Anda di halaman 1dari 10

TRIGONOMETRI

Disusun oleh :
Ignatius Alvin Wijaya

XA4/15

SMA SANTA LAURENSIA


BANTEN
2015

PENGERTIAN DAN SEJARAH TRIGONOMETRI


Trigonometri merupakan suatu cabang dari ilmu geometri yang berkaitan
dengan sudut segitiga. Istilah trigonometri berasal dari bahasa Yunani: trigonon
dan metro. Trigonon artinya 3 sudut, sedangkan metro berarti pengukuran. Dari
asal kata tersebut, secara kasar, trigonometri dapat dipahami sebagai ilmu
pengukuran yang berhubungan dengan 3 sudut (atau suatu segitiga, karena segitiga
sendiri memiliki 3 sudut).
Pemanfaatan trigonometri sendiri sudah berawal sejak zaman Babilonia dan
Mesir Kuno, serta peradaban Lembah Indus sejak 3000 tahun yang lalu. Ilmu
trigonometri sendiri sudah mulai dikembangkan oleh seorang matematikawan India
bernama Lagadha dengan terintegrasi dengan konsep aljabar dan geometri yang
sudah berkembang saat itu. Pada sekitar tahun 150 SM, Hipparchus, seorang
matematikawan Yunani mulai menyusun tabel trigonometri untuk menyelesaikan

segitiga. Sekitar 250 tahun kemudian, Ptolemy, seorang matematikawan Yunani


lainnya mulai mengembangkan perhitungan trigonometri lanjutan. Masih banyak
kontribusi-kontribusi lainnya yang tidak dapat disebutkan sehingga pemanfaatan
trigonometri sendiri menjadi sedemikian luas dalam kehidupan umat manusia.
Trigonometri sendiri ditemukan oleh seorang ilmuwan muslim asal Iran
bernama Abul Wafa Muhammad Al-Buzjani yang meletakkan dasar-dasar rumus
trigonometri pada abad ke-10 menurut perhitungan waktu Masehi. Abul Wafa dikenal
sebagai seorang astronom dan insinyur pada zamannya. Ia memperkenalkan fungsi
tangen serta memperbaiki teknik perhitungan dalam tabel trigonometri. Selain itu, ia
tercetak sebagai matematikawan pertama yang mencetak rumus sinus.
Saat ini, trigonometri telah diaplikasikan dalam berbagai bidang, di antaranya
terdapat ilmu astronomi, teknik sipil, dan navigasi. Ilmu konstruksi bangunan juga
berkaitan erat dengan pemanfaatan ilmu trigonometri. Sebenarnya, masih banyak
bidang lainnya yang mengandung aplikasi trigonometri dalam kehidupan sehari-hari.
Maka, ada baiknya mendalami dan memahami konsep trigonometri secara utuh
sehingga dapat diaplikasikan ke berbagai aspek dalam kehidupan.

NOTASI TRIGONOMETRI
Notasi trigonometri paling umum digambarkan dalam sebuah lingkaran satuan.

Dari persamaan lingkaran

x + y =r

dengan r=1 , diperoleh sebagai

berikut:

y
sin= = y
r
x
cos = =x
r
y
tan =
x

Secara lebih spesifik, jika

0<<

dan

r 1
csc= =
y y
r 1
sec = =
x x
x
cot =
y

2 , berlaku sebagai berikut:

BERAGAM PEMBUKTIAN DALAM TRIGONOMETRI

Untuk memudahkan perhitungan dalam trigonometri, ditentukanlah berbagai


rumus guna mempersingkat waktu yang dibutuhkan dalam menentukan nilai suatu
fungsi trigonometri. Pada bagian ini, akan dibahas beberapa rumus umum yang
dapat membantu memudahkan dalam proses menentukan nilai suatu fungsi atau
notasi trigonometri.
Rumus Teorema Phytagoras
Rumus ini diperoleh dengan memodifikasi aturan teorema phytagoras
sedemikian rupa sehingga diperoleh suatu persamaan antara jumlah kuadrat fungsi
sinus dan cosinus pada besar sudut yang sama. Misalkan suatu segitiga siku-siku
memiliki sisi-sisi
sudut

AB ,

BC , dan

menghadap ke sisi

AC

dengan

AC

sebagai sisi miring dan

AB . Menurut teorema phytagoras, diperoleh

sebagai berikut:

AB 2 + BC 2= AC 2
Bagilah kedua ruas dengan

AC 2 , diperoleh persamaan kedua,

AB2 BC 2
+
=1
2
2
AC AC
Karena sudut

menghadap ke sisi

AB , maka diperoleh sebagai berikut:

