Anda di halaman 1dari 83

Kisab-kisah yang mengungkapkan bahwa

ada kehidupan setelah kematian

HIDUP SESUDAH MATI


RAYMOND A. MOQDY JR M.D.
Buku paling laku yang menakjubkan. vang menyuguhkan
pengalaman pengalanman sejati orang-erang yang secara
klinis dinyatakan telah “mati”
Gambaran yang begitu mirip, begitu jelas. begitu
meyakinkan sehingga dapat mengubah umtuk selamanya
pandangan hidup manusia tentang kehidupan, kematian
dan kelangsungan hidup spiritual.

Judul asli:
LIFE AFTER LIFE"
by Raymond a. Moody, JR, M.D
Copyright © 1975 by Raymond A. Moody, JR
HIDUP SESUDAH MATI
Alih bahasa: R.A. Susilastuti
GM 204 79.110
Diterbitkan atas kerja sama dengan
Mockingbird Books, Georgia 30209, U.S.A.
Hak cipta terjemahan Indonesia
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
JI. Palmerah Selatan 24-26, Jakarta 10270
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang
All rights reserved Sampul dikerjakan oleh Anyool S.
Diterbitkan pertama kali oleh
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama,
anggota IKAPI, Jakarta, September 1979
Cetakan ketujuh: Januari 1990
Cetakan kedelapan.: Oktober 1991
Cetakan kesembilan: Juli 1994
Cetakan kesepuluh: Mei 1996
Cetakan kesebelas: Oktober 1997
Cetakan kedua belas: September 2000
Cetakan ketiga belas: November 2001

Dicetak oleh Percetakan PT SUN, Jakarta Isi di luar


tanggung jawab percetakan
BAGAIMANA RASANYA MATI?
"Semua rasa sakit musnah."
"Aku melalui suatu ruang hampa gelap dengan ke-
cepatan tinggi.
"Ada suatu perasaan damai dan tenang yang mut lak, tak
ada rasa takut sama sekali."

"Aku berada dalam lembah yang sangat gelap dan sangat


dalam. Kemudian aku berpikir, 'Nah, sekarang aku tahu
apa yang dimaksudkan Kitab Injil dengan lembah
bayangan kematian karena aku pernah berada di sana.
"Setelah aku kembali, aku terus-menerus menangis
selama kurang lebih seminggu karena aku harus hidup di
dunia ini setelah aku melihat dunia satu nya."
"Suatu dunia yang sama sekali baru terbuka bagiku .
…….Aku terus-menerus berpikir, 'Begitu banyak yang
harus kuketahui.' "Aku mendengar sebuah suara
memberitahukan apa yang harus kulakukan ̶ ̶ kembali
̶ ̶ ̶ dan aku tidak merasa takut."
Untuk George Ritchie, M.D. dan
dengan perantaraannya,
kepada Dia yang diusulkannya

Penghargaan
Banyak orang telah memberi bantuan dan dorongan pada
saya selama saya melakukan penyelidikan dan penulisan
ini, dan saya tidak akan dapat menyelesaikan proyek ini
tanpa mereka. Sahabatku John Ouzts-lah yang
meyakinkan saya untuk mau memberikan suatu ceramah
umum mengenai pokok ini. John Egle dari Mockingbird
Books adalah orang pertama yang mendorong saya untuk
menuangkan penemuan-penemuan saya ini ke dalam
tulisan, dan ia telah memberikan pada saya sokongan dan
dorongan seterusnya. Leonard, Mae, Becky dan Scott
Brooks sering menyediakan kamar, makan dan taksi bagi
saya bila saya membutuhkannya. Kathy Tabakian
menemani saya dalam beberapa wawancara,dan saya
mendapat banyak manfaat dari pembicaraan-pembicaraan
saya dengannya. Russ Moores, Richard Martin, Ed
McCranie, kesemuanya dari Medical College of Georgia,
mengajukan saran-saran berharga dan menunjukkan pada
saya kepustakaan yang berhubungan dengan ini. Isteri
saya menghabiskan waktu berjam-jam menyusun kembali
konsep dan hasil ketikannya. Akhirnya, saya ingin
menya- takan terima kasih kepada semua yang telah
menceritakan kepada saya tentang pertemuan mereka
dengan maut. Saya hanya dapat berharap agar buku ini
dapat memenuhi kepercayaan yang telah diberi kan pada
saya oleh mereka yang telah saya sebutkan di atas.

Kata Pengantar
Saya telah mendapat kehormatan untuk mem- baca
Hidup Sesudah Mati karya Dr. Moody sebelum
diturunkan ke percetakan, dan saya merasa gembira
bahwa ilmiawan muda ini memiliki keberanian untuk
mengumpulkan penemuan-penemuannya, sehingga suatu
penyelidikan jenis baru dapat dinik- mati oleh masyarakat
umum.
Sejak saya mulai bekerja dengan penderita-penderita
penyakit berat selama dua puluh tahun terakhir ini, saya
semakin lama semakin asyik memperhatikan gejala
kematian itu sendiri. Kita telah banyak belajar mengenai
proses kematian, tapi masih banyak pertanyaan tentang
saat kematian dan tentang apa yang dialami pasien-pasien
kita pada saat mereka dinyatakan mati secara klinis.
Penyelidikan seperti yang disajikan Dr. Moody dalam
bukunya inilah yang akan memberi penjelasan pada
banyak orang, dan akan menegaskan apa yang telah
diajarkan pada kita selama dua ribu tahun bahwa ada
kehidupan setelah kematian. Meskipun ia tidak
menyatakan bahwa ia telah mempelajari kematian itu
sendiri, nyatalah dari pene- muannya bahwa pasien yang
meninggal tetap memi- liki kesadaran akan
lingkungannya setelah secara klinis dinyatakan bahwa ia
mati. Ini serupa dengan penyelidikan saya sendiri, yang
telah memperguna kan keterangan dari pasien-pasien
yang telah mati dan kembali lagi, hal mana sangat
berlawanan dengan apa yang kita harapkan dan sering kali
mengherankan beberapa dokter pandai, terkenal dan
sangat ulung.
Semua pasien ini mengalami suatu perasaan
mengapung keluar dari jasadnya, dan hal ini berhubungan
dengan suatu perasaan kedamaian dan keutuhan yang luar
biasa. Sebagian besar sadar akan kehadiran orang lain
yang membantu mereka dalam perpindahan menuju suatu
keadaan lain. Sebagian besar dari mereka disambut oleh
orang yang mereka cintai, yang telah meninggal terlebih
dahulu, atau oleh seorang tokoh keagamaan yang berarti
dalam hidup mereka, dan yang tentu saja berhubungan
dengan keyakinan keagamaan mereka. Membaca buku
Dr. Moody pada saat saya siap untuk menulis kan
penemuan tentang penyelidikan saya sangatlah menbantu.
Dr. Moody harus siap untuk menerima banyak kritik,
terutama dari dua fihak. Ada anggauta-anggauta gereja
yang akan bingung apabila seseorang, siapa saja, berani
mengadakan penyelidikan dalam bidang yang dianggap
terlarang. Beberapa wakil dari kalangan suatu gereja yang
dikuasai oleh golongan tertentu telah menyatakan kritik
mereka atas penyelidikan seperti ini. Seorang pendeta me-
nyebutnya sebagai "menjual doa secara murah" Sebagian
lain merasa bahwa pertanyaan tentang kehidupan setelah
kematian harus tetap tinggal sebagai suatu kepercayaan
mutlak, dan tidak boleh dipertanyakan lagi. Golongan
kedua yang dapat diharapkan oleh Dr. Moody akan
memberikan suatu reaksi atas bukunya adalah para
ilmiawan dan dokter-dokter yang menganggap
penyelidikan seperti ini "tidak ilmiah". Saya pikir bahwa
kita telah mencapai suatu masa transisi dalam masyarakat
kita. Kita harus memiliki keberanian untuk membuka
pintu baru dan mengakui bahwa alat-alat ilmiah kita masa
kini tidak memadai bagi banyak penyelidikan baru. Saya
ber pendapat bahwa buku ini akan membuka pintu-pintu
tersebut bagi orang yang memiliki jalan pikiran terbuka
dan akan memberikan kepada mereka harapan dan
dorongan untuk menilai bidang-bidang penyelidikan baru.
Mereka akan tahu bahwa laporan tentang penemuan Dr.
Moody adalah sungguh-sungguh, karena ditulis oleh
seorang penyelidik yang sesungguhnya dan jujur. Hal ini
juga dikuatkan oleh penyelidikan saya sendiri dan oleh
penemuan ilmiawan-ilmiawan serius lain, para sarjana
dan anggauta-anggauta gereja yang telah memiliki
keberanian untuk menyelidiki bidang baru ini dengan
harapan dapat membantu mereka yang merasa perlu
mengetahuinya, dan tidak hanya sekedar percaya. Saya
menganjurkan buku ini bagi siapa saja yang berpikiran
terbuka, dan saya mengucapkan selamat pada Dr. Moody
atas keberaniannya menuliskan penemuannya.

ELISABETH KUBLER-ROSS, M.D.


Flossmoor, Illinois

Pendahuluan
Buku ini, sebagaimana halnya sesuatu yang ditulis
oleh seorang manusia, tentu saja mencerminkan latar
belakang, pendapat dan prasangka penulisnya. Jadi
walaupun saya telah berusaha bersikap seobyektif dan
seterusterang mungkin, fakta-fakta tertentu tentang diri
saya mungkin sangat berguna dalam menilai beberapa
pernyataan luar biasa yang dibuat berikut ini.
Pertama-tama, saya sendiri belum pernah mera-sakan
berdekatan dengan kematian. Jadi saya tidak memberikan
suatu laporan dari tangan pertama tentang pengalaman
yang saya alami sendiri. Pada waktu yang sama saya tidak
dapat menunjukkan obyektivitas total tentang hal ini
karena perasaan saya turut berbicara dalam proyek ini.
Mendengar begitu banyak orang mengisahkan
pengalaman-pengalaman menarik yang dikisahkan dalam
buku ini, saya merasa seakan-akan saya sendiri menga
laminya. Saya berharap agar sikap ini tidak memba-
hayakan pendekatan saya dari segi akal sehat dan
keseimbangan.
Kedua, saya menulis sebagai orang yang tidak begitu
paham akan pengetahuan tentang gejala gejala paranormal
dan gaib. Saya mengatakan ini bukan dengan maksud
meremehkan hal tersebut,dan saya merasa yakin bahwa
suatu pengetahuan lebih luas mengenai hal tersebut di atas
akan dapat menambah pengertian saya tentang kejadian-
kejadian yang telah saya pelajari. Bahkan sekarang, saya
bermaksud untuk lebih memperhatikan beberapa tulisan
untuk mengetahui sampai batas mana penye lidikan orang
lain disokong oleh penemuan-penemuan saya.
Ketiga, pendidikan keagamaan saya memerlukan
sedikit penjelasan. Keluarga saya adalah anggauta Gereja
Presbyterian. Tapi orang tua saya tak pernah memaksakan
kepercayaan atau konsep-konsep keagamaan mereka pada
anak-anak mereka. Sementara saya meningkat dewasa,
mereka berusaha memberi dorongan pada saya dalam
bidang yang menarik perhatian saya, dan memberi
kesempatan pada saya untuk melakukannya. Jadi saya
dibesarkan dengan suatuagama" yang bukan merupakan
doktrin-doktrin kaku, tapi sebagai suatu keterlibatan
dengan doktrin-doktrin spiritual dan keagamaan, ajaran-
ajaran dan pertanyaan-pertanyaan. Saya percaya bahwa
semua agama besar yang dikenal manusia mengandung
banyak kebenaran untuk disampaikan kepada kita, dan
saya tidak percaya bahwa tidak satu pun di antara kita
memiliki jawaban untuk kebenaran yang dalam dan dasar
yang merupakan urusan agama. Dalam istilah per-
kumpulan, saya adalah anggauta Gereja Metodist.
Keempat, latar belakang pendidikan dan pekerjaan
saya bermacam-macam sebagian akan mengatakan
terpecah-pecah. Saya lulus sekolah filsafat di University
of Virginia dan mendapat gelar Ph.D. dalam mata
pelajaran itu pada tahun 1969. Bidang-bidang yang
mendapat perhatian khusus dalam filsafat adalah etika,
logika dan filsafat bahasa. Setelah mengajar filsafat
selama tiga tahun pada sebuah universitas di North
Carolina Timur, saya memutuskan masuk sekolah
kedokteran dan saya bermaksud menjadi psikiater dan
mengajar filsafat kedokteran pada sekolah kedokteran.
Segenap minat dan pengalaman ini membantu
membentuk pendekatan yang telah saya pergunakan
dalam penyelidikan ini. Harapan saya adalah agar buku
ini dapat menarik perhatian terhadap suatu gejala yang
merupakan sesuatu yang tersebar luas tapi sekaligus juga
sangat tersembunyi, dan pada saat bersamaan, membantu
menciptakan sikap umum yang dapat menerima kejadian-
kejadian ini. Karena saya mempunyai keyakinan kuat
bahwa gejala ini mempunyai arti penting, tidak saja bagi
bidang akademis dan praktis terutama psikologi, psikiatri,
filsafat, teologi dan kependetaan tapi juga bagi cara kita
menjalani hidup kita sehari-hari.
Sejak awal saya berkata, bahwa saya tidak berusaha
membuktikan bahwa ada kehidupan setelah kematian. Hal
ini akan saya jelaskan kemudian. Saya juga berpendapat
bahwa "bukti" bagi hal ini akan didapat dalam waktu
singkat. Sebagian karena alasan inilah, saya telah
menghindarkan penggunaan nama-nama dan telah
menyamarkan beberapa perincian yang memungkinkan
pengenalan terhadap individu. Walaupun demikian, isinya
tetap tidak berubah. Hal ini perlu untuk melindungi
kebebasan individu yang bersangkutan, dan dalam banyak
hal, untuk mendapatkan izin mencetak pengalaman yang
mula-mula telah diceritakan kepada saya. Banyak yang
akan berpendapat bahwa pernyataan yang dibuat dalam
buku ini tidak masuk akal dan reaksi pertama mereka
adalah melupakannya begitu saja. Saya tidak
mempersalahkan seorang pun yang termasuk dalam
golongan ini; beberapa tahun yang lalu pun reaksi saya
serupa. Saya tidak meminta seorang pun agar menerima
dan mempercayai isi buku ini hanya berdasarkan anjuran
saya. Sebagai seorang ahli logika yang menolak keperca-
yaan orang akan sesuatu hal berdasarkan keahlian orang
yang mengajukannya, saya justru meminta dengan khusus
agar tidak seorang pun berbuat hal serupa. Yang saya
minta hanyalah agar mereka yang tidak percaya apa yang
mereka baca, mencoba untuk mengetahui sendiri sedikit
banyak mengenai persoalan ini. Saya telah menyatakan
tantangan ini untuk beberapa lama. Dari mereka yang
menerima tantangan ini, banyak di antaranya yang mula-
mula bersikap skeptis, akhirnya juga merasakan
keheranan yang saya rasakan mengenai masalah ini.
Sebaliknya, tidak dapat diragukan bahwa banyak di antara
mereka yang membaca ini dan merasakan kelegaan luar
biasa, karena mereka akan menyadari bahwa mereka tidak
satu-satunya yang mengalami hal demikian. Bagi mereka
terutama bila mereka telah menyembunyikan kisah
mereka dari umum, kecuali beberapa orang yąng
terpercaya, suatu seperti kebanyakan orang saya hanya
dapat mengatakan ini: Saya berharap agar buku ini dapat
mendorong Anda untuk berbicara sedikit lebih leluasa,
sehingga segi yang paling menarik tentang jiwa manusia
dapat diuraikan dengan lebih jelas.

