seorang tuan tanah golongan me
nengah dan tinggal di wilayah yang saat ini dikenali sebagai
North West Frontier Province of Pakistan (Provinsi Perbatasan
Barat Laut Pakistan), suatu daerah yang sekarang ini dihuni
banyak Taliban. Daerah ini, mungkin sudah mengalami ba
nyak perbedaan. Dan selama beberapa lama, memang demi
kian. Di tahun-tahun mendekati kemerdekaan India di tahun
1947, ribuan warga daerah Khan, yang disebut Pathan, menaf
sir ulang kehormatan dan Islam. Mereka menunjukkan bah
wa kebebasan datang dari mendisiplinkan diri, bukan menak
lukkan Orang Lain. Hapuskan ketakutan di dalam diri kita
dan komunitas kita, begitulah keyakinan Pathan, maka kalian
akan menyemai kehormatan yang memuliakan setiap individu,
termasuk wanita.
Gerakan Ghaffar Khan melangkah menuju ke tradisi pemi
sahan golongan yang siap meledak. Salah satu kekhawatiran
nya adalah peran wanita, demikian dipaparkan oleh penulis
biografi dan pendidik perdamaian Eknath Easwaran. Ghaffar
Khan mendorong mereka untuk keluar dari balik kerudung
mereka, seperti yang dilakukan oleh para wanita dalam keluar
ganya. Saudara perempuan Khan sering ikut tur di Frontier
bersamanya, berbicara pada kerumunan orang sekaligus men

179

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

dengarkan orasi yang berapi-api dari adik laki-lakinya itu. Khan


menguasai Al-Quran dan memilih untuk memublikasikan ayatayat yang jarang dikutip. Ayat-ayat yang menetapkan tanggung
jawab yang sama pada pria dan wanita. Saudari-saudariku,
Ghaffar Khan berkata dalam sebuah pertemuan besar:
Tuhan tidak membedakan antara pria dan wanita. Jika
seseorang mengungguli yang lainnya, itu hanyalah me
lalui perbuatan baik dan moral. Jika kalian mempelajari
sejarah, kalian akan menemukan banyak sekali para
ilmuwan dan penyair di kalangan wanita. Kita me
lakukan kesalahan buruk apabila merendahkan wa
nita... Saat ini kita menjadi pengikut adat dan kita
menindas kalian semua. Namun syukurlah, kita telah
menyadari bahwa untung dan ruginya kita, maju dan
mundurnya kita, sesungguhnya adalah sama.
Ghaffar Khan tidak membatasi usaha pemberdayaannya
sampai pada ucapannya saja. Ia pun mendirikan sebuah sekolah
untuk perempuan dan menerbitkan sebuah jurnal, Pushtun,
yang mempersoalkan praktik-praktik berbalut kehormatan. Da
lam sebuah edisi, seorang kontributor bernama Nagiria men
ceritakan berdasarkan pengamatannya. Jika bukan karena pria
Pathan, dia menegaskan, wanita tidak memiliki musuh. Pria
Pathan memang pandai tetapi senang menekan wanita... O
Pathan, ketika kalian menuntut kebebasan, mengapa kalian
mengabaikannya untuk wanita?
Pria dan wanita sama-sama menuntut kebebasan dari pi
hak Inggris. Menjadi bagian dari India Utara, Frontier meru

180

IRSHAD MANJi

pakan daerah kolonial seperti juga anak benua lainnya, dan


mungkin lebih dari itu: Inggris memanfaatkan Provinsi Pathan
sebagai benteng untuk mencegah masuk pengaruh imperialis
Rusia yang berada tidak jauh dari sana. Ketika perjuangan ke
bebasan India semakin memuncak, persekutuan antara Ghaffar
Khan dan Gandhi yang pas dengan Islam kontra-budaya me
mastikan wanita Muslim dapat menjadi pemain utama. Joan V.
Bondurant, seorang pakar tentang Gandhi, mengungkapkan,
Para wanita Pathan yang berpartisipasi dalam kampanye aksi
tanpa kekerasan kerap menunjukkan pendirian mereka dengan
menghadapi langsung polisi atau berbaring dalam satu barisan
sambil memegang Al-Quran.
Apa yang dilakukan para pria Pathan yang bangga itu?
Sekitar 100.000 orang menjadi Khudai Khidmatgars atau
Pelayan Tuhan. Ghaffar Khan merekrut mereka sebagai tentara
tanpa seragam yang akan menggantikan pertempuran berdarah
dengan cara-cara damai untuk mencapai kemerdekaan India.
Walaupun Islamnya kental, meminjam istilah Bondurant,
Pelayan Tuhan ini mengusung persatuan Muslim-Hindu me
lalui keberanian moral. Dia yang memaafkan dan berdamai,
imbalannya adalah bersama Tuhan, demikian yang dipelajari
para pejuang ini. Gandhi memandang mereka sebagai contoh
dari visi tanpa-kekerasan sampai-sampai ia berdoa supaya
Pathan Frontier tidak hanya membebaskan India, tetapi juga
dapat mengajarkan dunia Inilah yang diharapkan, walaupun
Pathan mendapat fitnahan dari sesama Muslim yang menuntut
negara terpisahPakistandan menerima perlakuan brutal
dari Inggris, yang menganggap Pathan tidak mampu mengatasi
pertikaian internal mereka. Ghaffar Khan memiliki ekspektasi

181

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

lebih tinggi dan keyakinan lebih dalam, yang membantunya


melihat segala kemungkinan, yang menurut orang lain adalah
halusinasi.
Pastinya, eksperimen Khan akan penuh dengan luapan
amarah dan hampir mendekati pemberontakan terbuka. He
wan mana pun bisa mencari tempat tinggal, menemukan pa
sangan, membesarkan anaknya, ia menyulut warga lokal di
suatu pertemuan. Bisakah kita menyebut diri kita ciptaan
ter
unggul apabila kita hanya berbuat yang itu-itu saja dan
tidak lebih? Walaupun Inggris boleh jadi berorientasi pada
uang semata, demikian Ghaffar Khan menyerang, tetapi bu
daya Pathan menunjukkan kelemahan yang lebih buruk.
Ia mencontohkan kode kehormatan yang mengadu domba
antarkeluarga, antarklan, ini sudah menaburkan ketakutan di
setiap generasi karena penghinaan di masa lalu yang masih
harus dibalas. Namun demikian, dengan perseteruan ini, Khan
mendeteksi adanya keteguhan di dalam diri orang-orang Pa
than. Jika diarahkan ulang, sifat ini bisa menuntun mereka ke
jalan menuju cinta Allah dan kebebasan mereka sendiri.
Ghaffar Khan menyelami langsung ke dalam pengalaman
itu dengan berusaha mengenali dirinya sendiri, dan serta-merta
Tuhan yang menciptakannya. Setelah melakukan introspeksi
berpuasa selama beberapa hari di masjid-masjid, me
manen
ladang di Swat Valley, menggiling jagung di dalam penjara
kolonialia menghabiskan banyak waktu untuk belajar mene
rima sebuah misi yang tidak bisa ia jelaskan dari mana asalnya.
Bahkan sebelum beliau mengenal Gandhi, pemuda Pathan ini
sudah menyadari misi pribadinya: Untuk mendidik, membe
rikan pencerahan, mengangkat, mengilhami. Kesadaran-diri

182

IRSHAD MANJi

nya juga mencegah semangatnya berbelok ketika ia menghadapi


perlawanan dari semua pihak. Inggris dapat memanfaatkan
setiap sumber daya kerajaan untuk menghasut bangsa Pathan
yang memang sudah bergejolak, sehingga membenarkan lebih
banyak pemukulan, pemenjaraan dan peng
gantungan. Para
Mullah marah tak terkendali terhadap serangan asingselalu
bagus untuk sedekahdan kemudian berkolusi dengan British
Raj (Penguasa Inggris untuk wilayah Indiapenj.) Para tuan
tanah yang kaya menghalau gagasan kebangkitan petani. Tidak
satu pihak yang berkepentingan menginginkan rakyat Pathan
jelata melakukan reformasi sosial, apalagi reformasi diri.
Hanya saja kemudian embusan Gandhi menjadi angin
di balik punggung Ghaffar Khan. Dengan gagasan-gagasan
Mahatma yang menginspirasi India dan membenarkan per
juangannya, ia merasakan sudah waktunya muncul introspek
si secara kolektif di wilayah Frontier. Easwaran mengajak ki
ta menyelami pemikiran Ghaffar Khan, Suatu bangsa yang
tidak berdaya untuk berjuang, ia berkata, tidak bisa mem
buktikan kebajikan dari tidak berperang. Nah, kaum Pathan
sudah memiliki daya itu! Yang mereka butuh
kan hanyalah
pemahamantepatnya, pemahaman mengenai kapasitas in
dividu untuk mengimajinasikan kembali kehormatan mereka.
Apa lagi yang memerlukan keberanian lebih selain menghadapi
musuh demi kebenaran tanpa menggunakan senjata, tanpa
mundur, atau serangan balasan? Itulah kehormatan paling
luhur.
Dan itu semua menciptakan perasaan yang sangat indah
sampai Ghaffar Khan dan Mahatma Gandhi menyaksikan im
pian mereka, yaitu persatuan Muslim-Hindu, gagal menjadi

183

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

kenyataan. Pakistan, negara bagian bagi warga Muslim, akan


memisahkan diri dari India, negara dengan mayoritas umat
Hindu. Pemisahan wilayah di bulan Agustus 1947 menjadi
pertanda akan terjadinya lebih banyak pembantaian warga
dan kabar yang paling buruk dari semuanya: Bulan Januari
1948, Gandhi dibunuh. Ghaffar Khan kehilangan saudara seper
juangan yang tewas di tangan seorang nasionalis Hindu yang
menuduh Mahatma terlalu pro-Muslim. Sebaliknya, Ghaffar
Khan menimbulkan kemurkaan dari Muslim karena bersikap
terlalu pro-Hindu.
Pakistan kemudian melarang kelompok Pelayan Tuhan,
menghancurkan markas mereka, memenjarakan seribu anggo
tanya, menangkap Ghaffar Khan atas tuduhan penghasutan
dan memenjarakannya. Selama empat dekade berikutnya, hi
dup Khan dipenuhi serangkaian vonis pidana. Ketika berusia
sembilan puluh lima tahun, ia memprotes hukum darurat
perang di Pakistan dan ditangkap kembali. Ghaffar Khan wafat
pada bulan Januari 1988 di Peshawar, tapi sempat mengumum
kan puasanya yang terakhir demi menghentikan ke
kerasan
Muslim-Hindu. Saya telah menganggap diri saya bagian dari
kalian dan kalian bagian dari saya, jelas beliau di hadapan
warga tempat kelahirannya, India. Saya telah datang untuk
melihat sendiri, apakah saya bisa bermanfaat.
Kuharap Ghaffar Khan menyadari betapa bermanfaatnya
dia satu hari nanti bagi umat Muslim dan non-Muslim yang
mencintai kebebasan. Ketaatannya yang seteguh karang ke
pada Allah menegaskan bahwa Islam, tanpa menyertakan ke
hormatan tribal, dapat merangkul kebebasan sekaligus HAM.

184

IRSHAD MANJi

Bagiku, warisan Ghaffar Khan yang berhenti di tengah jalan


menawarkan tantangan. Kita semua harus melanjutkannya
dan kita bisa melakukannya dengan menjadi bagian dari ko
munitasnya yang terkenal. Hidupnya menjadi bukti bahwa di
balik setiap pengusung keberanian moral terdapat seseorang
yang belum kita kenal sebelumnya. Kemampuan Gandhi mem
pertahankan keharmonisan Muslim-Hindu tentunya didukung
oleh keakrabannya dengan Ghaffar Khan, yang membantu me
nyokong keberanian moral Mahatma.
Begitu juga, keberanian moral Ghaffar Khan tumbuh su
bur melalui dukungan dari orang lain. Ada saudara-saudara
kandungnya, termasuk kakak laki-lakinya, yang secara terbuka
mendukung kampanyenya untuk reformasi budaya. Ada be
berapa pemimpin kemerdekaan India yang berasal dari ka
langan Hindu, Kristiani, dan Muslim yang, juga dipenjara
bersama Ghaffar Khan, menerjemahkan kitab suci masingmasing demi menciptakan sebuah bangsa yang berevolusi dan
pluralistik. Annie Besant, seorang wanita Inggris yang menetap
di India, berdiri tegak menentang kebiadaban pemerintahnya
dan bersuara demi peri-kemanusiaan kaum Pathan. Ada pula
Pendeta Wigram, kepala sekolah dari Ghaffar Khan, yang
membuat Khan muda terkesan karena pendeta ini lebih banyak
mencurahkan dirinya demi keunggulan anak-anak Pathan di
bandingkan orangtua mereka sendiri.
Selain mereka semua, yang paling utama adalah sang
ayah, Behram Khan, yang mengirimkan anaknya untuk me
ngenyam pendidikan yang dikelola Inggris di Peshawar, tanpa
memedulikan ocehan Mullah bahwa mereka yang belajar di
sekolah hanya akan menjadi mesin uang. Mereka tidak akan

185

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

pernah masuk surga; mereka pasti akan ke neraka. Bukan


berarti Behram Khan mengundang mereka ke neraka. Malah,
Easwaran menuliskan, ia terkenal di seluruh wilayah karena
sifatnya yang bukan tipikal seorang Pathan: pemaaf. Secara
terus-menerus, ia memilih untuk memaafkan daripada mem
balas dendamsuatu keputusan yang pastinya sangat mem
pengaruhi karakter dan karir putra bungsunya.
Sir John Maffey, seorang pejabat Inggris, pernah memanggil
Behram Khan ke kantornya. Saya perhatikan, katanya dengan
nada menyelidik, bahwa anak Anda mengelilingi desa-desa
dan membuka sekolah-sekolah... Bersediakah Anda memohon
kepada anak Anda untuk menghentikan kegiatan ini semua?
Bilang padanya agar diam saja di rumah seperti yang lainnya.
Behram Khan pun menemui anaknya. Ayah, Ghaffar
Khan menjawab, jika orang lain berhenti melakukan lemundz
(doa harian), apakah ayah akan menyarankan agar saya me
ngikuti mereka?
Demi Tuhan, jangan! orangtua itu kaget. Lemundz adalah
tugas suci. Begitu pula mendidik rakyat, demikian Ghaffar
Khan bersikeras, suatu penghormatan halus atas keberanian
ayahnya menghantar anak-anaknya ke sekolah non-tradisional.
Akrab atau jauh, hubungan ini menunjukkan bahwa ke
beranian moral tidak harus berupa tindakan seseorang yang
bekerja berat sendirian. Kendati terdengar tidak masuk akal,
individualitas melibatkan banyak pihak. Agar seseorang dapat
me
ninggalkan warisan yang bisa dilanjutkan oleh generasi
baru, perlu dibangun jejaring manusiasebelum, sekarang,
dan sesudahnya.

186

IRSHAD MANJi

Kita kembali lagi pada kisah pemimpin jaringan penge


boman London. Bagaimana seandainya guru, atasan, atau te
man perkumpulan keagamaannya memberitahukan tentang
Abdul Ghaffar Khan kepada Mohammad Sidique Khan yang
dilanda kegelisahan itu? Bahwa Ghaffar Khan menentang ke
bijakan Inggris, tetapi melakukannya dengan mengerahkan
potensi terbaik dalam diri teman-teman Muslimnya? Bahwa dia
membantu ayahnya membangun lebih banyak kekuatan guna
melenyapkan dongeng feodal yang mengatakan kalau kaum
muda tidak punya apa-apa untuk mengajarkan orang yang
lebih tua? Bahwa dia mungkin akan menyambut pernikahan
antarbudaya bagi Mohammad Sidique Khan? Kakak laki-laki
Ghaffar Khan bahkan menikahi seorang wanita Inggris. Ketika
Gandhi bertanya apakah saudari iparnya beralih memeluk
Islam, Ghaffar Khan menjawab, Mengapa pernikahan harus
mengubah keimanan seseorang? Tak heran Mahatma me
nyanjungnya sebagai seorang universalis.
Apakah kisah ini dapat membujuk Mohammad Sidique
Khan mendidik orangtuanya yang imigran dan menjauhkan
dirinya dari Islamis? Kita hanya bisa tahu kalau ini layak dicoba.
Ed Husain, seorang mantan pejihad yang saat ini mengetuai
sebuah pusat antiterorisme di London, menyampaikan bahwa
beliau menjadi radikal, sebagian, karena pandangan rendah
masyarakat Inggris terhadap dirinya sebagai pemuda Muslim.
Tidak seorang pun mengatakan bahwa kau setara dengan
kami, kau adalah bagian kami, dan kami menerimamu dengan
standar yang sama, kata Husain, menjelaskan. Tidak ada
orang yang berani membela demokrasi liberal tanpa merasa
ragu. Ketika orang seperti kami [di sekolah] mengadakan acara-

187

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

acara yang menentang kaum wanita dan kaum gay, di mana


pemimpin perguruan tinggi dan pengajar, yang menantang
kami?
Paham kan alasan mengapa butuh banyak pihak? Pemimpin
dan pengajar tidak harus menunjukkan sekuler-adalah-yangutama kepada siswa. Mereka cukup memberi tantangan pada
pejihad muda untuk mendengarkan kisah seorang pemuda
Islam gagah berani yang rajin shalat, membaca Al-Quran, me
lawan imperialisme lalu menjadi terkenal karena dipenjara.
Walaupun demikian, dia tetap menyerukan anti
kekerasan
dalam mengalahkan para penjajah dan mendorong kaum wanita
agar meninggalkan hijab mereka.
Bersamaan itu pula, jangan semata-mata berharap untuk
mem
balikkan pejihad-yang-sudah-jadi, audiens kita adalah
mereka yang suaranya mengambang yang menjadi sasaran
untuk dipengaruhi para pejihad ini. Karena itulah pentingnya
berupaya membicarakan Ghaffar di, misalnya, acara kampus.
Apabila golongan pejihad meredam upaya itu, artinya mereka
membuka kemunafikan mereka. Dan, jika mereka membiarkan
orang lain mendengarkan kisah itu, maka teladan Ghaffar
Khan akan menjangkau lebih banyak telinga dan hati, selain itu
juga memberikan alasan pada kumpulan orang mengalihkan
ke
marahan mereka ke arah yang berbeda. Sebagai mentor
bagi para pemuda Muslim, Mohammad Sidique Khan sudah
menemukan tujuan transenden dalam perjuangan penuh damai
dari Gandhi versi Islam, untuk menjadi bagian dari kurikulum
sekolah di Inggris.
Ada satu gagasan untuk kita semua. Muslim dan nonMuslim, orangtua, guru, dan siswa, dapat mengambil tantangan

188

IRSHAD MANJi

ini dengan menjadikan Abdul Ghaffar Khan sebagai materi


pe
lajaran di sekolah-sekolah lokal. Aku telah memasukkan
kisah beliau dalam mata kuliahku tentang Keberanian Moral
di Universitas New York; kalian semua bisa melangkah lebih
jauh dengan membicarakannya ke seorang pendidik. Seorang
pustakawan. Seorang pimpinan sekolah. Seorang anggota de
wan sekolah. Seorang penasihat kota. Di saat bersamaan, ting
galkan keluhan-keluhan tentang kau yang tidak tahu apa yang
harus dilakukan.

Semua ini memperkuat sebuah poin besar yaitu apa yang


bisa kita lakukan. Kita harus mengesahkan Muslim kontrabudaya sebagai Muslim yang kredibel, bukan umat yang dire
mehkan atau meniru Barat. Abdul Ghaffar Khan tidak pernah
menjejakkan kakinya di Eropa atau Amerika, tetapi ia identik
dengan nilai-nilai universal. Umat Muslim pun dapat meng
identifikasikan diri mereka dengan nilai-nilai ini secara ke
seluruhan. Muslim kontra-budaya adalah pewarisnya. Kita
se
dang mengobarkan tingkat perjuangan yang baru untuk
menafsirkan Islam melalui cara-cara yang pasti akan mem
buat tersinggung para tribalis di mana sajapersis seperti
Ghaffar Khan yang memperoleh perlawanan dari golongan
Mullah, para penindas-wanita, dan para pembenci-Hindu.
Menimbulkan ketersinggungan adalah hal yang pasti terjadi
dalam memperjuangkan keragaman.
Banyak di antara kita yang berada di alam demokrasi justru
meyakini sebaliknya, secara emosional terintimidasi untuk me
nerima pandangan yang picik bahwa keragaman hanyalah

189

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

berkisar tentang tampilan luar. Kostum yang penuh hiasan.


Naskah yang dipermak tapi tak mengubah makna. Peranperan klise. Pertunjukkan yang sudah bisa diprediksikan.
Istilah lain untuk penampilan ini? Berlakon. Keragaman yang
sejati menjangkau sampai ke kelompok minoritas dalam suatu
komunitasindividu-individu yang tak memiliki pandangan
ortodoks. Individualitas akan sering mengguncang asumsi dan
menyentak perasaan. Itulah hakikat dari non-kemapanan. De
ngan demikian, perasaan tersinggung bukanlah masalah yang
harus dihindari dengan berbagai cara. Ia adalah harga untuk
mencapai keragaman yang penuh makna.
Frederick Douglass, yang kisahnya menginspirasi Martin
Luther King, Jr., menambah perspektif kita. Mereka yang
menyatakan lebih menyukai kebebasan tetapi mengecilkan arti
kegelisahan adalah mereka yang menginginkan hasil panen
tanpa mau membajak tanah terlebih dahulu, ia menjelaskan.
Mereka ingin hujan tanpa guntur dan petir. Mereka men
damba
kan laut tanpa deru ombak. Kearifan Douglass di
terapkan tidak hanya terhadap penindasan dari luar. Selama
empat puluh tahun, Douglas memiliki istri berkulit hitam.
Dua tahun setelah istrinya meninggal, ia menikah lagihanya
menghadapi orang-orang rasis di kalangan masyarakat AfrikaAmerika sendiri. Sebuah kolom di satu koran, milik orang kulit
hitam, secara tajam memaparkan bahwa Fred Douglass telah
menikahi seorang wanita kulit putih berambut merah Dia
tidak lagi berguna buat kita. Fotonya (dulu terpajang) di ruang
duduk, kita akan (sekarang) memasangnya di kandang kuda.
Muslim kontra-budaya pernah mengalaminya. Kita pun masih
mengalaminya.

190

IRSHAD MANJi

Martin Luther King, Jr. memberitahukan rakyat Amerika


tentang dua bentuk kedamaian: kedamaian negatif yaitu
hilangnya ketegangan dan kedamaian positif yaitu hadir
nya keadilan. Sebagai harga untuk mewujudkan bangsa yang
beragam, King menerima ketegangangemuruh laut yang
muncul akibat membuat tersinggung para pengusung pemisah
an kulit putih dan kulit hitam. Di abad ke-21 ini, tanggapan
buruk semacam itu adalah harga dari menghuni dunia yang
penuh keragaman.

191

5
Tersinggung adalah Harga dari
Keragaman
Dari waktu ke waktu, Muslim moderat secara terang-terang
an memanggilku fasis. Kupikir penggunaan kebebasan me
reka berbicara itu kekanak-kanakan dan membuatku tersing
gung, tapi aku tidak menyuruh mereka tutup mulut. Tidak
juga mengancam akan menuntut mereka. Hakku untuk bicara
dapat bertahan selama hak mereka pun begitu. Prinsip ini
harus kucamkan baik-baik saat perjalanan ke Madison, New
York, pada bulan Desember 2004. Beberapa umat Muslim lokal
keberatan dengan rencana penampilanku di Universitas Drew.
Alih-alih membatalkan undangan buatku, seperti yang terjadi
di tempat lain, pelaksana acara mengizinkan pihak yang marah
ini menyebarkan brosur saat berlangsung acara. Para pengecam
itu juga mendapat tempat istimewa selama sesi tanya-jawab.
Kedua solusi ini dapat tetap menjaga eksistensi ke
bebasan
berekspresi.

193

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Setelah kuliahku, seorang profesor studi agama yang mem


fasilitasi acara ini mengirim surel kepada beberapa umat Mus
lim, Yahudi, dan Nasrani untuk memberi ucapan selamat atas
keberhasilan mereka menjaga sikap tetap tenang selama acara
berlangsung. Profesor itu menulis:
Sulit bagi saya untuk memikirkan pembicara yang lebih
kontroversial bagi Muslim selain Irshad Manji. Namun
demikian... anggota masyarakat kita menyaksikan suatu
realitas bahwa Muslim mampu dengan sempurna ter
libat dalam debat yang beradab, sopan, rasional, serta
jujur, di dalam kelompok yang beragam, dengan Muslim
lain yang sangat bertentangan dengan mereka... Ada
kekuatan-kekuatan di kampus Drew yang menentang
penampilan Nona Manji sampai menit-menit terakhir.
Apa yang berada di balik keraguan mereka, menurut
keyakinan saya, utamanya adalah asumsi-asumsi im
plisit bahwa Muslim tak bisa menghadapi perbin
cangan serius tentang agama mereka. Saya menolak
pemikiran itu.
Profesor itu telah menaikkan standar. Ekspektasi yang lebih
tinggi memutus tali kebencian, membantu mentransformasikan
perseteruan menjadi dialog publik yang konstruktif. Indahnya
adalah, profesor tidak meredam siapa pun. Peredaman di
kalahkan oleh pencapaian.
Walaupun demikian, akhir bak kisah Cinderella tidak be
nar-benar terwujud. Di dalam ruangan, salah seorang Mus
lim yang protes menyorongkan secarik catatan kepadaku dari

194

IRSHAD MANJi

seberang meja tempat kami duduk. Kop suratnya berasal dari


suatu kelompok dialog antaragama, beberapa kata menarik
perhatianku: Batalkan paragraf terakhir... Seluruh paragraf itu
salah... Secara sejarah tidak benar dan mengandung provokasi
yang tidak perlu... Seisi halaman itu tidak relevan dengan teks
utama... Seisi halaman itu tidak benar dan berlebih-lebihan...
Juga, ubah judul untuk...
Oh Yesus. Oy Vey.4 Dan mungkin Nabi Muhammad akan
berkata, Oh, demi buah Tin! Aku menatapi daftar kalimat
untuk menyensor edisi bukuku berikutnya, dimulai dari satu
bagian di halaman 2: Seluruh paragraf menyinggung pera
saan.
Anda ingin penerbit saya menyunting semua pemikiran
ini?
Oh, iya, tegas laki-laki di acara dialog itu. Kalau tidak,
Anda seperti fasis.
Tapi tunggu dulu, pikirku. Penganut fasismelah yang me
lakukan sensor. Fasislah yang menekan. Fasislah yang me
larang. Itukah yang Anda larang untuk kulakukan supaya tidak
dianggap seperti fasis? Mendadak terpana tak bisa berkatakata, aku mengerdip ke catatan tersebut dan hanya berhasil me
mahami bagian kop di setiap halaman: Suara Islam, Yahudi,
dan Kristiani Modern. Modern! Pikirku selanjutnya: Saudara
Tukang Sensor, kelancanganmu membuatku berang. Gelisah
ingin meninggalkan ruangan yang penuh dengan keanehan,
aku tak berkomentar lebih jauh dan belakangan aku mengomeli
diriku karena diam saja.
4

Oh, menyakitkan. (bahasa Yiddi, yaitu bahasa internasional dari Yahudi Ashkenazic,
terutama didasarkan pada dialek Jerman dengan kata-kata diambil dari bahasa
Ibrani dan bahasa lainnya, dan ditulis dalam Alphabet Ibrani)

195

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Sejak itu, kehormatan pribadiku terpulihkan. Setiap kali


aku menerima ucapan terima kasih dari Muslim yang tinggal di
tempat di mana mereka sulit untuk berbeda pendapat seperti
di Amerika, aku menjadi yakin kembali kalau Saudara Tukang
Sensor itu tidak berbicara atas nama semua umat. Orang
seperti Anda bertindak sebagai sumber energi bagi orang-orang
seperti saya, yang hidup di negara Muslim, tapi tidak mampu
berbicara lantang, tulis Muhammad dari Pakistan. Saya su
dah berusaha, tetapi kemudian sadar bahwa saya akan me
nyinggung banyak orang dan nyaris tidak menghasilkan apaapa, bahkan ujung-ujungnya dilecehkan. Semoga Allah selalu
memberkati Anda dengan yang terbaik, dan menganugerahi
saya keberanian untuk tetap berdiri tegak seperti diri Anda.
Muhammad mengulurkan harapan, suatu hari nanti ia akan
menentang pihak-pihak berwenang yang menegakkan standar
perilaku budaya dan agama. Kapasitasnya untuk menjadi in
dividu akan terwujud.
Beberapa umat telah berhasil mengendalikan perasaan ter
singgung mereka demi mencapai pertumbuhan pribadi. Saya
seorang profesional muda dari Pakistan, demikian Awais me
mulai.

Beberapa bulan yang lalu, salah seorang teman mengirimkan


surel terjemahan The Trouble with Islam Today dalam bahasa
Urdu. Sungguh suatu kejutan yang menyenangkan, terutama
karena saya sudah membaca buku ini dan tak pernah mem
bicarakannya pada orang lain... Keberanian moral teman saya
ini memprovokasi saya untuk menemukan keberanian moral di
dalam diri saya sendiri. Saya lalu mengirim terjemahannya versi
daring kepada beberapa teman [karena] saya yakin buku ini

196

IRSHAD MANJi

akan menciptakan perubahan positif dalam kehidupan mereka.


Barangkali, beginilah cara gerakan akar rumput bekerja.
Pada saat itu, seorang Islamis di tempat kerjaku mengirim surel
ke seisi kantor tentang khotbah dari seorang perwakilan Taliban.
Begitu keterlaluannya sampai-sampai saya terpaksa kembali
berpikir untuk mengambil strategi diam saja. Sejak hari itu, saya
menulis blog untuk mempromosikan pemikiran bebas dan rasio
nalisme. Selain itu, saya dan beberapa teman meluangkan waktu
untuk melakukan diskusi yang bermanfaat bersama dengan
teman-teman lainnya, yang akan mendorong mereka untuk me
ngajukan pertanyaan dan berpikir bebas.
Perspektif si Islamis yang keterlaluan itu justru me
motivasi Awais untuk melakukan aksi antikekerasan dengan
meng
ajukan argumen-bantahan melalui blog. Di saat bersama
an, membaca bukuku dengan beberapa temansebuah buku
yang menjengkelkan beberapa umat Muslim, lebih daripada
Talibanmembantu Awais mempromosikan penggunaan nalar
dalam Islam secara terbuka. Seorang Pakistan dengan sedikit
kebebasan dibandingkan warga Amerika mampu menciptakan
cara untuk memperluas pilihannya ketimbang membatasi pi
lihan dari orang lain. Calon tukang-sensorku dari New Jersey
mungkin bisa belajar sesuatu dari situ.
Pelajaran Kelima: Tersinggung adalah harga dari keragaman.

Persoalan kartun Denmark memicu keragaman. Banyak di antara


kita hanya mengingat kericuhan yang memanas di awal tahun
2006, saat segelintir jurnalis, politikus, diplomat, dan mullah di

197

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Denmark memanipulasi audiens mereka untuk memperbesar


kesalahpahaman dalam polemik komik. Berbulan-bulan setelah
memublikasikan gambar yang dipandang meng
olok-olok
Muhammad, surat kabar Denmark Jyllands-Posten memohon
maaf. Tetap saja, kontroversi meluas. Massa Muslim membakar
misi-misi Skandinavia di Syria, Lebanon, dan Iran. Ancaman
bom datang ke lebih dari satu kantor surat kabar Eropa. Ribuan
orang Palestina berseru, Kematian untuk Denmark! Sejumlah
Muslim di India dan Indonesia merusak bendera Denmark
bergambar salib, yang mungkin merupakan simbol paling suci
umat Kristiani. Chechnya mengusir pekerja kemanusiaan dari
Denmark. Kopenhagen mengevakuasi warga Denmark dari
Jalur Gaza. Muslim-muslim dari kalangan biasa terinjak-injak
dalam kerusuhan dan kematian yang sia-sia menandai ledakan
bom yang dilempar.
Tetapi keadaan ini juga memicu gelombang surel pada
lamanku, kebanyakan dari kaum muda Muslim. Saya lebih
sakit hati karena kerusuhan itu daripada gara-gara kartun!
seru Mahmood, seorang mahasiswa yang reaksinya mewakili
yang lain. Ia lalu bertanya, Dapatkah Islam dan kebebasan
berekspresi hidup berdampingan? Di saat chaos akibat kartun
meninggi, pertanyaan itu meluncur ke kotak masuk surelku.
Muak dengan pergolakan yang terus-menerus, kalangan Muslim
yang mengontakku ini mengubah rasa kesal mereka terhadap
kekerasan menjadi hasrat terhadap keragaman tafsiran.
Mereka mendapatkannya. Dalam balasanku, aku menulis
bahwa Al-Quran sendiri menerangkan, akan selalu ada orangorang yang tidak percaya (non-believers), dan urusan Tuhan,
bukan kita kaum Muslim, untuk menghadapi mereka. Selain

198

IRSHAD MANJi

itu, Al-Quran secara gamblang menentang pemaksaan dalam


beragama. Tak seorang pun harus dipaksa untuk mem
per
lakukan tradisi sebagai sesuatu yang tidak tersentuh, termasuk
tradisi-tradisi yang menghasilkan kekacauan dalam praktik
keislaman yang menyamakan nabi Manusia dengan idola yang
tidak bisa diganggu gugat. Monoteis menyembah Tuhan yang
satu, bukan menyembah salah satu dari utusan Tuhan. Inilah
alasan mengapa kerendahan hati mensyaratkan agar kita se
sekali mengkritisi diri sendiridan satu sama lain.
Jadi, ketika sebuah karikatur menyindir rasul Islam yang
tercinta memakai serban yang bisa berubah menjadi bom waktu,
harus
kah kita duduk saja dan menerimanya? Tidak persis
begitu. Terima, tapi tidak duduk saja. Al-Quran menyarankan
agar kita bangkit dan secara baik-baik meninggalkan mereka
yang menyimpangkan iman kita. Sebagai rujukan, aku pernah
melakukan hal ini pada seorang Muslim di New Jersey yang se
mangat menyensornya berlawanan dengan semangat kemurahhatian Al-Quran. Sedemikian murah hatinya sampai Al-Quran
menasihatkan kita untuk tetap bersikap terbuka terhadap me
reka yang membuat kita sakit hati. Selesaikan dengan damai,
begitu saran Al-Quran, kemudian mulailah percakapan ketika
sudah tenang. Ini memang bukan pendekatan dialog ala
Socratesdengan pemeriksaan silang yang tanpa belas kasih,
tanpa penyesalanatau juga bukan bermulut manis penuh
basa-basi yang sering kali berlangsung dalam dialog antar
agama.
Semasa krisis kartun, keragaman tafsiran memiliki kesem
patan yang bagus sebagai akibat dari rasa sakit hati ini. Mehdi,
salah seorang pembacaku, menunjukkan dengan suka cita:

199

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Mempertimbangkan banyaknya orang dari segala perspektif ber


diri tegak dan memberikan opini mereka, serta diskusi-diskusi
berbasis nilai yang terjadi di dunia Islam dan berbagai komunitas
Barat, saya merasa kartun itu berhasil mencapai apa yang
memang diniatkan: mendobrak kebuntuan dalam percakapan
dan membuat orang berbicara kembali. Bicaralah sesuatu, apa
saja, tapi jangan berhenti bicara. Hidup orang Denmark!
Sebagai penghargaan atas kebebasan berbicara, aku me
masang (dan menanggapi) surel-surel dari Muslim yang me
nyaksikan wawancaraku di TV tentang kartun:

Sebagai orang yang beralih memeluk Islam sekaligus penduduk


asli Denmark, saya sangat sedih dan syok melihat saudara
sesama Muslim saya berperilaku dengan cara yang paling tidak
mulia. Tak bisakah mereka melihat kalau mereka sendirilah yang
menggambarkan Islam sebagai agama yang tidak mengampuni
dan mengandung kekerasan? Secara pribadi, saya tak bisa
melihat mengapa non-Muslim harus tunduk kepada tabu dalam
Islam. Sebenarnya, menurut saya gambar itu sangat lucu. Saya
tahu mereka sadis, tapi begitulah selera humor orang-orang
Denmark. Dan menurut saya, Muhammad, semoga damai
besertanya, memiliki rasa humor.
sten
Dia pasti memiliki rasa humor yang tinggi untuk bertahan
dengan kebodohan dan ancaman dari orang-orang Arab. Ber
bicara tentang kebodohan dan ancaman...
Aku mendengar wawancaramu... Kau mengatakan, kenapa ada
protes besar-besaran di dunia Islam. Jawabanku, mengapa tidak.
Cetak saja kartun bergambar Yesus dan lihatlah apa yang umat

200

IRSHAD MANJi

Nasrani akan lakukan? Camkan kata-kataku, karena sesuai janji


Tuhan, kau dan temanmu si brengsek Rushdie akan mati dengan
sangat kesakitan sampai kalian berdoa memohon untuk mati
saja, tapi kematian tidak akan datang dengan gampang, Insya
Allah. Dan kau akan mati sebentar lagi, Insya Allah. Dan jiwa
kamu akan membusuk di neraka. Baca ini dan camkan setiap
hari!
handsome_guy
Aku menantang Anda untuk membaca surat berikut setiap hari
dan pelajari perbedaan antara kejahatan dan perbedaan pen
dapat.
Saya seorang gadis yang tumbuh besar di Denmark, tapi aslinya
dari Bahrain. Anda mengatakan kalau dunia Muslim seharusnya
lebih toleran dalam hal kebebasan berbicara. Saya setuju. Hanya
saja, kebebasan berbicara tidak berarti Anda harus meng
gunakannya untuk menyakiti, membuat tersinggung, atau meng
hina orang. Merepresentasikan Nabi sebagai teroris sama saja
mengatakan semua umat Muslim adalah teroris. Saya tahu saya
tidak begitu. Anda tidak akan melihat saya membuat kartun
tentang Kristiani dalam bentuk simbol Nazi. Itu salah! Sebagai
seorang Muslim, saya hanya meminta untuk dihormati. Saya
tidak menganggap diri saya religius, tapi satu hal yang saya
tahu, Islam sangat berarti bagi saya.
Fatima
Islam sangat berarti bagiku juga, tetapi aku juga paham bahwa
tak seorang pun bisa mempermalukanku tanpa seizinku. Per
timbangkan koresponden berikut...

