Judul asli:
LIFE AFTER LIFE"
by Raymond a. Moody, JR, M.D
Copyright © 1975 by Raymond A. Moody, JR
HIDUP SESUDAH MATI
Alih bahasa: R.A. Susilastuti
GM 204 79.110
Diterbitkan atas kerja sama dengan
Mockingbird Books, Georgia 30209, U.S.A.
Hak cipta terjemahan Indonesia
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
JI. Palmerah Selatan 24-26, Jakarta 10270
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang
All rights reserved Sampul dikerjakan oleh Anyool S.
Diterbitkan pertama kali oleh
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama,
anggota IKAPI, Jakarta, September 1979
Cetakan ketujuh: Januari 1990
Cetakan kedelapan.: Oktober 1991
Cetakan kesembilan: Juli 1994
Cetakan kesepuluh: Mei 1996
Cetakan kesebelas: Oktober 1997
Cetakan kedua belas: September 2000
Cetakan ketiga belas: November 2001
Penghargaan
Banyak orang telah memberi bantuan dan dorongan pada
saya selama saya melakukan penyelidikan dan penulisan
ini, dan saya tidak akan dapat menyelesaikan proyek ini
tanpa mereka. Sahabatku John Ouzts-lah yang
meyakinkan saya untuk mau memberikan suatu ceramah
umum mengenai pokok ini. John Egle dari Mockingbird
Books adalah orang pertama yang mendorong saya untuk
menuangkan penemuan-penemuan saya ini ke dalam
tulisan, dan ia telah memberikan pada saya sokongan dan
dorongan seterusnya. Leonard, Mae, Becky dan Scott
Brooks sering menyediakan kamar, makan dan taksi bagi
saya bila saya membutuhkannya. Kathy Tabakian
menemani saya dalam beberapa wawancara,dan saya
mendapat banyak manfaat dari pembicaraan-pembicaraan
saya dengannya. Russ Moores, Richard Martin, Ed
McCranie, kesemuanya dari Medical College of Georgia,
mengajukan saran-saran berharga dan menunjukkan pada
saya kepustakaan yang berhubungan dengan ini. Isteri
saya menghabiskan waktu berjam-jam menyusun kembali
konsep dan hasil ketikannya. Akhirnya, saya ingin
menya- takan terima kasih kepada semua yang telah
menceritakan kepada saya tentang pertemuan mereka
dengan maut. Saya hanya dapat berharap agar buku ini
dapat memenuhi kepercayaan yang telah diberi kan pada
saya oleh mereka yang telah saya sebutkan di atas.
Kata Pengantar
Saya telah mendapat kehormatan untuk mem- baca
Hidup Sesudah Mati karya Dr. Moody sebelum
diturunkan ke percetakan, dan saya merasa gembira
bahwa ilmiawan muda ini memiliki keberanian untuk
mengumpulkan penemuan-penemuannya, sehingga suatu
penyelidikan jenis baru dapat dinik- mati oleh masyarakat
umum.
Sejak saya mulai bekerja dengan penderita-penderita
penyakit berat selama dua puluh tahun terakhir ini, saya
semakin lama semakin asyik memperhatikan gejala
kematian itu sendiri. Kita telah banyak belajar mengenai
proses kematian, tapi masih banyak pertanyaan tentang
saat kematian dan tentang apa yang dialami pasien-pasien
kita pada saat mereka dinyatakan mati secara klinis.
Penyelidikan seperti yang disajikan Dr. Moody dalam
bukunya inilah yang akan memberi penjelasan pada
banyak orang, dan akan menegaskan apa yang telah
diajarkan pada kita selama dua ribu tahun bahwa ada
kehidupan setelah kematian. Meskipun ia tidak
menyatakan bahwa ia telah mempelajari kematian itu
sendiri, nyatalah dari pene- muannya bahwa pasien yang
meninggal tetap memi- liki kesadaran akan
lingkungannya setelah secara klinis dinyatakan bahwa ia
mati. Ini serupa dengan penyelidikan saya sendiri, yang
telah memperguna kan keterangan dari pasien-pasien
yang telah mati dan kembali lagi, hal mana sangat
berlawanan dengan apa yang kita harapkan dan sering kali
mengherankan beberapa dokter pandai, terkenal dan
sangat ulung.