1
GEJALA KEMATIAN
Bagaimana rasanya mati? Ini adalah suatu pertanyaan
yang selalu dipertanyakan umat manusia semenjak
kehadirannya. Semenjak beberapa tahun yang lalu saya
telah mendapat kesempatan untuk mengajukan pertanyaan
ini pada sejumlah besar hadirin. Kelompok ini berkisar
dari kelas-kelas dalam psikologi, filsafat dan sosiologi
sampai organisasi-organisasi gereja, penonton televisi dan
perkumpulan-perkumpulan sipil sampai perkumpulan
profesi kedokteran. Berdasarkan hal ini, saya dapat
menyebutkan bahwa pokok pembicaraan ini
menimbulkan perasaan yang paling kuat dalam diri orang
dari segala macam tipe emosi dan jalan kehidupan.
Tapi walaupun mereka merasa tertarik, adalah suatu
kenyataan bahwa bagi sebagian besar kita masih sangat
sulit untuk membicarakan kematian. Setidak-tidaknya ada
dua alasan bagi hal ini. Salah satu di antaranya adalah
terutama alasan psikologis dan kebudayaan. Kematian
sebagai pokok pembica raan adalah terlarang. Mungkin
secara tidak sadar kita merasa bahwa berhubungan
dengan kematian dengan cara apa pun, walaupun tidak
secara langsung, seakan-akan menghadapkan kita pada
kema tian kita sendiri, menarik saat kematian kita
semakin dekat dan membuatnya semakin nyata dan
semakin masuk akal. Misalnya, kebanyakan maha- siswa
kedokteran, termasuk saya sendiri, merasa bahwa
perjumpaan dengan kematian dalam laboratorium ilmu
urai, walaupun tidak langsung, dapat menimbulkan
perasaan yang tidak menyenangkan. Bagi diri saya, alasan
untuk ini sudah jelas. Dalam tinjauan kembali telah
terpikir bahwa hal ini bukan saja disebabkan karena rasa
prihatin bagi orang yang jasadnya tampak oleh saya; ini
tentu merupakan salah satu alasan. Apa yang saya lihat di
atas meja adalah suatu lambang ketidakkekalanku. "Hal
ini tentu akan terjadi pada diriku juga." Walaupun secara
tidak sadar, pikiran ini berada dalam benak saya.
Berbicara tentang kematian dapat juga dilihat dalam
tingkat psikologis sebagai suatu cara pendekatan yang
tidak langsung. Tidak dapat diragukan apabila banyak
orang merasa bahwa berbicara tentang kematian berakibat
kita membayangkannya dalam benak kita, juga
mendekatkan kematian ke pada kita sedemikian rupa,
sehingga kita harus menghadapi hal yang tak terelakkan,
yaitu kematian kita sendiri. Jadi untuk menghindarkan
gejala psikologis ini, kita berusaha menghindarkan pokok
pembicaraan tersebut sebanyak mungkin.
Alasan kedua mengapa orang sukar membicarakan
kematian adalah lebih rumit, karena ini berakar dalam
bahasa itu sendiri. Sebagian besar kata-kata dalam bahasa
manusia berhubungan dengan pengalaman kita melalui
sensasi fisik. Tapi kemudian adalah sesuatu yang berada
di luar jangkauan pengalaman sadar kita, karena sebagian
besar dari kita belum pernah mengalaminya. Apabila kita
ingin membicarakan kematian, maka kita harus
menghindarkan baik larangan-larangan sosial maupun
dilema linguistik yang dalam, yang disebabkan oleh
kurangnya pengalaman. Pada akhirnya kita sering kali
berbicara dalam analogi eufemisme. kematian atau mati
dengan hal-hal yang lebih menyenangkan dalam
pengalaman kita, hal-hal yang kita kenal.
Mungkin analogi yang paling umum adalah per-
bandingan antara kematian dan tidur. Kita berkata pada
diri kita sendiri, bahwa mati itu seperti tidur. Kiasan ini
sering muncul dalam pikiran dan bahasa sehari-hari, dan
juga dalam kesusastraan macam-macam peradaban dan
berbagai abad. Nampaknya hal ini umum bahkan pada
jaman Yunani kuno. Dalam The Iliad misalnya, Homer
menyebut tidur "saudara perempuan kematian". Dan Plato
daiam dialog The Apology menyampaikan kata-kata yang
kemudian dikutip gurunya, Socrates, yang baru saja
dihukum mati oleh sidang Athena.
Kita membandingkan (Seandainya kematian itu
hanyalah tidur tanpa impian), maka hal itu
merupakan suatu keuntungan yang luar biasa.
Kupikir apabila seseorang disuruh memilih suatu
malam di mana ia tidur begitu nyenyak sampai
sampai tidak bermimpi, dan dengan malam-malam
dan hari-hari lain dalam kehidupannya, dan kemudian
setelah mempertimbangkannya, diharuskan
mengatakan berapa banyak hari dan malam dalam
kehidupannya telah dilewatkannya dengan lebih
menyenangkan yah, kupikir bahwa……… (siapa
saja) akan berpendapat bahwa hari-hari dan malam-
malam ini akan lebih mudah dihitung dibanding lain-
nya. Apabila kematian seperti ini, maka aku akan
menyebutnya suatu keuntungan. Karena apabila
dilihat dari segi ini, maka seluruh waktu dapat
dianggap sebagai satu malam saja.(1
1) Plato, The Last Days of Socrates, trans. Hugh Tredennick (Baltimore: Penguin
Books,1959), p.75.