201

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Menyaksikan wawancaramu di CNN. Dari mana kau dapat ide


begitu? Aku tahu, kau suka penis putih di dalam vaginamu yang
lebar dan bau itu, tapi jangan kelewat batas, sundal sialan!
Anonim
Aku tidak tahu dari mana Kau mendapatkan ide itu karena aku
tidak pernah mengalami, uh, seks penetrasi. Tidak sama sekali.
Tapi itulah, sobat, jenis kesenangan yang kau butuhkan, se
tidaknya menurut Muslim berikut...
Aku melihat kamu membahas histeria tentang kartun
Muhammad di Denmark. Aku juga membaca bukumu ketika
diterbitkan. Dan waktu itu, aku bergabung dengan Muslim lain
nya untuk mengutuk bukumu. Aku ini pemuda kulit putih yang
masuk Islam saat berusia 17 tahun karena mencari makna
hidup dan juga berontak melawan masyarakat. Aku juga gay,
dan menerima kondisi ini kurang lebih setahun yang lalu. Dan
sekarang, meskipun aku masih meyakini Allah dan Muhammad
sebagai utusan-Nya, firasatku mengatakan Tuhan memberikan
kita banyak ruang untuk menjadi manusia.
Kurasa, meskipun aku mencintai Allah, aku tidak menyukai
Muslim. Sebagian besar mereka, jika tidak seluruhnya, me
nyakitiku sampai ke ulu hati yang paling dalam. Kadang-kadang
aku merasa umat Muslim itu layak dibuat tersinggung oleh halhal sepele seperti kartun Denmark. Kupikir kartun itu lucu, se
betulnya! Aku sangat suka kutipan dari salah seorang editor surat
kabar Yordania yang mencetak kembali kartun itu: Mana yang
lebih menghina bagi Islam, seseorang menggambar kartun atau
seseorang mengebom pesta pernikahan di Amman?
Umat Muslim perlu bangun. Mereka juga perlu mulai minum
anggur, menerima kecenderungan homoerotika, menulis syair,

202

IRSHAD MANJi

dan yang paling penting, membebaskan diri mereka dari rantai


fundamentalis yang mereka ciptakan [untuk diri mereka sendiri
dan orang lain!]. Dunia Muslim hanya akan bebas saat bar-bar
memenuhi jalan-jalan dan para wanita memamerkan keindahan
feminin, alamiah mereka. Umat Muslim perlu dewasa dan ber
henti mengharapkan semua orang jadi domba dungu sebelum
tradisi oral 1400 tahun. Ketelanjangan akan membebaskan Darul
Islam.
Jamal
Mabuk dan dansa-dansi sebagai model kebebasan ideal? Terlalu
hedonis buatku, Jamal. Jiwaku bisa haus akan kebermaknaan.
Tapi kalau revolusimu terjadi sebelum aku berhasil, ajak aku
untuk mencukur kakiku.
Di bagian akhir, aku mencantumkan tautan ke semua kar
tun itu, termasuk gambar nabi sebagai pedofilia dan babi
karikatur yang sengaja diada-adakan oleh imam-imam radikal
di Denmark dan secara keliru diatribusikan pada JyllandsPosten. Dengan memublikasikan perdebatan ini, aku ingin mu
suh-musuh Islam melihat bahwa mereka pun juga terlalu ber
sandar pada kebebasan ekspresi. Semakin keji komentar me
reka, semakin mereka memperlihatkan ketergantungan pada
kebebasan sampai-sampai mereka pun bersedia merampasnya
dari orang lain.
Kontradiksi ini muncul di hadapanku lima bulan kemudian.
Seorang wanita Muslim berkeliaran di sekitar Perpustakaan
Umum Vancouver sambil berdemonstrasi menentang kuliah
yang kusampaikan hari itu. Ia membawa setumpuk pamflet
yang mendesak kepada kaum muda Muslim yang pandai
untuk menjauhi penipu gila ini. Di depan kru pem
buat

203

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

film dokumenterku dan kamera yang masih menyala, wanita


itu menudingku telah menjelek-jelekkan umat Muslim. Tak
ingin memboroskan waktu kami yang singkat hanya untuk
membantah kesan dia terhadap kerjaku, aku mengatakan dia
lah yang menjelek-jelekkan aku.
Tidak, ia menyangkal dengan cepat.
Aku menunjuk ke kata-kata yang terpampang di pamflet
nya. Anjing berbulu Domba.
Bukan Anda, katanya.
Irshad Manji, aku membacakan pamflet itu. Anjing ber
bulu Domba.
Oke, ia menyerah. Lalu kenapa? Kebebasan berbicara.
Berteriaklah sesuka hatimu, saudariku. Inilah momen de
mokratis yang mendecakkan lidah, ketika kedua pihak bisa
sepakat bahwa meskipun di dalam hati mereka berbeda, jawab
an untuk menghadapi pembicaraan yang dipersepsikan me
ngandung kebencian adalah lebih banyak lagi bicara. Seperti
dalam, argumen yang lebih baik dari orang yang dibuat jengkel
dan respons dari orang yang membuat jengkel, yang pada
giliran
nya merasa jengkel dengan apa yang ia persepsikan
sebagai pemutarbalikan fakta yang disengaja dari argumennya.
Maka, aku pun mengundang demonstran itu masuk ke dalam
perpustakaan untuk menyebarkan pamfletnya, mendengarkan
kuliahku, dan boleh mengajukan pertanyaan yang tidak me
nyenangkan. Ia menolak, tapi setuju membiarkan video per
temuan kami ini muncul dalam dokumenterku dengan tujuan
agar pesan dia lebih berkumandang keras.
Alih-alih sebagai ancaman pemecah belah, kebebasan ber
ekspresi merupakan benang pemersatubagian krusial dari

204

IRSHAD MANJi

kontrak sosialbagi wilayah yang memiliki keragaman. Apa,


selain kontrak sosial semacam itu, yang akan memperbolehkan
si demonstran mengungkapkan ketidaksenangannya? Apa la
gi yang akan membuatku dan orang lain mendengarnya? Apa
lagi yang bisa meragukan kepastian dan menyenggol kita un
tuk berpikir? Apa lagi yang akan menantang wanita tadi ber
buat demikian? Hak demonstran untuk berargumen tidak bisa
dipisahkan dari hakku. Jika keragaman bermakna lebih dari
sekadar melingkari hari libur di kalender, maka kita harus
menerima adanya hubungan antara tersinggung (being offended)
dan terdidik (being educated).

Aku ingin kembali ke perjalananku melalui bencana kartun di


Denmark. Kejadian itu menunjukkan bahwa di dalam wilayah
keragaman yang penuh kekisruhan, kejelasan dibutuhkan un
tuk menggantikan kerapuhan situasi. Kejelasan, dalam hal ini,
berkaitan dengan bagaimana Muslim dan non-Muslim dapat
menegakkan keragaman berpikirbersama-sama.
Pada saat cartoon free-for-all (bebas kartun-untuk-semua),
Caroline Fourest, seorang sarjana Prancis, mengikuti dialog
di lamanku dan memperhatikan bahwa aku berargumen me
ngenai kebebasan berekspresi dengan berdasar pada Al-Quran.
Sebagai seorang ateis, ia memintaku bergabung dengan Salman
Rushdie, Ayaan Hirsi Ali, Bernard-Henri Lvy dan tujuh orang
lainnya dalam penandatanganan apa yang kemudian menjadi
Manifesto 12. Isinya:

205

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Setelah melewati fasisme, Nazisme, dan Stalinisme, du


nia kini menghadapi ancaman totalitarian global yang
baru: Islamisme. Kamipenulis, jurnalis, dan cende
kiawan publikmenyerukan penolakan terhadap tota
litarianisme agama. Kami menyerukan dukungan un
tuk kebebasan, kesempatan yang setara, dan nilai-nilai
sekuler di seluruh dunia.
Kebutuhan akan nilai-nilai universal ini telah diperlihat
kan oleh serangkaian kejadian sejak publikasi gambar
Muhammad di koran-koran Eropa. Pertikaian ini tak
bisa dimenangkan oleh senjata, tetapi dalam arena ga
gasan. Yang kita saksikan ini bukanlah benturan per
adaban atau pertentangan antara Timur versus Barat,
tapi pergumulan global antara demokrat dan teokrat.
Sebagaimana semua totalitarianisme, Islamisme ditum
buhkan oleh rasa ketakutan dan frustrasi. Para peng
khotbah kebencian mempertaruhkan kedua perasaan
ini demi membentuk batalion yang diarahkan untuk
memaksakan sebuah dunia yang tidak setara. Tetapi
kami secara jelas dan tegas menyatakan: Tidak ada,
bahkan dalam kondisi putus asa pun, tidak ada yang
dapat menjustifikasi pilihan atas obskurantisme (ke
masabodohan intelektualpenj.), totalitarisme, dan ke
bencian.
Islamisme adalah ideologi reaksioner yang membunuh
kesetaraan, kebebasan, dan sekularisme di mana pun ia
berada. Kesuksesan Islamisme hanya membawa dunia
pada ketidakseimbangan kekuasaan yang lebih besar:

206

IRSHAD MANJi

dominasi laki-laki atas perempuan, dominasi Islamis


atas semua yang lainnya.
Untuk menolak ini, kita harus menjamin universalitas
HAM untuk menekan orang-orang. Karena alasan ini,
kami menolak relativisme budaya, yang menerima
bahwa laki-laki dan perempuan Muslim harus dilucuti
hak kesetaraan dan kebebasan mereka atas nama tradisi
budaya mereka.
Kami menolak meninggalkan semangat kritis kami lan
taran ketakutan dituduh Islamofobia, sebuah konsep
yang disesalkan merancukan kritisisme terhadap prak
tik keislaman dengan stigmatisasi Muslim itu sendiri.
Kami memohon adanya universalitas dalam kebebasan
berekspresi, supaya semangat bersikap kritis bisa di
terapkan di setiap benua, melawan setiap penyiksaan
dan dogma. Kami meminta kepada para demokrat dan
penganut semangat kebebasan dari semua negara agar
abad kita ini harus menjadi abad pencerahan, bukan
abad obskurantisme.
Aku suka sekali bahwa manifesto ini memohon kepada
para penganut semangat kebebasan dari semua negara, serta
menolak perang antara peradaban sebagai garis pertempuran
yang masuk akal: garis antara para demokrat dan teokrat.
Yang aku tidak suka adalah sebagian besar penanda tangan
adalah ateis sejati. Apakah aku ini simbol yang mewakili umat
beragama? Kata simbol membuat emosiku terusikselama
lima menit yang mengesalkan. Lalu aku tertawa sendiri. Anu

207

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

gerah baru saja datang ke pangkuanku. Sebagai Muslim yang


beriman, aku bisa menunjukkan bahwa semangat bersikap
kritis, kesempatan yang setara, dan nilai-nilai sekuler
tidak harus menjadi domain eksklusif para ateis.
Aku bisa menggunakan manifesto itu untuk mendidik
orang-orang skeptis, dari kaum Muslim sampai jurnalis, tentang
mengapa sekularisme dan iman bisa dipertahankan secara
bersamaan. Hanya di masyarakat sekuler, keragaman agama
dapat berkembang. Nilai-nilai sekuler membuka ruang bagi
kita semua untuk beribadah, atau tidak, sesuai hati nurani kita.
Teokrasitermasuk pemerintahan yang seharusnya rasionalis
seperti Jerman Nazi dan Korea Utaramemarjinalkan nurani
pribadi, mewujudkan kemunafikan. Sekularisme menciptakan
kesempatan untuk menjelajahi berbagai perspektif, memercik
kan perlombaan nurani. Sekularisme pun menguji ketulusanku,
sebagai orang beriman, untuk menyerahkan keputusan akhir
kepada Tuhan. Sisi terbaiknya, dengan demikian, sekularisme
itu bagus buat iman dan buruk bagi dogma.
Tetapi ketika praktisi keimanan menjadi dogmatis, se
perti kecenderungan para Islamo-tribalis, sekularis memiliki
alasan untuk mengambil tindakan dengan membuat batasanbatasan hukum. Sebab, nilai-nilai sekuler dimaksudkan untuk
menjamin bahwa tidak ada agama yang bisa mengambil alih
ruang publik dan membungkam kebebasan bagi mereka yang
memilih untuk tidak beragama, atau yang memilih tafsiran yang
ingin disensor oleh pemimpin komunitas agama. Pada jalan
Islam yang lapang, tak ada pertarungan antara iman dan nilainilai sekuler karena nilai-nilai ini bernaung di bawah ajaran
Al-Quran yang secara transparan menentang pemaksaan. Di

208

IRSHAD MANJi

mana pun keragaman hidup, semangat sekularisme menjadi


ciri kontrak sosial yang harus ada.
Manisfesto 12 jadi tersebar ke mana-mana. Ummah.com,
sebuah situs web Islam yang dikelola di Inggris, kemudian me
masang ancaman kematian langsung terhadap para penanda
tangan: Luar biasamembuat pembunuhan terhadap kafir
lebih mudah... kini kami keluarkan daftar tokoh untuk di
bunuh. Tidak perlu tergesa-gesa, tapi pastikan mereka segera
lenyapoh tak usah mengeluarkan fatwa, tidak diperlukan di
sini. Karena pengumuman ini berasal dari sumber yang me
narik banyak pihak radikal, Fourent dan aku harus bergabung
kembali. Perjuangan kami sekarang membutuhkan pertunjuk
kan solidaritas dari orang-orang di seluruh dunia yang mau
secara terbuka menyatakan bahwa ancaman kematian tidak
menyurutkan nurani mereka.
Kami pun merancang sebuah petisi yang berisi: Saya ingin
mengekspresikan dukungan tegas saya kepada penanda tangan
dan kemarahan saya pada serangan gerakan Islamis terhadap
mereka. Saya berdiri teguh bersama ke-12 orang ini melawan
gerakan reaksioner. Saya bergabung dengan seruan mereka
untuk menolak totalitarianisme agama dan mempromosikan
ke
bebasan, kesempatan yang merata, HAM, dan nilai-nilai
sekuler untuk semua. Kami meminta publik untuk tidak ha
nya membubuhkan nama mereka tapi juga mencantumkan
daerah, kota, atau negara mereka. Fourest dan aku paham
kalau permintaan tambahan ini mungkin akan membatasi
jumlah penanda tangan. Pertukaran yang adil, karena upaya ini
dimaksudkan untuk menaikkan ekspektasi orang yang ingin
mengambil sikap. Sekarang mereka tahu bagaimana, tetapi

209

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

juga memikirkan bahwa mengambil sikap maju berarti mem


pertaruhkan lebih dari sekadar menggores pena. Jika beberapa
orang tak bisa bergerak sejauh itu, kebebasan menganugerahkan
mereka pilihan ituironi, yang kami harap, bisa menjadi
cerminan bagi mereka yang ragu.
Guna memastikan umat Muslim mendengar permohonan
kami untuk nilai-nilai sekuler, kami memuat petisi itu di si
tus webku. Sejauh ini, ribuan penanda tangan mencakup
Muslim dari Saudi Arabia, Cina, Iran, Prancis, Afghanistan,
New Zealand, Turki, India, West Bank (Tepi Barat), Belanda,
Malaysia, Australia, Syria, Afrika Selatan, Algeria, Amerika
Serikat, Nigeria, Kanada, dan Pakistan. Manifesto 12 benar:
se
mangat kebebasan memang berkeliaran di dalam Islam.
Demokrat di mana pun tak bisa membiarkan dirinya ditakuttakuti oleh teokrat. Peradaban, selalu dan harus terus menjadi
upaya bersama.
Aku belajar bahwa kearifan bisa dihasilkan dari episode
panas seperti drama kartun Denmark. Untuk menuju jalan
ke
arifan, kita tak boleh larut dalam kelicikan dan teriakan
para wakil komunitas. Serius dengan keragaman menuntut
kita untuk berhenti memberikan banyak pengaruh kepada
tersangka biasa (usual suspect). Marilah berikan pilihan, se
perti yang dilakukan oleh petisi ini, kepada tersangka yang
tidak biasa (unusual suspect). Mereka yang tidak-didukung.
Yang tidak-resmi. Yang tidak-mapan. Merekalah yang akan
membawa Muslim dan multikulturalis melampaui keragaman
wujud yang palsu dan menuju keragaman pemikiran yang
lebih niscaya dan tidak terbatas.

210

IRSHAD MANJi

Dear Irshad,
Akhirnya, keprihatinan saya terbukti benar. Penerbit tidak
punya nyali. Dewan Penerbitan terintimidasi dan dibodohi oleh
profesor yang sangat mapan... Orang yang disebut akademisi
ini mengutuk dan menghina karyaku sebagai tidak akademis,
pinggiran, kontroversial, dan penuh kebencian, tanpa mem
berikan argumen apa pun pada substansi. Dia (kemungkinan
besar) salah menuduh saya sebagai anggota sekte pemujaan.
Mereka yang tahu pribadiku dan karyaku, tahu pasti kalau aku
seseorang yang berjiwa bebas.
Edip Yuksel, seorang Muslim keturunan Amerika-Turki,
melontarkan surel itu pada bulan Desember 2006. Penerbitnya,
Palgrave Macmillan, baru saja memberhentikan proyeknya.
Quran: A Reformis Translation (Quran: Sebuah Terjemahan Re
formis). Sejak menandatangani kontrak kerja dengan penerbit
di tahun 2004, Yuksel dan rekan penulisnya menggarap ter
jemahan yang mereka gambarkan sebagai Pesan Tuhan ke
pada mereka yang lebih memilih nalar daripada keyakinan
buta. Sebagai Penerbit akademik, Palgrave Macmillan harus
membawa naskah melalui proses review yang melibatkan para
akademisi. Tampaknya, berdasarkan satu review negatifha
nya satu yang disebutkan oleh seorang editor senior dalam
korespondensi pribadi dengan Yukselbuku ini mati karena
tidak didukung oleh perusahaan.
Pakar-pakar lain mengapresiasi pengalaman Yuksel. Reza
Aslan, penulis buku No god but God (Tiada tuhan selain Tuhan),
menyebut karya itu tafsiran berani dan indah yang berperan
sebagai pengingat umat di saat yang tepat bahwa Al-Quran
bukanlah kitab yang statis, melainkan teks yang hidup, ber

211

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

napas dan selalu berevolusi... Sejumlah profesor feminis mem


berikan penyemangat yang bermutu. Aku pun mendukung
upaya tersebut tanpa mengklaim tafsiran itu benar. Tapi satu
akademisi saja yang berpengaruh telah membuat dukunganku
tidak berguna bagi proyek ini. Rasanya seperti penerbit abad
pertengahan yang menolak buku Marthin Luther King setelah
mereka berkonsultasi dengan uskup Katolik, Yuksel dongkol.
Seseorang pasti berpikir apakah Palgrave Macmillan berlari
ketakutan setelah kehebohan kartun Muhammad. Terlepas dari
itu, pihak penerbit sudah memperlihatkan bahwa non-Muslim
memainkan peran sangat penting dalam reformasi islami
atau sebaliknya.
Keputusan penerbit tersebut menghalangi publik pembaca
buku terekspos dengan tafsiran Al-Quran yang liberal. Misalnya,
bagi pelaku jihad kekerasan, pertanyaan tentang pemenggalan
kepala bukanlah pertanyaan sama sekali, melainkan hak yang
sudah ditentukan oleh sang Ilahi. Tetapi tidak, menurut Qur
an: The Reformist Translation, ada dua cara memperlakukan
tawanan: bebaskan mereka, dan jika cara itu mustahil secara
politik, maka lepaskan mereka setelah memperoleh jaminan
uang atas agresi mereka terhadapmu. Kedengarannya memang
seperti pemerasan, namun ini merupakan perbaikan yang ber
arti daripada pembantaian yang terjadi di kebanyakan zona
peperangan saat ini.
Berbicara mengenai perolehan uang, haruskah pemerin
tahan Muslim membebankan pajak pada non-Muslim? Bahkan
pada saat toleransi mengalami puncak kejayaan di dalam per
adaban Islam, pemeluk agama minoritas tetap harus memba
yar pajak khusus, atau jizyah, pada Pemimpin Muslim mereka.

212

IRSHAD MANJi

Namun terjemahan dari Yuksel dan rekan-rekannya meng


artikan jizyah sebagai reparasibahwa ada hal-hal yang
wajib untuk diperbaiki seperti kondisi sebelum perang, bukan
mengeksploitasi untuk pajak terus-menerus. Dan itu pun ha
nya jika pihak Muslim yang mengalami serangan lebih dulu.
Apakah perasaan tersinggung sama halnya dengan diserang?
Tidak. Kita tidak diizinkan untuk membunuh atau meng
hukum orang-orang karena mereka mengolok-olok wahyu atau
tanda-tanda Tuhan, begitulah komentar yang sering diulang
dalam terjemahan itu. Perilaku agresif apa pun terhadap me
reka dianggap bertentangan dengan hukum Tuhan yang meng
akui kebebasan memilih, beropini, dan berekspresi. Suatu
tinjauan yang membuat ulama tradisional tersentak.
Bertekad mengeluarkan karya mereka di masa tidak ada
nya kepercayaan antara Muslim dan non-Muslim yang semakin
dalam, Yuksel dan rekan-rekannya memublikasikan sendiri
di Amerika Serikat. Terjemahan mereka juga bisa diunduh,
gratis, dari homepage-ku. Julie, seorang Muslim Amerika, su
dah melakukannya. Aku masuk Islam 7 tahun lalu dan prinsip
keislaman yang mendasar memang menarik, tulisnya dalam
surelnya kepadaku, Tapi saya segera menyadari kalau pan
dangan saya TIDAK diterima oleh Muslim arus utama. Saya
jadi bertanya-tanya, apakah saya sungguh-sungguh Muslim?
Sekarang saya punya bahan untuk dibaca dan membantu sa
ya menafsirkan Al-Quran. Kegembiraan Julie karena dapat
berpikir sendiridengan panduan yang bisa dipahaminya
adalah bagian dari demokratisasi ijtihad. Ia menunjukkan kepa
da para pemimpin Muslim bahwa Islam bukanlah pakta antara
mereka dan umat; Islam adalah perjanjian antara Tuhan dan

213

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

umat-Nya. Ketika Muslim benar-benar menghayati hubungan


itu, kita tidak akan peduli dengan otoritas masyarakat yang
terlukai.
Dan kita akan memberikan pihak non-Muslim insentif
untuk memiliki ekspektasi yang lebih baik terhadap mereka
yang mengira berbicara atas nama semua Islam. Pada bulan
Juni 2006, polisi Kanada menangkap beberapa pemuda Muslim
karena berencana meledakkan Parlemen dan memenggal ke
pala Perdana Menteri. Toronto 17 (tak lama kemudian menjadi
nomor 18) menyebut gerakan mereka Operasi Badar, penghor
matan atas Perang Badar, kemenangan militer pertama yang
menentukan bagi Nabi Muhammad. Polisi tahu kalau simbo
lisme keagamaan itu membantu memotivasi niat Toronto 17
untuk melakukan teror. Namun demikian, pada konferensi
pers pertama tentang penangkapan tersebut, polisi tidak me
nyebutkan Islam atau Muslim. Di konferensi pers kedua,
di mana sekelompok pemimpin Muslim bergabung, pihak ke
polisian membanggakan diri karena menghindari kata Islam
dan Muslim. Ternyata, pengacara kepolisian tidak mem

perbolehkan para penegak hukum ini mengungkapkan katakata tersebut di depan publik, sehingga mereka harus menun
jukkan ketidak-penyebutan itu sebagai sensitivitastepatnya
sensitivitas pada Islam yang diwakili oleh sebagian kecil
pria dan wanita yang akan tersinggung dan kemungkinan
memerkarakannya jika kebenaran tersebut muncul.
Bersediakah diingatkan tentang sebuah kebenaran yang
seharusnya muncul terus-menerus? Agama dan budaya tidak
bisa bicara atas namanya sendiri. Manusia yang bicara untuk
agama. Manusia yang bicara untuk budaya. Dan manusia tak

214

IRSHAD MANJi

luput dari kesalahan. Oleh karena itu, manusia harus diperta


nyakan mengenai apa yang terjadi dalam pengawasan awan
merekabahkan terlebih lagi saat kita membahas keamanan
publik. Pemahaman bisa dicapai melalui analisa, bukan
sanitasi. Membawa Islam ke wilayah analisis merupakan hal
yang sepenuhnya sah bagi umat beragama karena bukan Sang
Ilahi yang diselidiki, melainkan tafsiran moral dan penilaian
manusia yang dipertanyakan. Dari sudut pandang ini, ketika
Muslim dapat menolerir perasaan tersinggungnya, maka me
reka menyerahkan analisis akhir pada Allah, seperti yang di
syaratkan Al-Quran.

Aku tidak sedang berargumen bahwa perlawanan terhadap


diskriminasi sebaiknya diserahkan kepada Tuhan. Yang ku
tegaskan adalah merasa tersinggung berbeda dengan meng
alami diskriminasi. Seseorang bisa tersinggung karena harus
menerima standar yang sama dengan orang lain. Pada World
Economic Forum Januari 2006tak lama sebelum masalah kar
tun Denmarkaku menghadiri sesi tentang hak beragama
di Amerika Serikat. Seorang kartunis menyindir salah satu
pendeta Kristen paling berpengaruh di Amerika, Pat Robertson.
Di bagian audiens, ikut tertawa bersama kami, kepala Dewan
Muslim Inggris, Iqbal Sacranie. Tapi seringainya berganti cem
berut saat melihat untuk pertama kalinya kartun yang meng
olok-olok ulama Muslim. Perlakuan yang sama mungkin me
nyebabkan perasaan tersinggung, tapi itu tidak perlu berarti
penindasan, apalagi Islamofobia.

215

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Yasmin Alibhai-Brown, seorang pembela hak-hak warga


Palestina yang sempurna, pengkritis keras perang Irak, dan
pimpinan British Muslim for Secular Democracy (Muslim Inggris
untuk Demokrasi Sekuler), berbicara lebih keras dariku me
ngenai penggunaan dan penyalahgunaan kata Islamofobia. Ia
berkata pada program dokumenter Are Muslims Hated? (Apa
kah Umat Muslim Dibenci?) di Inggris, Saya tidak akan pernah
menyangkal kalau umat Muslim pernah mengalami masa sulit
dan masih mengalami masa sulit itu sekarang.
Tapi saya pikir saya tidak akan jujur jika tidak menga
takan bahwa terlalu sering, Islamofobia dengan cara
tertentu digunakan sebagai dalih untuk memeras ma
syarakat. Komunitas yang memiliki pencapaian paling
rendah di negara ini, baik di sekolah, universitas, pe
kerjaan, dan lain-lain... mayoritas adalah Muslim. Ke
tika Anda bertanya mengapa ini terjadi, satu alasan
yang mereka bisa berikan, hanya satu alasan, yaitu
Islamofobia.
Ow ow. Bukan Islamofobia yang membuat orangtua
me
ngeluarkan putri-putrinya yang berusia 14 tahun
dan cerdas untuk dinikahkan dengan laki-laki buta
huruf, dan gadis-gadis itu harus lagi membesarkan
generasi berikutnya yang lagi-lagi akan diabaikan ti
dak hanya pendidikannya, tapi juga nilai pendidikan.
Islamo
fobia hanyalah menjadi label yang gampang,
suatu kamuflase, satu alasan yang sangat nyaman ba
gi Muslim, kapan pun setiap mereka harus melihat

216

IRSHAD MANJi

alasan mengapa mereka tidak berada di tempat yang


seharusnya mereka berada.
Apakah kejujuran Alibhai-Brown menyinggung sejumlah
Muslim arus utama? Pasti membuat berang. Apakah menindas
mereka? Jelas tidak. Muslim yang kontra-budaya seperti Ali
bhai-Brown membantu mengalahkan Islamofobia dengan me
runtuhkan mitos bahwa Islam itu memiliki kekuatan tunggal.
Suara-suara kontra-budaya menyingkap wajah-wajah kebera
nian moral di dalam Islam: kalangan Muslim yang mengakui
disfungsi dalam komunitas mereka ketimbang secara refleks
menyalahkan Amerika Serikat, Israel, misionaris, materialisme,
MTV, KFC, dan musuh lama Yahudi. Muslim kontra-budaya
menggusur asumsi yang dibuat oleh Lise, seorang wanita dari
Quebec City yang menghubungiku saat sedang heboh-heboh
nya kasus kartun untuk menyampaikan, Saya sangat senang
karena Kanada tidak memublikasikan kartun-kartun itu. Kita
tidak memerlukan suatu reaksi dari umat Islam.
Setuju. Kita tidak memerlukan suatu reaksi dari umat
Islam. Atau, dengan bahasa berbeda, satu reaksi umat Islam.
Kita perlu banyak reaksi dari umat Islamdi antaranya tepuk
tangan, jijik, penolakan, malu, protes tanpa kekerasan, dan
gemuruh tawa. Seperti yang kau lihat dari surat-surat yang
telah kuperlihatkan, Muslim memiliki berbagai sikap. Hanya
saja tidak secara terbuka. Itulah salahnya kita. Jika kita ingin
menghapus stereotip Islam yang menyakitkan kita, maka Mus
limlah yang harus mengizinkan berkembangnya opini yang
berbeda, yang sering menyinggung di dalam komunitas ki
ta. Muslimlah yang harus menghilangkan aib karena dicap

217

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

pembenci-diri (self-hater). Muslimlah yang harus berhenti


membawa diri sebagai pendukung para parasit, karena dengan
begitu kita menyerahkan umpan kepada para fanatik tulen
untuk menyudutkan semua Muslim sebagai teroris.
Satu langkah penting untuk memublikasikan keragaman
kita: lenyapkan kefanatikan tentang siapa yang mewakili,
dan siapa yang tidak. Kritikus budaya, Ian Buruma, menyindir
tentang perwakilan komunitas yang cenderung beroperasi. Da
lam esainya The Freedom to Offend (Kebebasan Untuk Menying
gung Perasaan), Buruma mengamati bahwa:
pemimpin-pemimpin kaum minoritas agak mirip bos
di geng kriminal. Sindikat kejahatan, yang diorganisir
mengikuti garis etnis, sering kali mengklaim dirinya
mewakili kepentingan imigran baru yang tidak punya
tempat untuk berpaling di negeri yang asing. Tapi ge
nerasi kedua-atau-ketiga dari Italia-Amerika-InggrisChina yang manakah yang ingin diwakili oleh Mafia
atau Triad China?
Apakah Muslim arus utama sama seperti gangster? Tidak
di semua tempat, tetapi terlalu banyak Muslim berpikiran
reformis yang menjilat ke mereka. Ini menjadi sinyal bagi nonMuslimdari politikus, penerbit sampai ke petugas polisi
bahwa untuk menerapkan keragaman adalah dengan me
redakan kartel juru bicara arus utama. Tapi begitulah parodi
keragaman. Ketakutan yang dirasakan Muslim berpikiran-re
formis berkontribusi kepada kondisi ini. Kalau kita tidak me
numbuhkan keberanian orang Andalusia ke tingkat individual,

218

IRSHAD MANJi

maka jadilah kita ini aksesoris bagi Islamo-tribalisdan Islamo


fobia mereka.

Sekarang catatan bagi kaum non-Muslim, terutama warga


glo
bal yang memiliki aspirasi. Karena ketakutan dianggap
orang kampung yang dungu, banyak di antara kalian merasa
bertanggung jawab secara khusus untuk menghormati Islam.
Aku menulis menghormati dengan tanda kutip karena saat
kalian menulis kepadaku, kata itulah yang umumnya kalian
pilih. Kata itu juga yang membuat kalian terheran-heran. David,
seorang mahasiswa yang belajar di Universitas York di Toronto,
menulis surel,
Saya lulusan kajian politik yang berfokus pada politik
Timur Tengah, perdamaian dan konflik... Saya menulis
kepada Anda saat istirahat di sela-sela mata kuliah
Islam Sepanjang Zaman dan saya meminta saran
Anda mengenai bagaimana menghidupkan debat...
Mayoritas mahasiswa di kelas ini adalah Muslim. Tapi
mayoritas dari Muslim itu hadir di sini sepertinya
hanya untuk memastikan kalau mereka terwakili seca
ra pantas dan agar Islam diperlakukan dengan rasa
hormat yang se
patutnya... Saya berharap Anda bisa
menawarkan beberapa strategi agar saya bisa bertanya
tanpa khawatir menimbulkan kegaduhan (yang nam
paknya terjadi hampir di setiap kelas) dan/atau tanpa
menimbulkan penghinaan.

219

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Anggaplah kalau aku ini mahasiswa Muslim yang men


untut penghormatan. David berhak berkata kepadaku, Agama
dan budaya tidak berbicara. Manusilah yang berbicara atas nama
agama dan budaya. Ketika saya, David, mempertanyakan keyakinan
Anda, Irshad, saya sedang mempertanyakan bagaimana Anda men
definisikan gagasan, bukan bagaimana Tuhan mendefinisikan. Kitab
Anda tanpa ragu-ragu menyatakan: hanya Tuhan yang tahu makna
akhir dari semua yang dianut Muslim. Saya bukan Tuhan dan Anda
juga bukan. Jadi, kita bisa bergerak maju dengan pertanyaan saya
kepada Anda, dan pertanyaan Anda kepada saya.
Hormati saya, dan jangan cuma agama saya, mungkin
begitu bentakku kepada David. Setelah mendengar sendiri
ucapan ini sekian kali, aku akhirnya sekarang menilai bahwa
kata hormati saya, bertindak sebagai kode tersirat untuk
jangan tantang saya. Namun penghormatan semacam ini
bisa dilawan dengan bersikap cuek. George Steiner, sarjana dan
penulis, memahami maksudku: Cara Anda menghormati se
seorang adalah, Anda memintanya berusaha. Penghormatan
seperti itu menaruh kepercayaan pada kapasitas individual.
Dengan nurani yang bersih, maka David bisa membalas,
Percayalah, Irshad, saya menghormati Anda. Dengan bergaul bersama
Anda, saya menghargai pikiran, jiwa dan substansi Anda. Jika saya
ragu Anda memiliki ini semua, saya tidak akan membuang-buang
energi. Tetapi kalau Anda masih berlindung dalam sikap bertahan, se
sungguhnya ini menunjukkan bahwa Anda seorang robot yang mudah
digoyahkan karena pertanyaan-pertanyaan. Lantas, bagaimana Anda
menghormati diri sendiri?
Pilihan David untuk mendapatkan kejelasan dibandingkan
kesulitan, mungkin, akan menimbulkan keributan, yang se

220

IRSHAD MANJi

benarnya berusaha ia hindari. Tidak apa. Cinta kemanusiaan


tanpa omong kosong selalu menjadi alasan yang benar untuk
mengguncang sikap ketidakpedulian. Inilah momen edukasi
yang patut diingat dan membuat biaya pendidikan bernilai
(hampir) setiap sennya. Meskipun demikian, David seharusnya
tidak terjebak dalam imajinasi bahwa akan ada serangan ter
hadapnya. Tidak sedikit mahasiswa Muslim yang akan berna
pas lega mana kala mendengar seseorang mengatakan apa
yang mereka pikir mereka tak bisa. Setelah menyaksikan Faith
Without Fear, Layla menulis, Saya menangis karena saya pi
kir saya sendirian dengan per
tanyaan-pertanyaan saya dan
frustrasi terhadap para mullah yang menafsirkan Al-Quran
demi mengendalikan populasi... Saya suka ketika Anda me
minta dunia Barat untuk memberikan tantangan kepada kami.
Hal itu membuat kami tumbuh. SAYA AKAN MENJADI MUS
LIM YANG LEBIH BAIK, YANG PADA GILIRANNYA AKAN
MENJADI MANUSIA YANG LEBIH BAIK.
Layla harusnya makan malam dengan Jose, seorang Aca
dia berbahasa Prancis yang dibanjiri pertanyaan dan khawatir
pada mereka yang ingin menyingkirkan pertanyaan dari rea
litas. Musim panas kemarin, ia bercerita kepadaku tentang
liburannya di pantai di Kanada,

Saya melihat banyak sekali perempuan mengenakan hijab,


termasuk seorang gadis kecil seusia putriku 9 tahun. Hal ini
mengusik saya. Bukan karena tidak setuju dengan ekspresi ke
imanan, sebaliknya, saya pun melakukannya. Saya terusik karena
selalu ada pertanyaan di benak saya: Apakah ini benar-benar
suatu pilihan?... Tapi ketika saya mendengarkan Anda di TV, saya

221

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

menyadari yang paling mengusik saya sebetulnya adalah, saya


tidak merasa cukup bebas untuk BERTANYA soal itu.
Yang juga membuat saya takut adalah ketika mendengar Muslim
(atau pemeluk agama apa pun) mengatakan kalau saya tidak
punya wewenang untuk membahas agama. Ketika seseorang
mengatakan hal tersebut ke lawan bicaranya, ini menciptakan
kesenjangan yang lebih besar di antara budaya, sebab lawan
bicaranya yang sedang berusaha memahami tiba-tiba tidak bisa
mengekspresikan pertanyaan. Keadaan ini juga memberikan
kewenangan terhadap kelompok tertentu yang punya kekuasaan
untuk menjelaskan dan menafsirkan buku-buku agama sesuai
keinginan mereka. Lambat laun, umat Muslim menjadi MEREKA
(THEM) dan kami menjadi kelompok yang disebut KAMI (US).
Sejarah menunjukkan bahwa MEREKA adalah penyebab segala
masalah, dan harus dihilangkan oleh KAMI. Kita perlu orang
yang berani untuk mengajukan pertanyaan yang sesungguhnya.
Kita tidak perlu jawaban langsung, tapi pertanyaan adalah suatu
keharusan!
Jose dan Layla baru saja melakukan pekerjaan dari sarjana
yang berpikiran luas. Mereka memperingatkan kita bahwa
takut bertanya tidak hanya mencegah pertumbuhan individual,
tetapi juga dapat membangkitkan kecurigaan terhadap pihak
lain (other) yang dapat berkembang menjadi jauh lebih buruk.
Kalau begitu, di manakah letak keragaman yang penuh damai
itu berada? Di dalam lubang kelinci relativisme yang tak ber
dasar. Aku mengajukan supaya kita bereksperimen dengan apa
yang menjadi lawan dari relativisme.