Semua pasien ini mengalami suatu perasaan
mengapung keluar dari jasadnya, dan hal ini berhubungan
dengan suatu perasaan kedamaian dan keutuhan yang luar
biasa. Sebagian besar sadar akan kehadiran orang lain
yang membantu mereka dalam perpindahan menuju suatu
keadaan lain. Sebagian besar dari mereka disambut oleh
orang yang mereka cintai, yang telah meninggal terlebih
dahulu, atau oleh seorang tokoh keagamaan yang berarti
dalam hidup mereka, dan yang tentu saja berhubungan
dengan keyakinan keagamaan mereka. Membaca buku
Dr. Moody pada saat saya siap untuk menulis kan
penemuan tentang penyelidikan saya sangatlah menbantu.
Dr. Moody harus siap untuk menerima banyak kritik,
terutama dari dua fihak. Ada anggauta-anggauta gereja
yang akan bingung apabila seseorang, siapa saja, berani
mengadakan penyelidikan dalam bidang yang dianggap
terlarang. Beberapa wakil dari kalangan suatu gereja yang
dikuasai oleh golongan tertentu telah menyatakan kritik
mereka atas penyelidikan seperti ini. Seorang pendeta me-
nyebutnya sebagai "menjual doa secara murah" Sebagian
lain merasa bahwa pertanyaan tentang kehidupan setelah
kematian harus tetap tinggal sebagai suatu kepercayaan
mutlak, dan tidak boleh dipertanyakan lagi. Golongan
kedua yang dapat diharapkan oleh Dr. Moody akan
memberikan suatu reaksi atas bukunya adalah para
ilmiawan dan dokter-dokter yang menganggap
penyelidikan seperti ini "tidak ilmiah". Saya pikir bahwa
kita telah mencapai suatu masa transisi dalam masyarakat
kita. Kita harus memiliki keberanian untuk membuka
pintu baru dan mengakui bahwa alat-alat ilmiah kita masa
kini tidak memadai bagi banyak penyelidikan baru. Saya
ber pendapat bahwa buku ini akan membuka pintu-pintu
tersebut bagi orang yang memiliki jalan pikiran terbuka
dan akan memberikan kepada mereka harapan dan
dorongan untuk menilai bidang-bidang penyelidikan baru.
Mereka akan tahu bahwa laporan tentang penemuan Dr.
Moody adalah sungguh-sungguh, karena ditulis oleh
seorang penyelidik yang sesungguhnya dan jujur. Hal ini
juga dikuatkan oleh penyelidikan saya sendiri dan oleh
penemuan ilmiawan-ilmiawan serius lain, para sarjana
dan anggauta-anggauta gereja yang telah memiliki
keberanian untuk menyelidiki bidang baru ini dengan
harapan dapat membantu mereka yang merasa perlu
mengetahuinya, dan tidak hanya sekedar percaya. Saya
menganjurkan buku ini bagi siapa saja yang berpikiran
terbuka, dan saya mengucapkan selamat pada Dr. Moody
atas keberaniannya menuliskan penemuannya.
Pendahuluan
Buku ini, sebagaimana halnya sesuatu yang ditulis
oleh seorang manusia, tentu saja mencerminkan latar
belakang, pendapat dan prasangka penulisnya. Jadi
walaupun saya telah berusaha bersikap seobyektif dan
seterusterang mungkin, fakta-fakta tertentu tentang diri
saya mungkin sangat berguna dalam menilai beberapa
pernyataan luar biasa yang dibuat berikut ini.
Pertama-tama, saya sendiri belum pernah mera-sakan
berdekatan dengan kematian. Jadi saya tidak memberikan
suatu laporan dari tangan pertama tentang pengalaman
yang saya alami sendiri. Pada waktu yang sama saya tidak
dapat menunjukkan obyektivitas total tentang hal ini
karena perasaan saya turut berbicara dalam proyek ini.
Mendengar begitu banyak orang mengisahkan
pengalaman-pengalaman menarik yang dikisahkan dalam
buku ini, saya merasa seakan-akan saya sendiri menga
laminya. Saya berharap agar sikap ini tidak memba-
hayakan pendekatan saya dari segi akal sehat dan
keseimbangan.