Persamaan yang serupa tertanam dalam bahasa


kontemporer kita. Perhatikanlah ungkapan "disuntik
tidur". Apabila Anda membawa anjing Anda ke dokter
hewan dengan pesan agar ia disuntik tidur, maka apa yang
Anda maksudkan biasanya sangat berbeda dengan apa
yang dimaksud bila Anda membawa isteri atau suami
Anda ke seorang ahli bius dengan pesan yang sama.
Orang lain memilih suatu persamaan lain tapi yang
berhubungan. Mati, kata mereka, seperti melupakan
segalanya. Apabila seseorang meninggal ia melupakan
semua kesedih- annya; semua kenangan yang
menyakitkan dan merisaukan terhapuskan.
Walaupun persamaan "tidur" dan "melupakan" sudah
begitu tua dan tersebar, akan tetapi keduanya sangat tidak
memuaskan dalam menghibur diri kita. Masing-masing
adalah suatu cara lain untuk menyampaikan suatu
pernyataan. Meskipun hal ini mereka nyatakan secara
lebih halus, tapi kedua ungkapan tersebut berarti bahwa
kematian adalah hilangnya kesadaran untuk selamanya.
Apabila ini benar, maka kematian tidak menunjukkan segi
yang menyenangkan yang terdapat dalam tidur dan melu-
pakan. Tidur adalah suatu pengalaman positif dan
menyenangkan dalam kehidupan karena diikuti oleh
proses bangun. Tidur malam yang tenang membuat jam-
jam berikutnya di mana kita kemudian bangun lebih
menyenangkan dan produktif. Penghapusan semua
pengalaman sadar, secara tidak langsung berarti bukan
saja penghapusan semua kenangan yang menyakitkan,
tapi juga semua yang menyenangkan. Jadi setelah ditelaah
ternyata kedua analogi itu tidak ada yang dapat benar-
benar memberikan hiburan atau harapan dalam
menghadapi kematian. Tetapi ada pandangan lain yang
tidak mengakui dugaan bahwa kematian adalah
penghapusan kesadaran. Menurut pandangan yang
mungkin lebih tradisional ini, beberapa aspek manusia
bertahan bahkan setelah jasad telah berhenti berfungsi dan
telah rusak sama sekali. Aspek yang tetap bertahan ini
disebut dengan berbagai nama: psyche, jiwa, pikiran, roh,
diri, badan dan kesadaran. Apa pun sebutannya, dugaan
bahwa orang berpindah ke suatu alam lain saat kematian
fisik adalah salah satu di antara kepercayaan manusia
yang paling dimuliakan. Ada sebuah pemakaman di Turki
yang dipergunakan oleh manusia Neanderthal kurang
lebih seratus ribu tahun yang lalu. Adanya fosil-fosil di
sana telah memungkinkan para ahli purbakala mengetahui
bahwa manusia-manusia purba menguburkan orang-orang
yang meninggal di atas usungan berhiaskan bunga.
Mungkin ini menandakan bahwa mereka memandang
kematian sebagai suatu peristiwa yang patut dirayakan
suatu peralihan bagi orang yang meninggal dari dunia ini
ke dunia lain. Memang, makam-makam dari jaman
dahulu kala di seluruh dunia membuktikan akan
kepercayaan manusia terhadap keberlangsungan hidup
setelah kematian jasad.
Singkatnya, kita dihadapkan pada dua jawaban yang
berlawanan terhadap pertanyaan mula-mula tentang
kematian. Keduanya berasal dari jaman kuno, tapi
keduanya tetap dipertahankan hingga sekarang. Beberapa
orang mengatakan bahwa kema tian adalah penghapusan
kesadaran; sebagian lagi mengatakan dengan penuh
keyakinan bahwa kematian adalah berlalunya jiwa atau
pikiran ke dalam suatu dimensi kenyataan lain.
Sehubungan dengan ini saya tidak ingin mengabaikan
salah satu jawaban pun. Saya hanya ingin memberi
laporan mengenai suatu penyelidikan. yang telah saya
laksanakan sendiri.
Selama beberapa tahun terakhir saya telah menemui
sejumlah besar orang yang tersangkut dalam pengalaman
yang dapat disebut sebagai "pengalaman mendekati
kematian" Saya telah bertemu dengan orang-orang ini
dengan berbagai cara. Di tahun 1965, waktu saya masih
seorang mahasiswa filsafat di Universitas Virginia, saya
bertemu seorang pria, seorang profesor dalam ilmu jiwa
pada fakultas kedokteran. Saya tertarik akan kehangatan,
keramahan serta humornya. Saya merasa sangat terkejut
ketika mengetahui suatu hal yang menarik tentang
dirinya, yaitu bahwa ia pernah meninggal tidak hanya
sekali saja, tapi dua kali dengan jarak waktu sepuluh
menit dan bahwa ia telah mengisahkan suatu cerita yang
sangat hebat mengenai apa yang terjadi pada dirinya
selama ia "meninggal". Kemudian saya mendengarkannya
mengisahkan ceritanya pada sekelompok mahasiswa yang
merasa tertarik. Saya begitu terkesan pada waktu itu. Tapi
karena pengetahuan saya sangat terbatas untuk dapat
menilai pengalamannya, saya merekam pembicaraannya
dan mengingat ceritanya. Beberapa tahun kemudian,
setelah saya mendapatkan gelar Ph.D. dalam filsafat, saya
mengajar di sebuah perguruan tinggi di North Carolina
Timur. Pada suatu mata kuliah saya menugaskan para
mahasiswa membaca Phaedo karya Plato, suatu karya di
mana kehidupan kekal merupakan salah satu pokok yang
dibahas. Dalam kuliah saya, saya telah menekankan
doktrin-doktrin lain yang diajukan dan tidak memusatkan
perhatian pada pembicaraan tentang kehidupan setelah
kematian. Suatu hari, selesai kuliah, seorang mahasiswa
menghampiri saya. Ia bertanya apakah perihal kekekalan
hidup dapat dibicarakan. Ia merasa tertarik dengan pokok
ini karena neneknya telah "meninggal" waktu menjalani
pembedahan dan telah mengisahkan suatu pengalaman
yang mengagumkan. Saya minta padanya untuk
menceritakannya, dan saya merasa heran bahwa ia
mengisahkan serangkaian kejadian yang hampir sama
seperti yang dilukiskan profesor ilmu jiwa beberapa tahun
yang silam.
Pada saat ini penyelidikan tentang kasus-kasus ini
menjadi sedikit lebih aktif dan saya mulai mencantumkan
bacaan tentang dihidupkannya kembali manusia dari
kematian biologis dalam kuliah-kuliah filsafat saya. Akan
tetapi saya berhati-hati untuk tidak menyebutkan kedua
pengalaman terdahulu dalam kuliah saya. Saya
mengambil sikap menunggu. Apabila hal seperti ini sering
terjadi, saya mungkin akan sering mendengarnya jikalau
saya mengetengahkan tentang kelangsungan hidup dalam
diskusi filsafat, menunjukkan sikap yang simpatik tentang
pertanyaan ini dan menunggu. Demikian pendapat saya.
Saya sungguh heran ketika dalam hampir setiap kelas,
yang terdiri dari tiga puluh mahasiswa, ternyata paling
sedikit satu orang yang menghadap saya setelah kuliah
dan mengisahkan suatu pengalaman pribadi tentang maut
yang menjelang.
Yang mengherankan adalah bahwa sejak awal minat
saya ini mulai berkembang, maka laporan yang saya
terima banyak yang mirip walaupun laporan ini berasal
dari orang-orang dengan latar belakang agama, sosial dan
pendidikan yang jauh berbeda. Ketika saya masuk
fakultas kedokteran pada tahun 1972 saya telah
mengumpulkan sejumlah besar pengalaman-pengalaman
ini dan saya mulai menyebutkan penyelidikan tidak resmi,
yang telah saya lakukan, kepada beberapa rekan yang
berkecimpung dalam dunia kedokteran. Akhirnya seorang
kawan berhasil meyakinkan saya untuk membuat sebuah
laporan pada suatu kumpulan kedokteran, dan ceramah-
ceramah umum kemudian menyusul.
Sekali lagi saya alami, bahwa sehabis setiap pem-
bicaraan seseorang akan datang dan menceritakan
pengalamannya. Ketika saya makin dikenal orang karena
minat saya ini, maka dokter-dokter mulai meminta orang
yang telah dihidupkan kembali dan mengalami hal-hal
yang luar biasa untuk berhubungan dengan saya. Dan
banyak lagi lainnya yang menulis kepada saya setelah
artikel-artikel tentang penyelidikan saya muncul di koran-
koran. Pada saat ini saya telah mengetahui kurang lebih
seratus lima puluh pengalaman tentang gejala ini.
Pengalaman yang telah saya pelajari terbagi dalam tiga
kelompok yang jelas:
1) Pengalaman dari mereka yang disadarkan kem-
bali setelah diperkirakan, diputuskan atau di
nyatakan mati secara klinis oleh para dokter.
2) Pengalaman mereka yang pernah mendekati
kematian fisik akibat kecelakaan atau luka yang
parah atau penyakit.
3) Pengalaman mereka yang sementara menjelang
maut menceritakan pengalaman mereka pada
orang-orang yang hadir. Kemudian mereka ini-
lah yang melaporkan inti pengalaman
menjelang maut itu pada saya.
Dari sejumlah besar bahan yang dapat dikum- pulkan
dari seratus lima puluh pengalaman ini, sudah jelas bahwa
telah dilakukan pemilihan. Seba- gian memang disengaja.
Misalnya, meskipun saya telah tahu bahwa laporan
tentang kelompok ketiga melengkapi dan sesuai dengan
pengalaman dari kedua kelompok terdahulu, tapi saya
tidak menyebutkan sebagian besar dari padanya karena
dua hal.
Pertama, hal ini membantu mengurangi jumlah
pengalaman sehingga yang tersisa dapat lebih dibahas.
Dan kedua, ini memungkinkan saya untuk lebih
berpegang pada laporan tangan pertama.
Dengan demikian saya telah mewawancarai secara
terperinci sejumlah kurang lebih lima puluh orang yang
pengalamannya dapat saya sampaikan. Dari jumlah ini,
pengalaman dari golongan pertama (di mana kematian
klinis memang terjadi) sudah jelas lebih dramatis dari
golongan kedua (di mana hanya terjadi suatu sentuhan
dengan maut). Memang, se tiap saya memberikan
ceramah umum mengenai gejala ini, tidak dapat
dipungkiri bahwa kisah "ke matian" inilah yang paling
banyak menarik perha tian. Laporan dalam mass media
kadang-kadang menyebutkan seakan-akan ini adalah satu-
satunya jenis pengalaman yang pernah saya tangani.
Tapi dalam memilih pengalaman yang saya sajikan
dalam buku ini, saya telah menghindari ke- cenderungan
untuk hanya membahas pengalaman di mana peristiwa
kematian" terjadi. Karena akan jelas nanti bahwa
pengalaman dari jenis kedua tidak berbeda dari jenis
pertama, tapi lebih merupakan suatu rangkaian kesatuan
dengan golongan pertama. Dan, meskipun pengalaman
menghadapi maut ini begitu mirip, tapi baik keadaan
sekitarnya maupun orang yang melukiskannya begitu
berbeda. Sesuai dengan ini saya telah mencoba untuk
memberikan contoh-contoh pengalaman yang
mencerminkan perbedaan dengan baik. Dengan
mengingat pembatas- an ini, baiklah kita memikirkan apa
yang sekiranya dapat terjadi selama mengalami kematian,
sejauh yang dapat saya selidiki.
3
PENGALAMAN KEMATIAN
Meskipun ada banyak perbedaan dalam keadaan yang
berhubungan dengan panggilan kematian dan pada orang
yang mengalaminya, masih terdapat suatu persamaan di
antara cerita mengenai pengalaman-pengalaman tersebut.
Bahkan persamaan antara laporan-laporan tersebut begitu
besar, sehingga orang dengan mudah dapat memilih kira-
kira lima belas unsur terpisah yang selalu terulang
kembali dalam kisah-kisah yang telah saya kumpulkan.
Berdasarkan persamaan ini, saya akan menyusun suatu
pengalaman singket, yang secara teoritis ideal atau
lengkap yang mencakup segenap unsur umum dalam
urutan khas sebagaimana unsur-unsur itu selalu muncul.
Seseorang sedang menghadapi maut, dan pada
saat ia mencapai puncak krisis fisiknya, ia mendengar
bahwa ia dinyatakan mati oleh dokternya. la mulai
mendengar suatu bunyi yang tidak menyenangkan,
suara berdering atau mendesing, dan pada saat yang
sama ia merasa dirinya bergerak dengan cepat
melalui suatu terowongan panjang yang gelap.
Setelah ini, ia tiba-tiba berada di luar jasadnya, tapi
masih tetap dalam lingkungan yang sama. Dan ia
melihat jasadnya dari suatu jarak, seolah-olah ia
seorang penonton. la menyaksikan usaha
menghidupkannya kembali dari tempat ia berada, dan
ia berada dalam pergolakan emosi yang hebat.
Setelah beberapa saat, ia sadar dan mulai terbiasa
dengan keadaannya yang aneh. Ia tahu bahwa ia
masih mempunyai badan. Tapi dengan sifat-sifat dan
kekuatan-kekuatan yang sangat berlainan dengan
jasad yang baru ditinggalkannya. Tidak lama
kemudian hal-hal lain mulai terjadi. la melihat arwah
saudara-saudara dan kawan-kawan yang sudah
meninggal, dan suatu makhluk cahaya yang penuh
kehangatan dan cinta kasih yang belum pernah
ditemuinya muncul di hadapannya. Makhluk ini
mengajukan pertanyaan-pertanyaan tanpa kata-kata
padanya. Makhluk tersebut memintanya untuk
menilai kehidupannya dan membantunya dengan
menunjukkan kilasan kejadian-kejadian penting
dalam hidupnya secara tiba-tiba. Pada suatu saat ia
merasa dirinya mendekati suatu rintangan atau batas
yang nampaknya merupakan batas antara hidup
duniawi dan hidup selanjutnya. Tapi ia merasa bahwa
ia harus kembali ke dunia, bahwa saat kematiannya
belumlah tiba. Pada saat ini ia memberontak, karena
ia telah begitu terpikat oleh pengalaman-
pengalamannya akan kehidupan kemudian dan ia
tidak ingin kembali. Ia dipenuhi oleh rasa gembira,
cinta dan kedamaian yang meluap-luap. Meskipun
demikian, entah bagaimana, ia bersatu kembali
dengan jasadnya dan hidup. Setelah kejadian ini ia
berusaha menceritakannya pada orang lain, tapi ia
mengalami kesulitan. Pertama, ia tidak dapat
menemukan kata kata yang mampu menggambarkan
kejadian-kejadian aneh tadi. Dan ternyata orang
mencemoohkannya, maka ia berhenti
menceritakannya pada orang lain. Tapi pengalaman
ini tetap mempengaruhi hidupnya, terutama
pandangan- nya mengenai kematian dan hubungan
dengan kehidupan.
Perlu diingat bahwa uraian di atas bukanlah
pengalaman seseorang. Tapi hal tersebut merupakan suatu
"contoh", suatu gabungan unsur-unsur umum yang
ditemukan dalam banyak kisah. Hal ini saya perkenalkan
di sini hanya untuk memberikan suatu gambaran
pendahuluan secara garis besar tentang apa yang mungkin
dialami oleh seseorang yang meninggal. Karena ini
merupakan suatu kesimpulan dan bukan suatu kisah
sesungguhnya, dalam bab ini saya akan membicarakan
setiap unsur secara terperinci dengan memberikan contoh-
contoh.
Sebelum melakukan hal ini, beberapa fakta perlu
dijelaskan guna meletakkan sisa penjelasan saya tentang
pengalaman kematian pada proporsi yang tepat.
1) Meskipun banyak persamaan dalam berbagai
pengalaman, namun tidak ada yang tepat sama
(walaupun beberapa memang hampir sama).
2) Saya tidak menemukan seorangg pun yang telah
mengisahkan setiap unsur yang terdapat dalam
laporan gabungan di atas. Banyak yang telah
mengisahkan sebagian besar dari unsur-unsur
tersebut (kira-kira delapan atau lebih dari lima
belas perkara) dan beberapa orang telah melapor
kan sampai dua belas persamaan.
3) Tidak ada satu unsur pun dari pengalaman
gabungan di atas yang selalu muncul dalam setiap
laporan yang diberikan, meskipun demi-kian,
beberapa unsur ini sifatnya hampir universal.
4) Tidak ada satu unsur pun dari contoh abstrak saya
yang muncul hanya dalam satu kisah. Setiap
unsur selalu muncul dalam beberapa kisah.
5) Setiap orang yang meninggal dapat mengalami
urutan peristiwa yang berbeda dari apa yang saya
kisahkan dalam "contoh teoretis" saya. Sebagai
contoh, beberapa orang mengisahkan telah meli-
hat "makhluk cahaya" sebelum atau pada saat
mereka meninggalkan jasad mereka, dan tidak
beberapa saat sesudahnya seperti dalam "contoh".
Tapi urutan peristiwa yang terjadi adalah suatu
urutan yang khas dan penyimpangan yang jauh
hampir tidak ada.
6) Seberapa jauh seseorang yang meninggal menga-
lami hal-hal seperti yang dikisahkan dalam
pengalaman lengkap di atas, tergantung apakah
orang tersebut mengalami kematian klinis. Dan
bila ia mengalaminya untuk berapa lama. Pada
umumnya orang yang telah "meninggal" mengi-
sahkan suatu pengalaman yang lengkap dan
penuh variasi dibanding dengan mereka yang
hanya menghadapi maut. Dan bahwa mereka
yang meninggal untuk waktu yang lebih lama
berjalan lebih jauh daripada mereka yang
meninggal untuk wakti yang lebih singkat.
7) Saya telah berbicara dengan beberapa orang telah
dinyatakan mati, dihidupkan kembali dan kembali
tanpa mengalami unsur-unsur dasar tersebut.
Mereka memang menyatakan bahwa mereka
tidak ingat apa-apa tentang "kematian" mereka.
Suatu hal yang menarik adalah bahwa saya telah
berbicara dengan beberapa orang yang secara
klinis dinyatakan mati beberapa kali dalam
jangka waktu beberapa tahun. Mereka
mengatakan bahwa mereka tidak merasakan apa-
apa pada salah satu kematian mereka, tapi pada
kematian lainnya mereka mengalami sesuatu
yang begitu melibatkan diri mereka.
8) Saya tekankan bahwa saya terutama menulis
tentang laporan, kisah atau cerita yang dikisah-
kan orang lain secara lisan kepada saya dalam
Suatu wawancara. Jadi apabila saya sebutkan
bahwa salah satu unsur dari pengalaman abstrak
dan "lengkap yang saya ungkapkan tidak dise
butkan dalam kisah tersebut, saya tidak bermak-
sud untuk menyatakan bahwa hal tersebut tidak
dialami orang yang bersangkutan. Yang saya
maksudkan adalah bahwa orang ini tidak
menceritakan pada saya bahwa hal ini terjadi,
atau bahwa hal ini tidak tampak dialaminya
secara nyata berdasar kisah yang diceritakannya.
Ber- dasar rangka tersebut, baiklah kita lihat
beberapa tahap dan kejadian dari pengalaman
orang yang "mati".
Sesuatu Yang Tak Terlukiskan
Pengertian umum yang kita miliki tentang bahasan
tergantung dari adanya suatu pengalaman bersama di
mana kita semua mengambil bagian. Hal ini menimbulkan
kesukaran yang menyulitkan pembicaraan berikut ini.
Kejadian yang dialami oleh mereka yang dekat dengan
maut terletak di luar pengalaman kita, sehingga kita
menduga adanya kesulitan bahasa dalam mengungkapkan
apa yang dialaminya. Justru inilah persoalannya. Orang-
orang yang bersangkutan sepakat menyatakan bahwa
pengalaman mereka tidak dapat dilukiskan, "tidak dapat
diungkapkan".
Banyak orang menyatakan bahwa "Tidak ada kata-
kata yang dapat mengungkapkan apa yang ingin
kukatakan" atau "Mereka tidak membuat kata sifat dan
bentuk superlatif untuk menggambarkan ini". Seorang
wanita mengatakan hal ini dengan ringkas pada saya
ketika ia berkata,
Nah, ada suatu persoalan bagi saya dalam
menceritakan hal ini pada Anda, karena semua kata-
kata yang kukenal adalah kata-kata tiga dimensi.
Ketika aku mengenang ini, aku berpikir "Ketika aku
mempelajari ilmu ukur, mereka selalu menyatakan
padaku bahwa hanya ada tiga dimensi dan aku selalu
menerima hal ini. Tapi mereka salah. Ada yang lebih.
" Dan tentu saja dunia kita ini, yang kita tinggali
sekarang, tigadimensi, tapi dunia berikutnya pasti
tidak. Dan itulah yang menyebabkan hal ini sukar
diceritakan. Aku harus menggambarkan ini pada
Anda dalam kata-kata tiga dimensi. Itu adalah yang
paling mendekati, tapi sebenarnya tidak memadai.
Aku sungguh-sungguh tak dapat memberikan suatu
gambaran lengkap pada Anda.

