Anda di halaman 1dari 10

Pajak Penghasilan Pasal 21

Perubahan besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang ditetapkan oleh Direktorat
Jenderal Pajak yang mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari 2015 berdasarkan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2015, membuat penghitungan pajak juga berubah.
Berikut ini adalah pengertian PPh 21, ketentuan Dasar Pengenaan Pajak (DPP), Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP), Penghasilan Kena Pajak (PKP) dan Tarif PPh 21 yang berlaku
sekarang.

1.

Pengertian PPh Pasal 21

Menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2015, Pajak Penghasilan


Pasal 21 (PPh Pasal 21) adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan,
dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau
jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi subyek pajak dalam negeri.
2.

Dasar Pengenaan dan Pemotongan PPh Pasal 21

Dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21 terbaru adalah sebagai berikut:
1. Penghasilan kena pajak yang berlaku bagi:
a. Pegawai tetap.
b. Penerima pensiun berkala.
c. Pegawai tidak tetap yang penghasilannya dibayar secara bulanan atau jumlah kumulatif
penghasilan yang diterima dalam 1 (satu) bulan kalender telah melebihi Rp
3.000.000,00 (tiga juta rupiah).
d. Bukan pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c, yang menerima imbalan
bersifat berkesinambungan.
2.

Jumlah penghasilan yang melebihi Rp 300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah) sehari, yang
berlaku bagi pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang menerima upah harian, upah

mingguan, upah satuan atau upah borongan, sepanjang penghasilan kumulatif yang diterima
dalam 1 (satu) bulan kalender telah melebihi Rp 3.000.000,00 (tiga juta rupiah).
3.

50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto yang berlaku bagi bukan pegawai
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No. PER-32/PJ/2015 Pasal 3
huruf c yang menerima imbalan yang tidak bersifat berkesinambungan.

4.

Jumlah penghasilan bruto yang berlaku bagi penerima penghasilan selain penerima
penghasilan di atas.

5.

Dasar Pengenaan dan Pemotongan PPh Pasal 26 adalah jumlah penghasilan bruto.

3.

Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26

Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 berdasarkan
peraturan Direktur Jenderal Pajak PEr-32/PJ/2015 Pasal 3 adalah orang pribadi yang merupakan:
1. Pegawai
2. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau
jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya.
3. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan
pemberian jasa, meliputi:
a. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan,
arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai dan aktuaris;
b. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron,
bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama,
penari, pemahat, pelukis dan seniman lainnya
c. Olahragawan;
d. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;
e. Pengarang, peneliti, dan penerjemah;

f. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistem aplikasinya,
telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial serta pemberi jasa kepada
suatu kepanitiaan;
g. Agen iklan;
h. Pengawas atau pengelola proyek;
i. Pembawa pesanan atau menemukan langganan atau yang menjadi perantara;
j. Petugas penjaja barang dagangan;
k. Petugas dinas luar asuransi; dan/atau
l. Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan sejenis
lainnya.
4. Anggota dewan komisaris atau dewan pengawas tidak merangkap sebagai Pegawai Tetap
pada perusahaan yang sama;
5. Mantan pegawai; dan/atau
6. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan
keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lain:
a. Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olah raga, seni,
ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya;
b. Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja;
c. Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara kegiatan
tertentu;
d. Peserta pendidikan dan pelatihan; atau
e. Peserta kegiatan lainnya.
4.

Penghasilan Kena Pajak (PKP)

Penghasilan Kena Pajak (PKP) Penghasilan Pasal 21 menurut Peraturan Direktorat Jenderal
Pajak No. PER-32/PJ/2015 adalah sebagai berikut:
1. Pegawai tetap dan penerima pensiun berkala dikenakan PKP sebesar penghasilan neto
dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
2. Pegawai tidak tetap dikenakan PKP sebesar penghasilan bruto dikurangi Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP).
3. Bagi bukan pegawai yang disebutkan dalam Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No.
PER-32/PJ/2015 Pasal 3 huruf c, PKP yang dikenakan sebesar 50% (lima puluh persen)
dari jumlah penghasilan bruto dikurangi PTKP per bulan.
1. PKP Pegawai Tetap
Besarnya penghasilan neto bagi pegawai tetap yang dipotong PPh Pasal 21 adalah jumlah
seluruh penghasilan bruto dikurangi dengan:
a. Biaya jabatan, sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya Rp
500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) sebulan atau Rp 6.000.000,00 (enam juta rupiah)
setahun;
b. Iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada dana pensiun atau
jaminan hari tua yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
2. PKP Penerima Pensiun Berkala
Besarnya penghasilan neto bagi penerima pensiun berkala yang dipotong PPh Pasal 21
adalah:
a. Seluruh jumlah penghasilan bruto dikurangi dengan biaya pensiun.
b. Sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto.
c. Setinggi-tingginya Rp 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) sebulan atau Rp 2.400.000,00
(dua juta empat ratus ribu rupiah) setahun.