Kedua, saya menulis sebagai orang yang tidak begitu
paham akan pengetahuan tentang gejala gejala paranormal
dan gaib. Saya mengatakan ini bukan dengan maksud
meremehkan hal tersebut,dan saya merasa yakin bahwa
suatu pengetahuan lebih luas mengenai hal tersebut di atas
akan dapat menambah pengertian saya tentang kejadian-
kejadian yang telah saya pelajari. Bahkan sekarang, saya
bermaksud untuk lebih memperhatikan beberapa tulisan
untuk mengetahui sampai batas mana penye lidikan orang
lain disokong oleh penemuan-penemuan saya.
Ketiga, pendidikan keagamaan saya memerlukan
sedikit penjelasan. Keluarga saya adalah anggauta Gereja
Presbyterian. Tapi orang tua saya tak pernah memaksakan
kepercayaan atau konsep-konsep keagamaan mereka pada
anak-anak mereka. Sementara saya meningkat dewasa,
mereka berusaha memberi dorongan pada saya dalam
bidang yang menarik perhatian saya, dan memberi
kesempatan pada saya untuk melakukannya. Jadi saya
dibesarkan dengan suatuagama" yang bukan merupakan
doktrin-doktrin kaku, tapi sebagai suatu keterlibatan
dengan doktrin-doktrin spiritual dan keagamaan, ajaran-
ajaran dan pertanyaan-pertanyaan. Saya percaya bahwa
semua agama besar yang dikenal manusia mengandung
banyak kebenaran untuk disampaikan kepada kita, dan
saya tidak percaya bahwa tidak satu pun di antara kita
memiliki jawaban untuk kebenaran yang dalam dan dasar
yang merupakan urusan agama. Dalam istilah per-
kumpulan, saya adalah anggauta Gereja Metodist.
Keempat, latar belakang pendidikan dan pekerjaan
saya bermacam-macam sebagian akan mengatakan
terpecah-pecah. Saya lulus sekolah filsafat di University
of Virginia dan mendapat gelar Ph.D. dalam mata
pelajaran itu pada tahun 1969. Bidang-bidang yang
mendapat perhatian khusus dalam filsafat adalah etika,
logika dan filsafat bahasa. Setelah mengajar filsafat
selama tiga tahun pada sebuah universitas di North
Carolina Timur, saya memutuskan masuk sekolah
kedokteran dan saya bermaksud menjadi psikiater dan
mengajar filsafat kedokteran pada sekolah kedokteran.
Segenap minat dan pengalaman ini membantu
membentuk pendekatan yang telah saya pergunakan
dalam penyelidikan ini. Harapan saya adalah agar buku
ini dapat menarik perhatian terhadap suatu gejala yang
merupakan sesuatu yang tersebar luas tapi sekaligus juga
sangat tersembunyi, dan pada saat bersamaan, membantu
menciptakan sikap umum yang dapat menerima kejadian-
kejadian ini. Karena saya mempunyai keyakinan kuat
bahwa gejala ini mempunyai arti penting, tidak saja bagi
bidang akademis dan praktis terutama psikologi, psikiatri,
filsafat, teologi dan kependetaan tapi juga bagi cara kita
menjalani hidup kita sehari-hari.
Sejak awal saya berkata, bahwa saya tidak berusaha
membuktikan bahwa ada kehidupan setelah kematian. Hal
ini akan saya jelaskan kemudian. Saya juga berpendapat
bahwa "bukti" bagi hal ini akan didapat dalam waktu
singkat. Sebagian karena alasan inilah, saya telah
menghindarkan penggunaan nama-nama dan telah
menyamarkan beberapa perincian yang memungkinkan
pengenalan terhadap individu. Walaupun demikian, isinya
tetap tidak berubah. Hal ini perlu untuk melindungi
kebebasan individu yang bersangkutan, dan dalam banyak
hal, untuk mendapatkan izin mencetak pengalaman yang
mula-mula telah diceritakan kepada saya. Banyak yang
akan berpendapat bahwa pernyataan yang dibuat dalam
buku ini tidak masuk akal dan reaksi pertama mereka
adalah melupakannya begitu saja. Saya tidak
mempersalahkan seorang pun yang termasuk dalam
golongan ini; beberapa tahun yang lalu pun reaksi saya
serupa. Saya tidak meminta seorang pun agar menerima
dan mempercayai isi buku ini hanya berdasarkan anjuran
saya. Sebagai seorang ahli logika yang menolak keperca-
yaan orang akan sesuatu hal berdasarkan keahlian orang
yang mengajukannya, saya justru meminta dengan khusus
agar tidak seorang pun berbuat hal serupa. Yang saya
minta hanyalah agar mereka yang tidak percaya apa yang
mereka baca, mencoba untuk mengetahui sendiri sedikit
banyak mengenai persoalan ini. Saya telah menyatakan
tantangan ini untuk beberapa lama. Dari mereka yang
menerima tantangan ini, banyak di antaranya yang mula-
mula bersikap skeptis, akhirnya juga merasakan
keheranan yang saya rasakan mengenai masalah ini.