Mendengar Berita
Banyak orang menceritakan bahwa mereka men-
dengar dirinya dinyatakan mati oleh dokter atau orang
lain yang menyaksikan. Seorang wanita mengisahkan
pada saya,
Aku berada di rumah sakit tapi mereka tidak tahu
apa yang kuderita. Oleh karenanya dokterku, Dr.
James, menyuruh aku ke bawah, ke seorang ahli
radiologi, untuk memotret hatiku agar mereka tahu.
Karena aku peka terhadap banyak obat, mereka mula-
mula mencoba obat yang akan mereka berikan pada
lenganku. Tapi tidak ada reaksi, sehingga mereka
melanjutkan pengobatan. Tapi ketika kali ini mereka
mempergunakan obat itu, aku tak sadarkan diri. Aku
mendengar ahli radiologi yang sedang merawatku
pergi ke tilpon dan aku mendengar dengan jelas
ketika ia memutarnya. Aku mendengar 1a berkata,
"Dr. James, aku telah membunuh pasien Anda, Mrs.
Martin." Dan aku tahu bahwa aku tidak mati. Aku
berusaha bergerak atau memberi tahu mereka, tapi
tak dapat. Ketika mereka berusaha menghidupkanku
kembali, aku dapat mendengar mereka
memerintahkan memberiku beberapa cc sesuatu, tapi
aku tak merasakan jarum-jarum masuk. Aku tak
merasakan apa apa ketika mereka menyentuhku.
Seorang wanita lain, yang pernah mengalami
gangguan jantung, mendapat serangan jantung yang
hampir menyebabkannya kehilangan nyawanya.
la berkata, Tiba-tiba aku dicéngkeram oleh rasa
sakit hebat di dadaku, seakan-akan sebuah cincin besi
menjepit bagian tengah dadaku dengan keras.
Suamiku dan seorang teman kami mendengar aku
jatuh dan datang berlari untuk menolongku. Aku
ternyata berada dalam kegelapan, aku mendengar
suamiku berkata dalam suara yang terdengar sangat
jauh, "Sekali inilah saatnya

Dan aku berpikir, "Ya, memang."


Seorang pria muda yang diperkirakan telah
meninggal setelah mengalami kecelakaan mobil berkata,
"Aku mendengar seorang wanita yang ada di sana
berkata, 'Apakah ia mati? dan seorang lain berkata, Ya, ia
telah mati.' Laporan seperti ini cocok dengan apa yang
dika- takan dan dingat oleh para dokter dan mereka yang
hadir. Misalnya, seorang dokter berkata pada saya,
Seorang pasien wanitaku jantungnya berhenti
berdenyut tepat sebelum seorang ahli bedah dan aku
sendiri hendak membedahnya. Aku pasti akan hal ini
dan aku melihat teleng matanya melebar. Untuk
beberapa saat kami mencoba untuk
menghidupkannya kembali, tapi kami tidak berhasil.
Jadi aku berpendapat bahwa ia telah mati. "Marilah
kita coba sekali lagi, bila tak berhasil barulah kita
menyerah," kataku pada dokter yang bekerja sama
denganku. Kali ini kami berhasil membuat
jantungnya berdenyut kembali dan ia sadar. Beberapa
saat kemudian aku menanyakan apakah yang
diingatnya tentang kematiannya". la berkata bahwa
tidak banyak yang ia ingat, kecuali bahwa ia
mendengar aku berkata, "Marilah kita coba sekali
lagi, bila tidak berhasil barulah kita menyerah."

Perasaan Damai dan Tenang


Banyak orang menggambarkan tentang perasaan dan
sensasi yang sangat menyenangkan pada tahap permulaan
pengalaman mereka. Seorang pria, setelah mengalami
luka berat pada kepalanya, tak menampakkan lagi tanda-
tanda kehidupan. Seperti yang dikatakannya,
Pada saat terluka aku merasakan suatu perasaan
sakit yang amat hebat, tapi kemudian segala rasa
sakit hilang. Aku merasa seperti mengambang dalam
ruangan gelap. Hari amat dingin, tapi sementara aku
dalam kegelapan itu, aku hanya merasakan
kehangatan dan suatu perasaan menyenangkan yang
belum pernah kurasakan... .......Aku ingat bahwa
suatu pikiran terlintas dalam benakku, "Aku tentu
sudah mati."
Seorang wanita yang berhasil dihidupkan kembali
setelah mengalami serangan jantung menyatakan,
Aku mulai merasakan suatu perasaan yang amat
menyenangkan. Aku tak dapat merasakan suatu
perasaan lain kecuali kedamaian, kenyamanan,
kesenangan hanya ketenangan. Aku merasa bahwa
semua persoalanku telah lenyap dan aku berpikir,
"Ah, betapa tenang dan damainya, dan aku tidak
merasa sakit sama sekali."
Seorang pria lain ingat,
Aku hanya merasakan suatu perasaan
kesendirian dan kedamaian yang amat
menyenangkan. ……Perasaan itu begitu indahnya,
dan aku merasakan suatu kedamaian dalam diriku.
Seorang pria yang "mati" setelah terluka dalam
perang Viet Nam mengatakan bahwa begitu 1a terluka ia
merasakan,
Suatu perasaan lega yang luar biasa. Tak ada rasa
sakit dan aku tak pernah merasa begitu santai. Aku
merasa tenteram dan semua begitu indah.

Suara
Pada banyak kejadian, dilaporkan adanya ber macam
perasaan yang merangsang pendengaran pada saat
kematian atau menjelang kematian. Kadang kala hal ini
sangat tidak menyenangkan. Seorang pria yang mati
selama dua puluh menit dalam menjalani pembedahan
perut menggambarkan adanya "suatu suara dengung
mengganggu yang datang dari dalam kepalanya. Hal ini
membuatku merasa tidak enak ……Aku tak akan
melupakan suara itu." Seorang wanita menceritakan
bahwa ia mendengar, "suatu suara berdering" ketika ia
kehilangan kesadarannya. Ia berkata selanjutnya, "Suara
itu dapat dilukiskan sebagai suara berdering. Dan aku
berada dalam keadaan berputar-putar." Saya telah
mendengar sensasi tidak menyenangkan ini digambarkan
sebagai bunyiklik" keras, raungan, letusan dan sebagai
"suara siulan angin".
Pada kejadian lain efek suara ini berupa bunyi musik
menyenangkan. Misalnya, seorang pria yang dihidupkan
kembali setelah dinyatakan mati pada saat kedatangannya
di rumah sakit, mengatakan tentang pengalamannya
selama ia mati,
Aku mendengar suara seperti bunyi lonceng
yang jauh sekali, seakan-akan terbawa angin.
Suaranya mirip lonceng angin Jepang.... Itulah satu-
satunya suara yang dapat kudengar pada saat-saat
tertentu. Seorang wanita muda yang hampir mati
karena pendarahan dalam disebabkan oleh
penggumpalan darah, mengatakan bahwa pada saat ia
tak sadarkan diri "Aku mulai mendengar sejenis
musik, musik yang agung dan sungguh-sungguh
indah.

Terowongan Gelap
Sering kali bersamaan dengan terdengarnya suara
tersebut, orang merasakan seolah olah dirinya ditarik
melalui suatu ruangan gelap dengan kecepatan tinggi.
Banyak kata-kata yang saling berlainan digunakan untuk
menggambarkan ruangan ini. Saya telah mendengar
ruangan ini digambarkan sebagai sebuah gua, sumur,
sebuah daerah berbatas, terowongan, cerobong, suatu
kehampaan, suatu kekosongan, sebuah selokan, lembah
dan sebuah tabung .
Meskipun orang mempergunakan macam-macam
istilah, jelas bahwa mereka semua ingin mengutarakan
satu ide. Marilah kita lihat dua kisah tentang kesan
"terowongan" yang paling menonjol.
Hal ini terjadi pada diriku sewaktu aku masih
seorang anak berumur sembilan tahun. Itu dua puluh
tujuh tahun yang lalu, tapi hal ini begitu melekat
dalam ingatanku sehingga tak mungkin terlupakan.
Suatu sore aku benar-benar sakit dan mereka dengan
segera membawaku ke rumah sakit. Ketika aku tiba
di sana mereka memutuskan untuk membiusku,
mengapa aku pun tak tahu karena waktu itu aku
masih terlalu muda. Waktu itu mereka menggunakan
eter.
Mereka membiusku dengan eter dengan jalan
menutupkan sehelai kain ke hidungku. Dan ketika hal ini
mereka lakukan jantungku berhenti berdenyut, demikian
mereka katakan kemudian. Saat itu aku tak tahu bahwa
hal itu terjadi atas diriku. Apa pun yang terjadi saat itu,
aku mendapatkan suatu pengalaman. Sekarang aku akan
menggambarkan pada Anda tepat seperti apa yang aku
rasakan. Hal yang pertama terjadi adalah bahwa aku
mendengar suara ber dering brrrnnnnng-brrnnng
brrrrrrnnnnnng yang sangat teratur. Kemudian aku seperti
bergerak melalui suatu tempat panjang dan gelap. Anda
pasti menganggapnya aneh. Tempat itu seperti sebuah
selokan. Aku tak dapat menggambarkannya pada Anda.
Aku bergerak mengikuti irama suara ini, suara berdering.
Seorang informan lain mengatakan,
Aku menunjukkan suatu reaksi alergis terhadap sejenis
obat bius setempat, dan aku berhenti bernafas. Aku
mengalami kegagalan pernafasan. Apa yang kemudian
terjadi, terjadi dengan cepat sekali. Aku melalui suatu
ruangan hampa gelap dengan kecepatan tinggi. Kurasa
Anda dapat menyamakannya dengan sebuah terowongan.
Aku merasa seperti menaiki sebuah coaster di sebuah
taman hiburan yang dengan kecepatan tinggi melalui
sebuah terowongan.

Sementara menderita sakit berat seorang pria berada


begitu dekat dengan kematian sampai teleng matanya
melebar dan badannya menjadi dingin. la berkata,
Aku berada dalam suatu kehampaan gelap pekat.
Ini sangat sulit untuk dijelaskan tapi aku merasa
seperti bergerak dalam suatu kehampaan. Seperti
melalui suatu kegelapan. Rasanya seperti berada
dalam tabung yang tidak mengandung udara. Suatu
perasaan menerawang, seakan akan kita setengah di
sini dan setengah di suatu tempat lain.
Seorang pria yang "mati" beberapa kali setelah
mengalami luka bakar yang berat dan luka-luka lain
karena terjatuh berkata,
Aku berada dalam keadaan shock selama kurang
lebih seminggu, dan selama itu tiba-tiba aku berada
dalam suatu kehampaan gelap.
Rasanya aku tinggal di sana untuk waktu lama,
mengapung dan terjungkir balik dalam ruang
hampa .. Aku begitu tercekam oleh keham- paan ini,
sampai aku tidak memikirkan hal-hal lain.
Sebelum mendapatkan pengalaman ini, yang terjadi
sewaktu ia masih kanak-kanak, seorang pria merasa takut
akan kegelapan. Tapi ketika jantungnya berhenti
berdenyut disebabkan oleh luka dalam pada suatu
kecelakaan sepeda,
Aku merasa bahwa aku bergerak melalui suatu
lembah dalam dan sangat pekat, sampai sampai aku
tak dapat melihat apa-apa. Akan tetapi hal ini
merupakan pengalaman sangat menyenangkan yang
pernah kualami, dan aku merasa bebas dari segala
persoalan.
Seorang wanita yang menderita radang selaput perut
menceritakan,
Dokter telah memanggil masuk saudara laki- laki
dan saudara perempuanku untuk melihatku terakhir
kalinya. Juru rawat memberikan suntik untuk
memudahkan kematianku. Segala sesuatu di
sekelilingku mulai tampak semakin menjauh.
Sementara itu aku masuk, kepala dulu, ke dalam
sebuah lorong sempit dan amat gelap. Lorong itu pas
dimasuki tubuhku, tidak an ada ruang sisa. Aku mulai
meluncur turun, turun, turun.