3. PKP Bukan Pegawai


Bila bukan pegawai seperti yang dimaksud dalam Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No.
PER-32/PJ/2015 Pasal 3 huruf c namun ia memberikan jasa kepada pemotong PPh Pasal 21
dan/atau PPh Pasal 26, maka:
a. Bila pemotong PPh Pasal 21 mempekerjakan orang lain sebagai pegawainya, maka
besarnya jumlah penghasilan bruto adalah sebesar jumlah pembayaran setelah dikurangi
dengan bagian gaji atau upah dari pegawai yang dipekerjakan tersebut, kecuali apabila
dalam kontrak/perjanjian tidak dapat dipisahkan dengan bagian gaji atau upah pegawai
tersebut maka besar penghasilan bruto adalah sebesar jumlah yang dibayarkan;
b. Bila ia hanya melakukan penyerahan material atau barang, maka besarnya jumlah
penghasilan bruto hanya atas pemberian jasanya saja, kecuali apabila dalam
kontrak/perjanjian tidak dapat dipisahkan antara pemberian jasa dengan material atau
barang maka besarnya penghasilan bruto tersebut termasuk pemberian jasa dan material
atau barang.
4. PKP Jasa Dokter
Untuk jumlah penghasilan bruto yang dibayarkan kepada dokter yang melakukan praktik di
rumah sakit dan/atau klinik, maka jumlahnya adalah sebesar jasa dokter yang dibayar oleh
pasien sebelum dipotong biaya-biaya atau bagi hasil oleh rumah sakit dan/atau klinik.
5. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Besarnya PTKP per tahun untuk perhitungan PPh Pasal 21 berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan No. 122/PMK010/2015 dan Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No. PER32/PJ/2015 adalah sebagai berikut:

Rp 36.000.000,00 (dua puluh empat juta tiga ratus ribu rupiah) untuk diri Wajib Pajak
orang pribadi dan istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami.

Rp 3.000.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak yang
kawin;

Rp 3.000.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) tambahan untuk setiap anggota
keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat
yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap
keluarga.

A. Waktu Pemberlakuan PTKP Baru

Berdasarkan Siaran Pers Direktorat Jenderal Pajak, meskipun diundangkan pada tanggal 29
Juni 2015, Peraturan Menteri Keuangan tersebut mulai berlaku sejak tahun pajak 2015, sehingga
menimbulkan konsekuensi sebagai berikut:
a. Perhitungan PPh Pasal 21 terutang untuk Masa Pajak Juli s.d Desember 2015 dihitung
dengan menggunakan PTKP baru
b. PPh Pasal 21 untuk Masa Pajak Januari s.d Juni 2015 yang telah dihitung, disetor dan
dilaporkan

dengan

menggunakan

PTKP

lama

dilakukan pembetulan

dengan

menggunakan PTKP baru.


Kelebihan setor akibat pembetulan perhitungan PPh Pasal 21 Masa Pajak Januari s.d Juni
2015 dikompensasikan terhadap PPh Pasal 21 Masa Pajak Juli s.d Desember 2015. Sementara
itu, perhitungan besarnya PTKP pegawai seperti yang diatur dalam Peraturan DJP PER32/PJ/2015 adalah sebagai berikut:
a. Besarnya PTKP ditentukan berdasarkan keadaan pada awal tahun kalender.
b. Kecuali, untuk pegawai yang baru datang dan menetap di Indonesia dalam bagian tahun
kalender, ditentukan berdasarkan keadaan pada awal bulan dari bagian tahun kalender
yang bersangkutan.
B. PTKP Per Bulan
PTKP per bulan untuk perhitungan PPh Pasal 21 terbaru sebagaimana yang dimaksud Pasal
10 ayat (2) huruf c adalah sebagai berikut:
a. Rp 3.000.000,00 (tiga juta rupiah) untuk diri wajib pajak orang pribadi;
b. Rp 250.000,00 (dua ratus ribu rupiah) tambahan untuk wajib pajak yang kawin, dan;
c. Rp 250.000,00 (dua ratus ribu rupiah) tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah
dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus atau anak angkat, yang menjadi
tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (orang) untuk setiap keluarga.