Sebaliknya, tidak dapat diragukan bahwa banyak di antara
mereka yang membaca ini dan merasakan kelegaan luar
biasa, karena mereka akan menyadari bahwa mereka tidak
satu-satunya yang mengalami hal demikian. Bagi mereka
terutama bila mereka telah menyembunyikan kisah
mereka dari umum, kecuali beberapa orang yąng
terpercaya, suatu seperti kebanyakan orang saya hanya
dapat mengatakan ini: Saya berharap agar buku ini dapat
mendorong Anda untuk berbicara sedikit lebih leluasa,
sehingga segi yang paling menarik tentang jiwa manusia
dapat diuraikan dengan lebih jelas.
1
GEJALA KEMATIAN
Bagaimana rasanya mati? Ini adalah suatu pertanyaan
yang selalu dipertanyakan umat manusia semenjak
kehadirannya. Semenjak beberapa tahun yang lalu saya
telah mendapat kesempatan untuk mengajukan pertanyaan
ini pada sejumlah besar hadirin. Kelompok ini berkisar
dari kelas-kelas dalam psikologi, filsafat dan sosiologi
sampai organisasi-organisasi gereja, penonton televisi dan
perkumpulan-perkumpulan sipil sampai perkumpulan
profesi kedokteran. Berdasarkan hal ini, saya dapat
menyebutkan bahwa pokok pembicaraan ini
menimbulkan perasaan yang paling kuat dalam diri orang
dari segala macam tipe emosi dan jalan kehidupan.
Tapi walaupun mereka merasa tertarik, adalah suatu
kenyataan bahwa bagi sebagian besar kita masih sangat
sulit untuk membicarakan kematian. Setidak-tidaknya ada
dua alasan bagi hal ini. Salah satu di antaranya adalah
terutama alasan psikologis dan kebudayaan. Kematian
sebagai pokok pembica raan adalah terlarang. Mungkin
secara tidak sadar kita merasa bahwa berhubungan
dengan kematian dengan cara apa pun, walaupun tidak
secara langsung, seakan-akan menghadapkan kita pada
kema tian kita sendiri, menarik saat kematian kita
semakin dekat dan membuatnya semakin nyata dan
semakin masuk akal. Misalnya, kebanyakan maha- siswa
kedokteran, termasuk saya sendiri, merasa bahwa
perjumpaan dengan kematian dalam laboratorium ilmu
urai, walaupun tidak langsung, dapat menimbulkan
perasaan yang tidak menyenangkan. Bagi diri saya, alasan
untuk ini sudah jelas. Dalam tinjauan kembali telah
terpikir bahwa hal ini bukan saja disebabkan karena rasa
prihatin bagi orang yang jasadnya tampak oleh saya; ini
tentu merupakan salah satu alasan. Apa yang saya lihat di
atas meja adalah suatu lambang ketidakkekalanku. "Hal
ini tentu akan terjadi pada diriku juga." Walaupun secara
tidak sadar, pikiran ini berada dalam benak saya.
Berbicara tentang kematian dapat juga dilihat dalam
tingkat psikologis sebagai suatu cara pendekatan yang
tidak langsung. Tidak dapat diragukan apabila banyak
orang merasa bahwa berbicara tentang kematian berakibat
kita membayangkannya dalam benak kita, juga
mendekatkan kematian ke pada kita sedemikian rupa,
sehingga kita harus menghadapi hal yang tak terelakkan,
yaitu kematian kita sendiri. Jadi untuk menghindarkan
gejala psikologis ini, kita berusaha menghindarkan pokok
pembicaraan tersebut sebanyak mungkin.
