Financial Distress
Financial distress (kesulitan keuangan) adalah suatu keadaan ketika arus kas
operasi perusahaan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan saat ini dan
perusahaan dipaksa untuk mengambil tindakan yang korektif. Financial distress
dapat menyebabkan perusahaan default pada kontrak, dan mungkin melibatkan
restrukturisasi keuangan antara perusahaan, kreditur, dan investor ekuitas.
Biasanya perusahaan dipaksa untuk mengambil tindakan yang tidak akan diambil
jika itu arus kas yang cukup. Financial distress dapat diperluas dengan
menghubungkannya ke kebangkrutan perusahaan. Kebangkrutan ini didefinisikan
dalam Black Law Dictionary sebagai ketidakmampuan untuk membayar utang
seseorang, kurangnya sarana membayar utang seseorang.
Definisi ini memiliki dua tema umum, yaitu nilai dan arus. Kebangkrutan
value-based terjadi ketika sebuah perusahaan memiliki kekayaan bersih negatif,
sehingga nilai aset kurang dari nilai utangnya. Kebangkrutan flow-based terjadi
ketika arus kas operasi tidak cukup untuk memenuhi kewajiban saat ini yang
mengacu pada ketidakmampuan untuk membayar utang seseorang.
Yang Terjadi di Financial Distress
Ada banyak tanggapan terhadap financial distress yang dibuat oleh perusahaan.
Berikut ini merupakan strategi turnaround dari perusahaan:
1. Kebijakan Ekspansi Aset (Asset Expansion Policies)
Ketika suatu perusahaan mengetahui bahwa perusahaan tersebut
mengalami kesulitan, maka perusahaan tersebut mencoba mengurangi risiko
operasi dengan cara meningkatkan aset atau ukuran bisnisnya. Kebijakan
ekspansi aset ini termasuk akuisisi penuh perusahaan lain, akuisisi parsial,
mendirikan perusahaan joint venture baru, meningkatkan belanja modal,
tingkat produksi yang lebih tinggi, atau perluasan fasilitas yang ada.
2. Kebijakan Kontraksi Operasional (Operational Contraction Policies)
Kebalikan dari ekspansi adalah kontraksi, dan banyak perusahaan
memilih untuk fokus pada bisnis yang paling menguntungkan mereka selama