222

IRSHAD MANJi

Pluralisme. Sebagai pluralis, aku senang hidup dengan banyak


perspektif dan kebenaran, tapi aku tidak mau turun menjadi
relativisseseorang yang tertarik dengan apa saja karena tidak
memiliki pendirian tetap. Tidak seperti relativis, pluralis me
lontarkan pertanyaan. Pluralis membuat penilaian, namun se
penuhnya sadar kalau penilaiannya bersifat sementara, dan
selebihnya ia menyerahkan keputusan akhirnya kepada Tuhan.
Tapi dengan atau tanpa Tuhan, seorang pluralis menilai tanpa
perlu merasa bersalah, sebab kesimpulannya bersifat sementara
dan tergantung pada mendengar argumen baru, yang lebih
persuasif.
Dengan dipandu pluralisme, inilah caraku untuk menang
gapi keprihatinan Jose: tentang hijab. Aku memilih untuk tidak
memakainya, dan jika wanita lain memilih untuk memakainya,
aku tidak akan menghentikannya. Tapi aku akan mengekspre
sikan penilaianku bahwa memilih berhijab membuatnya men
jadi iklan bagi aspek budaya kesukuan Arab yang paling chau
vinistik. Bukannya melindungi diri dari penyakit Barat yang
menjadikan dada dan bagian tubuh lainnya sebagai obyek sek
sual, ia memuja seluruh tubuhnya sebagai kemaluan.
Bukan itu maksudnya, bergema jawaban para pemakai
hijab. Ini mengenai kesopanan! Secara teori, benar. Tapi se
perti yang dikemukakan oleh mahasiswa jurusan kajian per
damaian saat mendebat seorang Muslim di halaman Facebookku, Kamu salah jika berpikir wanita yang mengenakan hijab,
niqab dan/atau burqa tidak pernah dinilai berdasarkan penam
pilannya. Mahasiswa itu melakukan survei terhadap beberapa
teman Muslim laki-lakinya:

223

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Saya menanyakan mereka ketika seorang perempuan me


ngenakan hijab, apakah mereka tertarik dengan perempuan yang
wajahnya paling cantik. Mereka semua menjawab, ya. Saya me
nanyakan mereka ketika seorang perempuan mengenakan niqab,
apakah mereka merasa kalau perempuan yang memiliki mata
paling indah adalah orang yang paling cantik. Mereka semua
menjawab, ya. Saya kemudian bertanya tentang perempuan
yang diselubungi burqa. Siapa yang paling menarik bagi laki-laki?
Tentu saja, jawabannya adalah perempuan dengan siluet terbaik.
Tak peduli seberapa besar perempuan menutupi dirinya, pe
nampilannya masih dinilai. Apakah Anda bergaul dengan
perempuan dari Timur Tengah? Mereka terkenal bersaing satu
sama lain kalau menyangkut penampilan di balik jubah.
Muslim itu tidak menanggapi. Pendapat tentatifku tentang
hijab: hijab adalah lambang kesopanan yang palsu. Tetapi, se
bagai pluralis, aku bersedia mengubah pikiran. Buktikan bila
pria tidak menganga melihat wanita yang tertutup.
Beberapa wanita berkata kepadaku bahwa dengan memi
lih berhijab, mereka menunjukkan maksud politis, bukan spi
ritual. Jika masyarakat Barat yang liberal mengasihaniku,
lanjut argumen tersebut, maka biarkan Barat melihat bahwa
aku memilih penindasan! Namun dengan mengenakan hijab
demi pertunjukkan politik di mata publik daripada perwujud
an iman seseorang, wanita itu tergolong eksibisionis. Di sini
aku menyerang, tetapi juga sekaligus tersinggung. Aku tersing
gung oleh kedangkalan untuk memerangi prasangka Barat
tentang wanita Muslim dengan menggunakan prasangka Arab
tentang wanita. Sebagai model politik progresif, wanita-wa
nita ini melakukan ketidakadilan yang buruk untuk kemajuan.

224

IRSHAD MANJi

Kemajuan yang nyata tidak menyelimuti dirinya dengan de


finisi kehormatan yang problematis; kemajuanlah yang mem
bongkar definisi-definisi tersebut.
Pemakai hijab-karena-pilihan ini mendesak untuk dihor
mati atas pemikiran mereka, maka pluralis harus menghormati
mereka dengan pertanyaan. Bagaimana tujuan politis Anda ber
beda dengan feminis muda di Barat yang mengenakan liontin kelinci
Playboy untuk memperoleh kembali kemandirian perempuan? Atau
keturunan Afrika-Amerika yang membuat tato nigger di kulit me
reka untuk menunjukkan ke orang kulit putih bahwa mereka bangga
dengan apa yang dianggap belenggu oleh mereka? Bukankah kalian
semua menerima ketentuan orang lain begitu saja daripada mem
bangkitkan imajinasi kalian untuk menciptakan kondisi kalian sen
diri? Terakhir, bagaimana Anda membela perempuan-perempuan
Muslim yang belum menikmati hak seperti Andahak, minimal, un
tuk memilih?
Saudari-saudariku yang berhijab, aku tidak menaruh eks
pektasi pada kalian sebagaimana aku pun tak menaruh eks
pektasi pada diriku sendiri dan orang lain. Pertimbangkan
jawabanku kepada Anonim, pembaca yang marah saat membaca
kolom yang kutulis setelah seorang Islamo-tribalis menembak
mati Theo Van Gogh, sang pembuat film dan komentator ber
kebangsaan Belanda. Saudara Anonim ini mengkritik pedas:

Kau membuatnya seakan-akan [Van Gogh] dibunuh HANYA garagara ia mengkritik Islam. Mengapa kau mengabaikan bahwa
kritikannya memang sangat menyinggung, bahkan untuk be
berapa non-Muslim, yang merasa film kotornya itu benar-benar
menghina perasaan umat Muslim? Ataukah pembunuhan Van
Gogh adalah kesempatan yang bagus bagimu untuk memanfaat

225

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

kannya demi kepentinganmu sendiri, tak peduli berapa banyak


fakta yang kau hapus?
Serangan dari Van Gogh membuat banyak Muslim merasa malu.
Tapi Van Gogh juga mengatakan hal-hal yang sama buruknya
tentang Yahudi dan Nasranidan mereka menahan diri untuk
tidak menggorok lehernya. Maukah kau berargumen supaya
mereka pun harus membunuhnya? Kalau begitu, apakah wanita
Muslim yang secara rutin dipermalukan oleh pria Muslim lainnya
berhak membunuh para pria tersebut? Jika tidak, mengapa
berlaku standar-ganda?
Tak ada jawaban.

Teman-temanku yang liberal, kalian mungkin menilai gagasan


untuk melakukan penilaian sebagai tidak liberal, yang bisa jadi
penilaian tersebut merupakan penilaian yang buruk. Lebih
buruk lagi ketika kejahatan yang keji, termasuk pembunuhan
karena kehormatan, meneriakkan kejelasan moral. Relativisme
yang diasumsikan aman adalah salah satu dalih yang tragis di
zaman kita karena ia mengedepankan kepasifan sebagai respons
atas penyalahgunaan kekuasaan. Lebih buruknya, kepasifan
seperti itu justru dianggap sebagai aktivisme. Adalah suatu ke
bohongan kalau tak ada nurani liberalyang seharusnya atau
perluditolerir.
Dalam Moral Clarity: A Guide for Grown-Up Idealists (Ke
jernihan Moral: Sebuah Panduan bagi Kaum Idealis Dewasa),
filsuf liberal Susan Neiman memuji teladan Nabi Ibrahim. Ketika
Tuhan memperlihatkan rencananya untuk memusnahkan ko

226

IRSHAD MANJi

ta Sodom dan Gomora sebagai hukuman-Nya atas dosa se


gelintir orang. Ibrahim dengan tegar bertanya dengan lantang.
Masak Hakim segenap bumi tidak menghukum dengan adil?
protes Ibrahim (Kejadian 18: 25). Melalui suatu percakapan
yang diliputi keberanian moral, sang nabi meyakinkan yang
Ma
ha
kuasa untuk lebih meringankan dari yang diniatkanNya. Dengan memohon kapasitas Tuhan yang Welas-asih,
Ibrahim lebih dari sekadar menyelamatkan banyak nyawa; ia
menghindarkan orang-orang yang bukan kaumnya dari ba
haya, dan sekaligus membuktikan universalitas HAM.
Ingatlah ini ketika menanyakan Muslim dan non-Muslim
yang bertindak bak mesiah bagi multikulturalisme. Mereka
adalah orang-orang yang melontarkan peluru kata-kata, Anda
tidak bisa berkomentar karena Anda tidak mewakili. Pinjam
saja jawaban dari nabi bagi kaum Yahudi, Nasrani, dan Islam
ini, dan sela kata-kata itu dengan pertanyaan: Mengapa kau
yang menentukan siapa aku? Kau mengatakan itu ke aku karena latar
belakangku yang non-Muslim sehingga aku tidak bisa bergabung
dalam perbincangan publik? Sesungguhnya, kau sudah mereduksiku
berdasarkan demografiku dan bukan mengangkat kita berdua dengan
nilai-nilai bersama. Menentukan diri orang lain berdasarkan ras
tidak boleh dilakukan terhadap Muslim? Mengapa kemudian boleh
dilakukan pada non-Muslim?
Jika menerima jawaban berbelit-belit yang berusaha me
ngelak, susul dengan beberapa pertanyaan lagi: Apakah kau
sadar perkataanmu yang memaksa bahwa aku tidak boleh berkomentar
lantaran aku tidak mewakili? Artinya kau mengatakan bahwa
warga sipil tidak boleh menginterogasi pelanggaran HAM di Abu
Ghraib atau Teluk Guantnamo karena kami tidak hidup dalam budaya

227

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

militer. Bahwa rekan pekerja tidak boleh menuntut transparansi dari


Wall Street karena kami bukan bagian dari budaya perbankan. Bahwa
Muslim di Timur Tengah tak berhak menilai kebijakan luar negeri
Amerika Serikat karena mereka bukan bagian dari budaya Amerika.
Apakah kau percaya omong kosong ini? Aku juga tidak. Jadi, mengapa
aku harus mempercayai omong kosong yang berasal dari tumpukan
berbedatumpukanmu?
Setajam-tajamnya bahasaku, aku tidak cukup naif untuk
mempercayai para pluralis akan berhasil mengalahkan para
relativis dalam waktu dekat. Saya mengajar kritisisme, tulis
profesor dalam bidang jurnalisme di Universitas New York,
Suse Linfield, dan saya mengajarkannya ke mahasiswa yang
sering kali tidak suka membuat penilaian, walaupun mereka
ingin menjadi kritikus. Mahasiswa seperti itu, Linfield me
nyebutkan, sudah tertanam dari para tetua mereka bahwa
tidak membuat penilaian entah bagaimana terkait dengan
menjadi orang yang adil atau orang yang baik, menurut
saya, membuat penilaian terkait dengan menjadi seseorang
yang melepaskan otonominya dan itu tidak mungkin adil atau
baik. Lubang kelinci relativisme melahap bahkan mereka yang
memiliki ambisi profesional untuk membedakan baik dan buruk.
Ini adalah peringatan bagi orang-orang biasa, Layla dan
Josee, David dan Awais, Mohammad dan Liseinteraksi harian
mereka akan membawa kesadaran menuju keragaman, melalui
pertanyaan demi pertanyaan. Bila terdengar seperti pekerjaan
yang sulit, memang itulah yang kita punya. Sejarawan di bidang
penipuan (scams), Charles Mackay, melihat individu-individu
sebagai satu orang yang bertahan melawan kebodohan massal.
Orang, begitu ia menyadari, akan jadi menggila dalam ke

228

IRSHAD MANJi

rumunan orang, sementara mereka hanya akan waras secara


perlahan-lahan, satu demi satu. Pertanyaan demi pertanyaan.
Semburan demi semburan keberanian moral.

Dengan menentang penyensoran, aku tidak mutlak bermaksud


segala sesuatu yang ada di bawah matahari harus terekspos
cahayaatau panas matahari. Di buku ini, aku telah menyensor
nama mahasiswa jurusan hukum syariah di Universitas AlAzhar yang menyelaraskan dirinya dengan pesan Ijtihad. Ia
terang-terangan mengecam larangan bertanya di kampusnya.
Ia geram dengan perburuan Yahudi dan penjilbaban wanita di
sekitarnya. Ia bahkan memproklamirkan dukungannya pada
gay dan lesbian. Mengingat lingkungan tempatnya menempuh
pendidikan masih menganut tradisi lama, mengungkapkan
namanya bisa menimbulkan bahaya langsung baginya. Karena
alasan ini juga, aku menandatangani kontrak dengan penerje
mah bukuku untuk bahasa Arab dan Persia yang menyatakan
bahwa aku tidak akan pernah menyebutkan identitas mereka
secara detil.
Walaupun demikian, di sebagian besar konteks kita harus
mengarah ke keberanianterlepas apa yang mungkin terasa
seperti mengundang bahaya. Penerjemahku ke bahasa Urdu,
Tahir Aslam Gora, memilih untuk diketahui publik. Lantas satu
pesan yang mengganggu pun masuk ke kotak suratnya dari
Muslim Syiah Progresif:

Hentikan brengsek... Kami bukan orang Taliban tapi kau dan


Irshad berada dalam daftar kematian kami. INGAT kami sedang

229

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

mengawasi... kami akan terus mengawasi dan suatu hari kelak


kami akan mendapatkan kalian. TERAKHIR, minta penerbit
Pakistan untuk menarik kembali buku dari peredaran. Kami
menghubungi ulama dan pemerintah untuk menghentikan Qabli
Qatal Masanfa [penulis perempuan yang seharusnya dihukum
mati]
Toko-toko buku di Pakistan menarik bukuku dalam ter
jemahan Urdu dari rak mereka, jadilah terjemahan itu muncul
di dalam situs webku. Tidak ada bahaya, tidak ada kejahatan.
Lebih baik lagi, Gora masih bernapas dan pantang mundur.
Ia setuju kalau aku sebaiknya memuat ancaman tersebut di
situsku sebagai kesaksian atas apa yang bisa diatasi jika kita
menerima bahwa ada sesuatu yang memang lebih penting dari
pada rasa takut.
Namun tidak satu pun dari kami yang mengantisipasi per
mintaan berikutnya untuk penghapusan. Zahra menulis:

Di situs web Anda, saya melihat ancaman kematian dari Muslim


Syiah Progresif Saya mohon tolong hapus tanda-tangan yang
bertuliskan Muslim. Saya sendiri adalah Syiah dan saya rasa jika
seseorang membaca surel itu dan melihat Syiah, mereka akan
melihat umat Syiah yang lain seperti itu. Dalam lingkup yang
lebih besar, mereka akan melihat seluruh umat Islam seperti itu.
Aku justru merasa hal itu menarik, balasku kepada Zahra.
kau mau menambah energi untuk memohon aku menyunting
ancaman mati itu. Sebaliknya, kau sebenarnya bisa menulis
surel melaluiku kepada orang yang mengeluarkan ancaman
menjelaskan mengapa, dalam pandanganmu, seorang Muslim

230

IRSHAD MANJi

Syiah Progresif tidak bisa progresif, Syiah, atau Muslim selama


ia mengancam pembunuhan. Apakah tidak terlintas di benak
mu bahwa respons ini lebih baik ketimbang memohon padaku
untuk menghapusnya? Apakah nuranimu lebih gelisah karena
apa yang kulakukan daripada apa yang calon pembunuhku per
buat jika dia punya kesempatan? Mengapa kau lebih tertarik
melestarikan citra negatif Islam daripada membantu mem
perbaiki latar belakang terbentuknya citra tersebut?
Di bulan Februari 2008, aku akhirnya mendapat konfirmasi
bahwa Muslim berpotensi untuk menentang ancaman mati. Di
stasiun TV Al Jazeera Internasional, David Frost mewawan
caraiku tentang rekonsiliasi Islam dengan kebebasan bereks
presi. Pernyataanku memicu perdebatan panas di YouTube.
Senadin, mengunggah pada awal-awal, Bunuh pelacur ini
sekarang. Tidak butuh lama untuk WarGuardian8 memba
las dengan kecaman: Berani-beraninya saudara-saudari Islam
menyerukan kematian untuk seseorang!... Memalukan!
Namun, kejutan justru datang dari YouTube sendiri, tempat
di mana ancaman mati muncul dan kemudian mendadak me
nguap. Aku mungkin akan mengizinkan penyunting YouTube
untuk menampilkan kembali ancaman tersebut dan melepas
kan tanggung jawab mereka atas konsekuensi yang akan me
nimpaku. Bagaimana pun, setiap komentarpro dan kontra
kebebasan dalam Islam, pro dan kontra kebangkitan ijtihad,
pro dan kontra keselamatan untuk Irshadmengandung jejakjejak berharga yang menunjukkan posisi kaum muda Muslim
sekarang. Dengan menghapus sisi-sisi perdebatan yang paling
kasar, kita sengaja membodohi diri tentang lawan kita dalam

231

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

usaha untuk mereformasi pola pikir Muslim. Akbar Ladak, pe


muda Muslim dari India, dengan gamblang mengatakan: Kau
tak bisa bereformasi tanpa diskusi, dan kau tidak bisa berdiskusi
tanpa kebebasan berbicara. Pengacara YouTube mungkin me
nyambut argumen ini dengan tertawa. Jika demikian, ini ha
nyalah indikasi lain bahwa individu, bukan institusi, harus
menyandang sebaskom prinsip.

Seorang profesor dari Universitas London memperingatkanku


bahwa tak ada kebaikan yang datang apabila meletakkan halhal prinsip di atas kesopanan. Jika Anda bisa memprediksikan
sesuatu akan mengganggu sensitivitas, geramnya, maka ja
ngan lakukan. Dengan semua gelar akademisnya yang tinggi,
pria ini memiliki wilayah moral yang sempit. Pemikirannya
tentang mendahulukan kesopanan memberikan gagasan ke
orang-orang untuk menentang prasangka yang tidak terucap
kan, tapi sekaligus juga menutup kesempatan untuk mencegah
prasangka yang terucapkan.
Jika mengikuti saran profesor itu, Hissa Hilal dari Sau
di Arabia tidak akan mendeklamasikan sebuah puisi di pro
gram TV pan-Arab Poet of Millions, yang menantang ulama
Muslim karena meneror orang-orang dan memangsa setiap
orang yang mengupayakan kedamaian. Ia pasti tidak akan
menggambarkan pengebom bunuh diri sebagai barbar da
lam berpikir dan bertindak, marah dan buta, memakai ke
matian sebagai baju dan membalutnya dengan sabuk. Jelas
ia menyadari tuduhannya yang tidak tanggung-tanggung akan
mengganggu sensitivitas. Caci maki terhadapnya yang ke

232

IRSHAD MANJi

mudian muncul di internet menjadi bukti. Tapi karena ganggu


an ini, jutaan Muslim menyaksikan keberanian moral seorang
ibu rumah tangga beraksi. Ia menjadi wanita yang mencapai
babak final.
Jika mereka menerima nasihat dangkal profesor itu, kru
Slumdog Millionaire akan berhenti mengambil filmatau tak
pernah memulai. Saat ini, hampir seminggu berlalu di India
tanpa tuntutan hukum atau serangan dari kelompok-kelom
pok yang meratapi penggambaran yang salah. Hindu Peoples
Awakening Committee (Komite Kebangkitan Orang Hindu) sem
pat berusaha melarang Slumdog, sebagian karena adegan di
mana gadis Hindu jatuh cinta dengan anak muda Muslim.
Apakah Danny Boyle, sang sutradara Slumdog, mesti meng
ajarkan profesor kita itu bahwa menyinggung kaum fundamen
talis Hindu melalui adegan-adegan pluralisme yang menghibur
namun satir bisa jadi adalah hal yang sopan untuk dilakukan?
Jika menerima instruksi profesor itu, Elie Wiesel tidak akan
berhasil mengintervensi genosida Bosnia. Sebagai jurnalis muda
di tahun 1993, aku ingat saat terluka oleh kebebalan global pada
penderitaan Muslim di wilayah bekas Yugoslavia. Lantas aku
mendengar keberanian Wiesel di depan Presiden Bill Clinton.
Museum Peringatan Holocoust di Amerika Serikat baru saja
dibuka, dan Wiesel, seorang yang selamat dari Holocoust
dan penerima Nobel perdamaian, bergabung dengan Clinton
di atas panggung. Sesuatuapa pun ituharus dilakukan
terkait usaha pembantaian Muslim di Bosnia. Wiesel memohon
kepada presiden, membuat marah beberapa rekan Yahudinya
karena memanfaatkan panggung yang penuh kehormatan
ini. Tapi ia mengatakan kepada mereka yang mengumpatnya

233

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

bahwa ketika manusia sekarat, ketika orang-orang yang tidak


bersalah menjadi korban perkosaan dan penyiksaan, ketika
kota-kota berubah menjadi kuburan massal, kaum Yahudi tidak
berhak untuk diam. Dua tahun kemudian, Amerika Serikat
terlibat dalam misi PBB untuk membantu Muslim Bosnia dari
pembantaian lebih lanjutsuatu kebijakan yang dimulai dari
kesediaan Wiesel untuk membuat orang tersinggung.
Mengutamakan perasaan yang tidak menyenangkan arti
nya mengutamakan kemunculan Galileo, Gandhi, dan Ghaffar
Khan masa kini, entah mereka itu berasal dari kalangan ibu
rumah tangga, pembuat film, atau penggagas perdamaian.
Setelah profesor tadi mengatakan kepadaku untuk meng
hindari sensitivitas yang mudah berkobar untuk alasan apa
pun, ia lalu menyelipkan agenda yang penuh emosional, Sa
ya bersimpati pada kemarahan umat Muslim, ujarnya. Gu
brak. Pernyataan itu memukulku seperti batubata karena ini
membuktikan fakta yang tidak diakui oleh siapa pun: bahkan
ketika kita berpikir kita sedang berpikir, kita mungkin se
benarnya sedang merasa. Semakin kita salah mengira perasaan
sebagai pemikiran, semakin tertanamlah budaya tersinggung.
Aku merasa tersinggung mengambil peran utama sebagai
substansi dan membuat substansi aktualnya justru tidak rele
van. Bila kau berpikir (atau merasa) bahwa aku sedang mem
bicarakan bagaimana Muslim bereaksi terhadap kartun Den
mark, kau baru sebagian benar. Perdebatan kisruh tentang pem
bangunan masjid di seluruh Amerika mungkin akan menjadi
perang kartun berikutnya.
Aktivis antimasjid secara konstan lebih banyak menggu
na
kan slogan daripada pemikiran, tapi multikulturalis pun

234

IRSHAD MANJi

tak kalah emosinya. Beberapa multikulturalis merasa sangat


tersinggung oleh pasukan antimasjid itu, sampai-sampai pe
rasaannya mendorong mereka untuk mendukung lebih banyak
masjidtanpa pemikiran sebelumnya tentang apa, persisnya,
yang mereka dukung. Bob mengirim surel kepadaku, Di
Tennessee ini, kami menghadapi respons yang agak buruk
untuk proyek ekspansi komunitas Muslim. Saya menemukan
bahwa warga lokal tidak bersikap toleran dan tidak bersifat
Amerika. Jadi, sebagai tanda toleransi dan Amerikanisme, aku
memberi donasi untuk dana pembangunan masjid.
Sebelum menjanjikan uang, Bob seharusnya menarik na
pas dulu dan bertanya kepada imam, di manakah rencananya
pintu masuk bagi pria? Itulah cara bijak untuk melihat apakah
masjid baru ini akan mereplikasi pemisahan, dan dengan de
mikian, apakah antipati Bob terhadap perilaku intoleran akan
berujung dengan menolerir perilaku yang tidak toleran. Aku
tidak mengatakan bahwa Bob sebaiknya bergabung dengan
pengunjuk rasa antimasjid. Maksudku ialah, ia tidak seharus
nya memberikan kuasa pada para pengunjuk rasa itu untuk
membajak hatinya dan menyita otaknya. Ia harus berpikir untuk
dirinya sendiri, seperti ia mengasihi kaum Muslim. Dengan kata
lain, jika kau tersinggung, jangan langsung bereaksi: libatkan
perasaan tersinggungmu untuk memeriksa isu-isu lebih lanjut.
Pada saat itulah, kesempatan yang tak terduga sebelumnya
akan memunculkan keragaman bermaknayaitu, keragaman
pemikiran.
Bagaimana dengan biang dari semua proyek masjid
di Amerika SerikatPark51, sebuah tempat shalat dan pusat
komunitas Islam terdiri dari beberapa lantai yang akan di

235

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

bangun di atas Ground Zero di New York? Aku ingin blakblakan dengan perasaanku. Aku tersinggung karena dekatnya
pembangunan itu dengan makam 9/11. Aku juga tersinggung
karena Imam Feisal Rauf, ulama yang dulu memimpin proyek
Park51, memainkan politik yang tidak sensitif dengan tidak
menjadi orang yang mau berdialog. Ia menolak tuduhan diri
nya tidak sensitif, meskipun ia pernah membuat tuduhan yang
sama terhadap kartun Nabi Muhammad di Denmark.
Pada bulan Februari 2006, sang imam mengumumkan diri
nya kaget dengan gambar-gambar itu dan menyebut pener
bitannya di seluruh Eropa adalah provokasi yang disengaja
dan tidak bisa dibenarkan. Minggu-minggu berikutnya, ham
pir tidak ada surat kabar Amerika Serikat yang memuat karikatur
itu. Tiga tahun kemudian, sebagian besar rakyat Amerika yakin
dia salah atas tuduhannya tentang provokasi yang disengaja,
tetapi kelompok pendukungnya tidak mau berempati. Tidak
sekali pun mereka mengakui kalau perasaan warga Amerika
yang kaget ini sama seperti bagaimana perasaan Muslim
seperti Imam Rauf pada saat persoalan kartun berlangsung.
Alih-alih, ia mengklaim keprihatinan warga Amerika sebagai
Islamofobia. Hal itu jelas sangat menggangguku.
Karena semua perasaan tersinggung yang meresahkan ini,
aku pun mundur sejenak dan menenangkan diri. Berbagai per
tanyaan muncul. Apakah dengan membuang-buang waktu dan
tenaga, kita malah tidak ke mana-mana selain ke dalam ku
bangan kegelisahan yang lebih dalam? Apakah jalan buntu ini
hanya menahbiskan budaya yang memberi dan menerima pe
rasaan tersinggung? Selagi bertanya pada diriku sendiri, aku
menemukan satu peluang untuk sesuatu yang lebih konstruktif

236

IRSHAD MANJi

ketimbang amarah: akuntabilitas. Berkat lokasi Park51 yang


provokatif, warga akan mencermati apa yang terjadi di dalam.
Masyarakat Amerika memiliki kesempatan secara jelas me
ngenai bentuk diharapkan akan diterapkan di situs yang diper
sengketakan itu.
Artinya, perlu diajukan pertanyaan-pertanyaan yang ber
dasar
kan nilai-nilai kemanusiaan. Apakah kolam renang akan
dipisah antara wanita dan pria sepanjang siang dan malam? Bolehkah
wanita memimpin shalat jamaah setiap hari? Mungkinkah umat
Yahudi dan Nasrani, sesama ahli Kitab, menggunakan tempat shalat
untuk ibadah mereka sebagaimana Muslim berbagi ruangan dengan
Yahudi dan Nasrani di Pentagon? Apa yang akan diajarkan mengenai
homoseksual? Mengenai agnostik? Mengenai politeis? Mengenai
ateis? Mengenai kemurtadan? Dan, di mana orang bisa memesan
tiket lebih awal untuk kuliah Salman Rushdie di Park51?
Pertanyaan-pertanyaan bukan tanpa sebab. Aku terus di
hantui dengan 300 Muslim yang mengumandangkan Kematian
untuk Rushdie pada 10 September 2010. Mereka berkumpul
di luar sebuah teater di Houston untuk memprotes kedatangan
penulis itu. Seorang Muslim berkata ke reporter, Fatwanya
valid bahkan jika pemerintah Iran tak lagi menyokongnya.
Muslim lainnya mendengus. Kita belum lupa dengannya dan
perbuatan buruknya. Pria itu mengafiliasikan dirinya dengan
Houstons Islamic Education Centre (Pusat Pendidikan Islam
Houston). Ini pusat pendidikan atau indoktrinasi? Pertanyaan
ini patut mendapatkan jawaban jujur. Melalui keterlibatan yang
menekankan pada pertanyaan-pertanyaan seperti ini, Muslim
dan non-Muslim kemungkinan besar membuat Ground Zero
sebagai rumah Islam yang paling modern, paling demokratik,

237

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

dan paling terbuka yang pernah ada. Kupikir (dan tidak hanya
merasa), ini akan menjadi kenangan yang paling pantas bagi
korban 9/11. Hal ini pun akan menggulingkan budaya al-Qaeda
yang mengkritik keras kebebasan dan akan menumbangkan
budaya tersinggung tanpa berpikir.

Marthin Luther King, Jr., kurasa, mungkin akan menjadi orang


pertama yang mengajukan pertanyaan menyelidik ke Muslim
moderat seperti Imam Rauf. Pada Islam masa kini, kaum mo
derat di
ibaratkan seperti umat Kristen diplomatis di tahun
1960-an yang, melalui balik tirai, tidak mau menolerir aktivis
antisegregasi. Ketika umat Nasrani moderat terganggu dengan
kericuhan yang diduga digagasi oleh King, ia pun berteriak
membalas:
Kami hanya membawa ke permukaan ketegangan ter
sembunyi yang memang sudah ada. Kami memuncul
kannya, supaya bisa dilihat dan dihadapi. Seperti bisul
yang lama tidak sembuh karena ditutup sehingga harus
dibuka dengan segala keburukannya demi mendapat
kan obat alamiah yaitu air dan udara, begitu pula ke
tidakadilan harus disingkapkan, dengan semua kete
gangan yang ditimbulkan akibat penyingkapan terse
but, menuju cahaya nurani manusia...
King yakin: di masa-masa krisis moral, hindarkan sikap
moderat.

238

IRSHAD MANJi

Pasca 9/11, umat Muslim moderat memainkan peran pro


tagonis. Memang banyak di antara mereka yang sebetulnya
ramah. Tetapi bersikap baik, walaupun bisa membantu secara
emosional dalam membangun dialog, tidak ada artinya untuk
mewujudkan tonggak sejarah yang nyata dalam melapangkan
jalan Islam. Di mana ada banyak penyalahgunaan kekuasaan,
maka pemberantasan korupsi tak pernah boleh menjadi tin
dakan yang setengah-setengah; tindakannya harus penuh kasih
yang diimbangi komitmen sungguh-sungguh.
Pada bab berikutnya, aku akan memperkenalkan seorang
wanita kulit putih dari Georgia yang mendorong kaum mo
derat di Selatan untuk melihat bahwa segregasi rasial perlu
di
akhiri secara cepat, bukan bertahap. Ia membantu King
dengan mengadopsi cara ekstrem sebagai cara yang benar.
Wanita ini mewakili kaum kulit putih dan kulit hitam, warga
Utara dan warga Selatan, dengan nilai-nilai kemanusiaan yang
transenden. Mari kita contoh jejaknya. Tuntutlah keberanian
moral dari para Muslim moderat, dan bila kita melakukannya,
kita akan membangun keberanian moral bagi diri kita sendiri.

239

6
Atas Nama Krisis Moral, Tinggalkan
Sikap Moderat
Di manakah cinta?
Waktu itu Hari Kasih Sayang. Aku dikelilingi oleh para
wanita Muslim moderat dan salah seorang teman feminis
mereka yang non-Muslim berasal dari Universitas Illinois,
Chicago. Mereka mengarungi badai salju terburuk untuk sam
pai ke sini. Karena itu, aku bersyukur. Bagi mereka, aku me
nyebalkan.
Kami berdebat tentang urgensi untuk menghentikan
hukuman rajam sampai matipenyiksaan terhadap wanita
dan pria dengan melempari batu sebesar kepalan tangan, setara
dengan pembakaran pada pancang di abad ke-21. Amnesti
Internasional, organisasi pelindung HAM, menggambarkan
perajaman sebagai hukuman mengerikan karena melanggar
kehormatan masyarakat. Hukuman ini didesain khusus untuk
menambah penderitaan para korbannya. Dengan kata lain,

241

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

penderitaanmu tidak dimulai begitu kau diletakkan di lubang


tanah yang baru digali. Sebaliknya, perajaman akan diikuti de
ngan prasangka yang terlalu dibesar-besarkan.
Khususnya jika kau seorang wanita, demikian laporan
Amnesti. Sangat umum di Iran, misalnya,
Kaum wanita tidak diperlakukan secara setara dengan
pria di hadapan hukum dan pengadilan, dan mereka
juga rentan mendapatkan persidangan yang tidak adil
karena tingkat buta huruf mereka yang lebih tinggi
membuat mereka berkemungkinan besar menandata
ngani berkas pengakuan atas kejahatan yang tidak per
nah mereka lakukan. Terlepas dari realita suram ini, para
pembela HAM di Iran percaya bahwa publikasi inter
nasional bisa berperan dalam menghentikan perajaman.
Usaha-usaha berani telah dilakukan melalui kampanye
Stop Stoning Forever (Hentikan Perajaman Selamanya),
di mana usaha ini telah berhasil menyelamatkan lima
nyawa dan membuat satu vonis ditangguhkan... sejak
kampanye itu dimulai pada Oktober 2006.
Meskipun muncul protes kemarahan Iran terkait makna
budaya kehormatan, Amnesti Internasional menyerukan Iran
untuk segera menghapuskan perajaman.
Tetapi, seruan ini tidak didukung oleh para sarjana Muslim
moderat yang ada di sekelilingku. Bahkan tidak juga oleh rekan
feminis mereka. Semua bersikeras bahwa moratoriumpeng
hentian sementarasudah cukup. Di tengah masyarakat ter
buka seperti di Amerika Serikat, mereka tidak akan pernah

242

IRSHAD MANJi

me
nemukan gerombolan massa melakukan perajaman, jadi
mereka bisa bersikap tidak peduli. Sungguh hak istimewa
yang sia-sia. Aku coba taktik yang berbeda. Bayangkan kalau
saudara perempuan kalian yang divonis hukuman rajam. Tidak
seperti pelarangan, penghentian sementara dapat dicabut ka
pan saja. Apakah itu cukup baik jika korbannya adalah saudara
perempuan kalian sendiri?
Nah, Anda mulai lagi menjadikan isu ini terlalu personal,
erang salah seorang mahasiswa, yang dalam komentarnya me
negaskan bahwa dia tidak hidup di alam teori.
Menjadikannya terlalu personal? Menjadikannya terlalu
personal? Aku tergagap. Tidak. Aku membuatnya lebih ma
nusiawi.
Ketika kami siap untuk menempuh jalan yang berbeda,
seorang mahasiswa lainrupanya nuraninya bergejolakber
tanya, Apa yang Anda mau dari kami?
Memberikan contoh yang benar, jawabku.
Seandainya waktu itu aku mengingat kisah Joseph Darby,
seorang tentara Amerika Serikat yang mengekspos penyiksaan
di Abu Ghraib. Di usianya yang dua puluh empat, Darby bisa
saja menjadi teman sekelas para wanita ini, namun dia tidak
membutuhkan kearifan bertahun-tahun untuk mengetahui hal
apa yang paling penting. Seperti yang disampaikan ibunya ke
pada para jurnalis, putranya tidak tahan dengan kekejaman
yang ditemuinya. Dia bilang dia senantiasa memikirkan, ba
gaimana jika itu ibuku, nenekku, saudara lelakiku, atau istriku.
Aku ragu para pengkritikku akan menuduh anggota tentara ini
menjadikan terlalu personal isu penyiksaan Tentara Amerika
Serikat secara tidak adil.

