PEMBIMBING:
dr. Guntur Bumi Nasution., Sp.F
DI SUSUN OLEH
FIONNA MASITAH POHAN
PARIDA HANUM SIREGAR
TITI AMALIYAH HASIBUAN
MAWADDAH
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
TANATOLOGI
JENIS
KEMATIAN
JENIS
KEMATIAN
Manfaat Kematian
Kepentingan mempelajari tanatologi adalah untuk
menetapkan:
Waktu kematian
Sebab kematian pasti
Contoh : keracunan CO akan terdapat kulit merah terang
(terjadi perubahan warna kulit)
Cara kematian (homocide, suicide, accident)
Transplantasi (donor organ)
Syarat:
Ada izin dari korban/ keluarganya
Sudah meninggal
Perubahan PostMortem
Pernapasan berhenti, dinilai
selama lebih dari 10 menit.
Terhentinya sirkulasi yang
dinilai selama 15 menit,
nadi karotis tidak teraba.
Kulit pucat
Tonus otot menghilang dan
relaksasi
Pembuluh darah
retina
mengalami
segmentasi
beberapa menit setelah
kematian
Pengeringan
kornea
menimbulkan
kekeruhan
dalam waktu 10 menit yang
masih dapat dihilangkan
dengan meneteskan air
mata.
PERUBAHAN
FASE AWAL
Terhentinya 3 sistem vital dalam tubuh,
yaitu sistem kardiovaskuler, sistem
respirasi, sistem sarap pusat.
Ada 6 cara mendeteksi tidak berfungsinya
sistem kardiovaskuler :
Denyut nadi berhenti pada palpasi.
Detak jantung berhenti selama 5-10
menit pada auskultasi.
Elektro Kardiografi (EKG) mendatar/flat.
Tes magnus : tidak adanya tanda sianotik
pada ujung jari tangan setelah jari tangan
korban kita ikat.
Tes Icard : daerah sekitar tempat
penyuntikan larutan Icard subkutan tidak
berwarna kuning kehijauan.
Tidak keluarnya darah dengan pulsasi
pada insisi arteri radialis.
PERUBAHAN
FASE AWAL
Ada 5 cara mendeteksi tidak
berfungsinya sistem saraf :
Areflex
Relaksasi
Pergerakan tidak ada
Tonus tidak ada
Elektoensefalografi (EEG)
mendatar/flat
Kulit wajah
Relaksasi primer
Perubahan pada mata
PERUBAHAN
FASE LANJUT
Penurunan Suhu Tubuh (Algor Mortis / Post Mortem
Cooling)
Penurunan suhu mayat atau algor mortis akan terjadi setelah
kematian dan berlanjut sampai tercapai keadaan dimana suhu
mayat sama dengan suhu lingkungan. Berdasarkan penelitian,
kurva penurunan suhu mayat akan berbentuk kurva sigmoid,
dimana pada jam jam penurunan suhu akan berlangsung
lambat, demikian pula bila suhu tubuh mayat telah mendekati
suhu tubuh lingkungan
FAKTOR
YANG
MEMPENGARUHI
PENURUNAN
SUHU
MAYAT
PERUBAHAN
FASE LANJUT
Lebam Mayat (Livor Mortis / Post Mortem Hypostasis)
Lebam mayat atau livor mortis adalah salah satu tanda postmortem yang
cukup jelas. Biasanya disebut juga post mortem hypostasis, post mortem
lividity, post mortem staining, sugillations, vibices, dan lain lain. Kata
hypostasis itu sendiri mengandung arti kongesti pasif dari sebuah organ
atau bagian tubuh.
Timbulnya livor mortis mulai terlihat dalam 30 menit setelah kematian
somatis atau segera setelah kematian yang timbul sebagai bercak
keunguan. Bercak kecil ini akan semakin bertambah intens dan secara
berangsur angsur akan bergabung selama beberapa jam kedepan untuk
membentuk area yang lebih besar dengan perubahan warna merah
keunguan. Kejadian ini akan lengkap dalam 6 -12 jam. Sehingga setelah
melewati waktu tersebut, tidak akan memberikan hilangnya lebam mayat
pada penekanan.