AB
AC
BC
cos =
AC
sin =

Masukkan ke persamaan kedua, maka diperoleh sebagai berikut:

sin2 +cos 2 =1
Rumus Penjumlahan Sudut
Rumus ini diperoleh dengan menggunakan perhitungan luas segitiga. Hal yang
perlu diperhatikan adalah bahwa luas setiap segitiga dapat ditentukan dengan
mengetahui panjang 2 buah sisi segitiga ditambah besar sudut yang diapit. Misalkan
pada sebuah segitiga, panjang sisi yang diketahui adalah

a dan b , sedangkan

sudut yang diapit adalah


berikut:

. Maka, rumus luas segitiga tersebut adalah sebagai

1
L= ab sin
2

Dengan rumus luas segitiga, diperoleh persamaan sebagai berikut:

1
1
1
L ADC = xt= ( a sin )( b cos ) = ab sin cos
2
2
2

1
1
1
L BDC = yt= ( b sin ) ( a cos )= ab sin cos
2
2
2
Perhatikan bahwa luas

ABC

adalah sebagai berikut:

1
L ABC = ab sin ( + )
2
Maka, diperoleh kesamaan sebagai berikut:

L ABC =L ADC + L BDC

1
1
1
ab sin ( + ) = ab sin cos + ab sin cos
2
2
2
sin ( + ) =sin cos +sin cos
Untuk menentukan nilai

cos ( + )=sin
sin

cos ( + ) , gunakan kesamaan berikut:

] [( ) ]

( + ) =sin

2
2

( 2 ) cos +sin cos ( 2 )=cos cos sin sin

Kedua rumus di atas dapat dimodifikasi sedemikian rupa sehingga dapat


memperoleh rumus trigonometri yang lain, seperti rumus selisih sudut, rumus sudut
ganda, dan lain sebagainya.
5

APLIKASI TRIGONOMETRI
Trigonometri memiliki fungsi yang sangat luas. Beberapa bidang di antaranya
adalah dalam astronomi, teknik sipil, navigasi, konstruksi, dan lain sebagainya. Pada
bagian ini, akan disajikan beberapa aplikasi fungsi trigonometri, yaitu dalam bidang
teknik sipil, navigasi, dan militer.
Menentukan Tinggi
Dengan menggunakan prinsip trigonometri, tinggi suatu benda atau bangunan
dapat ditentukan. Untuk melakukannya, ada 3 hal yang dibutuhkan: jarak, sudut
elevasi terhadap puncak benda, dan sudut depresi terhadap dasar benda. Misalkan
sudut elevasi dan depresi yang diperoleh masing-masing sebesar
dan

dan

merupakan jarak pengamat terhadap benda. Maka, selisih posisi

ketinggian, misalkan

x , antara pengamat dan benda adalah sebagai berikut:

x=k tan
Sedangkan, selisih ketinggian pengamat terhadap dasar benda, misalkan

y , adalah sebagai berikut:


y=k tan
Maka, tinggi benda adalah sebagai berikut:

x+ y=k tan +k tan =k ( tan +tan )

Menentukan Beban
Seringkali, dengan menggunakan tas, beban yang diangkut seolah-olah terasa
lebih berat, padahal beban yang diangkut sebenarnya sama beratnya. Maka,

sesungguhnya, meskipun tas dengan sendirinya memudahkan untuk mengangkut


barang karena lebih terorganisir, akan tetapi, salah satu kelemahan yang muncul
adalah beban. Demikian halnya dengan crane yang seringkali digunakan dalam
konstruksi bangunan. Misalnya, ada beberapa crane yang disebutkan mampu
mengangkat beban dengan massa 18 ton, tetapi, pada kenyataannya, beban yang
mampu diangkut memiliki massa maksimal 10 ton.
Kejadian itu bukanlah sepenuhnya kesalahan penyedia crane, melainkan
karena adanya beban tambahan yang harus ditanggung akibat dibutuhkannya
keseimbangan gaya yang mampu mengangkut berat benda, sekaligus menjaga
keseimbangan benda. Gaya berlebih yang dibutuhkan ini dapat dianalisis dengan
menggunakan konsep trigonometri (dalam kasus ini, akan difokuskan jika dan hanya
jika beban seimbang).

Perhatikan adanya tali pada crane, atau tas belanja, atau dalam pengangkutan
beban lainnya. Ketegangan tali yang ada mempengaruhi berat beban yang
ditanggung selama proses pengangkutan. Secara sekilas, semakin lancip ujung tali
(di puncak) yang diangkut, berat beban yang diangkut akan semakin mendekati
berat beban sesungguhnya, dengan mengabaikan massa tali. Semakin tumpul ujung
tali (di puncak) yang diangkut, berat beban yang diangkut akan semakin berat,
ditandai dengan semakin tegangnya tali yang digunakan dalam pengangkutan.
Perhatikan bahwa dalam pengangkutan ini, aspek 3 dimensi cukup
diperhatikan. Guna meminimalisir beban yang diangkut, gunakan sudut yang
semakin lancip, dengan menambah panjang tali.