243

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Bagaimanapun, berada di dalam situasi penyiksaan yang


kelamentah itu merajam orang yang dituduh pezina atau
me
nyetrum tahananbukanlah hal yang langka. Tindakan
para Muslim moderat tidak ada bedanya dengan kebanyakan
tentara Amerika dan presiden mereka. Dalam menanggapi
berita pelecehan Abu Ghraib, Presiden George W. Bush me
mini
malisirnya sebagai menyimpang dari kebiasaan. Tetapi
Darby, yang merasa berada di ambang batas kehidupannya, me
ngembangkan rasa empati. Ia menjadi saksi sebuah krisis moral,
bertahan dari ancaman pembunuhan, dan terus melaporkan
pelanggaran dengan lebih lantang. Dia memberikan contoh
yang benar.
Pada bulan Mei 2004, sang presiden meminta maaf atas ke
kerasan mengerikan yang diderita sejumlah tahanan Irak. Dan
pada Oktober di tahun yang sama, Kongres AS memuji Joseph
Darby karena mencontohkan keberanian moral. Perlunya ber
tindak sesuai dengan nurani dengan mempertaruhkan karir dan
bahkan penghargaan dari para koleganya demi mewujudkan
apa yang benar merupakan hal yang sangat penting pada
zaman sekarang, demikian tulis resolusi mereka. Seorang
personil tentara cadangan memahamidan membuat pejabat
Amerika mengertiapa yang masih harus dihadapi oleh Mus
lim moderat dan para pendukung progresif mereka.
Pelajaran Keenam: Atas Nama Krisis Moral, Tinggalkan Sikap
Moderat.

Tariq Ramadan, yang bisa dibilang ulama Muslim yang paling


mendapat perhatian di Eropa, mendukung moratorium ter

244

IRSHAD MANJi

hadap perajaman karena dengan mengutuk kalian tidak


akan mengubah apa pun. Menurutnya, solusi alternatifnya
adalah menuntut pelarangan secara permanen: musyawarah
di kalangan ahli fikih. Tetapi karena Al-Quran tidak pernah
menyebutkan tentang perajaman terhadap wanita, apa lagi,
demi Tuhan, yang perlu dipertimbangkan? Responsnya bisa
jadi, kuprediksikan, adalah musyawarah terdiri dari sebagian
besar senior pria yang akan memberikan kesimpulan sesuai
kredibilitas mereka. Tetapi bagaimana kita tahu mereka akan
mencapai keputusan yang rasional mengenai perajaman? Bu
kankah para ulama senior itu mungkin saja, seperti pialang
kekuasaan di dalam sistem mana pun, membiarkan geopolitik
memperburuk emosi merekadan mencemari analisa mereka
mengenai ajaran Islam?
Setidaknya, inilah alasan teolog asal Qatar Yusuf al-Qara
dawi mendukung bom bunuh diri terhadap warga sipil Israel.
Al-Quran secara tersirat menentang bunuh diri apa pun dalih
nya dan memohon pejuang Muslim untuk memiliki belas ka
sih terhadap warga sipil. Tetapi al-Qaradawi berpendapat
Masyarakat Israel sifatnya memang suka berperang, meng
anggap setiap warganya sebagai tentara. Oleh karena itu, me
ledakkan warga sipil menjadi keniscayaan yang disayangkan,
dan keniscayaan itu membuat hal-hal yang dilarang menjadi
diperbolehkan.
Hiruk-pikuk dunia politik mengesampingkan nurani AlQuran. Dan tidak hanya pada al-Qaradawi. Pandangan-pan
dangan
nya telah mendapat dukungan dari sejumlah teolog
Muslim dengan menjadikannya sebagai bahan pertimbangan.
Ketika larangan dalam kitab suci dinilai ulang sebagai hal yang

245

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

diperbolehkan demi alasan yang jelas-jelas oportunistik, me


ngapa aku harus percaya bahwa pembahasan di antara ahli
fikih ini akan mengakhiri perajaman terhadap pria dan wanita?
Bagaimana moratorium Ramadan akan menjamin integritas
Islam? Siapa yang idealis sekarang?
Aku tidak akan berkomentar banyak tentang Tariq Rama
dan kecuali satu hal, ia tanpa sengaja menyingkap adanya
krisis moral di kalangan Muslim moderat saat ini. Pastinya,
se
jumlah komentator mengutuknya sebagai seorang cryptoIslamist (Islamis secara sembunyi-sembunyi), bukan moderat.
Ramadan merupakan cucu Hassan al-Banna, pendiri Ikhwanul
Muslimin. Kelompok ini mirip Afrikaner Broederbond di Mesir,
yaitu sebuah kelompok persaudaraan Protestan rahasia yang
mengesahkan apartheid Afrika Selatan melalui penafsiran Injil
yang berbau rasisme. Keduanya beroperasi sebagai kelompok
sesat. Keduanya juga menganut visi Manichaean, yaitu meme
rangi kekotoran di antara mereka, kaum Yahudi menjadi noda
bagi Ikhwanul Muslimin, dan kaum kulit hitam menjadi noda
bagi Afrikaner Broederbond. Di masa kejayaan mereka, keduanya
menggunakan kekerasan untuk menghapus noda tersebut.
Sebelumnya, aku sudah menulis mengenai teman Uskup
Agung Desmond Tutu, Beyers Naud, seorang anak dari ke
luarga yang mendirikan Broederbond. Ketika dewasa, Naud
menolak pandangan-pandangan ayahnya. Sebaliknya, ketika
aku mendengar baru-baru ini Ramadan diundang untuk tidak
membenarkan simpati kakeknya terhadap totalitarianisme, ia
mengelak. Ia justru menceritakan tentang konteks yang me
yakinkan al-Banna untuk bersimpati pada kelompok Nazi yang
menentang Zionis Eropa. Ia juga meminta pengutipan yang

246

IRSHAD MANJi

benarterjemahan yang tepattentang pernyataan kakeknya


dalam Bahasa Arab, tanpa menyinggung apa yang cukup benar
atau tepat untuk dapat mengilhami keberanian moral semacam
Beyers Naud di dalam dirinya. Banyak petunjuk mengarahkan
Ramadan sebagai seorang Islamis. Tetapi menurut standar
Muslim kontemporer, dia termasuk moderat. Di sinilah letak
persoalannya.
Izinkan aku memaparkan sedikit lagi. Selama bertahuntahun, pemerintahan Bush melarang Ramadan datang ke
Amerika, dengan alasantanpa pembuktianbahwa ia me
miliki hubungan dengan para teroris. Di awal tahun 2010,
Menteri Luar Negeri Hillary Clinton akhirnya mengeluarkan
visa masuk yang diidam-idamkan Ramadan. Beberapa hari
ke
mudian, ia berpartisipasi dalam sebuah perbincangan di
Cooper Union New York, tempat calon presiden Abraham Lin
coln menyulut kemarahan orang-orang berpengaruh di Selatan
melalui seruannya yang lantang dalam menentang perbudakan.
Di bangunan yang sama, Ramadan berupaya membangun jem
batan sekaligus mempromosikan masa depan bersama antara
Timur dan Barat.
Mendekati penghujung hari itu, ia secara spontan ber
komentar kepada seorang panelis bahwa Muslim arus utama
adalah apa yang kalian sebut ortodoks. Mengenai satu ini,
Ramadan tepat sekali. Perbedaan antara Muslim moderat dan
ortodoks masa kini menjadi sangat tipis. Tetapi, bagiku, per
nyataan semacam itu tidak bisa disisihkan begitu saja. Itu
lah kepingan puzzle yang paling utama untuk mengetahui
mengapa kaum Islam moderat begitu sering menghalangi
nilai-nilai demokrasi liberal: jika sebagian besar Muslim adalah

247

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

moderat, maka sikap moderat menjadi arus utama dan jika arus
utama adalah ortodoks, maka seorang Muslim moderat berarti
seorang ortodoks.
Di setiap agama, kepicikan, dogma, dan ketakutan me
nandakan ortodoksi. Beyers Naud mengingatkan kita tentang
literalis Kristiani yang menggugat ketidakadilan. Literalis
Yahudi melahirkan pendatang ilegal dan kelompok rabi yang
mem
perdayai para wanita yang meminta cerai dari suami
mereka. Namun dalam Kristiani dan Yahudi saat ini, golongan
moderat memiliki segudang kegelisahan tentang kepicikan,
dogma, dan ketakutan yang menghantui sesama mereka yang
literalis. Di Islam saat ini, yang terjadi kebalikannya; kepicikan,
dogma, dan ketakutan mencemari perilaku kaum moderat itu
sendiri.

Quilliam Foundation (Yayasan Quilliam), sebuah kelompok


antiteror Inggris yang didirikan oleh para mantan pejihad, mem
berikan sesuatu yang bisa direnungkan. Dalam publikasinya
berjudul Pulling Together to End Terror (Bekerja Sama untuk
Mengakhiri Teror), Quilliam mengungkapkan betapa pemim
pin Muslim arus utama sangat menyangkal dogma mereka.
Seperti satu contoh berikut ini saja: Islamic Foundation, se
buah organisasi para pemikir yang berbasis di Leicester terus
memublikasikan karya-karya ideologi Islamis, termasuk jur
nalis Pakistan, Mawdudi.... Tidak ada salahnya mengkaji
apa yang diperjuangkannya dan bagaimana ia mempengaruhi
duniamu dan aku.

248

IRSHAD MANJi

Para sarjana sering membandingkan Syed Abul Ala Maw


dudi dengan Hassan al-Banna. Mawdudi membentuk kelompok
dari Pakistan yang mirip dengan Ikhwanul Musliminsebuah
partai agama puritan bernama Jamaat-e-Islami. Aku tekankan
puritan. Dogmanya menganggap sebuah sekte minoritas di
Islam, yaitu kelompok Ahmadiyah, sebagai golongan yang me
nyimpang dari Islam dan karenanya kafir. Sampai hari ini, ke
lompok Ahmadiyah menghadapi cemoohan dari masyarakat
Muslim moderat di Barat dan serangan amukan di Pakistan. Di
suatu Jumat yang suci pada bulan Mei 2010, kelompok Taliban
Pakistan membantai hampir seratus pengikut Ahmadiyah di
dalam dua mesjid.
Saat kita membahas persoalan kafir, yaitu siapa pun yang
memilih untuk meninggalkan Islam adalah, menurut Mawdudi,
wabah permanen yang menyebar di tengah-tengah umat dan
menjadi sumber ketakutan yang sewaktu-waktu akan menulari
seluruh anggota masyarakat yang sehat dengan racunnya. Ke
miripan yang mengerikan dengan motif pembunuhan terhadap
wanita berdasarkan kehormatan, bukan?
Di satu wilayah di Inggris mungkin dibanjiri dengan katakata Mawdudi, tetapi aku juga mendapatkan propagandanya
dari pembagi selebaran di sudut-sudut jalan kota Toronto.
Propa
gandanya bahkan beredar di daerah sibuk yang ber
toleransi tinggi di New York dan Greenwich Village. Aku per
nah berpura-pura menjadi pejalan kaki yang penasaran di ke
dua tempat itu dan bertanya, Apakah ini Islam arus utama?
Di keduanya, si pembagi selebaran membenarkan dengan
na
da riang. Kalau begitu, para Muslim arus utama harus
mengajukan pertanyaan. Karena, buku tipis yang kudapat di

249

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Greenwich Villageberjudul Towards Understanding Islam (Me


nuju Pemahaman Islam)menyampaikan Jihad sebagai be
rikut: dalam bahasa Hukum Ilahiah, yang akan ditegakkan
oleh para pengikut Mawdudi di muka Bumi ini,
kata ini digunakan khusus untuk perang yang dilancar
kan semata-mata atas nama Tuhan terhadap mereka
yang melakukan penindasan sebagai musuh-musuh
Islam. Pengorbanan agung ini adalah tanggung jawab
seluruh Muslim... Siapa pun yang mengelak darinya
akan menanggung dosa. Setiap klaimnya sebagai Mus
lim patut untuk diragukan. Dia jelas-jelas orang munafik
yang gagal dalam ujian keikhlasan dan semua ibadah
nya palsu, ketaatan yang hampa dan tidak berarti apaapa.
Saudara-saudari sekalian, perkenalkan Tuhan. Bukan.
Para penjaja agama di Greenwich Villagewarga yang
idiot, sungguhmungkin tidak menyadari hal di-luar-batas
yang terkandung di dalam Islam arus utama versi Mawdudi,
tetapi Faisal Shahzad mengetahuinya. Ia adalah pemuda Mus
lim dan warga Amerika naturalisasi yang mencoba meng
aktifk an sebuah bom mobil di Times Square New York pada
bulan Mei 2010. Mengapa seseorang yang tampaknya cocok
sebagai teladan integrasi imigran, yang mengalami suka duka
dalam menjalani Impian Amerika, melakukan hal itu? Balas
dendam atas serangan udara Amerika Serikat terhadap Taliban
di Pakistan, demikian berita yang muncul kemudian. Tetapi

250

IRSHAD MANJi

setelah itu, Shahzad mengakui banyak hal yang mengilhaminya.


Di antaranya: Mawdudi.

Apa yang terjadi pada diri kita? tanya Saira, seorang pembacaku
di Toronto.

Mengapa begitu banyak Muslim menggunakan potensi mereka


untuk menghancurkan banyak hal yang telah diberikan Tuhan
yang Mahabaik, Pengasih, dan Pengampun kepada kita semua?
Apakah seseorang akan benar-benar terbantu ketika pengebom
bunuh diri tewas dan meninggalkan keluarganya? Mengapa
begitu banyak energi yang dibuang untuk menciptakan ke
kacauan dan kematian daripada kehidupan yang lebih layak?
Mengapa kita, sebagai Muslim moderat, tidak membuat
pendirian yang lebih kuat dan menentang semua kegilaan yang
mengatasnamakan Islam itu?
Saira mulai menjawab melalui pandangannya berikut ini:

Ya, ketidakadilan telah terjadi, negara melawan negara, tidak


diragukan lagi. Tapi apakah kita akan terus memegang dendam
dan kebencian seumur hidup kita, tanpa mencoba untuk men
ciptakan eksistensi yang nyaman bagi generasi yang akan datang?
Jarang sekali aku menemukan seruan lantang untuk meng
gantikan kegelisahan yang mendera dengan kapasitas untuk
tumbuh.
Saira telah menghantam hambatan nyata bagi pertumbuhan
itu, yaitu identitas kelompok. Muslim moderat begitu terhisap

251

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

oleh kolonialisme Barat sehingga mereka berpaling dari penjajah


di dunia Islam. Inilah resep sempurna untuk pertahanan yang
tinggi dari kelompok lain dan ekspektasi yang rendah pada
diri sendiri. Mari mundur kembali ke beberapa wanita muda
Muslim yang mengeroyokku di Chicago. Mereka tidak mampu
mengutuk terang-terangan pembunuhan dengan perajaman
tidak setelah dua jam di ruangan penuh mahasiswa yang marah
terhadap prasangka dan kebijakan Baratkarena impotensi
identitas kelompok muncul dan semakin memperkuat perta
hanan diri mereka.
Kaum Muslim moderat selalu terjebak dalam perangkap
ini. Apakah seorang pembela dialog antaragama pantas men
jadi moderat? Jika ya, akan kuceritakan sesuatu tentang se
orang Muslim New Jersey yang menyensorku. Tidak hanya
memberikan daftar sejumlah kalimat ofensif untuk dihapus
dalam The Trouble With Islam Today, dia juga menuntutku agar
menyertakan analisis berbeda mengenai apa yang menyakiti
kaum Muslim. Bukan Amerika ataupun Israel, demikian aku
menyimpulkan di dalam bukuku. Sebagian besar, Muslim sen
dirilah yang menyakiti Muslim lain. Hasil suntingnya: Pen
dudukan militer Amerika di tanah Muslim adalah penyebab
sebenarnya. Di halaman yang memuat argumenku mengenai
kepatuhan umat Muslim pada kehidupan Islam di abad ke-7
yang membunuh kita, orang ini mengubahnya dengan, fun
damentalisme Yahudi-Kristen yang membunuh dunia. Sekali
lagi, pertahanan diri yang tinggi terhadap kelompok lain dan
ekspektasi rendah terhadap diri sendiri.
Karena teralihkankan oleh sikap mempertahankan diri,
kata seorang pakar di Universitas Kolombia Akeel Bilgrami,

252

IRSHAD MANJi

Muslim moderat menjadi pion yang mudah bagi penganut Islam


absolut. Bayangkan Mawdudi. Atau Khomeini. Atau bahkan Idi
Amin, diktator militer dari Uganda. Seorang pembaca bernama
Adnan mengirimiku surel, Lanjutkan menjadi kacung untuk
arogansi dan kejahatan Anglo-Saxon... Sayang sekali Idi Amin
tidak membunuhmu dan keluargamu. Mengapa Adnan men
dukung Idi Amin, yang terkenal membantai puluhan ribu
Muslim? Karena Idi Amin membenci pria kulit putih. Adnan
mem
biarkan dirinya terkungkung oleh kebenciannya yang
membutakan dan menghancurkan terhadap satu versi kekeja
man penjajahan sajaAnglo Saxon. Pembantai dengan kulit
warna berbeda pun dibiarkan lolos.
Akeel Bilgrami berpendapat bahwa Muslim moderat me
lakukan pembelaan diri karena adanya ketakutan kalau meng
kritik sesama Muslim sama saja dengan mengalah, melepas
kan kehormatan kelompok demi Barat yang arogan. Tetapi,
Bilgrami dengan cerdik menjelaskan, hal sebaliknya (tidak
melepaskan kehormatan) tetap benar: kemenangan akhir bagi
para penjajah adalah berkembangnya kebiasaan Muslim yang
menyangkal dan membelokkan disfungsi di dalam tubuh Islam
sendiri. Penyangkalan dan pembelokan dapat melucuti ke
mampuan Muslim untuk menjadi introspektif dan bebas. Da
lam proses itu, Muslim moderat mencekik sifat moderat yang
mereka klaim telah menganutnya.
Umat Muslim di Eropa Timur mendukung argumen Bil
grami. Saat pendudukan rezim Nazi, seluruh desa Muslim di
Albania menampung umat Yahudi. Perdana Menteri Albania,
Mehdi Frashri, menginstruksikan perintah rahasia kepada
para pengikutnya, Semua anak-anak Yahudi akan tidur dengan

253

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

anak kalian, semua akan menyantap makanan yang sama,


semua akan hidup sebagai satu keluarga. Frashri berasal
dari Bektashi, sebuah sekte Islam di mana para anggotanya
telah dianiaya oleh Mustafa Kamal Atatrk, pendiri Republik
Turki. Di awal 1920-an, Atatrk mengusir Bektashi, yang telah
mendirikan markas baru mereka di Tiran, Albania. Dua pu
luh tahun kemudian, Bektashi membentuk gerakan bawah
tanah di Albania untuk menyembunyikan para Yahuditi
dak hanya dari kekejaman Nazi Hitler tetapi juga dari fasis
Mussolini. Muslim Bektashi bisa saja membiarkan trauma di
Turki membentuk mereka menjadi orang yang lemah. Mereka
memilih sebaliknya. Bahkan kini, beberapa dekade setelah pe
nindasan Komunis, seorang pemimpin Bektashi di Albania
menolak membiarkan ketidakadilan terhadap rakyatnya mele
mahkan kapasitas kemanusiaannya. Tuhan ada di setiap pori
dan setiap sel, karena itu semuanya adalah anak-anak Tuhan,
beliau mengemukakan. Tidak mungkin ada orang kafir.
Tidak semua penduduk desa Muslim menerima warga
dan pengungsi Yahudi. Elida Bicaku mengenang kembali be
berapa orang di kampung halamannya memilih takut pada
pihak Jerman dan Italia, menuntut orang-orang Yahudi un
tuk pergi. Sehingga kakek dan ayahnya yang Muslim Taat
meninggalkan desa untuk hidup bersama orang-orang Yahudi
di pegunungan. Keberanian moral mereka memang dibutuh
kan kendatipun kode kehormatan Albania telah menekan
kan adanya tanggung jawab terhadap kelompok lain. Ini me
nunjukkan bahwa, sekali lagi, budaya tidak membuat pilihan.
Individulah yang memilih.

254

IRSHAD MANJi

Safwan, pembacaku di Maroko, dengan penuh semangat


memperjelas satu poin pada Muslim arus utama. Kita hanya
akan menjadi korban jika memilih untuk begitu, unggahnya
ke moderator di chat room.

Ya, Amerika dan Barat telah [melakukan] dan sedang melakukan


tindakan-tindakan hipokrit dan tidak adil, tetapi bagaimana
dengan kita? Bagaimana dengan tanggapan kita tentang Islam,
tentang masyarakat Muslim, tentang nilai-nilai Muslim kita?
Apakah kita memiliki kunci untuk menuju pengetahuan dan
kebenaran hanya karena kita adalah Muslim? Dan apakah itu
Islam? Adakah kita mengamalkannya dengan cara yang benar?
Apakah kita perlu menceramahi orang lain? Tanyakan dulu
pertanyaan-pertanyaan ini pada diri Anda. Itulah yang diusung
dalam ijtihad, yaitu mempertanyakan nilai-nilai dan amalanamalan kita sebagai individu-individu rasional.
Seolah melengkapi pemikiran Safwan, Bilgrami mendesak
para moderat tulen mengakui sesuatu yang jelas: agenda re
aksioner, yang dijalankan atas nama Islam, adalah sesuatu
yang kita anut tanpa mengkritik dan tanpa berpikir akibat
demoralisasi dan kekalahan, dan kita sering kali membiarkan
agenda ini mendominasi tindakan politis kita, dan membuat
kita tetap berjalan di tempat. Kaum moderat harus belajar
mengatakan kami yang menentukan untuk bekerja menuju
reformasi [kami]...

Jika kau menginginkan moderasi dalam Islam, maka ambillah


pelajaran dari negara dengan mayoritas Muslim terbesar di

255

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

dunia, Indonesia. (Nabi Muhammad menyarankan supaya umat


Muslim merantau sampai ke Cina untuk mencari ilmu. Upaya
ijtihadku menafsirkan kembali Cina sebagai Indonesia.
Zona waktu yang sama.) Bulan April 2008, aku terbang ke
Jakarta untuk meluncurkan buku dan filmku di Perpustakaan
Nasional. Ratusan mahasiswa berdatangan, di antara mereka
adalah Islamis dan transeksual. Mereka mengungkapkan pe
mikiran mereka. Mereka saling tidak sependapat. Di antara
perdebatan kata-kata, gitaris memetik gitar, penyair ber
de
klamasi, dan penari menikmati tarian Jawa mereka. Tidak ada
yang menyepelekan ketegangan; mereka menganggap kete
gangan merupakan keniscayaan dalam demokrasiciri khas
dari demokrasi sejati.
Sepanjang pengetahuanku, semua orang meninggalkan
acara itu dengan aman, termasuk seorang transeksual yang
paling vokal. Ia dengan bangga mengumumkan di depan para
Islamis bahwa, setelah menjalani operasi, dia memperjuangkan
hak untuk memakai hijab (dikenal di Indonesia sebagai jilbab).
Ia memenangkan pertarungan itu. Dengan saling menghormati,
kami memperdebatkan penafsiran masing-masing tentang jil
bab, dan itulah yang seharusnya terjadi di dalam masyarakat
pluralistik. Aku merasa luar bisa bersyukur untuk tiga hal:
bahwa kami secara terbuka dapat mengajukan argumen rasio
nal satu sama lain, bahwa kami melakukannya secara beradab,
dan bahwa seseorang yang dulunya pria bisa menjadi seorang
wanita dengan keadaan relatif aman dan memiliki integritas
yang tak tergoyahkan di sebuah bangsa mayoritas Muslim
yang diatur oleh konstitusi sekuler. Kepalaku yang tak berhijab
melayang-layang melihat berlapis-lapisnya keragaman ini.

256

IRSHAD MANJi

Masyarakat Indonesia bisa saja menenggelamkan diri me


reka ke dalam pengalaman pahitnya dijajah. Sejak tahun 1800
hingga 1942, sebagian besar dari bangsa Indonesia hidup di
bawah beberapa ketentuan aturan Belanda, kemudian disusul
sekitar lima puluh tahun kediktatoran pemimpin mereka sen
diri. Tahun 1998 merupakan titik awal periode demokrasi eks
perimentalatau reformasi. Para Islamo-tribalis menempel
pada kebebasan baru ini dan mulai sibuk, begitu juga donatur
me
reka dari Saudi. Kini, kepulauan Indonesia yang terdiri
dari tujuh belas ribu pulau dan ratusan suku bergulat dengan
imperialisme budaya Saudi. Spanduk para kaum Islamis ber
gantungan di tiang-tiang yang sulit ditumbangkan. Aliran
masuk uang dibayar untuk usaha ekstra itutetap berkuasa
adalah pesannya. Di sini pun, Islamis mencoba melarang ke
lompok minoritas Ahmadiyah. Dan pembatasan pada pakaian
wanita semakin meningkat, terutama di kota-kota besar dan
kecil di mana para pendatang dari semenanjung Arab ber
kumpul bersama. Di Aceh, sebuah provinsi yang tidak pernah
berintegrasi sepenuhnya ke dalam negeri Indonesia sekuler,
para politisi meluluskan sebuah undang-undang tahun 2009
yang mengizinkan perajaman. Tahun 2010, dua wanita yang
tertangkap menjual nasi di warung di jam-jam puasa Rama
dhan mendapati diri mereka dicambuk di depan ratusan warga.
Akan tetapi, banyak masyarakat Indonesia juga melihat
bahwa jeratan Saudi yang semakin mengencang harus di
tolak, dan masyarakat sipil yang penuh semangat terus me
la
wan bentuk penjajahan baru ini. Selama kunjunganku di
sana, Hindun Annisa mengajarkan para mahasiswa di sebuah
auditorium yang besar bahwa ketika para teolog berbicara

257

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

tentang sejarah Islam, mereka membicarakan sejarah Arab.


Para mahasiswa itu segera mengerti. Annisa kemudian meng
antarkanku ke sebuah pesantren, atau sekolah asrama Islam,
di mana tampak keriangan, sebuah lapangan basket sementara
(dihiasi dengan papan Chicago Bulls) dan percakapanku de
ngan siswa-siswa wanita menggambarkanku lukisan mengenai
keimanan Islam.
Ibunya Annisa mengelola pesantren itu. Saat kami ber
bincang-bincang, aku tak bisa berpikir lain kecuali bahwasanya
ia dan putrinya telah mewujudkan nilai-nilai R.A. Kartini,
seorang pelopor emansipasi wanita Indonesia di awal abad
ke-20. Kartini meminjam konsep-konsep dari feminis Eropa
dan mengadaptasinya sesuai kondisi masyarakatnya. Setiap
April, Indonesia secara resmi memperingati Hari Kartini. Aku
mengatur kunjunganku sesuai peringatan tersebut, menyak
sikan di TV nasional dan media cetak kecintaan pada Kartini
yang mirip dengan penghormatan setiap tahunnya di Amerika
terhadap Martin Luther King, Jr. Di kedua hal itu, kekuatan
transformatif yang membebaskan disambut dengan antusias
daripada kebiasaan ala korban yang melemahkan.
Apabila Muslim moderat di tempat lain mengabdikan
diri mereka pada transformasi semacam itudari kelompok
korban sampai ke agen individualmereka akan secara serius
berkontribusi untuk melenyapkan korupsi dari praktik-praktik
keislaman. Namun tanpa perubahan di dalam Islam sendiri,
sikap moderat mereka hanyalah teori semata. Realitanya, mo
derat yang defensif justru akan melegitimasi para militan. Ka
rena itu, untuk sekarang ini, moderasi Islam yang ideal harus
diwujudkan dengan mereformasi orang-orang moderat sen

258

IRSHAD MANJi

diri. Satu kalimat peringatan: dengan perkataan yang miring


tentang Muslim moderat zaman sekarang, bersiaplah untuk
dilabeli sebagai ekstremis seperti Osama bin Laden. Satu kali
mat penyemangat: ketika dilabeli sebagai ekstremis, kau akan
mendapati dirimu lebih dikagumi daripada Osama bin Laden.
Harus aku akui bahwa awalnya aku kecewa karena di
golong-golongkan. Martin Luther King, Jr. berkata kepada
kaum moderat kulit putih yang menilai aksi tanpa-kekerasan
King sebagai ekstremis. Kaum moderat ini ingin memperlambat
kereta segregasidengan mengejar moratorium, kalau mau
dibandingkan menghentikan kereta tersebut di jalurnya. Pe
mahaman dangkal dari orang yang berniat baik sebenarnya le
bih membuat frustrasi dibandingkan kesalahpahaman absolut
dari orang yang berniat jahat, demikian refleksi King. Tetapi,
perenungan lebih jauh, ia
memperoleh kepuasan dengan dianggap sebagai eks
tremis. Bukankah Yesus adalah ekstremis dalam hal
cintaCintailah musuhmu, berkatilah mereka yang
mengutukmu, berbuat baiklah pada mereka yang mem
benci
mu, doakanlah mereka yang memanfaatkanmu
dengan jahat dan menganiayamu. Bukankah Amos
adalah ekstremis untuk keadilanBiarkan keadilan
mengalir seperti air dan kebenaran bagai arus yang
selalu mengalir. Bukankah Paul adalah ekstremis un
tuk Injil KristenAku menanggung dalam tubuhku
tanda-tanda Tuhan Yesus. Bukankah Martin Luther
juga ekstremisDi sini aku berdiri; aku tidak mampu
me
lakukan sebaliknya, maka tolonglah aku Tuhan.

259

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Dan John BunyanAku akan tetap di penjara hingga


akhir hayatku sebelum aku membunuh nuraniku.
Dan Abraham LincolnBangsa ini tidak bisa berta
han dengan separuh budak dan separuh merdeka.
Lalu Thomas JeffersonKita memegang kebenaran
ini sebagai swabukti, bahwa semua manusia diciptakan
setara. Jadi pertanyaannya bukanlah kita menjadi eks
tremis atau tidak, tetapi kita akan menjadi ekstremis
jenis apa. Apakah kita menjadi ekstremis untuk ke
bencian atau cinta?
King boleh jadi berbicara kepada Muslim hari ini, saat ia
menekankan bahwa bangsa dan dunia ini sangat membutuh
kan ekstremis yang kreatif. Ekstremis destruktif tidak berlaku.

Aku ingin kau bertemu salah seorang ekstremis kreatif yang


telah membuat dampak permanen pada King. Lillian Smith,
seorang warga Georgia kulit putih, yang telah menulis novel
laris Strange Fruit di tahun 1944. (Judul ini, yang dibuat oleh
seorang guru kelas menengah Yahudi dan dipopulerkan dalam
bentuk lagu oleh Billie Holiday, merujuk kepada pembunuhan
orang-orang kulit hitam dengan digantung di atas pohon). Aku
pertama kali mengetahui sosok Smith dari tulisan King Letter
from Birmingham Jail. King menyebutkan beberapa nama
warga Selatan kulit putih yang berhasil memahami makna
revolusi sosial ini dan berkomitmen pada revolusi itu. Terselip
di antara penyebutan nama pria dan wanita ini, aku mendengar

260

IRSHAD MANJi

King menaruh hormat kepada seseorang yang belum pernah


kudengar: Lillian Smith. Aku pun mencari tahu tentangnya.
Pada tahun 1956, beberapa tahun sebelum King mendorong
kaum kulit putih moderat menjadi ekstremis kreatif, Smith
sudah membawa gagasan itu kepada para aktivis hak asasi sipil
kulit hitam di Montgomery, Alabama. Dengan mendramatisir
bahwa cara ekstrem dapat menjadi cara yang baik, cara yang
kreatif, dan di masa-masa sulit, ini adalah satu-satunya cara,
maka kau membantu warga Selatan kulit putih mencari cara
mereka juga, jelasnya.
Smith tidak sedang melakukan kebaikan yang menjadi
tanggung jawab orang yang beruntung atau menaruh belas
kasihan, tetapi ia menerapkan kemerdekaan yang timbal balik.
Di setiap napas tulisannya, di setiap platform yang menampil
kannya, ia berhasil mengedepankan gagasan bahwa hak-hak
sipil kaum kulit hitam akan membebaskan para penindas ku
lit putih dari kecemasan yang menyengsarakan. Tetapi rekanrekan liberalnya tetap tidak antusias untuk menentukan mak
na budaya kehormatan Selatandan menghadapi para peng
usung segregasi yang didukung oleh budaya tersebut.
Pada tahun 1944, satu generasi sebelum demonstrasi
hak asasi sipil, Smith menulis satu surat terbuka. Judulnya:
Addressed to White Liberals (Dialamatkan kepada Kaum Liberal
Kulit Putih). Isinya, ia menyatakan segregasi adalah:
sebuah ancaman terhadap kesehatan budaya dan jiwa
individu kita. Karena segregasi sebagai jalan hidup
atau bisakah kita sebut jalan kematian [ia menulisnya
dengan huruf miring]adalah skizofrenia budaya,

261

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

yang herannya memiliki kemiripan dengan skizofrenia


pa
da kepribadian seseorang. Sungguh mengerikan sa
at memperhatikan gejala paranoid orang-orang di an
tara kita yang memegang teguh segregasi: kekejaman
mereka, ketersinggungan mereka terhadap kritik
an,
pembelaan diri mereka yang stereotip, ketidakmampuan
mereka untuk mengidentifikasikan penghargaan atas diri
mereka yang berlebihan dengan kebutuhan emosional
orang lain, keengganan mereka untuk men
jangkau
dan menerima ide-ide baru, hasrat mereka yang besar
untuk menghindari hal-hal yang sulit, segala sesuatu
yang dibutuhkan agar kepribadian mereka tumbuh
lebih lanjut
Kita yang tidak percaya pada segregasi sebagai jalan
hidup harus mengungkapkan seperti di atas. Kita ha
rus menghentikan konspirasi bisu yang men
cengke
ram kita begitu kuat sehingga menjadi tabu. Kita ha
rus mengatakan alasan mengapa segregasi tidak bisa
ditoleransi bagi ruh manusia. Kita harus, entah bagai
mana caranya, menemukan keberanian untuk berkata
lantang. Karena, bagaimanapun kita merasionalisasikan
kebisuan kita, ketakutan telah mengunci lidah kita saat
ini. Penolakan yang meluas terhadap keyakinan akan
segregasi dan segala implikasinya akan mengguncang
jalan hidup ini sampai ke akar-akarnya. Masing-ma
sing kita mengetahui ini di dalam hati. Dimulai de
ngan Kata dan di zaman sekarang, Kata memi
liki kekuatan. Tetap membisu, di saat-saat para peng
hasut rakyat, pembenci Negro, rasis, pesakit mental,

262

IRSHAD MANJi

menegaskan dengan lantang keyakinan mereka terha


dap segregasi dan pembunuhan spiritual yang ditim
bulkan dari cara hidup mereka, berarti berkhianat pada
semua yang baik, kreatif, dan waras dalam nilai-nilai
manusia.
Keberanian moral Smith membantu memecahkan tembok
budaya Selatan yang sudah dibuat kasar oleh kehormatan
kelompok, suatu budaya di mana para elitenya melestarikan
segregasi melalui pemujaan budaya. Terdengar akrabkah?
Smith mengecam sandiwara konyol kaum moderat yang
tidak bisa menjawab krisis moral. Apakah yang mereka mak
sudkan dengan moderasi, ketika menggunakan kata yang tak
jelas itu? renung Smith. Apa yang membuat kata itu sangat
menghipnotis? Ia mencela kaum liberal karena bekerja lebih
keras menjadi moderat daripada bekerja mengatasi krisis.
Mereka menyetir di tengah jalan dengan mata tertutup dan
kau tahu apa yang akan terjadi pada lalu lintas kalau kau me
lakukan itu. Kau memosisikan dirimu sebagai korban ke
celakaan. Atau kau menyebabkan orang lain menjadi korban.
Majalah-majalah dengan peredaran massal malu menyerang
kaum kulit putih pendukung segregasi, tulis Smith. Dan ini
sangat menyedihkan: melihat orang-orang kita, orang-orang
yang bangga dan bebas merasa takut bersuara dan bertindak
sesuai nurani mereka. Terdengar akrabkah?
Selain itu semua, Smith secara terbuka mengecam relativis
me. Ia membandingkan pencuri karena kebiasaan dan jujur
karena kebiasaan, lalu bertanya, Apakah mereka sama ber
bahayanya? Atau sama baiknya? Mereka yang berpikir demi

263

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

kian telah mengabaikan konsep moralitas serta konsep kualitas


dan kewarasan dalam hubungan manusia. Ia kemudian mem
peringatkan efek riak relativisme.
Ketika kaum moderat tetap diam, para ekstremis jahat
berteriak sekencang-kencangnya. Dan karena itu pemu
da Selatan kulit putih yang sulit mendengar perkataan
baik dan kreatif apa pun, karena ia melihat betapa kecil
nyali dan betapa lemah orang-orang yang lebih tua
darinya, maka ia pun kehilangan keyakinan terhadap
cara hidup yang baik, kreatif, dan berani. Baru-baru
ini, seorang pemuda bilang kepadaku, Aku bersedia
mempertaruhkan apa pun demi sesuatu yang kuyakini.
Tapi kupikir, aku tidak memiliki keyakinan dalam ba
nyak hal, tidak lagi.
Karena itulah, Smith menimbulkan optimisme pada ba
nyak aktivis kulit hitam. Kalian memberikan harapan kepada
pemuda kulit putih di Selatan, ia meyakinkan mereka.
Kalian mempengaruhi mereka bahwa ada sesuatu yang
pantas dipercaya dan dipertaruhkan. Kalian mengge
rakkan imajinasi dan hati merekabukan hanya kare
na kalian berani dan menjalani risiko, tetapi karena
kalian tahu kalau cara yang kita gunakan itulah yang
penting: cara-cara tersebut haruslah benar; cara-cara
tersebut haruslah penuh kebenaran, martabat, cinta,
dan kebijaksanaan.