C. PTKP Bagi Karyawati dan Karyawati Kawin


Besarnya PTKP bagi karyawati berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Bagi karyawati kawin, besarnya PTKP adalah sebesar PTKP untuk dirinya sendiri;
b. Bagi karyawati tidak kawin, besarnya PTKP adalah sebesar PTKP untuk dirinya sendiri
ditambah PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya.
c. Bagi karyawati kawin yang suaminya tidak menerima atau memperoleh penghasilan dan
menunjukan keterangan tertulis dari pemerintah daerah (kecamatan), maka besarnya
PTKP adalah PTKP untuk dirinya sendiri ditambah PTKP untuk status kawin dan PTKP
untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya.
D. PTKP Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas
Bagi pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang penghasilannya tidak dibayar secara
bulanan atau jumlah kumulatifnya dalam 1 (satu) bulan kalender belum melebihi Rp
3.000.000,00 (tiga juta rupiah), maka berlaku ketentuan berikut ini:
a. Tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal 21, jika penghasilan sehari belum melebihi Rp
300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah);
b. Dilakukan pemotongan PPh Pasal 21, jika penghasilan sehari sebesar atau melebihi Rp
300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah) tersebut merupakan jumlah yang dapat dikurangkan
dari penghasilan bruto;
c. Bila pegawai tidak tetap memperoleh penghasilan kumulatif dalam 1 (satu) bulan
kalender melebihi Rp 3.000.000,00 (tiga juta rupiah) maka jumlah tersebut dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto;
d. Rata-rata penghasilan sehari adalah rata-rata upah mingguan, upah satuan, atau upah
borongan untuk setiap hari kerja yang digunakan.
e. PTKP sebenarnya adalah sebesar PTKP untuk jumlah hari kerja yang sebenarnya.

f. PTKP sehari sebagai dasar untuk menetapkan PTKP yang sebenarnya adalah sebesar
PTKP per tahun Rp 36.000.000,00 dibagi 360 hari.
g. Bila pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas tersebut mengikuti program jaminan atau
tunjangan hari tua, maka iuran yang dibayar sendiri dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 152/ PMK.010/2015 tentang Penetapan
Bagian Penghasilan Sehubungan dengan Pekerjaan dari Pegawai Harian dan Mingguan serta
Pegawai Tidak Tetap Lainnya yang Tidak Dikenakan Pemotongan Pajak Penghasilan:
1. Penghasilan yang kurang dari 300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah) per hari tidak dikenakan
pemotongan pajak penghasilan.
2. Ketentuan penghasilan tidak kena pajak itu tidak berlaku dalam hal:
a. Penghasilan bruto dimaksud jumlahnya melebihi Rp 3.000.000,00 (tiga juta rupiah)
sebulan; atau
b. Penghasilan dimaksud dibayar secara bulanan
3. Ketentuan pada pasal 1 dan 2 tersebut tidak berlaku atas:
a. Penghasilan berupa honorarium
b. Komisi yang dibayarkan kepada penjaja barang dan petugas dinas luar asuransi.
6. Tarif Pajak Penghasilan ( PPh ) Pasal 21
Tarif pemotongan PPh Pasal 21 dijelaskan pada Pasal 17 ayat (1) huruf a. Tarif berikut
berlaku pada Wajib Pajak yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP):

WP dengan penghasilan tahunan sampai dengan Rp 50.000.000,00 adalah 5%

WP dengan penghasilan tahunan di atas Rp 50.000.000,00 sampai dengan Rp


250.000.000,00 adalah 15%

WP dengan penghasilan tahunan di atas Rp 250.000.000,00 sampai dengan Rp


500.000.000,00 adalah 25%

WP dengan penghasilan tahunan di atas Rp 500.000.000,00 adalah 30%

Untuk Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP, dikenai tarif 20% lebih tinggi dari
mereka yang memiliki NPWP.

Tarif PPh 21 Bagi Penerima Penghasilan yang Tidak Memiliki NPWP


1. Bagi penerima penghasilan yang tidak memiliki NPWP, dikenakan pemotongan PPh
Pasal 21 dengan tarif lebih tinggi 20% daripada tarif yang diterapkan terhadap wajib
pajak yang memiliki NPWP.
2. Jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
adalah sebesar 120% dari jumlah PPh Pasal 21 yang seharusnya dipotong dalam hal yang
bersangkutan memiliki NPWP.
3. Pemotongan PPh Pasal 21 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya berlaku untuk
pemotongan PPh Pasal 21 yang bersifat tidak final.
4. Dalam hal pegawai tetap atau penerima pensiun berkala sebagai penerima penghasilan

yang telah dipotong PPh Pasal 21 dengan tarif yang lebih tinggi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
dalam tahun kalender yang bersangkutan paling lama sebelum pemotongan PPh Pasal 21
untuk Masa Pajak Desember, PPh Pasal 21 yang telah dipotong atas selisih pengenaan
tarif sebesar 20% (dua puluh persen) lebih tinggi tersebut diperhitungkan dengan PPh
Pasal 21 yang terutang untuk bulan-bulan selanjutnya setelah memiliki NPWP.

Anda mungkin juga menyukai