Setelah hampir mati karena mengalami kecelakaan


lalu lintas, seorang wanita menyamakan pengalamannya
dengan sebuah pertunjukan di televisi,
Ada perasaan kedamaian dan ketenangan luar
biasa. Tak ada rasa takut, dan aku mendapatkan
diriku dalam sebuah terowongan, suatu terowongan
penuh lingkaran-lingkaran konsentris. Tidak lama
setelah itu aku melihat sebuah acara TV berjudul The
Time Tunnel di mana orang kembali ke masa lampau
melalui terowongan serupa. Yah, itulah hal yang
paling mirip yang dapat kuingat.
Seorang pria yang hampir mati memberikan suatu
persamaan yang agak berbeda. Suatu persamaan
berdasarkan latar belakang keagamaannya. la berkata,
Tiba-tiba aku berada dalam lembah yang sangat
gelap dan sangat dalam. Seakan-akan ada sebuah
jalan setapak, hampir seperti jalan, melalui lembah
itu, dan aku berjalan di atas nya …….Setelah aku
sembuh, aku tiba-tiba berpikir, "Nah, sekarang aku
tahu apa yang dimaksud Kitab Injil dengan 'lembah
bayangan kematian', karena aku pernah berada di
sana."

Keluar dari Badan


Adalah suatu kenyataan bahwa sebagian besar
dari kita sering kali mengenali diri kita sendiri
sebagaimana jasad fisiknya. Kita menerima
kenyataan bahwa kita memiliki "akal". Tapi bagi
kebanyakan orang “akal" kita hanyalah bersifat
sementara bila dibandingkan dengan jasad kita.
"Akal" tidak lain adalah akibat dari kegiatan listrik
dan kimiawi yang terjadi dalam otak, yang adalah
sebagian dari jasad kita. Adalah sangat sukar bagi
kebanyakan orang untuk membayangkan suatu
eksistensi lain daripada di dalam jasad sebagaimana
kebiasaannya.. Orang-orang yang telah saya
wawancarai, sebagai suatu kelompok, tidaklah jauh
berbeda sikapnya tentang hal tersebut seperti juga
orang lain pada umumnya. Ini sebelum mereka
mendapat pengalaman tentang kematian. Itulah
sebabnya mengapa seseorang yang meninggal sering
kali terkejut setelah melewati perjalanan singkatnya
melalui terowongan gelap. Karena pada saat ini ia
melihat jasadnya dari suatu kedudukan di luarnya,
seakan-akan ia "seorang penonton atau orang ketiga
dalam ruangan atau menyaksikan bentuk-bentuk dan
kejadian "dalam pementasan sandiwara" atau "dalam
film". Marilah sekarang kita lihat bagian dari
beberapa laporan di mana pengalaman "di luar
badan" yang aneh ini dilukiskan.
Aku berumur tujuh belas tahun dan kakak
laki-lakiku serta aku sendiri bekerja pada sebuah
taman hiburan. Suatu sore kami memutuskan
untuk pergi berenang. Beberapa orang anak
muda pergi bersama kami. Mari berenang
menyeberangi telaga," kata seseorang. Aku telah
sering kali melakukannya, tapi oleh satu atau lain
hal hari itu aku tenggelam ketika berada di
tengah telaga. Aku timbul tenggelam dalam air,
dan tiba-tiba aku seolah-olah merasa berada di
luar badanku, jauh dari semua orang, seorang diri
di angkasa. Meskipun aku merasa tetap berada
dalam ketinggian sama, aku melihat tubuhku
timbul tenggelam di air dalam jarak tiga atau
empat meter. Aku melihat tubuhku dari belakang
dan sedikit di sebelah kanan. Aku tetap merasa
bahwa aku mempunyai tubuh utuh, walaupun
aku berada di luar tubuhku sendiri.
Aku merasa ringan, seringan kapas. Suatu
pera- saan yang sukar dilukiskan.

Seorang wanita menceritakan,


Kira-kira setahun yang lalu aku masuk ru-
mah sakit karena penyakit jantung, dan keesokan
harinya, sementara aku terbaring. aku mengalami
rasa sakit yang hebat di dadaku. Aku menekan
tombol di sebelah tempat tidur untuk memanggil
juru rawat. Mereka masuk dan mulai menangani
diriku. Aku merasa tidak enak ber baring
tengkurap, badanku. Dan ketika hal ini
kulakukan, aku maka aku membalikkan berhenti
bernatas dan jantungku berhenti berdenyut. Pada
saat itu aku mendengar para juru rawat berkata,
"Tanda merah! Tanda merah!" Sementara
mereka mengucapkan kata-kata tersebut, aku
merasa diriku bergerak meninggalkan badanku
dan menggelincir di antara kasur dan jeruji besi
dan terus ke lantai. Sebenarnya aku merasa
seakan-akan menembus jeruji besi. Kemudian
aku mulai naik perlahan-lahan. Dalam pada itu
aku melihat semakin banyak juru rawat masuk ke
kamarku, menurut per kiraanku ada dua belas
orang juru rawat. Dokter pribadiku kebetulan
sedang berkeliling di rumah sakit, mereka
memanggilnya dan aku melihatnya masuk ke
kamarku juga. "Apa yang sedang dilakukannya
di sana," pikirku. Dengan jelas aku melihat bola
lampu dari samping ketika aku melewatinya.
Dan kemudian aku berhenti, aku mengapung di
bawah langit-langit dan melihat ke bawah. Aku
merasa seperti sehelai kertas yang telah ditiup ke
langit-langit. Dari sana aku melihat mereka
berusaha menghidupkanku kembali. Badanku
tampak jelas terbaring di atas tempat tidur, dan
mereka semua berdiri mengelilinginya. Aku
mendengar seorang juru rawat berkata, "Oh
Tuhanku! Dia telah meninggal! Sementara
seorang juru rawat lain memberikan pernafasan
buatan melalui mulut ke mulut. Aku memandang
belakang kepalanya sementara ia melakukannya.
Aku tak dapat melupakan bentuk rambutnya;
rambutnya dipotong agak pendek. Pada saat itu
mereka membawa sebuah mesin ke dalam
kamar, dan mereka mulai memberikan kejutan-
kejutan pada dadaku. Ketika hal itu mereka
lakukan, aku mendengar gemertaknya setiap
tulang dalam tubuhku. Sangat mengerikan!
Sementara aku melihat mereka memukul dadaku
dan menggosok lengan serta kakiku, aku
berpikir, "Mengapa mereka begitu bersusah
payah? Aku merasa baik-baik saja sekarang."

Seorang pemuda mengatakan,


Ini terjadi kira-kira dua tahun yang lalu
ketika aku baru saja berumur sembilan belas
tahun. Aku mengantarkan seorang temanku
pulang dengan mobilku. Ketika aku sampai pada
suatu persimpangan di kota, aku berhenti dan
melihat ke kiri dan kanan, aku tidak melihat apa-
apa. Aku menjalankan kendaraanku
menyeberangi persimpangan dan waktu itu aku
mendengar kawanku berteriak keras-keras.
Ketika aku menoleh tampak sinar menyilaukan,
sinar lampu sebuah mobil yang sedang melaju
dengan kecepatan tinggi ke arah kami. Aku
mendengar suara mengerikan, suara sisi mobil
yang hancur, dan dalam sekejap aku seakan
melalui kegelapan sebuah ruangan tertutup.
Semuanya terjadi dengan sangat cepat.
Kemudian aku seperti mengapung kira-kira satu
setengah meter di atas jalan dan dalam jarak satu
setengah meter dari mobil, dan aku mendengar
suara benturan semakin menghilang. Aku
melihat orang-orang berlari mendekati dan
mengerumuni mobil, dan aku melihat kawanku
keluar dari mobil. Tam- paknya ia dalam
keadaan terkejut. Di antara kerumunan orang aku
melihat tubuhku dalam rongsokan mobil dan aku
melihat mereka beru saha mengeluarkan
tubuhku. Kakiku terpuntir dan darah berceceran
di mana-mana.

Seperti dapat kita bayangkan, beberapa perasaan


dan pikiran berlawanan terlintas dalam benak mereka
yang mengalaminya. Banyak orang merasa bahwa
"keluar dari tubuh" merupakan sesuatu yang tidak
masuk akal sehingga ketika mereka mengalaminya,
kejadian itu membuat mereka bingung dan untuk
sementara waktu mereka tidak menghubungkannya
dengan kematian. Mereka merasa heran atas apa yang
terjadi pada diri mereka; mengapa mereka dengan
tiba-tiba dapat melihat diri mereka sendiri dalam
suatu jarak, seperti seorang penonton? Tanggapan
emosional atas hal ini sangat berbeda. Kebanyakan
mengatakan bahwa mula-mula mereka ingin kembali
ke tubuhnya, tapi tidak tahu bagaimana caranya.
Sebagian lagi mengatakan bahwa mereka merasa
sangat takut, hampir panik. Tapi sebagian lagi
menyatakan tanggapan lebih positif terhadap kejadian
ini, seperti yang diceritakan berikut ini,

Aku sakit keras dan dokter memasukkanku


ke rumah sakit. Pada suatu pagi, suatu kabut
kelabu tebal mengungkungku dan aku mening
galkan tubuhku. Ketika itu aku merasa seperti
mengapung dan aku menoleh ke belakang. Aku
dapat melihat diriku terbaring di tempat tidur di
bawah sana dan aku tidak merasa takut.
Semuanya tenang-sangat damai dan tenteram.
Aku sama sekali tidak merasa bingung atau
takut. Aku merasa sangat tenang dan ini
bukanlah sesuatu yang kutakuti. Aku merasa
bahwa mungkin aku sedang menghadapi
kematian dan seandainya aku tidak kembali ke
tubuhku maka aku akan mati.
Dalam pandangan orang yang bersangkutan
tentang jasad yang mereka tinggalkan juga terdapat
perbedaan, menyolok. Jamak apabila seseorang
merasa prihatin akan tubuhnya. Seorang wanita
muda, yang masih berkedudukan sebagai siswa
perawat ketika kejadian ini menimpanya,
menunjukkan rasa takut yang dapat dimengerti.
Aku tahu bahwa hal ini aneh, tapi di sekolah
perawat mereka mencoba menanamkan dalam
diri kita anggapan bahwa tubuh kita harus di
Sumbangkan untuk ilmu pengetahuan. Nah,
sementara aku menyaksikan mereka berusaha
untuk menghidupkan pernafasanku kembali aku
berpikir, "Aku tak ingin mereka menggunakan
tubuh itu sebagai mayat percobaan."
Saya telah mendengar dua orang mengemukakan
pendapat yang sama ketika mereka berada di luar
tubuh mereka. Yang menarik adalah bahwa keduanya
berkecimpung dalam dunia kedokteran, yang satu
seorang dokter dan yang satu lagi seorang Juru rawat.
Pada kasus lain, keprihatinan timbul dalam bentuk
kekecewaan. Jantung seorang pria berhenti berdenyut
setelah ia terjatuh dan tubuhnya luka berat. Ia
berkata,
Sekarang aku tahu bahwa aku terbaring di
tempat tidur, tapi pada saat itu aku tak dapat
melihat tempat tidur maupun dokter yang me-
rawatku. Hal ini tak dapat kumengerti, tapi aku
melihat tubuhku terbaring di atas tempat tidur
dan aku merasa sangat sedih ketika melihat dan
menyaksikan betapa rusaknya tubuhku.
Beberapa orang menceritakan timbulnya pera-
saan asing terhadap tubuh mereka, seperti dalam
kisah berikut,