264

IRSHAD MANJi

Ringkasnya, Beginilah proses kreatif bekerja: proses ini


selalu membantu orang lain selain dirimu. Sejauh ini, Smith
dapat benar-benar dipercayai. Pada tahun 1960, para mahasis
wa perguruan tinggi Afrika-Amerika melancarkan demons
tra
si mereka yang pertama di Greensboro, North Caro
lina.
Inspirasi mereka yang terkenal? Sosiolog Gunnar Myrdal,
Mahatma Gandhidan Lillian Smith. Harapan Smith terha
dap mahasiswa itu bukanlah idealisme kekanak-kanakan, te
tapi tanggung jawab pribadi. Smith sekian lama bersikeras
bahwa untuk memimpin dengan teladan, orang-orang kulit
hitam harus membuang kecurigaan mereka terhadap kaum
kulit putih, kebutuhan mereka untuk membenci orang lain,
kebutuhan mereka untuk merasa dianiaya [ia menggunakan
huruf miring]. Dengan begitu, ia meramalkan gerakan hakhak sipil modern sebagai sebuah misi kemanusiaan.
Bahkan ketika mendekati masa senja dalam hidupnya,
Smith melompat lagi ke masa depan. Masalah besar kita
bukanlah hak-hak sipil, tuturnya pada tahun 1963, tetapi
bagaimana kita menghubungkan kepingan-kepingan penga
laman manusia yang terpisah, bagaimana menjembatani antara
mitos dan rasional... Menyatukan mitos dan rasional: menu
rutku adalah tujuan terpenting di dalam sebuah era yang di
penuhi dogma kebudayaan, keagamaan, dan ideologi. Era itu
adalah era kita.

Seperti Lillian Smith dan Martin Luther King, Jr. yang telah
mempertanyatakan para moderat Amerika dari Selatan, kaum
Muslim dan non-Muslim harus menaikkan ekspektasi terha

265

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

dap mereka yang menyebut dirinya moderat Islam. Ini berarti


membangkitkan keberanian moral dengan mengajukan per
tanyaan-pertanyaan kepada mereka: Ketika kalian menegur Barat,
apakah kalian juga menolak para pendukung segregasi di dalam tubuh
Islam sendiriyaitu mereka yang membedakan kemanusiaan antara
kaum kafir dan yang lainnya?
Jika kalian mengutuk Ku Klux Klan, maka kalian seharus
nya tidak memiliki keraguantidak sedikit pundalam me
lihat Taliban melalui perspektif yang sama. Bahkan, mereka
hampir menyerupai gerombolan pembantai bermodal pisaudan-tali yang sudah meneror Jim Crow Amerika (Sebutan hi
naan untuk kaum kulit hitam). Seorang sejarawan Taylor
Branch menggambarkan satu kejadian pada musim panas yang
mencekam di Georgia di tahun 1946:
Massa telah membunuh tidak kurang dari enam ve
teran perang Negro dalam waktu tiga minggu... Satu
dari enam veteran itu tewas ketika sekelompok pria
bertudung menarik dirinya, istrinya, dan sepasang Ne
gro lainnya dari sebuah mobil di dekat Monroe, mem
bariskan mereka berempat di depan sebuah parit, ke
mudian menembak bertubi-tubi hingga meninggalkan
180 lubang peluru di salah satu dari empat mayat
tersebut. Setelah kejadian tersebut, penyidik negara ba
gian di Monroe mengeluh bahwa orang-orang terbaik
di kota itu tidak mau membicarakan tentang ini...

266

IRSHAD MANJi

Bandingkan teror tersebut dengan apa yang didokumen


tasikan oleh Farhat Taj tentang Taliban Pakistan pada bulan Mei
2010:
Ini bukanlah yang pertama kali pihak Taliban memotong
tangan. Dalam banyak kejadian di masa lalu, mereka
telah mengamputasi para pria, mencambuk warga, dan
meng
gantung mayat di pohon. Dan kini, seminggu
yang lalu, mereka meledakkan dua orang yang diduga
mata-mata dengan memasang bahan peledak pada me
reka dan memicunyadi tempat umum. Tentu saja, ini
menimbulkan dampak ketakutan dan kengerian yang
amat sangat di kalangan penduduk lokal, yang jelas
tidak punya pilihan selain menyaksikan semua kejadian
ini dalam diam.
Washington telah membantu mendirikan Taliban, demi
kian Muslim moderat selalu mengatakan kepadaku seolah
mereka ingin menyudahi percakapan. Benar, Washington me
mang membantu mendirikan Taliban, dan karena kekacauan
besar itulah, maka Perang Dingin belum berakhir. Tetapi apakah
kenyataan yang mengenaskan ini bisa membebaskan Muslim
moderat untuk tidak mendiskreditkan dogma yang diusung
Taliban? Tidak sama sekali. Karena kaum moderat tergerak
untuk berpaling dari penjajah Muslim, mereka bahkan lebih
semangat untuk meributkan tentang Taliban: Washington tidak
menguasai wilayah tribal yang dikendalikan oleh ketakutan
seperti yang dituliskan oleh Farhat Taj. Wilayah itu di bawah
kendali de-facto Taliban, tegasnya, bersama al-Qaeda sebagai

267

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

pihak asing. Pihak asing. Yang benar saja. Akankah kaum mo


derat mengecam pengacau asing dari pihak mana punatau hanya
pengacau asing dari pihak Barat? Satu pertanyaan lagi bagi kita,
demi mencapai perdamaian yang lebih langgeng.

Kelompok Taliban hanyalah puncak dari serangkaian doa


yang dipanjatkan oleh para pendukung segregasi dalam Islam.
Kita tidak bisa membiarkan kaum moderat mengabaikan
pembantaian massal oleh milisi di Darfur, Sudan, yang ke
ah
li
an
nya dalam hal pembantaian dan perbudakan etnis
mengalahkan pemuda Georgia di masa sebelum Perang Sipil
Amerika. Ekstremis destruktif seperti bin Laden menyalahkan
penyerang Perang Salib untuk membentengi pertahanan para
moderat, namun Mona Eltahawy, seorang reformis Muslim
berpandangan jernih yang kuperkenalkan di bab dua, berhasil
membongkar kebohongan bin Laden. Muslim membunuh
sesama Muslim di Darfur, demikian ia mencatat. Ini bukan
pendudukan Israel atau penyerangan yang dipimpin Amerika
Serikat... Sebagai jurnalis yang menggunakan paspornya lebih
banyak dariku, Eltahawy telah mengumpulkan banyak cerita
dari seluruh dunia dan menyusunnya menjadi sebuah mosaik
yang bisa diandalkan. Fakta yang menyedihkan, ia menyim
pulkan, adalah lebih banyak Muslim saat ini yang mati di
tangan penguasa Muslim daripada tindakan Israel, Amerika,
ataupun pihak-pihak yang dianggap musuhentah melalui
pengeboman bunuh diri yang hampir tiap minggu terjadi di
Pakistan, pertempuran antara warga Palestina, atau keganasan
antarkelompok di Irak.

268

IRSHAD MANJi

Tiga peneliti mendukung kesimpulan Eltahawy pada bu


lan Desember 2009. Saat meninjau kembali sumber-sumber
berita berbahasa Arab, mereka menemukan bahwa dari tahun
2004 hingga 2008, 85 persen korban al-Qaeda adalah Muslim,
dan angka itu mencapai 98 persen dari tahun 2006 hingga
2008. Dalam sebuah laporan untuk Combating Terrorism Center
(Pusat Pemberantasan Terorisme) di West Point, para peneliti
ini juga menyanggah asumsi umum yang menyatakan bahwa
Muslim dibunuh hanya di wilayah yang diserang Amerika.
Di luar zona peperangan Afghanistan dan Irak, para analis
itu menunjukkan, 99 persen korban al-Qaeda adalah warga
non-Barat pada tahun 2007, dan 96 persen warga non-Barat di
tahun 2008. Dengan kata lain, al-Qaeda tidak membutuhkan
kebiadaban Amerika Serikat untuk melakukan kebiadaban me
reka sendiri terhadap Muslim.
Mengapa kita tidak boleh mengharapkan kaum moderat untuk
ber
sungguh-sungguh membela warga sipil yang menjadi korban
kekerasan penguasa Muslim seperti mereka membela korban akibat
kekerasan Barat? Bukankah nyawa Muslim juga penting saat mereka
dibunuh oleh sesama Muslim? Apakah kita mengukur nilai seorang
manusia berdasarkan siapa yang membunuh mereka? Tetap saja,
memberitahukan kaum moderat mengenai al-Qaeda sebagai
pihak asing (atau penyerangan terhadap umat Muslim) tidak
serta-merta akan menghasilkan diskusi yang jujur. Pengetahuan
tidak menjamin rasionalitas. Demi menjembatani antara mitos
dan rasionalitas, kita perlu membuka hati selain pikiran.
Seorang mahasiswi Eropa baru-baru ini menguji hal ini. Ia
mengunggah sebuah pesan di forum Facebookku:

269

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Saran Anda sangat dihargai. Persatuan Mahasiswa di universitas


kami akan bekerja sama dengan Universitas Islam di Gaza. Saya
sangat menentang ide ini, sebab universitas di Gaza menerima
dana dan dukungan moral dari organisasi-organisasi teroris, yang
para pemimpinnya berbicara tentang perlunya membunuh se
mua Yahudi, Nasrani, dan bahkan Muslim moderat Saya tidak
tahu harus bagaimana, karena semua orang Eropa yang saya ajak
bicara tidak paham! Saya tahu referendum itu akan loloskami
tidak punya kesempatantapi saya ingin berjuang semampu
saya untuk menentang hal ini.
Ini yang kutahu: jika ini Gaza, Hamas akan mencuri ke
sempatan ini. Dan dari sejumlah alasan untuk menolak Hamas,
satu yang pasti yaitu peraturannya mengizinkan perbudakan
di bawah naungan Islam. Kelompok ini mengatakan ke budakbudak Muslim bahwa mereka boleh memerangi Zionis tanpa
izin tuan mereka. Oleh karena itu, Hamas menolerir perbudakan
oleh kalangan Muslim sambil meneriakkan kebebasan dari
non-Muslim. Sisi-sisi romantis segelintir mahasiswa Eropa bisa
jadi mengkhayalkan adanya kesempatan untuk menunjukkan
solidaritas terhadap Muslim, yang sering diasumsikan sebagai
korban dan bukan pelaku penjajahan. Jadi, saranku untuk te
manku di Facebook ini,

Tanyakan ke para pendukung referendum itu bagaimana antiimperialis berpasangan dengan sebuah universitas yang me
nerima dana dari pihak-pihak yang bersedia membunuh Muslim
moderat. Gunakan bahasa anti-kolonialisme untuk menunjukkan
bahwa apa yang dilakukan oleh para pembela referendum ini
jelas bertentangan dengan retorika mereka tentang HAM. Kau

270

IRSHAD MANJi

akan mendapati kalau banyak dari mereka yang akan sependapat


denganmu, dan sebagian lagi mungkin akan terdorong untuk
bersuara karena kau menjelaskan keprihatinanmu dengan
sebuah bahasabahasa anti-imperialismeyang mereka
pahami.
Tiga hari kemudian, mahasiswi ini mengirimkan argumen
tandingan dari para skeptis: Mereka mengatakan bahwa ka
mi melakukan ini untuk mahasiswa di Universitas Gaza dan
bukan untuk Hamas, sekaligus mengabaikan bagaimana ke
duanya (dalam banyak hal) saling terkait erat. Tiga minggu
berikutnya, mahasiswi ini mengunggah sekali lagi: Setelah satu
minggu yang sangat berat (sampai saya bahkan dijuluki Nazi),
KAMI MENANG! Dan seperti yang Anda katakan, banyak
orang mengidentifikasikan dirinya dengan kami. Seorang gadis
Pakistan mendatangi saya dan mengatakan kalau dia memilih
TIDAK... Saya sangat tercengang. Saya belajar banyak.

Sampailah kita pada cara kedua bagaimana menaruh ekspek


tasi yang lebih baik dari kaum moderat. Menurut ukuran ke
canggungan emosional, cara satu ini tergolong unik. Tetapi me
lapangkan jalan Islam mensyaratkan kita untuk mengajukan
pertanyaan tentang agama itu sendiribukan saja tentang bu
daya tribal yang telah menjajah psikis Muslim kontemporer.
Seperti yang telah kukatakan sebelumnya, saat memfilmkan
Faith Without Fear, aku sempat mewawancarai mantan pengawal
Osama bin Laden. Ahmed Nasser, seorang warga Yaman, sudah
menjalani upaya penanganan efek indoktrinasi yang dibangga-

271

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

banggakan pemerintahnya dan pihak berwenang mengatakan


ia sebagai kisah sukses penanganan terorisme. Tetapi dengan
senyum lebar dan niat besar untuk melatih anaknya dalam
hal kesyahidan, Nasser mengatakan dengan senang kepadaku
bahwa ia tetap yakin mengenai perlunya kekerasan. Jihad
diterapkan sendiri oleh Rasul dan para sahabat Beliau, kata
Nasser, mengajarkan. Beberapa di antara mereka gugur seba
gai syahid. Jadi Rasul dan para sahabat adalah teladan bagi
kami.
Dalam sebuah video yang difilmkan sebelum kejadian
pengeboman transit London 2005, Mohammad Sidique Khan
menyatakan agama kita adalah Islammenyembah Tuhan
Yang Maha Esa, Allah, dan mengikuti langkah Rasul sekaligus
utusan terakhir, Muhammad Inilah cara mendikte sikap etis
kita. Khan membuat pernyataan ini sebelum mengatakan se
dikit kata tentang kebijakan luar negeri pihak Barat.
Mohammed Bouyeri, Muslim kelahiran Belanda yang me
nembak mati Theo van Gogh, dengan tenang mengakui bah
wa dia bertindak berdasarkan keyakinan agama. Ia tahu peluru
saja cukup untuk membunuh korbannya, tapi ia masih menge
luarkan pisau untuk memenggal kepala mayat. Penggunaan
pisau memberlakukan kembali perang tribal di abad ke-7.
Bahkan pesan yang ditoreh Bouyeri ke tubuh van Gogh, dalam
tulisan bahasa Belanda, dipastikan memiliki ritme syair Arab.
Muslim moderat ketakutan menghadapi pemikiran yang
mengeksplorasi peran agama dalam konflik teroris. Mereka
menyesalkan kekerasan yang dilakukan atas nama Islam, tetapi
secara refleks mengatakan bahwa Islam tidak ada hubung
annya dengan itu. Dalam penyangkalan mereka, Muslim

272

IRSHAD MANJi

mo
derat melepaskan tanggung jawab untuk me
nafsir
kan,
sekaligus secara efektif mengatakan pada calon-calon teroris:
Kalian dapat memenangkan pertunjukkan ini. Kami tidak
akan kembali ke kalian dengan reinterpretasi yang berani dan
menentang. Karena kalau kami melakukannya, kami sama
saja menerima agama sebagai sesuatu yang berkaitan dengan
kekerasan. Karena Islam sudah sempurna, kami tak bisa me
nyentuh hal tersebut.
Islam adalah apa yang dibentuk oleh Muslim. Seperti
umat Kristiani dan Yahudi yang telah menafsirkan kembali
bagian yang bermasalah di dalam kitab suci untuk zaman baru,
Muslim harus melakukan hal yang sama. Ini bukan berarti
menulis ulang Al-Quran; memperbaharui penafsiran kata-kata
yang sudah ada. Kaum Islamo-tribalis boleh jadi menetapkan
tafisran mereka sebagai satu-satunya yang benar, tetapi aro
gansi mereka ini melanggar peringatan Al-Quran yang jelas
tersurat bahwa hanya Tuhan yang memiliki kebenaran sejati,
dan arogansi ini memperdayai begitu banyak dari kita hingga
percaya bahwa hanya satu penafsiran yang benar. Untuk kedua
alasan ini, penafsiran ulang menjadi upaya yang muliater
lebih lagi ketika ayat-ayat tertentu dimanfaatkan untuk mela
yani kepuasan membunuh.
Kenyataannya sekarang, yang paling bisa dilakukan kaum
moderat ialah meletakkan ayat-ayat Al-Quran yang janggal
dalam konteks yang sama, mengubur penafsiran dalam dis
torsi waktu tribal abad ke-7. Dalam sebuah tayangan doku
menter TV Inggris, Tariq Ramadan duduk bersama para Muslim
untuk membahas satu ayat dalam Al-Quran yang sering dikutip
oleh mereka yang menganggap Islam sebagai agama penuh ke

273

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

bencian: Perangi dan bunuhlah para penyembah berhala itu


di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka
dan kepunglah mereka (9: 5). Umat Muslim yang mengkaji
ayat ini, ungkap Ramadan, langsung melihat kalau kata-kata
ini seharusnya tidak ditangkap di luar konteks. Seorang di
antara mereka berkata, Jika kita membaca ayat sebelumnya,
kita bisa langsung melihat bahwa posisi itu bersifat defensif.
Ayat tersebut memberitahukan kita, Perangilah mereka yang
memerangimu di jalan Allah. Jadi perlu diserang dan menjadi
korban lebih dahulu. Ramadan berpendapat sama. Ia meng
informasikan kepada kita bahwa ayat-ayat ini berbicara tentang
situasi sebelum perang, yang mengancam kelangsungan hidup
komunitas Muslim awal di masa itu. Ayat-ayat ini tidak boleh
dipandang gamblang sebagai restu untuk membunuh semua
non-Muslim.
Tetapi bagaimana analisa ini menyimpang dari apa yang
diklaim para teroris? Di Yaman, Ahmed Nasser menegaskan
kepadaku bahwa perang imperialisme Barat telah mengorban
kan ummah di abad ke-21, karena itulah Saya berkomitmen
pada diri sendiri untuk melindungi umat Muslim di mana pun
berada. Kita sudah melihat cerita ini sebelumnya. Jawaban
Ramadan terhadap posisi Nasser? Pesan Al-Quran cukup
jelas: bahwa membunuh warga sipil itu salah. Kita juga
pernah melihat cerita ini sebelumnya. Toh, ini tidak begitu
mempengaruhi Yusuf al-Qaradawi, seorang teolog yang me
mutuskandengan dukungan orang-orang yang sejalan de
ngannyabahwa Muslim bisa dibenarkan membidik warga
sipil Israel. Fokus Ramadan terhadap warga sipil pun tidak juga
menggerakkan Nasser. Ia memutarbalikkan keadaan dengan

274

IRSHAD MANJi

mengatakan bahwa kaum wanita dan anak-anak Muslim adalah


orang-orang sipil yang perlu dibela melawan kekuatan kafir.
Oleh karena itu, seperti yang dilakukan komunitas Muslim di
abad ke-7, Perangilah mereka yang memerangimu di jalan
Allah.
Ayat tersebut bisa ditafsirkan kembali. Kita tahu bahwa
saat ini lebih banyak Muslim yang dibuat buntung, dipenjara,
di
siksa, dan dibunuh oleh kaum Muslim sendiri daripada
kaum lain. Untuk memerangi mereka yang memerangimu di
jalan Allah, umat Muslim perlu menolak skema penjajahan
terhadap sesama Muslim. Inilah yang seharusnya didengar
oleh Mohammad Sidique Khan, Faisal Shahzad, dan pejihad
anti-imperialis lain
nya terkait solidaritas kepada ummah.
Kekerasan Muslim-kepada-sesama-Muslim menjadi kekuatan
narasi untuk dapat mengurangi ketertarikan para pejihad. Ini
pun bisa menjadi narasi-tandingan (counter-narrative) yang se
suai dengan kenyataan sekaligus menunjukkan penghargaan
kepada Tuhan yang Maha Pengasih. Muslim moderat perlu
me
nyebarkan narasi-tandingan ini kepada para pemuda di
komunitas mereka. Kita sendiri pun perlu menaruh ekspektasi
kepada mereka untuk menyebarkannya.
Kaum moderat bisa mengatur-kembali kompas moral
mereka setidaknya ke satu arah lain. Jangan hanya mengarah
ke non-Muslim; sorotilah Muslim yang memperlihatkan bah
wa reformasi internal itu sendiri termasuk tindakan anti-im
perialis. Sampaikan kisah Abdul Ghaffar Khan. Didiklah anakanak kalian tentang Rana Husseini, jurnalis Yordania yang
telah menyingkap kejahatan berbasis kehormatan di dalam
ma
syarakatnya. Berbanggalah untuk terlibat dalam inisiatif

275

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Hentikan Perajaman untuk Selamanya. Sebarkanlah kabar


mengenai Kampanye Sejuta Tanda Tangan Wanita Iran untuk
Kesetaraan. Dan perhatikan bahwa semua pejuang kebebasan
memilih non-kekerasan.
Para reformis Iran ini mengingatkan kita pada pilihanpilihan yang dimiliki anti-imperialisdi mana pun mereka
berada. Mungkin kau pernah mendengar tentang Neda AghaSoltan berusia 27 tahun, lebih sering dipanggil Neda, yang
meninggal di jalanan di Tehran selagi memprotes kecurangan
pemilu di negaranya pada tahun 2009. Pembunuhan wanita
muda ini, yang dirancang oleh pemerintah Iran, meroket ke
seluruh dunia lewat rekaman video telepon genggam. Pembu
nuhan Neda segera menjadi simbol ketidakadilan yang diha
dapi oleh para patriot Iran. Tapi keputusannya di-balik-tindak
annya itu menyingkap luasnya cakupan pilihan yang dibuatnya.
Iman dan kecerdasannya, memotivasi Neda untuk mempelajari
filsafat Islam di Universitas Azad. Setelah dua semester, ia
mengundurkan diri. Neda pernah berkata bahwa Tuhan yang
mereka ajarkan pada kita di universitas-universitas ini berbeda
dari Tuhan yang saya sembah, ingat saudara perempuannya.
Seorang profesor mengajarkan mereka tentang Tuhan yang
pendendam, tetapi Neda menjawab, Ini bukan Tuhanku. Tuhan
yang kusembah adalah Tuhan yang Pengasih dan Penyayang.
Setahun setelah protes itu, aku membaca lebih banyak
contoh penentang setiap harinya di Iran. Seorang putra pejabat
terkenal memberitahu temannya bahwa ia tidak lagi menerima
uang dari ayahnya karena sang ayah bekerja untuk pemerintah,
yang dianggap korup oleh putranya, lapor The New York Times.

276

IRSHAD MANJi

Sementara banyak orang kecewa karena rezim itu bertahan,


cerita itu mengakhir,
orang-orang mengatakan tahun penuh kesengsaraan
dan pengorbanan telah terbayar. Masyarakat pastinya
memperoleh sesuatu, kemerdekaan individu dalam de
rajat tertentu, jawab seorang mahasiswa kedokteran
berusia 20 tahun. Mereka mulai memutuskan sendiri
bahwa mereka akan keluar untuk memprotes, meng
ikuti berita. Ini adalah sesuatu yang terjadi pada semua
orang. Di area-area yang berbeda dalam kehidupan me
reka, mereka sudah hilang kesabaran dan tidak mung
kin lagi berkata kalau mereka mau menolerir semua
hal.
Para pemain ini tengah memerangi penyalahgunaan ke
kuasaan dalam Islam dengan mengambil tanggung jawab
mereka untuk bangkit. Mereka tidak bersikap menunggu se
mentara para ahli fikih Islam, yang rentan dengan politik kotor
sebagaimana pembuat kebijakan di Amerika dan Israel, mem
buat fatwa atas nama semua orang. Mereka bertanggung jawab
sendiri untuk membentuk kembali Islam. Penentangan mereka
tidak pasif.

Terus terang, aku tidak yakin kalau semua ayat Al-Quran yang
mengandung kekerasan dapat ditafsirkan ulang untuk zaman
kita. Tetapi mungkin setiap ayat itu tidak perlu dikaji kembali
jika ayat-ayat Al-Quran pluralistik dapat dipublikasikan ke

277

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

sejumlah Muslim. Tapi ini tak bisa diketahui sampai banyak


dari kita mencobanya. Aku yakin iman kaum Muslim yang haus
akan kebebasan tidak akan terpelihara ketika kaum moderat,
dengan sikap defensif mereka, beralih menjadi pengkhianat.
Setelah pengeboman London tahun 2005, aku memberikan
komentar di radio yang memuji Muslim arus utama atas bela
sungkawa mereka kepada para korban dan pengutukan mereka
terhadap para pelaku. Tapi, aku melanjutkan, terlalu banyak
imam yang lebih memilih menyangkal peran Al-Quran dalam
kekacauan ini. Aku memberikan contoh Imam Feisal Abdul
Rauf, seorang ulama yang terkemuka di Kota New York. Dalam
komentarku itu, aku membuatnya tetap anonim, takut kalau
maksud dari pernyataanku ini bisa dilemahkan oleh tudingan
bahwa aku menyerang secara pribadi. Dengan menyebutkan
imam itu sebagai orang lemah-lembut dan santun, aku
kemudian menganalisa pernyataan pers yang ia keluarkan se
telah kekisruhan di London itu. Pernyataan itu mengatakan
bahwa menurut Al-Quran, Barang siapa membunuh seorang
manusia, ia sama saja membunuh seluruh umat manusia (5: 32).
Tidak juga, kataku dengan penuh penyesalan. Ayat
lengkapnya menyatakan. Barang siapa membunuh seorang
manusia, kecuali sebagai hukuman atas pembunuhan atau kerusakan
lain di muka bumi, akan dianggap sama seperti membunuh
seluruh umat manusia [aku menyatakan dengan huruf mi
ring]. Bagi pejihad London, aku melanjutkan, kerusakan di
muka bumi menggambarkan jejak tentara Amerika di tanah
Irak. Penggalan Al-Quran yang sebenarnya manusiawi ini
memberikan semua pejihad pintu kabur yang berawal dengan
kecuali. Apa, aku kini bertanya, yang harus kita lakukan de

278

IRSHAD MANJi

ngan pintu itu? Pada waktu itu aku tidak terpikirkan narasitandingan yang kuatbahwa kerusakan di muka bumi bisa
juga menggambarkan tindakan yang dilakukan al-Qaeda dan
Taliban. Dalam komentarku, aku mengartikulasikan ini sebagai
langkah berikutnya: Muslim moderat seharusnya bergabung
dengan Yahudi dan Kristiani moderat untuk mengakui sisisisi buruk kitab kita... Mari kita saling jujur, bahkan saat kita
berjuang untuk adil terhadap satu sama lain.
Minggu berikutnya, seorang kenalan Muslim mengirimiku
surel. Gusar lantaran aku mengincar Muslim moderat, ia de
ngan ketus menyarankanku untuk menangani urusan sendiri
saja. Aku mengisahkan pengalaman ini karena satu alasan.
Sebagai Muslim yang sudah merasa pasti dengan keyakinanku,
aku bisa mengatasi politisi-politisi identitas yang lihai, tetapi
bagaimana Muslim yang memiliki keyakinan yang di ujung
tanduk? Apakah tuduhan-tuduhan yang melelahkan adalah
yang terbaik yang bisa ia nantikan padahal ia berani berterusterang?
Aku berpikir tentang Saba, seorang mahasiswi yang me
miliki nurani dan sebuah pertanyaan:

Sebagai staf Humas di Muslim Students Association (MSA), saya


dulu memiliki kesempatan untuk mempengaruhi banyak orang
tentang Islam, khususnya terkait kesalahpahaman yang mungkin
dimiliki kalangan non-Muslim... Sayangnya, keprihatinan saya
yang lebih saat ini justru berkaitan dengan kesalahpahaman
yang dimiliki umat Muslim sendiri. Setelah bergurau dengan
beberapa anggota MSA, saya berteriak keras, Ya, pendapatku
sama pentingnya dengan pendapatmu, lalu salah seorang teman
priaku membalas dengan pelan, tidak berdasarkan Sunnah.

279

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Dia tentu saja mengacu pada kebutuhan dua orang saksi wanita
untuk menggantikan seorang saksi pria (QS. 2: 282).
Terlepas dari apa pun maksud penggalan ayat itu pada konteks
Mekkah di abad ke-7, jelas bahwa masih banyak pria yang meng
anggap bahwa suara wanita sebetulnya berada di bawah suara
pria... Bagaimana sepatutnya saya menetralkan citra negatif
wanita ketika doktrin kami sendiri sepertinya mendukung
gagasan perempuan yang tunduk dan serba kurang.
Dugaan mengenai pengkhianatan yang tanpa bukti akan
menghambat gagasan-gagasan segar Saba yang bisa dimasuk
kan ke dalam Islam dan dihidupkan. Kurangnya pertimbangan
moral pada kaum militan menodai Tuhan yang Maha Peng
ampun, tetapi begitu pula kurangnya keberanian moral pada
kaum moderat. Kita tidak harus membatasi diri kita pada pilih
an-pilihan yang lemah itu. Iman mampu memberikan keber
limpahan.

Untuk menantang politik picik yang berada di balik haluan


moderat, kita semua harus sadardan waspadaterhadap
tiga kecenderungan yang terlihat di dalam setiap perbincangan
tentang Islam.
Pertama, setiap kali seorang Muslim militan melakukan
tindakan mengerikan sambil mengumandangkan ayat-ayat
agama, kaum moderat mengumandangkan bahwa ini bukan
Islam. Pada bulan November 2009, Maj. Nidal Malik Hasan
menembak rekan-rekan tentara Amerikanya di Fort Hood, Texas.
Ia berteriak Allahu AkbarAllah Mahabesarsambil me
nembak. Asra Nomani, seorang Muslim kontra-budaya, tampil

280

IRSHAD MANJi

di depan publik sehubungan dengan kejadian yang menggun


cang itu. Beginilah mantra dari organisasi-organisasi Muslim:
Maj. Hasan tidak merepresentasikan Islam. Well, ini tidak se
suai dengan kenyataannya bahwa, sebetulnya memang, Maj.
Hasan mengikuti satu penafsiran Islam yang berlaku di komu
nitasnya. Ini nyata. Ketika kaum moderat lari dari kenyataan
ini, mereka membangkitkan kecurigaan tentang Islam, yang
me
menuhi nubuat menguntungkan-diri-sendiri (self-serving
prophecy) bahwa semua persoalan untuk kaum moderat harus
lahir dari kefanatikan.
Terkadang, pengingat ini berhasil. Pada bulan April 2007,
aku menghadiri sebuah acara di Islamic Awareness Week (Pekan
Kesadaran Islam) di Simmons College dekat Boston. Sepasang
suami istri menyampaikan presentasi, didampingi ayah sang
istri. Setelah itu, seorang mahasiswa Muslim sebagai audiens
bertanya kepada si pemakalah wanita mengapa begitu banyak
kebungkaman yang melingkupi kejahatan rajam. Saya pikir,
adalah hal utopia untuk mempercayai bahwa Muslim mampu
bersuara, jawab si pemakalah.
Ini bukan utopia, mahasiswa itu melanjutkan. Ini tang
gung jawab kita.
Kalau begitu, si pemakalah menyerah, salah satu hal
terpenting yang dapat kita lakukan adalah doa.
Doa itu baik, mahasiswa itu menanggapi, namun ja
waban Anda itu mengelak dari tanggung jawab.
Ayah dari si pemakalah itu pun mengeluhkan kita sebagai
orang moderat tidak pernah mendapatkan perhatian media.
Barangkali malu dengan pernyataan ayahnya yang tidak pada
tempatnya, atau mungkin didorong pada kondisi kematangan

281

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

moral, ia mengakui kita harus berhenti menyalahkan orang


lain sebelum melihat ke diri sendiri. Suaminya, yang meng
gaungkan pesan Al-Quran tentang tanggung jawab pribadi,
menambahkan bahwa kita perlu mengubah diri kita sendiri.
Falak, seorang pembacaku, membuktikan keyakinanku un
tuk menaruh ekspektasi yang lebih tinggi pada kaum moderat.
Aku tumbuh sebagai seorang wanita Muslim di Timur Tengah
dan pindah ke Kanada, menikahi seorang warga Kanada nonMuslim, ia menjelaskan kepadaku lewat surel.

Selama mempraktikkan Islam, menjalani rutinitas keseharian,


dan mendengarkan omong kosong seperti biasanya tentang
Barat yang jahat, saya mendapati diri saya merapalkan kalimat
yang sama seperti yang diucapkan banyak Muslim di era pasca
9/11: Ini adalah para fanatik (bukan Muslim yang BENAR) yang
telah tersesat dari jalur yang benar Tahukah apa yang saya
sadari sejak itu? Bahwa Muslim intelektual dan religius dengan
latar belakang kelompok yang istimewalah yang melakukannya.
Mereka menemukan dalih yang membebaskan mereka dari
tindakan pembunuhan.
Falak berjanji akan menanamkan keimanan yang lebih se
imbang kepada putri-putrinya.
Kecenderungan kedua yang perlu diwaspadai: kita secara
rutin menerima bahwa puncak pertanggungjawaban Muslim
adalah dengan mengecam kekerasan. Titik. Tapi kenyataannya
ada hal lain yang harus dilakukan. Sebagai dampak pasca pe
nembakan di Fort Hood, Council on American-Islamic Relations
(CAIR) arus utama mengeluarkan pernyataan pers yang me
nyatakan, Kami mengutuk tindakan pengecut ini sekeraskerasnya dan meminta agar para pelakunya dihukum sebe
rat-beratnya sesuai undang-undang. Tidak ada agama atau

282

IRSHAD MANJi

ideologi politik apa pun yang bisa membenarkan atau menjadi


dalih atas kekejaman dan kekerasan tanpa pandang bulu.
Sebagai pengutukan, sikap CAIR itu lebih baik daripada se
kadar menarik perhatian, tetapi sekeras-kerasnya? Tidak.
CAIR harus mengenali bahwa ada tafsiran tertentu di dalam
Islam yang mungkin berpengaruh penting pada Maj. Hasan,
dan jika demikian, maka Muslim harus terlibat dalam upaya
penafsiran ulang.
Beberapa bulan menuju investigasi, Jaksa Agung AS Eric
Holder duduk di hadapan para anggota Kongres. Ia, seperti
juga publik, belakangan mengetahui kalau Maj. Hasan me
nelusuri situs web Islamis dan berkomunikasi dengan imam ra
dikal, seorang warga Yaman-Amerika yang me
nyebar
luas
kan kebencian. Holder menjawab dengan tangkas pertanyaan
yang berulang-ulang tentang peran Islamisme da
lam me
micu penembakan, tetapi ia menahan dirinya untuk mem
pertimbangkan adanya peran itu. Apa yang kau harapkan?
sebagian pembaca mungkin akan menyindir. Aku meng
ha
rapkan lebih. Karena Holder sendiri mengaku mengharapkan
lebihsetidaknya pada perbincangan Amerika tentang ras.
Ia terkenal karena menggambarkan karakter sesama warga
Amerika sebagai bangsa pengecut karena menghindari
dialog keras tentang persoalan rasisme, dan ia pun menjadi
perhatian. Tetapi ketika terkait dengan perbincangan mengenai
Islam, Holder melakukan kesalahan lama yang sama. Iadan
kitatelah melakukan kesalahan-kesalahan baru.
Apakah aku sudah gila? Bukankah taruhannya terlalu
berbahaya jika mengambil risiko salah langkah lagi? Tidak jika
taruhannya melibatkan perdamaian yang sudah sepantasnya

283

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

terjadi. Pada bulan Oktober 2006, pihak otoritas dan ulama


Muslim moderat merancang sebuah surat terbuka kepada
mitra Kristen mereka. Berjudul A Common Word Between
Us and You (Persamaan Antara Kami dan Kalian) surat ini
menyuarakan dengan indah tentang rekonsiliasi, tetapi mene
tapkan satu syarat penting supaya umat Kristen dapat mem
peroleh cinta kaum Muslim: jangan mulai perang dengan Islam.
Cukup beralasan, sampai kemudian kau memikirkannya.
Tindakan apa pun, termasuk yang humanitarian, dapat
ditafsirkan sebagai permusuhan bagi Islam, tergantung agenda
politik dari mereka yang menafsirkan. Apakah intervensi
NATO untuk mengakhiri pembantaian massal di Sudan, ne
gara mayoritas Muslim, dapat digolongkan sebagai memulai
perang dengan Islam? Pejihad kekerasan bisa mengatakan
ya. Kemudian mereka akan mengemukakan alasan perangdengan-Islam sebagai dalih untuk terorisme, dan membiarkan
Muslim moderat menyalahkan kebijakan luar negeri Barat
karena mencetak teroris. Sungguh mengagetkandan memang
bisa diprediksi mengagetkan. Dengan mengeksploitasi kondisikondisi semacam ini, pemikir Islam moderat mengesahkan
jaringan militan. Dan dengan tidak teliti menanyakan ke para
pemikir itu tentang hal tersebut, pemikir-pemikir Kristen
memberikan balasan yang serupa. Respons umat Kristen yang
kubaca terhadap surat A Common Word terasa berusaha keras
antusias terhadap keharmonisan, hampir tidak menyerukan
sedikit pun mengenai premis yang mudah dipatahkan di balik
konsep perdamaian dalam surat Muslim itu.
Dengan mengemukakan adanya ketidakjelasan dalam
dialog ini, aku mengacu kepada kejujuran dan kejelasan, dan

284

IRSHAD MANJi

itulah yang akan kita dapatkan dalam pertanyaan akhir yang


kurekomendasikan mana kala kita berdiskusi tentang Islam
dengan kaum moderat. Pertanyaannya seperti ini: Aku tidak
mempertanyakan teori Islam, yang kuyakini sudah indah, tetapi
aku mempertanyakan tentang penerapannya. Elemen Islam apa,
yang ketika dijalankan di dunia nyata dan tidak sempurna ini, me
ngarah pada penderitaandan mengapa? Ini adalah pertanyaan
yang dirancang untuk mencegah kecenderungan ketiga: kaum
moderat yang membicarakan Islam secara abstrak. Kecende
rungan ini melahirkan kedangkalan seperti Islam itu damai.
Ketika orang-orang yang skeptis mendengar kalimat klise ini,
mereka sering kali menganggapnya sebagai tanda kebohongan
Muslim. Faktanya, meskipun demikian, banyak Muslim mo
derat yang secara tulus meyakini bahwa Islam itu damai. Apa
yang mereka katakan adalah, Islam artinya damai. Mereka
tidak mengatakan adalah, Hanya karena satu kata memiliki
suatu arti, tidak menjamin bahwa kenyataannya akan sama.
Sambil mengedipkan mata dan tersenyum lebar, aku meng
ingatkan para Muslim moderat yang menjadi audiensku bahwa
Irshad berarti petunjuk. Tetapi kalian jelas yakin bahwa de
ngan mengupas masalah-masalah dalam Islam saat ini, aku
ini sudah tersesat. Begitu pula, Islam artinya damai. Namun
apakah kita punya bukti bahwa sering kali kenyataannya tidak
demikian. Yang mana, kalau begitu? Apakah makna sebuah
kata berarti segala-galanya? Jika begitu, kalian perlu mengakui
bahwa aku diberkati dengan petunjuk Tuhan. Jika tidak, kalian
harus mengakui adanya aspek-aspek Islam, secara praktik,
yang perlu diadaptasi untuk abad ke-21. Ekspresi marah tidak
mengangkat apa-apa, kecuali alis mata. Dan mulailah dialog

285

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

batin, sebagai permulaan yang berguna dalam membangun


percakapan antara dan antarorang.
Aku baru saja memaparkan tiga kecenderungan untuk
diperhatikan, kemudian disingkirkan, dan camkan dalam pi
kiran bahwa menyayangi dan menghormati orang lain berarti
memiliki keyakinan terhadap kapasitas mereka untuk tumbuh
berkembang. Manusia, bagaimanapun juga, mudah terperdaya
ketika berhubungan dengan emosi. Rasa takut bisa menjebak
kita berpikir bahwa pertanyaan hanya menambah buruk
persoalan, terutama di dalam suatu lingkungan yang sudah
terpolarisasi. Itulah mengapa pertanyaan-pertanyaan yang ku
ajukandan kuminta kau pun mengajukanmenolak pem
bedaan yang artifisial antara Islam dan dunia Barat. Pertanyaanpertanyaanku membayangkan adanya suatu diskusi publik
sehingga umat Muslim dan non-Muslim dapat menemukan
tujuan bersama dalam nilai-nilai kemanusiaan. Seperti yang
ditulis oleh ulama reformis Khaled Abou El Fadl, pemikiran
Muslim terkotak-kotak ke dalam pro-Barat dan anti-Barat, da
ripada berfokus pada satu pertanyaan yang jauh lebih pen
ting: Apakah pemikiran Muslim di dunia yang modern ini
cenderung pro-kemanusiaan atau anti-kemanusiaan...?
Untuk menjadi pro-kemanusiaan, kita harus keluar dari
ilusi netralitas. Lillian Smith mengajarkan bahwa dalam kon
teks praktik keagamaan yang keji seperti hukum gantung dan
perajaman, adalah haram untuk mengambil jarak. Netralitas
memapankan kebrutalan, dan juga mengorbankan para refor
mis sejati untuk maksud tertentu.