Alasan kedua mengapa orang sukar membicarakan
kematian adalah lebih rumit, karena ini berakar dalam
bahasa itu sendiri. Sebagian besar kata-kata dalam bahasa
manusia berhubungan dengan pengalaman kita melalui
sensasi fisik. Tapi kemudian adalah sesuatu yang berada
di luar jangkauan pengalaman sadar kita, karena sebagian
besar dari kita belum pernah mengalaminya. Apabila kita
ingin membicarakan kematian, maka kita harus
menghindarkan baik larangan-larangan sosial maupun
dilema linguistik yang dalam, yang disebabkan oleh
kurangnya pengalaman. Pada akhirnya kita sering kali
berbicara dalam analogi eufemisme. kematian atau mati
dengan hal-hal yang lebih menyenangkan dalam
pengalaman kita, hal-hal yang kita kenal.
Mungkin analogi yang paling umum adalah per-
bandingan antara kematian dan tidur. Kita berkata pada
diri kita sendiri, bahwa mati itu seperti tidur. Kiasan ini
sering muncul dalam pikiran dan bahasa sehari-hari, dan
juga dalam kesusastraan macam-macam peradaban dan
berbagai abad. Nampaknya hal ini umum bahkan pada
jaman Yunani kuno. Dalam The Iliad misalnya, Homer
menyebut tidur "saudara perempuan kematian". Dan Plato
daiam dialog The Apology menyampaikan kata-kata yang
kemudian dikutip gurunya, Socrates, yang baru saja
dihukum mati oleh sidang Athena.
Kita membandingkan (Seandainya kematian itu
hanyalah tidur tanpa impian), maka hal itu
merupakan suatu keuntungan yang luar biasa.
Kupikir apabila seseorang disuruh memilih suatu
malam di mana ia tidur begitu nyenyak sampai
sampai tidak bermimpi, dan dengan malam-malam
dan hari-hari lain dalam kehidupannya, dan kemudian
setelah mempertimbangkannya, diharuskan
mengatakan berapa banyak hari dan malam dalam
kehidupannya telah dilewatkannya dengan lebih
menyenangkan yah, kupikir bahwa……… (siapa
saja) akan berpendapat bahwa hari-hari dan malam-
malam ini akan lebih mudah dihitung dibanding lain-
nya. Apabila kematian seperti ini, maka aku akan
menyebutnya suatu keuntungan. Karena apabila
dilihat dari segi ini, maka seluruh waktu dapat
dianggap sebagai satu malam saja.(1
1) Plato, The Last Days of Socrates, trans. Hugh Tredennick (Baltimore: Penguin
Books,1959), p.75.
Mendengar Berita
Banyak orang menceritakan bahwa mereka men-
dengar dirinya dinyatakan mati oleh dokter atau orang
lain yang menyaksikan. Seorang wanita mengisahkan
pada saya,
Aku berada di rumah sakit tapi mereka tidak tahu
apa yang kuderita. Oleh karenanya dokterku, Dr.
James, menyuruh aku ke bawah, ke seorang ahli
radiologi, untuk memotret hatiku agar mereka tahu.
Karena aku peka terhadap banyak obat, mereka mula-
mula mencoba obat yang akan mereka berikan pada
lenganku. Tapi tidak ada reaksi, sehingga mereka
melanjutkan pengobatan. Tapi ketika kali ini mereka
mempergunakan obat itu, aku tak sadarkan diri. Aku
mendengar ahli radiologi yang sedang merawatku
pergi ke tilpon dan aku mendengar dengan jelas
ketika ia memutarnya. Aku mendengar 1a berkata,
"Dr. James, aku telah membunuh pasien Anda, Mrs.
Martin." Dan aku tahu bahwa aku tidak mati. Aku
berusaha bergerak atau memberi tahu mereka, tapi
tak dapat. Ketika mereka berusaha menghidupkanku
kembali, aku dapat mendengar mereka
memerintahkan memberiku beberapa cc sesuatu, tapi
aku tak merasakan jarum-jarum masuk. Aku tak
merasakan apa apa ketika mereka menyentuhku.
Seorang wanita lain, yang pernah mengalami
gangguan jantung, mendapat serangan jantung yang
hampir menyebabkannya kehilangan nyawanya.
la berkata, Tiba-tiba aku dicéngkeram oleh rasa
sakit hebat di dadaku, seakan-akan sebuah cincin besi
menjepit bagian tengah dadaku dengan keras.