Wah, aku sungguh-sungguh tak tahu bahwa


aku kelihatan seperti itu. Aku terbiasa melihat
diriku dalam potret atau di depan cermin, dan
keduanya tampak rata. Tapi tiba-tiba aku atau
tubuhku ada di sana dan aku dapat melihatnya.
Aku dapat melihatnya dengan jelas dari jarak
satu setengah meter. Untuk beberapa saat aku tak
mengenali diriku sendiri.
Perasaan tidak kenal diri ini, dalam laporan lain
bahkan terasa berlebihan dan lucu. Seorang dokter
pria bercerita bagaimana ia berada di sisi tempat tidur
dan memandang mayatnya sendiri selama "kematian"
klinisnya. Mayatnya pada saat itu telah berubah
menjadi abu-abu sebagaimana halnya tubuh orang
yang mati. Dengan perasaan putus asa dan bingung ia
memikirkan apa yang akan dilakukannya. Untuk
sementara ia memutuskan untuk pergi saja karena ia
merasa gelisah. Semasa kanak-kanaknya ia pernah
mendengar cerita kakeknya tentang hantu, dan
berlawanan dengan hal ini, ia merasa tidak senang
berada di dekat benda itu, yang tampak seperti tubuh
mati ̶ meskipun itu diriku sendiri!"
Di pihak lain, beberapa orang mengatakan
kepada saya bahwa mereka tidak memiliki perasaan
apa-apa terhadap tubuh mereka. Seorang wanita,
misalnya, mendapat serangan jantung dan merasa
pasti bahwa ia akan mati. Ia merasa dirinya ditarik
keluar dari tubuhnya melalui suatu kegelapan, dan
dengan cepat bergerak menjauh. Ia berkata,
Aku sama sekali tidak memandang tubuhku.
Oh, aku tahu tubuhku berada di sana dan aku
pasti akan dapat melihatnya seandainya aku
menoleh. Tapi aku tidak ingin menoleh, sama
sekali tidak, karena aku tahu aku telah berbuat
hal yang sebaik-baiknya semasa hidupku, dan
kini aku memusatkan perhatianku pada dunia
lain. Aku berpendapat bahwa menoleh kepada
tubuhku berarti melihat masa lalu, dan aku telah
berketetapan untuk tidak melakukan hal ini.
Seorang gadis mendapat pengalaman di luar
tubuh yang terjadi setelah suatu kecelakaan di mana
ia mengalami luka parah, menyatakan hal serupa. Ia
berkata,
Di antara orang-orang aku dapat melihat
tubuhku tertindih rongsokan mobil, tapi aku
tidak mempunyai perasaan apa-apa. Seakan-akan
itu tubuh seorang manusia lain atau mungkin
hanya sebuah benda.... Aku tahu itu tubuhku tapi
aku tidak merasakan sesuatu.
Di samping kengerian keadaan tak bertubuh ini,
keadaannya terjadi begitu tiba-tiba, sehingga orang
yang mati baru akan menyadari keadaannya setelah
beberapa saat lewat. Ia mungkin telah berada di luar
tubuhnya untuk beberapa saat, dan tengah berusaha
untuk mengerti apa yang terjadi atas dirinya dan yang
melintasi benaknya sebelum ia sadar bahwa ia tengah
menghadapi kematian atau bahkan sudah mati.
Bila ia menyadari hal ini, maka kejadian tersebut
akan disertai dengan suatu kekuatan emosi hebat dan
membangkitkan pikiran-pikiran yang mengejutkan.
Seorang wanita ingat bahwa ia berpikir, "Oh, aku mati!
Alangkah baiknya!" Seorang pria menyatakan bahwa
pikiran berikut terlintas dalam benaknya, "Ini tentu apa
yang dimaksud dengan kematian'" Meskipun ia telah
menyadari kejadian ini, tapi kesadaran akan hal ini
mungkin disertai dengan rasa tercengang, dan bahkan
suatu penolakan terhadap keadaan ini. Seorang pria,
misalnya, ingat bahwa ia memikirkan janji Kitab Injil
mengenai "tiga kali dua puluh dan sepuluh tahun" dan ia
membantah bahwa ia baru melampaui "tidak sampai dua
puluh'" tahun. Seorang wanita muda mengisahkan suatu
pengalaman mengesankan ketika ia berkata bahwa,
Aku pikir aku telah mati dan aku tidak merasa
menyesal, tapi aku tidak mengerti harus pergi ke
mana. Pikiran dan kesadaranku sama seperti ketika
aku masih hidup, tapi semua ini tidak kumengerti.
Aku terus-menerus berpikir, "Akan pergi ke manakah
aku ini? Apa yang akan kuperbuat? dan Ya Tuhan,
aku mati Aku tak percaya !" Kupikir kita tak pernah
per- caya bahwa kita akan mati. Kematian adalah
sesuatu yang selalu terjadi pada orang lain, dan
meskipun Anda mengetahuinya, tapi dalam hati kecil
Anda, Anda tak permah mempercayalnya ……Maka
kuputuskan untuk menunggu sampai semua keributan
telah berakhir dan mereka membawa tubuhku pergi.
Dan setelah itu baru aku akan mencoba untuk
mengetahui harus pergi ke mana.
Pada beberapa kasus yang telah saya pelajari, pada
saat roh, pikiran, kesadaran (atau apa pun Anda ingin
menyebutnya) orang yang mati mening- galkan tubuhnya,
mereka tidak merasa bahwa mereka berada dalam suatu
"jasad". Mereka mera- sakan dirinya menyerupai
"kesadaran" murni. Se- orang pria mengisahkan bahwa
selama pengalaman- nya 1a merasa seakan-akan dapat
melihat segala sesuatu di sekelilingku, termasuk seluruh
tubuhku yang terbaring di atas tempat tidur; seakan-akan
aku ini tidak memakan tempat." Maksudnya bahwa ia
seakan-akan tidak lebih dari suatu titik kesadaran.
Beberapa orang lainnya tidak dapat mengingat dengan
pasti apakah mereka berada dalam suatu "jasad" atau
tidak setelah mereka meninggalkan jasad pisiknya. Ini
oleh karena mereka begitu terpukau oleh kejadian di
sekitarnya.
Tapi kebanyakan orang yang saya selidiki,
mengisahkan bahwa setelah terlepas dari jasadnya,
mereka ternyata berada dalam jasad lain. Tapi untuk
selanjutnya kita sampai pada suatu hal yang sukar
diperbincangkan. Keterbatasan bahasa manusia
merupakan halangan terbesar untuk mengungkapkan
tentang "jasad baru" ini, yang merupakan satu dari dua
atau tiga aspek pengalaman kematian. Hampir semua
orang yang menyebutkan tentang "jasad" ini menjadi
kecewa pada suatu saat tertentu dan berkata "Aku tak
dapat melukiskannya," atau memberi komentar yang
bernada serupa.
Meskipun demikian, kisah mengenai jasad ini mirip
satu sama lainnya. Jadi, walaupun individu berlainan
mempergunakan kata berbeda dan menarik analogi
berbeda, pengungkapan yang beraneka ragam ini tetap
terletak dalam satu lingkup. Laporan-laporan yang
bermacam-macam juga memiliki persamaan tentang sifat-
sifat umum jasad baru ini. Jadi, dalam memilih suatu
istilah yang mencakup hampir seluruh sifat-sifat ini, dan
yang telah digunakan oleh beberapa orang, saya akan
menyebutnya sebagai jasad spiritual".
Orang-orang yang mati umumnya mulai menyadari
jasad spiritualnya dalam bentuk keterbatasannya. Ketika
keluar dari jasad fisiknya, mereka menyadari bahwa orang
lain tak akan dapat mendengar mereka, betapapun besar
usaha mereka menceritakan nasib mereka pada orang lain.
Hal ini tertulis dengan jelas dalam ringkasan kisah
seorang wanita yang mengalami penghentian pernafasan,
dan dibawa ke dalam ruang darurat di mana ia berusaha
dihidupkan kembali. Aku melihat mereka berusaha
menghidupkanku kembali. Kesemuanya itu tampak aneh.
Aku tidak berada pada kedudukan terlalu tinggi. Aku
seakan-seakan berada di atas sebuah tumpuan, tapi tidak
terlalu tinggi, seakan-akan aku memandang di atas kepala
mereka. Aku berusaha untuk berbicara dengan mereka,
tapi tak ada yang dapat dan mau mendengarkanku.
Lebih menyulitkan lagi ialah bahwa orang yang
berada dalam jasad spiritual, di samping tak dapat
didengar, juga tak dapat dilihat orang lain. Staf kesehatan
atau orang lain yang berkerumun di sekitar tubuhnya
mungkin memandang lurus ke arah di mana ia berada
dalam jasad spiritualnya, tanpa menunjukkan tanda-tanda
bahwa mereka melihat nya. Jasad spiritualnya juga tidak
memiliki kepadatan. Benda-benda di sekelilingnya
seakan-akan bergerak menembusnya dan 1a tak dapat
menggenggam benda atau orang yang disentuhnya.
Para dokter dan juru rawat mencengkeram
tubuhku dalam usaha untuk memasukkan cairan ke
dalam tubuhku melalui pembuluh darah dan
menyadarkanku. Dan aku berusaha untuk
mengatakan kepada mereka, "Biarkanlah aku. Aku
hanya ingin tidak diganggu. Berhentilah
memukuliku. Tapi mereka tidak mendengar. Maka
aku berusaha memindahkan tangan mereka agar
mereka berhenti memukul tubuhku, tapi tidak terjadi
apa-apa. Aku tidak dapat berbuat apa-apa. Aku tak
tahu apa yang terjadi, tapi aku tak dapat
memindahkan tangan me reka. Nampaknya seakan-
akan aku menyentuh tangan mereka dan berusaha
untuk memindahkannya tapi ketika aku
menyentuhnya, tangan mereka tetap berada di situ.
Aku tidak tahu apakah tanganku menembus tangan
mereka, melingkarinya atau bagaimana. Aku tidak
merasakan adanya tekanan ketika berusaha
memindahkan tangan mereka.
Atau
Orang berjalan mendekati reruntuhan dari Segala
penjuru. Aku dapat melihat mereka. Dan aku sendiri
berada di tengah-tengah sebuah gang kecil. Ketika
mereka lewat mereka tidak memperhatikanku.
Mereka terus saja berjalan dengan pandangan terarah
ke depan. Ketika mereka semakin mendekat, aku
berbalik untuk menghindari mereka, tapi mereka
berjalan menembus diriku. Selanjutnya, dilaporkan
juga bahwa jasad spiritual ini tak berbobot.
Kebanyakan dari mereka menyadari hal ini ketika
mereka melayang di bawah langit-langit ruangan atau
di udara, seperti tampak dalam contoh-contoh di atas.
Banyak di antara mereka melukiskan suatu "perasaan
melayang", "perasaan ringan" atau "perasaan
mengawang sehubungan dengan jasad barunya.
Umumnya sementara kita berada dalam jasad fisik
kita, kita memiliki banyak cara untuk menyadari di
mana tubuh dan anggauta badan kita berada dalam
ruangan pada saat tertentu, dan apakah dalam
keadaan bergerak. Tentu saja penglihatan dan
keseimbangan penting dalam hal ini, tapi ada suatu
hal lain. Kinestesia adalah sensasi gerak atau
ketegangan dalam urat, sendi dan otot. Biasanya kita
tidak menyadari perasaan yang datang melalui alat
peraba gerak, karena kepekaan kita akan hal ini telah
hampir hilang akibat penggunaan yang sering.
Perkiraan saya adalah bahwa apabila kemampuan ini
tiba-tiba dihilangkan, kita akan langsung mera
sakannya. Dan bahkan beberapa orang telah
menyatakan bahwa mereka menyadari kehilangan
perasaan memiliki berat, gerak dan kemampuan
menentukan kedudukan, sementara mereka berada
dalam jasad spiritual.
Sifat-sifat jasad spiritual yang mula-mula seperti
merupakan hal-hal yang membatasi, dapat juga
dianggap sebagai hal-hal yang tidak membatasi.
Cobalah pikirkan, seseorang dalam jasad spiritual
berada dalam kedudukan menguntungkan dalam
hubungannya dengan orang-orang di sekitarnya. la
dapat melihat dan mendengar mereka, tapi mereka
tak dapat melihat dirinya. (Banyak mata-mata akan
merasa iri dengan keadaan ini). Meskipun pegangan
pintu seakan-akan menembus tangannya, hal ini tidak
menjadi soal karena ternyata ia dapat menem bus
pintu. Dalam keadaan demikian, perjalanan akan
menjadi mudah apabila caranya telah diketahui.
Benda-benda fisik tidak merupakan halangan dan
perpindahan dari tempat satu ke tempat lain
berlangsung cepat sekali, bahwa hampir seketika.
Selanjutnya walaupun mereka kurang dapat
merasakan kehadiran orang-orang yang berada dalam
jasad fisik, semua yang telah pernah mengalaminya
sependapat bahwa jasad spiritual adalah sesuatu,
meskipun sulit untuk dilukiskan. Mereka sependapat
bahwa jasad spiritual memiliki bentuk (kadang-
kadang sebuah awan bulat atau tak berbentuk, tapi
kadang-kadang juga memiliki bentuk menyerupai
jasad fisik) dan bahkan bagian-bagian (proyeksi atau
permukaan analog dengan lengan,tungkai, kepala dan
sebagainya). Bahkan walaupun disebutkan bahwa
bentuknya secara umum membulat, sering kali
dinyatakan bahwa bentuk ini memiliki bagian atas
dan bawah yang tegas dan bahkan "bagian-bagian"
yang disebutkan di atas.
Saya telah mendengar bentuk jasad baru ini
disebutkan dengan berbagai istilah, tapi orang akan
dapat melihat bahwa pemikiran yang sama tercermin
dalam setiap kasus. Kata-kata dan rangkaian kata-
kata yang telah digunakan oleh subyek termasuk
kabut, awan, seperti asap, uap, tembus cahaya, awan
berwarna-warni, gumpalan, sebuah pola tenaga dan
sebagainya yang kesemuanya melukiskan arti yang
sama.
Terakhir sekali, hampir semuanya menyebutkan
tentang ketidak terbatasan keadaan di luar jasad ini.
Banyak dari mereka mengatakan bahwa meskipun
mereka harus menggambarkan saat-saat mereka
berada dalam jasad spiritual tersebut dengan
menggunakan batasan waktu (karena bahasa
merupakan batasan waktu), waktu bukanlah suatu
unsur pengalaman mereka seperti halnya dalam
kehidupan fisik. Berikut ini adalah sebagian dari lima
wawancara, di mana beberapa aspek menakjubkan
dari keberadaan dalam jasad spiritual diceritakan
langsung oleh mereka yang mengalaminya.
1) Pada suatu tikungan aku tidak dapat lagi
menguasai mobilku. Mobilku meninggalkan
jalan dan meloncat ke udara. Aku ingat bahwa
aku memandang langit biru dan melihat bahwa
mobilku masuk ke dalam selokan. Pada saat
mobil meninggalkan jalan, aku berkata pada
diriku sendiri, "Aku mengalami kecelakaan."
Pada saat itu, aku seperti kehilangan jejak waktu
dan aku kehilangan kenyataan jasmaniah tentang
tubuhku. Hubungan dengan tubuhku ter putus.
Aku dapat merasakan diriku atau akuku ataupun
jiwaku, atau apa pun Anda ingin menyebutnya,
seakan-akan keluar dari diriku melalui kepalaku.
Dan hal itu tidak menimbulkan rasa sakit.
Seluruh kejadian itu seperti jiwaku diangkat dan
berada di atasku .