286

IRSHAD MANJi

Nona Lillian harus menyelinap masuk ke wilayah suatu uni


versitas di Amerika Serikat bagian Selatan karena tidak disu
kai kalangan berkulit putih. Namun demikian, melalui per
juangannya melawan teriakan-teriakan mencekam dari pem
bantai rasial, suara mendayu-dayu dari politisi pendukung
segregasi dan serigala berbulu domba kaum moderat, ia
mendeklarasikan dirinya pro-Selatan. Ia mengulurkan ha
rapan bahwa di balik segala macam persoalan kita, kebutaan
kita, masih ada pihak Selatan yang baikorang-orang kreatif
dan telah berkembang yang mulai mengangkat diri mereka
dengan keluar dari sikap defensif yang kuno dan mulai me
nerima dunia yang sekarang... Ya, saya pro-Selatan.
Demikian pula, aku pun pro-Islam. Dalam Al-Fatiha, su
rah pembuka di Al-Quran dan surah yang utama bagi semua
Muslim, mereka yang tersesat ditandai dengan kata yang
persis digunakan di bagian lain yang mengacu kepada mereka
yang meninggalkan harapan. Kalau begitu, berharap berarti
mempercayai rahmat Allahizin-Nya, perlindungan-Nya dan
cinta-Nya, sehingga aku bisa berjuang untuk berusaha lebih
baik, dan untuk kebaikan yang lebih dari diriku. Ini artinya,
saat aku berjalan di jalan Islam yang lapang, bahkan ancaman
kematian menjadi umpan untuk meraih kebebasan kreatif. Se
orang tanpa nama mengirimkanku surel:

Mawar merah warnanya,


Lebih merah warna darahnya.
Tuhan menginginkan KEMATIAN-nya,
Dan kami berjanji kepada-Nya untuk membinasakannya.
Balasanku:

287

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Aku baru mengobrol dengan Tuhan;


Dia lupa kalau pernah memintamu untuk membunuhnya.
Mungkin kau salah mendengarkan-Nya;
Saat Dia berfirman: Hmmm... menyakitinya?
Bukan, bodoh, klarifikasi Tuhan,
Bukan begitu caranya;
Berpikir dan berbuatlah,
Atau tidak usah berdoa saja.
Karena, Aku berikan anugerah kepada hamba-hambaku;
Apa yang disebut kehendak bebas.
Kau mungkin benci dengan cara penggunaannya,
Tapi bukan hakmu untuk membunuh.
Si Tanpa Nama menjawab:

Ketika saudara-saudaraku meledak.


Mereka menggunakan kehendak bebas.
Kau boleh saja bersuara menentangnya,
Tapi hei, bukan kehendak bebasmu yang membunuh.
Kau salah, SUNDAL.
Tanggapanku:

Salah? Tidak,
Kau lupa satu fakta:
Ketika saudara-saudaramu mengebom,
Mereka membunuh orang lain dengan itu.
Jika mereka merusak hanya diri mereka sendiri,
Aku tidak akan bersuara lantang.
Tapi mereka mencuri kehendak bebas dari banyak orang,

288

IRSHAD MANJi

Itu adalah permainan yang sangat berbeda.


Jelas sudah kalau mereka adalah pencuri.
Aku harus bertanya: Apakah kau ini?
Seorang kaki tangan? Seorang Muslim?
Apakah tak ada batasan antara keduanya?
Si Tanpa Nama lagi:

Puisi yang indah, jalang.


Tapi aku takkan menyelamatkanmu.
Hanya Allah yang bisa,
Dan tebaklah? Dia MEMBENCI-mu.
Giliranku:

Apakah Tuhan yang membenciku?


Atau justru kau?
Hanya karena mawar itu merah
Tidak berarti violet juga...
Kau salah, preman jalanan.
Si Tanpa Nama tidak membalas. Dan aku merasa sangat
hidup.

289

7
Kehilangan Makna Adalah Ancaman
Kematian yang Sesungguhnya
Pendukung al-Qaeda berperang melawan tukang pelintir
di sekeliling George Bush. Lantas, mana yang akan keluar
dengan penuh integritas? Jawaban yang ngawur, Tidak ada!
Tapi itu mungkin tidak benar. Akan kujelaskan alasannya
melalui tantangan yang kuterima dari seorang pria Muslim
bernama Amin. Dia membaca tulisan seorang wanita Muslim,
Malika, yang menulis blog tentang kewajiban Islam untuk
menghancurkan Barat. Sampai saat ini, Malika bertindak hatihati sesuai dengan undang-undang di negaranya, Belgia, dan
dengan bangga menerima cacian publik karena keyakinannya.
Menurut dugaan Amin, Malika telah memenuhi tiga syarat
kondisi keberanian moral: berbicara kebenaran pada pihak
yang berkuasa, menyuarakannya di dalam komunitasnya sen
diri, dan mengekspresikan dirinya demi kebaikan yang lebih
besar. Karena itulah, Amin bertanya, apakah blogger pejihad
ini termasuk agen untuk nilai-nilai yang kuusung?

291

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Dalam balasanku, aku mengajukan beberapa pertanyaan


kepada Amin. Kebenaran apa yang disuarakan wanita ini?
Dia menggembor-gemborkan gangguan dari Barat, tapi cuma
sedikit bicara mengenai fakta bahwa di Pakistan, militan
Suni menggunakan Syiah sebagai sasaran latihan. Bahwa di
Afghanistan, para panglima perang yang suka mengutip AlQuran beramai-ramai memerkosa gadis-gadis Muslim. Bahwa
di Lebanon, bangsa Palestina hidup susah dengan pekerjaan
yang langka karena mereka dilarang membeli properti,
apa
lagi untuk menjadi profesional. Bahwa di Israel, roketroket Katyusha yang diluncurkan oleh Hisbullah memorakporandakan rumah-rumah Muslim Arab. Tambahkan kebe
naran ini; baru kita bicara.
Berikutnya, aku mengingatkan Amin, keberanian moral
mensyaratkan kita tak hanya berbicara kebenaran, tapi juga
membicarakannya kepada mereka yang menuntut kesetiaan
tanpa cela. Dalam masyarakat terbuka, tidak dibutuhkan ke
ku
atan raksasa untuk mengampanyekan Barat yang jahat.
Untuk memiliki keberanian moral, Malika harus mengatakan
kebenaran ke saudara-saudari pejihadnya bahwa Muslim sa
ling melukai.
Terakhir, kebaikan lebih besar apa yang Malika perjuang
kan? Jelas bukan perlindungan terhadap Muslim seluruh dunia.
Maka kutawarkan rekonsiliasi ke Amin. Menulis blog tentang
kejahatan Muslim-terhadap-sesama-Muslim bukanlah satusatunya cara bagi Malika berbakti demi kebaikan yang lebih
besar. Cek kesejahteraan $1.100 per bulan yang diterimanya
berkala dari pemerintah Belgia mengisyaratkan adanya pilih
an lain: ia bisa menyumbangkan sebagian tunjangannya ke

292

IRSHAD MANJi

pada janda-janda perang Irak, yang memperoleh maksimum


$40 per bulan. Jelas mereka bisa menggunakan bantuan dari
seorang saudari sesama Muslim. Kemudian, aku juga berpen
dapat bahwa tanggung jawab Malika bertambah saat kita
mem
pertimbangkan satu realitas lagi: banyak wanita Irak
yang ditinggalkan oleh suami karena pasukan Barat, itu benar,
tetapi ada juga peran pemberontak Muslim yang diimpor dari
wilayah-wilayah asingorang-orang non-Irak yang dihasut
dalam blognya.
Barangkali, aku boleh usul, ia sebaiknya belajar dari Scott
McClellan, mantan sekretaris pers untuk Presiden George
W. Bush. Setelah berhenti dari posisinya, McClellan menulis
sebuah buku laris mengenai kebohongan yang menyelimuti
Washington, D.C. Pada bulan Januari 2008, ia berkomitmen
membagi royaltinya dengan keluarga-keluarga dari korban
perang Irak, yang menurut McClellan telah ia lukai karena
kesalahan informasi yang ia dapatkandan sampaikansela
ma di Gedung Putih. Hari itu, Scott McClellan melampaui
kelompok golongannya demi memancarkan keberanian moral.
Melalui contoh ini, McClellan meneguhkan bahwa apa
pun masa lalu Malika yang terkait dengan keraguan atau
kebungkaman, dia kini bisa membuat pilihan baru. Kita se
mua bisa. Memiliki kebermaknaan berarti mengetahui kalau
pilihan-pilihan kita mengandung konsekuensi. Dan apabila
pilihanku ternyata membawa dampak, maka tidak pernah
ada kata terlambat untuk membuat pilihan baru. Begitu aku
menerima bahwa pilihanku memiliki konsekuensi, aku hidup
dalam kebermaknaankudan kapasitasku untuk membantu
orang lain demi mewujudkan kebermaknaan mereka.

293

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Umat Muslim boleh jadi membutuhkan pelajaran terakhir


ini dalam rangka memilih keberanian moral, tetapi semua war
ga demokrasi juga membutuhkannya. Sebagai warga yang
diperbolehkan menjadi individual, kita sesungguhnya ber
untung. Tetapi, tanpa menerapkan individualitas dan integri
tas kita, keberuntungan hanyalah sebatas itu saja: mujur, tapi
tidak mendasar. Berjalan cepat tapi tanpa kesadaran diri dan
mengajukan pertanyaan. Kita tahu apa yang menimpa masya
rakat yang menjalankan keyakinan buta.
Pelajaran Ketujuh: Kehilangan Makna adalah Ancaman Kema
tian yang Sesungguhnya.

Mengapa hidupku bertujuan untuk melapangkan jalan Islam?


Lebih lugasnya, mengapa aku rela mati demi Islam? Perja
lananku yang menantang bahaya ini mungkin kelihatannya
bodohtidak hanya karena aku sendiri tidak tahu apakah
ini akan berhasil, tetapi juga karena hasilnya sendiri pun tak
bisa diramalkan. Pikirkan tentang semua informasi yang kita
belum miliki. Ketika Cina memperoleh status adikuasa, apakah
kecenderungan budayanya yang komunal akan menghapus,
memangkas, bergantian antara atau harmonis dengan indi
vidualitas yang berlaku di budaya demokrasiku.
Kini, semakin meningkat jumlah wanita Cina yang me
lakukan bedah rekonstruksi selaput dara agar mereka dianggap
perawan ketika menikah. Kode kehormatan Arab menemukan
temannya dalam fenomena ini. Seiring pertumbuhan Cina dan
nilai-nilai yang menyebar dengan segala cara, apakah per
ju
angan wanita Muslim terhadap keperawanan akan mele

294

IRSHAD MANJi

mah? Ataukah akan menguat? Pada catatan yang berbeda,


Congressional Budget Office (Kantor Anggaran Kongres) menya
takan bahwa di masa hidupku, bunga hutang Amerika akan
melampaui seluruh anggaran pertahanan negara. Kabar baik
atau kabar buruk untuk menyesuaikan ulang kebijakan luar
negeri Amerika Serikat? Kabar baik atau kabar buruk untuk
menemukan alternatif bagi minyak Saudi? Kabar baik atau
kabar buruk untuk memulihkan jurang antara pendukung
politik dan menghormati prioritas manusia? Menurutku, se
muanya.
Ketika dunia yang kukenal terasa seakan-akan bergolak,
ada ketenangan dalam beberapa kepastian ini: Aku memiliki
sebuah misi. Aku telah memilihnya. Pilihanku mengilhami
misiku disertai komitmen pribadi yang tidak bisa ditembus
oleh manuver politikbaik yang kotor maupun yang curang.
Dan karena misi ini merupakan balas budi pada masyarakat
yang telah memberiku kebebasan, aku bahagia menjadi orang
yang memiliki tujuan dibalik pilihan-pilihanku. Robert F.
Kennedy mungkin akan menyebutnya tujuan-tujuan moral
yang mutlak. Tujuan-tujuan ini mencerminkan realitas dari
keyakinan manusia, hasrat dan kepercayaan; daya dorong lebih
kuat dari semua kalkulasi para ekonom atau para jenderal kita.
Setelah pembunuhan Martin Luther King, Jr., janda King
me
ngeluarkan pernyataan mengejutkan tentang bagaimana
suaminya menilai eksistensi dirinya. Suamiku sering berkata
kepada anak-anak, jika seorang pria tidak mempunyai apaapa yang layak diperjuangkan sampai mati, Coretta Scott
King mengenang, maka dia tidak pantas hidup. King dapat
menuntut begitu banyak dari dirinya sendiri, sebagian, karena

295

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

pengabdian Kristiani pada kehidupan berlaku kekal. Namun


dalam kesediaannya untuk mati demi keadilan, King juga
menyerap dari sumber feminisme Amerika.
Lupakan era 1960-an; aku merujuk pada tahun 1830-an,
ketika sekelompok kecil wanita Kristen berkumpul untuk me
nyusun strategi melawan perbudakan. Inilah tujuan yang
layak diperjuangkan sampai mati, salah seorang di antara
mereka mengumumkan di New York, tuan rumah bagi AntiSlavery Convention of American Women (Pertemuan Perempuan
Amerika Anti-Perbudakan) yang pertama. Ketegangan dengan
lawan mereka berpotensi menjadi tawuran, tapi para wanita
ini bertahan. Tahun berikutnya, di Philadelphia, ribuan pria
membanjiri tempat pertemuan mereka, menghancurkan jen
dela lalu membakar bangunan. Tolong camkan, para wanita
ini berkumpul tidak untuk menuntut kesetaraan mereka tapi
untuk mendesak perikemanusiaan yang mutlak dan penuh
bagi kaum kulit hitam. Hidup dengan tujuan moral yang
utamadan bersedia mati untuk alasan yang samamereka
tidak sekadar menjalani kampanye penghapusan perbudakan;
mereka telah menemukan suara bagi diri mereka sendiri.
Dan mereka melakukan itu dengan melapangkan jalan
Kristiani. Bayangkan pemungutan suara atas resolusi ini: Te
lah tiba waktunya bagi perempuan untuk bergerak sesuai
dengan yang Tuhan tugaskan kepadanya, dan tidak lagi pu
as dengan keterbatasan-keterbatasan yang ditimbulkan oleh
adat yang korup dan penyelewengan pengamalan Al-Kitab
yang melingkupi kaum perempuan. Adat yang korup. Penye
lewengan pengamalan Al-Kitab. Tak lagi puas. Itulah resolusi
yang perlu dibuat oleh para reformis Muslim saat ini.

296

IRSHAD MANJi

Pernyataan ini, ungkap Helen LaKelly Hunt dalam Faith


and Feminism (Iman dan Feminisme), merupakan seruan pu
blik pertama atas hak perempuan di Amerika. Hal ini tidak
diren
cana
kan sebelumnya, tapi begitulah cara kerja ekstre
misme kreatif, yang menelurkan makna yang lebih besar bagi
kemanusiaan. Hanya satu dekade setelah pertemuan anti-per
budakan, lima dari penggagas wanita ini mengajukan penye
lenggaraan konferensi hak-hak perempuan. Salah satu dari
mereka, Elizabeth Cody Stanton, bergerak lebih jauh dengan
mengangkat hak perempuan untuk memilih. Bahkan rekanrekan sejawatnya menertawakannya: Mimpi sajalah. Maka dia
pun bermimpi. Stanton mengajak Frederick Douglass, mantan
budak yang kesetiaannya pada kebebasan individual jauh
melampaui masyarakat dia. Douglass tidak takut dikatakan
untuk berhenti mencampuri urusan wanita; tidak, setelah pa
ra wanita kulit putih ini mencampuri urusan pemusnahan
perbudakan kaum kulit hitam. Jika para wanita bisa melihat
keluarga mereka sebagai umat manusia, maka dia pun bisa.
Keberanian moral yang dicontohkan oleh para pembangkang
ini memberikan makna pada demokrasi, dan pada kewajiban
hidup sebagai satu kesatuan.
Bagiku, mereka melambangkan harapan untuk transen
densikebebasan untuk memilih tujuanmu dibandingkan po
litik orang lain. Nuranimu menganugerahimu kebebasan ini.
Jangan mencari pembenaran dari keluargamu. Atau dari bu
dayamu. Atau bahkan dari kepalamu. Kita selalu terhubung
dengan inspirasi, tapi kita tidak menyadarinya karena benak
kita dipenuhi dengan segala macam pemikiran yang seram
pangan, tulis Sultan Abdulhameed.

297

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Jika kau memiliki tujuan dominan dalam hidup, pikir


anmu akan mencari dan mengumpulkan informasi ter
kait dengan pencapaian tujuanmu. Jika tidak ada tujuan,
pikiranmu menyerap berbagai macam informasi dan
citra acak dari lingkungan di sekitarmu... Ketika pikiran
seseorang dipenuhi dengan lapisan tebal sampah, dia
tak akan bisa me
nangkap pesan yang datang dari
kesadaran yang lebih dalam.
Perhatikan, mendengarkan nuranimu akan menyederhana
kan pilihan-pilihan, bahkan ketika pilihan-pilihan itu ber
kembang biak.
Aku bisa mendengar beberapa di antara kalian menang
gapi. Aksi teroris pun berdasarkan nurani mereka. Pilihan
mereka memiliki konsekuensi dan, hei, apakah mereka per
nah memperoleh makna dari situ. Tetapi adalah hal biasa
mengadopsi paham ekstremisme destruktif di mana hari akhir
seakan-akan adalah yang terpenting; yang luar biasa adalah
menjadi ekstremis kreatif yang berjuang demi kelanggengan
nilai-nilai yang bisa bertahan lama. Untuk menciptakan ke
langgengan nilai-nilai yang bisa bertahan lama, kita harus
berbeda dari kebanyakan orang, Abdulhameed menjelaskan.
Hal ini mensyaratkan memiliki pemikiran sendiri; mensya
ratkan penyusunan waktu dan sumber untuk mencapai tujuan
Anda.
Wah, bukankah itu menggambarkan Osama bin Laden?
Tidak juga. Bin Laden boleh jadi mencurahkan hari-hari dan
dolarnya untuk jihad kekerasan, tapi sebagai seorang Islamotribalis ia mengandalkan hidup dari pemikiran kelompok

298

IRSHAD MANJi

(groupthink)berlawanan dengan berbeda dari kebanyakan.


Sebaliknya, reformis Muslim, Abdul Ghaffar Khan, mematahkan
pemikiran kelompok ini. Ia membela kebebasan berkeyakinan
memiliki pemikiranmu sendiridan memperjuangkan prinsip
itu tanpa menggunakan kekerasan, itu saja sudah menjadi
pembuktian akan pemikirannya sendiri. Sementara bin Laden
hidup untuk membinasakan pilihan-pilihan individual, Khan
hidup untuk mengembangkan itu semua. Ia menciptakan ke
langgengan nilai-nilai yang bisa bertahan lama dengan mele
takkan transendensi yang tetap bisa berlaku sampai ke generasi
yang akan datang.
________
Jika banyak Muslim kesulitan dalam mengekspresikan indi
vidualitas mereka, maka banyak non-Muslim juga sulit untuk
cukup peduli mengekspresikannya. Mereka sering kali menge
cilkan diri mereka. Kebebasan pun akhirnya terkikis menjadi
apa yang disebut Lillian Smith sebagai kehampaan.
Mengapa kita begitu buta pada setiap bencana yang di
mulai perlahan-lahan dan kemudian menyergap kita!
Apakah ini bentuk ketakaburan? Tapi apa penyebab
ketakaburan ini, yang begitu dangkal, tanpa substansi?
Mengapa kita menekan kecemasan, menyangkal ba
haya? Mengapa bersikap apatis padahal kita sangat
membutuhkan energi moral? Mengapa lemah semangat
padahal kita membutuhkan kekuatan baja?

299

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Dengan demokrasi liberal yang kehilangan pengaruh global


karena hasutan komunis, Smith mengajukan pertanyaan ini di
tahun 1963. Tahun 1964, Abraham Maslow memublikasikan
Re
ligions, Values, and Peak Experience (Agama, Nilai, dan
Pengalaman Puncak), sebuah pengembaraan yang menyelami
kebutuhan manusia akan transendensi. Seperti Smith, Maslow
mengguncang dengan pertanyaan-pertanyaan yang penting
bagi kemaslahatan masyarakat yang bebas:
Seniman atau penulis masa kini yang berusaha untuk
mengajar, menginspirasi, berkontribusi pada kebajikan.
Yang mana di antara mereka yang bisa menggunakan
kata kebajikan tanpa tersedak? Yang manakah di
antara mereka yang bisa menjadi panutan bagi kaum
muda yang idealis?... Ia tak dapat menunjukkan se
suatu yang menginspirasi atau menguatkan apa yang
kita perjuangkan, apalagi rela mati untuk itu [dengan
huruf miring]
Maslow dan Smith bisa jadi berbicara mewakili Ed Husain,
eks-pejihad yang kukutip di bab empat. Ingat bagaimana dia
menjadi ekstremis yang destruktif? Di antara faktor-fak
tor
yang biasa dan tidak diperhatikan: Tak seorang pun memiliki
keberanian untuk membela demokrasi liberal tanpa keraguan,
cerita Husein kepada kami tentang para pengelola kampusnya
di Inggris. Ketika ia dan gerombolan berjanggut menyeleng
garakan acara yang menentang perempuan dan kaum gay, di
mana pimpinan dan dosen-dosen kampus, menentang kami?
Di dalam lubang kelinci relativisme.

300

IRSHAD MANJi

Untuk menggali kenyataan ini, kita tak boleh malu mem


bicarakan secara terbuka mengenai transendensi dan pilihanpilihan yang menyertainya. Aku yakin, lebih baik memper
malukan diri kita dengan berember-ember makna ketimbang
mengecilkan diri kita dengan Kehampaan. Karena Keham
paan tidaklah mulia, melainkan suatu undangan untuk meng
olok-olok toleransi; kekosongan nilai-nilai akan langsung disu
supi oleh ideologi-ideologi yang lebih cerdik. Dalam Kejernihan
Moral, Susan Neiman mengemukakan taruhannya: Jika kebu
tuhan kita akan transendensi tidak dipenuhi oleh nilai-nilai
ideal yang benar, maka kemungkinan kita akan berpaling ke
nilai-nilai ideal yang salah. Sudah cukup banyak dari kita yang
berpaling, namun konsekuensi buruk dari pilihan tersebut bisa
dibalikdengan ekspektasi yang lebih tinggi terhadap diri ki
ta, dan dengan pilihan-pilihan yang baru.
Ketika melakukan tur bukuku, aku mengalami percakapan
yang penuh optimisme dengan seorang jurnalis Belanda. Akan
tetapi dalam surelnya, ia goyah dalam pesimisme yang me
lemahkan. Kepasifan merupakan musuh terbesar kami, tutur
nya mengenai orang Eropa. Kami kekurangan hal-hal yang kami
perlukan untuk memecahkan masalah kami: keberanian, tekad,
aksi, kerja sama, cinta akan kemajuan, imajinasi. Bagaimanapun,
selama orang-orang seperti Anda tidak kehilangan kebebasan
berbicara, kami setidaknya aman secara intelektual. Aku jadi
gelagapan, dua jam yang penuh inspirasi melemah menjadi
pengagungan terhadap sikap menyerah, yang sering dicemooh
masyarakat Eropa! Ironi tidak selalu menyenangkan.
Tetapi aku tak boleh hanya mengandalkan diaatau
orang-orang Eropa, karena permasalahan itu. Tak ada hasratku

301

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

untuk menghitung berapa banyak aku mendapat semangat


agar terus maju, sampai kemudian para penyemangat itu
memutuskan kalau tindakan mereka itu tidak ada artinya.
Atau, mereka merasa konsekuensinya akan lebih menyakitkan
dari kemampuan yang bisa mereka tanggung. Mereka meng
asumsikan bahwa akibat yang tak terkendali adalah satu-sa
tunya hal yang akan mereka hadapi. Setelah menyelesaikan
makan siang di kedai makan yang sepi di New York, seorang
rekan mencondongkan tubuhnya dan berbisik kepadaku, Se
andainya aku mengatakan apa yang kau katakan, teman-te
manku praktis akan merajamku. Dia sudah tahu pilihannya
akan menimbulkan konsekuensi, tapi dia meremehkan pilihanpilihannya dengan mengharapkan hanya yang terburuk. Di
samping itu semua, dia juga memelankan suaranya seakanakan seluruh dunia menguping tentang ketakutannyadi da
lam sebuah kedai makan yang sepi pengunjung.
Mengapa kebanyakan dari kita, bahkan yang dianugerahi
kebebasan, meremehkan kapasitas kita? Jawabannya mungkin
bisa ditemukan melalui kata-kata di dalam kamus, yang kita
gunakan untuk merumuskan mimpi dan hasrat kita. Sebuah
kajian psikologi menemukan bahwa dari 558 kata berbahasa
Inggris untuk emosi kita, 62 persen cenderung negatif. Katakata negatif inilah menyeret kita ke dalam keraguan. (Apakah
bahasa Inggris kurang positif dibandingkan bahasa lain?) Da
lam segalanya, kita sepertinya terhubung untuk berfokus pada
hal negatif, tutur Chip dan Dan Heath, penulis Switch: How
To Change Things When Change Is Hard (Beralihlah: Bagaimana
Mengubah Keadaan ketika Berubah Terasa Susah). Sekelompok
psikolog mengkaji dua ratus lebih artikel dan menyimpulkan

302

IRSHAD MANJi

bahwa, pada berbagai macam perilaku dan persepsi manusia,


satu prinsip umum berlaku: Buruk lebih kuat daripada baik.
Sebagai contoh, Jika seseorang ditunjukkan foto peristiwa yang
buruk dan menyenangkan, maka ia lebih lama memandang foto
peristiwa yang buruk. Kedengarannya seperti tidak banyak pi
lihan, kan, jika kita terhubung pada hal-hal yang suram? Tapi
itulah pilihan. Kecenderungan bukan berarti takdir.

Maka Beralihlah. Kita bisa membuat pilihan sadar untuk


menyibukkan diri kita dengan sesuatu selain masalahyaitu,
solusi. Ketika aku memberitahukan para pemuda Muslim bah
wa tidak ada penerbit Arab yang mau menerjemahkan bukuku,
sejumlah orang melontarkan satu solusi: terjemahkan sendiri
dan unggah secara online.
Setelah kemudian mengunggah dalam kapasitas yang be
sar, aku sangat menghargai satu pertanyaan yang disarankan
oleh buku Switch untuk selalu kita ajukan: Apa yang bekerja,
dan bagaimana kita melakukannya lebih dari itu? Pertanyaan
ini butuh lebih sedikit perasaan yang dicurahkan terhadap
gunung di hadapan kita (masalah) dan lebih banyak belajar
dari individu-individu yang tidak sempurna namun tabah
mendakinya (solusi). Reyana, seorang pembaca Trouble with
Islam Today, bisa menjadi contoh bagi prinsip ini. Saya sangat
senang, seseorang akhirnya punya keberanian untuk menan
tang mereka yang disebut alim ulama dan imam masa kini. Ia
mencurahkan melalui surelnya:

303

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Saya berada di titik di mana saya merasa benar-benar tersesat,


tapi setelah membaca buku Anda, saya memperoleh kembali
cinta dan keyakinan pada Islam. Saya tak pernah bisa memahami
agama yang terorganisir. Sejak kecil, telah berdentum-dentum
di kepala saya bahwa menjadi orang yang baik tidaklah cukup...
bahwa di dalam neraka, akan lebih banyak wanita dibandingkan
pria. Seperti kita tidak cukup menderita saja di duniacoba
biarkan pria melahirkan sekali saja! Atau bahwa kau akan masuk
neraka kalau tidak mematuhi suamimu. Please, deh! Menjadi
perempuan Muslim yang mandiri di abad ke-21, saya selalu
merasa sesak napas dengan aturan dan regulasi dari Islam
institusional. Kini, saya dalam proses menyingkirkan budaya. Saya
pun tak lagi merasa sesak napas. Apa pun yang terjadi nantinya,
saya merasa bebas, dan inilah Islam yang ingin saya turunkan
pada anak-anak saya. Saya pun mengalami efek yang sangat
besar pada cara suami saya memandang Islam.
Reyana bergairah tidak hanya untuk belajar mencintai
Islam dengan mengupas habis budaya tribal, tapi juga merasa
senang akan adanya seseorang mendemonstrasikan padanya
bahwa hal itu mungkin. Gagasan tidak mempengaruhi [orang]
secara mendalam apabila hanya diajarkan sebagai gagasan dan
pemikiran semata, begitu pengamatan psikolog sekaligus fil
suf, Erich Fromm. Dampak suatu gagasan meningkat ketika
dihadapi secara langsung. Reyana tidak aneh karena mem
buktikan pandangan Fromm. Hampir setiap hari selama bebe
rapa tahun, aku mendapat kilasan bukti bahwa pilihan priba
diku untuk menerapkan keberanian moral menerangi pilihanpilihan orang lain

304

IRSHAD MANJi

Keluarga saya dan saya adalah Muslim. Saya sendiri profesor di


bidang sastra. Istri saya dokter. Sikap Anda membuat hidup saya
lebih mudah untuk dijalankan karena sejak 9/11, saya merasakan
kesulitan lantaran agama yang saya anut ini. Anda membuatnya
mudah bagi saya, untuk mengetahui apa yang saya katakan pada
anak-anak saya.
Alamin
Saya seorang antropolog yang sedang melakukan penelitian
dengan para wanita Muslim yang tinggal di daerah
perkampungan kumuh Kalkuta, India. Saat kunjungan terakhir
saya ke sana, saya menunjukkan situs web Anda kepada
beberapa wanita ini dan mereka mulai membaca The Trouble
with Islam Today dalam bahasa Urdu. Seorang wanita, Amina,
mengelola sebuah LSM kecil yang menggerakkan sekolah gratis
bagi anak-anak, dan dia langsung memasukkan karya Anda ke
pelajaran Islam di kelasnya. Komentarnya saat membaca gagasan
Anda: Inilah persisnya yang selama ini aku bicarakan! Mereka
kini membaca dan membahas karya Anda bersama-sama.
Lorena
Harus saya akui kalau saya belum selesai membaca buku Anda,
karena pada 100 halaman pertama, terlihat jelas bahwa ada
tempat bagi saya dalam Islam, sehingga saya pun masuk Islam
dan mengambil Al-Quran. Saya berpaling dari Islam ketika tinggal
di Saudi Arabia ketika masa kanak-kanak. Ijtihad merupakan
kepingan hilang yang membawa saya kembali pulang. Masuk
dengan penuh kehausan. Pergi dalam kedamaian.
Davi
Saya seorang Muslim kelahiran Norwegia... Ketika dewasa, saya
pindah ke London untuk mengambil gelar di jurusan marketing
(pemasaran). Saya memutuskan tidak akan pernah kembali ke

305

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

kehidupan keluarga saya yang bak neraka, termasuk ayah saya


yang kejam dan komunitas yang membenci saya karena saya
setiap hari menemui pacar saya yang berasal dari Norwegia...
Saya kembali ke Norwegia dua tahun kemudian ketika pacar saya
melamar dan saya menerimanya. Sekarang, berkat buku Anda,
saya merasa Islam adalah jalan saya dan saya mencoba untuk
menafsirkannya dengan cara saya sendiri. Tentu saja, keluarga
meninggalkan saya. Tapi Anda tahu? Saya tak peduli. Al-Quran
mendorong kita untuk mencari jalan kita sendiri. Saya sudah
melakukannya, terima kasih Tuhan, dan saya sangat bahagia.
Fatima
Ketika berusia 18 tahun, saya berada di Pakistan dan dikelilingi
oleh orang-orang yang lebih tua. Itulah perkumpulan terbesar
yang kualami, yang terdiri dari para anggota pria di keluarga
besarku. Perbincangan berpusat pada politik dunia, penderitaan
umat Islam, pendidikan, dan lain-lain. Akhirnya, salah satu
paman dari ayahku menanyakan pemikiranku. Aku membuka
mulut dan berkata, Kalian tahu siapakah musuh terbesar Islam?
Muslim. Keheningan yang mencekam pun muncul. Hari itu,
saya merusak sesuatu yang hampir tak mungkin diperbaiki lagi.
Saya mendapat cap harus diawasi dan khotbah pun dimulai
dan berlanjut sampai hari ini. Orangtua saya berharap dapat
mengendalikan saya, tak peduli di mana pun saya berada. Irshad,
mengetahui kalau Anda di luar sana melakukan perjuangan yang
baik, membuat saya merasa jauh lebih hidup.
Khalid
Saya selalu berpikir untuk mendirikan sekolah buat wanita dan
anak-anak di Bangladesh. Buku Anda sangat menginspirasikan
saya untuk mulai serius mengimplementasikan proyek tersebut.
Shamin

306

IRSHAD MANJi

Pacar saya seorang Kristiani yang SANGAT taat. Semakin saya


dekat dengannya, semakin saya menyadari kalau orangtua
saya ujung-ujungnya ingin melihat saya bersama gadis Muslim,
bukan karena [Muslim] lebih cerdas, baik, atau hangat, tapi
karena mereka menganut mandat agama yang sama. Saya
ingin berterima kasih pada Anda karena mengekspresikan
dengan sangat elok apa yang banyak kaum muda Muslim takut
katakan.... Saya merasa lega karena tahu saya tidak salah untuk
berpikir tentang Islam dengan pemikiran liberal.
Mohammad
Saya tinggal di Malaysia dan baru saja selesai membaca buku
Anda. Dalam kehidupan saya dulu, sewaktu pertama kali saya
memulai pekerjaan, saya juga merasa praktik Islam perlu
direformasi... Mungkin jalan menuju surga lebih pasti bila
kita memperbaiki diri kita dalam hubungannya dengan Tuhan
dan dengan sesama manusia. Seruan Anda untuk ijtihad dan
reformasi memotivasi orang-orang seperti saya, yang sebelum ini
tak berani [dulunya] untuk lantang dalam berpendapat.
Azam
Aku juga dikutuk karena berada langsung [menggunakan
istilah Erich Fromm] dibalik berbagai gagasan. Anda telah
membaca kecaman terhadapku di buku ini. Namun fakta bahwa
orang berelasi pada orang (people relate to people) merupakan
fakta yang juga membukakan hati. Seorang pembaca bernama
Nas menulis:

Saya tinggal di Inggris selama 30 tahun. Pada masa itu, saya


sangat gigih mempertahankan keyakinan dan budaya saya
sebagai Pembenci-Orang-Pakistan yang tersebar di masyarakat
Inggris. Suami sayalah yang pertama kali memberitahu saya

307

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

tentang Andapengkhianat di antara kita. Saya dipinjamkan


buku Anda sebulan lalu supaya bisa mengetahui apa yang
menjadi musuh bagi Muslim saleh. Judulnya membuatku berang
dan foto Anda membuat saya muak: orang yang sok bergaya
pemandu acara MTV seksi dengan ajaran liberal yang paling
mutakhir. Kemudian saya duduk untuk membaca.
Lalu saya mengunjungi situs web Anda untuk mencari tahu lebih
banyak. Lalu membaca. Gagasan-gagasan Anda membuat saya
terpana. Keindahan visi Islam yang Anda paparkan membuat saya
menangis... Saya masih merasa sulit untuk tidak secara insting
menjustifikasi keyakinan dan perilaku Muslim (yang sering kali
tidak beradab) terhadap kafir kulit putih atau mencoba mengelak
tanggung jawab. Tapi sekarang saya tahu bahwa dengan
melakukan itu, saya hanya membahayakan keimanan saya dan
melihat kemungkinan kalau agama saya bisa berjalan harmonis
dengan agama-agama besar lain di dunia ini.
Lebih penting lagi, seiring putra-putri saya yang tumbuh dewasa
dan bertanya kepadaku tentang kehidupan, alam semesta, dan
segala sesuatunya, saya mendorong mereka untuk tidak hanya
membaca Al-Quran tetapi juga semua buku yang bisa mereka
dapatkan. Meneliti, belajar sendiri, dan menantang semua ide
yang diletakkan di depan mereka. Dan terutama, berpikir.