Suamiku dan seorang teman kami mendengar aku
jatuh dan datang berlari untuk menolongku. Aku
ternyata berada dalam kegelapan, aku mendengar
suamiku berkata dalam suara yang terdengar sangat
jauh, "Sekali inilah saatnya
Suara
Pada banyak kejadian, dilaporkan adanya ber macam
perasaan yang merangsang pendengaran pada saat
kematian atau menjelang kematian. Kadang kala hal ini
sangat tidak menyenangkan. Seorang pria yang mati
selama dua puluh menit dalam menjalani pembedahan
perut menggambarkan adanya "suatu suara dengung
mengganggu yang datang dari dalam kepalanya. Hal ini
membuatku merasa tidak enak ……Aku tak akan
melupakan suara itu." Seorang wanita menceritakan
bahwa ia mendengar, "suatu suara berdering" ketika ia
kehilangan kesadarannya. Ia berkata selanjutnya, "Suara
itu dapat dilukiskan sebagai suara berdering. Dan aku
berada dalam keadaan berputar-putar." Saya telah
mendengar sensasi tidak menyenangkan ini digambarkan
sebagai bunyiklik" keras, raungan, letusan dan sebagai
"suara siulan angin".
Pada kejadian lain efek suara ini berupa bunyi musik
menyenangkan. Misalnya, seorang pria yang dihidupkan
kembali setelah dinyatakan mati pada saat kedatangannya
di rumah sakit, mengatakan tentang pengalamannya
selama ia mati,
Aku mendengar suara seperti bunyi lonceng
yang jauh sekali, seakan-akan terbawa angin.
Suaranya mirip lonceng angin Jepang.... Itulah satu-
satunya suara yang dapat kudengar pada saat-saat
tertentu. Seorang wanita muda yang hampir mati
karena pendarahan dalam disebabkan oleh
penggumpalan darah, mengatakan bahwa pada saat ia
tak sadarkan diri "Aku mulai mendengar sejenis
musik, musik yang agung dan sungguh-sungguh
indah.
Terowongan Gelap
Sering kali bersamaan dengan terdengarnya suara
tersebut, orang merasakan seolah olah dirinya ditarik
melalui suatu ruangan gelap dengan kecepatan tinggi.
Banyak kata-kata yang saling berlainan digunakan untuk
menggambarkan ruangan ini. Saya telah mendengar
ruangan ini digambarkan sebagai sebuah gua, sumur,
sebuah daerah berbatas, terowongan, cerobong, suatu
kehampaan, suatu kekosongan, sebuah selokan, lembah
dan sebuah tabung .
Meskipun orang mempergunakan macam-macam
istilah, jelas bahwa mereka semua ingin mengutarakan
satu ide. Marilah kita lihat dua kisah tentang kesan
"terowongan" yang paling menonjol.
Hal ini terjadi pada diriku sewaktu aku masih
seorang anak berumur sembilan tahun. Itu dua puluh
tujuh tahun yang lalu, tapi hal ini begitu melekat
dalam ingatanku sehingga tak mungkin terlupakan.
Suatu sore aku benar-benar sakit dan mereka dengan
segera membawaku ke rumah sakit. Ketika aku tiba
di sana mereka memutuskan untuk membiusku,
mengapa aku pun tak tahu karena waktu itu aku
masih terlalu muda. Waktu itu mereka menggunakan
eter.
Mereka membiusku dengan eter dengan jalan
menutupkan sehelai kain ke hidungku. Dan ketika hal ini
mereka lakukan jantungku berhenti berdenyut, demikian
mereka katakan kemudian. Saat itu aku tak tahu bahwa
hal itu terjadi atas diriku. Apa pun yang terjadi saat itu,
aku mendapatkan suatu pengalaman. Sekarang aku akan
menggambarkan pada Anda tepat seperti apa yang aku
rasakan. Hal yang pertama terjadi adalah bahwa aku
mendengar suara ber dering brrrnnnnng-brrnnng
brrrrrrnnnnnng yang sangat teratur. Kemudian aku seperti
bergerak melalui suatu tempat panjang dan gelap. Anda
pasti menganggapnya aneh. Tempat itu seperti sebuah
selokan. Aku tak dapat menggambarkannya pada Anda.
Aku bergerak mengikuti irama suara ini, suara berdering.
Seorang informan lain mengatakan,
Aku menunjukkan suatu reaksi alergis terhadap sejenis
obat bius setempat, dan aku berhenti bernafas. Aku
mengalami kegagalan pernafasan. Apa yang kemudian
terjadi, terjadi dengan cepat sekali. Aku melalui suatu
ruangan hampa gelap dengan kecepatan tinggi. Kurasa
Anda dapat menyamakannya dengan sebuah terowongan.