(Jiwaku) nampaknya hampir memiliki


kepadatan, tapi bukan suatu kepadatan
jasmaniah, seperti ombak atau sesuatu yang
mirip dengan itu. Bukan sesuatu yang benar-
benar bersifat jasmaniah. Anda dapat
menyebutnya sebagai sesuatu yang bermuatan
listrik. Tapi rasanya seperti ada sesuatu di
dalamnya.... Benda itu sesuatu yang kecil dan
rasanya seperti suatu benda bulat, tanpa tepi-tepi
tajam. Anda dapat menyamakannya dengan
awan ……Nampaknya seperti berada dalam
tabung tersendiri.... Ketika benda itu keluar dari
tubuhku, seakan-akan ujung besar keluar terlebih
dahulu dan bagian lebih kecil paling akhir. Tak
ada ketegangan pada jasadku; perasaan yang ku
alami benar-benar merupakan hal yang terpisah.
Tubuhku tidak memiliki berat. ……
Hal yang paling berkesan dari seluruh penga
laman ini adalah pada saat jiwaku tergantung di
atas kepalaku. Seakan-akan jiwaku sedang
mempertimbangkan untuk pergi atau tetap
tinggal. Saat itu waktu seakan-akan berhenti.
Pada awal dan akhir kecelakaan, semua berjalan
begitu cepat. Tapi pada saat ini, saat di
antaranya, sementara jiwaku tergantung di atasku
dan mobil melampaui pinggir jalan, nampaknya
memakan waktu sangat lama sebelum mobil
sampai di selokan. Dan pada saat itu aku tidak
terlibat dengan mobilku ataupun dalam
kecelakaan tersebut aku terlibat dengan
pikiranku sendiri.. Jiwaku tidak memiliki sifat-
sifat jasmaniah, tapi aku harus melukiskannya
secara fisik. Aku dapat menggambarkannya
dengan berbagai cara, dalam bermacam-macam
kata, tapi tidak ada satu pun yang tepat. Hal itu
sangat sulit dilu- kiskan. Akhirnya mobilku
menghantam tanah dan terbalik, tapi aku hanya
menderita leher yang terkilir dan kaki memar.
2) (Ketika aku keluar dari tubuhku) rasanya seperti
aku keluar dari satu benda dan masuk ke benda
lain. Aku tidak berpikir bahwa aku adalah
sesuatu yang tidak ada. Aku merupakan jasad
lain.tapi bukan jasad manusia yang biasa. Ada
sedikit perbedaan. Benda itu tepatnya bukanlah
suatu jasad manusia, tapi juga bukan suatu
tumpukan zat. Benda itu memiliki bentuk, tapi
tidak berwarna. Dan aku mengetahui bahwa aku
memiliki sesuatu yang dapat disebut tangan. Aku
tak dapat melukiskannya. Aku lebih terpukau
oleh keadaan di sekelilingku di mana aku dapat
melihat tubuhku sendiri dan hal-hal lainnya,
sehingga aku tidak memikirkan bentuk tubuh di
mana aku berada. Dan semua itu berlangsung
begitu cepat. Waktu bukanlah suatu unsur tapi
toh tetap merupakan suatu unsur. Semua
berlangsung lebih cepat setelah Anda
meninggalkan tubuh Anda.
3) Aku ingat ketika didorong masuk ke dalam
kamar bedah. Dan jam-jam berikutnya
merupakan saat-saat kritis. Selama itu aku ke
luar masuk tubuhku, dan aku dapat melihatnya
dari atas. Tapi sementara itu, aku tetap berada
dalam suatu jasad bukan suatu jasad fisik, tapi
sesuatu yang dapat aku gambarkan sebagai suatu
pola tenaga. Kalau aku harus mengucap kannya
dengan kata-kata, aku akan mengatakan bahwa
jasad itu tembus cahaya, suatu makhluk rohaniah
dibanding makhluk jasmaniah. Tapi jasad
tersebut jelas memiliki bagian-bagian berbeda.
4) Ketika jantungku berhenti berdenyut. Aku
merasa diriku seperti sebuah bola bulat dan
mungkin juga sebagai sebuah bulatan di bagian
dalam sebuah bola. Aku tak dapat melukiskan-
nya pada Anda.
5) Aku berada dalam tubuhku dan memandangnya
dari jarak tiga meter, tapi aku masih tetap
berpikir seperti halnya dalam kehidupan fisik.
Dan tempat di mana aku berpikir sesuai dengan
tinggi tubuhku. Aku tidak berada dalam suatu
jasad. Aku dapat merasakan sesuatu, sejenis
seperti sebuah kapsul atau sesuatu mirip dengan
itu, seperti sebuah bentuk jelas.
Sebenarnnya aku tak dapat melihatnya, tampak
nya seperti tembus cahaya tapi tidak seluruhnya.
Aku seakan-akan berada di sana begitu saja
barangkali suatu tenaga, seperti sebuah bola
tenaga kecil. Dan aku tidak merasakan adanya
sensasi jasmaniah-suhu dan sebagainya. Dalam
laporan mereka, beberapa orang telah
menyebutkan dengan singkat persamaan antara
jasad mereka dengan jasad baru. Seorang wanita
mengatakan pada saya bahwa selama ia berada
di luar tubuhnya "Aku dapat merasakan bentuk
tubuh utuh, kaki, tangan dan sebagainya juga
waktu aku merasa tidak memiliki berat."
Seorang wanita yang menyaksikan usaha
menghidupkan dirinya kembali dari suatu titik di
bawah langit-langit mengatakan, "Aku masih
tetap berada dalam suatu jasad. Aku terbujur dan
memandang ke bawah. Aku menggerakkan
kakiku dan menyadari bahwa salah satu di
antara kedua kakiku terasa lebih hangat dari
lainnya."

Pikiran, sebagaimana halnya gerak, dalam


keadaan spiritual ini sama sekali tak berbatas.
Berulang kali orang-orang yang mengalami
kejadian ini mengatakan pada saya, bahwa
setelah mereka terbiasa dengan keadaan ini,
mereka mulai berpikir lebih cepat dan lebih
terang daripada dalam kehidupan fisik. Seorang
pria, misalnya, mengatakan pada saya bahwa
selama ia '"mati",

Apa yang sekarang tidak mungkin, menjadi


mungkin pada waktu itu. Pikiran begitu terang.
Hal itu sangat menyenangkan. Untuk pertama
kalinya pikiranku mencatat semuanya dan men
carikan jalan keluar tanpa aku harus berfikir dua
kali. Setelah beberapa saat semua yang kualami
mulai mempunyai arti baru bagiku.
Penglihatan dalam jasad baru mirip, tapi juga tidak
mirip, dengan penglihatan dalam tubuh fisik. Dalam
beberapa hal bentuk spiritual ini lebih terbatas.
Sebagaimana dapat kita lihat, maka tidak ada kehadiran
kinestesia. Beberapa orang pada saat tertentu menyatakan
bahwa mereka tidak memiliki sensasi suhu, sementara
sebagian besar dari mereka menyatakan adanya suatu
perasaan"hangat" me nyenangkan. Tidak satu pun di
antara mereka nyenangkan. Tidak satu pun di antara
mereka menyatakan bahwa mereka mencium atau
mengecap sesuatu rasa selama mereka berada di luar
tubuh fisiknya.
Sebaliknya, indera yang menyerupai indera
penglihatan dan pendengaran (di dunia fisik) pasti tak
berubah dalam jasad spiritual. Bahkan dipertajam serta
lebih sempurna daripada dalam dunia fisik. Seorang pria
berkata bahwa sementara "mati" penglihatannya luar
biasa tajamnya dan menurut kata-katanya, "Aku tidak
mengerti bagai mana aku dapat melihat begitu jauh."
Seorang wanita yang ingat pengalamannya berkata,
"Bentuk spiritual ini seakan-akan tidak memiliki batas,
seolah-olah aku dapat melihat ke mana-mana." Gejala ini
digambarkan dengan jelas sekali dalam sebagian dari
wawancara dengan seorang wanita yang keluar dari
tubuhnya setelah mengalami kecelakaan.
Semua serba sibuk dan orang-orang berlari di
sekeliling ambulans. Dan setiap aku memandang
seseorang dengan perasaan ingin tahu tentang apa
yang sedang dipikirkannya, hal itu seperti suatu
pendekatan tiba-tiba, tepat seperti melalui lensa dekat
dan aku berada di sana. Tapi sebagian dari diriku,
akan aku sebutkan sebagai pikiranku, seakan-akan
masih di tempat di mana aku berada, yaitu beberapa
yard dari tubuhku. Kalau aku ingin melihat seseorang
dalam jarak jauh, maka sebagian dari diriku, seperti
sebuah alat pencari, akan mendekati orang tersebut.
Dan pada saat itu aku berpendapat bahwa apabila
sesuatu terjadi di mana saja, aku akan dapat berada di
sana.
"Pendengaran" dalam keadaan spiritual hanya
dapat disebut demikian sebagai suatu analogi, dan
sebagian besar menyatakan bahwa mereka sebenar-
nya tidak mendengar suara atau bunyi fisik. Mereka
seakan-akan dapat membaca pikiran orang-orang di
sekitarnya, dan sebagaimana akan kita lihat nanti,
penyampaian pikiran secara langsung ini akan
memegang peranan penting dalam saat-saat tingkat
kematian yang lanjut.
Sebagaimana dikatakan seorang wanita,
Aku dapat melihat orang-orang di sekelilingku
dan aku dapat mengerti apa yang mereka

katakan. Aku tidak mendengar mereka secara


jelas seperti aku mendengar Anda. Nampaknya seperti
aku mengetahui apa yang mereka pikir- kan, tepat apa
yang mereka pikirkan, tapi hanya dalam pikiranku,
tidak karena kata-kata me- reka. Aku akan menangkap
maksudnya tepat pada saat sebelum mereka membuka
mulut untuk berbicara.

Akhirnya, berdasarkan sebuah laporan unik dan


sangat menarik, nampaknya seakan-akan luka-luka berat
yang diderita jasad fisik sama sekali tidak mempengaruhi
jasad spiritual. Pada kasus ini seorang pria kehilangan
sebagian kakinya dalam kecelakaan yang menyebabkan ia
mengalami kematian klinis. Ia mengetahui hal ini karena
ia dapat melihat tubuhnya yang rusak yang sedang
dirawat dokter dengan jelas dari suatu jarak.
Tapi sementara ia berada di luar tubuhnya,
Aku dapat merasakan tubuhku dan semuanya
dalam keadaan utuh. Aku tahu itu. Aku merasa diriku
tidak cacad dan aku merasa bahwa seluruh bagian
tubuhku ada, meskipun aku tahu itu tidak benar.
Dalam keadaan tanpa jasad inilah seseorang terasing
dari lainnya. Ia dapat melihat orang lain dan dapat
mengerti pikiran mereka, tapi mereka tak dapat melihat
ataupun mendengarnya. Komunikasi dengan manusia lain
sama sekali terputus, juga melalui indera peraba, karena
jasad spiritualnya

tidak memiliki kepadatan. Maka tidak mengheran kan


apabila kesan keterasingan dan kesepian ini terasa. Seperti
dikatakan seorang pria, ia dapat melihat semua di
sekelilingnya di rumah sakit, para dokter, juru rawat dan
petugas lainnya menjalankan tugas mereka. Tapi dengan
cara bagaimanapun ia tak dapat berkomunikasi dengan
mereka, sehingga
"Aku amat kesepian"
Banyak yang menggambarkan pada saya pera saan
kesepian luar biasa yang mereka alami pada saat ini.
Pengalamanku, semua yang kualami, begitu
indah tapi sukar dilukiskan. Aku ingin orang lain ada
bersamaku untuk dapat menyaksikannya juga, dan
aku merasa bahwa aku tak dapat

melukiskan apa yang kulihat pada orang lan. Aku


merasa kesepian karena aku ingin orang lain dapat
mengalaminya bersamaku. Tapi aku tahu orang lain
tidak mungkin dapat berada di sana. Pada saat itu aku
merasa seperti berada dalam duniaku sendiri. Aku
betul-betul merasa tertekan waktu itu.
Atau,
Aku tak dapat menyentuh apa-apa, tak dapat
berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarku. Aku
merasakan kesunyian yang memukau, suatu perasaan
terasing. Aku tahu bahwa aku benar-benar sendiri,
seorang diri.

Dan lagi,
Aku terpesona. aku tak percaya bahwa ini terjadi.
Aku tidak perduli dan tidak merasa bingung seperti,
"Oh, aku mati dan orang tuaku tinggal di dunia dan
mereka akan sedih dan aku tidak akan pernah bertemu
mereka lagi." Hal-hal seperti itu tak pernah
terpikirkan.
Sementara itu aku sadar bahwa aku sendiri, betul-
betul sendiri hampir-hampir seperti aku seorang tamu
dari tempat 1ain. Seakan-akan semua hubungan
terputus. Aku tahu seperti tak ada cinta atau hal-hal
lainnya. Semuanya begitu serba teknis. Aku betul-
betul tidak mengerti.
Tapi perasaan sunyi dari orang yang mati lama-
lama akan hilang dengan semakin jauhnya ia meng-
alami pengalaman kematian. Karena pada suatu saat
orang-orang lain akan datang untuk membantu-nya
dalam masa peralihan yang sedang dijalaninya. Ini
dapat muncul dalam bentuk roh-roh lain, sering kali
arwah keluarga yang sudah meninggal atau kawan-
kawan yang dikenal orang yang bersangkutan semasa
hidupnya. Sebagian besar orang-orang yang saya
wawancarai, pada saat-saat tertentu menyatakan
munculnya suatu makhluk spiritual dengan sifat-sifat
jauh berbeda. Dalam bagian-bagian berikutnya akan
kita lihat pertemuan-pertemuan ini.