Belajarlah dari Nas, Khalid, Reyana, dan yang lainnya. Meng


hidupkan kemungkinan untuk perubahan adalah cara paling
pasti dalam menyampaikan kemungkinan-kemungkinan ini,
baik kepada anak-anakmu, kepada orangtua atau pasanganmu.
Anda tidak berposisi sebagai nabi, yang menunggu Allah me

308

IRSHAD MANJi

milihmu dengan drama penuh keagungan. Tuhan sudah


mempercayakan iman dalam diri kita masing-masing dengan
mengirimkan manusia ke dunia material, di mana kita bisa
menyentuh dan mengajari orang lain. Semuanya adalah orang
yang terpilih; segelintir dari kita menyadari pilihannya dan ber
tindak berdasarkan hal itu. Islam yang seperti ini tidak meng
interogasimu tentang keimananmu terhadap Allah. Islam ini
menggantikan ketakutan dengan kebebasan melalui bertanya.
Apa yang kau lakukan supaya Tuhan dapat yakin terhadapmu?
Dituntun oleh rasa syukur karena keyakinan Tuhan kepada
kita, kita bisa membalasnya dengan memiliki keyakinan ke
pada diri kita sendiri sebesar keyakinan Dia terhadap kita.
Keyakinan kepada diri sendiri membuat kita bisa memilih
begitu banyak kesempatan terbuka (openings) demi melayani
kemanusiaan. (Mungkinkah ini makna alegoris dari Pembukaan
(The Openings), judul surah pertama di Al-Quran?) Jumlah
kesempatan terbuka jauh melebihi jumlah individu yang mau
menggunakannya. Maka, majulah. Melangkahlah menuju kesem
patan yang memanggil-manggil namamu. Wujudkan nilai-nilai
ideal. Anda diizinkan, dan bahkan mungkin diwajibkan.
Abdullah An-Naim dari Universitas Emory berbicara de
ngan berapi-api mengenai kewajiban ini. Keberanian moral
se
harusnya tidak selangka seperti yang diungkapkan Bob
Kennedy, ia menyatakan di dalam diskusi kami di bulan
Maret 2008. Saya bukan seorang martir. Saya ingin menjalani
kehidupan yang baik, produktif, dan kreatif. Untuk itu, saya
butuh semua orang yang ada di sekeliling saya bersedia mem
buat keberanian moral menjadi sesuatu yang biasa. Semakin
banyak dari kita melakukan sedikit saja yang kita bisa, semakin

309

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

sedikit yang perlu kita lakukan untuk menjaga agar semua


orang bahagia dan aman.
Semakin banyak dari kita yang melakukan,: dia tidak
sedang berbicara tentang pengorbanan besar-besaran di sini.
Dia sedang membicarakan pilihan-pilihan sehari-hari yang
pada akhirnya membentuk keberanian moral sebagai rutini
tasbegitu rutinnya sehingga tidak perlu merasa seperti sua
tu kenekatan. Dalam Courageous Resistance (Penolakan yang
Berani), para peneliti menunjukkan bahwa manusia biasa
memiliki kapasitas ini. Dari waktu ke waktu, tulis para pe
neliti ini, sikap orang-orang terhadap kekuasaan dan orien
tasi mereka terhadap orang lain menjadi kebiasaan dan pengu
at-diri. Pembangkangan terhadap otoritas yang tak sah dan
menolong orang lain menjadi bagian dari perbuatan yang rutin.
Setiap tindakan mengarahkan orang untuk maju menuju bentuk
pembangkangan yang lebih besar dan untuk meningkatkan
jumlah pertolongan yang mereka berikan kepada orang lain.
Penyelamat Holocoust, misalnya, adalah orang-orang biasa
yang terbiasa peduli tentang dan untuk orang lain.
Kata kunci: terbiasa. Richard J. Leider dalam The power
of Purpose (Kekuatan Tujuan) menegaskan, Tidak ada yang
membentuk kehidupan kita selain pertanyaan-pertanyaan
yang kita ajukanatau tolak ditanyakansepanjang hidup ki
ta. Apa yang berulang kali kita tanyakan, atau hindari untuk
tanyakan, akhirnya akan menjadi suatu kebiasaandengan se
gala dampaknya. Akan kutunjukkan bagaimana kebiasaanku
bertanya lantang menjadi berguna untuk alasan praktis seka
ligus alasan spiritual.

310

IRSHAD MANJi

Di akhir 2007, aku mencium aroma adanya korupsi sis


temik yang akan segera menjatuhkan ekonomi global. Aroma
ini berembus karena para penasihat investasiku mulai mem
bicarakan dalih-dalih teknis. Kecurigaanku, mereka tak lagi tahu
apa yang mereka jual. Dalam pertemuan langsung, kubilang
kepada para penasihatku bahwa walaupun aku mempercayai
mereka, tapi aku tidak percaya pada sistem. Mereka tertawa
meremehkan. Kami mendapatkan informasi yang terbaik,
seseorang meyakinkanku. Rekannya mengangguk. Sistemnya
sudah bagus. Aku memusatkan perhatian pada manajer me
reka, yang lebih ber
usaha membuat aku menyukai dirinya
ketimbang menanggapi pertanyaanku. Apakah aku sudah jadi
paranoid? Aku lalu memberikan tes akhir ke para penasihatku:
tolong jelaskan apa yang kalian pasarkan padaku dengan ba
hasa yang bisa dipahami siswa kelas menengah. Tidak ada
yang bisa menjawab.
Di musim semi 2008, saat kekacauan finansial di seluruh
dunia mulai terlihat, aku menelepon para penasihatku. Ini
akan menjadi pembahasan yang berat, aku memperingatkan
mereka, menjelaskan bahwa setelah berbulan-bulan bertanya
dan dibalas dengan tawa kecil dan tebar pesona, aku memutus
kan untuk mengalihkan bisnisku ke tempat lain. Kebiasaan
bertanya telah memperjelas aku bahwa dogma agama tak boleh
dipisahkan dari pertanyaan, begitu juga dogma finansial. Aku
tidak menganggap ini sebagai masalah keberanian untuk
bertanya. Ini adalah masalah integritas.

311

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Pertanyaan-pertanyaanku tidak akan memutarbalikkan kejatuh


an finansial dunia; cuma membuat jengkel para penasihatku
itu sebentar dan memberikan kemenangan kecil kepadaku.
Namun kemenangan kecil ini bisa memiliki signifikansi yang
sangat besar. Menggambarkan pertanyaan itu sebagai balokbalok bangunan yang stabil, psikolog Universitas Cornell Karl
Weick menggunakan analogi yang bisa dipahami anak sekolah
menengah mana pun: Tugas kalian adalah menghitung seribu
lembar kertas tetapi diinterupsi secara berkala. Setiap interupsi
menyebabkan kalian kehilangan jejak penghitungan dan ter
paksa harus mengulangi dari awal. Jika kalian menghitung
seribu secara berurutan, maka interupsi bisa me
nyebabkan
kalian, paling buruknya, kehilangan hitungan sebanyak 999.
Tapi kemenangan-kemenangan kecil ibarat tumpukan-tum
pukan yang kecil. Mereka mempertahankan perolehan, mereka
tak bisa terlepas [dan] tiap-tiap kemenangan membutuhkan
koordinasi yang lebih sedikit untuk dilakukan...
Yang paling penting, kemenangan-kemenangan kecil itu
memberikan kita balok-balok bangunan kepercayaan diri,
atau keyakinan, terhadap diri kita. Aku bisa berkontribusi,
tapi aku tak bisa mengendalikan, apakah politikus-politikus
itu mengimplementasikan reformasi yang komprehensif.
Nouriel Roubini, ekonom dari Universitas New York, yang
per
nah dicemooh karena memprediksikan krisis, menduga
bah
wa politikus di Amerika Serikat tidak akan menyentuh
reformasi yang sesungguhnya karena mereka takut dibilang
sosialis. Penakut? Sudah pasti. Di luar kendali pribadimu?
Idem. Tapi kemenangan kecil? Jauh berada di dalam kendali
pribadimu. Apakah penasihat investasimu akan menyebutmu

312

IRSHAD MANJi

sosialis karena menanyakan tentang uangmu sendiri? Bahkan


seandainya pun dia bertanya, siapa yang mau memberikan
shuriken? Para pendidik pun sekarang semakin banyak yang
setuju. Menurut Garth Saloner, dekan Stanford University Gra
duate School of Business, mahasiswa MBA harus belajar bertanya,
Atas kepentingan siapa, saya mengambil keputusan ini?
Apakah pertanyaan itu mengingatkanmu pada sesuatu?
Hal ini merupakan pengulangan dari apa yang diajarkan Unni
Wikan, antropolog Norwegia, kepada kita. Jika multi
kultu
ralisme mem
bujukmu untuk diam terhadap pembunuhan
demi kehormatan. Wikan ingin kau bertanya: Ketika aku meng
hor
mati adat, apa akibatnya pada anggota yang lebih lemah di
kelompokku? Seorang pekerja sosial memang tidak bisa mengon
trol kebijakan (dan politik) integrasi dari pemerintahan di ne
garanya, tapi apa yang dia bisa langsung laku
kan adalah
ber
tanya kepada diri sendiri: Agenda siapa yang sedang aku
laksanakan dengan mengembalikan gadis Muslim ini ke keluarganya
padahal dia kabur dari kekerasan yang disetujui oleh budaya? Dengan
melarikan diri dari rumah, bukankah dia sedang memberitahukanku
kalau dia memilih seperangkat nilai yang berbeda dari orangtuanya?
Jika aku mengirimkan dia kembali ke tempat yang kuasumsikan
seharusnya dia berada, tidakkah aku salah menanggapi tempatnya
berada (belonging) sebagai tempat yang memilikinya (ownership)?
Bukankah aku kemudian memperkuat orang-orang yang berpikir
merekalah pemilik ruh gadis ini? Apakah identitas mereka sama
seperti integritas gadis itu? Melalui pertanyaan-pertanyaan ini,
kehidupan manusia bisa diselamatkan dari perbudakandan
dari kematian dini.

313

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Karl Weick, sang psikolog, melihat kemenangan-ke


me
nangan kecil sebagai eksperimen miniatur. Kau tidak bisa me
rancang hasilnya tapi, seperti ilmuwan, kau bisa menciptakan
kesempatan untuk menemukan hasil-hasil yang baru. Konon,
budaya ilmiah mempertahankan tiga hal: rasa penasaran in
dividu, kekuatan harapan, dan keyakinan yang kuat tetapi
penuh pertanyaan terhadap masa depan untuk dunia. Bagiku,
kedengarannya seperti spiritualitas. Pengalaman paling indah
dan terdalam yang bisa dimiliki manusia adalah perasaan
misterius, demikian senandung Albert Einstein. Itulah prin
sip yang mendasar pada agama dan semua upaya serius dalam
seni dan sains. Bagiku, ia yang tak pernah memiliki pengalaman
ini, kalau tidak mati maka setidaknya menjadi buta.
Baru-baru ini, The New York Times mengangkat profil seorang
profesor fisika yang menyatakan dirinya euforia dalam me
nantang suatu kebenaran ilmiah yang hampir disejajarkan
dengan kebenaran Al-Kitab. Bagi saya, gravitasi tidak ada,
Erik Verlinde menyatakan tanpa keraguan. Kita sudah lama
mengetahui [bahwa] gravitasi tidak ada. Saatnyalah untuk me
neriakkannya. Daya tarik pernyataan tersebut tidak luput dari
reporter.
Sulit membayangkan aspek kehidupan yang lebih funda
mental dan berlaku umum di bumi selain gravitasi, dari
ketika Anda pertama kali melangkah dan jatuh di atas
pantat berpopokmu sampai tinggal tubuh renta penuh
mimpi yang perlahan mati. Tapi bagaimana jika semua
ini adalah ilusi, sesuatu yang semacam hiasan kosmik,

314

IRSHAD MANJi

atau efek samping dari sesuatu yang terjadi di tingkat


realitas yang lebih dalam?
Verlinde menetaskan kesempatan untuk mengajukan per
tanyaan itudan ia menetaskannya dari sebuah keadaan yang
berada di luar kendalinya. Ia dirampok di akhir liburannya di
daerah selatan Prancis. Tetap tinggal untuk penggantian paspor,
Verlinde membiarkan waktu luangnya untuk mengerami pe
mikiran-pemikiran baru. Momen eureka-nya muncul di Hari
Ketiga, Apa yang diminumnya? gurau saudaranya, Herman.
Sungguh menarik bagaimana perubahan rencana bisa meng
giring ke pemikiran yang berbeda. Apakah Verlinde khawatir
akan menghina fisikawan-fisikawan yang lebih dahulu? Saya
tidak langsung melihat bahwa saya salah, katanya. Cukuplah
itu untuk terus maju.
Begitu pula Dalai Lama. Dalam era politik identitas, sang
nurani Budisme ini memamerkan sisi pembangkangannya de
ngan menjadikan pengasingannya sebagai petualangan. Diusir
dari Tibet oleh otoritas Cina, Dalai Lama bergembira, Sekarang
kita bebas. Penulis biografinya, Pico lyer, menjelaskan:
Beliau bisa membawa reformasi demokratis dan mo
dern bagi masyarakat Tibet, hal yang tak mudah dila
kukannya di Tibet yang lama. Beliau dan warga sene
garanya bisa belajar dari sains Barat dan agama-agama
lain, serta membalas budi kepada mereka. Beliau bisa
menciptakan Tibet baru, yang lebih baikglobal dan
kontemporerdi luar Tibet. Kondisi yang kebanyakan
dari kita akan melihatnya sebagai kehilangan, pende

315

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

ritaan, dan keterkungkungan, beliau melihatnya seba


gai kemungkinan.
Benar, Dalai Lama lebih tercerahkan dibandingkan ke
banyakan orang. Tapi, teman-teman Muslim, kalian tidak harus
menjadi Mu-Bu (Muslim-Buddha) atau Bu-Mu (kau tahu kan
maksudnya) untuk bergerak sedikit demi sedikit menuju makna
pribadi. Kau tinggal bilang talaqAku ceraikan Engkauke
para pengawal otensitas Muslim.
Tirulah kekuatan dari Taj Hargey, sosok yang kita temui
di bab dua. Di antara kejahatan-kejahatan lain yang melawan
kemapanan, Hargey menjadi penghulu untuk pernikahan an
taragama bagi wanita Muslim. Ternoda oleh para juru bicara
dari Islam arus utama di Inggris Raya, ia memenangkan kasus
pencemaran nama baik pada April 2009. Setelah itu, Hargey
memublikasikan editorial yang sangat menarik di The Times
terbitan London. Saya harap, tulisnya, Pembersihan nama
saya secara publik di persidangan akan memicu keberanian
lebih banyak kaum progresif, pembangkang, dan khususnya
wanita yang berpikir untuk menyuarakan pendapatnya le
bih lantang. Kita perlu reformasi yang menyelamatkan Islam
dari kaum fanatik yang terinspirasi-asing. Tetapi, Hargey
mem
peringatkan, karena reformasi ini masih bayi, ulama
reak
sioner dan pendukungnya [sedang] melakukan segala
nya untuk mencegahnya. Sementara Muslim reformis lain
nya menangkapnya sebagai mimpi buruk, Hargey menemu
kan kesempatan untuk melapangkan jalan Islam. Ia memban
tuku menghargai bahwa dengan berpikir untuk diri sendiri,
kita tidak meninggalkan masyarakat; kita memilih untuk

316

IRSHAD MANJi

mengekspresikan diri kita secara lebih jujur di tengah masyara


kat.
Merangkul ijtihad bukan berarti meninggalkan Islam, te
tapi ini mengenai tetap bertahan pada integritas. Keimanan
membolehkan kitameminta kita, sebenarnyauntuk bereks
perimen. Al-Quran ditaburi oleh himbauan untuk berpikir,
bernalar, memeriksa, merefleksi, menganalisa, dan berpikir
kembali, dengan jaring pengaman yaitu kebenaran akhir men
jadi milik Tuhan. Karenanya kemerdekaan, kewajiban dan
kerendahan hati berada di balik pertanyaan-pertanyaan kita.
Ijtihad adalah keimanan yang paling utuh.
Aku tahu, kebanyakan di antara kita takut berbuat ke
salahan. Dan ketakutan itulah, menjadi emosi negatif, yang
memiliki kekuatan yang lebih besar daripada harapan. Itu
lah mengapa kau harus menyadari cinta Tuhan untuk dapat
memilih harapan. Aku akan menekankan kembali satu ga
gasan dari bab satu. Penelitian Umar Faruq Abd-Allah menge
mukakan bahwa, bagi ulama-ulama di masa Islam awal,
setiap orang yang melakukan ijtihad menerima pahala saat
melakukan kesalahan, bukan karena kesalahan itu sendiri me
lainkan karena kepatuhannya kepada Tuhan dalam memenuhi
perintah-Nya untuk melaksanakan ijtihad. (Sekali lagi:
Kau bebas untuk mengunduh seluruh makalah Abd-Allah,
Innovation and Creativity in Islam, dari situs webku.) Selama
kesalahanmu itu tidak dipaksakan ke orang lain, usahamu
menjadi bukti kepada Tuhan bahwa Dia tidak menyia-siakan
nafas-Nya padamu. Dengan niat yang tulus, kita semua bisa
bereksperimen.

317

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Aku akan membuat kita berpikir: Apa itu sembahyang?


Seperti yang ditulis Sultan Abdulhameed, fakta yang luar
biasa adalah bahwa Al-Quran tidak merekomendasikan ben
tuk sembahyang. Al-Quran menekankan agar orang harus
bersembahyang tapi secara konsisten menghindari penetapan
metode untuk melakukannya. Sayangnya, gagasan bahwa
sembahyang bisa spontan atau menyenangkan bisa dikatakan
hampir sesat. Tidak mengherankan. Dalam The Trouble With
Islam Today, aku menjelaskan pilihanku untuk berkomunikasi
dengan Tuhan dalam bahasa Inggris, bukan Arab, dan melalui
dialog harian yang tidak terstruktur, bukan ritual hafalan.
Karena aku lebih tahu tentang diriku ketimbang orang lain,
praktik yang kupilih ini jelas memperbaiki keintimanku dengan
Allah.
Begitu keluar kabar aku tidak mengikuti rutinitas shalatdi-atas-sajadah, lima-kali-sehari, maka muncullah julukan lain:
kafir. Untuk adilnya, tidak setiap orang sebasi itu. Abdullah,
seorang anggota masyarakat, mengirim surel kepadaku: Jadi
Anda menyebut diri Anda muslim, kan? Penasaran saja, berapa
kali Anda shalat dalam sehari? Aku menjawab, 10, 12, kadangkadang 15. Anda? Tidak mendapat balasan, aku mengirim
ulang jawabanku. Mungkin Abdullah tidak tahu harus berbuat
apa. Menilai dari nada surelnya, ia tak tahan mendengar per
kataanku kalau aku bersembahyang lebih sedikit dari lima
waktu seharitotalnya. Tapi lebih banyak?
Ibu kandungku menganut mitos bahwa shalat yang serius
tidak boleh jadi bahan eksperimen. Satu adegan dalam Faith
Without Fear menayangkan Mama sedang menyetir saat kami
membahas isu tersebut. Kami mendekati sebuah tanda berhenti.

318

IRSHAD MANJi

Mama : Kamu tidak sembahyang sama sekali.


Aku : Itu tidak benar. Aku sembahyang
Mama : Kamu sembahyang dengan caramu sendiri?
Aku : Tepat. Aku sembahyang dengan caraku
sendiri.
Mama : Yah, baiklah, kau tahu? Lihat lampu lalu lintas
ini. Kita bisa bilang, Oh ya, aku akan menyetir
dengan caraku. Tapi ada aturan dalam hidup.
Ada tanda berhenti, dan jika kau tidak ber
henti, maka polisi akan menangkapmu... Lalu,
kamu bilang, Kan mobilnya tidak ada. Dan
polisi itu akan bilang, Saya tak peduli apakah
ada mobil atau tidak. Tanda ini mengatakan
berhentiAnda harus berhenti. Jadi, Tuhan
juga memiliki aturan.
Sedangkan tentang mengekspresikan rasa syukur, selain
shalat, Mama mengoreksiku. Ibuku pun segera menemukan
ruang di tempat parkir yang berantakan, dan ia tahu mengapa:
Allah memberikan pahala untuk shalat yang sesungguhnya.
Pada tayangan perdana dokumenterku, aku menyaksikan
beberapa Muslim menyukai perumpamaan ibuku yang meng
gunakan regulasi lalu lintas. Metaforanya datang dari buku
Ronald Reagan tentang retorika yang ampuh: gunakan yang
di sekitar Anda untuk meningkatkan pesan Anda. Muslim
hanyalah manusia yang dapat terhanyut oleh gaya komunikasi
ini. Tapi menurut Al-Quran, mereka tidak harus menerima satu
gaya sembahyang saja.

319

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Dalam sebuah surel untukku, seorang mualaf bernama


R.L. mengatakan bahwa selama delapan tahun, ia mencoba
mengikuti tradisi ini. Eksperimen tersebut, sebagaimana ia
menggambarkannya,

memungkinkanku [dari dulu] untuk melihat mana imanku


dan mana yang bukan. Saya mengidentifikasi diri saya dengan
dokumentasi Anda dalam banyak-banyak hal, terutama diskusi
Anda dengan ibu Anda mengenai sembahyang secara batiniah.
Saya mengalami diskusi yang sama beberapa kali dengan putri
saya. Ia mempelajari aturan-aturan dari ayahnya, dan ia selalu
bertanya mengapa saya tidak sembahyang. Saya mengatakan
hal yang sama seperti yang Anda kemukakan ke Ibu Anda. Dan
saya merasa yakin dengan pandangan saya. Setelah 8 tahun
merapalkan kata-kata dalam bahasa asing, membungkuk dan
bersujud dalam urutan gerakan ritual, saya bisa bilang ke Anda
bahwa satu-satunya kedekatan saya kepada Tuhan berasal dari
pengetahuan bahwa saya berusaha melakukan apa yang benar.
Saat saya mengizinkan diri saya untuk melakukan apa yang saya
rasa benar tanpa tuntutan yang tidak masuk akal dari ritual orang
lain. Saya akhirnya menemukan hubungan yang sejati, yang tidak
tergoyahkan dengan Penciptaku... Sudah tiba waktunya untuk
kedamaian dalam generasi kita dan anak-anak kita.
Seorang pecinta Al-Quran dapat mengembangkan pema
haman R.L. ini, bahwasanya kedamaian di dalam generasi kita
dimulai dengan kedamaian di dalam diri sendiri. Saat belajar
untuk bersembahyang dengan baik, Anda harus mereformasi
pandangan Anda mengenai seperti apa Tuhan itu, Sultan
Abdulhameed beralasan. Jika kata Tuhan menimbulkan keta

320

IRSHAD MANJi

kutan dalam diri Anda. Maka sembahyang Anda menciptakan


ketakutan yang lebih besar dalam diri Anda.
Bentuk sembahyangku yang terakhir: setiap pagi saat tidak
bepergian, aku menghampiri rak buku terbuka di apartemenku,
secangkir kopi di tangan, dan meraih satu judul buku secara
acak. Biasanya, aku membaca dua atau tiga halaman di bagian
awal buku, kemudian beberapa halaman lagi di bagian tengah.
Pada menit-menit awal hariku, aku dibangunkan oleh, dan
untuk, gagasan, yang kemudian menjadi prisma yang bisa
kurefleksikan sepanjang sisa hari itu. Jadi, pagi hari selalu
membawa dua karunia: sebuah lensa baru dan pengingat yang
teguh bahwa meskipun hanya Tuhan yang memiliki kebenaran,
namun individu bisa menciptakan kesempatan untuk menda
patkan kebenaran. Aku tidak tahu bagaimana perasaan ibuku
tentang ini, tapi aku mengingat kembali sajadah shalatku dan
mengorientasikannya dengan rak bukuku. Aku menerima pe
rintah awal Allah terhadap Nabi MuhammadBacalah!
sebagai perintah bagi semua umat, juga sebagai perintah un
tuk membaca semua agama. Ketika aku mengikuti perintah
itu, dalam momen kesendirian dan keheningan, keimananku
sebagai Muslim memiliki fondasi yang pasti.
Banyak dari kita, di mana pun berada, mendambakan dapat
bereksperimen dengan itikad yang baik. Dari seorang Muslim
yang depresi dan cemas di Inggris Raya, aku menerima acungan
jempol takut-takut. Acungan jempol karena pertanyaan-per
tanyaan Anda berkobar dalam pikiranku. Takut karena dengan
me
nanyakan hal-hal ini, kita mungkin akan meninggalkan
agama kita. Tapi mengapa pilihannya cuma kehilangan atau
mempertahankan agama? Mengapa tidak pilihan ketiga: men

321

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

transformasi pemahaman agama kita melalui reformasi diri?


Aku tidak bisa bilang ini cukup: Tidak ada agama yang bicara
untuk dirinya sendiri. Praktisi agamalah yang berbicara atas
nama agama. Tidak hanya lewat kata-kata, tetapi juga melalui
perbuatan. Tidak cuma lewat aksi, tetapi juga melalui tanpa
aksi. Tidak hanya dengan pilihan yang dibuat, tetapi juga
dengan pilihan yang diserahkan.
Apakah saya benar-benar menganggap diri saya Mus
lim? tanya Sarah, pembaca yang lahir dan dibesarkan di Uni
Emirat Arab. Saya tidak tahu. Bagi saya, banyak hal tentang
menjadi Muslim diketahui melalui apa yang benar melalui
praktik budaya, bukan apa yang menyebabkan saya harus
berhenti sama sekali dan merasakan kehadiran Ilahi. Sarah
merupakan satu dari sekian banyak orang, baik Muslim mau
pun non-Muslim, yang berjuang dengan dirinya sendiri demi
menyatukan identitas buatan dengan integritas pribadi. Tidak
perlu. Jika identitas tidak cocok, imajinasikan ulang. Itulah yang
Fatema lalukan, warga Emirat seperti Sarah yang muncul di
bab dua. Dan keimanan Fatema tampaknya jauh lebih tangguh
(lebih tertanam kuat juga) dibandingkan kaum ortodoks yang
merasa tidak aman dan mengecapnya kafir.

Perasaan tidak aman membutuhkan teman, jadi jika kau ber


jalan di jalan Islam yang lapangatau hampir di semua aga
makau akan menjadi sasaran serangan verbal. Senjata
emosional yang tersedia adalah granat Memangnya-KamuSiapa? Aku menganggap diriku [sebagai] Muslim Moderat,
Imran mengirimkan surel kepadaku, Aku seorang warga

322

IRSHAD MANJi

Amerika yang bekerja untuk pemerintahan. Aku tidak tahu


banyak tentang agamaku, tapi yang kutahu, agama ini terbaik
di dunia. Aku dengar apa yang menjadi pesan kamu kepada
kaum Muslim, dan hal pertama yang terlintas dalam pikiranku
Memangnya kamu siapa?
Senang sekali rasanya untuk membalas ocehannya: ke
majuan sejarah penuh dengan penjahit wanita yang kemudian
menjadi Rosa Parks. Socrates, yang tidak pernah mengklaim
dirinya punya jawaban, tapi menghasilkan murid bernama
Plato. Tidak buruk buat seseorang pencari kebijaksanaan yang
belajar sendiri. Baruch Spinoza memberikan pengaruh yang
kekal terhadap gagasan radikal mengenai kebebasan individual
dan toleransi agama, tapi toh ia bekerja selama bertahun-tahun
sebagai penggiling kaca. Einstein bekerja sebagai petugas hak
paten. Memangnya mereka siapa?
Sekarang berefleksi kepada Isabella Hardenbergh, budak
Amerika yang kabur dari majikannya di perkebunan dan me
ngubah namanya menjadi Sojourner Truth. Ia terkenal sebagai
aktivis pembebasan budak sekaligus feminis, tapi ia tak pernah
berhenti menghindar dari granat Memangnya-Kamu-Siapa.
Konon, sengatan pidatonya pernah menimbulkan ketidaknya
manan, Sojourner pun membalas, Jika Tuhan berkehendak,
aku akan tetap membuat kalian terganggu. Di lain waktu, ia
menunjuk ke seorang pendeta Kristen yang mencela hak-hak
perempuan:
Pria kecil dengan baju hitam di sana... Dia bilang
wanita tak bisa memiliki hak seperti pria, karena Kristus
bukan perempuan! Dari mana Kristus Anda berasal?

323

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Kerumunan mulai ribut. Dari Tuhan dan seorang pe


rempuan. Ia kemudian melemparkan pandangan me
nusuk ke pendeta itu dan berkata keras, Laki-laki tak
ada hubungannya dengannya.
Granat Memangnya-Kamu-Siapa berhenti aktif begitu kau
mencintai individualitasmu. Keberanian Sojourner untuk meng
klaim tempatnya yang sah diberikan Tuhan mulai ketika ia men
deklarasikan akuyang dimiliki oleh diriku, didefinisikan
oleh diriku, dan ditegaskan oleh diriku, mengafirmasi feminis
Kristen Helen LaKelly Hunt. Ketika kau adalah individu yang
dimiliki oleh dirimu sendiri, maka kau bisa menjadi banyak hal
sekaligus. Pada gilirannya, kau akan menguntungkan komu
nitas yang di mana kau mengidentifikasikan dirimu, karena
kau memperkaya nuansa pada bagaimana mereka dipersep
sikan. Dengan menunjukkan bahwa ada lebih dari satu cara
untuk mengambil bagian di kelompokmu, kau membuat ko
munitasmu tumbuh dari dalam.
Aku tak bisa memikirkan contoh yang lebih baik dari
Rana Husseini. Di halaman pembuka memoarnya Murder in the
Name of Honor (Pembunuhan atas Nama Kehormatan). Hussein
menyatakan Saya adalah perempuan Muslim Arab berniat
hidup dalam suatu masyarakat yang sehat di mana semua ang
gotanya menerima manfaat dari keadilan, terlepas dari strata,
agama, ras, atau gender. Pernyataannya tentang niat ini me
nyuratkan kepada para pengkritiknya bahwa ia tak perlu untuk
menjadi pakar agama, sejarah, atau apa pun selain dari
nuraninya sendiri. Individualitas Husseini bertindak sebagai
kompasnya.

324

IRSHAD MANJi

Di atas itu semua, individualitas membantumu melampaui


dogmamu sendiri karena rasa kedirianmu (sense of self) tidak
bergantung pada satu label atau kebenaran yang dianggap
statis. Sahan, salah seorang pembacaku, menghayati: Sebagai
homoseksual, Arab dan Muslim, sepertinya saya akan me
nentang arus sepanjang hidup saya. Mungkin beberapa di
antara kita bisa melihat ke depan dan memancarkan cara
yang lebih baik dibandingkan seseorang yang mengakar pada
tradisi. Mungkin kitalah orang yang dipaksa melihat normanorma itu dari luar.
Sebagai pendukung ijtihad, aku tidak melawan tradisi;
aku menentang pemaksaan tradisi kepada mereka yang ingin
memilih kelompok, komunitas, kekitaan sendiri.
Mengenai hal ini, Sahan akan senang mendengar kita
memiliki teman-teman di kalangan tradisional. Pada konferensi
tahun 2007, seorang ulama Irak mendekatiku setelah aku sele
sai berbicara. Ia sudah membaca terjemahan bukuku ke da
lam bahasa Arab versi daring. Selagi aku menguatkan diri
untuk menerima serangan verbal, ia justru berkata bahwa
Tuhan Yang Maha Pengampun akan memaafkannya karena
mendukung seorang lesbian dan Tuhan Yang Mahakuasa pas
ti menciptakanku untuk sebuah alasan. Kemudian dia ter
senyum: Yang Mahakuasa tahu yang terbaik. Satu lagi bukti
kerendahan hati dapat berdampingan dengan individualitas
dalam kasus ini, individualitas seorang mullah.
Namun demikian, obrolan semacam itu masih sedikit dan
jarang selama granat-granat masih melayang dan ganas. Dan
sekarang, mereka datang menghujani. Aku merasa serangan
gencar itu tidak hanya dari Muslim konservatif, tapi juga dari

325

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

non-Muslim konservatif, baik yang religius maupun sekuler. Di


menit-menit terakhir, bahkan pada saat aku menulis, satu cacian
lagi masuk ke kotak masuk di surelku. Islam menyebalkan,
ungkap seseorang bertanda-tangan Keluarga Amerika Kita,
AS. Ceramahnya berbunyi:

allah (non-eksistensi) menyebalkan. Mo panglima perang


sekaligus nabi palsu yang menyebalkan. Al-QuranDeklarasi
perang terbuka melawan kafirmenyebalkan. Kau paham?
Hidup Wafa Sultan, Hirsi Ali, Brigitte Gabriel, Nonie Darwish, dan
Bat Yeor. Kamu, Manji, TIDAK ADA APA-APANYA dibandingkan
mereka. Kamu masih penyembah tuhan-bulan...
Aku memaafkan pelempar granat ini. Voltaire, satu-satu
nya orang, pernah membuat generalisasi pedas tentang Yahu
di. Ia meluapkan bahwa mereka semuanya, terlahir dengan
fanatisme yang membara di hati mereka. Jika seorang pah
lawan rasionalitas Eropa bisa menjadi sangat tidak rasional,
maka beralasan kalau pembela Keluarga Amerika ini juga
bisa. Ya, aku memang punya ekspektasi tinggi, tapi untuk
diriku sendiri dulu sebelum orang lain. Oleh karenanya perlu
dimaafkan.
Yang tak bisa kumaafkan adalah kerancuan umum yang
kian meningkat: beberapa orang yang ingin menyingkirkan
Islam mengasumsikan bahwa agenda mereka sebenarnya
mendukung para reformis Muslim. Aku meminta seseorang
yang mengakui dirinya Yahudi Sekuler di forum Facebook
untuk berbagi pandangannya mengenai reformasi Islam. Ia
menanggapi, Omong kosong semuanya. Kukatakan kepada
nya kalau dia adalah bagian dari persoalan yang dikiranya

326

IRSHAD MANJi

sedang dilawan. Wanita ini mendefinisikan semua tentang Islam


dengan istilah dogmatik yang juga digunakan oleh ekstremis
Muslim destruktif. Granat Memang-Kamu-Siapa akan mem
buatku seperti Muslim-Lite5. Dengan menyepelekan jalan
Islam yang lapang, ia membuat para Islamo-tribalis, yang ber
sifat seperti steroid, menjadi lebih kredibel.
Sementara beberapa lainnya asyik dalam permainan semisadar. Lebih dari sekali, beberapa orang Kristen meyakinkanku
bahwa aku bukanlah Muslim sejati karena dukunganku terha
dap reformasi, tetapi mereka juga mengutuk Muslim yang tidak
mau bereformasi. Logika mereka: kau adalah Muslim palsu jika
memulihkan hubungan antara Allah, kebebasan dan cinta, tapi
kau adalah Muslim yang jahat jika tidak melakukannya. Hanya
tuhan-bulanku yang bisa menguraikan hal satu itu untukku.
Sementara itu, kutegaskan: para pembenci-Islam bukanlah se
kutu bagi Muslim reformis yang beriman. Dengan diselipi
motif-motif tersembunyi, granat mereka meledakkan Muslim
reformis sampai mundur.
Tapi apa alat pembungkam yang paling halus dari semua
nya? Granat Memangnya-Kamu-Siapa yang dilemparkan oleh
kalangan Muslim dalam bentuk kalimat singkat: Kamu bu
kan ulama. Ka-boom. Atau kalimat dari Muslim yang tak
bisa berargumen dengan ulama yang Anda kutip: Mereka
bukanlah ulama yang sebenarnya. Menurut pengalamanku,
Muslim yang berpikiran-reformis membiarkan pepesan kosong
ini menghancurkan kepercayaan diri kita. Ini pun bisa diubah.
5

Muslim-lite adalah satu istilah yang merujuk kepada orang Islam yang terlahir sebagai
Islam, diberi nama Islam, dan dikondisikan untuk menerima cara dan norma yang
diajarkan. Singkatnya, ia tidak memiliki pilihan sendiri dalam beragama.

