PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap tahun, kurang lebih 15 juta orang di seluruh dunia terserang
stroke. Di Amerika Serikat sekitar 5 juta orang pernah mengalami stroke,
sedangkan di negara Inggris sekitar 250.000 orang. Di Indonesia, stroke
menyerang 35,8 % pasien usia lanjut dan 12,9 % pada usia yang lebih muda.
Jumlah total penderita stroke diIndonesia diperkirakan 500.000 setiap tahun.
Dari jumlah itu, sekitar 2,5% atau 250.000 orang meninggal dunia, dan
sisanya cacat ringan maupun berat. Insidens stroke di seluruh dunia bervariasi.
Insidens tahunan rata- rata meningkat sejalan dengan pertambahan usia, dari 3
per 100.000 pada kelompok umur dekade ketiga dan keempat menjadi hampir
300 per 100.000 penduduk pada kelompok umur dekade kedelapan dan
kesembilan ( Fieschi, et al 1998).
Dalam penelitiannya di Indonesia, Widjaja (2000) mengemukakan
bahwa pada penderita stroke 60,7 persen disebabkan oleh stroke non
hemoragik sedangkan 36,6 persen oleh karena stroke hemoragik. Stroke
trombotik paling banyak terdapat (58,3%), disusul oleh perdarahan
intraserebral (PIS) (35,6%).
Emboli dan perdarahan subaraknoidal hanya sedikit sekali 2,4% dan 1
%. Lakilaki (63,5%) lebih banyak terkena dari pada wanita (36,5%). Usia
kurang dari 45 tahun lebih jarang terkena (15,9%) dan pada usia lebih dari 45
tahun (84,1%).
Kematian dan seluruh stroke (32,1%) adalah nomer dua setelah
meningoensefalitis (59,5%). Dari semua penderita stroke 50% dan PIS
meninggal, sedangkan pada PSA dan emboli kira-kira 40% meninggal.
Penyebab stroke paling banyak karena hipertensi (81,7%) dan diabetes
mellitus (66,7%). Anamnesis adanya hipertensi hanya terdapat pada 66,7%
kasus. Hipertensi yang terdapat pada waktu masuk rumah sakit kebanyakan
hipertensi-reaktip,
yang
terjadi
karena.
pelepasan
katekolamin
dan
otak, selain itu stroke juga merupakan penyakit neurologic (saraf) yang
seringmenyebabkan kecacatan dan kematian sehingga dapat juga di sebut
sebagai brain attack atau serangan otak (Auryn, 2009).
BAB II
KONSEP DASAR
beranastomosis
pada
permukaan
inferior
otak
untuk
a. Traktus Piramidalis
Traktus piramidalis disebut juga sebagai traktus kortikospinalis,
serabut traktus piramidalis muncul sebagai sel-sel betz yang terletak
dilapisan kelima kortek serebri (Snell, 2007). Sel sel ini berukuran 60
mikro nm dan serabut sarafnya menghantar impuls dengan kecepatan 70
m/det. Kebanyakan serabut serabut ini mempunyai diameter yang kecil
dan hampir setengahnya tidak bermielin. Traktus ini tidak saja
mempengaruhi neuron skelemotor dan fusiform tetapi juga interneuron
yang mengontrol input sensoris medulla spinalis (Siregar dan Yusuf,
1995). Sekitar sepertiga serabut ini berasal dari kortek motorik primer
(area 4), sepertiga dari kortek motorik sekunder (area 6), dan sepertiga dari
lobus parietalis (area 3, area 1, dan area 2) (Snell, 2007).
Impuls motorik di transmisi secara langsung dari korteks motoris
ke medulla spinalis melalui traktus kortikospinalis atau traktus piramidalis.
Oleh karena traktus ini keluar dari sel-sel piramid yang terdapat di korteks,
dan secara tidak langsung melalui beberapa jalur tambahan yang
melibatkan ganglia basalis, serebelum, dan berbagai nuklei di batang otak
melalui traktus kortikobulber. Pada umumnya, jalur yang langsung melalui
Gambar
2.3
Perjalanan traktus pyramidalis (Duus, 1996)
Keterangan gambar 2.3
1. Talamus
2. Traktus kortikopontis
3. Pedunkulus cerebral
4. Pons
5. Medulla oblongata
6. Traktus kortikospinalis lateral (menyilang)
7. Lempeng akhir motorik
8. Traktus kortikospinalis anterior (langsung)
9. Dekusasio pyramidalis
10. Pyramida
11. Traktus kortikospinalis (pyramidalis)
12. Traktus kortikonuklearis
13. Traktus kortikomesensefalitis
14. Kaput nukleus kaudatus
15. Kapsula interna
16. Nukleus lentikularis
17. Kauda nukleus kaudatus
Traktus Ekstrapiramidalis
Sebagian jalur dari batang otak yang menuju ke medulla
spinalis tidak melalui serabut piramidalis dan berhubungan dengan
pengaturan
posisi
tubuh,
disebut
sistem
atau
traktus
dan
cortex
motorik.
Traktus
ekstrapiramidalis
dianggap
menunjukkan
gangguan
pada
lintasan
PENGERTIAN
Stroke Non Hemoragik (SNH) adalah jenis stroke yang disebabkan
oleh trombosis akibat plak aterosklerosis dari arteri otak atau yang memberi
vaskularisasi pada otak atau suatu embolus dari pembuluh darah di luar otak
yang tersangkut di arteri otak. Jenis stroke ini merupakan stroke yang tersering
didapatkan, sekitar 80% dari semua stroke (Darmojo dan Martono, 2000).
C. Patofisiolologi
Otak mendapat darah dari tiga arteri besar di leher yaitu 2 arteri karotis
interna kanan dan kiri disebelah anterior dan arteri basilaris di sebelah
posterior. Dari jumlah darah yang diperlukan otak, 80% dibawa memalui arteri
karotis interna sedangkan 20% sisanya dibawa oleh arteri basilaris. Ketiganya
dan
arteriol
terjadi
penumpukan
lipohialinosis
yang
dapat
2. Embolisme serebral (Bekuan darah atau material lain yang di bawa ke otak
dari bagian otak atau dari bagian tubuh lain).
3. Hemorargik cerebral (Pecahnya pembuluh darah serebral dengan perlahan
ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak). Akibatnya adalah
gangguan suplai darah ke otak , menyebabkan kehilangan gerak, pikir,
memori, bicara, atau sensasi baik sementara atau permanen.
Penyebab lain terjadinya stroke non hemoragik adalah :
a. Aterosklerosis
Terbentuknya aterosklerosis berawal dari endapan ateroma
(endapan lemak) yang kadarnya berlebihan dalam pembuluh darah.
Selain dari endapan lemak, aterosklerosis ini juga mungkin karena
arteriosklerosis, yaitu penebalan dinding arteri (tunika intima) karena
timbunan kalsium yang kemudian mengakibatkan bertambahnya
diameter pembuluh darah dengan atau tanpa mengecilnya pembuluh
darah.
b. Infeksi
Peradangan juga menyebabkan menyempitnya pembuluh darah,
terutama yang menuju ke otak.
c. Obat-obatan
Ada beberapa jenis obat-obatan yang justru dapat menyebabkan
stroke seperti: amfetamin dan kokain dengan jalan mempersempit
lumen pembuluh darah ke otak.
4. Hipotensi