Apabila dikalkulasikan, misalkan beban memiliki berat sesungguhnya sebesar

x , dengan

dan

masing-masing sudut yang terbentuk dari garis tegak

lurus yang ditarik dari titik berat benda menuju ke median garis yang terbentuk
dengan menghubungkan ujung-ujung tali pengangkut dengan median garis menuju
ke titik temu ujung tali pengangkut. Maka, beban yang diangkut sebesar

x csc csc .
Sistem Navigasi
Pada dasarnya, sistem navigasi menggunakan prinsip trigonometri. Hal ini
banyak dilakukan dalam menentukan besar perpindahan yang dibutuhkan untuk
mencapai suatu lokasi dari suatu titik. Selain itu, pemanfaatan prinsip trigonometri
pada bidang ini dapat membantu dalam menentukan posisi/arah dari titik asal
terhadap tujuan.
Misalkan perpindahan ini digambarkan pada suatu bidang. Apabila jumlah
pergerakan banyak, maka tiap-tiap pergerakan ini harus diuraikan masing-masing
menjadi 2 komponen yang berbeda, yang saling tegak lurus. Misalkan tiap-tiap
perpindahan ini digambarkan dalam sebuah koordinat kartesius dengan Utara dan

y , dan Utara berada di posisi ketika nilai

Selatan terletak di sumbu

Misalkan besar perpindahan masing-masing sebesar

F1 ,

F2 ,

positif.

F3 , dan

seterusnya, sedangkan sudut yang terbentuk antara garis yang sejajar dengan

sumbu

1 , 2 , 3 , dan

terhadap perpindahan masing-masing sebesar

seterusnya, maka besar perpindahan adalah sebagai berikut:

( F cos F cos F
1

cos 3 ) +( F1 sin 1 F 2 sin 2 F 3 sin 3 )2

dengan sudut resultan perpindahan terhadap sumbu

tan 1 (

F 1 sin 1 F 2 sin 2 F 3 sin 3


)
F 1 cos 1 F 2 cos 2 F3 cos 3

sebagai berikut:

Sedangkan, khusus untuk 2 perpindahan saja, yaitu sebesar

yang membentuk sudut


perpindahan

2
1

yang

F1

dan

F2

(antara akhir perpindahan yang satu dan awal

lain),

besar

perpindahan

adalah

sebesar

+ F222 F 1 F 2 cos .

Militer
Dalam korelasinya dengan trigonometri, militer sangat berkaitan dengan ilmu
proyektil yang melibatkan gerak parabola. Dalam bagian ini, akan dibahas mengenai
bagaimana trigonometri menunjukkan kemiringan suatu peluncuran proyektil
mengubah mekanisme gerak parabola yang terjadi.
Misalkan kecepatan awal proyektil adalah

v0

dengan sudut elevasi sebesar

. Misalkan pula ketinggian awal proyektil adalah 0. Maka kecepatan horizontal


dan vertikal proyektil tersebut masing-masing adalah
Misalkan

gravitasi dan

v 0 cos

dan

v 0 sin .

waktu yang telah dilalui selama proyektil

diluncurkan. Maka, fungsi kecepatan vertikal proyektil adalah sebagai berikut:

f ( t )=v 0 sin
Dengan mengintergalkan fungsi kecepatan vertikal proyektil, diperoleh
ketinggian proyektil dalam waktu

t , yaitu:

F ( t )= f ( t ) dt= ( v 0 sin )dt=v 0 t sin

g t2
2

Dari persamaan pertama, diperoleh bahwa kecepatan vertikal proyektil akan

bernilai 0 apabila

t=

v 0 sin
, sehingga ketinggian maksimum proyektil adalah
g

berikut:

v sin v 0 sin v 0 sin


F ( t )= 0

=
g
2g
2g
Sedangkan, proyektil akan kembali ke tanah pada ketika

v 0 t sin

gt2
=0
2

v 0 t sin =

gt2
2

F ( t )=0 sehingga

v 0 sin =
2
t=

2 v 0 sin
g

Maka, jarak maksimum yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut:

2 v 0 sin 2 v 02 sin cos v 02 sin 2


v t max=v 0 cos
=
=
g
g
g

DAFTAR PUSTAKA
Boyer, C. B. (1991). A History of Mathematics (2nd ed.). John Wiley & Sons Inc.
Hamid, F. (2003). Kamus Ilmiah Populer Lengkap. Surabaya: Apollo.
Weisstein, E. W. (2002, Februari 1). Trigonometry. (WolframMathWorld) Dipetik
Oktober

8,

2015,

dari

MathWorld--A

http://mathworld.wolfram.com/Trigonometry.html

10

Wolfram

Web

Resource:

Anda mungkin juga menyukai