Bertemu Orang Lain


Beberapa orang mengatakan pada saya bahwa
pada suatu saat, di waktu mereka mati, yang ka- dang-
kadang terjadi pada awal pengalaman dan kadang-
kadang setelah kejadian lain berlangsung, mereka
sadar akan kehadiran makhluk-makhluk spiritual
lainnya di dekat mereka. Mereka adalah makhluk-
makhluk yang nampaknya hadir untuk memudahkan
peralihan mereka ke kematian atau, seperti halnya
pada dua kasus, untuk menyatakan bahwa mereka
belum waktunya meninggal, dan bahwa mereka harus
kembali pada jasad fisik mereka.
Aku mengalami kejadian ini ketika melahir kan.
Kelahiran bayiku sangat sulit dan aku banyak
kehilangan darah. Dokter sudah lepas tangan dan
mengatakan pada keluargaku bahwa aku akan mati.
Tapi aku tetap awas selama seluruh kejadian itu, dan
bahkan ketika aku mendengarnya berkata demikian
aku mulai sadar. Ketika itu aku sadar bahwa orang-
orang tersebut ada di sana, dalam jumlah begitu besar.
Mereka melayang-layang di sekitar langit-langit
kamar. Mereka semuanya orang-orang yang aku kenal
di masa lalu, tapi yang semua sudah meninggal. Aku
melihat nenekku dan seorang gadis yang kukenal
semasa sekolah, dan banyak lagi kerabat dan kawan-
kawan lainnya. Aku seperti hanya melihat muka
mereka dan merasakan kehadiran mereka.
Nampaknya semuanya merasa senang. Kejadian itu
sangat membahagia kan diriku dan aku merasa bahwa
mereka datang untuk melindungiku atau menuntunku.
Sepertinya aku pulang ke rumah dan mereka ada di
sana untuk menyambutku. Selama kejadian itu
berlangsung, aku merasa bahwa semuanya terang dan
indah. Saat itu sangat indah dan menakjubkan.

Seorang pria ingat,


Beberapa minggu sebelum aku hampir mati Bob,
sahabatku, meninggal. Pada saat aku meninggalkan
tubuhku aku merasa bahwa Bob berdiri di sana, tepat
di sampingku. Aku dapat melihatnya dalam angan-
anganku, dan aku merasa bahwa ia di sana, tapi hal itu
Sunggun aneh. Aku tak melihatnya dalam bentuk
jasad fisik. Aku dapat melihat benda-benda, walaupun
tidak dalam bentuk fisiknya, tapi cukup jelas,
wajahnya, semuanya. Apakah hal itu masuk akal? la
berada di sana tapi ia tidak memiliki bentuk fisik.
Tubuhnya seperti sesuatu yang bening, dan aku dapat
merasakan adanya setiap bagian: lengannya, kakinya
dan sebagainya. Tapi aku tidak melihatnya secara
fisik. Pada saat itu,aku tidak merasakan itu sebagai
suatu keanehan karena aku tidak perlu melihatnya
dengan mataku. Aku toh tidak mempunyai mata.
Aku terus bertanya padanya, "Bob, ke mana aku
harus pergi sekarang? Apa yang telah ter

jadi? Apakah aku mati atau tidak?" Dan ia tak


pernah menjawab, tak pernah mengucapkan sepatah
kata. Tapi selama aku di rumah sakit, ia sering berada
di sana, dan aku bertanya lagi padanya, "Apa yang
terjadi?" Tapi tak pernah ada jawaban. Dan pada hari
para dokter me nyatakan, "la akan hidup," Bob pergi.
Aku tak melihat dan tak merasakan kehadirannya lagi.
Nampaknya ia seperti menunggu sampai aku
melampaui batas terakhir, dan kemudian ia akan
mengatakan padaku dan memberi penjelasan
terperinci tentang apa yang terjadi.
Pada kasus-kasus lain, arwah-arwah yang me- reka
temui bukanlah orang yang mereka kenal semasa
hidupnya. Seorang wanita mengatakan bahwa selama
pengalamannya di luar tubuh, ia tidak hanya melihat jasad
spiritualnya yang tembus cahaya saja, tapi suatu jasad
lain, jasad spiritual seseorang yang belum lama
meninggal. la tidak tahu orang itu siapa, tapi ia memberi
komentar cukup menarik. "Aku sama sekali tak dapat
menentukan umur arwah tadi. Aku sendiri kehilangan
kesadaran tentang waktu. Pada beberapa peristiwa, orang
percaya bahwa makhluk-makhluk yang mereka jumpai
adalah "arwah pelindungnya. Seorang pria diberi tahu
oleh suatu arwah bahwa "Aku telah menolongmu melalui
tahap keberadaanmu ini, tapi sekarang aku akan
menyerahkanmu pada orang-orang lain. Seorang wanita
mengatakan pada saya bahwa ketika ia meninggalkan
tubuhnya, ia merasa kehadiran dua makhluk spiritual
lainnya dan, mereka menyebut diri mereka sebagai
"penolong spiritualnya" Pada dua kasus hampir serupa,
mereka menga takan bahwa mereka mendengar suatu
suara yang mengatakan bahwa mereka belumlah mati,
tapi harus kembali.
Seperti yang dilukiskan salah se orang di antara
mereka, Aku mendengar suara, bukan suara pria, tapi
suatu suara di luar pancaindera, memberi tahu apa
yang harus kulakukan, yaitu kembali. Dan aku tidak
merasa takut kembali ke dalam jasad fisikku.
Makhluk-makhluk spiritual juga dapat berupa sesuatu
yang tak berbentuk.
Selama aku mati, dalam kehampaan aku berbicara
dengan seseorang. Akan tetapi aku tak dapat mengatakan
bahwa aku berbicara dengan orang bertubuh. Tapi aku
mempunyai perasaan bahwa ada orang di sekitarku dan
aku dapat merasakan kehadiran mereka. Aku juga dapat
merasakan mereka bergerak, walaupun aku tak melihat
siapa-siapa. Setiap kali aku berbicara dengan salah
seorang di antara mereka, tapi aku tak dapat melihat
mereka. Dan setiap kali, bila aku sedang memikirkan apa
yang terjadi, aku selalu mendapat suatu pikiran dari
mereka, bahwa semuanya dalam keadaan baik, bahwa aku
mati, tapi dalam keadaan baik. Oleh karenanya aku tidak
pernah merisaukan keadaanku.
Aku selalu mendapat jawaban bagi setiap perta-
nyaanku. Mereka tidak membiarkan pikiranku hampa.

Makhluk Cahaya
Mungkin unsur umum yang paling sulit dipercaya
dalam laporan-laporan yang telah saya pelajari dan
merupakan unsur yang mempunyai pengaruh paling
dalam terhadap individu, adalah perjumpaan dengan suatu
sinar yang sangat terang. Suatu ciri khas ialah bahwa pada
awal pemunculannya sinar ini redup, tapi dengan cepat
akan bertambah terang sampai mencapai suatu
kecemerlangan luar biasa. Tapi, meskipun cahaya ini
(biasanya disebutkan sebagai putih atau "terang'") luar
biasa cemerlangnya, banyak yang menekankan kenyataan
bahwa sinar ini sama sekali tidak menyakiti mata atau
menyilaukan mereka, ataupun menghalangi mereka
melihat benda-benda di sekitarnya (mungkin karena
dalam keadaan demikian mereka tidak memiliki
pancaindera "mata" yang dapat merasa silau).
Walaupun perwujudan cahaya ini sangat luar biasa,
tapi tidak seorang pun merasa ragu bahwa cahaya tersebut
adalah suatu makhluk, suatu makhluk cahaya.Tidak hanya
itu, tapi cahaya tersebut merupakan suatu makhluk
berkepribadian. Makhluk itu memiliki kepribadian yang
jelas. Cinta dan kehangatan yang terpancar dari makhluk
ini terhadap orang yang mati tidak dapat digambarkan
dengan kata-kata, dan ia merasa dilingkupi dan
dipengaruhi olehnya. la akan merasa tenteram dan
diterima dalam kehadiran makhluk ini. Ia merasa kan
suatu daya tarik yang tak dapat dilawan terha- dap cahaya
itu. Ia tertarik tanpa dapat menghin darkan diri lagi.
Yang menarik adalah walaupun gambaran mengenai
makhluk cahaya yang disebutkan di atas hampir tak ada
bedanya, pengenalan dari makhluk itu berbeda dari
individu satu ke individu lain, dan nampaknya merupakan
fungsi latar belakang keagamaan, pendidikan atau
kepercayaannya. Jadi, sebagian besar dari mereka yang
dididik dalam ajaran Kristen dan beragama Kristen
menyamakan sifat tersebut dengan Kristus dan kadang
kala memberikan paralel dari Kitab Injil untuk
menyokong tafsiran mereka. Seorang pria dan wanita
Yahudi menyamakan sinar tersebut dengan "malaikat".
Tapi jelas bahwa dalam kedua kasus tadi

mereka tidak bermaksud menyatakan bahwa makhluk


tersebut memiliki sayap, bermain harpa ataupun memiliki
bentuk dan wujud manusia. Yang ada hanyalah cahaya.
Apa yang ingin disampaikan oleh masing-masing adalah
bahwa mereka menganggap makhluk tersebut sebagai
utusan atau pembimbing. Seorang pria yang sebelum
pengalamannya sama sekali tidak memiliki dasar
pendidikan dan kepercayaan agama hanya menyebutkan
apa yang dilihatnya sebagai "suatu makhluk cahaya". Se
butan yang sama dipergunakan oleh seorang wanita
beragama Kristen yang sama sekali tidak merasakan suatu
keharusan untuk menyebut cahaya itu"Kristus"
Tak lama setelah penampilannya, makhluk tersebut
mulai berkomunikasi dengan orang yang lalu itu. Perlu
dicatat bahwa komunikasi ini berjalan secara langsung
sebagaimana telah kita temui dalam gambaran terdahulu
tentang bagaimana jasad spiritual "dapat membaca
pikiran" orang-orang di sekitarnya. Karena dalam hal ini
mereka menyatakan bahwa mereka tidak mendengar suatu
suara atau bunyi dari sang makhluk. Dan mereka pun
tidak memberi jawaban kepadanya dengan suara yang
dapat didengar.
Apalagi tanpa jawab langsung ini tidak dijalankan
dalam bahasa ibu orang tersebut. Tapi ia mengerti
sepenuhnya dan langsung menyadarinya. Bahkan setelah
dihidupkan kembali, ia tidak dapat menerjemahkan
pikiran dan tanya jawab yang berlangsung sementara ia
"mati" ke dalam bahasa yang dipergunakan manusia
sekarang.
Kejadian selanjutnya menggambarkan dengan jelas
kesukaran menerjemahkan bahasa yang tak terutarakan
ini. Dengan segera makhluk tersebut menujukan suatu
pikiran kepada orang yang menyaksikan kehadirannya
dengan begitu dramatis. Biasanya orang-orang yang telah
berbicara dengan saya mencoba merumuskan pikiran
tersebut ke dalam suatu pertanyaan. Di antara terjemahan
yang pernah saya dengar antara lain, "Apakah Anda
bersedia mati?" "Apakah Anda siap untuk mati?" "Apa
yang telah Anda lakukan dengan hidup Anda yang dapat
Anda tunjukkan padaku?" dan "Apa yang telah Anda
lakukan sehingga hidup Anda terasa memadai? Dua
pertanyaan pertama yang menekankan "persiapan"
mungkin agak lain maksudnya dengan dua pertanyaan
terakhir yang menekankan "prestasi". Pendapat saya,
bahwa semua orang mencoba untuk menyatakan pikiran
yang sama, diperkuat oleh cerita seorang wanita yang
mengisahkannya sebagai berikut,
Yang pertama-tama ia katakan padaku, adalah
bahwa ia seolah-olah bertanya apakah aku siap untuk
mati atau apa yang telah kula- kukan dengan hidupku
yang dapat kutunjukkan padanya.
Bahkan pada kasus-kasus di mana "pertanyaan" ini
dirumuskan dalam cara agak lain, pada uraian- nya
tampak bahwa terdapat suatu persamaan. Misalnya,
seorang laki-laki mengatakan pada saya bahwa selama ia
'"mati",
Suara itu mengajukan suatu pertanyaan, "Apakah
semua itu berarti?" Dan yang dimak sudkan adalah
apakah hidup yang telah aku ja- lani sampai saat itu
benar-benar bermanfaat bagiku setelah aku
mengetahui apa yang kuke tahui sekarang ini.
Secara tidak sengaja, semua menyatakan bahwa
pertanyaan ini tidak diajukan dalam nada menghukum
walaupun pengaruh emosionalnya sangat dalam dan
istimewa. Semua sependapat bahwa sang makhluk
mengajukan pertanyaan tadi tidak untuk menuntut atau
menakut-nakuti mereka, karena masih tetap merasakan
cinta besar dan penerimaan cahaya tersebut apa pun
jawaban yang mereka beri- kan. Bahkan sebaliknya,
maksud pertanyaan tadi hanyalah untuk membuat mereka
berpikir tentang kehidupan mereka, untuk memancing
pendapat mereka. Anda dapat menganggapnya suatu
perta- nyaan ala Socrates yang diajukan bukan untuk
mendapatkan suatu keterangan, tapi untuk mem- bantu
orang yang bersangkutan menemukan jalan menuju
kebenaran itu sendiri.
1) Aku mendengar para dokter menyatakan bahwa
aku mati, dan saat itu aku mulai merasa seakan-
akan aku terjungkir, sebetulnya seperti
melayang, melalui suatu kegelapan menyerupai
ruangan terbatas. Sesungguhnya tak ada kata
kata yang dapat melukiskan ini. Semua sangat
gelap, kecuali di kejauhan aku dapat melihat
cahaya tersebut. Cahaya itu sangat terang, tapi
mula-mula tidak terlalu besar. Ketika aku
sema- kin dekat dan semakin dekat, cahaya tadi
ber- tambah besar.
Aku berusaha mencapai cahaya yang berada
di ujung, karena aku merasa bahwa itu adalah
Kristus, dan aku berusaha mencapai tempat
tersebut. Pengalaman itu tidak menyeramkan.
Setidak-tidaknya hal itu menyenangkan.
Karena aku, sebagai orang Kristen, segera
menghubung- kan sinar tadi dengan Kristus
yang berkata "Aku- lah terang dunia" Aku
berkata pada diriku sendiri,"Apabila memang
demikian, apabila aku harus mati, aku tahu
siapa menantiku di sana, di sana dalam cahaya
itu."

80

Anda mungkin juga menyukai