Aku merasa seperti menaiki sebuah coaster di sebuah
taman hiburan yang dengan kecepatan tinggi melalui
sebuah terowongan.
Dan lagi,
Aku terpesona. aku tak percaya bahwa ini terjadi.
Aku tidak perduli dan tidak merasa bingung seperti,
"Oh, aku mati dan orang tuaku tinggal di dunia dan
mereka akan sedih dan aku tidak akan pernah bertemu
mereka lagi." Hal-hal seperti itu tak pernah
terpikirkan.
Sementara itu aku sadar bahwa aku sendiri, betul-
betul sendiri hampir-hampir seperti aku seorang tamu
dari tempat 1ain. Seakan-akan semua hubungan
terputus. Aku tahu seperti tak ada cinta atau hal-hal
lainnya. Semuanya begitu serba teknis. Aku betul-
betul tidak mengerti.
Tapi perasaan sunyi dari orang yang mati lama-
lama akan hilang dengan semakin jauhnya ia meng-
alami pengalaman kematian. Karena pada suatu saat
orang-orang lain akan datang untuk membantu-nya
dalam masa peralihan yang sedang dijalaninya. Ini
dapat muncul dalam bentuk roh-roh lain, sering kali
arwah keluarga yang sudah meninggal atau kawan-
kawan yang dikenal orang yang bersangkutan semasa
hidupnya. Sebagian besar orang-orang yang saya
wawancarai, pada saat-saat tertentu menyatakan
munculnya suatu makhluk spiritual dengan sifat-sifat
jauh berbeda. Dalam bagian-bagian berikutnya akan
kita lihat pertemuan-pertemuan ini.
Makhluk Cahaya
Mungkin unsur umum yang paling sulit dipercaya
dalam laporan-laporan yang telah saya pelajari dan
merupakan unsur yang mempunyai pengaruh paling
dalam terhadap individu, adalah perjumpaan dengan suatu
sinar yang sangat terang. Suatu ciri khas ialah bahwa pada
awal pemunculannya sinar ini redup, tapi dengan cepat
akan bertambah terang sampai mencapai suatu
kecemerlangan luar biasa. Tapi, meskipun cahaya ini
(biasanya disebutkan sebagai putih atau "terang'") luar
biasa cemerlangnya, banyak yang menekankan kenyataan
bahwa sinar ini sama sekali tidak menyakiti mata atau
menyilaukan mereka, ataupun menghalangi mereka
melihat benda-benda di sekitarnya (mungkin karena
dalam keadaan demikian mereka tidak memiliki
pancaindera "mata" yang dapat merasa silau).
Walaupun perwujudan cahaya ini sangat luar biasa,
tapi tidak seorang pun merasa ragu bahwa cahaya tersebut
adalah suatu makhluk, suatu makhluk cahaya.Tidak hanya
itu, tapi cahaya tersebut merupakan suatu makhluk
berkepribadian. Makhluk itu memiliki kepribadian yang
jelas. Cinta dan kehangatan yang terpancar dari makhluk
ini terhadap orang yang mati tidak dapat digambarkan
dengan kata-kata, dan ia merasa dilingkupi dan
dipengaruhi olehnya. la akan merasa tenteram dan
diterima dalam kehadiran makhluk ini. Ia merasa kan
suatu daya tarik yang tak dapat dilawan terha- dap cahaya
itu. Ia tertarik tanpa dapat menghin darkan diri lagi.
Yang menarik adalah walaupun gambaran mengenai
makhluk cahaya yang disebutkan di atas hampir tak ada
bedanya, pengenalan dari makhluk itu berbeda dari
individu satu ke individu lain, dan nampaknya merupakan
fungsi latar belakang keagamaan, pendidikan atau
kepercayaannya. Jadi, sebagian besar dari mereka yang
dididik dalam ajaran Kristen dan beragama Kristen
menyamakan sifat tersebut dengan Kristus dan kadang
kala memberikan paralel dari Kitab Injil untuk
menyokong tafsiran mereka. Seorang pria dan wanita
Yahudi menyamakan sinar tersebut dengan "malaikat".
Tapi jelas bahwa dalam kedua kasus tadi
80