Memar
Lokasi
Dimana saja
Permukaan
Tidak menimbul
Bisa menimbul
Batas
Tegas
Tidak tegas
Warna
kelamaan
berubah
Penyebab
Ekstravasasi
darah
dari
Efek penekanan
kapiler
Bila ditekan akan memucat Tidak ada efek penekanan
Bila dipotong
Akan
terlihat
terjebak
darah
antara
yang Terlihat
pembuluh jaringan
perdarahan
dengan
pada
adanya
Mikroskopis
Enzimatik
darah
dan
terdapat peradangan
bukti peradangan
Kepentingan medicolegal
yang digunakan
PERUBAHAN
FASE LANJUT
Kaku Mayat (Rigor Mortis / Post Mortem Stiffening)
Disebut juga cadaveric rigidity. Kaku mayat atau rigor mortis
adalah kekakuan yang terjadi pada otot yang kadang kadang
disertai dengan sedikit pemendekkan serabut otot, yang terjadi
setelah periode pelemasan / relaksasi primer. Kaku mayat
mulai terdapat sekitar 2 jam post mortal dan mencapai
puncaknya setelah 10 12 jam post mortal, keadaan ini akan
menetap selama 24 jam, dan setelah 24 jam kaku mayat mulai
menghilang sesuai dengan urutan terjadinya, yaitu dimulai dari
otot otot wajah, leher, lengan, dada, perut, dan tungkai.
Rigor Mortis
Cadaveric Spasm
flaccidity
Otot yang terlibat
Intensity
Moderate
Sangat kuat
Durasi
12 24 jam
Faktor predisposisi
Rangsangan, ketakutan,
kelelahan
Mekanisme pembentukan
Tidak diketahui
kritis
Hubungan medikolegal
PERUBAHAN
FASE LANJUT
Pembusukan (Decomposition, Putrefaction)
Merupakan tahap akhir pemutusan jaringan tubuh
mengakibatkan hancurnya komponen tubuh organik kompleks
menjadi sederhana. Pembusukan merupakan perubahan lebih
lanjut dari mati seluler. Proses terjadi pembusukan antara lain:
Autolisis
Proses pembusukan bakteri
Perubahan warna
Pembentukan gas pembusukan
Skleletonisasi
Pembusukan organ dalam
PERUBAHAN
FASE LANJUT
Adipocere
Dikenal juga sebagai grave wax atau adiposera. Adiposera
berasal dari bahasa latin, adipo untuk lemak dan cera untuk
lilin) berwarna putih kelabu setelah meninggal dikarenakan
dekomposisi lemak yang dikarenakan hidrolisis dan
hidrogenasi dan lemak (sel lemak) yang terkumpul di jaringan
subkutan yang menyebabkan terbentuknya lechitinase, suatu
enzim yang dihasilkan oleh Clostridium welchii, yang
berpengaruh terhadap jaringan lemak.
PERUBAHAN
FASE LANJUT
Tubuh yang mengalami adiposera akan tampak berwarna putih
kelabu, perabaan licin dengan bau yang khas, yaitu campuran bau
tanah, keju, amoniak, manis, tengik, mudah mencair, larut dalam
alkohol, panas, eter, dan tidak mudah terbakar, bila terbakar
mengeluarkan nyala kuning dan meleleh pada suhu 200 derajat
Fahrenheit.
Proses pertama saponifikasi terlihat pada lemak subkutan yang
berada pada dagu, buah dada, bokong, dan perut, ini dikarenakan
karena area tersebut mempunyai lemak lebih banyak. Namun
proses saponifikasi dapat terjadi di semua bagian tubuh yamg
terdapat lemak. Otot menjadi dehidrasi dan menjadi sangat tipis,
berwarna keabu abuan. Organ organ dalam dan paru paru
konsistensinya menjadi seperti perkamen.
PERUBAHAN
FASE LANJUT
Mumifikasi
Mumifikasi secara harafiah menggambarkan proses
pembentukan mumi, sebuah kata yang diambil dari
bahasa Persia mum yang berarti lilin. Kata ini diambil
dari catatan sejarah Yunani kuno yang menggambarkan
bangsa
Persia,
dalam
penghormatan
terhadap
bangsawannya, mengawetkan mereka dengan lilin. Mayat
yang mengalami mumifikasi akan tampak kering,
berwarna coklat, kadang disertai bercak warna putih, hijau
atau hitam, dengan kulit yang tampak tertarik terutama
pada tonjolan tulang, seperti pada pipi, dagu, tepi iga, dan
panggul. Organ dalam umumnya mengalami dekomposisi
menjadi jaringan padat berwarna coklat kehitaman.
PERUBAHAN
FASE LANJUT
Mumifikasi adalah proses yang menginhibisi proses
pembusukan alami yang memiliki karakteristik dimana
jaringan yang mengalami dehidrasi menjadi kering, berwarna
gelap, dan mengerut. Pengeringan akan menyebabkan tubuh
lebih kecil dan ringan. Dilihat dari sudut forensik, mumifikasi
memberikan keuntungan dalam bertahannya bentuk tubuh,
terutama kulit dan beberapa organ dalam, bentuk wajah secara
kasar masih dapat diindentifikasi secara visual. Mumifikasi
juga dapat mempreservasi bukti terjadinya jejas yang
menunjukkan kemungkinan sebab kematian