327

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Di sebuah acara pada saat tur bukuku di Indonesia, seorang


wanita dari partai politik keislaman bertahan menentang ga
gasan demokratisasi ijtihad. Jika ia butuh memperbaiki giginya,
demikian ia beralasan, maka ia akan pergi ke dokter gigi. Jika ia
butuh transplantasi hati, ia akan pergi ke dokter bedah. Muslim
tidak memenuhi syarat untuk berpikir buat dirinya sendiri,
karena itu ulamalah yang harus mempunyai pisau bedah spi
ritual untuk kita.
Seorang Indonesia lainnya memberikan respons kontrabudaya terbaik yang pernah kudengar. Kedokteran, ia men
jelaskan kepada Islamis ini:
memiliki sebuah ungkapanPertama, jangan merugi
kan. Ketika dokter gigi dan dokter lain membahayakan
orang dengan diagnosanya, mereka bisa dituntut atas
malpraktik. Jadi jika Anda ingin membandingkan ulama
dengan tenaga profesional medis, Muslim seharusnya
memiliki hak untuk menuntut ulama ketika keputusan
mereka merugikan orang. Pada kenyataannya, Irshad
Manji sedang melakukan ini dengan mengungkapkan
kerusakan mereka di panggung pengadilan opini pu
blik internasional.
Pria ini berhasil membuat audies tertawa sekaligus geger.
Dan, bagusnya, aku menyadari satu dosa baru: malpraktik
mullah.
Setahun kemudian, kali ini di India, aku merasakan kebe
basan dalam menyingkirkan sikap defensif. Seorang sutradara
filmdan ateis evangelis, yang baru kutahu kemudianme

328

IRSHAD MANJi

nyelenggarakan pemutaran perdana pribadi Faith Without Fear.


Belum sampai dua menit aku melangkah ke pesta, ia mulai
berbicara padaku tentang keimanan merupakan pekerjaan
orang bodoh. Di ujung malam yang riuh itu, dengan kondisi
sangat capek, aku asal-asalan membalas, keimanan saya
adalah integritas saya. Penting bagi saya untuk bisa tidur di
malam hari.
Saya sangat senang Anda bisa tidur di malam hari,
godanya. Pertanyaanku: kapan Anda akan bangun?
Aku tertawa terbahak-bahak. Humornya yang tajam mem
buatku terkesan, dan keletihanku hilang seketika karena hi
buran mendadak ini. Kami saling memberikan pelukan per
pisahan yang hangat. Keesokan harinya aku merayakan Fes
tival Warna Hindu, Holi, dengan sutradara ateis itu, istrinya
yang Muslim, dan beberapa pasangan antaragama yang tak
lagi menjadi isu penting.

Pada seluruh halaman buku ini, aku mengedepankan kebajikan


dalam meninggikan ekspektasiterhadap diri kita sendiri, per
tama dan yang paling utama. Namun aku tidak melewatkan
ancaman bahaya dari tindakan ini: ekspektasi yang tinggi bisa
tergelincir menjadi kekecewaan yang menyakitkan, apalagi
bila kita berekspektasi lebih tinggi pada orang lain. Pada bulan
Juni 2009, Tariq Ramadan dan aku mengalami perdebatan yang
tidak menyenangkan mengenai kebebasan berbicara dan HAM
di Oslo. Suasana berubah sangat tidak menyenangkan sampai
aku pun tak bisa mengabaikan hal itu sebagai isu juga. Sesuatu

329

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

telah mengganggumu pagi ini, kataku ke Ramadan di tengah


perdebatan, dan saya tidak tahu apakah itu.
Perempuan, jawabnya. Aku menduga Ramadan merasa
aku menyerangnya dengan mengangkat persoalan dukungan
nya terhadap moratorium perajamansuatu sikap, yang me
nurut dia, aku menggugatnya. Tak dapat mengendalikan emosi,
diskusi kami merosot menjadi silat lidah. Kami pun diam-diam
meninggalkan panggung dengan ekspresi jengkel.
Beberapa waktu kemudian saat melihat Ramadan me
nyantap makan siangnya sendirian, aku menarik kursi dan
berkata kepadanya bahwa aku menyesali jalannya perdebatan
kami. Ia menghargai uluran tanganku, dan kami mengakhiri
dialog dingin ini dengan kesepakatan kau bisa mencintai
manusia; kau tidak perlu mencintai pikirannya. Prinsip yang
sangat beralasanyang bisa menjadi moto untuk reformasi di
berbagai komunitas. Mempertanyakan masing-masing gagasan
bukan berarti mengabaikan sisi kemanusiaan masing-masing.
Apakah ada yang lebih mudah?
Namun apakah bisa lebih ambisius? Pada perayaan dua
puluh tahun fatwa Khomeini terhadapnya, Salman Rushdie
mengatakan kepadaku, Masalah pada ketakutan adalah tidak
mudahnya terpengaruh oleh alasan. Anda boleh bilang ke
orang-orang, Ini tujuh puluh dua alasan agar tidak takut dan
mereka akan berkata, Yeah, tapi saya masih takut. Meskipun
demikian, di obrolan yang sama, ia memberikan bukti bahwa
bahkan di tengah-tengah bahaya yang jelas-jelas ada, individu
bisadan terkadang akanbangkit menghadapinya. Di saat
fatwa itu sedang puncak-puncaknya, kata Rushdie, ia meng
amati

330

IRSHAD MANJi

keberanian yang luar biasa datang dari orang-orang


biasa. Ada telepon-telepon anonim yang menghubungi
perusahaan penerbit; sekretaris perusahaan diancam,
Kami tahu di mana sekolah anak Anda. Seranganserangan dilancarkan ke orang-orang yang bekerja di
toko buku. Ada bom tabung... Dan orang-orang itu
menghadapinya dengan tekad untuk tidak takut. Jadi
saya menemukan diri saya tidak hanya dalam badai
kebencian, tapi juga pembuktian akan manusia yang
berperilaku dari sisi terbaik mereka. Sebetulnya, saat
ini saya ingat hal itu dengan kekuatan yang lebih besar
dari yang lainnya. Apa yang kita pelajari, secara seder
hananya adalah: Jika kita melakukan seperti ini, kita
sungguh-sungguh bisa mengalahkan ancaman.
Ancaman tidak berhenti pada terorisme saja; ancaman
terhadap kehidupan dapat termanifestasi di dalam ketakutan
kita untuk mengumpulkan kemenangan-kemenangan kecil,
yang pada akhirnya akan membentuk kebiasaan dalam mene
rapkan keberanian moral. Di setiap bab, aku menawarkan
strategi, taktik, dan sumber-sumber untuk melampaui ancaman.
Kau bisa menyampaikan restu pernikahan antaragama dari
Imam Khaleel Mohammed ke orangtuamu, atau melobi sekolah
(dan madrasah) setempat untuk mengajarkan cerita Abdul
Ghaffar Khan, atau menulis ke anggota DPR untuk mendanai
kampanye melawan kejahatan atas nama kehormatan, atau
mengajukan pertanyaan yang spesifik tentang Islam di saat
obrolan makan malam. Dengan begitu, kau berarti sedang me
nerapkan kebebasan dan memperluasnya kepada orang lain.

331

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Aku memiliki tiga tips lagi, agar kau meneruskan jalan ini
sekarang juga.
Pertama, kunjungi irshadmanji.com dan tanda tangan
pe
tisi untuk nilai-nilai sekuler, pastikan sertakan kota dan
negara Anda. Kenyataan bahwa tindakan ini harus dianggap
sebagai suatu keberanian, sungguh menunjukkan realita yang
pahit, demikian isi surel seorang pendukung kepadaku. Ta
pi sejak petisi ini muncul, hanya segelintir pendukung yang
ciut nyalinya dan meminta untuk dihapus. Pendukung lain
nya mengekspresikan nilai konkret dengan memilih untuk
menandatangani: Ini membuat perjuangan lebih nyata bagi
orang seperti saya, yang tidak dalam sorotan publik dan me
nerima risiko buruknya.
Berikutnya, putuskan apakah kau bersedia menerima risi
ko buruk jika diharuskan. Berikut adalah lima pertanyaan gam
blang yang bisa membuatmu berpikir, apakah kau meyakini
sesuatu dengan penuh hasrat sehingga mau berisiko menerima
reaksi yang tidak menyenangkan karenanya:
Yang kucintai tentang komunitas ini adalah...
Aku tidak sependapat dengan komunitasku karena...
Jika aku mengatakan apa yang kupikirkan, hal terburuk
yang bisa terjadi adalah...
Jika aku mengatakan apa yang kupikirkan, hal terbaik yang
bisa terjadi adalah...
Haruskah aku mengutarakan apa yang kupikirkan? Aku
putuskan bahwa...
Melalui situs webku, para pembaca tidak hanya menjawab
semua pertanyaan ini, mereka juga membolehkan aku meng
guna
kan jawaban-jawaban mereka untuk mengajarkan ke

332

IRSHAD MANJi

mahasiswaku tentang bagaimana orang-orang dari berbagai


belahan dunia melakukan perjalanan menuju keberanian moral.
Seorang pria Tunisia, misalnya, ingin memperbaiki kepekaan
terhadap masalah kewarganegaraan (civic mindedness) di ne
garanya. Komitmennya lebih mendesak dari apa pun juga,
karena saat ini warga Tunisia memberontak demi demokrasi
dan menginspirasi warga Arab lainnya untuk mengikuti lang
kah mereka.
Menanggapi lima pertanyaan keberanian moral, seorang
Muslim Amerika membayangkan komunitasnya mengadaptasi
konsep Amish Rumspringa, yang membolehkan kaum muda
selama beberapa waktu mengalami kehidupan di luar Islam
dan kemudian memilih apa yang terbaik bagi mereka. Se
orang Yahudi Israel berbeda sekali dari keluarganya yang
bermukim di wilayah religius dan berupaya untuk tidak diam
saja di depan mereka. Seorang anggota militer AS mencintai
kemerdekaannya dengan kegairahan yang tak bisa digam
barkansampai ke titik memperjuangkan kesetaraan kaum
gay dan lesbian di barak dan bukan cuma di depan hukum.
Seorang pemuda Inggris berharap mengubah orang yang ber
pikiran tertutup, tak mau tahu [dan] tidak etis di kalangan
teman-teman homoseksualnya. Seorang ibu di Kalifornia ber
bicara dengan penuh semangat ketika saya belajar, saya merasa
hidup. Itulah momen yang menentukan, kembali berada di
sekolah. Sesuai dengan ucapannya tentang cintanya terhadap
belajar, ia menghadiri salah satu kuliahku tentang Islam dan
tinggal lebih lama seusai kuliah untuk bertanya. Sampai hari
ini, ia bermimpi dapat memberikan bayaran bagi wanita yang
mendahulukan penemuan-diri daripada aib.

333

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Penerapan ini akan menjernihkan sumber-sumber keber


maknaanmu. Semakin kau mengetahui dirimu, semakin kau
paham apa yang mendefinisikan kehormatanmu dan semakin
sadar pula pilihanmu untuk mengabdi melampaui dirimu sen
diri? Ingatkah kau dengan mahasiswa hukum Syariah di Mesir
yang berniat menjadi imam reformis? Ia menyuarakan niatnya
itu dengan menjawab lima pertanyaan keberanian moral.
Terakhir, pelihara energi kontra-budayamu dengan meng
undang teman-temanmu untuk menikmati teh chai buatan
sendiri. Untuk mempertahankan perjalananmu menuju kebe
ranian moral, kau akan membutuhkan dukungan. Seperti yang
ditegaskan Sultan Abdulhameed, Menjadi penting jika kita
didampingi oleh teman-teman yang sabar dan menyemangati
ketika kita ragu dan bergembira ketika kita sukses, dan tidak
ditemani oleh mereka yang mengkritik usaha kita dan iri sa
at mereka melihat kita tumbuh. Ini artinya berkembang me
lampaui kesukuanmu menuju ke pengumpulan kelompok se
suai pilihanmu.
Itulah yang kira-kira terjadi di pertengahan 1800-an, ketika
lima aktivis penghapusan perbudakan berkumpul minum teh.
Mereka memutuskan untuk melandaskan kesuksesan mereka
dengan berkampanye demi kesetaraan perempuan. Perjamuan
teh mereka, dan banyak lagi pertemuan lanjutan, berkembang
menjadi sebuah ruang bebasruang di mana para reformis
bisa bicara tanpa takut dicuri-dengar oleh musuh mereka. Di
pertengahan 1900-an, pembela hak-hak sipil mereplikasi ruang
bebas ini di ruang bawah tanah gereja, di mana mereka sering
kali bersosialisasi, curah pendapat, dan merencanakan aksi.
John Lewis, sekarang anggota kongres AS, mengatakan ruang-

334

IRSHAD MANJi

ruang semacam itu menanamkan kebiasaan berpikir bebas


yang mengalahkan rasa diliputi ketakutan.
Muslim dan non-Muslim dapat menciptakan ruang bebas
untuk saling memelihara keberanian moraldan melakukannya
lewat teh India berempah yang disebut chai. Aroma harum
kapulaga dan kayu manis membuat segala tantangan terasa
lebih manis. Atau setidaknya lebih mudah dicerna. Aku berkata
ini berdasarkan pengalaman: saat menulis buku ini, temanteman dan rekan-rekanku membantu mengatasi dilemaku
melalui chai. Ingin menciptakan kesempatan-kesempatan itu
secara daring, aku memperkenalkan kepada komunitas face
bookku gagasan chai chats (obrolan chai)bincang-bincang
reguler, secara langsung (real time), yang mereka bisa bertanya
kepadaku tentang apa saja untuk meningkatkan keberanian
moral mereka. Dan waktu merencanakan obrolan itu, satu
pemikiran lagi muncul: Aku akan memublikasikan resep teh
chai di bagian belakang buku ini supaya para pembaca bisa
mengadakan chai chats dengan teman-teman mereka.
Karena jadwalku tidak mengizinkanku menjawab setiap
pertanyaan yang datang di situs webku, aku menawarkan
insentif menyenangkan, yaitu mentransformasi klub-klub bu
kumu menjadi ruang-ruang bebas. Jika kau dan teman-teman
mu sesama pembaca muncul dengan gagasan untuk melan
jutkan perjalanan kalian menuju ke keberanian moral, aku
mungkin bisa muncul di ruang bebas Anda melalui Skype,
supaya aku bisa belajar darimu juga. Kunjungi irshadmanji.
com untuk bicara dengan timku mengenai kemungkinan ini.
Kau tidak harus menjadikan dirimu pemimpin yang ber
ijazah; cukup sadari bahwa kau mengizinkan dan membekali

335

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

dirimu untuk tumbuh. Mari aku ilustrasikan satu contoh ter


akhir yang mengena buatku. Saat memberikan sentuhan ter
akhir pada buku ini, aku mengetahui kalau adikku, Fatima,
menderita kanker payudara. Waktu itu, ia sedang mengandung
anak ketiganya. Hanya empat puluh delapan jam sebelum
diagnosa, tes ultrasound menunjukkan bayinyabentuk, ukur
an, lengan dan kakinya. Tak seorang pun memprediksikan kan
ker akan menjalar dan menghadang kegembiraannya. Mama
tidak mengantisipasi apa yang Fatima kabarkan kepada kami,
tapi Mama mengeluh apakah ia sudah membuat Tuhan kesal
dan mengakibatkan puterinya merana. Mungkin aku sering
terlewat shalat subuh, ungkap Mama dengan sedih. Ucapan
ini berasal dari seorang wanita yang juga memiliki penyakit
sehingga membuatnya susah melakukan apa pun yang dulu
bisa ia kerjakan.
Kecemasanku mencapai titik ketinggian baru. Aku sudah
mencemasi Fatima, suaminya, dan dua anak mereka yang tak
ternilai. Aku mengkhawatirkan kakakku, Ishrat, yang memi
liki kesabaran sebesar kesabaran Fatima, Mama dan aku bila
disatukan. Aku khawatir pada ibuku, yang menjadikan tiga
putrinya pusat kehidupannya. Kepribadian Mama mencermin
kan optimisme, tetapi aku mulai melihatnya sebagai fatalisme
Suni. Di balik senyumnya yang penuh semangat, ada ketakutan
yang terus-menerus akan kehilangan salah satu dari kami. Ia
adalah seorang ibu. Aku paham. Tetap saja, aku ngeri ketika
ia mengatakan Tuhan mungkin menghukum dirinya melalui
kanker yang dialami Fatima. Ketakutan Mama pada Tuhan
menimbulkan keputusasaandan keputuasaannya tidak akan
membantu meningkatkan peluang hidup adikku.

336

IRSHAD MANJi

Aku perlu Mama menyadari bahwa pemahaman yang


berbeda tentang Tuhan itu memungkinkan. Apa pun penyebab
kanker Fatima, entah itu kehamilan, lingkungan, atau hal lain
yang pada akhirnya akan dijelaskan oleh sains, cinta Tuhan
meyakinkan kita pada satu hal: setiap masalah mengandung
kesempatan untuk memahami diri kita sendiri.
Dengan memahami diri sendiri, kita mengerti mengapa
Sang Pencipta memiliki keyakinan terhadap hamba-Nya untuk
saling mengangkatdalam kasus ibuku, anak bungsunya.
Lebih dari sekadar tanggung jawab, ini merupakan kesempatan
untuk menghidupkan keyakinan Tuhan terhadap kita.
Ketika aku mengemukakan kepada ibuku bahwa Tuhan
menaruh keyakinan kepadanya, ia membisu sejenak. (Jika kau
kenal ibuku, kau akan tahu bahwa diam hanya akan bertahan
sebentar. Apel tidak jatuh jauh dari pohonnya.) Seperti keba
nyakan orang religius, Mama mengasumsikan bahwa hu
bungan dengan Sang Ilahi haruslah ditandai dengan aliran
keyakinan satu-arah, dari makhluk ke Sang Pencipta. Tapi aku
mengingatkan ibuku tentang satu ayat yang sangat kuagung
kan: Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib sesuatu
kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada
diri mereka sendiri. Ini adalah isyarat timbal-baliksebuah
hubungan dengan makna sebenarnya, dua arah.
Mungkin, kataku pada ibuku, Tuhan mencintai hamba-Nya
begitu besar sehingga Dia tidak membuat kita hanya sekadar
subjek; mungkin Dia ingin kita menjadi agen juga. Dalam hal ini,
bukankah hubungan dengan Tuhan mengimplikasikan keya
kinan yang matang, keyakinanmu kepada-Nya dan keyakinanNya kepadamu? Manfaatkan musibah kanker ini, desakku,

337

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

untuk menunjukkan bahwa engkau menerima undangan-Nya


untuk tumbuh. Tanyakan ke dalam dirimu setiap hari: Apa
yang sedang kulakukan sehingga Penciptaku dapat terus yakin
kepadaku?
Pertanyaan itu menggugah ibuku, begitu berpengaruhnya
sampai kami membicarakannya hampir dalam setiap perca
kapan di telepon. Aku akan menerima jawabannya yang penuh
pemikiran sebagai kemenangan kecil, dan aku mencintai dan
menghormati ibuku hingga yakin bahwa ia mampu mencapai
lebih banyak kemenangan. Mengingat pada kemenangan-ke
menangan kecil ini, kita belum bisa mengukur maknanya di
awal.

338

Resep
Teh Chai Ala Irshad
Resep ini untuk membuat lima cangkir chai, suguhan sempurna
untuk dua orang yang suka bicara karena Anda harus merun
dingkan siapa yang akan mendapat cangkir kelima. Chai adalah
minuman yang begitu menyenangkan dan kaya rasa hingga
bisa meredakan ketegangan. Karena itu, aku tak akan mem
berikan ukuran yang persis. Tapi kujamin, hasil akhirnya akan
lezat berkat bahan-bahannya, terlepas berapa banyak Anda
memakainya. Saat menyeduh, silakan coba takaran yang ber
beda untuk kayu manis dan kapulaga, begitu juga untuk takar
an sendok gula dan susu saat menyajikan. Tak perlu waktu
terlalu lama untuk bisa merasakan langsung manisnya. Untuk
membuatnya, dibutuhkan:
Sebuah panci ukuran sedang
3 kantong teh (jenis orange pekoe atau teh hitam; teh tanpa
kafein juga boleh)
1 sampai 2 batang kayu manis
Sejumput biji kapulaga tanpa kulit

339

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Susu atau krim


Gula
Tuang air hingga tiga perempat panci dan tabur biji kapu
laga. Rebus sampai mendidih. Sementara itu, patahkan satu
atau dua batang kayu manis menjadi potongan-potongan
yang lebih kecil, lalu masukkan ke dalam air. Begitu mendidih,
kecilkan api dan taruh tiga kantung teh. Aku suka kantung teh
yang berpori besar supaya cita rasanya langsung keluar, tapi
kantung teh biasa pun tak masalah.
Seduh selama beberapa menit, tergantung berapa kuat cita
rasa teh yang Anda inginkan.
Setelah itu, teh siap dihidangkan dengan susu dan gula.
Kalau Anda memiliki intoleransi laktosa, jangan tambah susu.
Dan kalau Anda seperti aku, Anda bisa menggunakan krim
sebagai pengganti susu.
Ingat: awalnya Anda akan bereksperimen beberapa kali,
jadi tidak perlu mengkhawatirkan hasil yang tepat. Saranku,
Anda boleh mencari resep lain di situs web kalau ingin bahanbahan tambahan. Teh Chai Ala Irshad hanyalah permulaan.

340

Rekomendasi Bacaan
Inilah buku-buku yang langsung aku kutip. Anda bisa mencari
lebih banyak lagi referensibaik akademik maupun jurnalistik
dalam catatan kaki yang aku unggah di irshadmanji.com.
Abdulhameed, Sultan. The Quran and the Life of Excellence.
Denver, CO: Outskirts Press, 2010.
Appiah, Kwame Anthony. The Honor Code: How Moral Revolutions
Happen. New York: W.W. Norton, 2010.
Barzun, Jacques. From Dawn to Decadence: 500 Years of Western
Cultural Life, 1500 to the Present. New York: HarperCollins,
2000.
Bondurant, Joan V. Conquest of Violence: The Gandhian Philosophy
of Conflict. Berkeley, CA: University of California Press,
1965.
de Botton, Alain. Status Anxiety. New York: Pantheon Books,
2004.
Branch, Taylor. Parting the Waters: America in the King Years,
1954-63. New York: Simon & Schuster, 1988.

341

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Branch, Taylor. At Canaans Edge: America in the King Years, 196568. New York: Simon & Schuster, 2006.
Chmiel, Mark. Elie Wiesel and the Politics of Moral Leadership.
Philadelphia: Temple University Press, 2001.
Drakulic , Slavenka. Caf Europa: Life After Communism. New
York: W.W. Norton, 1997.
Easwaran, Eknath. Nonviolent Soldier of Islam: Badshah Khan, a
Man to Match His Mountains. Tomales, CA: Nilgiri Press,
1999.
El Fadl, Khaled Abou. The Great Theft: Wrestling Islam from the
Extremists. New York: HarperSanFrancisco, 2005.
El Fadl, Khaled Abou et al. The Place of Tolerance in Islam. Boston:
Beacon Press, 2002.
Faulker, Robert K. The Case for Greatness: Honorable Ambition and
its Critics. New Haven, CT: Yale University Press, 2007.
Fromm, Erich. On Disobedience: Why Freedom Means Saying No
to Power. New York: Harper Perennial Modern Thought,
2010.
Gershman, Norman H. Besa: Muslims Who Saved Jews in World
War II. Syracuse, NY: Syracuse University Press, 2008.
Greenberg, Kenneth S. Honor & Slavery. Princeton, NJ: Princeton
University Press, 1996.
Harris, Jennifer and Elwood Watson, eds. The Oprah Pheno
menon. Lexington, KY: University of Kentucky, 2007
Heath, Chip and Dan Heath. Switch: How to Change Things When
Change is Hard. New York: Broadway Books, 2010.

342

IRSHAD MANJi

Herman, Arthur. Gandhi & Churchill: The Epic Rivalry that


Destroyed an Empire and Forged Our Age. New York: Bantam
Books, 2008.
Holmes, Richard. The Age of Wonder: How the Romantic Generation
Discovered the Beauty and Terror of Science. London: Harper
Press, 2008.
Hunt, Helen LaKelly. Faith and Feminism: A Holy Alliance. New
York: Atria, 2004.
Husseini, Rana. Murder in the Name of Honor: The True Story of
One Womans Heroic Fight against an Unbelievable Crime.
New York: Oneworld Publications, 2009.
Inabdar, Subhash C. Muhammad and the Rise of Islam: The Creation
of Group Identity. Madison, CT: Psychosocial Press, 2000.
Jamison, Kay Redfield. Exuberance: The Passion for Life. New
York: Alfred A. Knopf, 2004.
Karahasan, Devad (Slobodan Drakulic , terj.). Sarajevo, Exodus
of a City. New York: Kodansha International, 1994.
Kelsay, John. Arguing the Just War in Islam. Cambridge, MA:
Harvard University Press, 2007.
Kennedy, Randall. Sellout: The Politics of Racial Betrayal. New
York: Pantheon Books, 2008.
Khorasani, Noushin Ahmadi. Iranian Womens One Million
Signatures: Campaign for EqualityThe Inside Story. Bethesda,
MD: Womens Learning Partnership, 2009.
King, Jr., Martin Luther. Why We Cant Wait. New York: Harper
& Row, 1964.

343

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Klausen, Jytte. The Cartoons that Shook the World. New Haven,
CT: Yale University Press, 2009.
Krause, Sharon R. Liberalism with Honor. Cambridge, MA:
Harvard University Press, 2002.
Leider, Richard J. The Power of Purpose: Creating Meaning in Your
Life and Work. San Francisco: Berrett-Koehler, 1997.
Loveland, Anne C. Lillian Smith: A Southerner Confronting the
South. Baton Rouge, LA: Louisiana State University Press,
1986.
Mackay, Charles. Memoirs of Extraordinary Popular Delusions
and the Madness of Crowds. New York: Farrar, Straus and
Giroux, 1974 (reprint of 1852 edition).
Maslow, Abraham H. Religions, Values, and Peak-Experiences.
Columbus, OH: Ohio State University Press, 1964.
Mawdudi, Sayyed Abul Ala. Towards Understanding Islam.
Islamic Circle of North America, 1986.
Mernissi, Fatema (Mary Jo Lakeland, penj.). Islam and Demo
cracy: Fear of the Modern World. Cambridge, MA: Perseus,
1992 and updated 2002.
Mosi, Dominique. The Geopolitics of Emotion: How Cultures of
Fear, Humiliation and Hope are Re-Shaping the World. New
York: Doubleday, 2009.
Neiman, Susan. Moral Clarity: A Guide for Grown-Up Idealists.
Orlando, FL: Harcourt, 2008.
Oren, Michael B. Power, Faith and Fantasy: America in the Middle
East, 1776 to the Present. New York: W.W. Norton, 2007.

344

IRSHAD MANJi

Packer, George, ed. The Fight Is for Democracy: Winning the War
of Ideas in America and the World. New York: HarperCollins,
2003.
Rushdie, Salman. The Satanic Verses. New York: Picador, 1988.
Saeed, Abdullah and Hassan Saeed. Freedom of Religion,
Apostasy and Islam. Hants, UK and Burlington, VT: Ashgate
Publishing, 2004.
Schlesinger, Arthur M. The Disuniting of America: Reflections on a
Multicultural Society. New York: W.W. Norton, 1998.
Smith, Lillian. Killers of the Dream. Garden City, NJ: Doubleday,
1963.
Smith, Lillian (Michelle Cliff, ed.). The Winner Names the Age: A
Collection of Writings. New York: W.W. Norton, 1978.
Shweder, Richard et al., eds. Engaging Cultural Differences:
The Multicultural Challenge in Liberal Societies. New York:
Russell Sage Foundation, 2002.
Thalhammer, Kristina E. et al. Courageous Resistance: The Power
of Ordinary People. New York: Palgrave MacMillan, 2007.
Thoreau, Henry David. Walden; or, Life in the Woods. Boston:
Beacon Press, 1997 (reprint of 1854 edition).
Tripathi, Salil. Offence: The Hindu Case. London: Seagull Books,
2009.
Tutu, Desmond M. and Mpho Tutu (Douglas C. Abrams, ed.).
Made for Goodness: And Why This Makes All the Difference.
New York: HarperOne, 2010.

345

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Wahba, Mourad and Mona Abousenna, eds. Averros and the


Enlightenment. Amherst, NY: Prometheus Books, 1996.
Whitaker, Brian. Whats Really Wrong with the Middle East.
London: Saqi Books, 2009.
Wikan, Unni. Generous Betrayal: Politics of Culture in the New
Europe. Chicago: University of Chicago Press, 2002.
Yuksel, Edip et al. terj. Quran: A Reformist Translation. Selfpublished/Brainbrow Press, 2007.

346

Ucapan Terima Kasih


Dalam catatan penulis di awal buku ini, aku mengucapkan
terima kasih kepada guru-guruku: khalayak publik yang telah
menghubungiku dengan berbagai cara yang memungkinkan
bagi mereka. Kini, di bagian akhir, izinkan aku mengapresiasi
mereka sekali lagi. Komentar dan kisah mereka menjadikan
buku ini lebih membumi karena berdasarkan pada kenyataan
yang adabeberapa kisah hampir tak pernah terungkap. Me
reka telah menjadikan nurani sebagai inspirasi bagi sesama.
Selain para korespondenku, ada beberapa orang yang
layak dikhususkan karena telah berani mengarungi perjalanan
ini bersamakudan semakin meningkatkan pemahamanku.
Terima kasih yang mendalam untuk rekan-rekanku di Robert
F. Wagner Graduate School of Public Service, New York University,
khususnya Dekan Ellen Schall, Kepala Bagian Administrasi Tyra
Liebmann, dan Kepala Bagian Akademik Rogan Kersh. Presiden
Auburn Theological Seminary, Katharine Rhodes Henderson,
yang juga mengikuti perjalanan ini. Ini merupakan panggilan,
katanya kepadaku. Aku memahaminya. Tapi lebih hebatnya,
ia terus mendukungku. Aku pun tak kalah bangganya dengan

347

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

teman-temanku di European Foundation of Democracy, terutama


Direktur Eksekutif, Roberta Bonazzi. Kemudian, para donatur
di Moral Courage Project dan kampanye pendampingnya, Ijtihad
Project, yang juga meluangkan waktu dan air mata.
Aku berhutang pada editorku, khususnya Anne Collin
yang berani dan mumpuni. Juga pada pemimpin editorku,
Susan K. Reed, yang segera turun tangan sewaktu aku ragu,
serta Leslie Meredith yang membimbingku hingga selesai. Se
panjang penulisan, bantuan penelitian datang dari berbagai
pihak, terutama dari Ismail Butera, Diederik van Hoogstraten,
Arnold Yasin Mol, Boi Ben-Yehuda, Raquel Evita Saraswati,
Sonal Gor, Karys Rhea, dan Ivan Rodriguez.
Mahasiswa-mahasiswaku di New York University, yang se
makin menguatkan keyakinanku akan kapasitas kita untuk me
ngembangkan keberanian moral dan menyebarkannya kepada
yang lain, termasuk pada keluarga kita. Ini mengingatkanku
pada keluargaku sendiri. Mama, Ishrat, dan Fatima yang mem
perlihatkanku akan wajah kasih Tuhan. Dengan berterima ka
sih atas cinta mereka, berarti aku berterima kasih kepada Allah
atas cinta-Nya.

348

Tentang Penulis
IRSHAD MANJI adalah Direktur untuk Gerakan Keberanian
Moral (Moral Courage Project) di Universitas New York, dan
penulis buku laris versi The New York Times, The Trouble with
Islam Today: A Muslims Call Reform in Her Faith, yang telah
dipublikasikan di lebih dari 30 negara. Edisi bahasa Arab,
Urdu, dan Persia yang tersedia di situs-webnya telah diunduh
dua juta kali.
Sosok Irshad di media telah mendunia: pembuat film do
kumenter dengan nominasi Emmy, Faith Without Fear, yang
mengisahkan perjalanannya untuk mendamaikan antara Islam,
HAM, dan kebebasan. Beberapa tulisannya muncul di The Wall
Street Journal, Newsweek, Der Tagesspiegel, The Times (London),
dan Al-Arabiya.net. Ia juga menjadi moderator di salah satu
forum paling aktif di facebook.
Mengakui misi Irshad untuk memajukan reformasi Muslim
dan keberanian moral, European Foundation for Democracy telah
mengangkatnya sebagai rekan senior, sementara surat kabar
The New York Times menyebutnya Mimpi Terburuk bagi Osama
bin Laden. Dan dia menerima ini sebagai pujian.

349

ALLaH, LIBERTY, & LOVE

Melihat kepemimpinan dan prestasi Irshad, Oprah Winfrey


menghargainya dengan Chutzpah Award atas keberanian,
tekad, ketegasan, dan keyakinannya. Majalah Ms. menabalkan
Irshad sebagai Feminis Abad 21. Macleans memberinya peng
hargaan Honor Roll di tahun 2004 sebagai Orang Kanada yang
Sangat Berpengaruh.
Sementara itu, pada Hari Perempuan Internasional tahun
2005, The Jakarta Post di Indonesia, negara berpenduduk Muslim
terbesar di dunia, menunjuk Irshad Manji sebagai Satu dari
tiga Muslimah yang menciptakan perubahan positif dalam
Islam kontemporer.
Buku Allah, Liberty and Love ini merupakan sebuah refleksi
yang menggugah sekaligus jalan menuju aksi. Sebagai salah
satu reformis Muslim yang paling terkemuka saat ini, Manji
merefleksikan perjalanan yang telah dialaminya sejak buku
sebelumnya, The Trouble With Islam Today, menjadi buku laris
internasional, dan menjadikannya pusat perhatian publik, serta
perdebatan tentang agama dan kebebasan.
Perjalanannya itu memperkenalkan Irshad pada dunia yang
penuh dengan para pencari kebenaran. Mereka berjuang, seperti
juga Irshad, tentang bagaimana mendamaikan antara agama
dan kebebasan. Tidak seperti ilmuwan yang bersemayam di
alam teori, Irshad memanfaatkan pertemuan-pertemuannya
di kehidupan nyata dengan para politisi, aktivis, akademisi,
mahasiswa, keluarga, dan orang-orang biasa dari berbagai
agama, budaya, dan tradisi. Ia menuturkan kisahyang sering
kali lucu, selalu membuka wawasantentang zaman kita yang
sarat akan kebingungan moral.

350

IRSHAD MANJi

Tapi Irshad tidak hanya menganalisis. Ia mempersiapkan


jalan bagi kaum Muslim dan non-Muslim untuk membela nilainilai demokrasi liberaldan konsekuensinya menemukan
Allah yang penuh kebebasan dan cinta. Paling utama, ia me
nunjukkan bahwa dengan berpartisipasi dalam peristiwa yang
menandakan abad ke-21 ini, individu-individu dapat memulai
perjalanan mereka sendiri menuju keberanian moral.
Dengan tulisan yang dijiwai oleh komitmen penulis ter
hadap ijtihadtradisi Islam terkait perbedaan pendapat, pena
laran, dan penafsiran ulangAllah, Liberty and Love adalah
buku yang bercerita bagaimana untuk menjadi warga dunia
yang gagah berani. Kita dapat mewujudkan perdamaian du
nia dan perdamaian personal secara bersamaan, tapi untuk
sampai ke sana, kita harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang berani. Amin. Keyakinan Manji tidak hanya kepada
Allah, tetapi juga kepada sesama manusia. Bersiaplah untuk
ditantang, dicerahkan, dan terinspirasi.
Untuk informasi selengkapnya, kunjungi situs web Irshad
Manji: www.irshadmanji.com.

351

Anda mungkin juga menyukai